Anda di halaman 1dari 18

ANALISA FORMASI LAYOUT DAN FASILITAS KELAS SEKOLAH

DASAR DI SD BPI BANDUNG

ABSTRAKSI

Penelitian ini berangkat dari salah satu hal terpenting dalam kehidupan bermasyarakat,

terlebih pemerintah sekarang mewajibkan seorang anak untuk bersekolah minimal sampai 9

tahun yaitu diantaranya jenjang Pendidikan SD sampai SMP. Sekolah dasar merupakan

tahap awal untuk mempersiapkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Karakter anak pada

tingkat pendidikan Sekolah Dasar sendiri dibagi menjadi dua kategori, yaitu kelas bawah

antara kelas 1 sampai kelas 3, dan kelas atas antara kelas 4 sampai kelas 6.

SD Bpi Bandung merupakan salah satu sekolah yang menerapkan konsep pendidikan inklusi

yang menghargai potensi dan keunikan setiap anak. Biasanya pihak SD BPI terlebih dahulu

melakukan pengetesan saat penerimaan siswa baru, untuk mengetahui terlebih dahulu

hambatan anak, kemampuan yang sudah dimiliki, dan kebutuhan yang harus dipenuhi pada

saat proses pendidikan. Berdasarkan data yang ada dan hasil wawancara dengan pihak

sekolah, minat orang tua untuk mendaftar di SD BPI cukup tinggi.

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif (descriptive research methods) yang

bersifat kualitatif, dengan mengkaji layout ruang interior kelas formal. Kajian tersebut ingin

mengetahui layout tata letak penempatan furniture dan mebel yang terdapat dalah kelompok

kelas 1-3, kelas 4-5, dan layout kelas 6 dalam kegiatan belajar mengajar, serta untuk

mengetahui apakah fasilitas yang terdapat pada SD BPI Bandung sudah memenuhi

persyaratan ergonomik dan psikologi perkembangan anak usia sekolah dasar.

Kata Kunci : Pendidikan, Sekolah Dasar, Tata letak , Mebel

1
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan salah satu bidang terpenting dalam kehidupan bermasyarakat,
terlebih pemerintah sekarang mewajibkan seorang anak untuk bersekolah minimal sampai 9
tahun yaitu diantaranya jenjang Pendidikan SD sampai SMP. Sekolah dasar merupakan
tahap awal untuk mempersiapkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Karakter anak pada
tingkat pendidikan Sekolah Dasar sendiri dibagi menjadi dua kategori, yaitu kelas bawah
antara kelas 1 sampai kelas 3, dan kelas atas antara kelas 4 sampai kelas 6.
Seiring berkembangnya program pendidikan, banyak sekolah yang menambahkan fasilitas
pelayanannya dengan menerima anak-anak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan
pendidikan yang menggabungkan anak berkebutuhan khusus dengan anak-anak normal
lainya dalam satu kelompok belajar. Pengertian pendidikan inklusi adalah sekolah harus
mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial emosional,
linguistic atau kondisi lainnya. Pada dasarkan semua anak berhak menerima pendidikan
tanpa diskriminasi, Karena usia anak sekolah dasar itu membutuhkan tempat untuk
bersosialisasi dengan teman sebaya mereka. Keberadaan ruang kelas yang nyaman
mempengaruhi proses belajar siswa, terutama untuk sekolah yang menerapkan pendidikan
inklusi dan memiliki ruang terapi sebagai fasilitas penunjang bagi anak-anak berkebutuhan
khusus.
SD Bpi Bandung merupakan salah satu sekolah yang menerapkan konsep pendidikan
inklusi yang menghargai potensi dan keunikan setiap anak. Biasanya pihak SD BPI terlebih
dahulu melakukan pengetesan saat penerimaan siswa baru, untuk mengetahui terlebih
dahulu hambatan anak, kemampuan yang sudah dimiliki, dan kebutuhan yang harus
dipenuhi pada saat proses pendidikan. Berdasarkan data yang ada dan hasil wawancara
dengan pihak sekolah, minat orang tua untuk mendaftar di SD BPI cukup tinggi.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dapat dirumuskan dan dibatasi
sebagai berikut :
1. Bagaimana memenuhi fasilitas ruang belajar yang sesuai dengan aktifitas anak Sekolah
dasar, baik itu kondisi umum ataupun anak dengan kebutuhan khusus?

2
2. Bagaimana desain furniture yang nyaman dan aman untuk mendukung kegiatan siswa
dalam melakukan kegiatan studi baik itu pelajaran teori ataupun pelajaran praktek
dalam kelas dan kenyamanan ergonomi sirkulasi dalam kelas?
3. Bagaimana layout ruang kelas yang menunjang efektifitas belajar sesuai dengan
kurikulum tiga belas?

Tujuan Penelitian
Metode yang digunakan di dalam penelitian yang berjudul Analisa Layout kelas
Sekolah Dasar di SD BPI Bandung ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif yang
digunakan dalam penelitian ini adalah melalui :
1. Observasi mendalam dilokasi objek penelitian ini.
2. Sumber buku / literatur mengenai Ergonomi, Psikologi perkembangan anak usia
sekolah dasar, dan Standarisasi Kelas SD.

LANDASAN TEORI
Pengertian Sekolah
Berikut merupakan pengertian sekolah menurut beberapa sumber :
1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI dalam Poerwadarminta : 1999),
Sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat
menerima dan memberi pelajaran/menurut tingkatannya, ada sekolah dasar, sekolah
lanjutan, dan sekolah tinggi.
2. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional,
Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat
menerima dan memberi pelajaran. Sekolah dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah.
Kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah.
3. Menurut Syamsu Yusuf, 2001:54), Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal
yang sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam
rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya baik yang
menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional maupun sosial.
Berdasarkan penjelasan diatas pengertian sekolah adalah sarana pembelajaran oleh
seorang didik dari pengajar guna medapatkan bimbingan, pengarahan dan ilmu untuk
bekal melanjutkan tingkatan pendidikan selanjutnya.

3
Pengertian Sekolah Dasar (SD)
Secara garis besar dapat disimpulkan sebagai berikut :
Sekolah Dasar (SD) merupakan tahapan pendidikan paling mendasar yang membekali
suatu keilmuan untuk peserta didik dalam melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. Sekolah dasar memiliki 6 tingkatan kelas mulai dari kelas 1 sampai dengan 6 SD
dengan peserta didik berusia 6 – 12 tahun.
Pemerintah Indonesia mewajibkan setiap warganya untuk mengenyam pendidikan
minimal 9 tahun, yakni 6 tahun pada tingkatan Sekolah Dasar (SD) dan 3 tahun di tingat
Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Dalam hal sarana dan prasarana pendidikan SD tentunya diharapkan dapat memenuhi
segala kebutuhan dari berbagai aktivitas peserta didik maupun pengajar dan petugas di
sekolah tersebut. Menciptakan sarana dan fasilitas sekolah yang mencukupi kebutuhan
aktivitas dan merencanakan interior sekolah yang memperhatikan efek psikologis peserta
didik merupakan suatu inovasi yang baik untuk dapat diwujudkan pada semua sekolah.
Mewujudkan visi sekolah yang belum terwujud pun seharusnya dapat dijadikan perhatian
lebih oleh pengelolanya. Lebih baik pula jika interior sekolah dapat mencerminkan
indentitas sekolah tersebut.
Dalam perancangannya penggunaan unsur-unsur interior tidak boleh terlalu dominan
terhadap unsur lainnya melainkan seimbang atau sesuai prinsip-prinsip perancangan
interior, supaya tidak menimbulkan kekacauan di dalam ruangan (Laksmiwati, 1989).
Unsur-unsur perancangan tersebut meliputi garis, bentuk, motif, tekstur, ruang, warna,
penerangan, akustik, dan bahan. Adapun prinsip – prinsip perancangan interior meliputi
harmoni atau keselarasan, proporsi,keseimbangan, irama, dan titik berat. Para psikolog
telah melakukan beberapa eksperimen yang telah dapat dibuktikan bahwa penggunaan
warna yang tepat untuk sekolah dapat meningkatkan proses belajar mengajar, baik bagi
siswa maupun gurunya. Suatu lingkungan yang dirancang dengan baik, bukan hanya
memberi kemudahan belajar, tetapi juga dapat mengurangi masalah-masalah perilaku
yang negatif (Darmaprawira., 2002:133). Menurut Olds (2001:231), penyelesaian interior
(finishing) berpengaruh sangat besar terhadap anak-anak daripada desain bangunan
secara keseluruhan. Demikian pula jenis bahan bahan yang digunakan dalam
penyelesaian interior dapat menentukan respon anak-anak terhadap interior. Penyelesaian
interior tersebut, antara lain meliputi tekstur, lantai, plafon, dinding, tanda dan seni, serta
perabot.

4
Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan yang paling dasar pada pendidikan
formal di Indonesia. Sekolah Dasar juga merupakan institusi pendidikan yang
menyelenggarakan proses pendidikan dasar dan mendasari proses jenjang pendidikan
selanjutnya. Berdasarkan Kurikulum Pendidikan Dasar, Sekolah Dasar memiliki tujuan
operasional pendidikan SD adalah memberikan bekal kemampuan dasar seperti
membaca, menulis, dan berhitung. Selain itu juga untuk memberikan bekal pengetahuan
dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa untuk mengikuti pendidikan
selanjutnya.

Perkembangan Kognitif Anak usia Sekolah Dasar


Karakter anak usia Sekolah Dasar rentang usia 6 – 12 tahun, bagi anak dunia sosial
menjadi lebih luas dibandingkan dengan dunia keluarga, di usia ini bergaul dengan
teman sebaya, guru, dan orang dewasa. Teknologi, budaya dan interaksi social adalah
bidang yang biasa menyita energi pada usia anak Sekolah Dasar. Dalam Pendidikan
sekolah formal anak-anak diajarkan mengenai system, aturan, dan metoda yang
membuat anak dapat melakukan suatu pekerjaan dengan efektif dan efisien, dan pada
usia sekolah dasar adalah usia yang sangat ideal untuk belajar keterampilan motorik
halus dan motorik kasar.
Menurut Siefert dan Haffuf, anak usia 6-12 tahun memiliki tiga jenis perkembangan
yaitu :
1. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisin mencakup pertumbuhan biologis, seperti pertumbuhan otak,
otot, dan tulang. Pada usia 10 tahun anak laki-laki maupun perempuan mengalami
penambahan tinggi dan berat badan. Perkembangan fisik diantaranya ditamdai
dengan :
a. Pada saat anak memasuki jenjang Pendidikan sekolah dasar, anak usia 6 tahun
berada dalam periode peralihan dan pertumbuhan yang lebih cepat. Disebut
dengan masa anak-anak awal beranjak ke suatu fase perkembangan yang lebih
lambat. Ukuran tubuh anak relative kecil perubahannya selama menempuh
jenjang Pendidikan sekolah dasar.
b. Pada usia 9 tahun tinggi dan berat badan anak laki-laki & perempuan kurang
lebih sama.

5
c. Di akhir kelas 4, pada umumnya anak perempuan mulai mengalami masa
lonjakan pertumbuhan.
d. Di akhir kelas 5, umumnya anak perempuan lebih tinggi, lebih berat, dan lebih
kuat daripada anak laki-laki.
e. Menjelang awal kelas enam, kebanyakan anak perempuan mendekati puncak
tertinggi pertumbuhan mereka. Periode pubertas yang ditandai dengan
menstruasi umumnya dimulai pada usia 12 – 13 tahun.
f. Perkembangan fisik selama remaja dimulai dari masa pubertas.
2. Perkembangan Kognitif
Tahap perkembangan kognitif individu menurut Piaget melalui empat stadium :
a. Sensorik (usia 0 – 2 tahun)
b. Pra operasional (usia 2 – 7 tahun), anak belajar menggunakan dan
mempresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Tahap pemikirannya
lebih simbolis tetapi tidak melibatkan pemikiran operasional dan lebih bersifat
egosentris dan instuitif ketimbang logis.
c. Operasional kongkrit pada usia 7 sampai 11 tahun, penggunaan logika yang
memadai.
d. Operasional formal (pada usia 12 sampai 15 tahun), anak memiliki kemampuan
berfikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari
informasi.

3. Perkembangan Psikososial
Pada perkembangan psikososial menjelang masuk Sekolah Dasar anak mulai
mengembangkan keterampilan berfikir, bertindak, dan pengaruh sosial yang lebih
kompleks dan pada masa ini, anak pada dasarnya egosentris (berpusat pada diri
sendiri) dan dunia mereka adalah keluarga dan teman-temannya.
Selama duduk di kelas kecil (kelas 1 – 3), anak mulai percaya diri, mereka mencoba
membuktikan behwa mereka mampu mengerjakan sesuatu secara mandiri dan
mampu menerima pemberian tugas.
Pada saat kelas besar (kelas 4-6) daya konsentrasi anak tumbuh dan sudah dapat
meluangkan waktu untuk mengerjakan tugas yang mereka sukai. Pada tahap ini
mereka mulai bertindak mandiri dan mampu bekerja sama secara berkelompok dan
bertindak sesuai cara-cara yang dapat diterima di lingkungan mereka serta mulai

6
peduli pada permainan yang jujur. Sebagai akibat dari perubahan struktur fisik dan
kognitif mereka, anak pad akelas besar di sekolah dasar berupaya untuk tampak
lebih dewasa. Mereka ingin diperlakukan seperti orang dewasa, ingin diperlakukan
seperti orang dewasa, menganggap keikutsertaan dalam kelompok menumbuhkan
rasa bahwa mereka dianggap penting.

Kebutuhan Anak usia Sekolah Dasar 6 – 12 tahun


Menurut Dr. Abdul Mujib, M.Ag dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan
Islam, peserta didik memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Peserta didik bukan miniature orang dewasa
b. Peserta didik memiliki kebutuhan yang sesuai
Kebutuhan anak sebagai peserta didik Sekolah Dasar adalah : Kebutuhan senang
bermain, senang bergerak, bekerja dalam kelompok, dan merasakan atau melakukan /
memperagakan sesuatu secara langsung.
Kebutuhan ini mengacu pada pendapat Abraham H. Maslow yang mengemukakan
bahwa kebutuhan peserta didik terdiri dari :
1. Kebutuhan taraf dasar (fisik, rasa aman dan terjamin, rasa cinta dan ikut memiliki,
dan harga diri)
2. Keadilan, kebaikan, keindahan, keteraturan, dan kesatuan (meta needs)
3. Memiliki perbedaan antara individu dengan individu lain, meliputi lingkungan,
jasmani, intelegensi, bakat, dan minat.

Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar


Usia Sekolah Dasar berkisar antara usia 6 sampai 12 tahun, dimana usia tersebut
merupakan “masa sekolah” anak sudah matang untuk belajar ataupun bersekolah.
Setelah sebelumnya menempuh masa pra-sekolah atau Taman Kanak-Kanak. Terdapat
dua fase masa keserasian sekolah dengan karakter masing-masing, yang dibagi menjadi :
a. Karakter Fisik : Struktur Fisiologis, Anatomi, dan Kesehatan.
b. Karakter Psikologis : Senang bergerak, bermain, dan mengenal bentuk dengan
bantuan warna.
c. Karakter Emosi, terbagi menjadi :
1. Tegangan, karakter yang tercipta Karena kurangnya kestabilan dan tidak
seimbangan, diakibatkan dari penggunaan skala yang besar, elemen yang tidak

7
lazim, melihat warna yang kurang serasi, bentuk, dan garis yang tajam dan keras,
cahaya yang tidak merata dan kuat, suhu yang tidak sesuai, dan memiliki
keterbatasan gerak.
2. Pengenduran (relaxtaton), suasana relax dapat dirasakan dengan menempatkan
elemen yang lazim dan menyenangkan, keteraturan yang sesuai, kesederhanaan,
penggunaan skala kecil, suara yang menyenangkan dan lembut, suhu yang
nyaman, garis-garis dan cahaya di dalam ruang yang mengalir lembut, kontras
yang sedikit, pergerakan yang mudah, warna analogis seperti biru, putih, dan
hijau.
3. Ketakutan, muncul rasa keterkurungan dan ketidakpastian, dikarenakan benda di
sekitar yang kurang wajar dari segi ukuran dan posisi. Kekurangannya kestabilan
akibat suhu yang dingin, sudut-sudut tertentu yang gelap, ataupun cahaya yang
kontras dan menyilaukan. Selain itu pengaruh dari penggunaan warna dingin,
dan warna monokromatik.
4. Keriangan, akan tercipta dari bentuk ruang yang megalir dan penggunaan skala
yang sesuai. Selain itu dari penggunaan symbol dan warna hangat yang
komplementer, warna yang tidak serasi dan terbatas, penggunaan cahaya yang
berkelap kelip, hangat dan bergerak.

Standar Ruang dalam Sekolah Dasar


2.4.1 Standar Kebutuhan Ruang Dalam Sekolah Dasar
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Sarana dan Prasarana, sebuah SD/MI sekurang-kurangnya memiliki prasarana
sebagai berikut :
1. Ruang kelas;
2. Ruang perpustakaan;
3. Laboratorium IPA;
4. Ruang pimpinan;
5. Ruang guru;
6. Tempat beribadah;
7. Ruang UKS;
8. Jamban;
9. Gudang;

8
10. Ruang sirkulasi;
11. Tempat bermain / berolah raga

Akan tetapi yang digunakan dalam penelitian ini hanya literature ruang kelas
saja, dan kelengkapan penunjang lainnya. Ketentuan mengenai prasarana
tersebut beserta sarana yang ada di dalamnya diatur dalam standar ruang kelas
sebagai berikut :
Ruang Kelas
a. Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktek yang
tidak memerlukan peralatan khusus, atau praktek dengan alat khusus yang
mudah dihadirkan.
b. Jumlah minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar.
c. Kapasitas maksimum ruang kelas adalah 28 peserta didik.
d. Rasio minimum luas ruang kelas adalah 2 m2/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimum
ruang kelas adalah 30m2.Lebar minimum ruang kelas adalah 5m.
e. Ruang kelas memiliki jendela yang memungkinkan pencahayaan yang
memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar
ruangan.
f. Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru dapat
segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan baik saat
tidak digunakan.
g. Ruang kelas dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pada Tabel 2.8.1

Standar furnitur yang diperuntukan di lingkungan sekolah menurut acuan standar


UNESCO (1979) yang mempertimbangkan sejumlah aspek yaitu : ergonomi,
material, dan finishing. material yang umumnya digunakan untuk pembuatan
furnitur sekolah diantaranya adalah : Kayu (solid/olahan), besi, dan plastik.
sedangkan furnitur yang menjadi pertimbangan dalam standarisasi furnitur
sekolah diantaranya yaitu tempat duduk, meja, furnitur laboratorium, tempat
penyimpanan, dan display.
1. Meja & Tempat duduk
Tempat Duduk : Standar kenyamanan tempat duduk di ruang kelas dapat
dipenuhi dengan memperhatikan hal-hal berikut (UNESCO,1979) :

9
 Sandaran menopang dibagian punggung.
 Tidak menimbulkan tekanan antara bagian paha dan tepi dudukan bagian
depan.
 jarak yang tepat antara tungkai kaki dan dan bagian bawah meja
 ketika duduk posisi kaki menapak sempurna ke lantai, tungkai bawah
kaki tegak lurus

Meja belajar : Ukuran standar meja untuk dua siswa adalah 60x120cm. lebar
meja semestinya setengah dari panjang meja untuk memudahkan
pengelopokan. Untuk meja makan semestinya memiliki tinggi yang sama
pada meja belajar, agar dapat dipergunakan untuk mengerjakan tugas
sekolah bila dibutuhkan. jarak minimum antar meja untuk sirkulasi adalah
60cm. Para praktisi pendidikan mengenal empat tipe utama dalam
pengaturan layout ruang kelas, yaitu whole class, individual, paired
(berpasangan), dan grouping-working (berkelompok).
 Tipe menyeluruh (whole class) Penataan whole class adalah tipe
pengajaran di mana siswa mengerjakan aktivitas yang sama pada saat
yang sama, sementara posisi guru ada di depan kelas. Pola ini sukses untu
memulai dan mengakhiri pembelajaran di mana umumnya kegiatan
berupa pemberian intruksi, pengajaran general, mereview pekerjaan, dan
mengendalikan crowd kelas. Secara khusus, tipe penataan ini sangat
berguna saat diskusi bersama diperlukan
 Tipe Indivudual Pola individual berguna dalam mengembangkan
kemampuan siswa untuk bekerja mandiri dengan caranya sendiri melalui
skema kerja terstruktur
 Tipe Berpasangan (paired-group) Pola ini merupakan kebalikan dari tipe
individual. Pola berpasangan memungkinkan siswa berkolaborasi dengan
siswa lainnya. Pola ini tak hanya membantu dalam memperjelas aspek –
aspek yang berbeda dalam permasalahan dengan kolaborasi terbatas dan
terkontrol namun juga mengembangkan kemampuan bahasa siswa.
 Tipe Berkelompok (group-working) Pola berkelompok mendorong
kolaborasi dan menunjang interaksi dan diakui di mana sisi sosialisasi
dan pembelajaran banyak berkembang.

10
Pada dasarnya, kegiatan pembelajaran yang berbeda akan memerlukan pola
penataan yang berbeda. Oleh karena itu desain ruang kelas termasuk
furniture di dalamnya di upayakan bersifat fleksibel danmemungkinkan
siswa untuk mengatur sendiri pola penataan meja sesuai dengan kebutuhan
pengajaran yang akan berlangsung. Dalam hal ini umumny sekolah-sekolah
akan memilih furnitur yang ringan namun kuat sehingga memudahkan siswa
untuk memindahkan meja dan kursinya masing – masing.
Galt Furniture (1999) mengemukakan 6 konsep perancangan desain bangku
dan kursi, yaitu: folding, stacking, portable, knock down, adjustable, dan
combination. Berikut ini dipaparkan 6 konsep tersebut, yaitu :
 Folding, yaitu suatu konsep desain bangku dan kursi yang dapat dilipat.
Konsep ini lebih menekankan kepada upaya untuk meningkatkan
efesiensi dalam hal pengangkutan atau penyimpanannya.
 Stacking, yaitu konsep desain bangku dan kursi yang dapat ditumpuk.
Seperti pada konsep folding konsep ini berupaya memudahkan dan
menghemat ruang dalam hal penyimpanannya.
 Portable, yaitu konsep desain bangku dan kursi yang menekankan
kemudahan untuk dipindahkan atau mobilitas produk tersebut. Desain
dengan konsep ini biasanya cukup ringan atau diberi roda pada bagian
dasarnya sehingga mudah dipindahkan.
 Knock down, yaitu suatu konsep desain bangku dan kursi yang dapat
dibongkar-pasang. Konsep desain ini biasanya berupa komponen-
komponen secara terpisah yang bisa dibongkar pasang secara mudah dan
cepat. Konsep ini lebih menekankan pertimbangan efesiensi untuk
penyimpanan maupun pengangkutan.
 Adjustable, yaitu suatu konsep desain bangku dan kursi yang dapat
disetel atau disesuaikan dengan kebutuhan pemakai. Konsep ini banyak
diterapkan pada kursi kantor yang bisa diatur sedemikian rupa, untuk
mendapat posisi duduk yang nyaman sesuai aktivitas yang dilakukan.
 Combination (modular), yaitu suatu konsep desain bangku dan kursi yang
terdiri dari modul-modul (bagian-bagian) yang bisa dirangkai atau
disusun sesuai dengan kebutuhan pemakai.

11
Gambar 1. Ukuran Meja & Kursi Belajar pada ruang kelas

2. Tempat Penyimpanan
Di sekolah, buku biasanya disimpan dibeberapa ruang seperti ruang kelas,
perpustakaan, laboratorium, dan lain-lain. penyusunan rak adalah hal
utama, penyusunan buku dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
melintang dengan penampang vertikal dan horisontal atau menggantung
pada dinding. rak umumnya terbuat dari kayu atau besi, menghadap satu
sisi ataupun dua sisi berdiri sendiri atau dipasang permanen di dinding.
rak yang menghadap satu sisi dipasang permanen pada dinding dengan
jarak yang dianjurkan adalah 90cm. Pada ruang kelas eksisting, tempat
penyimpanan terdiri dari loker siswa dan rak penyimpanan karya.

Gambar 2. Ukuran Rak Karya pada ruang kelas

12
Gambar 3. Ukuran Loker siswa/siswi pada ruang kelas

3. Display
Display informasi biasanya dibutuhkan dalam pengajaran untuk
menegaskan poin pembelajaran. Projector screen dan papan tulis adalah
yang biasa digunakan.
Papan Tulis : Area menulis yang nyaman dalam posisi vertikal adalah
diantara tinggi siku dan mata. tinggi mata berada pada 62cm dari lantai
(UNESCO,1979)
Pin Board : Pinboard digunakan untuk memajang gambar, foto, lukisan,
poster, karya dsb. sebagai tambahan, sekolah juga memerlukan ruang
untuk menampilkan tabel waktu dan agenda kelas. (UNESCO,1979)
Pertimbangan dalam menentukan konfigurasi display diantaranya dengan
menambah area papan tulis, menyediakan area tersmbunyi, dan
menyediakan panel untuk dapat dilihat dari jarak jauh. ada beberapa
konfisgurasi display untuk meningkatan kualitas pembelajaran
diantaranya yaitu (UNESCO,1979) :
 Wall-mounted atau dinding yang di cat
 Penambahan panel dengan engsel 180 derajat dibagian tengah
 penambahan panel pada kedua ujung sisi kanan kiri papan
 Penambahan panel sliding

13
Tabel 2.8.1 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Kelas
Sumber : PerMen
No. Jenis Rasio Deskripsi
1 Perabot
Kuat, stabil, aman, dan
mudah dipindahkan oleh
peserta didik. Ukuran sesuai dengan
kelompok usia peseta didik dan
1
Kursi peserta mendukung pembentukan postur tubuh
1.1 buah/peserta
didik yang baik, minimum dibedakan
didik
dimensinya untuk kelas 1 - 3 dan kelas
4, 5, dan 6. Desain dudukan dan
sandaran membuat peserta didik
nyaman belajar.
Kuat, stabil, aman, dan mudah
dipindah kan oleh peserta didik.
Ukuran sesuai dengan kelompok usia
peseta didik dan mendukung
Meja Peserta 1 buah / pembentukan postur tubuh yang baik,
1.2
Didik peserta didik minimum dibedakan dimensi nya
untuk kelas 1 - 3 dan kelas 4 - 6.
Desain memungkinkan kaki peserta
didik masuk dengan leluasa ke bawah
meja.
Kuat, stabil, aman, dan mudah
1.3 Kursi Guru 1 buah / guru dipindah kan. Ukuran memadai untuk
duduk dengan nyaman.
Kuat, stabil, aman, dan mudah
1.4 Meja Guru 1 buah / guru dipindahkan. Ukuran memadai untuk
duduk dengan nyaman.
Kuat, stabil, dan aman. Ukuran
memadai untuk menyimpan
1.5 Lemari 1 buah / guru
perlengkapan yang diperlukan kelas.
Tertutup dan dapat dikunci.
Kuat, stabil, dan aman. Ukuran
Rak Hasil memadai untuk meletakkan hasil
1 buah /
1.6 karya peserta karya seluruh peserta didik yang ada
ruang
didik di kelas. Dapat berupa rak terbuka atau
lemari
1 buah / Kuat, stabil, dan aman. Ukuran
1.7 Papan Panjang
ruang minimum 60 cm x 120 cm

2 Peralatan Pendidikan
2.1 Alat Peraga (lihat daftar sarana laboraturium IPA)

3 Media
Pendidikan

14
Kuat, stabil, dan aman. Ukuran
minimum 90 cm x 200 cm.
1 buah /
3.1 Papan Tulis Ditempatkan pada posisi yang
ruang
memungkinkan seluruh peserta didik
melihatnya dengan jelas.

4 Perlengkapan Lain
4.1 Tempat 1 buah /
Sampah ruang
4.2 Tempat Cuci 1 buah /
Tangan ruang
4.3 Jam Dinding 1 buah /
ruang
4.4 Kotak Kontrak 1 buah /
ruang

Fasilitas Sekolah Dasar


Fasilitas yang harus dipenuhi oleh Sekolah Dasar berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 tentang Sarana dan Prasarana
Sekolah/Madrasah Umum adalah sebagai berikut :
1. Sekolah harus memiliki fasilitas yang lengkap, sehat, dan aman baik untuk seluruh
pengguna.
2. Lokasi sekolah harus terhindar dari pencemaran air, kebisingan, pencemaran
udara, dan potensi bahaya yang mengancam kesehatan, dan keselamatan jiwa.
3. Bangunan gedung memiliki fasilitas yang cukup untuk ventilasi, sanitasi, dan
material yang aman dan tidak menimbulkan efek negatif kepada lingkungan.
4. Sekolah Dasar harus memiliki fasilitas ruang utama seperti Ruang Kelas,
Perpustakaan, Laboratorium IPA, Ruang Pimpinan, Ruang Guru, WC.
5. Selain fasilitas ruang utama, Sekolah juga harus menyediakan fasilitas ruang
pendukung, seperti Ruang Makan, Ruang Kelas Ekstrakurikuler, Tempat Ibadah,
Unit Kesehatan, Ruang Sirkulasi, Tempat Bermain/Olahraga, dan Gudang.

Salah satu pembahasan dalam penelitian ini adalah ruang kelas sekolah dasar,
ketentuan mengenai prasarana ruang kelas tersebut diatur dalam standar sebagai
berikut :
Ruang Kelas
 Kapasitas maksimum ruang kelas adalah 28 peserta didik

15
 Jumlah minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar.
 Rasio minimum ruang kelas adalah 2m²/peserta didik. Luas minimum ruang kelas
adalah 30m². Lebar minimum ruang kelas adalah 5m²
 Memiliki jendela yang memungkinkan pencahayaan yang memadai untuk membaca
buku dan untuk memberikan pandangan ke luar ruangan. Jika jendela berada pada
satu sisi, maksimal tinggi ruangan adalah 2.7m²
 Memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru dapat segera keluar
ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan baik ketika tidak digunakan.

Penyelesaian Permasalahan
Penelitian ini dibagi menjadi beberapan tahapan, tahap yang berjalan telah dilakukan
sampai dengan tahap ketiga dari tujuh tahap yang direncanakan, tahapan yang telah
dilakukan selama tiga bulan ini adalah tahap pengumpulan data, tahap studi pustaka,
tahap pengolahan data. Tahapan tersebut akan mendeskripsikan mengenai progress
penelitian yang sedang berjalan ini. Tahap yang akan dilakukan pada bulan selanjutnya
adalah tahap Analisis data, namun sebelum memasuki tahap tersebut, akan terlebih
dahulu akan diselesaikan untuk rumusan masalah pada kedua yaitu analisis layout dan
fasilitas pada SD BPI Bandung.
Tahap pengumpulan data, tahap studi pustaka, tahap pengolahan data pada analisa
layout posisi meja dan kursi belajar, begitu juga posisi guru dan pendamping saat
melakukan kegiatan belajar di kelas tersebut dilakukan terlebih dahulu, setelah
dilengkapi, maka akan dilanjutkan pada tahap analisis data pada rumusan masalah
pertama dan kedua, kedua kajian tersebut akan dilakukan supaya penelitian dapat
diselesaikan dan menemukan apa yang menjadi tujuan penelitian dapat tercapai.

HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

Hasil dan Analisa Kategori Layout Kelas 1 – 3 Sekolah Dasar


Berdasarkan ketentuan dalam persyaratan umum standar ruang kelas Sekolah Dasar
yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dibawah ini dilakukan analisis
dengan memeperlihat dan mengkaji kondisi eksisting layout pada ruang kelas SD BPI
dengan ketentuan standarisasi pemerintah. Kondisi kelas 1 – 3 pada di SD BPI :

16
1. Besaran ruang kelas adalah 7M X 8,5M tinggi ruangan 3,2M
2. Fasilitas dalam kelas terdapat 1 buah meja guru dengan dimensi 120CM X 70CM,
dan kursi kursi guru material kayu dengan ukuran 45CM X 50CM, dengan tinggi
dudukan 45CM, dan tinggi sandaran 75CM.
3. Terdapat loker siswa-siswi sebanyak 30 buah lemari yang masing-masing berukuran
40cm X 30cm, material rangka kayu dilengkapi pintu dengan finishing hpl glossy.
Desain loker ditempatkan build-in tertanam pada dinding samping kelas.
4. Lemari tugas dan hasil karya, dimensi 40CM X 120CM tinggi 100CM,
menggunakan material kayu finishing politure doff.
5. Fasilitas papan tulis / whiteboard & dispenser fasilitas minum siswa dalam kelas.
Berikut adalah denah kelas 1 sampai kelas 3 SD BPI Bandung :

Gambar 4. Denah Layout Kelas 1 – 3 SD BPI

17
Foto 1. Kondisi Eksisting layout kelas 1 – 3 SD BPI, Loker build-in

Analisa :
Layout penempatan loker siswa/siswi dibuat tertanam pada dinding, secara penempatan
organisasi dan kesatuan desain cukup baik agar tidak mengambil luasan area belajar.
Tetapi kelemahannya disini adalah posisi layout dalam penempatan meja dan kursi
belajar siswa pada bagian samping terlalu dekat sehingga menutupi pintu loker,
mengakibatkan kurang efektif dalam melakukan kegiatan belajar mengajar khususnya
saat ada siswa/siswi yang perlu mengambil perlengkapannya di dalam loker bersamaan
dengan siswa/siswi yang sedang duduk / belajar di mejanya.

Foto 2. Kondisi Eksisting layout kelas 1 – 3 SD BPI, Posisi kursi & meja belajar

18

Anda mungkin juga menyukai