Anda di halaman 1dari 6

NASKAH TUGAS MATA KULIAH

UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2019/2020

NAMA : ROSLIN HASIBUAN

NIM : 835353839

Fakultas : FKIP-UT
Program Studi : PG-PAUD
Kode/Nama MK : PAUD 4301/Pembaharuan Pendidikan TK
Tugas : 3 (Tiga)

1. Jelaskan prinsip-prinsip khusus berkenan dengan pembelajaran tematik sesuai pendapat


Kostelnik!
1) Tema harus berhubungan langsung dengan pengalaman pengalaman hidup nyata anak
dan harus dibangun atas apa yang mereka tahu.
2) Masing-masing tema mempresentasikan konsep-konsep yang perlu anak temukan
secara lebih luas pembelajaran perlu ditekankan pada membantu anak membangun
konsep-konsep yang terkait dengan tema dan bukan menuntut anak untuk mengingat
serpihan-serpihan informasi yang terpisah.
3) Setiap tema harus didukung oleh suatu substansi materi yang telah dikaji secara
memadai.
4) Semua tema harus mengintegrasikan belajar isi dan belajar proses.
5) Informasi yang terkait dengan tema harus disampaikan kepada anak melalui kegiatan-
kegiatan langsung dan diskusi.
6) Kegiatan-kegiatan yang terkait dengan tema harus mempresentasikan sejumlah fokus
kurikulum dan gaya belajar anak.
7) Materi pembelajaran yang sama dapat ditampilkan beberapa sekali dan perlu
dipadukan ke dalam jenis-jenis kegiatan yang berbeda.
8) Tema harus memungkinkan untuk mengintegrasikan beberapa bidang pengembangan.
9) Masing-masing tema harus dapat diselesaikan atau ditinjau kembali sesuai dengan
minat dan pemahaman anak.
2. Jelaskan dalam pembelajaran tematik, hal-hal apa saja yang harus dihindari oleh guru !
1) Hanya mengandalkan apa yang sudah dikuasai.
Karena merasa sudah cukup berpengalaman, guru-guru kadang menganggap bahwa
pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya sudah cukup untuk mendukung
kegiatan pelajaran yang terkait dengan tema yang akan menjadi fokus kajian. Guru
hendaknya selalu memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya setiap saat
sehingga dapat memfasilitasi anak dalam menguasai materi pengembangan dan
menghindari terjadinya kekeliruan-kekeliruan pemahaman.
2) Memilih kegiatan sebelum menelaah materi pembelajaran secara tuntas.
Dalam menciptakan suatu keseluruhan unit secara demikian mengabaikan langkah-
langkah pokok untuk mengaitkan kegiatan-kegiatan yang dipilih dengan informasi-
informasi khusus yang akan mereka ajarkan. Akibatnya, pembelajaran tematik seperti
itu bisa merupakan serangkaian kegiatan yang kurang melibatkan pengkajian substansi
materi pengembangan.
3) Membuat jadwal tema untuk sepanjang tahun sebelum dimulainya kegiatan di
TK.
Strategi ini sangat menguntungkan guru tapi tidak memperhatikan perubahan
kebutuhan dan minat belajar anak. Untuk menghindari kekeliruan ini, pertimbangkan
sebelum nya apa yang akan menjadi beberapa tema pertama, dan pilih lah tema-tema
berikutnya setelah guru mulai mengenal minat dan kebutuhan belajar anak.
4) Hanya mengajarkan tema-tema yang sudah biasa.
Guru yang kurang memiliki minat untuk meningkatkan diri kemampuan mengajar.
Akibatnya, mereka terjebak untuk hanya mengajarkan apa yang mereka telah ketahui.
Sesungguhnya guru disarankan untuk berani memilih topik-topik baru setelah
mencoba beberapa unit yang sudah biasa. Sebagai upaya untuk mencoba tema-tema
baru dapat dilakukan melalui kerjasama dengan guru lain sehingga memperoleh saling
dukungan dan berbagai sumber.
5) Membuat semua kegiatan terkait dengan tema.
Upaya mengaitkan Setiap kegiatan dengan tema secara kaku dan berlebihan bisa
memunculkan situasi yang menyenangkan bagi anak sehingga kegiatan menjadi tidak
menarik bagi mereka. Untuk menghindarinya dapat diselipkan beberapa kegiatan
favorit anak yang boleh saja kurang terkait dengan tema yang sedang menjadi fox
pembelajaran dalam keseluruhan rencana mingguan.
6) Menyajikan terlalu banyak materi yang harus dipelajari.
Materi yang tampak begitu menarik berkenan dengan suatu tema, sehingga guru
tergoda untuk menyajikan atau membahasnya dalam waktu singkat. Untuk
menghindarinya, guru perlu memprioritaskan atau membatasi pada kelompok materi
pokok atau menambah waktu sehingga anak memiliki kesempatan yang memadai
untuk mempelajari konsep-konsep yang menjadi tujuan.
7) Memberikan penilaian hasil belajar berdasarkan tanya jawab kepada anak.
Guru yang menyandarkan penilaian pada kemampuan anak menghafal atau
menyebutkan kembali apa yang sudah diajari. Ini merupakan suatu cara yang kurang
tepat. Guru perlu memperlakukan pengamatan terhadap anak di saat memperlihatkan
pemahaman mereka terhadap tema-tema yang dipelajari. Guru bisa memperhatikan
cara anak berinteraksi, bercakap, menjelaskan, dan berdiskusi yang mengekspresikan
pemahaman mereka tentang masing-masing konsep.
8) Mengharapkan Setiap anak menunjukkan bukti bahwa mereka telah menguasai
semua materi yang sudah dipelajari.
Guru kadang-kadang menuntut anak untuk menguasai semua materi yang sudah
dipelajari oleh anak. Hal yang penting adalah bahwa anak bisa memperkaya
penguasaan konsep yang telah mereka miliki. Guru perlu menyadari bahwa menilai
efektivitas pembelajaran anak dilakukan dengan melihat peningkatan pengetahuan
anak secara berkesinambungan.

3. Jelaskan paradigma pembelajaran membaca berdasarkan Whole Language!


1) Membaca adalah suatu proses memaknai dan bukan hanya "menyembunyikan
kata-kata".
Makna tercipta melalui interaksi dengan tulisan yang berguna dan menyeluruh.
Pembelajaran membaca menggunakan kata-kata yang terpenggal-penggal tidak
mempunyai makna yang utuh bagi anak. Jika kata-kata tersebut tidak mempunyai arti
sama sekali akan membuat anak bingung dan tidak mempunyai konteks pemikiran
sama sekali terhadap apa yang sedang dipelajarinya.
2) Kata-kata tidak dipelajari secara terisolasi tetapi dalam konteks penggunaannya.
Pengalaman dengan kata-kata konteks sosial dan fungsional sangat penting dalam
mempelajari kata-kata.
Pengalaman anak menggunakan kata-kata dalam kehidupan sehari-hari akan sangat
membantu anak dalam belajar membaca dan menulis. Dengan demikian kata-kata
yang dipelajari anak tidak boleh terlepas dari kehidupan sosialnya. Dengan kata lain,
kata-kata tersebut harus sudah pernah digunakan anak atau minimal didengar anak
sebelumnya.
3) Membaca dan menulis dipelajari melalui kegiatan membaca dan menulis yang
sesungguhnya (tidak melalui latihan membaca dan menulis).
Pembelajaran dengan sistem ejaan atau pendekatan bunyi atau sistem lainnya, seolah-
olah membuat bacaan menjadi objek yang harus dikuasai anak. Oleh karena itu
mempelajari bahasa harus dalam situasi yang alami dan tidak dibuat-buat. Anak
belajar membaca harus membaca yang sesungguhnya maksudnya membaca yang
mempunyai kegunaan dan tujuan. Demikian juga dalam hal menulis anak belajar
menulis yang sesungguhnya artinya menulis yang berguna dan bertujuan.

4. Jelaskan karakteristik Big Book !


a) Pola Pengulangan.
Di bagian tertentu dalam Big Book perlu ada pengulangan kata-kata untuk
memudahkan anak membaca dan mengingat bacaan sehingga pada kata-kata yang
diulang tersebut anak akan mampu membaca dan tepat dan penuh percaya diri.
b) Pola pengulangan kumulatif.
Selain mengulang kata-kata, dalam Big Book juga terdapat pengulangan sebagian dari
kalimat sehingga pada beberapa kalimat akan kita temukan bagian yang sama dan
bagian yang berbeda.
c) Irama (seperti irama bayi/nursery rhymes)
Agar kegiatan membaca menjadi lebih menyenangkan, maka bacaan di iramakan.
Kata-kata untuk bagian kalimat yang diulang biasanya lebih mudah diramalkan.
Umumnya anak senang pada kegiatan membaca berirama.
d) Pola bacaan berdasarkan pada budaya yang dikenal anak.
Supaya anak mudah menangkap isi bacaan maka pola bacaan perlu disesuaikan
dengan budaya yang dikenal anak sehari-hari.
e) Alur cerita yang dapat ditebak.
Alur cerita yang tampilkan, hendaknya sederhana dan tidak terlalu rumit sehingga
anak dapat menambah alur cerita yang sedang dibacanya.

5. Jelaskan kualitas dan sikap guru sebagai agen pembaharuan pendidikan !


1) Motivasi yang tinggi untuk meningkatkan diri.
Melakukan upaya pembaharuan pendidikan masih merupakan tantangan yang sangat
berat bagi para guru TK. Hal ini bukan saja karena upaya pembaruan itu memerlukan
pemikiran dan kerja keras, tetapi juga sering kali upaya-upaya semacam ini tidak
diikuti dengan perolehan penghargaan dari lingkungan yang sepadan dengan jerih
payah yang dikeluarkan. Hanya para guru yang memiliki motivasi yang tinggi untuk
meningkatkan diri yang memungkinkan mereka dapat tampil sebagai agen
pembaharuan pendidikan.
2) Kemauan untuk bekerja keras dan keuletan dalam berupaya.
Sebagai wujud dari kepemilikan motivasi yang tinggi untuk meningkatkan diri adalah
kesediaan untuk bekerja keras dan keuletan untuk menghadapi berbagai tantangan dan
kesulitan. Mengupayakan adanya sesuatu yang baru, apalagi kalau menciptakan,
bukan sesuatu yang mudah, tetapi merupakan sesuatu yang perlu dibangun dan
dikembangkan melalui serangkaian kerja keras dan konsisten. Oleh karena itu, kerja
keras dan kedaulatan merupakan salah satu persyaratan bagi guru untuk bisa sukses
dengan pembaruan-pembaruan yang diupayakannya.
3) Kemampuan berpikir kreatif.
Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk memecahkan masalah dengan
cara-cara baru atau kemampuan yang menghasilkan sesuatu yang baru. Oleh karena itu
untuk bisa menghasilkan sesuatu yang baru para guru perlu memerlukan kemampuan
berpikir kreatif. Orang memiliki kemampuan berpikir ini akan memiliki ide-ide yang
kaya, asli, dan bersifat fleksibel dalam menghadapi dan memecahkan persoalan.
4) Keberanian untuk mengambil resiko.
Upaya pembaruan pada dasarnya dimaksudkan untuk memperoleh sesuatu yang lebih
baik tapi tidak selamanya upah yang baru itu berhasil. Oleh karena itu diperlukan
suatu keberanian tersendiri bagi para guru untuk dapat melakukan upaya-upaya
pembaruan pendidikan. Tanpa keberanian untuk berbuat maka selama itu pula upaya
pembaruan tidak akan pernah terjadi.
5) Kejelian dalam melihat dan memahami permasalahan.
Para guru yang tidak merasakan adanya masalah pendidikan apapun tidak akan
menyadari atau merasakan perutnya melakukan upaya perubahan atau pembaharuan.
Untuk dapat berperan sebagai agen-agen pembaruan, guru perlu memiliki kejelian
untuk melihat dan memahami permasalahan pendidikan atau kekurangan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai