Anda di halaman 1dari 8

LANDASAN TEORI

A. Pendidikan Anak Usia Dini


1. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan menjadi hal yang penting untuk diselenggarakan sejak usia dini guna untuk
kesejahteraan hidup manusia di masa yang akan datang. Hurlock (1996:27) yang menyatakan bahwa
di tahun-tahun awal kehidupan anak merupakan dasar yang cenderung bertahan dan mempengaruhi
sikap atau perilaku anak sepanjang hidupnya. Pentingnya pendidikan untuk anak usia dini mendorong
pemerintah meng-galakkan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pendidikan anak usia dini
merupakan upaya pembinaan pada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pembinaan
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan, perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan selanjutnya.
Pestalozzi menyebutkan bahwa anak pada dasarnya memiliki pembawaan yang baik.
Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada anak berlangsung secara bertahap dan
berkesinambungan. Masing-masing tahap pertumbuhan dan perkembangan seorang individu haruslah
tercapai dengan sukses sebelum berlanjut pada tahap berikutnya. Konsep PAUD menurut Pestalozzi
yaitu berdasarkan pengaruh panca indera, dan melalui pengalamanpengalaman tersebut potensi-
potensi yang dimiliki oleh seorang individu dapat dikembangkan. Cara belajar yang terbaik untuk
mengenal berbagai konsep adalah dengan melalui berbagai pengalaman antara lain dengan
menghitung, mengukur, merasakan dan menyentuhnya.
Pendidikan keluarga sebagai pendidikan pertama bagi anak dalam kehidupannya, sangatlah
penting, karena kehidupan yang dialami oleh anak pada masa kecilnya akan menentukan
kehidupannya di masa depan. Froebel memandang pendidikan anak usia dini dapat membantu
perkembangan anak secara wajar. Ia menggunakan taman sebagai simbol dari pendidikan anak.
Apabila anak mendapatkan pengasuhan yang tepat, seperti halnya tanaman muda akan berkembang
secara wajar mengikuti hukumnya sendiri. Pendidikan taman kanak-kanak harus mengikuti sifat dan
karakteristik anak. Oleh sebab itu bermain dipandang sebagai metode yang tepat untuk membelajarkan
anak, serta merupakan cara anak dalam meniru kehidupan orang dewasa di sekelilingnya secara wajar.
Montessori (dalam Suyadi dkk, 2013) beranggapan bahwa PAUD merupakan suatu upaya untuk
membantu perkembangan anak secara menyeluruh dan bukan sekedar mengajar. Nilai-nilai dasar
kemanusiaan itu berkembang melalui interaksi antara anak dengan lingkungan sekitarnya. Montessori
meyakini bahwa ketika dilahirkan, anak secara bawaan sudah memiliki pola perkembangan psikis.
Pola ini tidak dapat teramati sejak lahir, tetapi sejalan dengan proses perkembangan yang dilaluinya
maka akan dapat teramati. Anak memiliki dorongan yang kuat ke arah pembentukan jiwanya sendiri
(self construction) sehingga secara spontan akan berusaha untuk membentuk dirinya melalui
pemahaman terhadap lingkungannya. Pendidik dapat mengamati dengan teliti perkembangan setiap
anak yang berhubungan dengan masa pekanya. Kemudian pendidik dapat memberikan stimulasi yang
dapat membantu berkembangnya masa peka anak sesuai dengan fungsinya.
Anak membangun pengetahuannya sendiri secara aktif berdasarkan pengalamannya.
Pengetahuan tersebut diperoleh anak dengan cara membangunnya sendiri secara aktif melalui interaksi
yang dilakukannya dengan lingkungan. Piaget dan Vygotsky (dalam Suyadi dkk, 2013) menekankan
pada pentingnya aktivitas bermain sebagai sarana untuk PAUD, terutama yang berkaitan dengan
pengembangan kapasitas berfikir. Aktivitas bermain juga dapat menjadi akar bagi perkembangan
perilaku moral. Hal itu terjadi ketika dihadapkan pada suatu situasi yang menuntut mereka untuk
berempati serta memenuhi aturan dan perannya dalam kehidupan bermasyarakat. Interaksi yang
dilakukan anak dengan lingkungan sekitarnya, baik itu orang dewasa maupun teman sebayanya dapat
memberikan bekal yang cukup berharga bagi anak, karena dapat membantu mengembangkan
kemampuan berbahasa, bersosialisasi, dan mengungkapkan emosinya.
K. H Dewantara (dalam Suyadi dkk, 2013) berpandangan bahwa PAUD harus memberi
pengetahuan yang berfaedah lahir dan batin, serta dapat memerdekakan diri. Kemerdekaan itu
hendaknya diterapkan pada cara berfikir anak yaitu agar anak tidak selalu diperintahkan dengan buah
pikiran orang lain saja tetapi mereka harus dibiasakan untuk mencari serta menemukan sendiri
berbagai nilai pengetahuan dan keterampilan dengan menggunakan pikiran dan kemampuannya
sendiri. K. H Dewantara memandang pendidikan itu bersifat hanya menuntun tumbuh kembangnya
kekuatan-kekuatan kodrati yang dimiliki anak. Pendidikan sama sekali tidak mengubah dasar
pembawaan anak, kecuali memberikan tuntunan agar kodrat-kodrat bawaan anak itu tumbuh kembang
ke arah yang lebih baik menjadi lebih berkualitas lagi disamping untuk mencegahnya dari segala
macam pengaruh buruk.
PAUD merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada
peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan enam perkembangan. Enam aspek perkembangan anak
meliputi aspek agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan seni. Setiap
anak memiliki keunikan dan tahap-tahap perkembangan berbeda-beda sesuai dengan kelompok usia
yang dilalui oleh anak.
Pendidikan anak usia dini terdiri dari jalur pendidikan formal, non formal, dan informal. PAUD
pada jalur formal terdiri dari Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudathul Athfal (RA) yang memiliki
program pembelajaran satu tahun sampai dua tahun. Jalur ini dapat diselenggarakan menyatu dengan
SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat. PAUD jalur nonformal terdiri dari kelompok bermain, taman
penitipan anak. Sedangkan PAUD informal terdiri dari pendidikan yang didapat anak dalam keluarga
atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Kelompok bermain, taman penitipan anak, dan satuan pendidikan anak usia dini yang sejenis
menyelenggarakan pendidikan dalam konteks: bermain sambil belajar dalam rangka pembelajaran
agama dan ahlak mulia, sosial dan kepribadian, estetika, jasmani, olahraga, kesehatan, serta
merangsang minat kepada ilmu pengetahuan dan teknologi. Peserta didik kelompok bermain, taman
penitipan anak, dan satuan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan nonformal yang sejenis dapat
dievaluasi perkembangannya tanpa melalui proses yang bersifat menguji kompetensi.
Definisi anak usia dini yang dikemukakan oleh NAEYC adalah sekelompok individu yang
berada pada rentang usia 0-8 tahun. Ruang lingkup Pendidikan Anak Usia Dini, di antaranya: bayi (0-1
tahun), balita (2-3 tahun), kelompok bermain (3-6 tahun), dan sekolah dasar kelas awal (6-8 tahun).
Anak usia dini merupakan masa yang tepat untuk belajar. Pada masa ini, anak mengalami proses
pertumbuhan dan per-kembangan yang luar biasa. Anak usia dini adalah anak yang berada di masa
golden age yang artinya seorang anak memiliki potensi berkembang yang paling baik. Pada usia ini,
fisik otak anak berkembang mencapai 90% (Fadillah, 2012 : 62)
Pada masa usia dini ini, pendidikan dititik-beratkan pada pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan kasar), kognitif (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan
spiritual), sosio emosional (sikap danperilaku serta beragama), bahasa dan komunikasi. Stimulasi yang
dikembangkan untuk memberikan pondasi dasar yang kuat agar mampu berkembang optimal di masa
selanjutnya (Saleh & Sugito, 2015 : 1).
Pendidikan Prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani rohani anak didik diluar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar. TK terbagi
menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok A untuk anak usia 4-5 tahun dan kelompok B untuk anak usia 5-
6 tahun. Untuk layanan program, TK dilaksanakan minimal 6 hari dalam seminggu dengan jam
layanan minimal 2,5 jam per hari. Jumlah layanan dalam satu tahun minimal 160 hari atau 34 minggu.
Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas ialah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu
usaha yang diselenggarakan pemerintah untuk membina anak sejak usia lahir sampai enam tahun
dengan memberikan stimulus sesuai dengan tahap perkembangan anak. Dengan terfokus pada enam
aspek perkembangan anak yaitu fisik, kognitif, moral, sosio emosional, bahasa dan komunikasi.
Progam PAUD terdiri dari pendidikan formal yaitu Taman Kanakkanak, Raudhatul Atfhal. Pendidikan
nonformal terdiri dari Taman Penitipan Anak, Kelombok Bermain. Pendidikan informal terdiri dari
pendidikan keluarga dan lingkungan sekitar anak.

2. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini


Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan diadakannya PAUD di negara ini, yaitu:
a. Untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan
Berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang
optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan dimasa dewasa.
b. Untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar disekola
c. Intervensi dini dengan memberikan ransangan sehing dapat menumbuhk potensi-potensi
yang tersembunyi yaitu dimensi perkembangan anak (bahasa, intelektual, emosi,
sosial,motorik, konsep diri, minat, dan bakat).
d. Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya dalam pertumbuhan dan
perkembangan potensi – potensi yang dimiliki seorang anak.
Sejalan dengan 4 pilar pendidikan yang dicanangkan oleh UNESCO (2012) yaitu learning
to know (melalui media dan penjelasan guru), learning to do (melakukan aktivitas langsung, learning
to be (dengan bermain peran), learning to live together (berinteraksi dengan anak lain dengan mentaati
ketentuan dan peraturan yang berlaku). UNESCO menyebutkan tujuan PAUD antara lain berdasarkan
beberapa alasan. Yang pertama untuk alasan pendidikan, PAUD merupakan pondasi awal dalam
meningkatkan kemampuan anak untuk menyelesaikan pendidikan lebih tinggi, menurunkan angka
mengulang kelas dan angka putus sekolah. Yang kedua Alasan Ekonomi, PAUD merupakan investasi
yang menguntungkan baik bagi keluarga maupun pemerintah. Ketiga yaitu alasan sosial, karena PAUD
merupakan salah satu upaya untuk menghentikan roda kemiskinan. Dan yang keempat alasan hukum
PAUD merupakan hak setiap anak untuk memperoleh pendidikan yang dijamin oleh undang-undang.
Pendidikan anak usia dini dimaksudkan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan
anak secara optimal dan menyeluruh sesuai dengan norma dan nilai-nilai kehidupan yang dianut. Anak
usia dini merupakan masa keemasan, dimana seluruh aspek kemampuannya akan sangat baik bila
dikembangkan di masa ini. Karena masa emas ini tidak datang dua kali. Dengan memberikan fasilitas
sesuai kebutuhan dan perkembangan anak agar dapat tumbuh berkembang secara optimal.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari penyelenggaraan PAUD untuk
membentuk anak Indonesia yang berkualitas. Anak berkualitas yaitu anak yang tumbuh dan
berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di
dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa dewasa. Serta untuk
membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah. Sehingga dapat
mengurangi usia putus sekolah dan mampu bersaing secara sehat di jenjang pendidikan berikutnya.

3. Fungsi dan Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini


a. Fungsi pendidikan anak usia dini
Ada beberapa fungsi yang harus diperhatikan, antara lain sebagai berikut :
1) Fungsi adaptasi, berperan dalam membantu anak melakukan penyesuaian diri dengan
berbagai kondisi lingkungan serta menyesuaikan diri dengan keadaan dalam dirina sendiri.
2) Fungsi sosialisasi, berperan dala membantu anak agar memiliki keterampilan–
keterampilan sosial yang berguna dalam pergaulan dan kehidupan sehari–hari dimana anak
berada.
3) Fungsi pengembangan, berkaitan dengan pengembangan berbagai potensi yang dimiliki
anak.
4) Fungsi bermain, berkaitan dengan pemberian kesempatan pada anak untuk berman, karena
melalui kegiatan bermain anak akan mengeksplorasi dunianya serta membangun
pengetahuannya sendiri.
5) Fungsi ekonomik, pendidikan yang terencana pada anak merupakan investasi jangka
panjang yang dapat menguntungkan pada setiap rentang perkembangan selanjutnya.

b. Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini


Dalam program pendiidkan anak usia dini haruslah terjadi pemenuhan berbagai macam kebutuhan
anak, mulai dari kesehatan, nutrisi, dan stimulasi pendidikan, juga harus dapat memberdayakan
lingkungan masyarakat di mana anak itu tinggal. Prinsip pelaksanaan progrm pendidikan anak usia
dini, yaitu :
a) Pengetahuan tentang pola perkembangan akan membantu mengetahui apa yang diharapkan
dari anak pada tahap usia tertentu dan pada usia berapa akan muncul pola perilaku
tertentu, dan kapan pola itu akan diganti oleh yang lain.
b) Pengetahuan tentang apa yang diharapkan dari anak pada usia tertentu memungkinkan
disusunnya pedoman dalam bentuk skala tinggi dan berat badan, skala usia mental dan
skala perkembangan sosial atau emosional.
c) Pengetahuan bahwa perkembangan yang berhasil membutuhkan bimbingan dan pembinaan,
maka pengetahuan tentang pola perkembangan memungkinkan orang untuk dapat
membimbing proses belajar anak pada waktu yang tepat pada masa peka yang merupakan
masa paling tepat untuk berkembangnya kemampuan tertentu.
d) Pengetahuan tentang pola normal dalam tahapan perkembangan tertentu akan dapat dipakai
sebagai kriteria untuk mengenali secara dini perkembangan anak yang mungkin menyimpang
dari pola umum.

B.Tumbuh Kembang Anak usia 3-5 tahun


1. Defenisi Tumbuh Kembang
a. Defenisi Pertumbuhan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua kata yang berbeda, namun tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan ukuran
sel pada membelah diri dan sintesis protein baru, menghasilkan peningkatan ukurandan berat
seluruh atau sebagian sel (Wong, 2008, hlm.109).
Perkembangan dapat diartikan sebagai “perubahan yang progresif dan kontinyu
(berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati”. Pengertian lain dari
perkembangan adalah perubahan- perubahan yang dialami individu atau organisme menuju
tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturtion) yang berlangsung secara sistematis,
progresif, dan berkesinambungan, baik menyamgkut fisik (jasmaniah) maupun psikis
(rohaniah) (Syamsu, 2008).
b. Defenisi Perkembangan
Perkembangan (development) merupakan perubahan dan perluasan secara bertahap,
perkembangan tahap kompleksitas dari dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi,
peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, maturasi serta
pembelajaran (Wong,2008, hlm.109).
Psikologi Perkembangan adalah cabang dari psikologi yang mempelajari secara
sistematis perkembangan perilaku manusia secara ontogenik, yaitu mempelajari proses-
proses yang mendasari perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri , baik perubahan dalam
struktur jasmani, perilaku, maupun fungsi mental manusia sepanjang rentang hidupnya (life
span), yang biasanya dimulai sejak konsepsi hingga menjelang mati(Desmita,2007 ).
Perkembangan(development)merupakanperubahandan perluasan secara bertahap,
perkembangan tahap kompleksitas dari dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi,
peningkatan dan perluasan kapasitas seseorangmelalui pertumbuhan, maturasi
sertapembelajaran (Wong,2008, hlm.109).
Kesimpulannya perkembangan adalah perubahan yang dialami individu secara kualitatif
dan tidak dapat diukur namun terlihat jelas perubahan yang terjadi.
c. Pertumbuhan Anak usia 3-5 tahun
Pertumbuhan masa prasekolah pada anak yaitu pada pertumbuhan fisik, khususnya
berat badan mengalami kenaikan ratarata pertahunnya adalah 2 kg, kelihatan kurus, akan
tetapi aktivitas motoriknya tinggi, dimana sistem tubuh sudah mencapai kematangan, seperti
berjalan,melompat, dan lain-lain. Sedangkan pada pertumbuhan tinggi badan anak
kenaikannya rata-rata akan mencapai 6,75-7,5 cm setiap tahunnya (Hidayat, 2009, hlm. 25).
d. Konsep Perkembangan Anak usia 3-5 tahun
Perkembangan merupakan proses yang tidak akan berhenti. Masa prasekolah
merupakan fase perkembangan individu dapat usia 2-6 tahun, perkembangan pada masa ini
merupakan masa perkembangan yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting
(Fikriyanti, 2013, hlm.18).

2. Teori-Teori Perkembangan
a. Teori Perkembangan kognitif (Jean Piaget)
Perkembangan kognitif menurut Piaget merupakan perubahan- perubahan yang terkait
usia yang terjadi dalam aktifitas mental. Iajugamenyebutkanbahwa kesuksesan
perkembangan kognitif mengikuti prosses yang urutannya melewati empat fase, yaitu fase
sensorimotorik (0-2 tahun), fase pra-operasional (2-7 tahun), fase operasional (7-11 tahun)
dan fase operasional formal (>11 tahun) (Wong, 2008, hlm. 118). Dalam teori perkembangan
ini anak usia 3-5 tahun termasuk dalam fase pra- operasional, fase pra-operasional anak
belum mampu mengoperasionalisasikan apa yang dipikirkan melalui tindakan dalam pikiran
anak (Wong, 2008, hlm 119).
b. Teori Perkembangan Psikososial (Erikson)
Menurut Santrock (2011), Teori perkembangan ini dikemukakan oleh Erikson yang
mengemukakan bahwaperkembangan anak selalu dipengaruhi oleh motivasi sosial dan
mencerminkan suatu keinginan untuk berhubungan dengan orang lain. Untuk mencapai
kematangan kepribadian psikososial anak harus melewati beberapa tahap yaitu : tahap
percaya dan tidak percaya (1-3 tahun), tahap kemandirian versus malu-malu (2-4 tahun),
tahap inisiatif versus rasa bersalah (3-6 tahun), tahap terampil versus minder (6- 12 tahun),
tahap identidas versus kebingungan peran (12-18 tahun) (Wong, 2008, hlm 117).
Dalam teori perkembangan psikososial anak usia 3-5 tahun termasuk dalam tahap
perkembangan inisiatif versus rasa bersalah. Pada tahap ini anak mulai mencari pengalaman
baru secara aktif. Apabila anak menapat dukungan dari orang tuanya untuk mengekplorasikan
keingintahuannya maka anak akan mengambil inisiatif untuk suatu tindakan yang akan
dilakukan, tetapi bila dilarang atau dicegah maka akan tumbuh perasaan bersalah pada diri
anak (Wong, 2008, hlm 118).
c. Teori Perkembangan Psikoseksual (Freud)
Teori perkembangan psikoseksual pertama kali dikemukakan oleh Sigmun Freud, ia
menggunakan istilah psikoseksual untuk menjelaskan segala kesenangan seksual. Selama
masa kanak-kanak bagian-bagian tubuh tertentu memiliki makna psikologik yang menonjol
sebagai sumber kesenangan baru dan konflik baru yang secara bertahap bergeser dari satu
bagian tubuh ke bagian tubuh lain pada tahap-tahap perkembangan tertentu. Dalam
perkembangan psikoseksual anak dapat melalui tahapan yaitu: tahap oral (0-1 tahun), tahap
anal (1-3 tahun), tahap falik (3-6 tahun), tahap laten (6-12 tahun), dan tahap genital (>12
tahun) ((Wong, 2008, hlm 117).
Dalam teori perkembangan psikoseksual anak usia 3-5 tahun termasuk dalam tahap
phalilc, dalam tahap ini genital menjadi area tubuh yang menarik dan sensitif anak mulai
mengetahui perbedaan jenis kelamin dan menjadi ingin tahu tentang perbedaan tersebut
(Wong, 2008, hlm 117).
d. Teori Perkembangan Moral (Kohlberg)
Teori perkembangan moral dikemukakan oleh Kohlberg dengan memandang tumbuh
kembang anak ditinjau dari segi moralitas anak dalam menghadapi kehidupan, tahapan
perkembangan moral yaitu: tahap prakonvensional (orientasi pada hukum dan kepatuhan),
tahap prakonvensional (orientasi instrumental bijak), tahap konvensional, tahap pasca
konvensional (orientasi kontak sosial) (Wong, 2008, hlm 119).
Dalam teori perkembangan moral anak usia 3-5 tahun termasuk dalam tahap
prakonvensional, dalam tahap perkembangan ini anak terorientasi secara budaya dengan label
baik atau buruk, anak-anak menetapkan baik atau buruknya suatu tindakan dari konsekuensi
tindakan tersebut. Dalam tahap ini anak tidak memiliki konsep tatanan moral, mereka
menentukan prilaku yang benar terdiri atas sesuatu yang memuaskan kebutuhan mereka
sendiri meskipun terkadang kebutuhan orang lain. Hal tersebut diinterprestasikan dengan cara
yang sangat konkrit tanpa kesetiaan, rasa terimakasih atau keadilan (Wong, 2008, hlm 120)
3. Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan
Menurut Santrock (2011), Perkembangan dan pertumbuhan mengikuti prinsip
cephalocaudal dan proximodistal. Prinsip cephalocaudal merupakan rangkaian dimana
pertumbuhan yang tercepat selalu terjadi diatas, yaitu di kepala. Pertumbuhan fisik dan
ukuran secara bertahap bekerja dari atas kebawah, perkembangan sensorik dan motorik juga
berkembang menurut prinsip ini, contohnya bayi biasanya menggunakan tubuh bagian atas
sebelum meeraka menggunakan tubuh bagian bawahnya.
Prinsip proximodistal (dari dalam keluar) yaitu pertumbuhan dan perkembangan bergerak
dari tubuh bagian dalam ke luar. Anak-anak belajar mengembangkan kemampuan tangan dan
kaki bagian atas ( yang lebih dekat dengan bagian tengah tubuh) abru kemudian bagian yang
lebih jauh, dilanjutkan dengan kemampuan menggunakan telapak tangan dan kaki dan
akhirnya jari-jari tangan dan kaki ( Papalia, dkk, 2010, hlm 170)

4. Aspek–Aspek Pertumbuhan Dan Perkembangan


a. Aspek Pertumbuhan
Untuk menilai pertumbuhan anak dilakukan pengukuran antropometri, pengukuran
antropometri meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan (panjang badan), lingkar kepala.
Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua
jaringan yang ada pada tubuh, pengukuran tinggi badan digunakan untuk menilai status
perbaikan gizi disamping faktor genetik sedangkan pengukuran lingkar kepala dimaksudkan
untuk menilai pertumbuhan otak. Pertumbuhan otak kecil (mikrosefali) menunjukkan adanya
reterdasi mental, apabila otaknya besar (volume kepala meningkat) terjadi akibat penyumbatan
cairan serebrospinal (Hidayat, 2011, hlm 37).

b. Aspek perkembangan
1) Motorik kasar (gross motor) merupakan keterampilan yang meliputi aktivitas otot yang
besar seperti gerakan lengan dan berjalan (Santrock, 2011, hlm 210). Perkembangan
motorik kasar pada masa prasekolah, diawali dengan kemampuan untuk berdiri dengan
satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, membuat posisi merangkak dan
lain-lain (Hidayat, 2009, hlm.25).
2) Motorik halus (fine motor Skills) merupakan keterampilan fisik yang melibatkan otot
kecil dan koordinasi meta dan tangan yang memerlukan koordinasi yang cermat (Papilia,
Old & Feldman, 2010, hlm. 316). Perkembangan motorik halus mulai memiliki
kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian,
menggambar orang, mampu menjepit benda, melambaikan tangan dan sebagainya
(Hidayat, 2009, hlm.26).
3) Bahasa (language) adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara,
mengkuti perintah dan dan berbicara spontan. Pada perkembangan bahasa diawali mampu
menyebut hingga empat gambar, menyebut satu hingga dua warna, menyebutkan
kegunaan benda, menghitung, mengartikan dua kata, meniru berbagai bunyi, mengerti
larangan dan sebagainya (Hidayat, 2009, hlm.26).
4) Perilaku sosial (personal social) adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan
mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan adaptasi
sosial pada anak usia 3-5 tahun yaitu dapat berrmain dengan permainan sederhana,
mengenali anggota keluarganya, menangis jika dimarahi, membuat permintaan yang
sederhana dengan gaya tubuh, menunjukan peningkatan kecemasan terhadapa perpisahan
dan sebagainya (Hidayat, 2009, hlm.26)
Untuk menilai perkembangan anak yang dapat dilakukan adalah dengan wawancara
tentang faktor kemungkinan yang menyebabkan gangguan dalam perkembangan, kemudian
melakukan tes skrining perkembangan anak (Hidayat, 2009, hlm. 38).

Anda mungkin juga menyukai