Anda di halaman 1dari 19

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

1. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)


Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum
jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan
bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan
informal.

2. Karakteristik Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)


Program pembelajaran untuk anak merupakan salah satu unsur atau
komponen dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini. Keberadaan
program ini sangat penting sebab melalui program inilah semua rencana,
pelaksanaan, pengembangan , penilaian dikendalikan.
Seorang ahli pendidikan anak, Brenner (1990) mengatakan bahwa
sebenarnya program pendidikan prasekolah itu ditunjukkan dalam alat-alat
perlengkapan dan permainan yang tersedia. Maksudnya adalah bahwa
pembelajaran anak usia dini memiliki kekhasan dengan digunakannya berbagai
alat-alat, perlengkapan, maupun permainan yang secara khusus dirancang sesuai
dengan ciri khas anak.
Selain alat permainan di dalam kelas, ada juga alat permainan di luar
kelas. Alat permainan ini umumnya berukuran sangat besar dan berat, misalnya
ada papan titian, papan peluncur, tangga pelangi dan lain-lainnya. Kedua jenis alat
permainan ini menjadi kekhasan dalam kegiatan pembelajaran anak usia dini.
Selain alat perlengkapan, yang menjadi kekhasan dalam penyelenggaraan
pendidikan anak usia dini adalah pelakukan guru terhadap anak. Jika kita amati

1
secara seksama perlakuan guru anak usia dini terhadap anak, kita akan melihat
perbedaan yang sangat mendasar dibandingkan dengan guru-guru pada jenjang
pendidikan sekolah seperti SD. Guru di lembaga pendidikan anak usia dini
menyelenggarakan pendidikan dalam suasana yang tidak terlalu formal namun
dilakukan dalam suasana yang penuh dengan nuansa bermain. Hal tersebut
didasarkan pada prinsip penyelenggaraan anak yaitu “bermain sambil belajar dan
belajar seraya bermain”.
Hal yang lainnya yang menunjukkan kekhususan dalam pembelajaran
anak adalah bentuk desain ruang kelas yang terkesan ramai, warna-warni, banyak
gambar. Keadaan tersebut tidak semata-mata hanya untuk membedakan dengan
bentuk desain ruang pada pendidikan yang lainnya misalnya SD, tetapi sebagai
upaya memberikan berbagai pengalaman belajar kepada anak sekaligus
menciptakan iklim yang menyenangkan untuk anak. Dengan demikian diharapkan
anak akan lebih termotivasi untuk melakukan kegiatan belajarnya. Apabila anak
sudah termotivasi dalam kegiatan belajarnya, apapun pesan atau informasi
pembelajaran yang harus diperolehnya akan diterimanya dengan mudah.
Kekhasan yang lainnya adalah bangunan fisik lainnya yang disediakan
untuk anak misalnya bangunannya sering dihiasi dengan gambar-gambar yang
menunjukkan nuansa kehidupan anak.
Pengembangan program pendidikan pendidikan anak usia dini
seyogyanya didasarkan pada berbagai sumber, yakni karakteristik anak
didik, perkembangan ilmu pengetahuan, serta nilai-nilai dan harapan-
harapan yang berkembang pada masyarakat. Dengan dipertimbangkannya
faktor-faktor tersebut, program pendidikan yang disediakan akan dapat
mengarahkan anak ke pencapaian tujuan yang dikehendaki dengan tetap
tersajikan dalam cara-cara yang sesuai dengan tuntutan kondisi anak dan
perkembangan ilmu pengetahuan.
Model pembelajaran yang dikehendaki untuk anak adalah model
yang bersifat terintegrasi, yakni suatu program pembelajaran yang dapat
menyajikan suatu aktivitas belajar anak secara terpadu. Kegiatan
pembelajaran anak tidak dipilah-pilah kedalam bentuk mata-mata
pelajaran, melainkan disajikan secara terintegrasi dalam satu aktivitas yang
dilakukan oleh anak. Pembelajaran tema adalah salah satu pendekatan
pembelajaran yang didasarkan atas ide-ide pokok atau ide-ide sentral
tentang anak 8 dan lingkungannya. Tema yang disajikan kepada anak
harus dimulai dari hal-hal yang telah dikenal anak menuju yang lebih jauh;
dimulai dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks. Dalam
mengembangkan suatu tema, guru-guru dapat memilih topik yang mereka
pandang relevan dengan minat anak, serta mengembangkan pembelajaran
sekitar ide-ide pokok yang dipilih tersebut.

2
Program pendidikan anak usia dini juga hendaknya responsif
terhadap perbedaan anak baik dalan hal kecakapan, minat, maupun gaya
belajar. Ini berarti pengalaman belajar yang kaya dan variatif sehingga
memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar sesuai dengan
karakterstik dan kebutuhannya masing-masing.
3. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
1. Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas,
yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat
perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam
memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa
dewasa.
2. Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai
kesiapan belajar (akademik) di sekolah, sehingga dapat mengurangi
usia putus sekolah dan mampu bersaing secara sehat di jenjang
pendidikan berikutnya.
3. Mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan keterampilan yang diperlukan diperlukan dirinya
dirinya, masyarakat masyarakat, bangsa dan negara.
4. Membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki Kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
5. Membantu memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara
optimal dan menyeluruh sesuai dengan norma-norma dan nilainilai
kehidupan yang dianut.

4. Manfaat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)


Pendidikan dapat dipandang sebagai suatu proses pemberdayaan dan
pembudayaan individu agar ia mampu memenuhi kebutuhan
perkembangannya sekaligus memenuhi tuntutan sosial, kultural, dan
religius dalam lingkungan kebudayaan. Pengertian pendidikan ini
mengimplikasikan bahwa upaya apapun yang dilakukan dalam konteks
pendidikan seyogyanya terfokus pada fasilitas proses perkembangan
individu sesuai dengan nilai agama dan kehidupan yang dianut.
pendidikan anak usia dini memiliki lima fungsi dasar yaitu :
a. Pengembangan potensi
b. Penanaman dasar-dasar aqidah keimanan.
c. Pembentukan dan pembiasaan prilaku yang diharapkan.
d. Pengembangan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan
e. Pengembangan motivasi dan sikap belajar yang positif.
Dijelaskan oleh para ahli seperti Newberger yang dikutif oleh
Ibrahim dkk bahwa :

3
“Pada usia dini terdapat periode-periode optimal dalam
perkembangan anak. Maksudnya, pada masa ini terdapat kesempatan-
kesempatan yang lebih memungkinkan terjadinya perubahan yang
signifikan dalam berbagai aspek-aspek perkembangan anak. Misalnya,
masa tiga tahun pertama kehidupan merupakan masa yang senstif bagi
perkembangan gerak-gerak motorik yang fundamental.”

5. Contoh Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)


a. TK/RA
Raudatul athfal merupakan jenjang pendidikan anak usia dini
(yakni usia 6 tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan
formal, di bawah pengelolaan Kementerian Agama RA setara dengan
taman kanak-kanak (TK), di mana kurikulumnya ditekankan pada
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.
Taman kanak-kanak (TK) adalah jenjang pendidikan anak usia dini
(usia 6 tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal.
Kurikulum TK ditekankan pada pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan murid, perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut. Lama masa belajar seorang murid di TK biasanya tergantung
pada tingkat kecerdasannya yang dinilai dari rapor per semester.
Secara umum untuk lulus dari tingkat program di TK selama 2 (dua)
tahun, yaitu:
1) TK 0 (nol) Kecil (TK kecil) selama 1 (satu) tahun
2) TK 0 (nol) Besar (TK besar) selama 1 (satu) tahun
Di Indonesia, seseorang tidak diwajibkan untuk menempuh
pendidikan di TK. Di TK, siswa diberi kesempatan untuk belajar dan
diberikan kurikulum pembelajaran yang sesuai dengan usia pada tiap-
tiap tingkatannya. Siswa diajarkan mengenai hal berikut ini: agama,
budi bahasa, berhitung, membaca (mengenal aksara dan ejaan),
bernyanyi, bersosialisasi dalam lingkungan keluarga dan teman-teman
sepermainannya, dan berbagai macam keterampilan lainnya.
Tujuan belajar di TK adalah meningkatkan daya cipta anak-anak
dan memacu mereka untuk belajar mengenal berbagai macam ilmu
pengetahuan melalui pendekatan nilai budi bahasa, agama, sosial,
emosional, fisik, motorik, kognitif, bahasa, seni, dan kemandirian.
Semua dirancang sebagai upaya mengembangkan daya pikir dan
peranan anak dalam hidupnya.

4
b. KB
Kelompok bermain (bahasa Inggris: playgroup) merupakan satuan
pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal yang
menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia di bawah lima tahun.
Kelompok bermain umumnya beroperasi sampai siang hari saja, dan
memiliki staf suster anak atau sukarelawan. Kelompok bermain
dipercaya dapat memberikan stimulasi yang baik untuk
mengembangkan intelegensi, kemampuan sosial, dan kematangan
motorik anak. Di Indonesia dan mungkin negara negara lainya,
seseorang tidak diwajibkan mengikuti Playgroup.
c. Taman Penitipan Anak/ TPA
Salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan nonformal. TPA
adalah wahana kesejahteraan yang berfungsi sebagai pengganti
keluarga untuk jangka waktu tertentu bagi anak yang orang tuanya
bekerja menyelenggarakan program pendidikan sekaligus pengasuhan,
dan kesejahteraan sosial terhadap anak sejak lahir sampai dengan usia
6 tahun dengan prioritas anak usia 4 tahun ke bawah.
d. Satuan PAUD Sejenis (SPS)
Satuan Paud Sejenis (SPS) adalah lembaga yang
menyelenggarakan pendidikan diluar TK, KB dan TPA yang
penyelenggaraannya dapat diintegrasikan dengan layanan anak usia
dini yang ada di masyarakat seperti pos pelayanan terpadu (Posyandu),
bina keluarga balita (BKB), taman pendidikan Alqur’an dan semua
layanan anak usia dini yang berada dibawah binaan agama lainnya,
atau semua kelompok layanan anak usia dini yang berada dibawah
binaan organisasi wanita/organisasi kemasyarakatan. Diantara satuan
PAUD sejenis ini adalah Pos PAUD.
Pos PAUD adalah bentuk layanan PAUD yang
penyelenggaraannya diintegrasikan dengan layanan Bina Keluarga
Balita (BKB) dan Posyandu. Kehadiran Pos PAUD dimaksudkan
untuk menampung anak usia dini usia 0-6 tahun yang tidak terlayani
PAUD lainnya. Pendidik Pos PAUD berasal dari kader yang memiliki
latar belakang pendidikan SLTA atau sederajat, mendapatkan pelatihan
PAUD dan bersedia bekerja secara sukarela. Tugas Kader meliputi
menyiapkan administrasi kelompok, menyusun rencana kegiatan,
menata lingkungan main, memimpin anak dalam bermain, melakukan
kegiatan inti hingga mengevaluasi kegiatan dalam sehari dan
merencanakan kegiatan berikutnya bersama kader lainnya.
e. Pendidikan Keluarga
Pendidikan keluarga merupakan pendidikan informal. Dalam
keluarga, Ibu merupakan Madrasah yang paling utama dalam
pembentukan kepribadian anak. Ia sangat berperan sebagai figur
central yang dicontoh dan diteladani dengan perilaku atau moralitas

5
melalui arahan dalam berbagai keutamaan yang mulia. Untuk
mencapai keutamaan ini seperti menanamkan akhlak- akhlak terpuji
baik terhadap keluarga maupun di kalangan masyarakat maka para ibu
perlu sekali memperhatikan anak-anaknya sejak dini, setiap muncul
sifat-sifat negatif seperti sombong, congkak, hendaknya mereka segera
mengobatinya. Jika sifat ini dipelihara maka di masa yang akan datang
perangainya akan cenderung tidak mau menerima nasehat dan tidak
mau berkecimpung dengan kelompok-kelompok yang baik.
a. Pendidikan Agama
Pentingnya penanaman nilai- nilai agama sejak usia dini agar
tercipta manusia yang berakhlak mulia. Pendidikan agama Islam
diberikan kepada anak sejak dini melalui pengenalan-pengenalan
terlebih dahulu mengenai ciptaan Allah ‘Azza Wa Jalla tentang alam
dan seisinya. Kemudian dikenalkan ibadah terutama sholat, wudhu,
sehari-hari. Juga diajarkan pembiasaan-pembiasaan yang bernuansa
Islami agar terbentuk akhlak karimah.

B. Pendidikan Anak-Anak
1. Pengertian Pendidikan Anak-Anak
Pendidikan anak-anak adalah suatu proses pembinaan, pengajaran,
pengarahan dan bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani peserta didik/anak tentang suatu ilmu
pengetahuan yang nantinya akan dapat membentuk akhlak mulia,
menjadikan manusia yang beradab dan bertaqwa kepada Allah Subhanahu
Wa Ta’ala yang bersumber pada ajaran agama ke dalam diri peserta didik.

2. Karakteristik Pendidikan Anak-Anak


Pendidikan anak-anak tingkat SD mempunyai karakteristik yang
membedakannya dari satuan pendidikan lainnya. Paling tidak, ada empat
sasaran utama dalam pendidikan SD, yaitu sebagai berikut:
a. Kemelekwacaan (literacy)
Pendidikan SD diarahkan pada pembentukan kemelekwacaan,
bukan pada pembentukan kemampuan akademik. Kemelekwacaan
merujuk pada pemahaman siswa tetang berbagai fonemena/gagasan
dilingkungannya dalam rangka menyesuaikan perilaku dengan
kehidupan.
b. Kemampuan Berkomunikasi
Pendidikan SD diarahkan untuk pembentukan kemampuan
komunikasi, yaitu mampu mengomunikasikan sesuatu, baik buah pikiran
sendiri maupun informasi yang didapat dari berbagai sumber, kepada
orang lain dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
c. Kemampuan Memecahkan Masalah (Problem Solving)

6
Mencakup merasakan adanya masalah, mengidentifikasi masalah,
mencari informasi untuk memecahkan masalah, mengekspoitasi
alternative pemecahan masalah, dan memilih alternatif yang paling
layak.
d. Kemampuan Bernalar (Reasoning) 
yaitu menggunakan logika dan bukti-bukti secara sistematis dan
konsisten untuk sampai pada simpulan. Pendidikan SD diarahkan untuk
mengembangkan kemampuan siswa berfikir logis sehingga kemampuan
bernalarnya berkembang.

3. Tujuan Pendidikan Anak-Anak


Secara umum tujuan pendidikan anak–anak sebagai potesi anak–anak
dalam persiapan untuk hidup dan dapat mensesuaikan dari dengan
lingkungan sekitarnya. Pemerintah Indopnesia juga telah menggariskan
dasar–dasar dan tujuan pendidikan dan pengajaran itu di dalam Undang –
Undang Dasar no 12 tahun 1954, terutama pasal 3 dan 4 yang berbunyi
sebagai berikut:
a. Pasal 3 :Tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia
susilah yang cakap dan warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air
b. Pasal 4 :Pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas asas – asas yang
termaktub dalam ”Pancasila” Undang – Undang Dasar Negara Indonesia
dan atas kebudyaan kebangsaan Indonesia.
Dari pasal –pasal di atas nyatalah yang menjadi tugas pedidik yatu:
a. Membentuk manusia susila
b. Menbentuk manusia susila yang cakap
c. Membentuk warga negara
d. Membentuk warga negara yang demokratis
e. Membentuk warga negara yang bertanggungjawab tentang
kesejahteraan masyarakat dan tanah air.
4. Manfaat Pendidikan Anak-Anak
a. Sosialisasi
Fungsi pendidikan ini ialah proses untuk mempelajari sebuah nilai
dan juga norma yang berlaku di masyarakat. Karena manusia sebagai
makhluk sosial yang hidup di masyarakat, maka dari itu anak-anak
diharapkan mampu untuk menerapkan nilai dan norma yang ada. Dan
dalam menjalankan fungsinya sekolah dan keluarga merupakan tempat
yang tepat untuk mempelajarinya. Baik dari pendidikan formal maupun
pendidikan non-formal.
b. Integrasi Sosial
Jika seseorang menjalankan fungsi pendidikan yang pertama, dan
menjalankan bagaimana nilai-nilai serta norma yang ada di masyarakat,

7
maka proses ia menjalankan nilai dan norma tersebut disebut dengan
integrase sosial. Hal ini dilakukan saat seorang individu ataupun
kelompok mengikuti nilai dan norma dari kelompok dan keahlian
seseorang pun dapat menempatkannya pada penempatan sosial individu
yang sesuai. Dan apabila penempatan sosial ini sesuai dengan
pendidikan yang kamu tempuh, maka fungsi pendidikan ini akan
berjalan dengan baik.
c. Inovasi Sosial
Inovasi sosial dalam pendidikan tentunya sangat dibutuhkan. Kamu
tak bisa membuat sebuah inovasi tanpa adanya pendidikan atau ilmu
yang kamu raih terlebih dahulu. Sebagaimana sebelumnya pendidikan
dapat diperoleh dengan pendidikan formal dan non-formal, hal ini juga
berpengaruh dengan inovasi apa yang kamu ciptakan untuk
lingkunganmu.

d. Contoh Pendidikan Anak-Anak


a. Pendidikan Keluarga
Pendidikan orang tua terhadap anak-anaknya adalah pendidikan
yang didasarkan pada rasa kasih sayang terhadap anak-anak,dan yang
diterimanya dari kodrat. Orang tua adalah pendidik sejati,pendidik
karena kodratnya. Oleh karena itu kasih sayang orang tua terhadap anak-
anak hendaklah kasih sayang yang sejati pula. Kasih sayang harus dijaga
jangan sampai berunah menjadi memanjakan. Kasih sayang harus
dilengkapi dengan pandangan yang sehat tentang sikap kita terhadap
anak karena pendidikan berdasarkan kasih sayang saja kadang-kadang
mendatangkan bahaya. Lebih bahaya lagi bagi pertumbuhan jiwa anak-
anak jika kasih sayang itu disertai kekhawatiran ortu. Banyak ortu yang
merasa kahwatir kalau anak-anaknya akan terpengaruh oleh keadaan
sekelilingnya,yang penuh dengan kesukaran-kesukaran dan bahaya-
nahaya serta hal-hal yang kotor. Mereka menahan anak-anaknya supaya
dirumah saja, tidak boleh bermain atau bercampur baur dengan anak
lain. Adapula kasih sayang orang tua yang salah yaitu mengharapkan
kesenangan dan kepuasan bagi dirinya dari anak-anaknya.
b. Pendidikan Dasar
Periode pendidikan dasar ini adalah selama 6 tahun. Di akhir masa
pendidikan dasar, para siswa diharuskan mengikuti dan lulus dari Ujian
Nasional (UN). Kelulusan UN menjadi syarat untuk dapat melanjutkan
pendidikannya ke tingkat selanjutnya (SMP/MTs).
Berikut adalah contoh pendidikan dasar:
1) Sekolah Dasar
Sekolah dasar (SD) adalah jenjang paling dasar pada
pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam

8
waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Saat ini murid
kelas 6 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (Ebtanas) yang
mempengaruhi kelulusan siswa. Lulusan sekolah dasar dapat
melanjutkan pendidikan ke tingkat SLTP.
Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 6-12 tahun. Di
Indonesia, setiap warga negara berusia 6-15 tahun wajib mengikuti
pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun.
2) Madrasah Ibtidaiyah 
Madrasah ibtidaiyah (MI) adalah jenjang paling dasar pada
pendidikan formal di Indonesia, setara dengan Sekolah Dasar, yang
pengelolaannya dilakukan oleh Kementerian Agama. Kurikulum
madrasah ibtidaiyah sama dengan kurikulum sekolah dasar, hanya
saja pada MI terdapat porsi lebih banyak mengenai pendidikan
agama Islam. Selain mengajarkan mata pelajaran sebagaimana
sekolah dasar, juga ditambah dengan pelajaran-pelajaran seperti:
a) Alquran dan Hadits
b) Aqidah dan Akhlaq
c) Fiqih
d) Sejarah Kebudayaan Islam
e) Bahasa Arab
3) Kelompok Belajar Paket A
Kelompok Belajar atau Kejar adalah jalur pendidikan
nonformal yang difasilitasi oleh Pemerintah untuk siswa yang
belajarnya tidak melalui jalur sekolah, atau bagi siswa yang belajar
di sekolah berbasis kurikulum non pemerintah seperti Cambridge,
dan IB (International Baccalaureate).
Peserta kejar umumnya menggunakan seragam baju putih
dan celana panjang hitam.Kejar terdiri atas tiga paket: Paket A,
Paket B dan Paket C. Setiap peserta Kejar dapat mengikuti Ujian
Kesetaraan yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan
Nasional.
c. Pendidikan Karakter
Pada usia anak-anak pendidikan karakternya melalui: a) Memberi
keteladanan (uswah hasanah) dalam hal nilai-nilai keikhlasan,
perjuangan, pengorbanan, kesungguhan, kesederhanaan, dan tanggung
jawab; b) mengkondisikan hidup di lingkungan c) memberi pengarahan
nilai dan filosofi hidup, d) menugaskan supaya dapat hidup mandiri
dengan cara mengurus dirinya sendiri, mengelola usaha, memimpin
organisasi dan bermasyarakat. e) membiasakan hidup disiplin, taat
beribadah dan taat terhadap peraturan.

d. Pendidikan Agama
 Pendidikan Agama Islam di SD berfungsi untuk : (a) Penanaman
nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat; (b) Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada
Allah Subhanahu Wa Ta’ala serta akhlak mulia peserta didik seoptimal

9
mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan
keluarga; (c) Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik
dan sosial melalui pendidikan agama Islam; (d) Perbaikan kesalahan-
kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,
pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari;
(e) Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif budaya asing yang akan
di hadapinya sehari-hari; (f) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan
keagamaan secara umum ( alam nyata dan non nyata ), sistem dan
fungsionalnya; (g) Penyaluran siswa untuk mendalami  pendidikan
agama ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi.   
C. Pendidikan Remaja
1. Pengertian Pendidikan Remaja
Pendidikan remaja adalah upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga,
masyarakat, serta pemerintah, dengan melalui pengajaran atau latihan,
kegiatan bimbingan, yang berlangsung di dalam sekolah dan di luar
sekolah pada masa remaja.
Tugas-tugas pendidik pada usia remaja lebih kompleks daripada tugas-
tugas pada usia anak-anak. Sesuai dengan karakteristik mental usia remaja
yang sedang dalam tahap pencarian jati diri, tugas pendidik adalah
menciptakan lingkungan yang sebaik-baiknya dengan memberikan banyak
aktivitas positif supaya remaja tidak terjerumus pada kegiatan negatif yang
merugikan masa depannya. Pendidikan karakter pada remaja dilakukan
untuk pengendalian diri supaya remaja tidak terjerumus ke dalam karakter
negatif. Supaya karakter positif dapat diinternalisasi menjadi karakter yang
permanen, sekolah bertugas menyediakan banyak pilihan yang mendukung
berkembangnya karakter positif tersebut dan menekan peluang munculnya
karakter negatif. Model pendidikan karakter pada usia remaja dilakukan
untuk menanamkan kedisiplinan, kejujuran, rasa hormat menghormati dan
saling tolong menolong dalam semua kegiatan.

2. Karakteristik Pendidikan Remaja


Proses belajar akan berhasil apabila sesuai dengan minat dan
kebutuhan bagi seorang individu. Cita-cita tentang jenis pekerjaan di masa
yang akan datang merupakan faktor penting yang mempengaruhi minat dan

10
kebutuhan bagi remaja untuk belajar. Olehnya itu, remaja secara sadar telah
mengetahui pula bahwa untuk mencapai jenis pekerjaan yang diidamkan itu
memerlukan saran pengetahuan dan keterampilan tertentu yang harus
dimiliki. Hal inilah yang membimbing remaja menentukan pilihan jenis
pendidikan yang akan diikuti.
Remaja pada usia 13-14 tahun atau pada usia awal remaja (pre-
adolescence) di mana jenjang pendidikan berada pada Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP, mereka mulai mengenal sistem baru dalam
sekolah. Misalnya, perkenalan dengan banyak guru yang memiliki berbagai
macam sifat dan kepribadian. Hal ini menunjukkan perlunya kemampuan
untuk menyesuaikan diri terhadap situasi yang beragam.
Di samping pengenalan terhadap sistem pendidikan, para remaja
tersebut juga memiliki teman sejawat yang semakin luaslingkungannya dan
ia mulai mengenal anak lain dengan berbagai macam latar belakang
keadaan keluarga. Dengan kata lain, remaja mengenal dan memiliki
masyarakat baru yang merupakan masyarakat sekolah atau teman sebaya.
Dengan  demikian, mereka memiliki tiga lingkungan pendidikan yang pola
dan karakteristiknya berbeda-beda serta masing-masing memikul tanggung
jawab dalam penyelenggaraan pendidikan. Mengingat hal itu, maka setiap
remaja berada pada posisi pendidikan yang majemuk, mereka berada di
lingkungan yaitu:
a. Lingkungan Pendidikan di Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan
utama bagi anak-anak dan remaja. Pendidikan keluarga lebih
menekankan pada aspek moral atau pembentukan kepribadian daripada
pendidikan untuk menguasai ilmu pengetahuan. Dasar dan tujuan
penyelenggaraan pendidikan keluarga bersifat indiviual yang sesuai
dengan pandangan hidup pada masing-masing keluarga, sekalipun secara
nasional bagi keluarga-keluarga bangsa indonesia memiliki dasar yang
sama, yaitu Pancasila. Ada keluarga yang dalam mendidik anaknya
mendasarkan pada kaidah-kaidah agama dan menekankan proses

11
pendidikan pada pendidikan agama dengan tujuan untuk menjadikan
anak-anaknya menjadi orang yang saleh dan senantiasa takwa dan iman
kepada Tuhan Yang maha Esa. Ada pula keluarga yang dasar dan tujuan
penyelenggaraan pendidikannya berorientasi kepada kehidupan sosial
ekonomi kemasyarakatan dengan tujuan untuk menjadikan anak-anaknya
menjadi orang yang produktif dan bermanfaat dalam kehidupan
bemasyarakat.
Anak dan remaja di dalam keluarga berkedudukan sebagai anak
didik dan orang tua sebagai pendidiknya. Secara garis besar corak dan
pola pada penyelenggaraan pendidikan keluarga dapat dikelompokkan
menjadi tiga bagian, yaitu;  pendidikan otoriter, pendidikan demokratis,
dan pendidikan liberal. Berkaitan dengan itu, pendidikan yang bercorak
otoriter memberikan kesan di mana anak-anak senantiasa harus
mengikuti apa yang telah digariskan oleh orang tuanya, sedang pada
pendidikan yang bercorak liberal, anak-anak lebih cenderung diberikan
kebebasan oleh orang tuanya untuk menentukan tujuan dan cita-citanya.
b. Lingkungan Pendidikan di Masyarakat

Masyarakat merupakan lingkungan alami kedua yang dikenal anak-


anak. Anak remaja telah banyak mengenal karakteristik masyarakat
dengan berbagai norma dan keragamannya. Kondisi masyarakat amat
beragam, tentu banyak hal yang harus diperhatikan dan diikuti oleh
anggota masyarakat, dan dengan demikian para remaja perlu memahami
hal itu.  Sehubungan dengan itu, maka tidak jarang para remaja memiliki
perbedaan pandangan dengan para orang tua, sehingga norma dan
perilaku remaja dianggap tidak sesuai dengan norma masyarakat yang
sedang berlaku. Hal ini tentu saja akan berdampak pada pembentukan
pribadi remaja. Perbedaan ini dapat mendorong para remaja untuk
membentuk kelompok-kelompok sebaya yang memiliki kesamaan
pandangan.

c. Lingkungan Pendidikan di Sekolah

12
Sekolah merupakan lingkungan artifisial yang sengaja diciptakan
untuk membina anak-anak ke arah tujuan tertentu, khususnya untuk
memberikan kemampuan dan keterampilan sebagai bekal kehidupannya
di kemudian hari. Bagi para remaja pendidikan jalur sekolah yang
diikutinya adalah jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Di
mata remaja sekolah dipandang sebagai lembaga yang cukup
berpengaruh terhadap terbentuknya konsep yang berkenaan dengan nasib
mereka di masa mendatang. Mereka menyadari jika prestasi atau hasil
yang dicapaidi sekolah itu baik, maka hal itu akan membuka
kemungkinan hidupnya di kemudian hari menjadi cerah, tetapi
sebaliknya apabila prestasi yang dicapainya kurang baik, maka hal itu
dapat berakibat pada gelapnya masa depan mereka. Kegagalan sekolah
bagi remaja dipandang sebagai awal dari kegagalan hidupnya. Dengan
demikian, sekolah dipandang banyak mempengaruhi kehidupannya. Oleh
karena itu, remaja telah memikirkan benar-benar dalam memilih dan
mendapatkan sekolah yang diperkirakan mampu memberikan peluang
baik baginya dikemudian hari. Pandangan ini didasari oleh berbagai
faktor, seperti faktor ekonomi, sosial, dan harga diri (status dalam
masyarakat).

3. Tujuan Pendidikan Remaja


Tujuan pendidikan remaja adalah untuk mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.

4. Manfaat Pendidikan Remaja

13
Manfaat pendidikan remaja yang utama adalah mengembangkan i,
kemampuan dan membentuk watak, kepribadian, serta peradaban yang
bermartabat. Pendidikan juga memiliki manfaat-manfaat lain, yaitu:
1. Pendidikan remajasebagai penegak nilai, artinya pendidikan memiliki
peran yang penting untuk menjaga nilai-nilai dalam masyarakat.
2. Pendidikan remaja sebagai pengembang masyarakat, artinya pendidikan
berperan dalam meningkatkan mutu dan kualitas ilmu masyarakat
3. Pendidikan remaja sebagai upaya mengembangkan potensi manusia,
artinya pendidikan berperan untuk menciptakan generasi penerus bangsa
yang berbudi luhur.

5. Contoh Pendidikan Remaja


a. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah (sebelumnya dikenal dengan sebutan sekolah
lanjutan tingkat atas atau SLTA) adalah jenjang pendidikan
lanjutan pendidikan dasar.
1) Sekolah Menengah Pertama
Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah jenjang pendidikan
dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar
(atau sederajat). Sekolah menengah pertama ditempuh dalam waktu
tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Pada tahun ajaran 1994/1995
hingga 2003/2004, sekolah ini pernah disebut sekolah lanjutan tingkat
pertama (SLTP).
1) Madrasah Tsanawiyah
Madrasah tsanawiyah (disingkat MTs) adalah jenjang dasar
pada pendidikan formal di Indonesiaa, setara dengan sekolah
menengah pertamaa, yang pengelolaannya dilakukan
oleh Departemen Agama. Pendidikan madrasah tsanawiyah
ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9.
2) Kelompok Belajar Paket B dan Paket C

14
Kelompok Belajar atau Kejar adalah jalur pendidikan
nonformal yang difasilitasi oleh Pemerintah untuk siswa yang
belajarnya tidak melalui jalur sekolah, atau bagi siswa yang belajar
di sekolah berbasis kurikulum non pemerintah seperti Cambridge,
dan IB (International Baccalaureate).Peserta kejar umumnya
menggunakan seragam baju putih dan celana panjang hitam. (
3) Sekolah Menengah Atas
Sekolah Menengah Atas (SMA), adalah jenjang pendidikan
menengah pada pendidikan formal di Indonesia setelah
lulus Sekolah Menengah Pertamaa (atau sederajat). Sekolah
menengah atas ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 10
sampai kelas 12.
4) Sekolah Menengah Kejuruan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan
formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada
jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan
dari SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari
hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. Di SMK terdapat
banyak sekali Program Keahlian.
5) Madrasah Aliyah
Madrasah aliyah (disingkat MA) adalah jenjang
pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia yang
setara dengan sekolah menengah atas. Pengelolaannya dilakukan
oleh Kementerian Agama. Jenjang kelas dalam waktuh tempuh
madrasah aliyah sama seperti sekolah menengah atas.
6) Madrasah Aliyah Kejuruan
Madrasah aliyah kejuruan (MAK) adalah salah satu
bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama
yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan dengan kekhasan
agama Islam pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan

15
dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari
hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs.

b. Pendidikan Karakter
Pendidikan pada usia remaja menjadi momen yang penting dan
menentukan karakter seseorang setelah dewasa. Lingkungan pergaulan di
sekolah maupun di rumah mempunyai peluang yang sama kuatnya dalam
pengembangan karakter. Oleh sebab itu, perlu ada kerjasama dan
komunikasi yang baik antara sekolah dan keluarga dalam
mengembangkan karakter anak remaja.
Tugas-tugas pendidik pada usia remaja lebih kompleks daripada
tugas-tugas pada usia anak-anak. Sesuai dengan karakteristik mental usia
remaja yang sedang dalam tahap pencarian jati diri, tugas pendidik
adalah menciptakan lingkungan yang sebaik-baiknya dengan
memberikan banyak aktivitas positif supaya remaja tidak terjerumus
pada kegiatan negatif yang merugikan masa depannya. Pendidikan
karakter pada remaja dilakukan untuk pengendalian diri supaya remaja
tidak terjerumus ke dalam karakter negatif. Supaya karakter positif dapat
diinternalisasi menjadi karakter yang permanen, sekolah bertugas
menyediakan banyak pilihan yang mendukung berkembangnya karakter
positif tersebut dan menekan peluang munculnya karakter negatif. Model
pendidikan karakter pada usia remaja dilakukan untuk menanamkan
kedisiplinan, kejujuran, rasa hormat menghormati dan saling tolong
menolong dalam semua kegiatan.
Pola penerapan pendidikan karakter islami bagi remaja di rumah
yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah sebagai berikut: 1)
Menanamkan akidah yang lurus sesuai dengan yang sudah dicontohkan
Rasulullah Muhammad saw. serta yang dipahami oleh para salafus
shalih; 2) Membiasakan remaja menunaikan ibadah fardu, wajib, dan
nafilah, membaca Al-Qur‟an, dan terbiasa mengikuti Sunnah mulia
Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam. Agar akhlak terpuji dapat

16
diresapi dari perjalanan sirah beliau; 3) Orang tua menjadi teladan yang
baik dalam kehidupan keseharian dalam berbagai hal dan kesempatan; 4)
Orang tua memperjelas visi dan misi keluarga yang harus dipahami,
disepakati, dan berusaha dicapai secara bersama-sama oleh seluruh
anggota keluarga; 5) Menjadi orang tua pembelajar yang selalu
menciptakan suasana dan lingkungan pembelajaran bagi seluruh anggota
keluarga; 6) Memperkuat hubungan antara anggota keluarga dengan
menciptakan proses komunikasi yang lancar, hangat, dan komunikatif
antar anggota keluarga.

c. Pendidikan Agama
Pendidikan agama meliputi beberapa pendidikan yaitu pendidikan
akidah, pendidikan akhlak, dan pendidikan ibadah. Pendidikan tersebut
dapat dijelas sebagai berikut;
1) Pendidikan Akidah
Akidah merupakan unsur esensial yang mesti dimiliki seorang
anak dalam pembinaan pertumbuhan anak. Kepercayaan terhadap
Tuhan secara rohani memberikan penanaman kejiwaan bahwa di alam
ini ada yang berkuasa dan mengatur seluruh yang ada baik yang
nampak maupun tidak.
2) Pendidikan Akhlak
Seorang anak mestilah diajarkan etika dan moral yang baik
didalam keluarga. Perbuatan terpuji yang terakumulasi dalam bentuk
akhlak mahmudah (terpuji) merupakan bagian terpenting yang menjadi
perhatian Al-Qur’an. Diantara akhlak yang baik itu adalah tidak boleh
melawan kepada kedua orang tua dan mengabdi kepada keduanya.
3) Pendidikan Ibadah
Bentuk pendidikan Islam yang tidak kalah pentingnya didalam
Islam adalah ibadah. Tetapi ibadah tersebut tidak hanya terbatas pada
amal ibadah yang sudah dikenal saja seperti shalat, puasa, zakat, haji
dan lain sebagainya namun juga mencakup suatu kebaktian yang

17
hanya ditujukan kepada Allah, mengambil petunjuk hanya kepadanya
baik tentang persoalan dunia maupun akhirat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas (2004). Modul Sosialisasi Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta :


Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini Dirjen PLSP.
Fikri, L. K., Wibisana, W., & Rahmat, M. (2015). Perkembangan Pendidikan
Agama Islam (Pai) Di Sekolah Dasar Tahun 1945-1966. TARBAWY:
Indonesian Journal of Islamic Education, 2(2), 172-181.
Gade, F. (2012). Ibu Sebagai Madrasah dalam Pendidikan Anak. Jurnal Ilmiah
Didaktika: Media Ilmiah Pendidikan dan Pengajaran, 13(1).
Mulyatiningsih, E. (2011). Analisis model-model pendidikan karakter untuk usia
anak-anak, remaja, dan dewasa. Yogyakarta: UNY.
Nasrullah, Jon Feri. 2015. Pendidikan Karakter Pada Anak dan Remaja. Makalah
disajikan dalam seminar: Psikologi dan Kemanusiaan. Di Universitas
Muhammadiyah Malang.

Nazar, M. (2011). Sistem Pendidikan Remaja dalam Pandangan Islam. (Doctoral


dissertation). Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Solehuddin, M. (1997).Konsep Dasar Pendidikan Pra Sekolah. Bandung:
Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.

19

Anda mungkin juga menyukai