Fakultas : FKIP-UT Program Studi : PG-PAUD Kode/Nama MK : PAUD 4301/Pembaharuan Pendidikan TK Tugas : 3 (Tiga)
1. Jelaskan prinsip-prinsip khusus berkenan dengan pembelajaran tematik sesuai pendapat
Kostelnik! 1) Tema harus berhubungan langsung dengan pengalaman pengalaman hidup nyata anak dan harus dibangun atas apa yang mereka tahu. 2) Masing-masing tema mempresentasikan konsep-konsep yang perlu anak temukan secara lebih luas pembelajaran perlu ditekankan pada membantu anak membangun konsep-konsep yang terkait dengan tema dan bukan menuntut anak untuk mengingat serpihan-serpihan informasi yang terpisah. 3) Setiap tema harus didukung oleh suatu substansi materi yang telah dikaji secara memadai. 4) Semua tema harus mengintegrasikan belajar isi dan belajar proses. 5) Informasi yang terkait dengan tema harus disampaikan kepada anak melalui kegiatan- kegiatan langsung dan diskusi. 6) Kegiatan-kegiatan yang terkait dengan tema harus mempresentasikan sejumlah fokus kurikulum dan gaya belajar anak. 7) Materi pembelajaran yang sama dapat ditampilkan beberapa sekali dan perlu dipadukan ke dalam jenis-jenis kegiatan yang berbeda. 8) Tema harus memungkinkan untuk mengintegrasikan beberapa bidang pengembangan. 9) Masing-masing tema harus dapat diselesaikan atau ditinjau kembali sesuai dengan minat dan pemahaman anak. 2. Jelaskan dalam pembelajaran tematik, hal-hal apa saja yang harus dihindari oleh guru ! 1) Hanya mengandalkan apa yang sudah dikuasai. Karena merasa sudah cukup berpengalaman, guru-guru kadang menganggap bahwa pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya sudah cukup untuk mendukung kegiatan pelajaran yang terkait dengan tema yang akan menjadi fokus kajian. Guru hendaknya selalu memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya setiap saat sehingga dapat memfasilitasi anak dalam menguasai materi pengembangan dan menghindari terjadinya kekeliruan-kekeliruan pemahaman. 2) Memilih kegiatan sebelum menelaah materi pembelajaran secara tuntas. Dalam menciptakan suatu keseluruhan unit secara demikian mengabaikan langkah- langkah pokok untuk mengaitkan kegiatan-kegiatan yang dipilih dengan informasi- informasi khusus yang akan mereka ajarkan. Akibatnya, pembelajaran tematik seperti itu bisa merupakan serangkaian kegiatan yang kurang melibatkan pengkajian substansi materi pengembangan. 3) Membuat jadwal tema untuk sepanjang tahun sebelum dimulainya kegiatan di TK. Strategi ini sangat menguntungkan guru tapi tidak memperhatikan perubahan kebutuhan dan minat belajar anak. Untuk menghindari kekeliruan ini, pertimbangkan sebelum nya apa yang akan menjadi beberapa tema pertama, dan pilih lah tema-tema berikutnya setelah guru mulai mengenal minat dan kebutuhan belajar anak. 4) Hanya mengajarkan tema-tema yang sudah biasa. Guru yang kurang memiliki minat untuk meningkatkan diri kemampuan mengajar. Akibatnya, mereka terjebak untuk hanya mengajarkan apa yang mereka telah ketahui. Sesungguhnya guru disarankan untuk berani memilih topik-topik baru setelah mencoba beberapa unit yang sudah biasa. Sebagai upaya untuk mencoba tema-tema baru dapat dilakukan melalui kerjasama dengan guru lain sehingga memperoleh saling dukungan dan berbagai sumber. 5) Membuat semua kegiatan terkait dengan tema. Upaya mengaitkan Setiap kegiatan dengan tema secara kaku dan berlebihan bisa memunculkan situasi yang menyenangkan bagi anak sehingga kegiatan menjadi tidak menarik bagi mereka. Untuk menghindarinya dapat diselipkan beberapa kegiatan favorit anak yang boleh saja kurang terkait dengan tema yang sedang menjadi fox pembelajaran dalam keseluruhan rencana mingguan. 6) Menyajikan terlalu banyak materi yang harus dipelajari. Materi yang tampak begitu menarik berkenan dengan suatu tema, sehingga guru tergoda untuk menyajikan atau membahasnya dalam waktu singkat. Untuk menghindarinya, guru perlu memprioritaskan atau membatasi pada kelompok materi pokok atau menambah waktu sehingga anak memiliki kesempatan yang memadai untuk mempelajari konsep-konsep yang menjadi tujuan. 7) Memberikan penilaian hasil belajar berdasarkan tanya jawab kepada anak. Guru yang menyandarkan penilaian pada kemampuan anak menghafal atau menyebutkan kembali apa yang sudah diajari. Ini merupakan suatu cara yang kurang tepat. Guru perlu memperlakukan pengamatan terhadap anak di saat memperlihatkan pemahaman mereka terhadap tema-tema yang dipelajari. Guru bisa memperhatikan cara anak berinteraksi, bercakap, menjelaskan, dan berdiskusi yang mengekspresikan pemahaman mereka tentang masing-masing konsep. 8) Mengharapkan Setiap anak menunjukkan bukti bahwa mereka telah menguasai semua materi yang sudah dipelajari. Guru kadang-kadang menuntut anak untuk menguasai semua materi yang sudah dipelajari oleh anak. Hal yang penting adalah bahwa anak bisa memperkaya penguasaan konsep yang telah mereka miliki. Guru perlu menyadari bahwa menilai efektivitas pembelajaran anak dilakukan dengan melihat peningkatan pengetahuan anak secara berkesinambungan.
3. Jelaskan paradigma pembelajaran membaca berdasarkan Whole Language!
1) Membaca adalah suatu proses memaknai dan bukan hanya "menyembunyikan kata-kata". Makna tercipta melalui interaksi dengan tulisan yang berguna dan menyeluruh. Pembelajaran membaca menggunakan kata-kata yang terpenggal-penggal tidak mempunyai makna yang utuh bagi anak. Jika kata-kata tersebut tidak mempunyai arti sama sekali akan membuat anak bingung dan tidak mempunyai konteks pemikiran sama sekali terhadap apa yang sedang dipelajarinya. 2) Kata-kata tidak dipelajari secara terisolasi tetapi dalam konteks penggunaannya. Pengalaman dengan kata-kata konteks sosial dan fungsional sangat penting dalam mempelajari kata-kata. Pengalaman anak menggunakan kata-kata dalam kehidupan sehari-hari akan sangat membantu anak dalam belajar membaca dan menulis. Dengan demikian kata-kata yang dipelajari anak tidak boleh terlepas dari kehidupan sosialnya. Dengan kata lain, kata-kata tersebut harus sudah pernah digunakan anak atau minimal didengar anak sebelumnya. 3) Membaca dan menulis dipelajari melalui kegiatan membaca dan menulis yang sesungguhnya (tidak melalui latihan membaca dan menulis). Pembelajaran dengan sistem ejaan atau pendekatan bunyi atau sistem lainnya, seolah- olah membuat bacaan menjadi objek yang harus dikuasai anak. Oleh karena itu mempelajari bahasa harus dalam situasi yang alami dan tidak dibuat-buat. Anak belajar membaca harus membaca yang sesungguhnya maksudnya membaca yang mempunyai kegunaan dan tujuan. Demikian juga dalam hal menulis anak belajar menulis yang sesungguhnya artinya menulis yang berguna dan bertujuan.
4. Jelaskan karakteristik Big Book !
a) Pola Pengulangan. Di bagian tertentu dalam Big Book perlu ada pengulangan kata-kata untuk memudahkan anak membaca dan mengingat bacaan sehingga pada kata-kata yang diulang tersebut anak akan mampu membaca dan tepat dan penuh percaya diri. b) Pola pengulangan kumulatif. Selain mengulang kata-kata, dalam Big Book juga terdapat pengulangan sebagian dari kalimat sehingga pada beberapa kalimat akan kita temukan bagian yang sama dan bagian yang berbeda. c) Irama (seperti irama bayi/nursery rhymes) Agar kegiatan membaca menjadi lebih menyenangkan, maka bacaan di iramakan. Kata-kata untuk bagian kalimat yang diulang biasanya lebih mudah diramalkan. Umumnya anak senang pada kegiatan membaca berirama. d) Pola bacaan berdasarkan pada budaya yang dikenal anak. Supaya anak mudah menangkap isi bacaan maka pola bacaan perlu disesuaikan dengan budaya yang dikenal anak sehari-hari. e) Alur cerita yang dapat ditebak. Alur cerita yang tampilkan, hendaknya sederhana dan tidak terlalu rumit sehingga anak dapat menambah alur cerita yang sedang dibacanya.
5. Jelaskan kualitas dan sikap guru sebagai agen pembaharuan pendidikan !
1) Motivasi yang tinggi untuk meningkatkan diri. Melakukan upaya pembaharuan pendidikan masih merupakan tantangan yang sangat berat bagi para guru TK. Hal ini bukan saja karena upaya pembaruan itu memerlukan pemikiran dan kerja keras, tetapi juga sering kali upaya-upaya semacam ini tidak diikuti dengan perolehan penghargaan dari lingkungan yang sepadan dengan jerih payah yang dikeluarkan. Hanya para guru yang memiliki motivasi yang tinggi untuk meningkatkan diri yang memungkinkan mereka dapat tampil sebagai agen pembaharuan pendidikan. 2) Kemauan untuk bekerja keras dan keuletan dalam berupaya. Sebagai wujud dari kepemilikan motivasi yang tinggi untuk meningkatkan diri adalah kesediaan untuk bekerja keras dan keuletan untuk menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan. Mengupayakan adanya sesuatu yang baru, apalagi kalau menciptakan, bukan sesuatu yang mudah, tetapi merupakan sesuatu yang perlu dibangun dan dikembangkan melalui serangkaian kerja keras dan konsisten. Oleh karena itu, kerja keras dan kedaulatan merupakan salah satu persyaratan bagi guru untuk bisa sukses dengan pembaruan-pembaruan yang diupayakannya. 3) Kemampuan berpikir kreatif. Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk memecahkan masalah dengan cara-cara baru atau kemampuan yang menghasilkan sesuatu yang baru. Oleh karena itu untuk bisa menghasilkan sesuatu yang baru para guru perlu memerlukan kemampuan berpikir kreatif. Orang memiliki kemampuan berpikir ini akan memiliki ide-ide yang kaya, asli, dan bersifat fleksibel dalam menghadapi dan memecahkan persoalan. 4) Keberanian untuk mengambil resiko. Upaya pembaruan pada dasarnya dimaksudkan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik tapi tidak selamanya upah yang baru itu berhasil. Oleh karena itu diperlukan suatu keberanian tersendiri bagi para guru untuk dapat melakukan upaya-upaya pembaruan pendidikan. Tanpa keberanian untuk berbuat maka selama itu pula upaya pembaruan tidak akan pernah terjadi. 5) Kejelian dalam melihat dan memahami permasalahan. Para guru yang tidak merasakan adanya masalah pendidikan apapun tidak akan menyadari atau merasakan perutnya melakukan upaya perubahan atau pembaharuan. Untuk dapat berperan sebagai agen-agen pembaruan, guru perlu memiliki kejelian untuk melihat dan memahami permasalahan pendidikan atau kekurangan yang ada.