Usaha pemerintah untuk menyelenggarakan pembelajaran yang baik selanjutnya diatur dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam PP
No. 32 Tahun 2013 Pasal 2 ayat 1 disebutkan bahwa salah satu lingkup Standar Nasional
Pendidikan merupakan Standar Proses. Dalam Pasal 19 ayat 1 dijelaskan bahwa proses
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan
Salah satu indikator keberhasilan suatu pembelajaran apabila peserta didik mampu
menguasai kompetensi dasar setiap muatan pelajaran sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan No 24 tahun 2013. Akan tetapi untuk mencapai
ketuntasan sejumlah kompetensi dasar tersebut bukanlah suatu hal yang mudah. Interaksi guru
dan peserta didik di kelas banyak menemukan hambatan. Hal ini disebabkan setiap peserta didik
mempunyai tingkat kecepatan dalam memahami pelajaran yang berbeda-beda, di samping itu
gaya ataupun taktik mengajar oleh guru di dalam kelas belum tentu dapat dipahami oleh seluruh
peserta didik. Hambatan-hambatan ini belum lagi dengan terganggunya waktu efektif kegiatan
serta kegiatan evaluasi pembelajaran nasional yang menyebabkan berkurangnya waktu untuk
pendalaman materi tidak dapat dilakukan peserta didik secara optimal di dalam kelas.
Berkurangnya waktu kegiatan belajar mengajar di sekolah menuntut para peserta didik
untuk mempersiapkan diri dengan kemampuan belajar mandiri. Menurut Yusufhadi Miarso
dalam bukunya menyemai benih teknologi pendidikan, bahwa salah satu hal untuk dapat
melaksanakan belajar secara mandiri adalah digunakannya program belajar yang mengandung
petunjuk untuk belajar sendiri oleh peserta didik dengan bantuan guru yang minimal. [1] Artinya
belajar secara berinisiatif, menyadari bahwa hubungan antara pengajar dengan peserta didik tetap
ada , namun hubungan tersebut diwakili oleh bahan atau media pembelajaran ajar. Dengan
demikian, berkurangnya waktu kegiatan belajar mengajar di sekolah dapat diimbangi dengan
belajar mandiri melalui bahan atau medi pembelajaran yang disiapkan oleh guru.
Mungkin tidak seorangpun baik dari kalangan guru, dosen, instruktur, maupun peserta
didik menganggap bahwa bahan atau medi pembelajaran tidak begitu penting. Mereka semua
pasti berkeyakinan bahwa salah satu indikator tercapainya tujuan pembelajaran adalah
tersedianya bahan atau media pembelajaran. Hal ini karena bahan atau medi pembelajaran
keterampilan peserta didik.[2] Oleh sebab itu setiap pendidik, baik guru, dosen ataupun instruktur
Bahan ajar yang dapat dipilih oleg guru dan digunakan oleh peserta didik untuk belajar
mandiri adalah modul. Sebagaimana dinyatakan oleh Prastowa bahwa modul adalah sebagai
bahan ajar mandiri, penggunaannya mampu membuat peserta didik belajar secara mandiri. [3]
Dengan demikian, modul bertujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri dan efektif
Mengingat akan urgennya pembelajaran modul. Oleh sebab itu dalam artikel ini penulis mencoba
Modul merupakan serangkaian unit belajar yang merupakan bagian dari bahan dan media
pembelajaran. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, modul diartikan sebagai komponen dari
saru sistem yang berdiri sendiri, atau unit kecil dari satu pelajaran yang dapat beroperasi sendiri.
Hal ini sejalan dengan peryataan yang menyatakan bahwa buku merupakan sumber belajar yang
paling umum, dan modul merupakan salah satu bentuk buku pembelajaran.[4] Dengan demikian,
modul merupakan suatu unit rangkaian kegiatan yang disusun guna membantu mencapai
1. Menurut Oemar Hamalik modul adalah suatu paket pembelajaran yang berkenaan dengan
suatu unit terkecil, bertahap dari mata diklat tertentu, dikatakan bertahap sebab modul
2. Menurut Azhar Arsyad, modul adalah media pembelajaran yang dapat berfungsi sama
3. Menurut Sobry Sutikno, modul sebagai suatu paket belajar yang berisi satuan konsep
tunggal bahan pembelajaran, guna dipelajari secara mandiri oleh peserta didik dan jika ia
4. Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, modul menurut istilah asalnya adalah alat ukur
yang lengkap, merupakan unit yang berfungsi secara mandiri, terpisah tetapi juga dapat
dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu peserta
didik mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas[9]
6. Menurut Purwanto, modul ialah bahan belajar yang dirancang secara sistematik
berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil
Berdasarkan beberapa pengertian modul di atas, maka tampak satu persamaan bahwa
substansi yang lebih ditekankan dalam penggunaan modul adalah kemandirian. Selain dari pada
itu, penulis juga menyimpulkan bahwa modul pembelajaran adalah media pembelajaran yang
disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode, dan evaluasi yang
dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
1. Prosedur Pelaksanaan
bahasan yang urgen guna membuka pintu paradigma dalam memahami prosedur pelaksanaan
pembelajar modul itu sendiri. Bahasan urgen yang dimaksud antara adalah prisi pembelajaran
modul.
Pembelajaran modul hendaklah dilandasi dengan prinsip sebagai pokok dasar berpikir
dan bertindak guna dalam pelaksanaannya akan mampu memberikan kontribusi dalam rangka
peningkatan kemampuan peserta didik. berikut prinsip dalam pembelajaran modul adalah
sebagai berikut:
1. Modul menggunakan paket intruksional mandiri, artinya dipelajari secara perorangan
maksimal
2. Modul disusun atas dasar tujuan instruksional khusus, maka modul sangat realistik, dapat
dijangkau oleh setiap peserta didik yang mempelajarinya dengan segala karakteristik
yang dimilikinya.
Adapun prinsip dalam pembelajaran modul dalam literature lain adalah sebagai berikut:
1. Lebih dulu diberikan ilustrasi sebagai motivasi peserta didik untuk mempelajari modul
lebih dulu dipelajari sampai akhir pembahasan pokok bahasan yang ada di dalam modul
5. Peserta didik diberikan soal untuk pengujian akhir untuk mengavaluasi sejauh mana
dalam modul.[12]
Bertolak dari berbagai prinsip pembelajaran modul di atas, maka dapat ditarik
peserta didik guna mencapai hasil belajar setinggi-tingginya. Diantara kegiatan intruksional yang
dimaksud adalah latihan. Latihan adalah berbagai bentuk kegiatan belajar yang harus dilakukan
oleh peserta didik setelah membaca paparan materi-materi pelajaran sebelumnya yang berupa:
fakta/data, konsep, prinsip, generalisasi/dalil, teori, dan contoh. Gunanya untuk memantapkan
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap tentang fakta/data, konsep, prinsip, generalisasi/dalil,
teori, prosedur, dan metode. Tujuan latihan ini agar peserta didik benar-benar belajar secara aktif
dan akhirnya menguasai konsep yang sedang dibahas dalam kegiatan belajar tersebut.[13]
Dengan demikian, pembelajaran modul dalam pelaksanaannya, guru memberikan aneka ragam
Kedua, dalam pelaksanaan pembelajaran modul, peserta didik belajar secara mandiri.
Setelah guru memberikan arahan, selanjutnya peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar
tanpa kehadiran guru secara langsung. Bahasa, pola, dan sifat kelengkapan lainnya yang terdapat
dalam modul ini diatur sehingga seolah-olah merupakan bahasa pengajar atau bahasa guru yang
sedang menyajikan pembelajaran kepada murid-muridnya, maka dari itu media ini sering disebut
bahan instruksional mandiri. Pengajar tidak secara langsung memberi pelajaran atau
mengajarkan sesuatu kepada para murid-muridnya dengan tatap muka, tetapi cukup dengan
modul yang diberikan.[14] Hal ini ditunjang oleh teori belajar konstruktivisme yang menganggap
bahwa peserta didik membina sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang ada.[15] Lebih jauh lagi dinyatakan bahwa peserta didik
tidak begitu saja menerima pengetahuan dari orang lain, tetapi peserta didik harus membangun
pengetahuannya dan memberi makna melalui pengalaman yang nyata.[16] Dengan demikian
pelaksanaan pembelajaran modul menitip beratkan pada kemandirian peserta didik dimana
pengetahuan baru tidak diberikan dalam bentuk jadi, tetapi peserta didik membentuk
2. Ketepatan Penggunaan
Pmbelajaran modul memiliki peranan penting dalam pembelajaran, peranan penting ini
meliputi fungsi, tujuan, dan manfaat modul. Modul memiliki fungsi; Pertama, sebagai bahan ajar
mandiri untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk belajar sendiri tanpa tergantung
pada kehadiran pendidik. Kedua, sebagai alat evaluasi, dengan modul peserta didik dituntut
untuk dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat penguasaannya terhadap materi yang telah
dipelajari. Ketiga, sebagai bahan rujukan bagi peserta didik karena terkandung materi pelajaran.
[17] Berdasarkan fungsi tersebut, diharapkan peserta didik tidak hanya menjadikan sebagai
bahan mandiri, modul juga dapat digunakan sebagai alat bantu guru atau pengganti guru, dan
juga sebagai alat evaluasi hasil belajar peserta didik terhadap penguasaan materi yang tersedia
dalam modul.
1. Membuka kesempatan bagi peserta didik untuk belajar menurut kecepatan masing-
masing. Dianggap bahwa peserta didik tidak akan mancapai hasil yang sama dalam
waktu yang sama dan tidak sedia mampelajari sesuatu yang sama pada waktu yang sama
2. Memberi kesempatan bagi peserta didik belajar menurut cara belajar masing-masing,
oleh sebab itu mereka menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk memecahkan
Pembelajaran modul yang baik memberikan aneka ragam instruksional, seperti membaca
buku pelajaran, buku perpustakaan, majalah, slide, mendengarkan audio-tape, internet
dsb.
3. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal.
Dari tujuan yang diungkapkan sebelumnya, maka dapat dinyatakan bahwa tujuan
pembelajaran modul secara umum tidak lain untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pembelajaran di sekolah, baik waktu, fasilitas, maupun tenaga guru dan peserta didik dalam
Standar Nasional Pendidikan yang terkait langsung dengan pembelajaran modul adalah
Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian. Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur
ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik. Standar
Proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran
pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Pembelajaran modul
sangat menekankan proses dalam mencapai standar kompetensi, sebab proses untuk mencapai
kompotensi dalam pembelajaran modul sangat sistematis. Standar Penilaian adalah standar
nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur dan instrumen penilaian hasil
belajar peserta didik. Pembelajaran modul menyajikan mekanisme, prosedur dan instrument
penilaian hasil belajar peserta didik berdasarkan kompetensi yang telah ditetapkan. Dengan
teori belajar konstruktivistik fokus pada pengembangan keterampilan peserta didik untuk
membangun atau mengonstruksi sendiri pengetahuan baru melalui proses berpikir dan
aktif dalam berinteraksi dengan sejumlah instruksi yang dituangkan dalam modul. Oleh sebab
yang lebih mendalam. Namun dalam hal ini penulis mengangkat beberapa hasil penelitian terkait
efektivitas pembelajaran modul. Pertama, penelitian oleh Efi Nilasari, Ery Try Djatmika dan
Anang Santoso yang meneliti tentang pengaruh penggunaan modul pembelajaran kontekstual
terhadap hasil belajar peserta didik kelas V sekolah dasar. Dari hasil penelitiannya terlihat
efektivitas penggunaan modul pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar peserta didik
kelas V sekolah dasar. Efektivitas tersebut ditunjukkan dengan nilai rata-rata freetest hasil
belajar kelas kontrol sebesar 70.00 lebih rendah dibandingkan dengan nilai posttest hasil
belajarkelas eksperimen sebesar 82.27.[20] Kedua, penelitian oleh Mapet, Mahendra, dan
Sunarya yang meneliti tentang pengaruh penggunaan modul praktikum KKPI dengan pendekatan
inkuiri terhadap hasil belajar. Hasil penelitiannya menujukkan bahwa dalam penelitiannya
terdapat pengaruh yang signifikan antara kelompok peserta didik yang belajar dengan
menerapkan modul praktikum KKPI dengan pendekatan inkuiri dalam pokok bahasan perangkat
lunak pengolah kata pada peserta didik kelas X Multimedia 2 SMKN 1 Sawan.[21] Ketiga,
penelitian oleh handayani yang meneliti tentang pengaruh bahan ajar modul remedial terhadap
hasil belajar kognitif peserta didik, menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan bahan ajar modul
remedial terhadap pencapaian KKM peserta didik memberikan pengaruh dalam meningkatkan
KKM peserta didik pada materi pokok sistem peredaran darah manusia.[22] Dengan demikian,
berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, terlihat kesamaan bahwa ketepatan pembelajaran
modul dari segi penerapan tergolong efektif dilihat dari meningkatnya hasil belajar peserta didik.
pembelajaran modul efektif digunakan pada jenjang pendidikan menengah dan jenjang
pendidikan tinggi. Hal ini disebabkan karena pembelajaran modul substansi yang lebih
ditekankan adalah kemandirian peserta didik guna memahami suatu paket belajar yang
dipengaruhi oleh kematangan yang terjadi dalam dirinya.[23] Artinya pembelajaran disesuaikan
dengan tingkat perkembngan kognitif peserta didik. Dengan demikian, kematangan kognitif yang
dimiliki peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi dan menengah sangat ideal dengan
pembelajaran modul.
Modul yang baik harus disusun secara sistematis, menarik, dan jelas, karena itu, sebelum
membahas kelebihan dan kelemahan pembelajaran modul. Alangkah baiknya terlebih dahulu
mengetahui karakteristik modul dan kriteria modul yang baik. adapun karateristik modul adalah
sebagai berikut:
1. Self instructional, peserta didik mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada
pihak lain.
2. Self contained, seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi yang dipelajari terdapat di
3. Stand alone, modul yang dikembangkan tidak harus digunakan bersama-sama dengan media
lain.
4. Adaptif, modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan
teknologi.
5. User friendly, modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab bersahabat atau akrab dengan
pemakainya.
6. Konsistensi, konsisten dalam penggunaan font, spasi, dan tata letak.[24]
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa sebuah modul dapat
mengembangkan pola pikir peserta didik dengan pembelajaran mandiri pada seluruh materi yang
tercakup dalam modul tersebut, modul tersebut juga harus menarik dan beradaptasi pada ilmu
dan teknologi sehingga peserta didik dapat merasa nyaman dalam menggunakan modul tersebut
Sebuah modul harus memenuhi kriteria modul yang baik. dalam sebuah modul minimal
berisi tentang:
1. Tujuan yang harus dicapai, yang biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku yang
3. Kegiatan belajar, berisi tentang materi yang harus dipelajari oleh peserta didik
6. Sumber bacaan, yakni buku-buku bacaan yang harus dipelajari untuk mempelajari untuk
7. Item-item tes, soal-soal yang harus dijawab untuk melihat keberhasilan peserta didik
modul;
9. Kunci jawaban.[25]
Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa sebuah modul yang baik harus
mencakup tujuan dan indikator pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik, petunjuk
penggunaan pembelajaran pada modul, materi pembelajaran, rangkuman atau garis besar materi
pembelajaran, tugas dan latihan sebagai evaluasi pembelajaran, soal-soal untuk mengevaluasi
tingkat penguasaan materi pembelajaran, dan kunci jawaban agar peserta didik dapat
a. Mengatasi keterbatasan waktu dan ruang bagi guru dan peserta didik.
b. Mengatasi keterbatasan daya indera dan gaya belajar peserta didik.
c. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan motivasi atau
belajar.
d. Guru dapat berperan sebagai pembimbing, bukan semata-mata sebagai pengajar.
h. Peserta didik lebih aktif dan efektif dalam belajar, dan evaluasi perbaikan yang cukup
berarti.
i. Dapat menerik perhatian peserta didik sehingga pengetahuan mudah diserap[26]
Berdasarkan pendapat tersebut, tampak jelas bahwa kelebihan dari pembelajaran modul
yaitu dengan adanya mamfaaat yang diberi bagi guru dan peserta didik baik waktu, ruang dan
Ditinjau dari sisi lain, pembelajaran modul juga memiliki kelemahan. Kelemahan
b. Tidak semua peserta didik dapat belajar sendiri, melainkan membutuhkan bantuan guru.
c. Tidak semua guru mengetahui cara pelaksanaan pembelajaran menggunakan modul.
d. Kesukaran penyiapan bahan dan memerlukan banyak biaya dalam pembuatan modul.
e. Adanya kecenderungan beberapa peserta didik untuk tidak mempelajari modul secara baik.
[27]
Dari beberapa pernyataan diatas, maka terlihat bahwa pembelajaran modul memiliki
kelemahan dalam hal kemampuan peserta didik dalam belajar secara mandiri, karena tidak
semua peserta didik mampu belajar secara mandiri. Cara pelaksanaan pembelajaran
menggunakan modul juga menjadi kendala bagi guru karenatidak semua guru mengetahunya dan
dari segi biaya, modul memerlukan biaya yang besar dalam menyiapkanya