Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Suria

NIM Mahasiswa : 858050958

Kode/ Matakuliah : PDGK4104/ Perspektif Pendidikan SD

Tutor Pembimbing : Edimanto, S.Pd.I.M.Pd

Hari/Tanggal : Senin, 01 November 2021

1. Landasan historis dan ideologis adalah dasar pemikiran yang diangkat dari fakta sejarah yang relevan
tentang pertumbuhan dan perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar beserta ide-ide atau pertimbangan
yang melatarbelakangi.

Secara historis sistem pendidikan di Indonesia merupakan warisan dari penjajah Belanda. Sehingga sistem
pendidikan pada masa ini bertujuan memperoleh tenaga terampil yang mendukung keberlangsungan
penjajahan Belanda di Indonesia

Landasan ideologis dan yuridis pendidikan pada dasarnya merupakan komitmen politik Negara Republik Indonesia
yang diwujudkan dalam berbagai ketentuan normatif konstitusional yang mencerminkan bagaimana sistem
pendidikan nasional dibangun dan diselenggarakan untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

Landasan Yuridis dalam sistem pendidikan di Indonesia Pancasila dan UUD 1945 merupakan dasar atau fondasi
pendidikan nasional.  Dapat dilihat dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945. Sedangkan peraturan
perundangan yang berlaku yaitu UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas.

2. Fungsi dan tujuan pendidikan SD bersumber dari fungsi dan pendidikan nasional yang tercantum dalam
Pasal 23 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional. Dalam Pasal 3 UU
tentang Sisdiknas tersebut ditetapkan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negarav yang demokratis serta
bertanggung jawab”.

Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan sejalan dengan tujuan pendidikan dasar, maka tujuan pendidikan
SD adalah memebrikan bekal kemampuan dsar baca-tulis-hitung, pengetahuan dan ketrampilan dasar yang
bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya, serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti
pendidikan SMP.

a. Kemampuan dasar baca-tulis-hitung merupakan kemampuan yang dibutuhkan oelh setiap orang yang
ingin hidup secara wajar dalam era globalisasi. Oleh karena itu, mata pelajaran yang mendukung
pembentukan kemampuan ini mendapat porsi yang cukup besar di SD.
b. Pengetahuan dan ketrampilan dasar untuk hidup berkaitan dengan “life skills”, yang meliputi ketrampilan
akademik (baca-tulis-hitung), ketrampilan personal, ketrampilan sosial, dan ketrampilan vokasional.
c. Persiapan untuk melanjutkan di SMP untuk menuntut SD membekali para siswanya dengan ketrampilan
belajar lebih lanjut, khususnya diberikan di kelas 6.
Karakteristik Pendidikan Sekolah Dasar
1) Karakteristik Umum Pendidikan SD
Pendidikan SD mempunyai ciri khas yang membedakannya dari satuan pendidikan lainnya. Paling tidak,
ada empat sasaran utama dalam pendidikan SD, yaitu sebagai berikut. (Ditjen Dikti, 2006)
 Kemelekwacaan (literacy). Pendidikan SD diarahkan pada pembentukan kemelekwacaan, bukan
pada pembentukan kemampuan akademik. Kemelekwacaan merujuk pada pemahaman siswa
tetang berbagai fonemena/gagasan dilingkungannya dalam rangka menyesuaikan perilaku
dengan kehidupan.
 Kemampuan berkomunikasi. Pendidikan SD diarahkan untuk pembentukan kemampuan
komunikasi, yaitu mampu mengomunikasikan sesuatu, baik buah pikiran sendiri maupun
informasi yang didapat dari berbagai sumber, kepada orang lain dengan bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
 Kemampuan memecahkan masalah (problem solving) mencakup merasakan adanya masalah,
mengidentifikasi masalah, mencari informasi untuk memecahkan masalah, mengekspoitasi
alternative pemecahan masalah, dan memilih alternatif yang paling layak.
 Kemampuan bernalar (reasoning), yaitu menggunakan logika dan bukti-bukti secara sistematis
dan konsisten untuk sampai pada simpulan. Pendidikan SD diarahkan untuk mengembangkan
kemampuan siswa berfikir logis sehingga kemampuan bernalarnya berkembang.

2) Karakteristik Khusus Pendidikan SD


Siswa, guru, kurikulum, pembelajaran, serta gedung dan fasilitas SD memang mempunyai ciri khas yang
membedakannya dari satuan pendidikan lainnya.
 Siswa SD berada dalam tahap perkembangan pra-operasional dan operasi konkret, yang ditandai
oleh pandangan yang bersifat holistic.
 Guru SD adalah guru kelas yang wajib mengajarkan lima mata pelajaran SD, yaitu Bahasa
Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan PKn.
 Kurikulum SD dikembangkan berdasarkan standar nasional oleh satuan pendidikan (SD) bersama
dengan Komite Sekolah, di bawah koordinasi Dinas Kabupaten/Kota. Pendidikan SD berlangsung
selama enam tahun, yang dibagi menjadi enam tingkat kelas.
 Pembelajaran di SD menekankan pada keterpaduan, bersifat holistk, pengalaman langsung, dan
menggunakan contoh-contoh konkret, sesuai dengan karakteristik siswa SD dan tujuan
pendidikan Dasar.
 Gedung dan fasilitas SD bervariasi dari yang paling sederhana sampai yang cukup mewah. Pada
umumnya, terdapat enam ruang kelas dan ruang kepala sekolah, tanpa ruang guru dan juga tanpa
ruang administrasi.

3. Pada dasarnya, penyelenggaraan SD menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat, dalam
hal ini Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan pemerintah daerah, baik tingkat provinsi (Dinas Pendidikan
Provinsi), Kabupaten/Kota (Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota), maupun tingkat kecamatan (Ranting
Dinas). Pengelolaan SD juga melibatkan Komite Sekolah sebagai lembaga mandiri, yang berperan dalam
peningkatan mutu pelayanan pendidikan dan pengawasan pendidikan.
Pemerintah puasat dalam hal ni Depdiknas menentukan standar nasional pendidikan untuk menjamin
mutu pendidikan, sedangkan pemerintah provinsi bertugas melakukan koordinasi atas penyelenggaraan
pendidikan, pengembangan tenaga kependidikan, dan penyediaan fasilitas pendidikan lintas daerah
Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan menengah.
Pengelolaan SD dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip kemandirian dan
manajemen berbasis sekolah/madrasah. Dengan demikian, tanggung jawab utama pengelolaan SD
berada di tangan SD sendiri.
4. Untuk memenuhi kebutuhan belajar pada jenjang sekolah dasar, pendidikan SD dapat dilakukan dalam
berbagai bentuk, yang dapat dipilah menjadi pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal
mencakup SD/MI, SDLB, SD Unggulan atau Sekolah Nasional Plus, dan SD Inklusi, sedangkan pendidikan
non formal mencakup Paket A dan Sekolah Rumah.
SDLB diperuntukkan bagi anak yang memiliki kebutuha khusus dalam belajar karena kelaninan fisik atau
mental yang dialaminya, sedangkan SD Inklusi adalah SD biasa yang juga menerima anak-anak yang
mempunyai kelainan, sehingga terjadi perbauran antara anak normal dengan anak berkelainan.
Sementara itu, SD Unggulan atau Sekolah Nasional Plus, adalah SD yang mempunyai keunggulan dalam
aspek tertentu, seperti penggunaan bahasa asing atau menggunakan Kurikulum ernasional.

5. Secara singkat isi dan proses pendidikan mencakup kurikulum dan perangkat pendidikan lainnya serta
pengelolaan pendidikan secara keseluruhan. Dengan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
060/U/1993 ditetapkan Kurikulum Pendidikan Dasar yang mencakup 10 mapel (PPKn, Agama, Bahasa
Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Kerajinan Tangan dan Kesenian, PJOK, Bahasa Inggris, dan Muatan
Lokal). Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan UU No. 2 Tahun 1989 dikenal sebagai Sistem Pendidikan
yang sangat Sentralistik.
Untuk mewujudkan program wajib belajar, ditetapkan tiga kriteria daerah penyebaran, yaitu:
Daerah terpencil secara geografis karena letaknya berjauhan dengan daerah lain dan komunikasi yang
sulit, Untuk daerah terpencil perluasan program wajar dikdas dilakukan melalui pengembangan SD Kecil,
yakni SD yang terdiri atas dua atau tiga guru untuk melayani murid pada 6 kelas dengan diterapkan
pembelajaran kelas rangkap melalui program satuan bakti guru daerah terpencil seperti di Kepulauan
Riau
Daerah dengan penduduk yang padat dan Daerah normal.
Daerah dengan penduduk yang padat, di daerah perkotaan dikembangkan gedung bertingkat dengan
ruang belajar lebih dari 6 ruangan agar dapat menampung murid lebih dari 300 orang. Daerah normal,
daerah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk di bawah 1000 orang per kilometer persegi, sehingga
dibangun gedung SD dengan enam ruangan untuk enam kelas.
SD Tradisional (Konvensional) merupakan SD biasa yang memiliki tempat belajar atau gedung yang
dibangun dengan biaya pemerintah melalui program Inpres. Madrasah Ibtidaiyah (MI) merupakan
lembaga pendidikan formal setingkat SD yang dalam proses pendidikannya mengajarkan bidang studi
agama Islam dengan beban belajar lebih banyak dari SD biasa.
SD Pamong merupakan program pendidikan SD kolaborasi dengan masyarakat. Program Kejar (Paket A)
merupakan program pendidikan luar sekolah yang bermakna bekerja sambil belajar (Kejar). Sekolah Luar
Biasa (SLB) merupaka lembaga pendidikan yang diperuntukkan bagi anak berkebutuhan khusus. Sekolah
Terpadu merupakan lembaga pendidikan yang bersifat inklusif, yakni pendidikan yang menggabungkan
anak yang normal dan mengalami ketunaan untuk belajar secara bersama dan gurunya terdiri atas guru
biasa dan guru pembimbing khusus untuk anak yang memiliki ketunaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai