Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Lomba Guru Berprestasi
Tingkat Kabupaten Tahun 2022
Diajukan Oleh
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan Best Practice dalam rangka mengikuti Guru
berprestasi (Gupres) tingkat nasional ini.Dalam penulisan Best Practice ini saya mendapat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya menyampaikan
terima kasih kepada:
1) Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh
2) Kepala SLB BUKESRA Banda Aceh yang telah memberikan kesempatan untuk
mengikuti kegiatan ini.
3) Rekan-rekan guru dan karyawan serta semua siswa SLB BUKESRA Banda Aceh yang
telah memberikan dorongan semangat dan doanya.
4) Orang tua tercinta yang selalu memberi dukungan do’a dan memberikan kekuatan
dalam setiap langkah
5) Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan berupa apapun dalam menyelesaikan risalah akademik ini.
Semoga Best Practice ini bermanfaat bagi pembaca. Saya menyadari bahwa tulisan ini
masih jauh dari sempurna, sehingga saya selalu menantikan saran dan kritik yang bersifat
membangun.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab I Pendahuluan
1. Latar Belakang 1
2. Fokus Best Practice 2
3. Tujuan 2
4. Manfaat 3
Bab II Pelaksanaan
1. Deskripsi dan Ruang Lingkup Best Practice 4
2. Langkah-langkah Pelaksanaan Best Practice 5
3. Hasil yang Dicapai 6
4. Nilai Penting dan Kebaruan Best Practice yang telah dilaksanakan 6
5. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat 6
6. Tindak Lanjut 7
Bab III Kesimpulan dan Saran
1 .Kesimpulan 8
2. Saran 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
berbentuk buku di mana di dalam media tersebut memiliki bagian yang dapat bergerak
atau memiliki unsur 3 dimensi sehingga memberikan efek yang lebih konkrit dan
visualisasi yang menarik”
American Asociation on Mental Deficiency (AAMD) mendefinisikan anak
tunagrahita adalah anak yang memiliki IQ 84 ke bawah berdasarkan tes. Sedangkan
menurut Japan League for Mentally Retared anak tunagrahita adalah anak yang memiliki
intelektual lamban dengan IQ 70 ke bawah berdasarkan tes intelegensi baku. Akan tetapi
para pakar di Indonesia telah menggunakan klasifikasi baru yaitu : (1) Tunagrahita ringan
memiliki IQ 50-70; (2) Tunagrahita sedang memiliki IQ 55-40; dan (3) Tunagrahita berat
dan sangat berat memiliki IQ < 30. (Idhartono, A. R. 2020).
Pemanfaatan media merupakan salah satu usaha yang dapat diterapkan untuk mencapai
pembelajaran matematika yang mudah, menyenangkan dan menarik bagi siswa.
Melalui media, seperti buku pop-up, akan memudahkan siswa anak tunagrahita dalam
mempelajari matematika. Sehingga, konsep dapat dikuasai secara utuh dan terjadi
peningkatan pemahaman terhadap konsep-konsep tersebut (Santi, dkk., 1:2019)
media Pop up book adalah media yang berbentuk menyerupai buku yang menyuguhkan
gambar tegak.
Adapun tujuan guru adalah meningkatkan minat belajar pada pembelajaran mengenal
angka 1- 5 bagi anak tunagrahita kelas III di SLB Bukesra Banda Aceh. Media yang
digunakan adalah media pop up yang berwarna warni agar dapat menarik minat siswa
dalam belajar.
2. Fokus Best practise
Pembelajara mengenal angka dengan menggunakan media Pop Up.
3. Tujuan
Mendeskripsikan Media Belajar Pop Up mengenal angka .
Mendeskripsikan pembuatan Pop Up dan pelaksanaan pembelajaran.
2
4. Manfaat
a) Bagi Guru
Guru dapat menggunakan bahan ajar pop-up ini sebagai bahan ajar dalam
menyampaikan materi tentang mengenal angka 1-5.
b) Bagi Siswa
Siswa dapat menggunakan bahan ajar pop-up untuk membantu dalam memahami
materi tentang mengenal angka 1-5
c) Bagi Peneliti Lain
Peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan bahan ajar pop-up dengan pokok
bahasan yang berbeda serta dapat mengetahui pengaruh dan kefektifan dari bahan
ajar pop-up tersebut dalam pembelajaran.
3
BAB II
PELAKSANAAN
4
2. Langkah-langkah Pelaksanaan Best Practice
a. melakukan observasi siswa yang masih kurang dalam mengenal angka.
b. menemukan kesullitan siswa dalam mengenal angka
c. membuat media pop up yang menarik
1. sediakan kertas karton ukuran 20 X 40 cm
2. Print gambar angka dan hewan sesuai banyak angka serta gambar
3. Gunting bagian tengah kertas karton untuk membuat tampilan buku 3D.
4. tempel gambar dan angka pada potongan tengah kertas karton.
5. satukan seluruh halaman kertas karton, dan sampul dengan kertas warna.
d. memperkenalkan media pop up dengan siswa
e. menarik minat belajar anak dalam mengenal angka 1 -5
Tahapan mengenal bilangan pada anak tunagrahita tidak jauh berbeda dengan
tahapan diterapkan pada anak normal yaitu:
a. Membilang secara berurutan 1 – 5
b. Membilang dengan benda kongkrit
c. Membilang 1 – 5 dengan benda- benda kongkrit
d. Menyebut dari sejumlah benda kongkrit
e. Menyebut nama bilangan dari sejumlah benda
f. Membaca lambang bilangan sesuai jumlah benda
g. Memasangkan lambang bilangan dan gambarnya (bendanya)
h. Membaca lambang bilangan tanpa bantuan gambar (benda)
5
3. Hasil yang Dicapai
Media pop-up book tepat digunakan sebagai media pembelajaran bagi siswa
tunagrahita karena komposisi fisik dan isi buku sangat menarik perhatian siswa.
Ketertarikan terhadap buku pop-up tersebut mampu meningkatkan minat siswa untuk
mempelajari materi di dalamnya. Apabila siswa telah mempelajari materi secara
berkelanjutan dengan perasaan yang gembira dan semangat yang tinggi, maka hasil
penilaian terhadap pembelajaran akan meningkat. Siswa dapat dengan mudah memahami
isi materi yang sedang dipelajari karena gambar dua dan tiga dimensi menimbulkan
ketertarikan belajar, serta meningkatkan kemampuan siswa untuk mempelajari materi
membaca dan menulis pemahaman. (Idhartono, A. R. 12:2020).
Hasil aktivitas guru dalam pembelajaran menggunakan media berupa buku pop-up
menunjukkan guru telah memiliki kemahiran dalam mengajar dan menggunakan media
buku popup.
4. Nilai Penting dan Kebaruan Best Practice yang telah dilaksanakan
Menurut Widodo dan Jasmadi (2008: 50) beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pembuatan bahan ajar cetak adalah sebagai berikut:
a. Memberikan contoh-contoh dan ilustrasi yang menarik dalam rangka mendukung
pemaparan materi pembelajaran.
b. Memberikan kemungkinan bagi siswa untuk memberikan umpan balik atau mengukur
penguasaannya terhadap materi yang diberikan dengan memberikan soal-soal latihan,
tugas dan sejenisnya.
c. Konstekstual yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan
lingkungan siswa.
d. Bahasa yang digunakan cukup sederhana kerena siswa hanya berhadapan dengan bahan
ajar ketika belajar dengan mandiri.
5. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat
a. Pendukung
Faktor pendukung Best practise ini adalah bagiamana media pop up ini menjadi
media yang manarik untuk anak, juga sekolah SLB Bukesra menyediakan serta
memfasilitasi media ini untuk di implementasikandi sekolah.
b. Penghambat
6
Faktor penghambat dalam best practise ini adalah dari sisi siswa tunagrahita
yang mengalami hambatan internal seperti lambatnya dalam berfikir atau
kecerdasan di bawah rata – rata, hal ini menyebabkan kesulitan guru dalam
pembelajaran. Hambatan lainnya
6. Tindak Lanjut
Tindak lanjut best practise ini adalah sebagai berikut :
a. Media pop up menjadi media yang di pakai dalam berbagai pembelajaran, bukan
hanya dalam matematika.
b. Media pop up hendaknya mendapatkan HKI agar terjaga orisinilnya.
c. Penyempurnaan media pop up menjadi lebih efektif di gunakan, serta bahan untuk
media pop up lebih baik lagi.
7
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
2. Saran
Dalam best practise ini kedepannya di harapkan lebih baik lagi dalam
mendeskripsikan juga menuliskan ini.
8
DAFTAR PUSTAKA
Ariyona, C. B., & Damri, D. (2019). Meningkatkan Kosakata Benda Melalui Media Pop
Up Book Bagi Siswa Tunarungu kelas I di SLB Luak Nan Bungsu Payakumbuh.
Jurnal Penelitian Pendidikan Kebutuhan Khusus, 7(1), 198-202, diakses pada 07-
09-2022. Pukul 20.30 WIB.
Abdul Majid. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Dzuanda (2011). Perancangan Buku Cerita Anak Pop Up, Tokoh-tokoh Wayang Berseri,
Seri “Gatotkaca”. Surabaya. Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh November
Surabaya. diakses pada 07-09-2022. Pukul 21.30 WIB.
Idhartono, A. R. (2020). The Effectiveness of Pop Up Book Media on the Reading and
Writing Ability of Students with Light Developmental Disabilities in SLB (Case
Study: Extraordinary Schools). LITERATUS JOURNAL: Volume 2 Nomor 1, 8.
diakses pada 07-09-2022. Pukul 20.30 WIB.
Rahmawati, N. (2013). Pengaruh Media Pop-Up Book Terhadap Penguasaan Kosakata
Anak Usia 5-6 Tahun Di Tk Putera Harapan Surabaya. PAUD Teratai, 3(1), 5–6.
Masna, A. A. (2015). Pengembangan bahan ajar pop-up mata pelajaran IPA untuk anak
tunarungu kelas IV SDLB B di Yogyakarta. E-Jurnal Skripsi Program Studi
Teknologi Pendidikan, 4(1). diakses pada 07-09-2022. Pukul 22.00 WIB.
Widodo dan Jasmadi.(2008). Buku Panduan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.