Anda di halaman 1dari 25

TUGAS UAS MANAJEMEN PENDIDIKAN

LAPORAN BUKU (Book Report)


Dosen Pengampu : Dr. Nani Tursina, M.Pd.
Ass. Dosen :Syaikhuddin, M.Pd.

Oleh
Laili hasanah (11711154)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
TAHUN 2019/1441
MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU SEKOLAH DASAR
Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd.

Bagian I : Book Report

BAB I

SEPUTAR SEKOLAH DASAR DI INDONESIA

A. APA YANG DIMAKSUD DENGAN SEKOLAH DASAR?


Sekolah dasar merupakan satuan Pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan
enam tahun. Sekolah dasar merupakan bagian dari Pendidikan dasar. Di dalam Peraturan
Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1990 tentang pendidkan dasar
disebutkan bahwa pendidkan dasar merupaka Pendidikan Sembilan tahun, terdiri atas
program Pendidikan enam tahun di sekolah dasar dan program pendidkan tiga tahun di
sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP).
B. BERBAGAI JENIS SEKOLAH DASAR
1. SD Konvensional
Adalah sekolah dasar biasa, yang menyelenggarakan Pendidikan enam tahun,
terdiri atas enam kelas, dengan enam orang guru kelas, satu orang guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam, satu orang guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan, satu orang kepala sekolah, dan satu orang pesuruh. Jumlah siswa dan guru
dalam kelas umum berbanding 40:1.
2. SD Percobaan
Adalah sekolah dasar konvensional yang menyelenggarakan pendidkan enam
tahun, jumlah siswa dan guru dalam kelas umum berbanding 40:1. Hanya saja, SD
Percobaan ini diberi kewenangan untuk melakukan percobaan-percobaan tertentu
dalam rangka peningkatan mutu Pendidikan di sekolah dasar. Sampai pada akhir tahun
1997 di Indonesia terdapat 20 SD negeri percobaan (SDNP).
3. SD Inti
Adalah sekolah dasar konvensional yang menyelenggarakan pendidkan enam
tahun, Jumlah siswa dan guru dalam kelas umum berbanding 40:1. Hanya saja sekolah
dasar ini ditunjuk sebagai pusat bagi pengembangan sekolah dasar lain disekitarnya
pada tingkat gugus. Dalam rangka memainkan perannya sebagai pusat pengembangan
sekolah dasar di sekitarnya. SD inti ini dilengkapi dengan satu ruangan Kelompok
Kerja Guru (KKG), satu ruangan perpustakaan sekolah, dan satu ruang serbaguna.
4. SD Kecil
Adalah sekolah dasar yang pada umumnya terdapat di daerah terpencil dengan
system Pendidikan yang berbeda dengan SD Konvensional. Jumlah siswanya maksimal
hanya 60 orang (kelas 1 sampai kelas 4) dengan dua orang guru kelas dan satu orang
kepala sekolah. Proses belajar mengajar diselenggarakan dengan menggunakan modul,
penggabungan kelas, dan tutor sebaya.
5. SD Satu Guru
Adalah sekolah dasar yang pada umumnya terdapat di daerah terpencil dengan
system Pendidikan yang berbeda dengan SD konvensional. Jumlah siswanya maksimal
hanya 30 orang (kelas 1 sampai dengan kelas 4) dengan satu orang guru kelas sekaligus
merangkap senagai kepala sekolah. Proses belajar mengajar diselenggarakan dengan
menggunakan modul, penggabungan kelas, dan tutor sebaya.
6. SD Pamong
Adalah lembaga Pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat, orang tua, dan
guru untuk memberikan pelayanan pendidkan bagai anak putus sekolah dasar atau anak
lain yang karena satu dan lain hal, tidak dapat dating secara teratur belajar di sekolah.
7. SD Terpadu
Adalah sekolah dasar yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak normal dan
penyandang cacat maupun normal secara Bersama-sama dengan menggunakan
kurikulum sekolah dasar konvensional.
C. LANDASAN YURIDIS SEKOLAH DASAR
Di Indonesia penyelenggaraan sekolah dasar berpijak pada beberapa peraturan
perundang-undangan sebagai landasan yuridis. Ada tiga peraturan perundang-undangan
yang dijadikan landasan yuridis penyelenggaraan sekolah dasar, baik sebagai satuan
pendidkan maupun dalam kerangka sistem pendidkan nasional, yaitu Undang-Undang
Dasar (UUD) 1945, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN), dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar (PP Nomor 28 Tahun 1990).
D. TUJUAN INSTITUSIONAL SEKOLAH DASAR
Di dalam Buku I Kurikulum Pendidkan Dasar tahun 1994 dijelaskan bahwa
pendidkan dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan
anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti Pendidikan menengah.
E. APA SAJA KOMPONEN DI SEKOLAH DASAR?
1. Masukan SDM
Masukan sumber daya manusia (SDM) di sekolah meliputi keseluruhan personel
sekolah, misalnya kepala sekolah , guru, dan pesuruh.
2. Masukan Material
Masukan material adalah komponen instrumental yang meliputi kurikulum, dana,
dan segala komponen sekolah selain manusia, yang bias disebut juga dengan sarana
dan prasarana sekolah.
3. Masukan Lingkungan
Menurut Hanson (1985) sekolah merupakan sebuah system terbuka (open system)
dan bukan system tertutup (closed input). Menurutnya sekolah itu merupakan sebuah
system yang terkait dengan sebuah jaringan organisasi lain di luar sekolah, seperti pusat
pelatihan guru, badan akreditasi, kontraktor bangunan, depertemen keuangan, penerbit
buku, pemerintah daerah, dan sebagainya.
4. Proses Pendidikan
a. Upacara d. Kegiatan ekstrakurikuler
b. Senam pagi e. Kegiatan pendisiplinan siswa
c. Kegiatan kurikuler
5. Siswa
Siswa merupakan komponen mentah. Artinya siswa dengan segala karakteristik
awalnya merupakan subjek yang akan dididik melalui berbagai kegiatan pembelejaran
di sekolah sehingga menjdi keluaran atau lulusan sebagaimana diharapkan.
F. PENTINGKAH SEKOLAH DASAR YANG BERMUTU?
1. Perspektif Yuridis
Apabila didasarkan pada PP Nomor 28 ahun 1990, khususnya Pasal 3, paling tidak
ada dua fungsi sekolah dasar. Pertama, melalui sekolah dasar anak didik dibekali
kemampuan dasar. kedua, sekolaha dasar merupakan satuan Pendidikan yang
memberikan dasar-dasar untuk mengikuti Pendidikan pada jenjang berikutnya.
2. Perspektif Teoristik
Pengaruh pendidikan sekolah dasar terhadap pendidikan pada jenjang berikutnya
juga pernah disinggung oleh para teoritisi Pendidikan, Stoops dan Johnson (1993),
yaitu bahwa pendidikan di sekolah dasar merupakan dasar dari semua pendidikan.
3. Perspektif Global
Besarnya peranan pendidikan di sekolah dasar sangat disadari oleh semua negara
di dunia dengan semakin meningkatnya investasi pemerintah pada sector tersebut dari
tahun ke tahun.
4. Bagaimana di Indonesia
Di Indonesia, ekspansi pendidkan sekolah dasar dilakukan sejak dilancarkannya
beberapa instruktur presiden (Inpres) tahun 1973/1974. Tidak kurang dari 3,7 triliun
rupiah telah diinvestasikan untuk pengembangan sekolah dasar, sehingga barangkali ia
merupakan satu-satunya sukses pengembangan Pendidikan sekolah dasar yang sangat
mengangumkan tercatat dalam sejarah Pendidikan di dunia (Tilaar, 1992).
G. RANGKUMAN
Sekolah dasar merupakan satuan Pendidikan yang menyelenggarakan pendidikana
enam tahun. Sekolah dasar merupakan bagian dari Pendidikan dasar. Sebagai satu bentuk
satuan Pendidikan, sekolah dasar merupakan satuan Pendidikan yang paling
keberadaannya.
H. ISTILAH TEKNIS
1. SD Inti 7. SD Terpadu
2. SD Konvensional 8. Tujuan Institusional Sekolah
3. SD Pamong Dasar
4. SD Kecil 9. Masukan Mentah
5. SD Percobaan 10. Masukan Instrumental
6. SD Satu Guru 11. Masukan Lingkungan
BAB II

SEKOLAH DASAR YANG BAIK


A. APA YANG DIMAKSUD DENGAN SEKOLAH DASAR YANG BAIK?
Sepanjang perkembangan teori manajemen pendidkan, ada dua model teoritik
sebagai pendekatan yang sangat berguna dalam menetapkan sekolah yang baik,
sebagaimana dikemukakan oleh Hoy dan Ferguson (1985), yaitu:
1. Model Tujuan
Model tujuan disebut juga dengan pendekatan pencapaian tujuan. Model tersebut
berdasarkan pada pandangan tradisional tentang keefektifan organisasi. Dalam
pandangan tradisoanal, organisasi dikatakan efektif apabila ia mencapai tujuan yang
telah ditetapkan (Sergiovanni, 1987), sehingga pengukurannya melalui melihat tujuan-
tujuan operasional yang telah dicapai organisasi (Daft dan Steers, 1986).
Banyak sekali penelitian tentang keefektifan sekolah dengan menggunakan
pendekatan atau model tujuan tersebut, yang menyandarkan penetapannya semata-mata
kepada prestasi siswa, sebagaimana diukur melalui tes terstandar sebagai kriteria
keefektifannya (Frymier dkk, 1984; Hoy dan Ferguson, 1985; Sergiovanni, 1987).
Namun, penyandaran penetapan keefektifan suatu sekolah pada prestasi siwa
semata, sebagaimana diukur melalui tes prestasi akademik terstandar, telah banyak
dikecam. Kelemahan pertama, terletak pada pendefinisian keefektifannya yang sangat
sempit, dimana keefektifan sekolah diukur hanya dari satu demensi, yaitu prestasi
akademik siwa. Kelemahan kedua, walaupun pendektan tersebut didasarkan pada
asumsi-asumsi yang logis dan dianggap penting, namun keberlangsungannya sangat
terancam.
2. Model Sistem
Model system disebut juga dengan pendekatan proses atau pendekatan
multidimensional. Model tersebut berdasarkan pada konsep sistem terbuka, biasa
digunakan khususnya oleh para analis yang memandang organisasi sebagai sebuah
sistem terbuka yang terdiri dari masukan, tranformasi, dan keluaran (Hoy dan Miskel,
1982).
Walaupun model system sebagai suatu pendekatan dalam menentukan baik-
tidaknya sekolah telah diterima oleh banyak peneliti administrasi pendidkan, namun
model system tersebut diduga keras memiliki beberapa kelemahan, terutama apabila
diaplikasikan di dalam Lembaga Pendidikan (Hoy dan Miskel, 1982).
3. Model Tujuan Sistem
Berikut ini dikedepankan dua teori yang mengkombinasikan model tujuan dan
model sistem.
a. Teori Parsons
Parsons (1960) telah mengembangkan sebuah model keefektifan organisasi yang
mengkombinasikan kedua model atau pendekatan-tujuan dan sistem-diatas. Model
parson menegaskan bahwa keefektifan organisasi itu dapat dilihat dari empat
dimensi, yaitu:
1) adaptasi
2) pencapaian tujuan
3) integrasi
4) latensi
b. Teori Postman dan Weingartner
Menurut mereka, sekolah sebagai institusi memiliki seperangkat fungsi esensial
fungsi tidak boleh tidak harus dimiliki oleh setiap sekolah.
B. SEKOLAH DASAR YANG BAIK MENURUT DIREKTORAT TAMAN KANAK-
KANAK DAN SEKOLAH DASAR
Menurut Direktorat Pendidikan Dasar (sekarang Direktorat Taman Kanak-Kanak
dan Sekolah Dasar) (1997), ada tiga misi yang diemban oleh setiap sekolah dasar, yaitu
melakukan proses edukasi, proses sosialisasi, dan proses transformasi.
Direktorat TK dan SD secara kontinu melakukan pembinaan terhadap kegiatan
belajar mengajar dan segala komponen penunjangnya.
1. Pembinaan Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari keseluruhan program pendidikan di
sekolah. Di SD, kegiatan belajar mengajar ditekankan pada pembinaan pembelajaran
membaca, menulis, dan menghitung (calistung).
2. Pembinaan Manajeman Pendidikan
Untuk pembinaan diselenggarakan tiga macam pelatihan bagi tenaga kependidikan
yang terkait dengan pembinaan di sekolah dasar, yaitu manajemen kelas, manajemen
sekolah, dan manajemen gugus sekolah.
3. Pembinaan Buku dan Sarana Belajar
Buku yang seharusnya ada atau disediakan di sekolah dasar terdiri dari atas buku
pelajaran atau buku teks, buku bacaan, dan buku pegangan/sumber.
4. Pembinaan Fisik dan Penampilan Sekolah
Pembinaan penampilan fisik sekolah yang mendukung upaya peningkatan mutu
Pendidikan tidak mengutamakan penampilan fisik sekolah yang menengah tetapi lebih
mengutamakan keberfungsian fisik sekolah.
5. Peningkatan Partisipasi Masyarakat
Peningkatan merupakan tanggung jawab keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Tanggung jawab tersebut bukan merupakan tanggung jawab bersama melainkan
tanggung jawab bersifat komplementer.
C. RANGKUMAN
Sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan
yang menyelenggarakan pendidkan enam tahun. Sebagai satu bentuk satuan pendidikan,
sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang paling penting keberadaannya. Menurut
Direktorat Pendidkan Dasar ada lima komponen yang menentukan mutu pendidikan, yaitu:
1. kegiatan belajar mengajar
2. manajeman pendidikan yang efektif dan efisien
3. buku dan sarana belajar yang memadai dan selalu dalam kondisi siap pakai
4. fisik dan penampilan sekolah yang baik
5. partisipasi aktif masyarakat
D. ISTILAH TEKNIS
1. model system 5. kegiatan belajar mengajar
2. model tujuan-sistem 6. manajemen gugus
3. buku teks penunjang 7. majeman kelas
4. buku teks pokok 8. manajemen sekolah
BAB III

SEKOLAH DASAR BERWAWASAN KEUNGGULAN

A. HAKIKAT WAWASAN KEUNGGULAN


Wawasan keunggulan merupakan cara pandang bangsa Indonesia untuk
mewujudkan gagasan, ide, dan pemikiran dalam bentuk perilaku dan sikap yang terbaik
menurut kemampuan warga negara secara konsisten dan berdisiplin dalam rangka
pembangunan bangsa. Wawasan keunggulan meliputi iman dan takwa terhadap tuhan
Yang Maha Esa, kemandirian yang mampu menghadapi era globalisasi, keunggulan yang
dapat menghasilakan karya yang bermutu, keahlian dan profesionalaisme dalam
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebersamaan dan kekeluargaan dalam
mempererat persatuan dan kesatuan bangsa (Depdikbud, 1996).
B. IMPLEMENTASI WAWASAN KEUNGGULAN DI SD
1. Sekolah Unggulan
Untuk mengembangkan system persekolahan yang unggul dituntu adanya tenaga,
fasilitas, dan dana yanf memadai yang tidak semua sekolah dapat memenuhinya.
2. Kelas Unggulan
Alternatif lain dari implementasi wawasan keunggulan di sekolah dasar adalah
melalui pengembangan kelas unggulan, yaitu sejumlah siswa, yang karena prestasinya
menonjol, dikelompokkan di dalam kelas tertentu.
3. Pembelajaran Unggulan
Pembelajaran unggulan bukanlah pembelajaran yang secara khusus dirancang dan
dikembangkan hanya untuk siswa yang unggul, melainkan lebih merupakan
pembelajaran yang metodologis maupun psikologis dapat membuat semua siswa
mengalami belajae secara maksimal dengan memperhatikan kapsitasnya masing-
masing.
C. PROFESIONALISASI GURU SEKOLAH DASAR
Guru merupakan unsur manusiawi yang sangat menentukan unsur keberhasilan
pendidkan (Adler, 1982). Guru merupakan unsur manusiawi yang sangat dekat
hubungannya dengan anak didik dalam upaya pendidikan sehari-hari di sekolah.
D. RANGKUMAN
Wawasan keunggulan merupakan cara pandanmg bangsa Indonesia untuk
mewujudkan gagasan, ide, dan pemikiran dalam bentuk perilaku dan sikap yang terbaik
menurut kemampuan warga negara secara konsisten, dan berdisiplin dalam rangka
pembangunan bangsa.
Banyak alternatif yang dapat ditempuh dalam rangka mengimplementasikan
wawasan keunggulan melalui system pemdidikan di sekolah dasar, yaitu melalui program
percepatan, program khusus, program kelas khusus dan program pendidikan khusus,
sekolah unggulan dan kelas unggulan.
E. ISTILAH TEKNIS
1. wawasan keunggulan
2. sekolah unggulan
3. kelas unggulan
4. pembelajaran unggulan
5. system pembinaan profesional
6. profesionalisasi manajemen
BAB IV
KONSEP MANAJEMEN
A. APA YANG DIMAKSUD DENGAN ADMINISTRASI
Administrasi merupakan keseluruhan proses kerja sama antara dua orang manusia
atau lebih yang didasarkan pada rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. (Siagian, 1981: 3).
Administrasi adalah segenap proses penyelenggaraan dalam setiap usaha kerja
sama sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. (The Liang Gie, 1983: 9).
B. APA YANG DIMAKSUD DENGAN MANAJEMEN
Menurut para pakar administrasi pendidikan, seperti Sergiovanni, Burlingame,
Coombs, dan Thurston (1987) mendefinisikan manajeman sebagai process of working and
through others to accomplish organizational goals efficienctly, yaitu proses kerja sama
dengan dan melalui (mendayagunakan) orang lain untuk mencapai tujuan secara efisien.
C. APA SAJA LANGKAH-LANGKAH MANAJEMEN?
Menurut Gorton, manajemen itu pada hakikatnya merupakan proses pemecahan
,asalah, sehingga langkah-langkah manajemen tidak ubahnya sebagaimana langkah-
langkah pemecahan masalah. Gorton mengidentifikasi langkah-langkah manajemen
sebagai berikut.
1. Identifikasi masalah 8. Pendelegasian
2. Diagnosis masalah 9. Penginisiasian
3. Penetapan tujuan 10. pengkomunikasian
4. Pembuatan keputusan 11. Kerja dengan kelompok-
5. Perencanaan kelompok
6. Pengorganisasian 12. Penilaian
7. Pengkoordinasian
Sedangkan menurut Sergiovanni dkk (1987), langkah-langkah manajemen meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.
1. Perencanaan
Program kegiatan apa pun perlu direncanaka dengan baik, sehingga semua kegiatan
terarah bagi tercapainya tujuan. Perencanaan harus dibuat dengan sebaik-baiknya.
Rencana merupakan pedoman kerja bagi para pelaksanaan terkait, baik manajer
maupun staf dalam melaksanakan fungsi dan tugas masing-masing.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan keseluruhan proses pengelompokan semua tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan komponen dalam proses kerja sama sehingga tercipta
suatu system kerja yang baik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Kepemimpinan
Keberhasilan suatu institusi dalam menjalankan program yang telah direncanakan
atau diorganisasikaan perlu didukung dengan sebuah kepemimpinan yang efektif.
hakikat kepemimpinan adalah kegiatan seseorang menggerakkan orang lain, agar
orang lain itu berkenan melaksanakan tugas-tugasnya.
4. Pengawasan
Pengawasan merupakan istilah yang cukup populer. Pengawasan merupakan salah
satu fungsi manajemen. Fungsi tersebut mutlak harus dilakukan dalam setiap
organisasi atau lembaga. Ketidakmampuan atau kelalaian melakukan fungsi tersebut
sangat mempengaruhi pencapaian tujuan lembaga.
D. TUJUAN MANAJEMEN
Tujuan manajemen adalah terselenggaranya keseluruhan program kerja secara
efektif dan efisien. Efektif bearti mencapai tujuan, sedangkan efisien bermakna hemat.
E. RANGKUMAN
Administrasi merupakan keseluruhan proses kerja sama antara dua orang manusia
atau lebih dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Sedangkan Menurut
para pakar administrasi pendidikan, seperti Sergiovanni, Burlingame, Coombs, dan
Thurston (1987) mendefinisikan manajeman sebagai proses kerja sama dengan dan melalui
(mendayagunakan) orang lain untuk mencapai tujuan secara efisien.
Sedangkan tujuan manajemen adalah terselenggaranya keseluruhan program kerja
secara efektif dan efisien. Efektif bearti mencapai tujuan, sedangkan efisien bermakna
hemat.
F. ISTILAH TEKNIS
1. Administrasi 9. Pendelegasian
2. Manajemen 10. Pemecahan masalah
3. Perencanaan 11. Diagnosis masalah
4. Pengorganisasian 12. Inisiasi
5. Kepemimpinan 13. Evaluasi program
6. Pengawasan 14. Identifikasi masalah
7. Efektif 15. Pemimpin formal
8. Efisien 16. Pemimpi tidak formal
BAB V
KONSEP MANAJEMEN SD
A. PENTINGNYA MANAJEMEN DI SEKOLAH DASAR
Sekolah dasar tidak ubanhya sebagai sebuah institusi atau Lembaga. Sebagai
sebuah institusi atau Lembaga, sekolah mengemban misi tertentu, yaitu melakukan proses
edukasi, proses sosialisasi, dan proses tranformasi anak didik, dalam rangka mengantarkan
mereka siap mengikuti pendidikan pada jenjang berikutnya, yaitu sekolah lanjutan tingkat
pertama.
1. Aktivitas Pendidikan
Secara garis besar, aktivitas pendidikan di sekolah dasar, baik negeri maupun swasta,
dapat dibagai menjadi tiga kelompok yaitu:
a. aktivitas pembelajaran kurikuler
b. aktivitas pembelajaran ekstrakurikuler
c. aktivitas pembelajaran lainnya seperti upacara bendera
2. Komponen Sekolah
Dalam pelaksanaan semua aktivitas pembelajaran di atas dilibatkan banyak
komponen, tidak saja komponen manusia melainkan juga komponen bukan manusia.
komponen manusia terdiri atas kepala sekolah, guru kelas, guru pelajaran Pendidikan
Agama Islam, guru pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, dan seorang pesuruh
sekolah. sedangkan komponen bukan manusia terdiri atas ruang kelas, ruang kepsls
sekolah,buku teks, buku penunjang, buku bacaan, berbagai alat peraga, dan uang.
B. APAKAH MANAJEMEN SEKOLAH DASAR ITU?
Ada beberapa makna tersirat berkenaan dengan konsep manajemen sekoalah dasar.
1. Manajemen sekolah dasar merupakan proses, dalam arti serangkaian kegiatan yang
diupayakan kepala sekolah bagi kepentingan sekolahnya.
2. rangkaian kegiatan diupayakan oleh kepala sekolah bersama orang lain dan atau
melalui orang lain, misalnya guru, dan mendayagunakan semua fasilitas yang ada. Jadi,
kepala sekolah tidak bekerja sendiri.
3. Tujuan manajemen sekolah dasar adalah mencapai tujuan institusional sekolah dasar.
C. KEGIATAN MANAJEMEN SEKOLAH DASAR
Agar dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien, tentunya semua orang yang
dilibatkan dan fasilitas yang diguankan perlu didayagunakan sedemikian rupa bagi
keberhasilan pendidikan di sekolah dasar. Proses pendayagunakan semua komponen
sekolah dasar itulah yang disebut dengan kegitan manajemen sekolah dasar.
Dalam konteks sekolah dasar di Indonesia kegitan manajemen sekolah dasar dapat
dirinci sebagai berikut.
1. Manajemen pembelajaran 5. Manajemen keuangan
2. Manajemen kesiswaan 6. Manajemen humas
3. Manajemen kepegawaian 7. Manajemen layanan khusus
4. Manajemen sarana/prasarana
D. RANGKUMAN
1. Manajemen sekolah dasar merupakan proses, dalam arti serangkaian kegiatan yang
diupayakan kepala sekolah bagi kepentingan sekolahnya.
2. Rangkaian kegiatan diupayakan oleh kepala sekolah bersama orang lain dan atau
melalui orang lain, misalnya guru, dan mendayagunakan semua fasilitas yang ada.
Jadi, kepala sekolah tidak bekerja sendiri.
3. Tujuan manajemen sekolah dasar adalah mencapai tujuan institusional sekolah dasar.
E. ISTILAH TEKNIS
1. Kegiatan Kurikuler 10. Manajemen Layanan Khusus
2. Kegiatan Ekstrakurikuler 11. Masukan Material
3. Tujuan Kurikuler 12. Masukan Lingkungan
4. Tujuan Ekstrakurikuler 13. Masukan Mentah
5. Tujuan Institusional 14. SD Terpadu
6. Manajemen Sekolah Dasar 15. SD Sehari
7. Masukan Sumber Daya Manusia 16. Manajemen Kesiswaan
8. Manajemen Kepegawaian 17. Manajemen Kurikulum
9. Manajemen Sarana Dan 18. Manajemen Keuangan
Prasarana 19. Manajemen Humas
BAB VI
DESENTRALISASI MANAAJEMEN SD
A. DESENTRALISASI PENGELOLAAN SD PRATAHUN 2001
Sebenarnya desentralisasi pengelolaan sekolah dasar telah diberlakukana sejak lam,
yaitu pada tahun 1951, setelah pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintahan No. 65
tahun 1951. Peraturan tersebut berisiskan penyerahan sebagian urusan pemerintah pusat
dalam bidang pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan kepada pemerintah daerah.
Peraturan tersebut merekomendasikan bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang
kepada pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pendidikan.
B. DESENTRALISASI PENGELOLAAN SD PASCA TAHUN 2001
Setelah reformasi digelindingkan, penyelenggaraan pemerintahan dengsn
menitikberatkan pada peleksanaan otonomi daerah sudah sampai pada tuntutan atau
kehendak seluruh daerah yang semakin mendesak. bahkan ada sebagiana pemerintah
daerah yang meninginkan otonomi daerah yang lenih luas dari sekedar yang diisyaratkan
dalam Undang-Undanag No. 5 Tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1992.
Pada tahun 1999 lahir lagi Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tenyang
Pemerintahan Daerah, sebagai landasan yuridis terbaru dalam pembehasan otonomi
daerah. Namun, sebagai hal kedua yang perlu disadari bersama, pada undang-undang
terbaru tersebut terdapat perbedaan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974. Sistem
pemerintahan daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nom,or 5 Tahun 1974 dalah
menjadikan daerah otonom sekaligus sebagai daerah administrasi (fused model) yang
seharusnya terpisah (split model).
Inilah kekeliruan yang sangat mendasar , sehingga desentralisasi yang menjadi
motivasi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974, dengan titik berat pada pelaksanaan
otonomi daerah tingkat II, walaupun telah berjalan lebih kurang 24 tahun, tetap tersendat-
sendat, lamban, dan dalam beberapa hal cenderung menurun.
C. FORMULA MANAJEMEN MAKRO SD PASCA TAHUN 2001
Dengan lahirnya UU Nomor 22 Tahun 1999, dapat direka bahwa akan segera
terjadi reformulasis penyelenggaraan pendidikan SD, yang sebelumnya merupakan
tanggung jawab dua depertemen, Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan serta
Depertemen dalam Negeri untuk berikutnya menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah
Kabupaten dan Kota.
D. DESENTRALISASI PENDIDIKAN: PELUANG VS TANTANGAN BAGI
PENINGKATAN MUTU SD
Datangnya era otonomi daerah tidak perlu dikhawatirkan secara pesimistik sebagai
datangnya era disintegrasi bangsa, atau sebagai pengalihan pusat-pusat korupsi, kolusi, dan
nepotism eke daerah-daerah. Justru sebaliknya, otonomi daerah merupakan era peluang
bagi daerah mana sajauntuk merencanakan dan menggerakkan pembangunan daerah
masing-masing sesuai dengan kebutuhan lokalnya.
Dengan kata lain, sebenrnya otonomi daerah merupakan peluang versus tantangan
bagi peningkatan mutu pendidikan. dengan adanya otonomi daerah mutu pendidikan lebih
berpeluang untuk ditumbuhkembangkan berdasarkan kebutuhan local, namun juga
sekaligus, dengan adanya otonomi daerah satuan-satun pensdidikan (sekolah) ditantang
untuk menjadi satuan pendidikan yang bermutu sehingga menjadi agen pengembangan
sumber daya manusia yang mampu berpacu dalam membangun daerah masing-masing.
E. DESENTRALISASI PENDIDKAN MEMPERSYARATKAN ADANYA
KONSENSUS DAN KOMITMEN
Berangkat dari pengalaman empiris tersebut menunjukkan betapa pentingnya
membangun konsensus dan komitmen atas otonomi daerah dalam bidang pendidikan.
Barangkali pengalaman itulah yang juga terjadi diberbagai negara yang menerapkan
otonomi daerah atau desentralisasi peyelenggaraan pendidikan, sehingga pada akhir
paparannya, Fiske menegaskan bahwa reformasi apa pun, termasuk system pemerintahan
daerah memerlukan dukungan konsensus dan komitmen bersama dari semua komponen
bangsa terkait.
F. RANGKUMAN
Sebuah kebijakan pemerintah dalam bentuk Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah telah dikeluarkan oleh pemerintah. Dengan lahirnya
undang-undang tersebut pengelolaan berbagai sektor pembangunan, termasuk pengelolaan
sekolah dasar, menjadi hak otonomi daerah.
G. ISTILAH TEKNIS
1. Desentralisasi Pendidikan
2. Otonomi Daerah
3. Konsensus
4. Komitmen
BAB VII

MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU SD BERBASIS SEKOLAH


A. DEFINISI MPMBS
Apa yang dimaksud dengan MPMBS? Secara konseptual MPMBS, dapat
didefinisikan sebagai proses manajemen sekolah yang di arahkan pada peningkatan mutu
pendidikan, secara otonomi direncanakan, diorganisasikan, dilaksanakan, dan dievaliasi
melibatkan semua stakeholder sekolah.
David (1989), misalnya, mendefinisikan MPMBS sebagai otonomi sekolah yang di
barengi dengan pembuatan keputusan secara partisipatori.
Konsisten dengan keseluruhan definisi dan penjelasan di atas, Levacic (1995)
mengedepankan tiga karakteristik kunci MPMBS, sebagai berikut : pertama, kekuasaan
dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan yang berhubungan peningkatan mutu
pendidikan didesentralisasikan kepada para stakeholder sekolah. Kedua, domain
manajemen peningkatan mutu pendidikan yang mencakup keseluruhan aspek peningkatan
mutu pendidikan, mencakup keuangan, kepegawaian,sarana dan prasarana, penerimaan
siswa baru, dan kurikulum. Ketiga, walaupun keseluruhan domain manajemen peningkatan
mutu pendidikan didesentralisasikan ke sekolah – sekolah, namun di perlukan adanya
sejumlah regulasi yang mengatur fungsi kontrol pusat terhadap keseluruhan pelaksanaan
kewenangan dan tanggung jawab sekolah.
B. DEFINISI OPRASIONAL MPMBS
Secara oprasional MPMBS dapat di definisikan sebagai keseluruhan proses
pendayagunaan keseluruhan komponen pendidikan dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan yang di upayakan sendiri oleh kepala sekolah bersama semua pihak yang
terkait atau berkepentingan dengan mutu pendidikan.
C. TUJUAN MPMBS
Menurut Derektorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah(2000), MPMBS
bertujuan untuk memandirikan atau membrdayakan sekolah melalui pemberian wewenang,
keluwesan, dan sumber daya untuk meningkatkan mutu sekolah.
D. RANGKUMAN
Secara konseptual MPMBS dapat didefinisikan sebagai proses manajemen sekolah
yang diarahkan pada peningkatan mutu pendidikan, secara otonomi derencanakan,
diorganisikan, dilaksanakandan dievaluasisendiri oleh sekolah sesuai dengan kebutuhan
sekolah dengan melibatkan stakeholder sekolah. MPMBS merupakan pemberian otonomi
kepada sekolah untuk secara akif serta mandiri mengembangkan dan melakukan berbagai
program peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri.
Ada tiga karakteristik kunci MPMBS, sebagai berikut.
1. Adanya kekuasaan dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan mengenai
peningkatan mutu pendidikan yang didesentralisasikan kepada para stakeholder
sekolah.
2. Domain menajemen peningkatan mutu pendidikan yang didesentralisasikan mencakup
keseluruhan aspek peningkatan mutu pendidikan, keuangan, kepegawaian, sarana dan
prasarana, penerimaan siswa baru, dan kurikulum.
3. Walaupun keseluruhan domain manajemen peningkatan mutu pendidikan
didesentralisasikan ke sekolah – sekolah , namun diperlukan adanya sejumlah regulasi
yang mengatur fungsi kontrol pusat terhadap keseluruhan pelaksanaan kewenangan
dan tanggung jawab sekolah.
Lebih lanjut, ada tiga tujuan manajemen berbasis sekolah, yaitu
a. Efisiensi
b. Keefektifan, dan
c. Tanggung Jawab.
E. ISTILAH TEKNIS
1. Domain Manajemen 6. Pembuatan Keputusan
2. Efisien 7. Keefektifan
3. MPMBS 8. Mekanisme Kerja
4. Kemandirian 9. Otonomi Sekolah
5. Sentralisasi Manajemen 10. Desentralisasi Manajemen
BAB VIII
LANGKAH OPERASIONAL MPMBS DI SEKOLAH DASAR
A. MODEL MPMBS
Dalam konteks MPMBS, maka model tersebut dapat diterjemahkan sebagai
berikut.
1. Dengan perhatian terhadap pelanggan, bearti sekolah mengidentifikasi keinginan dan
harapan para orang tua akan mutu sekolah.
2. Dengan pembinaan proses, sekolah menyusun proses pembinaan mutu. Pada tahap
kedua ini, sekolah menyusun aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan dalam rangka
mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki sekolah.
3. Dengan keterlibatan total, bearti dalam rangka keseluruhan proses peningkatan mutu
pendidikan dituntut partisipasi aktif dan mandiri dari semua pihak, seperti kepala
sekolah, guru, laboran, pesuruh, pustakawan, dan juga irang tua dan masyarakat.
Partisipasi tersebut baik dalam bentuk pemikiran, tenaga, dan juga dalam hal keuangan.
B. PROSES MPMBS
Proses MPMBS terdiri dari:
1. Pengembangan visi sekolah
2. Evaluasi diri dalam rangka mengidentifikasi bebagai kebutuhan pengembangan
3. Identifikasi kebutuhan-kebutuhan pengembangan
4. Perumusan tujuan
5. Penyusunan program peningkatan
6. Implementasi program
7. Evaluasi diri untuk kepentingan peningkatan mutu berikutnya
C. EMPAT PILAR KEBERHASILAN MPMBS
1. Pilar Mutu dalam MPMBS
Merupakan suatu pendekatan manajemen yang menempatakan mutu pendidikan
sebagai kiblat aktivitas manajemen---kurikulum, kesiswaan, kepegawaiyan,
sarana/prasaranan, keuangan, dan peran serta masyarakat – sekolah.
2. Pilar kemandirian dalam MPMBS
Sebagai pilar kedua MPMBS adalah kemandirian. MPMBS merupakan sebuah model
pengelolaan sekolah yang sangat menunut adanya kemandirian seluruh porsenil
sekolah untuk maju dengan sendirinya .
3. Pilar partisipasi dalam MPMBS
pilar ketiga konsep MPMBS adalah partisipasi. MPMBS merupakan satu model
pengelolaan sekolah yang sangat menekan pada partisipasi seluruh elemen terkait
dengan peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
4. Pilar transparasi dalam MPMBS
Pilar keempat konsep MPMBS adalah transparasi. MPMBS merupakan suatu model
pengelolaan sekolah yang menuntut adanya transparasi keuangan.
D. RANGKUMAN
Dari keseluruhan model tersebut dapat di simpulkan bahwa pada dasarnya MPMBS
merupakan sebuah proses yang bersiklus terdiri dari :
1. Pengembangan visi sekolah
2. Evaluasi diri dalam rangka mengidentifikasi bebagai kebutuhan pengembangan
3. Identifikasi kebutuhan-kebutuhan pengembangan
4. Perumusan tujuan
5. Penyusunan program peningkatan
6. Implementasi program
7. Evaluasi diri untuk kepentingan peningkatan mutu berikutnya.

Sedangkan berkenaan dengan empat pilar atau pondasi tersebu, keberhasilan


implementasi MPMBS meliputi wawasan mutu, kemandirian, pertisipasi, dan transparasi.

E. ISTILAH TEKNIS
1. Model MPMBS 4. Wawasan mutu
2. Pilar MPMBS 5. Partisispasi
3. Kemandirian 6. Transparansi
Bagian II : Ulasan

BAB I : Melihat beberapa hal yang telah penulis sampaikan, menurut saya pada BAB I ini banyak
kata yang diulang oleh penulis sehingga pembaca merasa bosan membacanya

BAB II : Saya setuju dengan pernyataan Direktorat Pendidkan Dasar ada lima komponen yang
menentukan mutu pendidikan, salah satunya fisik dan penampilan sekolah yang baik. Akan tetapi
menurut saya, jika kita lihat bangunan sekolah yang ada di kampung, kondisi sekolah sangat
berbanding terbalik dengan sekolah yang ada di kota besar. seperti, kondisi bangunan, serta sara
dan prasarana yang kurang menunjang pendidikan yang ada di kampug, alangkah baiknya
pemerintah lebih memperhatikan kondisi pendidikan yang ada di kampung.

BAB III : Secara konseptual, sekolah unggulan maupun kelas unggulan memang baik. melalui
sekolah unggulan dan kelas unggulan dimungkinkan untuk melahirkan lulusan yang unggul pula.
Namun secara teknis maupun psikologis pengembangan kelas unggulan tersebut perlu dicermati
lebih lanjut.

BAB IV : Setelah membaca pada bab ini saya sependapat dengan penulis, yaitu manajeman
sebagai proses kerja sama dengan dan melalui (mendayagunakan) orang lain untuk mencapai
tujuan secara efisien. Dengan adanya menajemen di sekolah guru dan kepala sekolah bisa kerja
sama untuk mencapai tujuan sekolah tersebut.

BAB V : Menurut saya pada bab ini, penulis sudah menulis dengan jelas tentang rangkaian
kegiatan diupayakan oleh kepala sekolah bersama orang lain dan atau melalui orang lain, misalnya
guru, dan mendayagunakan semua fasilitas yang ada. Jadi, kepala sekolah tidak bekerja sendiri.

BAB VI : Sebuah kebijakan pemerintah dalam bentuk Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah telah dikeluarkan oleh pemerintah. Dengan lahirnya undang-undang
tersebut pengelolaan berbagai sektor pembangunan, termasuk pengelolaan sekolah dasar, menjadi
hak otonomi daerah.
BAB VII : Metode MPMBS ini adalah metode di mana peningkatan mutu sekolah tidak lagi di
lakukan oleh pemerintah pusat melainkan telah di berikan sepenuhnya kepada sekolah, dengan
metode ini di takutkan akan ada kesenjangan di antara sekolah sekolah yang ada karena mereka
tidak mampu bersaing dengan sekolah yang lain dalam meningkatkan mutu sekolah mereka
sendiri.

BAB VIII : Implementasi MPMBS ini merupakan sebuah proses atau usaha untuk menerapkan
sistem MPMBS tersebut di sekolah, akan tetapi dalam proses mengimplementasi MPMBS ini tidak
lah mudah harus ada kepekaan terhadap ke kurangan yang ada di sekolah tersebut sehingga
peningkatan mutu dapat terlaksana dan juga harus ada perencanaan yang matang sehingga
peningkatan mutu dapat berjalan dengan baik, tidak hanya dari pihak sekolah saja tetapi pihak luar
seperti orang tua juga harus ikut berpartisipasi dalam metode ini sehingga sekolah dapat
meningkatkan mutu dengan baik.
Bagian III :

Saya menjadi tahu tentang apa-apa saja yang berhunbungan dengan manajemen
pendidikan, kegiatan apa saja yang dilakukan, cara kerja sama dalam mencapai tujuan, dan sangat
berguna bagi saya pada saat sudah mengajar peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai