Mengapa abad dua puluh satu ini bangsa Indonesia akan mengalami tantangan san masalah
yang sangat kompleks. Di satu sisi, seacra internal kita masih belum mampu keluar daei krisis
multidimensional yang telah berlangsung sejak tahun 1977. Sementara itu di sisi lain, secara
eksternal bila dihadapkan pada realitas persaingan antara bangsa semakin meningkat dan
kompetitif. Untuk dapat mengatasi masalah dan menjawab tantangan tersebut sangat
bergantung pada kualitas sumber daya manusia. Peran sumber daya manusia terhadap
kemajuan bangsa ini telah dibuktikan oleh negara-negara di kawasan Asia Timur, seperti
Taiwan, Hong kong, Korea Selatan, Jepang . Kemajuan negara- negara tersebut bertumpu pada
Pendidikan anak usia dini berkembang pesat , hal ini ditandai dengan terus bertambahnya
jumlah lembaga PAUD. Taman kanak-kanak (TK), raudatul atfal (RA), kelompok bermain (KB),
taman penitipan anak (TPA), dan PAUD sejenis lainnya dengan nama yang bervariasi banyak
bermuculan. Hal ini juga sebagai bukti meningkatnya kesadaran orangtua dan guru tentang
pentingnya pendidikan sejak dini. Banyak orangtua maupun guru telah memahami pentingnya
masa emas (golden age) perkembangan pada usia dini. Sebagaimana penting masa sensitifnya
semua potensi yang dimiliki anak untuk berkembang. Untuk itu perlu dukungan lingkungan yang
Namun sayangnya, tingkat kesadaran masyarakat terhadap layanan pendidikan bagi anak
usia dini (0-6) masih sangat rendah. Hal tersebut disebabkan anatara lain karena kurangnya
sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan anak usia dini. hal ini dapat dilihat
dari kenyataan yang hingga saat ini maish banyak anak usia dini yang belum memperoleh
layanan pendididkan. Banyak anggapan sebelumnya yang mengatakan bahwa pendidikan yang
tepat diberikan kepada anak adalah pada saat anak mulai masuk usia kematangan yang siap
untuk bersekolah, yaitu antara 5-7 tahun. Adapun yang sebenarnya adalah bahwa pendidiakn
Pendidikan yang dimulai sejak dini akan berbeda, karena dengan pendidikan atau pembiasaan
akan lebih merangsang otak anak untuk menerima pendidikan-pendidikan selanjutnya. Melalui
proses pembelajaran dan / cara lain yang dikenal atau diakui masyarakat sekitarnya. Hendaknya
norma – norma yang ada dalam masyarakat. Setiap anaka membutuhkan rangsangan pendidikan
Misi : adalah terwujudnya anak usia dini yang cerdas, sehat, ceria, dan berakhlak mulia serta
memiliki kesiapan fisik maupun mental dalam memasuki pendidikan yang lebih lanjut.
Presepsi tentang pentingnya golden ag, yaitu 80% kapasitas perkembangan dicapai pada usia
dini ( lahir sampai usia delapajn tahun) sedangkan selebihnya (20%) diperoleh setelah usia
delapan tahun belum tepat dan benar. Akibatnya, banya orang tua dan guru berlomba dengan
waktu untuk memberikan pengalaman belajar melalui “ kegiatan atau pembelajaran akademik’.
Hampir kseluruhan waktu belajar anak dilakukan melalui “ kegiatan akademik”. Guru mengajar
dengan menjelaskan, anak belajar melalui mendengarkan dan mebgerjakan tugas yang
didominasi dengan lembar atau buku kerja anak. Anak menulis angka dan huruf / kata tanpa
membangun konteks belajar terlebih dahulu. Dalam situasi ini, aspek kognitif dan intelektual
memperoleh stimulasi terbesar, sedang aspek lainnya, seperti emosi, social, dan seni hampir
diabaikan.
Presepsi yang belum tepat dan benar tentang golden age perkembangan masa usia dini
mengakibatkan bermain terabaikan. Sebenarnya, bermain sebagai salah satu kebutuhan dasar
perkembangan anak. Kalau kebutuhan belum terpenuhi anak akan kesulitan mencapai
perkembangan yang optimal. Oleh karena itu, kegiatan belajar perlu dikemas dalam kegiatan
bermain dan melalui kegiatan bermain . hasil pengamatan penulis menunjukan bahwa banyak
kegiatan belajar yang belum dilakukan dalam kegiatan dan suasana bermain. Bermain juga belum
sebagai strategi atau “kendaraan” belajar anak. Pelakasanaan pembelajaran pada AUD yang lebih
terfokus pada kegiatan akademik dan mengabaikan kegiatan bermain sebagai suatu prakatik
PAUD yang keliru. Bermain bukan hanya sebagai “ kendaraan” belajar anak . bermain sebagai
salah satu kebutuhan perkembangan anak.
Sebenarnya, banyak pendekata, model , dan metode pembelajaran yang daoat diterapkan di
PAUD. Pedekatan, model, dan metode yang dikemukakan para filsuf, seperti pendidikan model
Frobel, motessori, dan lainyna sebagai model yang dapat diterapkan atau dimodifikasi dan
dikembangkan sehingga sesuai untuk dterapkan atau dimodifikasi dan dikembangkan sehingga
sesuai untuk diterapkan di PAUD. Model lain yang dikembangkan berdasarkan gabungan berbagai
filosofi dan teori ahli juga ada, di anataranya model PAUD High Scope dan Religio Emilia.
Berkenaan dengan kompetensi pendididik masih rendah disebabkan pertama karena memang
program PAUD dilaksanakan dari masyarakat yang notabene memanfatkan sumber daya lokal
yang dirasa mampu mengurusi anak –anak, tidak melihat daei tamatan apa, kualifikasi guru PAUD
yang seharusnya dipersyaratkan. Ada ibu rumah tangga ga yang mau, tidak terkecuali tamatan
SLTP sederajat SLTA sederajat bahkan lulusan paket b dan c dari kader-kader Posyandu banyak
terlibat
Posyandu banyak terlibat di kegiatan KB. SPS dan TPA, wajar satu mutu dan kualitas PAUD
masih dipertanyaakan. Diperlukan kebijakan yang berkesinambungan dan berkelanjutan
melaksanakan pelatihan / workshop dan peningkatan kualifikasi pendidik PAUD ini.
1. PAUD Nonformal
2. PAUD Informal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang
diajarkan pada lembaga pendidikan, sedangkan tema adalah pokok pikiran. Adapun pendidikan
Nasional dalam undang - undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang
dimaksud dengan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai pendidikan tertentu.
Sebagian besar pendidikan anak usia dini di Indonesia sudah menggunakan tema(
tematik),namun dengan terus berkembangnya ilmu pengetahuan tentang pembelajaran anak
usia dini kita mulai mengenal istilah TFP atau term, fact, and principle( istilah, fakta - fakta, dan
prinsip- prinsip)
Kurikulum pengajaran dengan tema dan TFP untuk memberikan pengajaran dengan total
guna menciptakan pengajaran yang holistik, pada program awal terpadu untuk anak- anak.Tema
merupakan bingkai dari rencana pembelajaran yang lebih terarah. Artinya, tema ini akan menjaga
agar seluruh materi yang telah disusun tidak ada yang tercecer pada waktu pelaksanaan atau
jangan sampai materi yang tidak direncanakan ikut masuk dalam pelaksanaan. TFP adalah
serangkaian "konwledge" atau materi yang sudah direncanakan guru untuk dialihkan atau
disampaikan pada anak.
Manfaat dari kegunaan kurikulum tema dan TFP, Selain membangun kecerdasan majemuk anak
maka melalui kurikulum teman dan TFP dapat mengembangkan delapan domain anak.
Usia kronologis adalah usai sesuai dengan pertambahan nya setiap tahunnya ulang tahun.
Adapun usia biologis adalah usia dengan bertambahnya sambungnya pada sel otak anak yang
ditentukan oleh berapa banyak rangsangan yang diterima anak. Usia kronologis terus bertambah
sesuai dengan bertambahnya hari-hari kita hidu, namun usia biologis harus dibangun dengan
sunguh- sungguh dengan ilmu dan pelaksanaan pendidikan yang akurat sejak bayi lahir menuju
dewasa.
Pertumbuhan anak yang mencakup pemantauan kondisi kesehatan dan gizi mengacu pada
paduan katu menuju sehat (KMS) dan deteksi dini tumbuh kembang anak. Perkembangan anak
berlangsung secara berkesinambungan, yang berati bahwa tingkat perkembangan yang dicapai
pada suatu tahap diharapkan meningkatkan baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahap
selanjutnya. Walaupun setiap anak adalah unik, karena perkembangan anak berbeda satu sama
lain yang mempengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Tingkat pencapaian perkembangan
anak disusun berdasarkan kelompok uasi anak : 0 -<2 tahun, 2-<4 tahun, dan 4-<6 tahun.
1. Anak akan belajar dengan baik apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta merasa aman
dan nyaman dalam lingkungannya.
2. Anak belajar terus menerus, dimulai dari membangun pemahaman tentang sesuati,
mengeksplorasi lingkungan, menemukan kembali suatu konsep
3. Anak belajar melalui interaksi sosial, baik dengan orang dewasa maupun dengan teman
sebaya.
5. Perkembangan dan gaya belajar anak harus dipertimbangkan sebagai perbedaan individu.
6. Anak belajar dari hal-hal yang sederhana sampai yang kompleks, dari yang kongkret ke
abstrak, dari yang berupa gerakan kebahasa verbal dan diri sendiri ke interaksi dengan
orang lain.
Teori belajar behaviorisme menurut Conny (2000) adalah aliran psikologis yang memandang
bahwa manusia belajar dipengaruhi dipengaruhi oleh lingkungan. Menurut teori ini belajar
merupakan perubahan perilaku yang terjadi melalu proses stimukus dan respons yang bersiaft
mekanis. Oleh karean itu, lingkuhgan yang diorganisasikan akan dapat memberikan stimulus yang
baik, hingga pengaruh dari stimulus tersebut diharapkan dapat memberikan respons dari hasil
yang diharapkan. Ahli yang menganut paham ini adalah Thorndike, Watson, Pavlop dan Skinner.
Teori belajar konstruktivismebahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu
melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Dalam praktiknya tori ini
dapat terwujud dalam “ tahap-tahap perkembangan” yang dikemukakan oelh jean pigaet dengan
“ belajar bberkmakna “ dan “ belajar penemuan secara bebas” oelh Jerome brunner
Pada tahap sensormotor anak bereksplorasi dengan lingkungan melalui panca indra
(mata,indra peraba, penciuman, pendengaran, indra perasa) dan pengembangan keterampilan
motorik secara menyeluruh. Pada usia pra-operasional, anak mulai membentuk jati diri yang
berorientasi pada masa sekarang, lebih berintuisi daripada berpikir secara logis. Pada tahap
konkret, anak mulai mengenal angka,, bentuk ruang dan pengukuran, penggolongan dan
pengaplikasikan proses logis kedalam pemecah masalah- masalah yang konkret, pola berpikir dan
taraf pemahaman dalam belajar masih terkait erat dengan hal-hal konkret. Dan, pada masa
format operasioanal/ operasional formal, anak mulai dapat berpikir abstrak, bersintesis dan
berhipotesis, pengembangan ide-ide, pengembangan berpikir logis secara abstrak, pengambilan
kesimpulann dan generalisasi, berargumen dan pemahaman perbedaan- perbedaan pendapat
serta perbedaan cara berpikir. Oleh karea itu, tugas utama guru adalah menyediakan pengalaman
belajar yang seluas-luasnya bagi para murid sesuai dengan tahap usia nya. Untuk itu, pemilihan
metode menjadi salah satu hal yang diperlukan dan dianggap penting. Metode pembelajaran
yang kita kenal sangatlah banyak, namun tidak semua metode pembelajaran cocok digunakan
untuk pembelajaran dalam pendidikan anak usia dini, seperti metode ceramah yang menunutut
kefokusan anak dalam jangka waktu yang relative lama. Hal ini sangatlah tidak cocok untuk anak
usia dini karena anak usia dini hanya mempunyai daya kefokusan anatara 3-5 menit.
BERMAIN ANAK USIA DINI
Para pakar sering mengatakan bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Dengan
bermainanak belajar, artinya anak yang belajar adalah anak yang bermain, dan anak yang
bermain adalah anak yang belajar. Bermain dilakukan anak-anak dalam berbagai bentuk sat
sedang melakukan aktivitas, mereka bermain ketika bek=rjakan, berlari,mandi,menggali tanah,
memanjat, melompat, bernyanyi, menyusun balok, menggambar, dan lain sebagainya.
Secara Bahasa, bermain diartikan sebagai suatu aktivitas yang klangsng atau spontan,
dimana seseorang anak berinteraksi dengan orang lain, benda-benda di sekitarnya, dilakukan
dengan senang (gembira), atas inisiatif sendiri, emnggunakan daya khayal(imajinatif)<
menggunakan panca indra, dan seluruh anggota tubuhnya.
Menurtrut Brooks, J.B. dan D.M.Elliot, “ bermain” ( play) merupakan istilah yang digunakan
secara bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang. Arti yang lebih tepat ialah setiap kegiatan
yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulannya, dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.
Anak bermain dengan menggunakan mainan tersebut anak akan belajar banyak hal seperti
warna, ukuran, bentuk, besar kecil, berat ringan, kasar halus, selain itu anak juga akan belajar
mengelompokan benda, ciri-ciri benda dan sifat-sifat benda. Kemampuan anak untuk belajar
tersebut akan terus terbangun baik saat anak-anak bermain maupun saat mereka beres-beres
setelah bermain.
Anak baermain untuk memeproleh sesuatu dengan cara bereksporasi dan berkesperimen
tentang dunia sekitarnya dalam rangka membangun pengetahuan diri sendiri ( self knowledge).
Fisical knowledge
Social knowledge
Bermain dilakukan:
Untuk dapat mendukung anak bereksplorasi dengan mainannya guru perlu memerhatikan
densitas (density) dan intesitas (intensity) main. Densitas adalah berbagai macam cara setiap
jenis main ( main sensorimotor, main peran, main pembangunan) yang disediakan untuk
mendukung pengalaman anak. Adapun intensitas adalah sejumlah waktu yang dibutuhkan
anak untuk pengalaman dalam tiga jenis main sepanjang hari dan sepanjang tahun.
Sejak abad ke-19 bermunculan teori-teori tentang bermain yang dikemukakan oleh para ahli dari
berbagai disiplin imu. Ada beberapa teori bermain yang membahas tentang mengapa manusia
bermain,berikut adala teori bermain modern yang muncuk setelah perang dunia
1. Teori Psikonalis yang melihat bermain anak sebagai alat yang penting bagi pelepasan emosinya
serta untuk mnegembangkan rasa harga diri anak ketika anak dapat menguasai tubuhnya,
benda-benda, dserta sejumlah keterampilan social. Teori dikembangkan oelh Sigmund freud
dan Erik Erikson.
2. Teori perkembangan kognitif yang menguji kegiatan bermain dalam kaitannya dengan
pekrembanagn intelektual. Jean Pigaet (1929), berpendapat bahwa setiap manusia
mempunyai pola struktur kognitif baik itu secara kognitif baik itu secara fisik maupun mental
yang mendasari perilaku dan aktivitas inteligensi seseorang dan berhubungan erat dengan
tahapan pertumbuhnan anak. Dia berpendapat bahwa intelektual (kogniti) dan afektif selalu
berjalan berdampimgan seperti layaknya sebuah koin. Teori ini percaya bahwa emosi dan
afeksi manusia muncul dari suatu proses yang sama di dalam tahapan tumbuh kembang
kognitif. Sehingga, pigaet membagi tahapan tumbuh kembang kognitif ke dalam empat jenis
proses; asimilasi, akomodasi, konservasi dan reversibility.
3. Teori dari Vigotsky (1967). Teori ini menekankan kepada pemusatan hubungan sosaial sebagai
hal penting yang memepengaruhi perkembangan kognitif, karena pertama-tama anak
menemukan pengetahuan dalam dunia sosialnya, kemudian menjadi bagian dari perkembangan
kognitifnya. Jadi, bermainmerupakan cara berfikir anak dan cara anak memecahakan masalah.
Teori bermain ini sangat penting dalam menunjang main anak, dan menjadi acuan
dalam menentukan tahap perkembangan anak, baik dari segi afeksi, kognitf, fisik motorik,
Bahasa, maupun social emosional.
Pada hakikatnya anak-anak selalu termotivasi untuk bermain. Artinya, bermain secara
alamiah memberi kepuasan pada anak, melalui bermain bersama dalam kelompok atau sendiri
tanpa orang lain, anak mengalami kesenangan yang lalu memberikan kepuasan baginya. Saat
anak bermain, anak akan mendapatkan banyak pengalaman baik yabg ditemukan sendiri
maupun melalui pijakan dari guru.
Pendidikan berorientasi pada pendidikan anak, yang bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan
perkembangan anak. Anak belajar melalui bermain, belajar yang menyenangkan sehingga
merangsang anak untuk bereksplorasi dengan menggunakan benda-benda ( alat main) yang ada
di sekitarnya sehingga, akhirnya anak menemukan ilmu pengetahuan ( ayat Allah). Kegiatan
pembelajaran dirancang secara cermat untuk membangun sistematika kerja. Bagaimana anak
membuat pilihan-pilihan dari serangkaian kegiatan, fokus pada apa yang dikerjakan dan
berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah dimulainya dengan tuntas.
Peran mainan dalam perkembangan anak adalah sebagai alat bantu bukan sebagai pengganti
peran orangtua. Di suatu pihak mainan itu penting bagi sang anak, tapi dilain pihak mainan
bukan segala-galanya buat anak. Jasi dalam bermain sebetulnya anak tetap memerlukan
pendamping namun keterlibatan orangtua secara berlebihan juga kurang baik, sebab tujuan
memberikan mainan malah tidak tercapai.
Ada empat pijskan dalam main anak, yaitu pijakan lingkungan, pijakan awal main?pijakan
pengalaman sebelum main, pijakan individual saat min, dan pijakan stelah main. Berikut empay
pijkan dan kegiatan di dalamnya.
a. Rencana pembelajaran adalah sebuah renvcana belajar yang disusun untuk mengalirkan
materi-materi yang telah dipilih,yang diorganisasikan ke dalam serangkaian kegiatan serta
prosedur kerja.
b. Rencana pembelaaran menyediakan garis-garis besar dan detail pelaksanaan pembelajaran
yang membimbing guru ntuk menyampaikan TFP ( materi pembelajaran) melaui metode
penyajian serta proses pelaksanaan.
c. Rencana pembelajaran adalah sebuah renvana belajar yang disusun terencana untuk
mengalirkan materi-materi yang trlah dipilih dengan metode-metode ( dalam hal ini metode
sentra) yang diorganisasikan ke dalam serangkaian kegiatan serta prosedur kerja.
d. Rencana pembelajaran adalah panduan guru dalam belajar
e. Rencana pembelajaran (lesson plan) adalah sebuah rencana pembelajaran yang disusun
untuk panduan guru tentang materi dan metode penyajian serta prosedur kerjanya.
Kata strategi berasal dari dari Bahasa asing, strategy, yang berarti seni atau ilmu berperang atau
rencana dari angkatan perang yang disusun sedemikan rupa sehingga pertempuran sedapat
mungkin berlangsumg dalm kondisi yang paling menguntungkan. Namun apabila strategi
digunakan dalam kondisi pembelajaran di PAUD, maka artinya adalah keterampilan dalam
mengatur pembelajaran dengan kiat-kiat yang sesuai agar mencapai hasil maksimal. Sehingga,
strategi pembelajaran dapat diartikan suatu alat interkasi di dalam proses pembelajaranan ,
dengan demikian kegiatan pembelajaran berlangsung baik sehingga tujuan yang sudah
ditetapkan dapat tercapai dengan baik pula. Ada strategi-strategi khusus yang dapat dilakukan
guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak didik serta penyempurnaan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru.
a. Mengaktifkan anak belajar dengan kondisi yang menyenangkan yang adanya tekanan-tekanan
secara mental ataupun emosional.
b. memperolegh perupahan perilaku naka didik sebagai hasil belajara yang sudah
diorganisasikan.
c. membuat lingkungan belajar yang merangsang dan menantang anak serta mengembangkan
seluruh aspek perkembangan baik afeksi,kognisi,bahsa,fisik-motorik,maupun siosial emotional.
Dalam penyelngaaraan bermain dengan strategi bagi anak didik maka dibutuhkan
keterampilan dan strategi yang dapat membantu guru, seperti; Bermain bebas ( free play),
strategi pembelajaran dengan pendekatan area-area kegiatan,strategi pembelajaran dengan
pendekatan sentra dan waktu lingkaran.
Belajar adalah proses perubahan perilaku berdasarkan data pengalaman dan latihan. Prinsip-
prinsip belajar merupakan suatu ketentuan yang harus dilakukan anak ketika belajar. Anak
merupakan pembelajar yang aktif. Saat bergerak, anak mencari stimulasi byang dapat
meningkatkan kesempatan untuk belajar. Metode pembelajaran adalah pola umum perbuatan
guru dan murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Metode pembelajaran adalah
segala usaha guru untuk menerapkan berbagai metode pembelajaran dalam mencapai tujuan
yang diharapkan. Dengan demikian, metode pembelajaran menekankan kepada bagaimana
aktivitas guru mengajar dan kativitas anak belajar. Anak menggunakan seluruh tubuhnya sebagai
alat belajar, dan secara energi mencari cara untuk menghasilkan potensi maksimum. Tugas guru
adalah bagaimana menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak memperoleh pengalaman
fisik, sosial dan mampu merefleksikannya. Anak belajar dengan gaya yang berbeda. Ada tige tipe
gaya belajar yaitu tipe visual, tipe auditorial, dan tipe kinestetik. Anak belajar melalui bermain,
dengan bermain anak dapat memahami, menciptakan, memanipulasi simbol-simbol, dan
mentransformasikan obejek-obejek tertentu.
Kriteria dalam pemilihan metode pembelajaran: beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan
guru dalam memilih metode pembelajaran antara lain: a) karakteristik anak sebagai peserta
didik, c) karakteristik tempat yang akan digunakan untuk kegiatan belajar, di dalam ruangan atau
di luar ruangan. d) karakteristik tema atau bahan ajar yang akan disajikan kepada anak. e)
karakteristik pola kegiatan yang akan digunakan apakah melalui pengarahan langsung, semi-
kreatof, atau kreatif. Semua kriteria ini memberikan implamasi bagi guru untuk dapat memilih
metode pembelajaran yang tepat pada pendidikan anak usia dini ( PAUD).
Kurikulum PAUD bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak ( the whole child) agar
kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh sesuai dengan kultur dan falsafahbsuatu
bangsa. Dari sudut epistemologi, kajian tentang metodologi pembelajaran anak usia dini telah
dikembangkan dengan acuan filosofis, pendekatan, dan mode yang beraneka ragam, termasuk
di dalamnya kajian tentang model kurikulum untuk anak usia dini. Sesuai dengan landasan
filsafatnya, maka pengembangan kurikulum anak usia dini secara garis besar di kelompokkan
dalam tugas model.
Pedekatan pertama dilakukan dengan model proses pematangan (maturation models) yang
didasarkan pada teori yang dikembangkan oleh Gessel,Freud, dan Erikson. Pendekatan kedua
dikenal dengan model tingkah laku lingkungan yang didasarkan pada teori
skiner,Baer,Bijaou,dan Bandura. Pendekatan ketiga dilakukan dengan menggunakan model
interaksi yang didasarkan pada teori piaget dan vigotsky. Dan yang secara garis besarnya akan
dibahas sebagai berikut:
Dengan adanya saling memahami apa yang dimaksud oleh si pemberi pesan dan yang
menerima pesan, maka akan terbentuk komunikasi yang efektif, sehingga tidak ada mis
diantara keduanya.
Bagaimana komunikasi antara orang tua dengan anak atau antara guru dengan anak
didiknya ?
Karena kemampuan anak menangkap pesan masih terbatas. Serta agar dapat memberi
kesempatan pada anak untuk menganalisa pesan yang disampaikan.
Bila hal tersebut dilakukan, maka anak tidak akan memahami pesan, akhirnya orang
dewasa menjadi emosi.
Dengan mendengarkan perasaan anak berarti kita membuat saluran emosi anak dan
merangsang kemampuan bahasa verbal yang lebih tinggi.
Seperi telah di jelaskan dengan 12 gaya bahasa negatif di atas, maka hendaklah orang tua
atau guru mengindari gaya tersebut tatkala sedang berkomunikasi dengan anak, jangan
sampai si anak merasa terintimidasi.
Hal tersebut untuk membangun hubungan yang baik antara kita dengan anak dan juga
membangun kepercayaan diri pada diri si anak. Caranya yaitu dengan kita menjadi
cermin yang memantulkan perasaan si anak dengan cara menghadap langsung pada
anak.
6. Tentukan masalah siapa.
Biarkan anak menyelesaikan masalahnya sendiri tentunya dengan pengawasan orang tua
atau guru hal ini dikarenakan tidak semua bantuan kita diperlukan anak.
Jika kita mengabaikan hal ini maka akan timbul :
Anak tidak terbiasa mengatasi masalahnya sendiri
Anak ketergantungan
Anak tidak memiliki ketahan-malangan
Anak tidak terlatih untuk mengambil keputusan
Hal ini membantu anak untuk melatih agar dapat memahami perasaan orang lain.
Caranya adalah seperi berikut :
Ibu/Ayah ............. (Perasaan kita)kalau ........ (Perilaku anak), karena ..............
(konsekuensi yang di tanggung anak).
Tidak lupa sering-seringlah kita menggunakan Magic Words atau kata-kata ajaib seperti :
Tolong ..................
Maaf ................
Permisi ..............