Anda di halaman 1dari 24

UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH WAWASAN PENDIDIKAN

Nama : I Wayan Budi Sujana Sangging

Nim : 1717011053

Kelas : 2c

e-mail :

1. Pendidikan Secara Klasik


a. Konsep dasarnya, Pendidikan Secara Klasik
Teori pendidikan klasik adalah pendidikan yang menggunakan kurikulum klasik untuk
mengembangkan pendidikan. Tujuan pendidikan klasik dapat dirangkum oleh satu kata
Latin: humanitas, yang artinya kemanusiaan. Pendidikan klasik bertujuan untuk
memperkembangkan potensi manusia dalam setiap kelimpahan aspeknya sehingga dapat
berkontribusi terhadap perkembangan kebudayaan manusia di dalam sejarah.
Cicero, seorang orator Romawi dan pendidik besar di Republik Roma, mengatakan, “Kita
semua disebut ‘manusia’, tetapi hanyalah yang telah terdidik melalui pembelajaran
peradaban manusia yang selayaknya disebut ‘manusia’” (“Republik”, buku I, 28.5).
b. Penerapan pendidikan secara klasik dapat dilakukan melalui yaitu melalui proses interaksi
antara sesorang pendidik dengan peserta didik jadi terdapat suatu proses pemberian ilmu
dan penerimaan ilmu penerapan pendidikan secraa klasik dapat menggunakan berbagai
model pembelajaran atau cara pengajaran selain itu dapat juga menggunakan berbagai
model pembelajaran , dalam era globalisasi ini penerapan ilmu pendidikan lebih
terlaksana secara maksimal karena didukungnya dengan perkembaangan teknologi
sehingga mudah untuk melakukan penerapan tersebut.
c. tujuan/manfaat dari pendidikan secara klasik Tujuan pendidikan klasik ini juga
ditekankan oleh Erasmus, seorang humanis Kristen di zaman Renaissance yang menjadi
sumber inspirasi bagi Luther dan Calvin. Ia berkata, “Adalah satu hal yang tidak
terbantahkan bahwa seorang manusia yang tidak terdidik akal budinya melalui filsafat
dan pembelajaran yang sehat adalah satu makhluk yang lebih rendah daripada binatang,
karena tidak ada binatang yang lebih liar atau berbahaya dibandingkan dengan seorang
manusia yang diombang-ambingkan ke sana ke mari oleh ambisi, nafsu, kemarahan, iri
hati, atau watak yang liar” (“Tentang Pendidikan Anak-Anak”, 493B). Di dalam
penekanannya akan pengembangan potensi individual melalui pembelajaran kebudayaan
manusia, pendidikan klasik tidak mengenal dikotomi antara individu dan komunitas.
Individu hanya dapat berkembang secara penuh di dalam komunitas, dan komunitas
berkembang ketika individu berkembang. Hal ini sangat bertentangan dengan semangat
individualisme modern yang menempatkan individu ke dalam sistem kompetisi di
komunitasnya. Dalam pendidikan klasik, perkembangan individu dan perkembangan
komunitas berjalan secara harmonis. Humanitas adalah kesempurnaan kemanusiaan di
dalam satu individu yang mengakibatkan kepada kemajuan kebudayaan di dalam
komunitasnya.

2. Analisis Sistem Pendidikan

a. Konsep Dasar Sistem Pendidikan


 Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
Sistem adalah sebagai suatu strategi, cara berpikir, atau model berpikir. Semua
yang ada di dunia bisa dipandang sebagai suatu sistem mulai dari yang besar seperti tata
surya, bumi, negara, orang, peredaran darah, sampai dengan satu biji gigi dapat
dipandang atau dipikir sebagai suatu sistem. Begitu pula pendidikan dapat dilaksanakan
sebagai sistem, kalau suatu sekolah dipandang sebagai sistem, maka sistem-sistem lain
yang ada di sekitarnya seperti perumahan, pasar, sungai, dan sebagainya disebut
suprasistem. Antara sistem dengan suprasistem ada kalanya berhubungan dan ada
kalanya tidak. Bila tidak berhubungan maka disebut sistem tertutup seperti jam, kipas,
dan lain sebagainya. Sebaliknya bila sistem itu berhubungan, maka disebut sistem
terbuka seperti pasar manusia, dan sebagainya. Ciri-ciri sistem terbuka adalah sebagai
berikut:
a) Memiliki deferensiasi, yaitu spesialisasi-spesialisasi
b) Ada kestabilan yang dinamis
c) Ada prinsip equifinalty, yaitu banyak jalan untuk mencapai tujuan
d) Mengimpor energi, materi, dan informasi dari luar.
e) Memiliki pemproses. Pendidikan memproses peserta didik dalam proses belajar
mengajar.
f) Menghasilkan output atau mengekspor materi, energi, dan informasi. Pendidikan
disamping menghasilkan lulusan, juga memberi pengaruh positif terhadap
pembangunan masyarakat.
g) Merupakan kejadian yang berantai.
h) Memproses input pendidikan (peserta didik) merupakan kegiatan yang berulang-
ulang dan berkaitan. Pendidikan merupakan sistem terbuka, sebab tidak mungkin
pendidikan dapat melaksanakan fungsinya dengan baik bila ia mengisolasi diri
dengan lingkungannya. Pendidikan berada di masyarakat, ia adalah milik
masyarakat.

b. Penerapan sistem pendidikan


Penerapan sistem pendidikan dapat mealalui lembanga-lembaga pendidikan seperti
sekolah baik itu berupa sekolah swasta maupun negeri

c. Contoh sistem pendidikan dalam konteks pendidikan di indonesia


Dalam kegiatan persekolahan dimana pun itu baik itu berupa lembaga
persekolahan yang berbentuk negeri maupun berbetuk swasta selalu menggunakan
sistem pendidikan kenapa demikian karena di setiap sekolah pasti telah tersusun
dan terorganisir bagaimana sistem pendidikan yang akan diajarakan kepada peserta
didik oleh pendidik dimana sekolah sebagai tempat penerapan sistem pendidikan
tersebut.

3. Teori pendidikan klasik dan teori pendidikan modern


 Teori pendidikan klasik
1. Nama teori : Aliran Pendidikan Nativisme
2. Isi teori : pentingnya inti privasi atau jati diri manusia. Meskipun dalam
keadaan sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orang tuanya (secara
fisik) dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang
tuanya.Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya faktor
yang menentukan perkembangan.Masih banyak faktor yang dapat
memengaruhi pembentukan dan perkembangan anak dalam menuju
kedewasaan.
3. Tokoh : Arthur Schopenhaur
 Teori Pendidikan Modern
1. Nama Teori : Teori perilaku (Behavioristik)
2. Isi Teori : Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah
laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus (rangsangan) dan
respon (tanggapan). Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara
stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia
dapat menunjukkan perubahan pada tingkah lakunya. Menurut teori ini
hal yang paling penting adalah input (masukan) yang berupa stimulus dan
output (keluaran) yang berupa respon. Menurut toeri ini, apa yang tejadi
diantara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah
stimulus dan respon. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan guru
(stimulus) dan apa yang dihasilkan siswa (respon), semuanya harus dapat
diamati dan diukur. Teori ini lebih mengutamakan pengukuran, sebab
pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadinya
perubahan tungkah laku tersebut
3. Tokoh : Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, Skinner
4. Persamaan dan perbedaan antara teori behavioristik dengan aliran
empririsme dengan teori tabularasa
a. persamaan antara ke dua teori ini yaitu sama-sama merupakan terori atau
pendekatan yang digunakan untuk membentuk perilaku dan dapat
digunakan daam proses belajar dan pembelajaran.
b. perbedaan

Teori Behavioristik Teori Aliran Pendidikan Nativisme


Mementingkan pengaruh lingkungan Pandangan akan ide dan gagasan
tentang kepribadian anak
Mementingkan bagian-bagian sumber pengetahuan telah dimiliki
dari sejak lahir
Mengutamakan peranan reaksi Bakat merupakan sumber utama
pembelajaran
Memecahkan masalah-masalah Disimpulkan secara tidak langsung
dilakukan dengan cara trial and error berdasarkan data inderawi

4. ABU dan Implementasi Pandangan Filsafat Pancasila dalam Praktik Pendidikan di


Indonesia
a. Filsafat Pancasila

Pancasila sebagai filsafat pendidikan Indonesia merupakan suatu dasar yang


digunakan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa dan menjadi acuan atau pedoman pelaksanaan
pendidikan di Indonesia yang sesuai pada nilai-nilai luhur dan dapat dijadikan dasar
untuk mengkritisi permasalahan yang terjadi di praktik pendidikan di Indonesia.

Suatu pendidikan tidak dapat berdiri sendiri, tapi dipengaruhi oleh politik,
sosial, ekonomi dan kebudayaan. Bagi bangsa Indonesia, keyakinan atau
pandangan hidup bangsa dan dasar negara Indonesia adalah Pancasila. Karenanya
sistem pendidikan nasional harus dijiwai, didasari, dan mencerminkan identitas
Pancasila itu sendiri. Sistem pendidikan nasional dan sistem filsafat pendidikan 
Pancasila adalah subsistem dari sistem negara Pancasila.
Tujuan filsafat pendidikan Pancasila, diantaranya:
1. Menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila
Pancasila merupakan ideologi landasan negara kita. Segala perbuatan yang kita
lakukan, bahkan hingga aturan perundang-undangan pun mengacu pada nilai dari
Pancasila itu sendiri. Pendidikan pancasila sangat penting diberikan, terutama pada
mereka yang masih usia anak-anak. Agar mereka mengerti dan juga memahami nilai
luhur dari Pancasila bagi kehidupan bermasyarakat dan juga kehidupan bernegara.

2. Membantu memahami arti sebenarnya dari Pancasila


Pancasila merupakan ideologi, yang berarti masih ada kemungkinan banyak orang
yang belum memahami arti sebenarnya secara mendalam dari Pancasila. Mungkin
semua sudah hafal kelima sila yang terkandung dalam pancasila, namun apakah anda
memahami arti sebenarnya dari sila tersebut? Maka dari itu, diperlukan pendidikan
pancasila di berbagai jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga tingkat
universitas.
3. Membantu individu untuk mencintai Negara Indonesia
Ada pepatah yang berbunyi tak kenal maka tak sayang. Bagi mereka yang tidak dapat
mengenal pancasila dengan baik, maka mereka tidak akan mencintai Indonesia.
Karena untuk mencintai Indonesia, maka paling tidak kita juga harus mencintai
landasan ideologis yang membentuk Indonesia.
4. Agar individu dapat berperilaku sesuai dengan isi dari butir-butir Pancasila
Manfaat pendidikan pancasila maka diharapkan, siapa saja yang menempuh
pendidikan pancasila dapat berperilaku sesuai dengan apa yang ditulis melalui butir-
butir pancasila tersebut.
5. Individu dapat mengamalkan Pancasila di segala situasi
Nilai dan butir-butir yang terkandung dalam pancasila merupakan hal yang baik
terutama dalam kehidupan berbangsa dan juga bernegara. Hal ini membuat individu
sebagai warga negara yang baik wajib akan mengamalkan berbagai macam nilai-nilai
luhur dari pancasila.
6. Sebagai pedoman menjadi warga Negara yang baik
Bagaimana kita dapat menjadi warga negara yang baik dan berguna bagi masyarakat,
apabila kita tidak pernah belajar mengenai pedoman menjadi warga Negara yang baik.
7. Untuk memahami ideologi bangsa Indonesia
Dengan adanya pendidikan pancasila, maka kita sebagai warga negara akan
memahami mengenai ideologi dan juga dasar-dasar Negara Indonesia dengan baik.
8. Membangun karakter warga negara yang bermartabat
Melalui pendidikan pancasila, dapat terbangun karakter dari masyarakat Indonesia
yang baik, bermartabat dan juga berintegritas dalam melakukan kehidupan berbangsa
dan juga bernegara.
9. Mewujudkan kehidupan bermoral dalam kehidupan 
Moral merupakan hal yang sulit diperoleh. Kita bisa mewujudkan kehidupan bermoral
dalam kehidupan kita sehari-hari, salah satunya adalah dengan cara memahami nilai
dari pancasila, yang kita pelajari dalam pendidikan pancasila.

Adapun Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pendidikan yaitu sebagai berikut:

a. Nilai Ketuhanan
Nilai ketuhanan Yang Maha Esa Mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan
bangsa terhada adanya Tuhan sebagai pancipta alam semesta. Dengan nilai ini
menyatakan bangsa indonesia merupakan bangsa yang religius bukan bangsa yang
ateis. Nilai ketuhanan juga memilik arti adanya pengakuan akan kebebasan untuk
memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta
tidak berlaku diskriminatif antarumat beragama.

b. Nilai Kemanusiaan
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap dan
perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati
nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.

c. Nilai Persatuan
Nilai persatuan indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu dalam
kebulatan rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai
sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang dimiliki bangsa indonesia.

d. Nilai Kerakyatan
Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-
lembaga perwakilan.

e. Nilai Keadilan
Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengandung makna sebagai dasar
sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia Yang Adil dan Makmur
secara lahiriah atauun batiniah

b. Kegiatan pembelajaran yang dirancang secara sistematis, tahap demi tahap secara
ketat, sebagai mana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dinyatakan secara
eksplisit dan dapat diukur, kondisi belajar yang dapat diatur dan ditentukan, serta
pengalaman-pengalaman belajar yang dipilih untuk siswa, mungkin saja berguna bagi
guru tetapi tidak berarti bagi siswa (Rogers dalam Snelbecker, 1974). Hal tersebut
tidak sejalan dengan teoripancasila . Menurut teori ini, agar belajar bermakna bagi
siswa, diperlukan insiatif dan keterlibatan penuh dari siswa sendiri. Maka siswa akan
mengalami belajar eksperiensial (experiential learning). Dalam prakteknya teori
pancasila ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir demokratis lebih
memikirkan kepada tindakannya yang mengarah kepada pancasila

5. Penjelasan Analisis Sistem Pendidikan di Indonesia Sesuai UU No.20/2003.


Sistem memiliki arti perangkat atau unsur yang tersusun teratur dan saling berkaitan sehingga
membentuk suatu totalitas. Sedangkan pendidikan memiliki arti proses perubahan sikap dan
perilaku. Jadi, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang
saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dikutip dari UU RI
No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, akan dijelaskan beberapa sistem sesuai UU
RI No 20/2003, terdapat pada

Gambar 1.

Gambar .1 Sistem Pendidikan Nasional sesuai UU RI No 20/2003


dari “Input, Proses, Output, dan Feedback”.
Sumber: Dikelola Penulis.

Sebuah sistem pendidikan sangatlah diperlukan dalam mengatur jalannya


pendidikan dan menjadi pedoman sebagai jalannya proses pendidikan tersebut.
Sistem pendidikan terdiri dari beberapa komponen yang terdiri dari input,
proses, dan output serta feedback. Komponen-komponen tersebut mempunyai
fungsi tertentu, fungsi struktur untuk mencapai tujuan sebuah sistem. Pada
aspek bagian input menyangkut anak didik sebagai obyek dalam pendidikan.
Sedangkan bagian proses/transformasi merupakan mesin yang akan mencetak
anak sesuai yang diharapkan, (dalam kerjanya dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti fasilitas, waktu, lingkungan, sumberdaya, dan pendidik, imana faktor itu
sangat menentukan output sebagai tujuan akhir, serta berkesimbungan dengan
adanya feedback.
 Analisis Keterkaitan Standar Nasional Pendidikan (SNP) dengan Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
Standar Nasional Pendidikan
Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang
sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum NKRI. Standar Nasional
Pendidikan (SNP) dibuat untuk kepentingan agar kinerja elemen pokok
pembentuk pendidikan lebih mantab. Tiga sub sistem yang akan di
standarisasi antara lain: 1) input; 2) proses; 3) luaran. Standar Nasional
Pendidikan ini dilatar belakangi oleh:
(a) UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas Pasal 35, 36, 37, 42, 43, 59, 60, 61
pasal 35 (Standar Nasional Pendidikan); pasal 36 dan 37 (Kurikulum); pasal
42 dan 43 (Pendidik dan Tenaga Kependidikan); pasal 59, 60 an 61
(Evaluasi, Akreditasi, Sertifikasi). (b) Standar Nasional Pendidikan ini akan
digunakan sebagai: kriteria minimum tentang system pendidikan di seluruh
wilayah hokum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI); dasar dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pendidikan dalam rangka
mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Fungsi Standar Nasional
Pendidikan (SNP) adalah sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional
yang bermutu. Tujuan Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah menjamin
mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Standar
Nasional Pendidikan (SNP) disempurnakan secara terencana, terarah dan
berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan local, nasional
dan global.
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)

Gambar 2.3.2.1 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia


Sumber: Dikti.org.

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) adalah kerangka


penjenjangan kualifikasi SDM Indonesia yang, menyetarakan dan
mengintegrasikan sektor pendidikan, sektor pelatihan dan pengalaman kerja
dalam suatu skema pengakuan kemampuan kerja. KKNI merupakan
perwujudan mutu dan jati diri bangsa Indonesia terkait dengan sistem
pendidikan nasional, sistem pelatihan kerja nasional, dan sistem penilaian
kesetaraan capaian pembelajaran (learning outcomes) nasional, yang
dimiliki Indonesia untuk menghasilkan sumber daya manusia nasional yang
bermutu dan produktif.
KKNI menyatakan sembilan jenjang kualifikasi. Deskripsi kualifikasi
pada setiap jenjang KKNI secara komprehensif mempertimbangkan sebuah
capaian pembelajaran yang utuh, yang dapat dihasilkan oleh suatu proses
pendidikan baik formal, non formal, informal, maupun pengalaman mandiri
untuk dapat melakukan kerja secara berkualitas. Deskripsi setiap jenjang
kualifikasi juga disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, atau seni, serta perkembangan sektor-sektor pendukung
perekonomian dan kesejahteraan rakyat, seperti perindustrian, pertanian,
kesehatan, hukum, dan aspek lain yang terkait. Capaian pembelajaran juga
mencakup aspek-aspek pembangun jati diri bangsa yang tercermin
dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Bhinneka Tunggal
Ika yaitu menjunjung tinggi pengamalan kelima sila Pancasila dan
penegakan hukum, serta komitmen untuk menghargai keragaman agama,
suku, budaya, bahasa, dan seni yang tumbuh dan berkembang di bumi
Indonesia.

Koherensi SNP dengan KKNI


Berikut uraian Standar Nasional Pendidikan Tinggi dengan KKNI.
Dosen dan Tenaga
Isi Pembelajaran Kependidikan

Proses
Pembelajaran
Sarana dan
Prasarana

Kompetensi
Lulusan

Penilaian

Pengelolaan Pembiayaan
Pembelajaran

Gambar 2.3.3.1 Koherensi Standar Nasional Pendidikan dan KKNI


Sumber: Standar Nasional Pendidikan Tinggi Berdasarkan
Permendikbud No. 49/2014 dan dikelola penulis.

Dalam hal koherensi, yaitu 8 cakupan SNP mengacu pada


KKNI, dapat diperhatikan pada gambar.

 Satu Contoh Penerapan 8 Standar Nasional Pendidikan di indonesia


Indonesia
Diketahu bahwa salah satu sekolah SMA NEGERI yang ada di darerah provinsi
bali sangt erat menerapkan 8 standar nasional pendidikan tersebut mislahnya saja
mereka telah menerapkan ke 8 standar tersebut yang terdiri dari meliputi 8
standar yaitu: (1) standar kompetensi kelulusan, (2) standar isi, (3) standar proses,
(4) standar pendidik dan tenaga pendidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6)
standar pengolahan, (7) standar pembiyaan, dan (8) standar penilaian jadi apapun
aktiditas mereka selalu berpedoman terhadap ke 8 standar ini karena merupakan
acuan yang sangat harus dilakukan.

6. Tabel Perkembangan sejarah pendidikan dari Zaman Penjajahan, Zaman


Kemerdekaan sampai Zaman sekarang (Era Teknologi)

PENDIDIKAN ZAMAN PENDIDIKAN MASA PENDIDIKAN MASA


PENJAJAHAN KEMERDEKAAN SEKARANG

Zaman Pengaruh Zaman Revolusi Fisik Pengubahan Kurikulum 1975


Portugis dan Spanyol Kemerdekaan dengan kurikulum berbasis
( bangsa portugis dan (Jenjang Pendidikan kompetensi pada tahun
bangsa spanyol datang disempurnakan menjadi pelajaran 2006
untuk berdagang dan SMTP dan SMTA dan mulai (pendidikan pada kurikulum ini
sebagai missionaris mempersiapkan sistem mementingkan nilai hasil
(penyebar agama pendidikan nasional sesuai belajar dari pada proses, lebih
khatolik). Mereka dengan amanat UUD 1945, memntingkan hasil tes
mendirika sekolah yang Rancangan UU yang daripada karya dan lebih fokus
kurikulumnya beris dihasilkan Yakni UURI no. 4 pada output daripada teradap
pendidikan agama khatolik Tahun 1950 tentangdasar- proses).
ditambah pembelajaran dasar pendidikan dan
membaca, menulis dan pengajaran di sekolah.)
berhitung.)
Zaman Kolonial Belanda Peletakan Dasar Pengubahan Kurikulum 2006
( kondisi pendidikan pada Pendidikan Nasional Menjadi Kurikulum 2013
zaman ini dapat dibedakan (mulai tanggal 18 agustus (Dalam kurikulum 2013
menjadi dua, yaitu 1945, sejak PPKI menetapkan pembelajaran berbasis
pendidikan yang UUD 1945 sebagai Konstitusi aktivitas. Pembelajaran
dilaksankan oleh Negara yang didalamnya menfasilitasi siswa untuk
pemerintah kolonial memuat pancasila, mencari tahu, karena siswa
belanda sesuai implikasinya bahwa sejak memerlukan lingkungan
kepentingan penjajahan da saat itu dasar sistem sebagai sumber pembelajaran ,
pendidikan yang pendidikan nasional kita narasumber, perpustakaan,
dilaksanakan oleh kaum adalah Pancasila dan UUD internet, laboratorium dan
pergerakan sebagai sarana 1945.) pengalaman belajar sendirinya,
perjuangan demi mencapai kurikulum 2013 ini juga
kemerdekaan. ) menerapkan pendidikan budi
pekerti yang sangat tinggi).
Zaman Kedudukan Demokrasi Pendidikan -
Jepang. (sesuai amanat UUD 1945
(bangsa indonesia berada dan UUR1 No. 4 Tahun 1950
pada kekuasaan pemerintah mengusahakn
pendudukan militerisme, terselenggaranya pendidikan
implikasinya dalam bidang yang bersifat demokratis
pendidikan di indonesia yaitu kewajiban sekolah bagi
sebagai berikut: anak-anak yang berumur 8
Tujuan dan isi pendidikan tahun. )
diarahkan demi
kepentingan perang Asia
Timur Raya
Hilangnya sistem dualisme
dalam pendidikan terdapat
jenjang sekolah : Sekolah
Rakyat, Sekolah
Menengah Tinggi, dan
Perguruan Tinggi
Sistem Pendidikan
menjadi lebih merakyat )
- Lahirnya LPTK Pada -
Tingkat Universiter
(dalam rangka meninkatkan
mutu pendidikan Prof. Moh.
Yamin mendirikan perguruan
tinggi pendidikan guru
(PTPG), atas dasar konferensi
antar FKIP negeri seluruh
Indonesia. )
- Lahirnya Perguruan Tinggi -
(Pada tanggal 4 Desember
1961 lahir UU no.22 tentang
perguruan tinggi dengan
prinsip TRIDHARMA
perguruan Tinggi.)

7. Kompetensi guru
1. Kenapa Kompetensi Guru sangat diperlukan karena Dalam UU Nomor 14
tahun 2005 tentang guru dan dosen, pasal 1 disebutkan bahwa, kompetensi
adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.
Menurut Jejen Musfah dalam bukunya yang berjudul peningkatan
kompetensi guru melalui pelatihan, menyebutkan bahawa kompetensi adalah
kumpulan pengetahuan, perilaku, dan ketrampilan yang harus dimiliki guru
untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi diperoleh
melalui pendidikan, pelatihan, dan belajar mandiri dengan memanfaatkan
sumber belajar.
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan dalam Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, bahwa “Kompetensi merupakan
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki,dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan”.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi
merupakan satu kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi,
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dinilai, yang terkait dengan profesi
tertentu berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat diaktualisasikan dan
diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi
tertentu.
Menurut Mulyasa dalam bukunya yang berjudul standar kompetensi
dan sertifikasi guru, menjelaskan bahwa kompetensi guru merupakan
perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial dan
spiritual yang secara kafah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang
mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik,
pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalitas.
Kompetensi guru merupakan kemampuan seseorang guru dalam
melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak.
Guru sebagai orang yang perilakunya menjadi panutan siswa dan masyarakat,
pada umumnya harus dapat mengimplementasikan tujuan-tujuan pendidikan
yang akan dicapai baik dari tataran tujuan nasional maupun tujuan sekolah.
Dan untuk memenuhi tujuan tersebut guru harus memiliki kecakapan dan
kemampuan tentang pendidikan dan psikologi perkembangan siswa, sehingga
strategi pembelajaran akan diterapkan berdasarkan situasi dan kondisi yang
ada di lingkungannya.Menurut Sudjana dalam bukunya yang berjudul dasar-
dasar proses belajar mengajar, membagi kompetensi guru dalam tiga bagian,
yaitu bidang kognitif, sikap, dan perilaku. Ketiga kompetensi ini tidak berdiri
sendiri tetapi saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian atau kecakapan yang memenuhi mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi. Adapun pengertian profesional menurut uzer
usman didalam bukunya Rusman yang berjudul Model-Model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru, menjelaskan bahwa suatu pekerjaan
yang bersifat profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara
sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum.
Dalam UU guru dan dosen, pasal 1 disebutkan bahwa profesional
adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi. Sementara itu guru yang profesional
adalahorang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru
dengan kemampuan maksimal. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa
pengertian guru yang profesional adalahorang yang terdidik dan terlartih
dengan baik, serta memiliki pengalaman yang luas dibidangnya.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, Kompetensi profesional
guru adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang meliputi; (a) konsep, struktur, dan metode keilmuan dengan
materi ajar, (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, (c) hubungan
konsep antarmata pelajaran terkait, (d) penerapan konsep keilmuan dalam
kehidupan sehari-hari, (e) kompetisi secara profesional dalam konteks global
dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional. Kemampuan, keahlian
atau sering disebut dengan kompetensi profesional guru sebagaimana
dikemukakan oleh Piet A. Sahartian dan Ida Aleida adalah sebagai berikut:
”Kompetensi profesional guru yaitu kemampuan penguasaan akademik (mata
pelajaran yang diajarkan) dan terpadu dengan kemampuan mengajarnya
sekaligus sehingga guru itu memiliki wibawa akademis”.
Jadi Kompetensi profesional guru adalah seperangkat pengetahuan,
ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru
dalam menjalankan tugas keprofesionalan. Kinerja pendidik dan tenaga
kependidikan khususnya guru, selain ditentukan oleh kualifikasi akademik dan
juga kompetesi juga ditentukan oleh kesejahteraan, karena kesejahteraan yang
memadai akan memberikan motivasi kepada guru agar malukukan tugas
profesionalnya secara sungguh-sungguh. Walaupun pada dasarnya guru telah
cukup memiliki kompetensi profesional yang sifatnya kognitif, afektif, dan
unjuk kerja sehingga guru mampu melaksanakan tugas-tugas kependidikan.
Kemampuan yang dicapai melalui sejumlah pengalaman belajar yang sesuai
memang telah memberikan dasar kesiapan bagi guru dalam melaksanakan
tugasnya sebagai seorang guru.
2. Kompetensi Guru yang harus dimiliki para pendidik di indonesia
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, guru harus memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional, dan sosial (Depdiknas, 2005 : 24, 90 – 91):

1) Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan


dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran
yang mendidik dan dialogis. Secara substantif kompetensi ini
mencakup kemampuan pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
2) Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang yang mantap, arif, dewasa, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia.
3) Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkenaan
dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas
dap mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi
kurikulum matapelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang
menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan
keilmuan sebagai guru.
4) Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik
sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul
secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

3. Cara mengintegrasikan keempat dimensi kompetensi tersebt menjadi satu satu


kesatuan jati diri guru.
Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran
secara luas dan mendalam”. Maksudnya, kompetensi profesional adalah
kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan penyesuaian tugas-
tugas keguruan.
Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi profesional adalah
berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai
guru profesional. Kompetensi profesional meliputi kepakaran atau keahlian
dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkannya beserta
metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan
sejawat guru lainnya.
Semiawan (1991) bahwa pemenuhan persyaratan guru profesional
akan mengubah peran guru yang semula sebagai orator yang verbalistis
menjadi berkekuatan dinamis dalam menciptakan suatu suasana dan
lingkungan belajar yang invitation learning environment.
Soewondo, 1972 dalam Arifin 2000, dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan, guru memiliki multi fungsi yaitu sebagai fasilitator, motivator,
informator, komunikator, transformator, change agent, inovator, konselor,
evaluator, dan administrator.
Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut
for Teacher Education, mengemukakan kompetensi profesional guru
mencakup kemampuan dalam hal:

a) mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan baik filosofis,


psikologis
b) mengerti dan menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat
perkembangan perilaku peserta didik
c) mampu menangani mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan
kepadanya
d) mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai
e) mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta fasilitas
belajar lain
f) mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pengajaran
g) mampu melaksanakan evaluasi belajar
h) mampu menumbuhkan motivasi peserta didik.
Tingkat keprofesionalan seorang guru dapat dilihat dari kompetensi
sebagai berikut:

a) kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan, misalnya paham


akan tujuan pendidikan yang harus dicapai baik tujuan nasional,
institusional, kurikuler dan tujuan pembelajaran
b) pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, misalnya paham
tentang tahapan perkembangan siswa, paham tentang teori-teori belajar
c) kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang
studi yang diajarkannya
d) kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi
pembelajaran
e) kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber
belajar
f) kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran
g) kemampuan dalam menyusun program pembelajaran
h) kemampuan dalam melaksanakan unsur penunjang, misalnya
administrasi sekolah, bimbingan dan penyuluhan
i) kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk
meningkatkan kinerja.

Apabila syarat-syarat profesionalisme guru di atas itu terpenuhi akan


mengubah peran guru yang tadinya pasif menjadi guru yang kreatif dan
dinamis. Pengembangan profesionalisme guru menjadi perhatian secara
global, karena guru memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan
informasi-informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan juga
membentuk sikap dan jiwa yang mampu bertahan dalam era hiperkompetisi.
Tugas guru adalah membantu peserta didik agar mampu melakukan
adaptasi terhadap berbagai tantangan kehidupan serta desakan yang
berkembang dalam dirinya. Pemberdayaan peserta didik ini meliputi aspek-
aspek kepribadian terutama aspek intelektual, sosial, emosional, dan
keterampilan.
4. Bagaimana proses pengembangan kompetensi tersebut dari bangku kuliah di
LPTK sampai saat para guru dilapangan.
Lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) adalah suatu
instansi yang mencetak calon-calon guru, seiring dengan perkembangan zaman
yang linear dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka dunia pendidikan
pun mengalami banyak perubahan. Terkait dengan hal tersebut pemerintah
indonesia merespons dengna mengeluarkan undang-undang No. 14 tahun 2005
tentang kompetensi seorang guru, guru diharuskan memiliki kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi
profesional untuk dapa mewujudkan hal tersebut proses pembelajaran para
calon guru sudah sepantasnya diarahkan pada ranah-ranah kompetensi tersebut
seperti yang telah diungkapkan oleh ketut sarna (2007) bahwa lembaga
pendidikan tenaga pendidian (LPTK) mempunyai tugas utama menghasilkan
tenaga guru profesional yang mampu berperan sebagai agen pembelajaran
yang tercermin dalam kompetensi pedagogik, profesional, personal dan sosial
yang padu sebagai upaya untuk mewujudkan hal tersebut terpenuhnya semua
kompetensi yang diharapkan tertanam pada mahasiswa, maka pada LPTK,
mahasiswa dibekali mata kuliah yang relevan , namun demikian paa proses
pembelajaran yang berlangsung dikelas pada saat ini masih berpusat pada
dosen atau sering disebut juga teacher contrac center atau dikenal dengan
pendekatan tradisional (utami, et all: infinityjurnal ilmiah program study
matematika STKIP siliwangi bandung, vol 1, no.1 Februari 2012 64 2011).
Dalam pembelajaran tersebut dosen sebagai individu yang lebih aktif dalam
mengajar dan mahasiswa berperan sebagai objek yang menerima pengetahuan
dengan pasif meskipun beberapa metode sudah coba diterapkan. Seperti
metode diskusi, namun mahasiswa masih belum merespon dengan baik
mereka masih pasif dalam mengemukakan pendapat, diskusi lebih banyak di
dominasi oleh guru jika hal ini dibiarkan di khawatirkan mahasiswa akan
membawa pengalaman pembelajarannya ke dalam bangku kuliah sampai
kelapangan.
8. Penjelasan dari :
a. Pengertian Sertifikasi guru
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada
guru. Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar
profesional guru. Guru profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan
sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas.
Sertifikat pendidik adalah sebuah sertifikat yang ditandatangani oleh
perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi sebagai bukti formal pengakuan
profesionalitas guru yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional.
Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen disebut sertifikat pendidik.
Pendidik yang dimaksud disini adalah guru dan dosen. Proses pemberian
sertifikat pendidik untuk guru disebut sertifikasi guru, dan untuk dosen disebut
sertifikasi dosen. Syarat – syarat sertifikasi guru :

1. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-


IV)
2. Berstatus sebagai guru CPNS, PNS, atau Guru Tetap
3. Memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK)
4. Terdaftar pada Daftar Pokok Kependidikan Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan
5. Telah mengikuti uji kompetensi guru (UKG) sebelum PLPG

Guru merupakan sebuah profesi seperti profesi lain: dokter, akuntan,


pengacara, sehingga proses pembuktian profesionalitas perlu dilakukan.
Seseorang yang akan menjadi akuntan harus mengikuti pendidikan profesi
akuntan terlebih dahulu. Begitu pula untuk profesi lainnya termasuk profesi
guru.

Dasar utama pelaksanaan sertifikasi adalah Undang-Undang Nomor 14


Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) yang disahkan tanggal 30
Desember 2005. Pasal yang menyatakannya adalah Pasal 8: guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Pasal lainnya adalah Pasal 11, ayat (1) menyebutkan bahwa sertifikat
pendidik sebagaimana dalam pasal.

Landasan hukum lainnya adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun


2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan
yang ditetapkan pada tanggal 4 Mei 2007.Sertifikasi merupakan sarana atau
instrumen untuk mencapai suatu tujuan, bukan tujuan itu sendiri. Perlu ada
kesadaran dan pemahaman dari semua fihak bahwa sertifikasi adalah sarana
untuk menuju kualitas. Kesadaran dan pemahaman ini akan melahirkan
aktivitas yang benar, bahwa apapun yang dilakukan adalah untuk mencapai
kualitas. Kalau seorang guru kembali masuk kampus untuk meningkatkan
kualifikasinya, maka belajar kembali ini bertujuan untuk mendapatkan
tambahan ilmu pengetahuan dan ketrampilan, sehingga mendapatkan ijazah S-
1. Ijazah S-1 bukan tujuan yang harus dicapai dengan segala cara, termasuk
cara yang tidak benar melainkan konsekuensi dari telah belajar dan telah
mendapatkan tambahan ilmu dan ketrampilan baru. Demikian pula kalau guru
mengikuti sertifikasi, tujuan utama bukan untuk mendapatkan tunjangan
profesi, melainkan untuk dapat menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah
memiliki kompetensi sebagaimana disyaratkan dalam standar kompetensi
guru. Tunjangan profesi adalah konsekuensi logis yang menyertai adanya
kemampuan yang dimaksud. Dengan menyadari hal ini maka guru tidak akan
mencari jalan lain guna memperoleh sertifikat profesi kecuali mempersiapkan
diri dengan belajar yang benar untuk menghadapi sertifikasi. Berdasarkan hal
tersebut, maka sertifikasi akan membawa dampak positif, yaitu meningkatnya
kualitas guru.Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 14/2005, sertifikasi guru
akan terus dilaksanakan sampai Undang-Undang tidak mengamanatkan
pelaksanaan sertifikasi guru.

b. Tujuan diadakannya program sertifikasi guru diadakan.


Sertifikasi guru bertujuan untuk:
1. menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional
2. meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan
3. meningkatkan martabat guru
4. meningkatkan profesionalitas guru
Adapun manfaat sertifikasi guru dapat dirinci sebagai berikut:
1. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten,
yang dapat merusak citra profesi guru.
2. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak
berkualitas dan tidak profesional.
3. Meningkatkan kesejahteraan guru
c. Pelaksanaan sertifikasi zaman dulu, sekarang dan yang akan datang
Pelaksanan sertifikasi guru pada zaman dulu kurang efektif karena kurang
tepatnya sasaran bagi guru yang menerima sertifikasi guru serta sering kali
peraturan yang tidak terlalu mengikat dan syarat yang sangat mudah
menjadikan sertifikasi guru bukan dijadikan sebgai motivasi tetapi sebagai
tempat untuk mencari keuntungan, sedangkan sertifikasi guru yang sekarang
sedikit lebih efektif tepat sasaran dan tuuan dan manfaatnya juga jelas terdapat
peraturan dan syarat yang sangat mengikat jadi sangat perlu adanya usaha dari
guru untuk memperoleh sertifikasi guru tersebut, sedangan program sertifikasi
guru yang akan datang akan di program lebih baik dan lebih efektif sehingga
menjadi salah satu program yang berdaya guna untuk kemajuan pendidikan di
indonesia
9. Kode Etik Guru
a. apa yang dimaksud dengan kode etik guru
kode etik guru adalah norma atau asas yang disepakati yang diterima
oleh guru-guru sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan
tugas profesi sebagai pendidik anggota masyarakat dan warga negara
Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai
internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan
konprehensif suatu profesi yang memberikan tuntutan bagi anggota dalam
melaksanakan pengabdian profesi (Sofyan, dkk, 2006).
Menurut Surna (1990:56) kode etik ibarat kompas yang menunjukkan
arah moral bagi suatu profesi sekaligus sebagai sarana untuk membantu para
pelaksana seseorang sebagai seseorang yang professional supaya tidak dapat
merusak etika profesi. Menurut Surna ( 1990:56) ada tiga hal pokok yang
merupakan fungsi kode etik profesi yaitu :
1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi
tentang prinsip profesionalisme yang digariskan.
2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas
profesi yang bersangkutan.
3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi
profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi.
b. Kode Etik Guru Indonesia
1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk
manusia pembangun yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki kejujuran Profesional dalam menerapkan Kurikulum
sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.
3. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi
tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk
penyalahgunaan.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara
hubungan dengan orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan
anak didik.
5. Guru memelihara hubungan dengan masyarakat disekitar sekolahnya
maupun masyarakat yang luas untuk kepentingan pendidikan.
6. Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama berusaha
mengembangkan dan meningkatkan mutu Profesinya.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik
berdasarkan lingkungan maupun di dalam hubungan keseluruhan.
8. Guru bersama-sama memelihara membina dan meningkatkan mutu
Organisasi Guru Profesional sebagai sarana pengapdiannya.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
Pemerintah dalam bidang Pendidikan.
c. Kaitan etika profesi guru dengan filsafat pendidikan di indonesia
Kaitannya karena merupakan pedoman dalam guru berprilaku dalam proses
pendidikan warga negara dan masyarakat dari filsafat pendidikan tersebut
lahir lah sebuah kode etik yang dimana merupaka dasar acuan dari pada
seorang pendidik dalam menjalankan profesinya jadi hal itu harus selaras
jalannya antara filsafat dan kode etik tersebut
d. Bagaimana cara menumbuh-kembangkan dan menjalankan etika profesi guru
di dalam praktek
Jawabannya adalah seorang guru harus mampu memahami dan disiplin
terhadap kode etik tersebut maka kode etik tersebut akan dapat tumbuh dan
berkembang di dalam praktek pemebelajaran
10. Penilaian atau evaluasi tentang keberadaa OPG dalam memperjuangkan nasib profesi
guru di Indonesia
a. Apa itu organisasi profesi guru profesional.
Organisasi profesi guru profesional adalah sebuah organisasi dimana ogaisasi
tersebut ewadahi atau seebagai tempat para pendidik atau guru yang telah
dikategorikan sebagai kategro guru profesional.
b. Apakah asosiasi organisasi guru di indonesia sudah sesuai denan kebutuhan
guru
Jawabannya adalah tidak dalam perkembangan zaman saat ini dapat dilihat
sangat lah sedikit adanya asosiasi ini dibandingkan asosiasi lain bahkan jikalau
ada sebuah perkumpulan atau asosiasi itu hanya melibatkan para guru atau
pendidik yang telah PNSsedangkan guru selain PNS tidak memiliki suatu
wafdah atau asosiasi bahkan guru tersebut bisa dikategorikan sebgai guru yang
profesional.
c. Bagaimana seharunya organisasi guru dijalankan dan diberdayakan untuk
memperjuangkan nasib guru di indonesia.
Dengan cara keadilan , memandang rata, dan dilakukan secara sama . dengan
kesadaran bahwa seorang guru memiliki perananan yang sangat penting akan
kemajuan bangsa ini karena seorang guru dapat mencetak atau menciptakan
generasi baru dengan SDM yang unggul untuk membangun bangsa ini. Jadi
ketika kita sudah sadar tentang hal ini tentunya pelayanan terhadap seorang
guru hak untuk mendapatkan kehormatan diberikan demi terjaminnya nasib
guru di indonesia

Anda mungkin juga menyukai