Anda di halaman 1dari 13

Pengembangan potensi peserta didik dapat dilaksanakan dengan pembelajaran yang baik.

Usaha pemerintah untuk menyelenggarakan pembelajaran  yang  baik  selanjutnya  diatur dalam

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam PP

No. 32 Tahun 2013 Pasal 2 ayat 1 disebutkan bahwa salah satu lingkup Standar Nasional

Pendidikan merupakan Standar Proses. Dalam Pasal 19 ayat 1  dijelaskan bahwa  proses

pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan

melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, serta penilaian proses

pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

Salah satu indikator keberhasilan suatu pembelajaran apabila peserta didik mampu

menguasai kompetensi dasar setiap muatan pelajaran sebagaimana yang telah ditetapkan dalam

Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan No 24 tahun 2013. Akan tetapi untuk mencapai

ketuntasan sejumlah kompetensi dasar tersebut bukanlah suatu hal yang mudah. Interaksi guru

dan peserta didik di kelas banyak menemukan hambatan. Hal ini disebabkan setiap peserta didik

mempunyai tingkat kecepatan dalam memahami pelajaran yang berbeda-beda, di samping itu

gaya ataupun taktik mengajar oleh guru di dalam kelas belum tentu dapat dipahami  oleh seluruh

peserta didik. Hambatan-hambatan ini belum lagi dengan terganggunya waktu efektif kegiatan

belajar mengajar di sekolah yang dikarenakan adanya ekstrakurikuler maupun intrakurikuler,

serta kegiatan evaluasi pembelajaran nasional yang menyebabkan berkurangnya waktu untuk

pendalaman materi tidak dapat dilakukan peserta didik secara optimal di dalam kelas.
Berkurangnya waktu kegiatan belajar mengajar di sekolah menuntut para peserta didik

untuk mempersiapkan diri dengan kemampuan belajar mandiri. Menurut Yusufhadi Miarso

dalam bukunya menyemai benih teknologi pendidikan, bahwa salah satu hal untuk dapat

melaksanakan belajar secara mandiri adalah digunakannya program belajar yang mengandung

petunjuk untuk belajar sendiri oleh peserta didik dengan bantuan guru yang minimal. [1] Artinya

belajar secara berinisiatif, menyadari bahwa hubungan antara pengajar dengan peserta didik tetap

ada , namun hubungan tersebut diwakili oleh bahan atau media pembelajaran ajar. Dengan

demikian, berkurangnya waktu kegiatan belajar mengajar di sekolah dapat diimbangi dengan

belajar mandiri melalui bahan atau medi pembelajaran yang disiapkan oleh guru.

Mungkin tidak seorangpun baik dari kalangan guru, dosen, instruktur, maupun peserta

didik menganggap bahwa bahan atau medi pembelajaran tidak begitu penting. Mereka semua

pasti berkeyakinan bahwa salah satu indikator tercapainya tujuan pembelajaran adalah

tersedianya bahan atau media pembelajaran. Hal ini karena bahan atau medi pembelajaran

mampu mengefisiensikan waktu serta memaksimalkan peningkatan pengetahuan dan

keterampilan peserta didik.[2] Oleh sebab itu setiap pendidik, baik guru, dosen ataupun instruktur

tidak dapat dipisahkan dengan bahan atau medi pembelajaran.

Bahan ajar yang dapat dipilih oleg guru dan digunakan oleh peserta didik untuk belajar

mandiri adalah modul. Sebagaimana dinyatakan oleh Prastowa bahwa modul adalah sebagai

bahan ajar mandiri, penggunaannya mampu membuat peserta didik belajar secara mandiri. [3]

Dengan demikian, modul bertujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri dan efektif

untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Mengingat akan urgennya pembelajaran modul. Oleh sebab itu dalam artikel ini penulis mencoba

menuangkan hasil kajian terkait pembelajaran modul.


A.    Pengertian Pembelajaran Modul

Modul merupakan serangkaian unit belajar yang merupakan bagian dari bahan dan media

pembelajaran. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, modul diartikan sebagai komponen dari

saru sistem yang berdiri sendiri, atau unit kecil dari satu pelajaran yang dapat beroperasi sendiri.

Hal ini sejalan dengan peryataan yang menyatakan bahwa buku merupakan sumber belajar yang

paling umum, dan modul merupakan salah satu bentuk buku pembelajaran.[4] Dengan demikian,

modul merupakan suatu unit rangkaian kegiatan yang disusun guna membantu mencapai

sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus.

Para akademisi masing-masing telah memberikan sumbangsi pemikiran terkait pengertian

dari modul. berikut ini pengertian modul menurut para ahli:

1. Menurut Oemar Hamalik modul adalah suatu paket pembelajaran yang berkenaan dengan

suatu unit terkecil, bertahap dari mata diklat tertentu, dikatakan bertahap sebab modul

mempelajari secara individu dari suatu unit ke unit yang lain.[5]

2. Menurut Azhar Arsyad, modul adalah media pembelajaran yang dapat berfungsi sama

dengan pembelajaran tatap muka.[6]

3. Menurut Sobry Sutikno, modul sebagai suatu paket belajar yang berisi satuan konsep

tunggal bahan pembelajaran, guna dipelajari secara mandiri oleh peserta didik dan jika ia

telah menguasainya, baru boleh pindah ke satuan paket belajar berikutnya.[7]

4. Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, modul menurut istilah asalnya adalah alat ukur

yang lengkap, merupakan unit yang berfungsi secara mandiri, terpisah tetapi juga dapat

berfungsi sebagai kesatuan dari seluruh unit lainnya.[8]


5. Menurut S. Nasution, modul adalah sebagai suatu unit yang lengkap dan berdiri sendiri

dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu peserta

didik mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan  secara khusus dan jelas[9]

6. Menurut Purwanto, modul ialah bahan belajar yang dirancang secara sistematik

berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil

dan memungkinkan dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu.[10]

Berdasarkan beberapa pengertian modul di atas, maka tampak satu persamaan bahwa

substansi yang lebih ditekankan dalam penggunaan modul adalah kemandirian. Selain dari pada

itu, penulis juga menyimpulkan bahwa modul pembelajaran adalah media pembelajaran yang

disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode, dan evaluasi yang

dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

B.     Prosedur Pelaksanaan dan Ketepatan Penggunaan Pembelajaran Modul

1. Prosedur Pelaksanaan

Idealnya,  bahasan tentang prosedur pelaksanaan pembelajar modul diawali dengan

bahasan yang urgen guna membuka pintu paradigma dalam memahami prosedur pelaksanaan

pembelajar modul itu sendiri. Bahasan urgen yang dimaksud antara adalah prisi pembelajaran

modul.

Pembelajaran modul hendaklah dilandasi dengan prinsip sebagai pokok dasar berpikir

dan bertindak guna dalam pelaksanaannya akan mampu memberikan kontribusi dalam rangka

peningkatan kemampuan peserta didik. berikut prinsip dalam pembelajaran modul adalah

sebagai berikut:
1. Modul menggunakan paket intruksional mandiri, artinya dipelajari secara perorangan

melalui pengamatan belajar multisensoris dengan ketertiban peserta didik secara

maksimal

2. Modul disusun atas dasar tujuan instruksional khusus, maka modul sangat realistik, dapat

dijangkau oleh setiap peserta didik yang mempelajarinya dengan segala karakteristik

yang dimilikinya.

3. Modul menggunakan variasi alat dan media yang relevan

4. Modul memerankan peserta didik aktif berpartisipasi dalam belajar


5. Modul menggunakan strategi penilaian penguasaan pengetahuan secara tuntas.[11]

Adapun prinsip dalam pembelajaran modul dalam literature lain adalah sebagai berikut:

1. Lebih dulu diberikan ilustrasi sebagai motivasi peserta didik untuk mempelajari modul

2. Memberikan petunjuk tentang bagaimana mempelajari modul supaya peserta didik

mengerti, memahami dan mampu menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan

materi dalam modul

3. Memberikan pengujian awal sebelum mempelajari uraian pokok bahasan

4. Pembahasan materi pelajaran secara bertahap diuraikan bagian-bagian yang seharusnya

lebih dulu dipelajari sampai akhir pembahasan pokok bahasan yang ada di dalam modul

5. Peserta didik diberikan soal untuk pengujian akhir untuk mengavaluasi sejauh mana

pengertian, pemahaman dan kemampuan peserta didik setelah mempelajari materi di

dalam modul.[12]

Bertolak dari berbagai prinsip pembelajaran modul di atas, maka dapat ditarik

dirumuskan prosedur pelaksanaan pembelajaran modul secara umum. prosedur pelaksanaan

pembelajaran modul secara umum yaitu:


Pertama, yaitu dengan penyajian aneka ragam kegiatan intruksional oleh guru kepada

peserta didik guna mencapai hasil belajar setinggi-tingginya. Diantara kegiatan intruksional yang

dimaksud adalah latihan. Latihan adalah berbagai bentuk kegiatan belajar yang harus dilakukan

oleh peserta didik setelah membaca paparan materi-materi pelajaran sebelumnya yang berupa:

fakta/data, konsep, prinsip, generalisasi/dalil, teori, dan contoh. Gunanya untuk memantapkan

pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap tentang fakta/data, konsep, prinsip, generalisasi/dalil,

teori, prosedur, dan metode. Tujuan latihan ini agar peserta didik benar-benar belajar secara aktif

dan akhirnya menguasai konsep yang sedang dibahas dalam kegiatan belajar tersebut.[13]

Dengan demikian, pembelajaran modul dalam pelaksanaannya, guru memberikan aneka ragam

sajian latihan sebagai salah satu kegiatan intruksional.

Kedua, dalam pelaksanaan pembelajaran modul, peserta didik belajar secara mandiri.

Setelah guru memberikan arahan, selanjutnya peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar

tanpa kehadiran guru secara langsung. Bahasa, pola, dan sifat kelengkapan lainnya yang terdapat

dalam modul ini diatur sehingga seolah-olah merupakan bahasa pengajar atau bahasa guru yang

sedang menyajikan pembelajaran kepada murid-muridnya, maka dari itu media ini sering disebut

bahan instruksional mandiri. Pengajar tidak secara langsung memberi pelajaran atau

mengajarkan sesuatu kepada para murid-muridnya dengan tatap muka, tetapi cukup dengan

modul yang diberikan.[14] Hal ini ditunjang oleh teori belajar konstruktivisme yang menganggap

bahwa peserta didik membina sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan

pengetahuan dan pengalaman yang ada.[15] Lebih jauh lagi dinyatakan bahwa peserta didik

tidak begitu saja menerima pengetahuan dari orang lain, tetapi peserta didik harus membangun

pengetahuannya dan memberi makna melalui pengalaman yang nyata.[16] Dengan demikian

pelaksanaan pembelajaran modul menitip beratkan pada kemandirian peserta didik dimana
pengetahuan baru tidak diberikan dalam bentuk jadi, tetapi peserta didik membentuk

pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan isi dari modul tersebut.

2. Ketepatan Penggunaan

Pmbelajaran modul memiliki peranan penting dalam pembelajaran, peranan penting ini

meliputi fungsi, tujuan, dan manfaat modul. Modul memiliki fungsi; Pertama, sebagai bahan ajar

mandiri untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk belajar sendiri tanpa tergantung

pada kehadiran  pendidik. Kedua, sebagai  alat evaluasi, dengan modul peserta didik dituntut

untuk dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat penguasaannya terhadap materi yang telah

dipelajari. Ketiga, sebagai bahan rujukan bagi peserta didik karena terkandung materi pelajaran.

[17] Berdasarkan fungsi tersebut, diharapkan peserta didik tidak hanya menjadikan sebagai

bahan mandiri, modul juga dapat digunakan sebagai alat bantu guru atau pengganti guru, dan

juga sebagai alat evaluasi hasil belajar peserta didik terhadap penguasaan materi yang tersedia

dalam modul.

Adapun tujuan pembelajaran modul yaitu sebagai berikut:

1. Membuka kesempatan bagi peserta didik untuk belajar menurut kecepatan masing-

masing. Dianggap bahwa peserta didik tidak akan mancapai hasil yang sama dalam

waktu yang sama dan tidak sedia mampelajari sesuatu yang sama pada waktu yang sama

2. Memberi kesempatan bagi peserta didik belajar menurut cara belajar masing-masing,

oleh sebab itu mereka menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk memecahkan

masalah tertentu berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kebiasaan masing-masing.

Pembelajaran modul yang baik memberikan aneka ragam instruksional, seperti membaca
buku pelajaran, buku perpustakaan, majalah, slide, mendengarkan audio-tape, internet

dsb.

3. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal.

4. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera peserta didik.

5. Tujuan pendidikan dapat dicapai secara efektif dan efisien.[18]

Dari tujuan yang diungkapkan sebelumnya, maka dapat dinyatakan bahwa tujuan

pembelajaran modul secara umum tidak lain untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

pembelajaran di sekolah, baik waktu, fasilitas, maupun tenaga guru dan peserta didik dalam

mencapai tujuan secara optimal.

Standar Nasional Pendidikan yang terkait langsung dengan pembelajaran modul adalah

Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian. Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur

kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender

pendidikan/akademik. Dalam kaitannya dengan bahasan ini, pembelajaran modul menyajikan

ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik. Standar

Proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran

pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Pembelajaran modul

sangat menekankan proses dalam mencapai standar kompetensi, sebab proses untuk mencapai

kompotensi dalam pembelajaran modul sangat sistematis. Standar Penilaian adalah standar

nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur dan instrumen penilaian hasil

belajar peserta didik. Pembelajaran modul menyajikan mekanisme, prosedur dan instrument

penilaian hasil belajar peserta didik berdasarkan kompetensi yang telah ditetapkan. Dengan

demikian, pembelajaran modul sangat relevan dengan  Standar Nasional Pendidikan.


Pembelajaran modul juga relevan dengan teori belajar konstruktivisme. Belajar menurut

teori belajar konstruktivistik fokus pada pengembangan keterampilan peserta didik untuk

membangun atau mengonstruksi sendiri pengetahuan baru melalui proses berpikir dan

mensintesis pengetahuan.[19] Sedangkan pembelajaran modul membuat peserta didik berperan

aktif dalam berinteraksi dengan sejumlah instruksi yang dituangkan dalam modul. Oleh sebab

itu, pembelajaran modul sangat relevan dengan teori belajar konstruktivisme.

Ketepatan pembelajaran modul dari segi penerapan tentunya membutuhkan penelitian

yang lebih mendalam. Namun dalam hal ini penulis mengangkat beberapa hasil penelitian terkait

efektivitas pembelajaran modul. Pertama, penelitian oleh Efi Nilasari, Ery Try Djatmika dan

Anang Santoso yang meneliti tentang pengaruh penggunaan modul pembelajaran kontekstual

terhadap hasil belajar peserta didik kelas V sekolah dasar. Dari hasil penelitiannya terlihat

efektivitas penggunaan modul pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar peserta didik

kelas V sekolah dasar. Efektivitas  tersebut ditunjukkan dengan nilai rata-rata freetest hasil

belajar kelas kontrol sebesar 70.00 lebih rendah dibandingkan dengan nilai posttest hasil

belajarkelas eksperimen sebesar 82.27.[20] Kedua, penelitian oleh Mapet, Mahendra, dan

Sunarya yang meneliti tentang pengaruh penggunaan modul praktikum KKPI dengan pendekatan

inkuiri terhadap hasil belajar. Hasil penelitiannya menujukkan bahwa dalam penelitiannya

terdapat pengaruh yang signifikan antara kelompok peserta didik yang belajar dengan

menerapkan modul praktikum KKPI dengan pendekatan inkuiri dalam pokok bahasan perangkat

lunak pengolah kata pada peserta didik kelas X Multimedia 2 SMKN 1 Sawan.[21] Ketiga,

penelitian oleh handayani yang meneliti tentang pengaruh bahan ajar modul remedial terhadap

hasil belajar kognitif peserta didik, menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan bahan ajar modul

remedial terhadap pencapaian KKM peserta didik memberikan pengaruh dalam meningkatkan
KKM peserta didik pada materi pokok sistem peredaran darah manusia.[22] Dengan demikian,

berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, terlihat kesamaan bahwa ketepatan pembelajaran

modul dari segi penerapan tergolong efektif dilihat dari meningkatnya hasil belajar peserta didik.

Berbagai uraian yang telah dinyatakan sebelumnya, menunjukkan bahwa sejatinya

pembelajaran modul efektif digunakan pada jenjang pendidikan menengah dan jenjang

pendidikan tinggi. Hal ini disebabkan karena pembelajaran modul substansi yang lebih

ditekankan adalah kemandirian peserta didik guna memahami suatu paket belajar yang

membutuhkan tingkat kematangan kognitif. Sedangkan tingkat perkembangan peserta didik

dipengaruhi oleh kematangan yang terjadi dalam dirinya.[23] Artinya pembelajaran disesuaikan

dengan tingkat perkembngan kognitif peserta didik. Dengan demikian, kematangan kognitif yang

dimiliki peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi dan menengah sangat ideal dengan

pembelajaran modul.

C.    Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Modul

Modul yang baik harus  disusun secara sistematis, menarik, dan jelas, karena itu, sebelum

membahas kelebihan dan kelemahan pembelajaran modul. Alangkah baiknya terlebih dahulu

mengetahui karakteristik modul dan kriteria modul yang baik. adapun karateristik modul adalah

sebagai berikut:

1.      Self instructional,  peserta didik mampu  membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada

pihak lain.

2.      Self contained,  seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi yang dipelajari terdapat di

dalam satu modul utuh.

3.      Stand alone,  modul yang dikembangkan tidak harus digunakan bersama-sama dengan media

lain.

4.      Adaptif,  modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan

teknologi.
5.      User friendly, modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab bersahabat atau akrab dengan

pemakainya.

6.      Konsistensi, konsisten dalam penggunaan font, spasi, dan tata letak.[24]
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa sebuah modul dapat

mengembangkan pola pikir peserta didik dengan pembelajaran mandiri pada seluruh materi yang

tercakup dalam modul tersebut, modul tersebut juga harus menarik dan beradaptasi pada ilmu

dan teknologi sehingga peserta didik dapat merasa nyaman dalam menggunakan modul tersebut

untuk belajar secara mandiri tanpa menggunakan  media-media lain.

Sebuah modul harus memenuhi kriteria modul yang baik. dalam sebuah modul minimal

berisi tentang:

1. Tujuan yang harus dicapai, yang biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku yang

spesifik sehingga keberhasilannya dapat diukur

2. Petunjuk penggunaan yakni petunjuk bagaimana peserta didik belajar modul

3. Kegiatan belajar, berisi tentang materi yang harus dipelajari oleh peserta didik

4. Rangkuman materi, yakni garis-garis besar materi pelajaran.

5. Tugas dan latihan;

6. Sumber bacaan, yakni buku-buku bacaan yang harus dipelajari untuk mempelajari untuk

memperdalam dan memperkaya wawasan;

7. Item-item tes, soal-soal yang harus dijawab untuk melihat keberhasilan peserta didik

dalam penguasaan materi pelajaran;

8. Kriteria keberhasilan, yakni rambu-rambu keberhasilan peserta didik dalam memepelajari

modul;
9. Kunci jawaban.[25]

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa sebuah  modul yang baik harus

mencakup tujuan dan indikator pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik, petunjuk

penggunaan pembelajaran pada modul, materi pembelajaran, rangkuman atau garis besar materi

pembelajaran, tugas dan latihan sebagai evaluasi pembelajaran, soal-soal untuk mengevaluasi

tingkat penguasaan materi pembelajaran, dan kunci jawaban agar peserta didik dapat

membuktikan secara langsung jawaban terhadap soal-soal yang telah dikerjakan.

1. Kelebihan Pembelajaran Modul

Kelebihan menggunakan modul dalam proses pembelajaran antara lain:

a.       Mengatasi keterbatasan waktu dan ruang bagi guru dan peserta didik.

b.      Mengatasi keterbatasan daya  indera dan gaya belajar peserta didik.

c.       Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan motivasi atau

gairah belajar, mengembangkan kamampuan dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan

belajar.

d.      Guru dapat berperan sebagai pembimbing, bukan semata-mata sebagai pengajar.

e.       Membiasakan peserta didik untuk percaya pada diri sendiri.


f.       Adanya kompetisi yang sehat antar peserta didik.

g.      Dapat meringankan beban guru.

h.      Peserta didik lebih aktif dan efektif dalam belajar, dan evaluasi perbaikan yang cukup

berarti.

i.        Dapat menerik perhatian peserta didik sehingga pengetahuan mudah diserap[26]
Berdasarkan pendapat tersebut, tampak jelas bahwa kelebihan dari pembelajaran modul

yaitu dengan adanya mamfaaat yang diberi bagi guru dan peserta didik baik waktu, ruang dan

tenaga, serta pembelajaran lebih efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.


2. Kelemahan Pembelajaran Modul

Ditinjau dari sisi lain, pembelajaran modul juga memiliki kelemahan. Kelemahan

penggunaan modul dalam proses pembelajaran antara lain:

a.       Kesukaran pada peserta didik tidak segera diatasi.

b.      Tidak semua peserta didik dapat belajar sendiri, melainkan membutuhkan bantuan guru.

c.       Tidak semua guru mengetahui cara pelaksanaan pembelajaran menggunakan modul.

d.      Kesukaran penyiapan bahan  dan memerlukan banyak biaya dalam pembuatan modul.

e.       Adanya kecenderungan beberapa peserta didik untuk tidak mempelajari modul secara baik.

[27]
Dari beberapa pernyataan diatas, maka terlihat bahwa pembelajaran modul memiliki

kelemahan dalam hal kemampuan peserta didik dalam belajar secara mandiri, karena tidak

semua peserta didik mampu belajar secara mandiri. Cara pelaksanaan pembelajaran

menggunakan modul juga menjadi kendala bagi guru karenatidak semua guru mengetahunya dan

dari segi biaya, modul memerlukan biaya yang besar dalam menyiapkanya

Anda mungkin juga menyukai