Anda di halaman 1dari 181

Jurusan Pendidikan Ekonomi

Fakultas Ekonomi

1 BAB
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Kata ekonomi berasal dari sebuah kata dalam bahasa Yunani yang merujuk kepada
pihak yang mengelola rumah tangga. Sebuah rumah tangga dihadapkan pada begitu banyak
keputusan yang harus diambil. Setiap rumah tangga harus menentukan siapa yang harus
mengerjakan apa dan imbalan apa yang pantas diperolehnya. Setiap rumah tangga harus
mengalokasikan sumber-sumber dayanya yang langka ke segenap anggotanya, dengan
memperhitungkan kemampuan, daya upaya dan keinginan dari setiap anggota tersebut.
Sama halnya dengan sebuah rumah tangga, setiap masyarakat juga harus membuat
berbagai macam keputusan. Suatu masyarakat harus menentukan pekerjaan-pekerjaan apa
saja yang perlu dilakukan dan siapa yang akan melaksanakannya. Setiap masyarakat
memerlukan berbagai anggotanya untuk menanam bahan pangan bagi semua, sejumlah
orang untuk membuat pakaian dan sebagaian lagi untuk merancang perangkat lunak
komputer. Setelah masyarakat mengalokasikan orang-orangnya (demikian pula tanah,
bangunan, dan mesin-mesin) untuk melakukan berbagai pekerjaan yang diperlukan,
selanjutnya masyarakat yang bersangkutan harus pula mengalokasikan segenap outputnya
berupa berbagai macam barang dan jasa.

Pengelolaan atau manajemen sumber-sumber daya milik masyarakat itu sangat


penting karena keberadaan sumber-sumber daya tersebut senantiasa terbatas atau langka.
Kelangkaan (Scarcity) berarti bahwa masyarakat hanya mempunyai sumber daya yang
terbatas dan karenanya tidak dapat menyediakan semua barang dan jasa sebanyak dari
sebenarnya diinginkan. Sama halnya dengan sebuah keluarga yang tidak mungkin
memberikan semua yang diinginkan oleh masing-masing anggotanya, demikian pula
halnya setiap masyarakat tidak akan dapat memberi setiap anggotanya kehidupan dalam
standar setinggi yang mungkin mereka inginkan.

Ilmu Ekonomi sering dikaitkan dengan uang. Kalau belajar Ilmu Ekonomi harus
bisa mengatur dan memiliki uang. Uang memang diperlajari dalam Ilmu Ekonomi, tetapi

Page 1
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

bukan satu-satunya materi studi. Bahkan uang hanya sebagian kecil materi studi Ilmu
Ekonomi. Banyak hal yang diperlajari dalam Ilmu Ekonomi, secara sederhana akan diulas
beberapa konsep dalam membahas Ilmu Ekonomi diantaranya adalah definisi Ilmu
Ekonomi, manfaat Ilmu Ekonomi, masalah Ilmu Ekonomi, dan kegiatan ekonomi. Dengan
mempelajari hal tersebut maka diharapkan lebih membuka wawasan mahasiswa bahwa
berbicara ekonomi bukan semata-mata hanya berbicara masalah uang, tetapi banyak hal
yang mesti harus dipahami karena Ilmu Ekonomi tersebut dapat digunakan memecahkan
masalah dari sektor yang terendah yaitu rumah tangga sampai dengan yang paling luas
yaitu berbicara masalah masyarakat luar negeri.

Ilmu ekonomi memiliki banyak aspek. Meskipun demikian, setiap aspeknya dapat
dikenali sebagai elemen ilmu ekonomi karena berbagai aspek itu disatukan oleh beberapa
ide atau prinsip dasar. Pembahasan selanjutnya dalam bab ini akan mempelajari sepuluh
prinsip ekonomi tersebut. Kesepuluh prinsip ilmu ekonomi itu akan berulang kali muncul
di berbagai bagian sepanjang buku ini, sehingga penjabarannya perlu dilakukan di sini
karena pemahaman akan hal ini akan memberi anda suatu gambaran umum mengenai
hakikat ilmu ekonomi itu sendiri. Anda dapat menganggap bab ini sebagai suatu
“pendahuluan untuk bab-bab selanjutnya”.

B. Definisi Ilmu Ekonomi


Setiap saat tanpa kita sadari sebenarnya semua manusia di dunia ini melakukan
kegiatan ekonomi, mulai dari bangun dari tidur di pagi hari, kemudian beraktifitas dan
akhirnya malam sampai waktunya tidur kembali. Dalam melewati waktu tersebut ada
kegiatan ekonomi yang kita lakukan. Kenapa dikatakan bahwa dalam melewati waktu
dalam sehari tersebut kita melakukan kegiatan ekonomi? Dikatakan melakukan kegiatan
ekonomi karena kita dapat bertahan untuk melawati hari-hari ini harus mengkonsumsi
berbagai macam jenis barang dan jasa, seperti makan, minum, menggunakan pakaian,
memerlukan rumah tinggal, dan banyak lagi barang yang tidak mungkin kita mampu
menghitungnya dan memenuhinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Dari pemaparan
tersebut yang terpenting adalah bagaimana kita dapat mendefinisikan Ilmu Ekonomi?
Terdapat beberapa pengertian atau definisi Ilmu Ekonomi, diantaranya adalah sebagai
berikut.

Page 2
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

1. Ilmu Ekonomi adalah ilmu sosial yang mempelajari perilaku manusia dalam
usahanya untuk memenuhi kebutuhannya (Soeharno, 2006: 1)

2. Ilmu Ekonomi merupakan suatu studi tentang perilaku masyarakat dalam


menggunakan sumber daya yang langka/terbatas dalam rangka memproduksi
berbagai komoditi untuk kemudian menyalurkannya kepada berbagai individu dan
kelompok yang ada dalam suatu masyarakat (Kunawangsih, 2006: 2)

3. Ilmu Ekonomi adalah suatu studi mengenai individu-individu dan masyarakat


membuat pilihan, dengan atau tanpa penggunaan uang, dengan menggunakan
sumber-sumber daya yang terbatas tetapi dapat digunakan dalam berbagai cara
untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa dan mendistribusikannya untuk
kebutuhan konsumsi, sekarang dan di masa datang, kepada berbagai individu dan
golongan masyarakat (2005: 9)

4. Ilmu Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku individu dan masyarakat
dalam menentukan pilihan untuk menggunakan sumber daya-sumber daya yang
langka (dengan dan tanpa uang), dalam upaya meningkatkan kualitas hidupnya
(Rahardja, 2002: 3).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Ekonomi adalah
ilmu tentang perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik berupa barang
atau jasa yang tidak terbatas dengan alat pemuas yang terbatas untuk dapat
mempertahankan hidupnya.

C. Manfaat Ilmu Ekonomi


Mengapa belajar Ilmu Ekonomi? Pertanyaan ini layak dan memang harus
dilontarkan. Mengapa demikian karena secara ekonomis kita juga perlu memikirkan bahwa
dalam mempelajari sebuah ilmu juga memerlukan sebuah pengorbanan, baik itu
pengorbanan waktu dan biaya yang kita telah habiskan dalam memperlajari sebuah ilmu.
Menurut Rahardja (2002: 5) ada beberapa manfaat yang dapat kita peroleh dari
mempelajari Ilmu Ekonomi, yaitu sebagai berikut.

1. Memperbaiki Cara Berpikir yang Membantu Dalam Pengambilan Keputusan


Harta yang paling berharga dari manusia adalah pikiran. Dengan pikiran kita
mampu menganalisis, menilai benar salah, baik buruk dan menentukan pilihan.

Page 3
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Kemampuan ini memungkinkan manusia mempertahankan hidupnya, kenapa


demikian karena metode, teknik berpikir dalam ilmu ekonomi akan meningkatkan
kemampuan berpikir dan mengambil keputusan.
2. Membantu Memahami Masyarakat
Sebagai mahluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa orang lain. Kita tidak
pernah berhenti berinteraksi. Menurut Ilmu Ekonomi interaksi manusia terjadi
lewat pertukaran (pasar). Sejarah ekonomi mengajarkan bahwa melalui pertukaran
itu manusia berupaya mengatasi kelangkaan, selanjutnya mengembangkan
teknologi dan sistem kemasyarakatan.
3. Membantu Memahami Masalah-masalah Internasional (Global)
Kelangkaan yang dihadapi terjadi pada setiap tingkatan hidup, mulai dari individu,
keluarga, masyarakat, negara, dan dunia internasional. Di tingkat internasional,
interaksi antarindividu secara langsung untuk kepentingan pribadi jarang terjadi.
Individu-individu yang berinteraksi lebih mewakili kepentingan-kepentingan
kelompok (negara/perusahaan).
4. Bermanfaat dalam Membangun Masyarakat Demokrasi.
Ekonom memandang demokratisasi sangat penting dalam rangka memperbaiki
proses alokasi sumber daya, karena lebih mencerminkan aspirasi masyarakat
kebanyakan. Tidak mengherankan bila di masyarakat maju, para calon pemimpin
yang akan dipilih harus mampu menjabarkan program-program ekonomi mereka.

D. Ilmu Ekonomi dalam Kondisi Realita (Ekonomi Positif) dan Ideal (Ekonomi
Normatif.
Dalam menjalankan tugas keilmuannya, ekonom sering membandingkan dunia
nyata dengan dunia ideal. Ketika mengamati kondisi nyata, pendekatan yang dilakukan
adalah ekonomi positif (positive economics). Ilmu Ekonomi Positif adalah ilmu ekonomi
yang menjelaskan deskripsi dan memprediksikan hubungan fenomena-fenomena ekonomi
berdasarkan apa adanya tentang pelaku ekonomi atau sistem ekonomi bekerja, tanpa
mempertimbangkan norma atau nilai-nilai tertentu (Soeharno, 2006: 3).

Ilmu Ekonomi Normatif bersifat perskriptif, ia menentukan (prescribe) bagaimana


sebaiknya pelaku ekonomi atau sistem ekonomi bekerja untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Ilmu Ekonomi Normatif merupakan penerapan dari Ilmu Ekonomi Positif,
yang mendasarkan norma-norma tertentu (tidak lagi bebas dari nilai). Ilmu Ekonomi

Page 4
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Normatif mendasarkan diri bukan pada apa adanya, tetapi bagaimana seyogyanya manusia
itu bertindak dengan keterbatasan sumber daya yang dimiliki sedangkan kebutuhan
manusia itu sendiri tidak terbatas.

E. Masalah Ekonomi
Secara garis besar perekonomian ditentukan oleh dua rumah tangga, yaitu rumah
tangga produksi dan rumah tangga konsumsi. Masing-masing rumah tangga tersebut
menjalankan perannya masing-masing dalam perekonomian. Peran dari rumah tangga
tersebut dapat dalam bentuk peran sebagai produksi, distribusi dan konsumsi. Tiga peran
tersebutlah yang sering menjadi pembahasan dalam berbicara ekonomi.

1. Produksi
Produksi merupakan kegiatan untuk meningkatkan manfaat suatu barang. Masalah
produksi menyangkut tiga pertanyaan, yaitu sebagai berikut.

1) What, barang apa yang akan dihasilkan. Barang yang akan dihasilkan adalah
barang-barang yang dibutuhkan oleh masyarakat (konsumen). Masalah apa
yang akan diproduksikan juga berkaitan dengan masalah kelangkaan (scarcity).
Dengan jumlah sumber daya pemenuh kebutuhan yang terbatas, sementara
kebutuhan akan sumber daya tidak terbatas maka perlu ada pioritas barang apa
yang harus diproduksikan.

2) How, bagaimana atau dengan apa barang dihasilkan, apakah dengan teknologi
sederhana atau modern. Hal ini ditentukan oleh adanya persaingan di lapangan.
Seorang produsen yang rasional tentu akan berusaha untuk meminimalkan
biaya produksi untuk menghasilkan output tertentu. Masalah bagaimana
memproduksikan suatu barang, sebenarnya merupakan masalah “Teknik
Produksi” suatu barang.

3) For Whom, untuk siapa barang itu dihasilkan. Hai ini sangat tergantung pada
distribusi pendapatan masyarakat. Dengan demikian sumber penghasilan
konsumen merupakan harga dari masing-masing faktor produksi yang
dimilikinya. Besar kecilnya penghasilan konsumen sangat tergantung dengan
jumlah faktor-faktor produksi yang dimilikinya serta harga dari masing-masing
faktor produksi tersebut.

Page 5
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

2. Distribusi
Masalah distribusi barang dan jasa sangat berkaitan erat dengan distribusi
pendapatan masyarakat. Pendapatan yang diterima masyarakat akan menciptakan
daya beli yang akan meminta barang-barang yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Masalah distribusi bukan bukan hanya masalah yang
berkaitan dengan bagaimana barang-barang atau jasa sampai pada konsumen, tetapi
juga distribusi pendapatan.

3. Konsumsi
Konsumsi adalah kegiatan menghabiskan nilai guna barang atau jasa guna
memenuhi kebutuhan hidup manusia. Barang-barang yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan hidup ini tergantung dari besar kecilnya pendapatan yang
dimiliki.

Semua kegiatan ekonomi pada dasarnya akan dilakukan oleh manusia sebagai
sebuah cita-cita dalam menjalankan kehidupannya. Tidak semua cita-cita atau
keinginannya dapat tercapai, karena itu manusia harus berani menentukan pilihan.
Keputusan dalam menentukan pilihan, bukanlah pekerjaan mudah, sebab harus
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan-pertimbangan ini pulalah
yang terkadang menjadi permasalahan dari manusia.

1. Kelangkaan (scarcity)
Keadaan yang tidak seimbang yang berlaku dalam setiap masyarakat, yaitu keadaan
di mana barang dan jasa yang dapat dihasilkan oleh faktor produksi yang tersedia
adalah jauh lebih rendah daripada yang dibutuhkan masyarakat. Keterbatasan kita
menyebabkan banyak hal terasa langka. Kelangkaan mencakup kualitas, kuantitas,
tempat dan waktu. Sesuatu tidak akan langka kalau jumlah (kuantitas) yang
tersedia sesuai dengan kebutuhan, berkualitas baik, tersedia di mana saja (di
setiap tempat) dan kapan saja (waktu) dibutuhkan.

2. Pilihan-pilihan (choices)
Dalam setiap masyarakat selalu didapati bahwa kebutuhan manusia tidak terbatas
banyaknya. Manusia tidak pernah merasa puas atas apa yang telah mereka peroleh
dan mereka capai. Terbatasnya sumber daya yang tersedia dibandingkan

Page 6
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

kebutuhan/keinginan, menyebabkan manusia harus menentukan pilihan-pilihan


yang bersifat individual maupun kolektif.

3. Biaya Kesempatan (opportunity cost)


Ilmu Ekonomi memandang manusia sebagai mahluk rasional, setiap tindakan yang
dilakukan berdasarkan pertimbangan untung dan rugi. Untung dan rugi diketahui
dengan membandingkan biaya yang harus dikeluarkan dan hasil yang akan
diperoleh.

F. Proses Kegiatan Ekonomi


Dengan menggunakan diagram siklus lingkaran ekonomi atau circular flow of
economic activity kita dapat mengetahui bagaimana terjadinya aliran barang, aliran uang
dalam perekonomian sehingga membentuk pasar, baik pasar barang (pasar output) maupun
pasar faktor produksi.

Gambar 1.1: Diagram Aliran Perekonomian (circular flow of economic activity)

Gambar di atas menggunakan asumsi bahwa dalam suatu perekonomian hanya ada
dua pelaku ekonomi, yakni sektor rumah tangga konsumsi (RTK) dan sektor rumah tangga

Page 7
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

perusahaan (RTP). Sektor RTK menyediakan berbagai macam faktor produksi yang
dimiliki seperti tanah, tenaga kerja, modal dan skill yang kemudian diserahkan kepada
RTP. Setelah itu, RTP memproses/mengkombinasikan berbagai faktor-faktor produksi
tersebut sedemikian rupa untuk menghasilkan barang atau jasa. Barang dan jasa yang
dihasilkan oleh RTP kemudian dijual kepada RTK untuk memenuhi berbagai macam
kebutuhannya. Dari manakah RTK memperoleh pendapatan untuk dapat membeli barang
dan jasa tersebut? RTK memperoleh imbalan atau pendapatan karena telah menyerahkan
faktor-faktor produksinya, misalnya tenaga kerja maka akan memperoleh gaji/upah, bila
tanah maka akan memperoleh sewa, dengan modal akan memperoleh bunga dan laba untuk
keahlian atau skill. Semua itu merupakan pendapatan RTK sebagai pemilik faktor-faktor
produksi. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah RTP dapat membayar faktor-faktor
produksi dari mana? Pendapatan bagi RTP adalah hasil penjualan barang dan jasa yang
kemudian didistribusikan kepada konsumen, dimana RTK akan membayar harga barang
dan jasa yang dibelinya dari RTP.

Sejalan dengan itu Soeharno, 2006: 6 juga memberikan penjelasan tentang siklus
aliran perekonomian yang menyatakan bahwa untuk mennggambarkan proses kegiatan
ekonomi, ekonomi masyarakat disederhanakan menjadi empat sektor/ bidang yaitu:

A. Sektor rumah tangga, sektor ini mempunyai faktor-faktor produksi berupa tenaga
kerja, modal, tanah, teknologi, dan uang

B. Sektor perusahaan, sektor ini memproduksi barang atau jasa untuk melakukan
kegiatan produksi, diperlukan faktor-faktor produksi berupa bahan baku, modal
tenaga kerja , dan tanah

C. Sektor pasar faktor produksi. Pasar untuk menjual atau menyewakan faktor-faktor
produksi untuk menghasilkan barang dan jasa

D. Sektor pasar barang/ jasa. Pasar tempat penjual barang atau jasa yang dihasilkan
sektor perusahaan.

Masing-masing sektor saling berinteraksi. Sektor rumah tangga (RT) mempunyai


faktor-faktor produksi tenaga kerja, modal, tanah, uang. Faktor-faktor produksi tersebut
sangat diperlukan untuk menghasilkan barang dan jasa oleh perusahaan. Sektor
perusahaan, melalui proses produksi menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan oleh

Page 8
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

sektor rumah tangga sebagai konsumen. Pertemuan antara pemilik dan pengguna faktor
produksi terjadi di pasar faktor produksi. Terjadilah pertemuan antara permintaan dan
penawaran faktor produksi. Pemilik faktor produksi akan menerima imbalan karena jasa-
jasa dari faktor produksi yang dimiliki dalam proses produksi berupa upah, gaji, deviden,
rente dari sektor perusahaan sebagai penerimaan (pendapatan) rumah tangga.

G. Ruang Lingkup Ilmu Ekonomi


Teori ekonomi merupakan susunan yang sistematis tentang prinsip-prinsip dan
hukum-hukum ekonomi, yang menjelaskan hubungan fenomena-fenomena ekonomi. Teori
ekonomi dibedakan menjadi dua yaitu (1) teori ekonomi mikro dan (2) teori ekonomi
makro. Teori Ekonomi Mikro, sesuai dengan namanya (mikro), dapat diartikan sebagai
“ilmu ekonomi kecil” atau teori ekonomi yang menelaah hubungan (perilaku) variabel
ekonomi individu. Teori Ekonomi Makro sesuai dengan namanya pula “makro” berarti
besar. Dengan demikian, teori ekonomi makro menganalisis keseluruhan kegiatan
perekonomian, bersifat global dan tidak memperhatikan kegiatan ekonomi yang dilakukan
oleh unit-unit kecil dalam perekonomian.

Ilmu mikroekonomi dan makroekonomi saling bertalian erat. Oleh karena


perubahan dalam keseluruhan perekonomian timbul dari keputusan berjuta-juta individu,
tidak mungkin kita memahami perkembangan makroekonomi tanpa mempertimbangkan
hubungannya dengan keputusan mikroekonomi. Contohnya, jika kita ingin mengkaji
perekonomian sebuah provinsi secara utuh, maka kita tidak bisa membahasnya tanpa
mengetahui perekonomi di kabupaten yang ada dalam provinsi tersebut. Jadi pada intinya
untuk berbicara sesuatu yang lebih luas, kita harus terlebih dahulu mengetahui bagian yang
terkecil dari yang luas tersebut.

Meskipun kedua bidang ini berhubungan erat, namun kedua bidang ini berbeda.
Mikroekonomi dan makroekonomi mempunyai persoalan yang berbeda, kedua bidang ini
kadang-kadang mempunyai pendekatan yang agak berbeda dan seringkali diajarkan dalam
kuliah yang terpisah

H. Rangkuman
Ilmu Ekonomi adalah ilmu tentang perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya baik berupa barang atau jasa yang tidak terbatas dengan alat pemuas yang

Page 9
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

terbatas untuk dapat mempertahankan hidupnya. Ilmu Ekonomi penting untuk dipelajari
karena dapat memberikan manfaat 1) Memperbaiki Cara Berpikir yang Membantu Dalam
Pengambilan Keputusan; 2) Membantu Memahami Masyarakat; 3) Membantu Memahami
Masalah-masalah Internasional (Global); dan 4) Bermanfaat dalam Membangun
Masyarakat Demokrasi.

Ilmu Ekonomi Positif adalah ilmu ekonomi yang menjelaskan deskripsi dan
memprediksikan hubungan fenomena-fenomena ekonomi berdasarkan apa adanya tentang
pelaku ekonomi atau sistem ekonomi bekerja, tanpa mempertimbangkan norma atau nilai-
nilai tertentu. Sedangkan Ilmu Ekonomi Normatif bersifat perskriptif, ia menentukan
(prescribe) bagaimana sebaiknya pelaku ekonomi atau sistem ekonomi bekerja untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Ilmu Ekonomi Normatif merupakan penerapan dari Ilmu
Ekonomi Positif, yang mendasarkan norma-norma tertentu (tidak lagi bebas dari nilai).

Secara garis besar setiap masyarakat menghadapi masalah-masalah ekonomi,


diantaranya 1) apa yang harus diproduksi dan dalam jumlah berapa? (What); 2) bagaimana
sumber-sumber ekonomi (faktor produksi) yang tersedia harus digunakan untuk
memproduksi barang-barang tersebut? (How); dan 3) untuk siapa barang-barang tersebut
diproduksikan atau bagaimana barang-barang tersebut dibagikan di antara warga
masyarakat? (For whom). Selain permasalahan yang telah disampaikan tersebut, manusia
sebagai mahluk sosial dan ekonomi juga sering menemui permasalahan dalam memenuhi
kebutuhannya. Permasalahan tersebut berupa 1) Kelangkaan (scarcity), keadaan yang tidak
seimbang yang berlaku dalam setiap masyarakat, yaitu keadaan di mana barang dan jasa
yang dapat dihasilkan oleh faktor produksi yang tersedia adalah jauh lebih rendah daripada
yang dibutuhkan masyarakat. Keterbatasan kita menyebabkan banyak hal terasa langka.
Kelangkaan mencakup kualitas, kuantitas, tempat dan waktu. Sesuatu tidak akan langka
kalau jumlah (kuantitas) yang tersedia sesuai dengan kebutuhan, berkualitas baik,
tersedia di mana saja (di setiap tempat) dan kapan saja (waktu) dibutuhkan. 2) Pilihan-
pilihan (choices), dalam setiap masyarakat selalu didapati bahwa kebutuhan manusia tidak
terbatas banyaknya. Manusia tidak pernah merasa puas atas apa yang telah mereka peroleh
dan mereka capai. Terbatasnya sumber daya yang tersedia dibandingkan
kebutuhan/keinginan, menyebabkan manusia harus menentukan pilihan-pilihan yang
bersifat individual maupun kolektif, dan 3) Biaya Kesempatan (opportunity cost), ilmu
Ekonomi memandang manusia sebagai mahluk rasional, setiap tindakan yang dilakukan

Page 10
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

berdasarkan pertimbangan untung dan rugi. Untung dan rugi diketahui dengan
membandingkan biaya yang harus dikeluarkan dan hasil yang akan diperoleh.

Masalah-masalah tersebut dapat dipecahkan dengan melakukan kegiatan ekonomi


yang dapat diwujudkan dalam bentuk kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi. Dimana
dalam kegiatan ekonomi tersebut yang terlibat adalah Rumah Tangga Konsumsi (RTK)
dan Rumah Tangga Produksi (RTP). Masing-masing rumah tangga tersebut mempunyai
peran sendiri-sendiri yaitu ada yang bertindak sebagai pengguna dan penghasil. Masing-
masing peran tersebut saling berinteraksi yang akhirnya melahirkan sebuah arus diagram
perekonomian (circular flow of economic activity).

Sektor RTK menyediakan berbagai macam faktor produksi yang dimiliki seperti
tanah, tenaga kerja, modal dan skill yang kemudian diserahkan kepada RTP. Setelah itu,
RTP memproses/mengkombinasikan berbagai faktor-faktor produksi tersebut sedemikian
rupa untuk menghasilkan barang atau jasa. Barang dan jasa yang dihasilkan oleh RTP
kemudian dijual kepada RTK untuk memenuhi berbagai macam kebutuhannya. Dari
manakah RTK memperoleh pendapatan untuk dapat membeli barang dan jasa tersebut?
RTK memperoleh imbalan atau pendapatan karena telah menyerahkan faktor-faktor
produksinya, misalnya tenaga kerja maka akan memperoleh gaji/upah, bila tanah maka
akan memperoleh sewa, dengan modal akan memperoleh bunga dan laba untuk keahlian
atau skill. Semua itu merupakan pendapatan RTK sebagai pemilik faktor-faktor produksi.
Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah RTP dapat membayar faktor-faktor produksi
dari mana? Pendapatan bagi RTP adalah hasil penjualan barang dan jasa yang kemudian
didistribusikan kepada konsumen, dimana RTK akan membayar harga barang dan jasa
yang dibelinya dari RTP.

Setiap rumah tangga harus mengalokasikan sumber-sumber dayanya yang langka


ke segenap anggotanya, dengan memperhitungkan kemampuan, daya upaya dan keinginan
dari setiap anggota tersebut. Pengelolaan atau manajemen sumber-sumber daya milik
masyarakat itu sangat penting karena keberadaan sumber-sumber daya tersebut senantiasa
terbatas atau langka. Kelangkaan (Scarcity) berarti bahwa masyarakat hanya mempunyai
sumber daya yang terbatas dan karenanya tidak dapat menyediakan semua barang dan jasa
sebanyak dari sebenarnya diinginkan.

Page 11
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

I. Soal Latihan
1. Munculnya masalah kenaikan harga dan kelangkaan barang, merupakan
permasalahan serius di negeri ini. Adanya masalah kelangkaan (scarsity) untuk
semua hal, baik berupa barang, jasa, tempat, dan waktu membuat ilmu ekonomi
semakin diperlukan dan berkembang. Coba saudara kemukakan beberapa
pengertian dari ilmu ekonomi yang ada!
2. Cobalah anda uraikan berbagai manfaat ilmu ekonomi bagi kehidupan anda juga
masyarakat di sekeliling anda?
3. Apa beda pernyataan positif dan pernyataan normatif? Berikanlah beberapa contoh
dari masing-masing definisi di atas.
4. Problema ekonomi masyarakat dirangkum dalam tiga masalah pokok, yakni apa,
bagaimana, dan untuk siapa. Coba jelaskan masing-masing masalah tersebut.
5. Gambarkanlah diagram aliran perekonomian (circular flow of economic activity)
untuk perekonomian dua sektor. Berikanlah penjelasan selengkapnya.
6. Kemukakanlah perbedaan antara ilmu ekonomi mikro dan ilmu ekonomi makro?
Apa saja yang dipelajari pada ekonomi mikro, dan bagaimanakah asumsinya?
7. Meskipun Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro berhubungan erat, namun kedua
bidang ilmu ini berbeda. Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro mempunyai
persoalan yang berbeda. Coba saudara jelaskan keterhubungan dan perbedaan
antara Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro.

Page 12
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

2
BAB
PERMINTAAN DAN PENAWARAN

A. Pendahuluan
Pembaca diharapkan dapat memahami dan mampu mengembangkan Teori
Penawaran dan Permintaan melalui pembahasan konsep sebagai berikut.
1. Pengertian permintaan serta faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan.
2. Pengertian penawaran serta faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran.
3. Proses terjadinya harga pasar atau harga keseimbangan.
4. Kurve surplus konsumen dan surplus produsen
5. Pergeseran keseimbangan pasar akibat berubahnya faktor-faktor yang
mempengaruhinya
6. Konsep elastisitas permintaan beserta perhitungan-perhitungannya
7. Jenis-jenis campur tangan pemerintah serta pengaruhnya terhadap penawaran dan
permintaan

B. Konsep Permintaan
Setiap kali individu menginginkan suatu barang, maka akan melakukan tindakan
untuk dapat memenuhi apa yang diinginkan tersebut. Keinginan terhadap suatu barang
ditunjukkan dengan adanya sebuah tindakan dalam bentuk permintaan. Lalu yang menjadi
pertanyaan kita selanjutnya adalah apakah yang dimaksud dengan permintaan? Permintaan
adalah berbagai jumlah (kuantitas) suatu barang di mana konsumen bersedia membayar
pada berbagai alternatif harga barang (Soeharno, 2006: 13). Menurut Rahardja, 2002: 22
menyatakan bahwa permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada
berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu. Sejalan dengan itu Kunawangsih,
2006: 29 menyatakan bahwa permintaan adalah berbagai jumlah barang yang diminta oleh
konsumen pada berbagai tingkat harga pada periode tertentu. Permintaan dapat
diartikan sebagai keinginan untuk membeli barang dan jasa pada berbagai tingkat
harga, pada periode tertentu dan pada pasar tertentu pula. Dalam sebuah permintaan
yang terpenting adalah adanya keinginan.

Page 13
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan


Banyak sedikitnya permintaan terhadap barang dan jasa, dipengaruhi oleh banyak
faktor seperti harga barang itu sendiri, harga barang lain yang terkait, tingkat pendapatan
perkapita, selera atau kebiasaan, jumlah penduduk, perkiraan harga dimasa yang akan
datang, distribusi pendapatan, dan promosi penjualan.

1) Harga Barang Itu Sendiri (Px)


Harga barang itu maksudnya dalah barang yang ditawarkan. Semakin murah harga
barang tersebut, permintaannya semakin bertambah. Sebaliknya, semakin mahal
harganya, permintaannyapun akan menurun. Hal ini sesuai dengan bunyi Hukum
Permintaan, dan sifat hubungan yang berlawanan arah antara harga dan permintaan.
2) Harga Barang Lain Yang Terkait (Py)
Maksudnya harga barang lain yang masih ada kaitannya dengan barang dimaksud.
Dalam kenyataannya di masyarakat banyak terdapat jenis-jenis barang yang didalam
penggunaannya bisa bersifat substitusi dan komplementer. Barang-barang substitusi
berarti bahwa dalam penggunaannya, barang-barang tersebut dapat saling
menggantikan. Sedangkan barang-barang bersifat komplementer mengandung arti
bahwa barang-barang tersebut baru akan memiliki guna jikalau dipergunakan secara
bersamaan (saling melengkapi). Daging ayam dapat menjadi substitusi dari daging
sapi. Bila daging ayam harganya semakin mahal, maka harga relatif daging sapi
menjadi lebih murah, sehingga permintaan terhadap daging sapi meningkat. Kompor
dan minyak tanah merupakan dua barang yang bersifat komplementer. Kalau harga
kompor turun, maka sesuai dengan hukum permintaan, jumlah kompor yang akan
terjual akan meningkat. Meningkatnnya permintaan kompor akan membawa dampak
pada peningkatan terhadap pemebelian atau permintaan minyak tanah.
3) Pendapatan Perkapita (Y/cap)
Maksudnya bila pendapatan perkapita naik, akan memacu naiknya permintaan
terhadap barang dan jasa. Naiknya pendapatan perkapita atau perkepala, memberikan
indikasi meningkatnya daya beli. Daya beli yang meningkat berarti kemampuan untuk
membeli barang dan jasa bila dilakukan dalam jumlah yang lebih banyak. Demikian
pula sebaliknya, bila pendapatan perkapita menurun akan menyebabkan permintaan
menurun pula.

Page 14
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

4) Selera Atau Kebiasaan (Sel)


Meningkatnya selera konsumen terhadap barang dan jasa, akan mendorong
meningkatnya permintaan terhadap barang dan jasa tersebut, sebab naiknya selera
berarti kegemaran konsumen untuk menggunakan barang dan jasa tersebut bertambah.
Hal ini akan berlaku sebaliknya apabila terjadi penurunan selera untuk menggunakan
sejenis barang. Demikian pula kebiasaan dapat berpengaruh terhadap permintaan.
Beras di Maluku misalnya, walaupun harga jualnya sama dengan di Pulau Jawa,
permintaan beras di Maluku mungkin saja lebih rendah dari permintaan di Pulau Jawa.
Asumsi ini memiliki dasar yang kuat, karena orang Maluku lebih suka makan sagu,
berdasarkan kebiasaan atau tradisi yang telah berlaku di sana.
5) Jumlah Penduduk (Pen)
Semakain banyak jumlah penduduk, permintaan terhadap barang dan jasapun akan
semakin banyak pula. Hal ini bisa dimaklumi karena semua penduduk adalah
konsumen barang dan jasa. Sebagai perbandingan Negara Cina dengan jumlah
penduduk hampir lima kali lipat dari Indonesia, secara garis lurus memiliki jumlah
permintaan lima kali lebih banyak dari permintaan terhadap barang dan jasa di
Indonesia.
6) Perkiraan Harga Barang di Masa Akan Datang (Pp)
Bila konsumen memperkirakan bahwa harga dikemudian hari akan naik, maka bisa
saja saat ini orang berlomba-lomba membeli barang. Tindakan ini dilakukan atas
ketakutan mereka akan menderita kerugian bila seandainya harga barang naik di
kemudian hari. Bila hal ini benar terjadi, maka dapat dibayangkan jumlah permintaan
akan melonjak drastis. Tetapi bila diperkirakan harga dimasa yang akan datang justrus
sebaliknya maka akan mengalami penurunan, mungkin saja semua atau sebagian besar
orang akan menunda pembeliannya untuk menunggu harga turun. Tindakan konsumen
untuk meenunda pembelian dapat mengakibatkan permintaan terhadap barang dan jaa
akan menurun.
7) Distribusi Pendapatan (Dis)
Jika distribusi pendapatan nasional buruk, mengindikasikan secara umum daya beli
masyarakat rendah. Daya beli yang rendah menyebabkan permintaan permintaan
terhadap barang dan jasa sedikit atau rendah. Distribusi pendapatan buruk misalnya
ditandai oleh sebagian kecil warga masyarakat memperoleh bagian pendapatan yang
besar atau banyak, sementara sebagaian besar masyarakat justru mendapatkan bagian
pendapatan yang rendah. Rendahnya pendapatan sebagian besar kelompok masyarakat

Page 15
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

membuat daya beli merkea rendah. Daya beli yang rendah menyebabkan kemampuan
membeli barang untuk memenuhi kebutuhan juga rendah. Rendahnya kemampuan
membeli membuat permintaan juga rendah.
8) Promosi Penjualan (Pom)
Semakin sering barang dan jasa diiklankan, semakin luas kalangan masyarakat yang
akan mengenal barang tersebut. Iklan dan jenis-jenis bentuk promosi lainnya dapat
merangsang peningkatan jumlah pembelian dari barang yang dipromosikan.
Pengusaha telah mengakui bahwa promosi merupakan cara ampuh untuk
memperbanyak jumlah penjualannya. Oleh karena itulah mereka tidak segan-segan
mengeluarkan jumlah biaya yang cukup besar untuk menompang pelaksanaan promosi
tersebut.
Berdasarkan atas uraian di atas, dan dengan memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan, maka berikut ini dapat dirumuskan fungsi permintaan sebagai
berikut.

Dx = f (Px, Py, Y/cap, Sel, Pen, Pp, Dis, Prom)

Dx = Permintaan Barang x Pen = Penduduk


Px = Harga Barang x Pp = Perkiraan Harga Dimasa Depan
Py = Harga Barang Y Dis = Distribusi Pendapatan
Y/cap = Pendapatan Perkapita Prom = Promosi
Sel = Selera

Dx merupakan variabel terikat atau tidak bebas, karena perubahan-perubahan


jumlah permintaan akan ditentukan oleh faktor Px, Py, Y/cap, Sel, Pen, Pp, Dis, dan Prom.
Sedangkan faktor Py, Y/cap, Sel, Pen, Pp, Dis, dan Prom, dikatakan variabel bebas, yang
secara parsial atau simultan memiliki pengaruh terhadap perubahan-perubahan jumlah
permintaan.
Pengaruh masing-masing faktor terhadap permintaan suatu barang dapat disajikan
secara ringkas pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Hubungan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan dengan Jumlah


Barang yang Diminta

Page 16
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

No. Nama Variabel Notasi Bentuk Hubungan


1. Harga barang itu sendiri Px Negatif
2. Harga barang lain Py  Positif untuk barang
substitusi
 Negatif untuk barang
komplementer
3. Pendapatan Y/Cap Positif
4. Selera atau kebiasaan Sel Positif
5. Jumlah penduduk Pen Positif
6. Perkiraan Harga Barang di Masa Pp Positif
Akan Datang
7. Distribusi pendapatan Pen Positif
8. Promosi penjualan Prom Positif
Sumber: diadaptasi dari Kunawangsih

Tanda positif (+) dari fungsi tersebut menunjukkan adanya hubungan searah antara
variabel bebas dengan variabel terikat. Contoh Y/cap bertanda positif, artinya bila Y/cap
naik akan menyebabkan Dx juga naik, atau sebaliknya. Sedangkan tanda negatif (-)
mempunyai arti bahwa variabel tersebut memiliki hubungan terbalik atau berlawanana arah
dengan variabel terikat. Px misalnya kalau mengalami penurunan akan menyebabkan Dx
naik, atau sebaliknya.
Tanda-tanda positif dan negatif yang menunjukkan bentuk atau arah pengaruh
seperti yang telah dijelaskan, secara matematis dapat pula dituliskan sebagai berikut.
∂Dx/∂Px < 0 artinya, jika harga barang X mengalami kenaikan, maka permintaan
terhadap barang X turun atau sebaliknya.
∂Dx/∂Py > 0 artinya, jika harga barang substitusi naik, maka permintaan barang X
(barang utama) akan naik, atau sebaliknya.
∂Dx/∂I > 0 artinya, jika pendapatan (i) naik, maka akan mengakibatkan
permintaan barang X juga naik.
Rumusan-rumusan yang dituliskan seperti di atas, hanya berlaku untuk barang-
barang normal, sebab di luar asumsi tersebut pola hubungan variabel bebas dengan
variabel terikat bisa menyimpang.

Page 17
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

2. Daftar dan Kurve Permintaan


Skedul permintaan adalah daftar hubungan antara tingginya tingkat harga dengan
jumlah permintaan terhadap barang tersebut. Untuk menunjukkan bentuk hubungan
tersebut berikut ini diberikan contoh. Sejenis barang memiliki persamaan sebagai berikut.

Qd = 100-10P

Qd = jumlah permintaan (endogenous variabel)


P = tingginya tingkat harga (exagonous variabel)

Qd disebut endogenous variabel, karena besar kecilnya nilai Qd ditentukan dalam


persamaan. Sedangkan P disebut exagonous variabel, karena tinggi rendahnya tingkat
harga tidak ditentukan dalam persamaan.
Dari persamaan seperti yang tertera di atas dapat dibuat beberapa kesimpulan
sebagai berikut. Saat harga barang = 0 (gratis), maka jumlah permintaannya sama dengan
tak terhingga, tetapi maksimal = 100 unit. Bila harga barang berubah menajdi = 10 satuan,
maka pada saat itu jumlah yang diminta = 0. Berikutnya dengan menggunakan persamaan
permintaan tersebut, kemudian dapat disusun dengan jumlah permintaan dari berbagai
tingkat harga seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Skedul Permintaan


Harga Permintaan
0 100
2 80
4 60
6 40
8 20
10 0
Dengan menggunakan angka-angka yang terdapat dalam Tabel 2.2 hubungan antara
harga dan jumlah permintaannya dapat dibuat kurvenya seperti Gambar 2.1

Page 18
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

10

Qd = 100 – 10P
6

0 Q
20 40 60 80 100

Gambar 2.1 Kurve Permintaan

Gambar 2.1 menunjukkan bahwa slope atau tingkat kemiringan garis kurve
permintaanya terhadap sudut ∂Qd/∂P = - 10, yang memiliki arti bahwa setiap terjadi
perubahan harga sebesar satu satuan, akan menyebabkan permintaan berubah 10 unit
kearah yang berlawanan.

3. Permintaan Pasar dan Permintaan Individu


Sejauh ini kita telah membicarakan mengenai sebuah kurva permintaan individu
untuk sebuah produk. Untuk menganalisis bagaimana pasar bekerja, kita perlu menentukan
permintaan pasar (market demand), yaitu penjumlahan dari semua kurva individu untuk
sebuah barang atau jasa tertentu.
Karena kurva permintaan pasar diperoleh dari kurva permintaan perorangan,
kuantitas yang diminta dalam sebuah pasar tergantung pada faktor-faktor yang menentukan
kuantitas permintaan dari setiap pembeli individu. Dengan demikian, kuantitas yang
diminta dalam sebuah pasar tidak hanya tergantung pada harga barang, tetapi juga pada
pendapatan, selera, ekspektasi pembeli, serta harga barang yang berkaitan. Permintaan
pasar juga tergantung pada jumlah pembeli. Untuk lebih jelasnya mengenai permintaan
individu dan permintaan pasar dapat dijelaskan dalam Tabel 2.3 Skedul permintaan dua
orang siswa terhadap buku tulis, seperti berikut.

Page 19
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Tabel 2.3 Skedul Permintaan Dua Orang Siswa Terhadap Buku Tulis

Harga Buku (Rp) Budi Adi Pasar


1.000 12 7 19
2.000 10 6 16
3.000 8 5 13
4.000 6 4 10
5.000 4 3 7
6.000 2 2 4
7.000 0 1 1

Tabel 2.3 memperlihatkan skedul permintaan dua orang siswa terhadap buku tulis,
yaitu Budi dan Adi. Pada setiap harga, skedul permintaan Budi menceritakan kepada kita
berapa banyak buku tulis yang dibelinya, dan skedul permintaan Adi menceritakan kepada
kita berapa banyak buku tulis yang dibelinya. Dalam kasus ini, yang merupakan
permintaan pasar buku tulis adalah penjumlahan dari permintaan Budi dan Adi tersebut.
Jika terdapat semakin banyak pembeli yang bergabung dengan Budi dan Adi dalam
membeli buku, maka kuantitas yang diminta di pasar akan semakin tinggi pada setiap
tingkat harga.

4. Perubahan dan Pergeseran Kurve Permintaan


Secara garis besar perubahan jumlah permintaan disebabkan oleh dua sebab utama
yaitu perubahan harga dan perubahan faktor cateris paribus. Ceteris paribus merupakan
faktor yang mempengaruhi permintaan selain harga, seperti perubahan dalam jumlah
pendapatan, selera, kebiasaan dan asumsi-asumsi lain yang sebenarnya ikut memberi
pengaruh terhadap perubahan permintaan tersebut. Naik turunnya tingkat harga
mengakibatkan jumlah permintaannya berubah. Kalau perubahan jumlah permintaan hanya
terjadi disepanjang satu kurve permintaan, maka perubahan-perubahan jumlah permintaan
itu namanya “pergerakan permintaan sepanjang kurve permintaan”. (movement a long
demand curve). Gambar perubahan-perubahan tersebut dapat dicermati pada Gambar 2.2

C
Page 20
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

P3

B
P2

A
P1

0 Q3 Q2 Q1 Q

Gambar 2.2 Kurve Perubahan Permintaan Sepanjang Kurve Permintaan

Dari Gambar 2.2 dapat diberikan penjelasan bahwa bila harga mengalami kenaikan
dari setinggi P1 menjadi P2 sesuai dengan hukum permintaan, maka permintaan barang
akan menurun dari sebanyak OQ1 menjadi OQ2. Bila yang berubah adalah faktor cateri
paribus, misalnya pendapatan berubah, selera, kegemaran, kebiasaan, dan lain-lain sejenis
itu, maka akan terjadi pergeseran kurve permintaan (shifting). Pergeseran kurve permintaan
tersebut jika digambarkan dalam kurve tampak seperti Gambar 2.3

P3

P2
DD

P1
D1
D
D2
0 X1 X2 X3 Q

Gambar 2.3 Pergeseran Kurve Permintaan Karena Perubahan Cateris Paribus

Berdasarkan Gambar 2.3 dapat dijelaskan sebagai berikut. Sebelum terjadi


perubahan seperti yang telah disebutkan di atas, besarnya permintaan dicerminkan oleh

Page 21
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

kurve D0. Karena adanya peningkatan pendapatan, kemampuan daya beli meningkat.
Peningkatan daya beli ini akan mendorong jumlah permintaan barang dan jasa bertambah
banyak. Bertambahnya pembelian barang dan jasa membuat kurve permintaan bergeser
dari posisi D0 ke posisi yang lebih tinggi yaitu ke D1. Proses pergeseran ini akan berlaku
sebaliknya manakala pendapatan konsumen berkurang dari posisi semula. Kalau demikian
kenyatannya, berarti pembelian barang akan berkurang, sehingga mendorong kurve
permintaannya bergeser dari D1 ke posisi yang lebih rendah yaitu ke D0.

5. Beberapa Kasus
Dalam beberapa kasus hukum permintaan seperti di atas bisa saja tidak terjadi.
Contohnya, walaupun harga barang naik, permintaannya tidak menurun tetapi sebaliknya
malahan meningkat (berlawanan dengan bunyi hokum permintaan). Kasus seperti ini bisa
terjadi pada jenis barang-barang sebagai berikut.
1) Barang-barang yang mengandung unsur spekulasi
Misalnya pada barang emas, saham, dan tanah. Terhadap jenis-jenis barang tersebut,
kenaikan harga bisa menyebabkan permintaannya naik, bukan menurun karena adanya
unsur spekulasi. Mereka atau pembeli berharap harga tersebut terus naik sehingga
pada saat ia mau menjual, penjualannya tersebut akan mendatangkan keuntungan.
2) Barang yang mengandung unsur prestise
Seperti mobil, lukisan dari pelukis terkenal (apalagi yang telah meninggal) dan jenis-
jenis barang antik. Naiknya harga barang-barang tersebut, bisa mengakibatkan
permintaannya naik sebab dengan kenaikan harga tersebut dan dapat dibeli oleh
pembeli, maka gengsi orang tersebut akan meningkat.
3) Terjadi pada barang giffen
Barang giffen memiliki sifat apabila harganya turun menyebabkan jumlah
permintaannya ikut menurun. Hal ini disebabkan karena efek pendapatan yang negatif
dari barang giffen lebih besar daripada naiknya jumlah barang yang diminta, karena
berlakunya efek substitusi yang selalu positif. Jadi kenaikan pendapatan nyata
konsumen justru mengakibatkan permintaan terhadap barang giffen berkurang.
Tentang pengertian lebih lengkap mengenai barang giffen ini akan dijelaskan pada
BAB III tentang perilaku konsumen khususnya yang membahas tentang barang
inferior dan barang giffen.

C. Penawaran

Page 22
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Menurut Kunawangsih, 2006: 43 penawaran adalah


Penawaran adalah jumlah
jumlah komoditas atau output, baik berupa barang
barang dan jasa yang ingin
maupun jasa yang akan dijual oleh pengusaha
ditawarkan atau dijual oleh
kepada konsumen. Sejalan dengan itu Soeharno,
produsen dalam berbagai
2006: 19 menyatakan bahwa penawaran suatu
tingkat harga pada satu periode
produk adalah berbagai kuantitas produk (Qs)
tertentu.
dimana produsen bersedia menjualnya pada
berbagai harga alternatif.
Sama halnya dengan permintaan, ternyata banyak sedikitnya jumlah penawaran
dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut adalah harga barang itu, harga
barang lain yang terkait, harga faktor produksi, biaya produksi, teknologi produksi, jumlah
penjual, tujuan perusahaan, dan kebijakan pemerintah.

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran


1) Harga barang itu (Px)
Jika harga barang tersebut naik penawarannya akan ikut naik dan sebagainya. Hal
ini akan sesuai dengan bunyi hukum penawaran yang pada intinya mengatakan, bahwa
apabila harga-harga naik akan diikuti oleh kenaikan dalam jumlah penawaran. Sebaliknya
apabila harga barang dan jasa turun, maka jumlah penawaran juga mengalami penurunan.
Antara tingginya tingkat harga dengan jumlah penawaran, keduanya memiliki arah
perubahan yang searah.
2) Harga barang lain yang terkait (Py)
Barang Substitusi dapat mempengaruhi jumlah penjualan. Misalnya barang-barang
impor yang masuk ke dalam negeri, karena kena bea impor harganya naik atau lebih mahal
dibandingkan dengan barang sejenis hasil produksi dalam negeri. Hal ini mendorong
pembeli beralih untuk membeli barang-barang produksi dalam negeri, membuat jumlah
penawaran barang tersebut meningkat.

3) Harga faktor produksi (Pi)


Bila harga faktor-faktor produksi naik seperti terjadi kenaikan harga bahan baku,
mesin, upah, bunga modal, tanah, menyebabkan kemampuan perusahaan untuk membeli
faktor-faktor produksi tersebut menjadi lebih terbatas. Keterbatasan kemampuan membeli,
menyebabkan jumlah faktor-faktor produksi yang mampu dimiliki oleh perusahaan untuk

Page 23
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

kegiatan proses produksinya menjadi terbatas pula. Dampaknya adalah produktivitas


produksi sedikit atau berkurang. Menurutnya produktivitas membuat kemampuan untuk
menawarkan hasil produksi juga menurun. Hal ini tentu akan mengurangi jumlah
penawaran barang dan jasa di pasar.
4) Biaya produksi ( c )
Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh produsen dalam kegiatan
produksi. Biaya-biaya tersebut terdiri dari biaya tetap dan biaya-biaya tidak tetap (biaya
variabel). Apabila biaya-biaya tersebut mengalami peningkatan, sementara produktivitas
tetap, akibatnya harga satuan hasil produksi akan bertambah mahal. Andaikata kenaikan
biaya ini tidak bisa dilimpahkan kepada konsumen, tentu hal ini menjadi tidak menarik
bagi produsen. Naiknya biaya produksi jelas akan menurunkan perolehan laba perusahaan,
karena sebagian laba kemudian harus dialihkan untuk menutupi kenaikan-kenaikan biaya
yang terjadi. Naiknya biaya produksi yang diikuti oleh menurunnya laba perusahaan,
karena sebagian laba kemudian harus dialihkan untuk menutupi kenaikan-kenaikan biaya
yang terjadi. Naiknya biaya produksi yang diikuti oleh menurunnya laba perusahaan, maka
kemungkinan yang dilakukan oleh perusahaan adalah mengurangi jumlah output sesuai
dengan kemampuan yang ada atau kemungkinan yang paling buruk adalah menutup
perusahannya. Manapun dari kedua alternatif tersebut dilakukan, yang jelas dampaknya
adalah berkurangnya penawaran barang-barang di masyarakat.
5) Teknologi produksi (Tek)
Semakin modern atau canggih teknologi yang dipergunakan dalam proses produksi,
dapat menyebabkan biaya produksi menurun. Disamping membuat proses produksi
semakin efisien, kemajuan teknologi yang dipergunakan mampu pula menciptakan disain-
disain produk baru dari output yang dihasilkan, sesuai dengan mode atau keinginan yang
berkembang dalam masyarakat. Proses produksi yang efisien dan terakomodasinya
keinginan konsumen terhadap model produk yang termutahir dapat mendorong
peningkatan penawaran dan sekaligus pula permintaan terhadap produk-produk tersebut
ikut mengalami peningkatan.
6) Jumlah penjual/pedagang (ped)
Semakin banyak penjual atau pedagang yang menjual barang dan jasa, berarti
semakin banyak pula penawaran produk-produk tersebut di pasar. Jumlah penawaran
barang dan jasa di pasar merupakan penjumlahan dari banyaknya penawaran yang mampu
dilakukan oleh penjual-penjual individual atau oleh masing-masing produsen.
7) Tujuan perusahaan (Tuj)

Page 24
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Tujuan tiap-tiap perusahaan melakukan proses produksi bisa berbeda antara yang
satu dengan perusahan yang lainnya. Ada perusahaan melakukan kegiatan produksi
bertujuan untuk mengejar laba maksimum, sedangkan yang lain bertujuan untuk mencapai
produktivitas maksimum. Untuk mencapai laba maksimum, bisa jadi produsen atau
pengusaha tidak menggunakan kapasitas produksinya secara penuh. Hal ini dimungkinkan
karena untuk mencapai laba maksimum bisa saja perusahaan tidak harus bekerja dengan
kapasitas penuh. Begitu laba maksimum tercapai, walaupun mereka masih memiliki
kemampuan untuk menambah jumlah output, tetapi mereka tida akan menggunakan
sumber daya yang tesisa untuk menambah output, karena tujuan maksimalisasi laba telah
terpenuhi. Bila ini yang terjadi maka penawaran barang tidak bertambah dalam
masyarakat, walaupun kemampuan untuk keperluan tersebut masih tersedia. Dilain pihak
ada pula perusahaan seperti beberapa jenis perusahaan milik BUMN berproduksi dengan
tujuan mencapai produktivitas maksimum dengan maksud untuk memperbanyak
penawaran barang dan jasa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dana kemakmuran
rakyat.
8) Kebijakan Pemerintah (Keb)
Bila pemerintah misalnya menggelontorkan impor barang maka jumlah barang
yang masuk ke dalam negeri bertambah banyak. Dampaknya adalah penawaran barang di
pasar meningkat. Tetapi bila pemerintah sebaliknya mengeluarkan kebijakan dengan
membatasi atau mengurangi bahkan kemungkinan menyetop impor barang, maka dampak
yang muncul adalah berkurangnya peredaran atau penawaran barang di pasar.
Dengan memperhatikan penjelasan yang telah diungkap di atas mengenai faktor-
faktor yang ikut mempengaruhi jumlah penawaran barang dan jasa, maka secara ringkas
berikut ini dapat dibuatkan fungsi penawaran menjadi sebagai berikut.

Sx = f (Px, Py, Pi, C, Tek, Ped, Tuj, Keb)

Sx = penawaran barang X Tek = teknologi produksi


Px = harga barang X Ped = jumlah pedagang/penjual
Py = harga barang Y Tuj = tujuan perusahaan

Page 25
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Pi = harga faktor produksi Keb = kebijakan pemerintah


C = Cost/biaya produksi

Pengaruh masing-masing faktor terhadap permintaan suatu barang dapat disajikan


secara ringkas pada Tabel 2.4 berikut.

Tabel 2.4 Hubungan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran dengan Jumlah


Barang yang Ditawarkan

No. Nama Variabel Notasi Bentuk Hubungan


1. Harga barang itu sendiri Px Positif
2. Harga barang lain Py  Negatif untuk barang
substitusi
 positif untuk barang
komplementer
3. Harga faktor produksi Pi Negatif
4. Biaya produksi c Negatif
5. Teknologi produksi Tek Positif
6. Jumlah penjual/ pedagang Ped Positif
7. Tujuan perusahaan Tuj Negatif
8. Kebijakan pemerintah Keb Positif
Sumber: diadaptasi dari Kunawangsih

Tanda positif (+) menunjukkan adanya hubungan atau pengaruh yang searah antara
variabel terikat dengan variabel bebas, dan tanda negatif (-) menunjukkan adanya pengaruh
yang berlawanan arah antara variabel bebas dengan variabel terikat. Berikut ini diberikan
contoh persoalan mengenai fungsi penawaran, misalnya pada sebuah perusahaan mobil.
Persamaan permintaannya adalah sebagai berikut.
Qs = - 40 + 5P
Qs = jumlah penawaran mobil
P = harga mobil per unit
Dari persamaan fungsi tersebut dapat disimpulkan bahwa supaya ada yang mau
menawarkan mobil, harga mobil per unit harus di atas Rp 8 juta, karena bila harga Rp 8
juta atau kurang dari Rp 8 juta, maka tidak ada yang mau menawarkan mobil. Sekarang

Page 26
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

andaikata harga jual mobil sama dengan Rp 8 juta, maka jumlah penawarannya menjadi Qs
= - 40 + 8 (5). Atau Qs = - 40 + 40. Jadi Qs = 0, atau dengan kat a lain penawaran mobil
saat itu tidak ada. Berikutnya setiap terjadi kenaikkan harga jual satu satuan, akan
menyebabkan jumlah penawaran mobil bertambah banyak sebanyak 5 unit. Mengenai
jumlah penawaran mobil dalam berbagai tingkat harga berdasarkan persamaan Qs = - 40 +
5P, bisa dicermati dalam Tabel 2.5

Tabel 2.5 Tingkat Harga dan Jumlah Penawaran Mobil


Harga per unit Jumlah penawaran mobil
(puluhan juta) (buah)
0 -40
8 0
9 5
10 10
11 15
12 20

Angka-angka jumlah permintaan yang tercantum dalam Tabel 2.5 diperoleh dengan
menggunakan persamaan fungsi permintaan Qs = - 40 + 5P. Harga adalah variabel bebas,
oleh karena itu tinggi rendahnya tingkat harga dalam tabel ditetapkan berdasarkan atas
perumpamaan atau secara acak.

2. Penawaran Pasar dan Penawaran Individu


Seperti hanya permintaan pasar yang merupakan penjumlahan dari permintaan
seluruh pembeli, penawaran pasar juga merupakan penjumlahan penawaran dari seluruh
penjual yang ada di pasar. Kuantitas yang ditawarkan di pasar tergantung pada faktor-
faktor yang menentukan penawaran para penjual individual, yaitu harga barang, harga
input yang digunakan untuk berproduksi, teknologi yang tersedia, serta ekspektasi. Selain
itu, kuantitas yang ditawarkan di sebuah pasar juga tergantung dari jumlah para penjual.
Untuk lebih memperjelas mengenai pemahaman tentang penawaran individu dan
penawaran pasar dapat dijelaskan dengan Tabel 2.6 berikut.

Tabel 2.6 Skedul Penawaran Dua Produsen Buku Tulis

Page 27
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Harga Buku (Rp) Budi Adi Pasar


1.000 1 0 1
2.000 2 0 2
3.000 3 2 5
4.000 4 4 8
5.000 5 6 11
6.000 6 8 14
7.000 7 10 17

Tabel 2.6 memperlihatkan skedul penawaran dari dua orang produsen buku tulis,
yaitu Budi dan Adi. Pada harga tertentu, skedul penawaran Budi menceritakan kepada kita
berapa banyak buku tulis yang ditawarkan oleh Budi, dan skedul penawaran Adi
menceritakan kepada kita berapa banyak buku tulis yang ditawarkan Adi. Penawaran pasar
adalah penjumlahan dari kedua penawaran individu tersebut.
Seperti kurva permintaan, kita menjumlahkan kurva penawaran individu secara
horisontal untuk memperoleh kurva penawaran pasar. Artinya, untuk menemukan total
kuantitas yang ditawarkan pada harga tertentu, kita tambahkan kuantitas penawaran
individu yang ditemukan pada sumbu horisontal kurva penawaran individu. Kurva
penawaran pasar memperlihatkan bagaimana total kuantitas yang ditawarkan berubah
ketika harga barang berubah.

3. Kasus Pengecualian
Kadang-kadang bisa dijumpai kurve penawaran yang awalnya berjalan normal,
tetapi pada saat tertentu kurve tersebut berbalik ke arah slope negatif. Oleh karena itu
bentuk kurvenya yang semula meluncur ke kanan atas, kemudian berbelok arah menuju ke
arah kiri atas. Kasus ini sering dijumpai pada penawaran tenaga kerja. Misalnya terdapat
data tentang upah kerja per jam dan jumlah jam kerja yang dimanfaatkan oleh para pekerja
seperti yang terlihat pada Tabel 2.7
Dari Tabel 2.7 tersebut dapat diberikan penjelasan sebagai berikut. Pada saat
tingkat upah setinggi Rp 4.000 sampai Rp 15.000 per jam, pemanfaatan jam kerja oleh
para karyawan berjala normal. Artinya bila upah kerja perjam naik akan diikuti oleh
kenaikan pemanfaatan jam kerja itu oleh para karyaan. Tetapi pada saat penawaran upah

Page 28
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

perjam kenaikannya telah mencapai Rp 16.000 ke atas, justru para karyawan meresponnya
dengan cara mengurangi penawaran jam kerja mereka.

Tabel 2.7 Penawaran Upah dan Jam Kerja


Harga per jam Jumlah jam kerja
(rupiah) (perhari)
4.000 12
10.000 14
12.000 15
15.000 17
16.000 16
18.000 13

Artinya walaupun upah kerja terus naik, tenaga kerja atau karyawan tidak
menambah waktu atau jam kerjanya. Malahan sebaliknya mereka mengurangi jumlah jam
kerja mereka, seperti tercermin pada Tabel 2.7 semestinya sesuai dengan bunyi hukum
penawaran, apabila upah kerja yang ditawarkan naik, penawaran jam kerja untuk
memanfaatkan kenaikan upah tersebut juga naik. Tetapi kenyataannya tidak demikian. Hal
inilah yang menyebabkan kurve penawarannya berbelok arah menuju ke kiri atas, seperti
dapat dilihat pada Gambar 2.4

Upah
S
20

15

Page 29
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

10

Jam Kerja

0 5 10 15 20

Gambar 2.4 Kurve Backword Bending Labour Supply

Pada karyawan lebih suka menggunaka waktu untuk santai di rumah daripada
bekerja lebih keras memanfaatkan jam kerja dan tingkat upah yang lebih tinggi yang
ditawarkan oleh para produsen. Upah setinggi Rp 15.000 barangkali dirasakan sudah
cukup dan tidak perlu menambahnya dengan menambah jam kerja lagi. Bersantai dengan
keluarga di rumah dirasakan memiliki nilai atau guna yang lebih tinggi daripada
menambah jam kerja untuk menaikkan penghasilan mereka.

D. Harga Keseimbangan
Harga keseimbangan atau harga pasar adalah harga yang disepakati oleh pembeli
dan penjual. Artinya pada saat kesepakatan terjadi, taksiran tingginya tingkat harga antara
pembeli dan penjual sama. Apabila harga berada di bawah harga keseimbangan, akan
terjadi kelebihan permintaan sebab turunnya harga menyebabkan permintaan bertambah,
sementara penawarannya tetap bahkan mungkin bisa berkurang. Sebaliknya bila harga
berada di atas harga pasar, akan mendorong terjadi kelebihan penawaran, karena
penawaran barang dan jasa meningkat sementara jumlah permintaannya tetap atau
menurun.
Pada saat harga pasar terjadi, jumlah penawaran dan permintaannya berada dalam
jumlah yang sama. Untuk membuktikan diberikan contoh sebagai berikut.

Fungsi Permintaan, Qd = 200 –


10P

Page 30
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Dari kedua persamaan fungsi tersebut dapat dibuat perhitungannya sebagai berikut.
Syarat terjadinya harga keseimbangan adalah jumlah penawaran dan permintaan sama.
Dengan demikian, Qd = Qs.

200 – 10P = - 40 + 5P 240 = 15P


200 + 40 = 5P + 10P P = 16

P = 16, artinya bahwa harga keseimbangan tingginya = 16 satuan. Untuk mengetahui


besarnya jumlah permintaan dan penawaran saat harga keseimbangan = 16, maka harga =
16 tersebut bisa disubstitusikan ke dalam salah satu persamaan fungsi di atas, misalnya Qd
= 200 – 10P.

Qd = 200 – 10 P Qd = 200 – 160


Qd = 200 – 10 (16) Qd = 40

Qd = 40 artinya bahwa pada saat harga keseimbangan = 16 satuan, maka jumlah


permintaan saat itu = 40 unit. Karena syarat terjadinya harga keseimbangan bahwa
penawaran sama dengan permintaan, berarti saat itu jumlah penawaran atau Qs juga = 40
unit. Jadi Qs = Qd sebesar 40 unit. Kalau harga keseimbangan, jumlah permintaan dan
penawaran hasil perhitungan tadi digambarkan dalam kurve akan nampak seperti Gambar
2.5

20

A B

5P
0+ Page 31
= -4
Qs
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

P2 E E
16
P1 C D
Qd
= 200
8 –
Q 10P
0 Q1 Q2 40 Q3 Q4

Gambar 2.5 Harga Keseimbangan

Titik E adalah titik untuk harga keseimbangan. E singkatan dari Equilibrium yang
artinya keseimbangan. Sekarang diumpamakan tingginya harga berada di atas harga
keseimbangan (di atas 16), maka kejadian ini akan menyebabkan kelebihan penawaran.
Sedangkan sebaliknya, apabila harga berada di bawah 16, akan terjadi kelebihan
permintaan. Jarak AB merupakan daerah kelebihan penawaran, dan jarak CD cerminan
kelebihan permintaan.
Keseimbangan harga pasar dapat mengalami perubahan atau pergeseran yang
diakibatkan oleh perubahan harga, teknologi, dan pendapatan

P P P
S
D So S
P1
S1
Po Eo Eo E1

E1 Eo D1
D
Do
Q Q Q
O O Qo Q1 O Qo Q1

Gb. 2.6 Gb. 2.7 Gb. 2.8

Dari Gambar 2.6 dapat dijelaskan, bahwa perubahan harga dari P0 ke P1 akan
menyebabkan kelebihan jumlah penawaran. Tetapi sesuai dengan hukum penawaran dan
permintaan, kelebihan penawaran tersebut akan mendorong harga bergerak turun
pergerakan tersebut terus terjadi, sehingga harga akan cenderung kembali ke posisi semula,
yaitu ke P0 dengan keseimbangan penawaran dan permintaan pada titik E0.

Page 32
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Kurve 2.7 merupakan kurve pergeseran penawaran sebagai akibat dari pengaruh
perkembangan tekologi yang dipergunakan dalam proses produksi. Perubahan teknologi
yang dipergunakan, membuat jumlah output bertambah dan kegiatan berjalan lebih efisien.
Karena jumlah output meningkat membuat penawaran barang dan jasa meningkat.
Akibatnya kurve penawaran (S) bergeser dari So ke S 1. Harga pasarpun menurun karena
meningkatnya efisiensi dalam proses produksi. Titik keseimbangan juga bergeser ke posisi
yang baru dari E0 ke E1 dengan jumlah penawaran dan permintaan terhadap barang dan
jasa sebesar OQ1.
Gambar 2.8 memperlihatkan terjadinya pergeseran kurve permintaan sebagai
dampak dari adanya perubahan pendapatan. Bila jumlah pendapatan bertambah, membuat
daya beli meningkat. Peningkatan daya beli ini menyebabkan permintaan barang dan jasa
bertambah banyak, sehingga mendorong kurve permintaan (D) bergeser dari D 0 ke D1
dengan tambahan jumlah permintaan sebesar Q0Q1. Pergeseran kurve tersebut membuat
titik keseimbangan baru pada titik E1.

E. Surplus Konsumen dan Surplus Produsen


Kalau konsumen membeli suatu barang, uang yang dibayarkan untuk memperoleh
harga tersebut menjadikannya lebih baik. Oleh karena nilai konsumsi untuk suatu barang
berbeda maka kesediaan maksimum untuk membayar barang berbeda juga. Surplus
konsumen adalah perbedaan antara kesediaan konsumen untuk membayar suatu barang
dengan yang secara nyata dibayar apabila ia membeli barang tersebut (Soeharno, 2006:
23). Untuk menentukan surplus konsumen dan surplus produsen, dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan marjinalis yang mengatakan bahwa, keputusan untuk
mengkonsumsi, ditentukan oleh besarnya manfaat atau guna yang diperoleh konsumen dari
unit terakhir barang dan jasa yang dikonsumsinya. Sedangkan keputusan produsen untuk
memproduksi, ditentukan oleh besarnya tambahan pendapatan dari unit terakhir barang dan
jasa yang diproduksinya. Jumlah dari kedua surplus ini dapat pula dianalisis berdasarkan
curve penawaran dan permintaan seperti yang terlihat pada Gambar 2.9

S
200

180

Page 33
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

a
160 E

140
b
120

100

80

60

40

20

Q
0
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

Gambar 2.9 Kurve Penawaran dan Permintaan dengan Surplus Konsumen


dan Produsen

Berdasarkan Gambar 2.9 dapat dijelaskan sebagai berikut. Penawaran dan


permintaan yang diungkapkan diumpamakan berlaku untuk pasar mobil. Harga (P)
satuannya dinyatakan dalam jutaan rupiah. Misalnya produsen baru mau menjual satu unit
pertama mobilnya dengan harga Rp 82 juta, sedangkan satu unit berikutnya dijual seharga
Rp 84 juta. Sementara untuk satu unit mobil pertama konsumen mampu membelinya
dengan harga Rp 198 juta dengan alasan manfaat dan nilai mobil tersebut dirasakan
menurun. Harga pasaran mobil adalah Rp 160 juta. Saat Harga pasar setinggi Rp 160 juta,
konsumen sanggup untuk membelinya dengan harga Rp 199 juta. Artinya kemampuan
membelinya jauh di atas harga pasar. Konsumen atau pembeli yang demikian disebut
memperoleh surplus konsumen. Surplus konsumen tersebut dalam Gambar 2.9 ditunjukkan
sebesar segi tiga a, yaitu selisih antara yang sanggup dibayarnya dengan harga pasar.
Sebaliknya produsen menawarkan mobilnya untuk satu unit pertama seharga Rp 82
juta, sementara mobil itu sebenarnya laku dijual dengan harga pasar Rp 160 juta. Jadi
produsen memiliki harga jual lebih tinggi dari apa yang diduga. Dengan demikian
produsen tersebut namanya memperoleh surplus produsen yang dalam Gambar 2.9

Page 34
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

besarnya sama dengan segi tiga b. Untuk lebih mudah mengingat konsep surplus
konsumen dan surplus produsen ada baiknya kita cermati ilustrasi berikut.

Harga yang dibayarkan


Surplus konsumen = Nilai barang bagi pembeli -
pembeli

Biaya produksi yang dipikul


Surplus produsen = Harga yang diterima penjual -
penjual

Surplus total = Nilai barang bagi pembeli - Harga yang dibayar pembeli
+ Harga yang diterima penjual - Biaya produksi dipikul penjual
Sumber: diadaptasi dari Mankiw

Surplus total suatu pasar adalah nilai total yang diberikan pembeli atas suatu barang, yang
dihitung berdasarkan kesediaan membayar, dikurangi biaya total bagi penjual yang
menyediakan barang tersebut. Jika suatu alokasi sumber daya dapat memaksimalkan
surplus, maka alokasi itu dikatakan menghasilkan efisiensi. Apabila suatu alokasi tidak
efisien, maka sebagian keuntungan dari perdagangan antara penjual dan pembeli tidak akan
terwujud.

F. Teori Elastisitas
Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang yang
dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya (cateris paribus),
Rahardja, 2002: 49. Pada bagian yang lalu telah disinggung bahwa paling sedikit ada tiga
faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan, yaitu harga barang itu, harga barang lain
yang terkait, dan pendapatan. Perubahan-perubahan jumlah permintaan yang disebabkan
oleh berubahnnya harga barang, disebut dengan Elastisitas Harga (Price Elasticity of
Demand). Elastisitas permintaan merupakan konsep yang kegiatannya menganalisis
atau mengukur perubahan-perubahan relatif, yang terjadi pada jumlah permintaan
barang sebagai akibat dari terjadinya perubahan-perubahan salah satu faktor yang
mempengaruhi permintaan.
Perubahan-perubahan jumlah permintaan barang yang disebabkan oleh berubahnya
harga barang lain yang terkait, disebut Elastisitas Silang (Cross Elasticity). Sedangkan

Page 35
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

perubahan-perubahan jumlah permintaan barang yang desebabkan oleh berubahnya tingkat


pendapatan disebut Elastisitas Pendapatan (Income Elasticity).

1. Elastisitas Harga
Teori Elastisitas Harga menjelaskan berapa prosenkah perubahan yang terjadi pada
jumlah permintaan, bila harga berubah sebesar satu prosen. Untuk mengetahui jenis-jenis
elastisitas, maka terlebih dahulu perlu menghitung Koefisien Elastisitas Harga atau yang
disingkat dengan lambang Ep. Rumus untuk menghitung besarnya koefisien tersebut
adalah sebagai berikut.

Atau

Dari rumus tersebut, setelah diterapkan dalam perhitungan, jika misalnya hasil yang
diperoleh Ep = - 3 (harga mutlak Ep = 3), ini berarti bila harga turun satu prosen maka
akan mengakibatkan permintaan bertambah sebesar tiga prosen atau sebaliknya.
Bila nilai Ep < 1, maka permintaan terhadap barang tersebut termasuk permintaan
inelastis. Artinya prosentase perubahan jumlah permintaan lebih kecil dari prosentase
perubahan harga. Misalnya harga turun lima prosen menyebabkan peningkatan permintaan
kurang dari lima prosen. Biasanya barang-barang kebutuhan pokok permintaannya bersifat
inelastis. Bila permintaan inelastis tersebut digambar dalam kurve, maka bentuknya seperti
Gambar 2.10

Dari Gambar 2.10 dapat disajikan bahwa


perubahan harga (P) lebih besar dari
perubahan permintaan (Q), atau P1P2 >
P
P1 Q1Q2. Dengan demikian prosentase
perubahan permintaan lebih kecil dari
prosentase perubahan harga. Bila Ep > 1,
P2
artunya permintaan barang tersebut

D tergolong permintaan elastis karena


Page 36
besarnya prosentase perubahan jumlah
0 Q permintaan lebih besar dari prosentase
Q1 Q2
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Gambar 2.10 Permintaan Inelastis

Misalnya harga barang naik 10% menyebabkan permintaan terhadap barang tersebut turun
15%. Permintaan elastis biasanya terjadi pula pada permintaan barang-barang mewah. Bila
permintaan elastis ini digambarkan dalam kurve, maka akan nampak seperti Gambar 2.11

P1 Dari Gambar 2.11 dapat disaksikan

P2 perubahan permintaan lebih besar dari


perubahan harga Q1Q2 > P1P2. Jadi
D
prosentase perubahan permintaan lebih
besar dari prosentase perubahan harga
0 Q
Q1 Q2

Gambar 2.11 Permintaan Elastis

Bila Ep = 1, maka barang yang permintaannya memiliki koefisien sama dengan


satu, disebut permintaan elastisitas unitary. Jadi prosentase perubahan permintaan sama
besar dengan prosentase perubahan harga. Bila permintaan elastisitas unitary ini di
gambar, maka akan terlihat seperti Gambar 2.12

P2 Dari Gambar 2.12 dapat dilihat bahwa bila


dihitung prosentase perubahan harga sama
dengan prosentase perubahan permintaan.
Atau prosentase perubahan Q1Q2 sama dengan
Page 37
prosentase perubahan P1P2
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

P1

0 Q
Q2 Q1
Gambar 2.12 Elastisitas Unitari

Bila Ep = 0, itu artinya permintaan inelastis sempurna atau dengan kata lain
permintaan barang-barang yang memiliki koefisien Ep = 0, termasuk barang-barang yang
permintaannya inelastis sempurna. Berapapun tingkat harga yang berlaku, jumlah
permintaannya sesuai dengan yang dibutuhkan. Atau permintaan barang jumlahnya relatif
tetap, berapapun tingginya harga barang tersebut. Permintaan inelastis, model gambarnya
dapat dilihat pada Gambar 2.13

P P
D

P1

P2

P1 D
P3

0 Q 0 Q
Q1 Q1 Q2 Q3
Gambar 2.13 Permintaan Inelastis Sempurna Gambar 2.14 Permintaan Elastis Sempurna

Sedangkan Gambar 2.14 adalah Gambar kurve permintaan Elastis sempurna dengan
koefisien elastisitas tak terhingga atau Ep = 0. Artinya permintaan bisa mencapai jumlah
tak terbatas pada tingkat harga tertentu, atau perubahan-perubahan harga yang relatif
sangat kecil saja menyebabkan jumlah permintaan dapat mencapai jumlah tak terbatas.
Secara ringkas elastisitas harga dapat diinterpretasikan dalam tabel berikut.

Page 38
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Tabel 2.8 Interpretasi Elastisitas Harga Permintaan


Besaran Kategori Elastisitas Perubahan Pengaruh
Elastisitas Kenaikan Harga Penurunan Harga
Jumlah yang diminta Jumlah yang
Ed > 1 Elastis turun dengan % diminta naik degan
yang lebih besar % yang lebih besar
Jumlah yang
Jumlah yang diminta
diminta naik
Ed < 1 Inelastis turunn dengan %
dengan % yang
yang lebih kecil
lebih kecil
Jumlah yang
Jumlah yang diminta
diminta naik
Ed = 1 Unitary Elastis turun dengan %
dengan % yang
yang lebih besar
lebih besar
Membeli dengan
Tidak membeli sama
Ed = ~ Elastis Sempurna segala
sekali
kemampuannya
Jumlah yang
Jumlah yang diminta
Ed = 0 Inelastis Sempurna diminta tidak
tidak berubah
berubah

2. Elastisitas Titik dan Elastisitas Busur


Berkaitan dengan elastisitas harga, berikut ini ada baiknya dibahas pula Elastisitas
Titik dan Elastisitas Busur. Elastisitas Titik (Point Elasticity) adalah elastisitas yang
dipakai untuk mengukur tingkat perubahan harga pada titik tertentu. Karena perubahan
harga yang terjadi pada elastisitas titik sangat kecil (mendekati nol), sehingga elastisitas ini
tidak cocok atau tidak akurat kalau dipergunakan untuk menentukan elastisitas permintaan
pada saat harga mengalami perubahan yang lebih besar.
Kalau harga berubah, dari satu titik ke titik lain, maka yang lebih akurat
dipergunakan untuk megukur tingkat elastisitasnya adalah Elastisitas Busur (Arch
Elasticity) untuk membantu memahami lebih jelas pengertian kedua jenis elastisitas
tersebut, bisa dilihat pada Gambar 2.15a sebagai berikut.

Page 39
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

P D
A Elastisitas Titik
P2
Elastisitas Busur
B Elastisitas Titik
P1

0 Q
Q2 Q1

Gambar 2.15a. Elastisitas Titik dan Busur

Dari Gambar 2.15a dapat dilihat, apabila elastisitas permintaan yang ingin diukur
adalah perubahan-perubahan permintaan yang terjadi di titik A dan di titik B, maka
pengukuran elastisitas tersebut termasuk elastisitas titik. Tetapi apabila yang diukur adalah
elastisitas perubahan permintaan dari titik A ke titik B, maka pengukuran elastisitas
tersebut termasuk pengukuran elastisitas busur.
Rumus untuk menghitung elastisitas titik sebagai berikut.

Sedangkan rumus untuk menghitung elastisitas busur adalah sebagai berikut.

sedangkan Oleh karena itu rumus tersebut dapat diubah


kembali menjadi sebagai berikut.

Page 40
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Untuk uraian berikutnya, perhatikan Gambar 2.15b mengenai Elastisitas Titik.

P Jika perhitungan koefisien elastisitas titik


A telah diperoleh dengan menggunakan
rumus di atas, dan bila digambarkan
B
P1 dalam kurve permintaan, maka akan
nampak seperti gambar gambar 2.15b.
C besarnya koefisien elastisitas titik adalah

0 Q1 Q EP = CB/PA = CQ1/Q10 = 0P1/P1A


Gambar 2.15b Elastisitas Titik

Gambar 2.16 memperlihatkan daerah-daerah, permintaan elastisitas (Ep > 1), permintaan
unitary (Ep = 1) dan perminttaan inelastis (Ep < 1).

Ep > 1 Dari titik A sampai B merupakan


daerah permintaan Elastis. Titik B
B, Ep = 1 adalah permintaan Unitari. Dan
garis dari titik B sampai titik C
Ep < 1 merupakan daerah permintaan
Inelastis
0 Q

Gambar 2.16
Daerah Permintaan, Elastis Unitari dan Inelastis

Berikut ini akan dijelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat elastisitas
harga.
1) Barang-barang substitusi. Maksudnya, semakin sulit untuk mendapatkan barang
substitusi, maka permintaan barang utama akan menjadi semakin inelastis. Contohnya,
garam merupakan barang sangat sulit untuk mendapatkan penggantinya oleh karena
itu permintaannya menjadi inelastis sempurna. Berapa tingginya kenaikan harganya,
orang akan tetap membelinya.

Page 41
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

2) Jumlah pemakai. Semakin banyak pembeli atau pemakai barang tersebut, maka
semakin inelastis permintaannya. Karena itu jika harga barang tersebut naik,
permintaannya tidak banyak berkurang, bahkan mungkin cenderung tetap. Umumnya
barang-barang kebutuhan pokok, permintaannya inelastis.
3) Proporsi kenaikan harga terhadap pendapatan konsumen. Jika proporsi kenaikan harga
barang cukup tinggi terhadap pendapatan, maka permintaan terhadap barang tersebut
semakin elastis. Tetapi sebaliknya, jika kenaikan harga, proporsinya hanya sebagian
kecil saja dari pendapatan konsumen, maka permintaan terhadap barang tersebut
menjadi semakin inelastis. Misalnya Garam, walaupun harganya naik 100% karena
harga garam relatif rendah, maka kenaikan harga tersebut hanya sebagian kecil bila
dibandingkan dengan pendapatan konsumen. Oleh karena itu permintaan garam
cenderung menjadi inelastis. Sebaliknya kendaraan bermotor mahal, maka kenaikan
harga 10%, tersebut proporsinya cukup tinggi terhadap pendapatan konsumen. Banyak
orang yang akan menunda bahkan mengurungkan niatnya membeli kendaraan
bermotor tersebut. Oleh karena itu permintaannya cenderung semakin elastis.

3. Elastisitas Silang
Elastisitas silang adalah elastisitas yang dipergunakan untuk mengukur perubahan
permintaan sejenis barang akibat berubahnya harga barang lain yang terkait. Rumus yang
dieprgunakan untuk menghitung Koefisien Elastisitasnya adalah sebagai berikut.

Atau

Atau

Besar kecilnya koefisien elastisitas silang (Ec) mencerminkan sifat hubungan antara
barang X dengan barang Y. Apabila Ec > 0 atau positif, itu artinya bahwa barang X

Page 42
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

merupakan barang substitusi dari barang Y. Jika barang Y harganya naik, menyebabkan
harga barang X akan relatif menjadi lebih murah sehingga permintaannya naik. Tetapi bila
sebaliknya harga barang X yang naik, akan mengakibatkan permintaan barang Y
meningkat, karena dengan naiknya harga barang X (barang substitusi) membuat harga
barang Y relatif menjadi lebih murah (walaupun secara nominal harga barang Y masih
lebih mahal dari barang X).
Bila Ec < 0, atau negatif artinya bahwa barang X dan barang Y adalah barang
komplementer. Oleh karena itu kalau harga barang Y naik akan diikuti oleh naiknya harga
barang X. Jikalau harga barang X turun, permintaannya menjadi naik dan akan diikuti oleh
naiknya permintaan barang Y. Hal ini bisa berlaku sebaliknya. Atau lebih sederhana lagi
sering diistilahkan bahwa elastisitas silang menunjukkan hubungan antara dua barang, bila
hubungannya positif berarti kedua barang tersebut saling menggantikan, bila negatif berarti
saling melengkapi. Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan seperti Tabel 2.9 berikut.

Tabel 2.9 Interpretasi Elastisitas Silang


Pengaruh Pengaruh
Besaran Hubungan antar
Kenaikan Harga Penurunan Harga
Elastisitas Barang
Barang B Barang B
Jumlah barang A Saling
Jumlah yang diminta
Ec > 0 (positif) yang diminta akan menggantikan
turun
naik (substitusi)
Jumlah A yang Jumlah A yang
Tidak berhubungan
Ec = 0 diminta tidak diminta tidak
(independen)
berubah berubah
Jumlah barang A Jumlah barang A Saling melengkapi
Ec < 0 (negatif)
yang diminta turun yang diminta naik (komplementer)
4. Elastisitas Pendapatan
Elastisitas pendapatan berguna untuk mengukur besarnya perubahan permintaan
bila tejadi perubahan pendapatan. Rumusnya sebagai berikut.

Atau

Page 43
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Atau

Koefisien Elastisitas Pendapatan (Ei) umumnya positif, karena kenaikan


pendapatan akan diikuti oleh permintaan yang naik pula. Semakin besar Ei semakin besar
pula elastisitas pendapatannya.
Jika E > 0, artinya yang diminta atau dibeli termasuk barang normal. Barang-
barang kebutuhan pokok permintaannya memiliki Ei antara 0 – 1. Bila E > 1, maka
permintaan barang tersebut adalah permintaan terhadap barang mewah. Sedangkan Ei < 0,
artinya permintaan barang menurun saat pendapatan naik. Hal ini bisa terjadi pada
permintaan barang-barang inferior. Bila digambarkan rentangan Ei seperti yang telah
dijelaskan di atas akan nampak seperti Gambar 2.17

0 1

Barang interior Barang kebutuhan Barang mewar


pokok dan normal

Atau dengan kata lain interpretasi terhadap elastisitas pendapatan dapat disajikan
dalam Tabel 2.10 berikut.

Tabel 2.10 Interpretasi Terhadap Elastisitas Pendapatan

Pengaruh Pengaruh
Besaran Jenis Barang
Kenaikan Penurunan
Jumlah yang diminta Jumlah yang diminta
E1 < 0 Inferior
turun diterima baik

Page 44
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Jumlah yang diminta Jumlah yang diminta


0 < E1 < 1 naik dengan % yang turun dengan % Kebutuhan pokok
lebih rendah yang lebih rendah
Jumlah yang diminta Jumlah yang diminta
E1 > 1 naik dengan % yang turun dengan lebih Mewah
lebih tinggi tinggi

G. Campur Tangan Pemerintah


Campur tangan pemerintah walaupun sering menimbulkan kegagalan pasar, namun
disisi lain memiliki tujuan baik. Contoh, pemerintah memberikan substitusi harga yang
membuat harga barang tersebut menjadi lebih murah (segi positif) tetapi dipihak lain
substitusi dapat menimbulkan infesiensi (segi negatif), karena uang untuk subsidi tersebut
sebenarnya dapat disalurkan ke sektor-sektor yang produktif. Campur tangan pemerintah
memiliki tujuan-tujuan sebagai berikut.
1. Menjamin agar kesamaan hak untuk setiap individu dapat mewujudkan dan
eksploitasi dapat dihindarkan.
2. Menjaga perekonomian dapat tumbuh dan berkembang teratur dan stabil.
3. Mengawasi kegiatan–kegiatan perusahaan terutama perusahaan-perusahaan yang
dapat mempengaruhi pasar, supaya mereka tidak melakukan praktek-praktek
monopoli yang merugikan konsumen.
4. Mengawasi agar eksternalitas kegitan ekonomi yang merugikan masyarakat dapat
dihindari.

Jenis-jenis campur tangan tersebut dapat berupa tindakan-tindakan sebagai berikut.

1. Pengawasan Terhadap Harga


Salah satu bentuk intervensi pemerintah adalah pengawasan terhadap harga dengan
tujuan untuk melindungi kepentingan konsumen dan atau produsen. Pengawasan harga
yang paling umum adalah penetapan harga dasar (Floor Price) dan penetapan harga
maksimum (Ceiling Price). Penentuan harga maksimum dan minimum biasanya terkait
dengan barang-barang kebutuhan pokok. Kebijakan ini biasanya dilakukan pemerintah
untuk mengatasi permasalahan harga yang tidak stabil. Apabila harga yang terlalu tinggi
maka pihak konsumen yang dirugikan, sebaliknya bila harga terlalu rendah produsenlah
yang rugi. Dengan demikian kita semua memahami campur tangang pemerintah dengan

Page 45
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

penetapan harga baik maksimum dan minimum adalah untuk mengeliminir kerugian
masing-masing pihak, baik produsen maupun konsumen. Kebijakan harga minimum
(Floor Price) atau kebijakan harga terendah ditujukan apabila harga yang tercipta di pasar
terlalu rendah. Misalnya pada saat panen raya, dimana jumlah penawaran jauh melebihi
permintaan yang ada, sehingga harga di pasar menjadi anjlok. Oleh sebab itu pemerintah
perlu ikut campur dalam menstabilkan harga. Harga dasar adalah tingkat harga minimum
yang ditetapkan atau yang diberlakukan oleh pemerintah. Contoh, harga dasar gabah
ditetapkan Rp 1.000,. per kilogram, artinya pembeli gabah harus membeli pada petani
dengan harga serendah-rendahnya Rp 1.000,. Pemerintah menetapkam upah minimum Rp
10.000,. per hari maksudnya para pengguna tenaga kerja membayar upah mereka paling
rendah Rp 10.000,. per hari. Harga maksimum maksudnya batas harga tertinggi penjualan
barang dan jasa yang bisa ditetapkan oleh produsen kepada konsumen. Tujuan penetapan
harga tertinggi adalah supaya harga produk barang dan jasa dapat dijangkau oleh para
konsumen terutama bagi mereka yang memiliki daya beli rendah.
Satu dari prinsip ekonomi menyatakan bahwa pasar merupakan suatu cara yang
baik untuk mengatur aktivitas ekonomi. Prinsip ini menjelaskan mengapa para ekonom
hampir selalu menentang kebijakan batas harga tertinggi dan harga dasar. Bagi ekonom.
harga bukan hasil dari sebagian proses yang sembarangan. Harga, menurut mereka adalah
hasil dari jutaan keputusan bisnis dan konsumen yang berada di balik kurva-kurva
penawaran dan permintaan. Harga memiliki tugas penting dalam menyeimbangkan
penawaran dan permintaan, dan karenanya mengkoordinasikan aktivitas ekonomi.
Hal lain dari sepuluh prinsip ekonomi, yaitu pemerintah kadangkala dapat
memperbaiki hasil akhir pasar. Tentu saja, para pembuat kebijakan melakukan
pengendalian harga karena mereka melihat hasil akhir pasar yang tidak adil. Pengendalian
harga sering ditujukan untuk membantu penduduk miskin. Contohnya, undang-undang
pengendalian sewa mencoba membuat perumahan lebih terjangkau bagi semua orang, dan
undang-undang upah minimum mencoba menolong penduduk lepas dari kemiskinan.
Namun, pengendalian harga sering menyakiti mereka yang akan ditolong. Pengendalian
sewa barangkali membuat ongkos sewa rendah, namun hal itu juga membuat para pemilik
bangunan enggan merawat bangunannya sehingga membuat perumahan sulit didapat.
Undang-undang upah minimum mungkin meningkatkan pendapatan sebagian pekerja,
tetapi juga menyebabkan pekerja lainnya diberhentikan.
Menolong mereka yang membutuhkan dapat dicapai melalui cara lain di luar
pengendalian harga. Contohnya, pemerintah dapat membuat perumahan lebih terjangkau

Page 46
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

dengan memungut sebagian hasil sewa bagi keluarga miskin. Tidak seperti pengendalian
sewa, subsidi sewa tidak mengurangi kuantitas perumahan yang ditawarkan, dan karenanya
tidak menimbulkan kekurangan perumahan. Hal serupa, subsidi upah meningkatkan
standar hidup pekerja miskin tanpa membuat perusahaan enggan mempekerjakan mereka.
Satu contoh subsidi upah adalah keringanan pajak pendapatan, sebuah program pemerintah
yang memberi tambahan pendapatan bagi para pekerja berupah rendah. Meskipun
kebijakan-kebijakan alternatif di atas sering lebih baik daripada pengendalian harga,
namun kebijakan tersebut tidak sempurna. Subsidi pada sewa dan upah membebani
keuangan pemerintah sehingga menuntut pajak yang lebih besar.
Contoh kasus penetapan harga dasar
Pasar gabah disuatu tempat menunjukan fungsi-fungsi sebagai berikut.

Fungsi Permintaan, Qd = 2.000.000 – 3P

Fungsi Penawaran, Qs = -500.000 + 2P

Pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan untuk merangsang para petani supaya


mau meningkatkan produksi gabahnya dengan cara menetapkan harga dasar gabah sebesar
Rp 600.000, per ton. Saat itu persediaan gabah tersedia 500.000 ton per musim. Apakah
yang terjadi dalam perdagangan gabah dengan adanya campur tangan pemerintah dalam
hal penetapan harga dasar tersebut?

Jawab

Harga keseimbangan gabah sebelum campur tangan pemerintah:

2.000.000 – 3P = -500.000 + 2P

2.000.000 + 500.000 = 2P + 3P

2.500.000 = 5P

P = 500.000,-

Jadi harga gabah sebelum adanya penetapan harga dasar = Rp. 500.000,- per ton

Pemeritah menetapkan harga terendah gabah Rp. 600.000,- per ton maka

Qs = -500.000 + 2P

= -500.000 + 2 (600.000)

= -500.000 + 1.200.000

Qs = 700.000,-

Page 47
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Jadi dengan adanya pendapatan harga terendah menyebabkan jumlah penawaran gabah
menjadi Rp. 700.000,- per ton.
Permintaan gabah saat harga Rp. 600.000,- per ton

Qd = 2.000.000 – 3P

= 2.000.000 – 3(600.000)

= 2.000.000 – 1.800.000

Qd = 200.000

Jadi permintaan gabah pada saat harga Rp. 600.000,- menjadi 200.000 ton

Jumlah Qd dan Qs saat harga keseimbangan Rp.500.000,-

Qd = 2.000.000 – 3P

Qd = 2.000.000 - 3(500.000)

Qd = 2.000.000 – 1.500.000

Qd = 500.000

Jadi jumlah permintaan (Qd) dan penwaran (Qs) saat Harga Keseimbangan Gabah setinggi
Rp. 500.000,- adalah 500.000 ton

Kalau pemerintah menetapkan harga gabah setinggi Rp. 600.000,- per ton maka
akan terjadi jumlah penawaran gabah (Qs) sebanyak 700.000 ton sementara jumlah
permintaannya (Qd) menurun dari 500.000 ton menjadi 200.000 ton. Terjadilah kelebihn
penawaran sebsesar 700.000 ton = 500.000 ton.
Kalau kelebihan penawaran ini ditambah dengan persediaan yang ada, maka jumlah
seluruh gabah yang siap dipasarkan 500.000 ton + 500.000 ton = 1.000.000 ton Harga (x
1.000).

Kelebihan Qd 500.000 ton


Qs = -500.000 + 2P
700
A B
600 Harga Dasar
a
500 Titik Keseimbangan
b Qd2 = Qd + Qdp
400

Page 48
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

300

200

100 Qd1 = 2.000.000 - 3P

200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000
Gambar 2.17 Kelebihan Permintaan Akibat Penetapan Harga Dasar

Dengan adanya kebijaksanaan penetapan harga oleh pemerintah setinggi Rp.


600.000,- per ton, maka penawaran (Qs) meningkat dari 500.000 ton menjadi 700.000 ton,
sementara permintaan (Qd) menurun dari 500.000 ton menjadi 200.000 ton. Dengan
demikian konsumen menderita rugi Surplus Konsumen sebesar segi tiga a. Sedangkan
produsen mengalami kerugian Surplus Produsen sebesar segi tiga b. Jadi konsumen dan
produsen total rugi sebesar segi tiga a + b.
Kalau pemerintah ingin tetap mempertahankan harga setingi Rp. 600.000,- per ton,
maka penawaran (Qs) yang besarnya 500.000 ton. Besarnya pembelian pemerintah kita
sebut saja Qdp, dengan demikian Kurve Permintaan akan bergeser ke kanan atas menjadi
Qds = Qd1 + Qdp. Anggaran yang perlu disiapkan pemerintah untuk membeli kelebihan
gabah petani sama dengan 500.000 x Rp 600.000,- = Rp.3 00.000.000,-

Contoh kasus Penetapan Upah Minimim.


Pada sebuah perusahaan terdapat persamaan fungsi senagai berikut.

Qd = 30.000 – 6P

Qs = -6.000 + 4P

Qd = permintaan tenaga kerja

Qs = penawaran tenaga kerja

P = tingkat upah tenaga kerja

Pimpinan perusahaan menilai bahwa upah yang dibayarkan perhari masih rendah.
Oleh karena itu, untuk memacu supaya para bekerja giat, maka Upah Minimum per hari

Page 49
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

dinaikan menjadi Rp 4.000,-. Dengan menggunakan data tersebut ditanyakan hal-hal


sebagai berikut.
1) Hitungkah tingginya Upah Keseimbangan
2) Dengan naiknya Upah Minimum menjadi Rp. 4.000 perhari,apa yang akan terjadi
dalam penawaran dan permintaan tenaga kerja di perusahhan tersebut.
3) Buatlah Kurve Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja dan berikan penjelasan.

Jawab.
Upah keseimbangan sebelum terjadi kenaikan upah maksimum. Syarat
keseimbangan, permintaan (Qd) sama dengan penawaran (Qs).

Qd = Qs

30.000 – 6P = - 6.000 + 6P

30.000 + 6.000 = 4P = 6P

36.000 = 6P

P = 3.600

Jadi tingginya upah keseimbangan sebelum upah minumum dinaikan = Rp 3.600,-


Dengan menggunakan upah setinggi Rp 36.000,- jumlah permintaan dan penawaran saat
itu dapat diketahui sebagai berikut.

Qd = 30.000 – 6P

30.000 – 6(36.000)

30.000 – 21.600

Qd = 8.400

Jadi pada saat upah keseimbangan setinggi Rp 3.600,- permintaan (Qd) dan penawaran
(Qs) tenaga kerja jumlahnya sebanyak 8.400 orang. Dengan adanya kenaikan Upah
Minimum menjadi Rp 4.000,. perhari,maka permintaan tenaga kerja berikut.

Qd = 30.000 – 6P

30.000 – 6(4.000)

Page 50
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

30.000 – 24.000

Qd = 6.000

Jadi setelah upah minumum dinaikan menjadi Rp. 4.000,- perhari, permintaan tenaga kerja
menjadi sejumlah 6.000 orang. Berarti ada penurunan permintaan tenaga kerja dari 8.400
orang menjadi 6.000 orang. Jumlah penurunan sebanyak 8.400 – 6.000 = 2.400 orang.
Penawaran tenaga kerja setelah upah dinaikan menjadi Rp. 4.000 perhari dapat
dihitung sebagai berikut.

Qs = - 6.000 = 4P

- 6.000 + 4(4.000)

- 6.000 + 16.000

Qs = 10.000

Jadi jumlah penawaran tenaga kerjanya menjadi 10.000 orang. Berarti ada kenaikan
penawaran tenaga kerja dari 8.400 orang menjadi 10.000 orang. Kenaikan tersebut
sebanyak 1.600 orang.
Pada saat upah minimum dinaikan dari Rp. 3.600,- menjadi Rp. 4.000,- maka
jumlah penawaran tenaga kerja menjadi 10.000 orang, sedangkan jumlah permintaanya
6.000 orang. Dengan demikian terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja sebanyak 4.000
orang.

Berikutnya gambar Kurve Penawaran dan Permintaan dari kasus yang telah
dijelaskan di atas dapat dicermati pada Gambar 2.18

P (ribuan)
5 Pengangguran 4.000 orang
Qs = - 6.000 + 4P

4 Upah Minimum

Page 51
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Qd = 30.000 - 6P

Q (ribuan)
5 10 15 20 25 30

Gambar 2.18 Pengangguran Akibat Penetapan Upah Minimum

2. Kuota

Campur tangan pemerintah untuk mepengaruhi pasar bisa pula dalam bentuk kuota
Kuota adalah kebijaksanaan berupa penetapan jumlah tertentu dari penawaran/produksi
atau permintaan sejenis produk. Kuota dapat berupa jumlah maksimum atau minimum.
Misalnya supaya harga cengkeh tidak merosot, pemerintah mengeluarkan peraturan yang
isinya membatasi atau menetapkan jumlah maksimum cengkeh yang boleh dihasilkan oleh
produsen. Dengan demikian jumlah cengkeh terbatas dan harga pasar cengkeh tidak
merosot. Berikut Gambar 1.19 memperlihatkan adanya campur tangan pemerintah melalui
kuota.
Misalnya untuk menjaga harga setinggi OP2, maka pemerintah menetapkan kuota
produsen sebesar OQ2. Harga keseimbangan kalau tidak ada kebijakan kuota tingginya
OP1 Keseimbangan Pasar pada titik E, dengan jumlah penawaran permintaan sebesar
OQ1.

S2
P
S1
P2 E2

a d
b

Page 52
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

P1 E1
c

D1

Q
0 Q2 Q1 Q3
Gambar 2.19 Perubahan Penawaran Akibat Kebijakan Kuota

Karena pemerintah menetapkan jumlah atau kuota produksi sebesar OQ2,


menyebabkan Kurve Penawaran bergeser dari S1 ke S2, Surplus Konsumen berkurang
sebesar segi empat a ditambah segi tiga b. Sedangkan Surplus Produsen berkurang sebesar
segi tiga c, tetapi dilain pihak produsen bisa menambah Surplus Produsen sebesar segi
empat a, ditambah insentif (karena kesediaan mengurangi produksi) sebesar segi tiga d.
Masalahnya adalah, bahwa supaya penetapan kuota sebesar OQ2 tercapai, pemerintah
perlu mebayar insentif finansial sebesar a + b + c dengan maksud supaya produsen mau
mengurangi jumlah produksinya dengan hanya sejumlah OQ2.

3. Pajak

Pengenaan pajak menyebabkan harga barang yang dikenai pajak bertambah mahal.
Tetapi dilain pihak pengenaan pajak menyebabkan penerimaan negara bertambah. Di
samping itu pemungutan pajak dapat dipergunakan sebagai cara meredistribusikan
pendapatan dalam rangka lebih memeratakan pembagian pendapatan kepada anggota
masyarakat. Pajak yang dikenakan terhadap penjualan suatu barang akan menyebabkan
harga jual barang menjadi naik. Karena, pajak penjualan termasuk pajak tak langsung
maka biasanya beban pajak yang seharusnya dibayar oleh produsen sebagian atau
seluruhnya digeserkan ke pihak konsumen. Penggeseran beban pajak seluruh atau sebagian
yang digeserkan pada konsumen sangat dipengaruhi permintaan barang tersebut. Dampak
dari pengenaan beban pajak, harga keseimbangan yang tercipta di pasar menjadi lebih
tinggi dibandingkan sebelum adanya pajak, efeknya kuantitas keseimbangan menjadi
berkurang. Gambar 2.20 memperlihatkan pengaruh pengenaan pajak terhadap Keseimbangan
Pasar. Silahkan dicermati.

Page 53
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

P S2
S1
P2 E2

a
b
P1 E1
d
c
P3
D

Q
0 Q2 Q1

Gambar 2.20 Pergeseran Penawaran Karena Pajak

Bila pemerintah mengenakan pajak sebesar T perunit, menyebabkan harga naik dari
OP1 ke OP2. Oleh karena itu Kurve Penawaran bergeser dari S1 ke S2. Bergesernya Kurve
Penawaran tersebut menyebabkan harga bergeser pula ke OP2, dan sekaligus sebagai
Harga Keseimbangan baru, setelah pengenaan pajak sebesar T unit tersebut. Permintaan
dan penawaran saat itu sebesar OQ2.

Pengenaan pajak menyebabkan konsumen kehilangan Surplus Konsumen yang


besarnya sama dengan segi empat a ditambah segi tiga b. Sedangkan produsen kehilangan
Surplus Produsen sejumlah segi empat d ditambah segi tiga c. Penerimaan pemerintah dari
pajak sebesar OQ2 (OP2 – OP3) atau sebanyak segi empat a ditambah segi empat d.
Sebagian beban pajak yaitu sebesar segi empat a yang semestinya ditanggung oleh
produsen dibebankan kepada konsumen.

Bagaimana dengan pihak ketia yang juga berkepentingan, yakni pemerintah? Jika
pajak (T) adalah besaran pajak dan Q adalah kuantitas penjualan barang yang dikenai
pajak, maka total penerimaan yang diperoleh pemerintah dari pajak adalah T x Q. Dengan
pemerimaan pajak inilah, pemerintah membiayai berbagai program dan jasa pelayanan
umum untuk penduduknya, mulai dari menyediakan sarana transfortasi umum, polisi,
sarana pendidikan, dan bantuan langsung kepada kelompok masyarakat miskin. Untuk
memudahkan pembahasan dalam menganalisis begaimana pajak mempengaruhi
kesejahteraan ekonomi, kita akan menggunakan penerimaan pajak sebagai ukuran
keuntungan yang diperoleh pemerintah dari pajak. Namun tentu saja, dalam kenyataannya

Page 54
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

keuntungan pajak itu tidak untuk dinikmati pemerintah melainkan disalurkan kembali
untuk kepentingan masyarakat luas.

4. Subsidi
Subsidi akan menambah pendapatan nyata bagi penerimannya. Oleh karena itu
subsidi sering dipandang sebagai pajak negatif. Subsidi bisa diberikan kepada konsumen
maupun kepada produsen. Gambar 1.21 memperlihatkan perubahan Keseimbangan Pasar,
pergeseran permintaan dan penawaran sebagai akibat dari pemberian subsidi.

P3 E2 S2

S1
P1 E1

P2
D

Q
0 Q2 Q1

Gambar 2.21 Pengaruh Subsidi Terhadap Keseimbangan

Dari Gambar 2.21 dapat dijelaskan bahwa sebelum pemerintah memberikan subsidi
penawaran dan permintaan sebesar OQ1. Pemerintah kemudian memberi subsidi sebesar

Page 55
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

OQ3 (P3 – P2). Apabila subsidi tersebut diberikan kepada konsumen, maka permintaan
naik sehingga kurve permintaan bergeser dari D1 ke D2. Bergesernya kurve itu membawa
dampak berupa kenaikan harga menjadi OP3. Sehingga keseimbangan pasarpun bergeser
ke posisi E3. Sebaliknya bila subsidi diberikan kepada produsen akan menyebabkan
penawaran bergeser dari S1 ke S2. Harga mengalami penurunan sampai tingkat P2 dengan
keseimbangan pasar pada titik E2. Masalahnya sekarang, siapakah yang sebaiknya
diberikan subsidi, konsumen ataukah produsen.

H. Rangkuman
Seluruh materi dari BAB I dapat dirangkum sebagai berikut. Naik turunnya jumlah
permintaan dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu harga barang tersebut, harga barang lain
yang terkait, pendapatan perkapita, selera, jumlah penduduk, perkiraan harga barang
dimasa datang, distribusi pendapatan, dan promosi. Sementara naik turunnya jumlah
penawaran barang dan jasa dipengruhi oleh faktor harga barang itu, harga barang lain yang
terkait, harga faktor-faktor produksi, biaya teknologi produksi, jumlah penduduk, tujuan
perusahaan, dan kebijaksanaan pemerintah.
Hubungan antara harga dan permintaan berbanding terbalik, sedangkan hubungan
harga dengan penawaran barang dan jasa berbanding lurus. Tawar menawar antara
kekuatan permintaan dan penawaran akan melahirkan harga pasar atau harga
keseimbangan. Jadi harga pasar merupakan harga yang disepakati oleh pembeli dan
penjual. Kalau digambarkan dalam kurve harga pasar tersebut akan terletak pada titik
perpotongan dari kurve permintaan dan kurve penawaran.
Apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor selain harga baik pada kurve
permintaan maupun penawaran maka akan menyebabkan pergeseran-pergeseran pada
kurve tersebut. Akibat pergeseran-pergeseran tersebut maka mempengaruhi harga dan
kuantitas keseimbangan. Tabel berikut menunjukkan berbagai kemungkinan pergeseran
pada kurve permintaan maupun penawaran yang lebih dikenal sebagai 4 Hukum
Permintaan dan Penawaran.

Tabel 2.1 Empat Hukum Permintaan dan Penawaran


Kondisi Pergeseran Permintaan atau Pengaruh terhadap Harga dan
Perubahan Penawaran Kuantitas Keseimbangan
Bila permintaan Kurve permintaan bergeser ke Harga dan kuantitas

Page 56
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

meningkat kanan keseimbangan meningkat


Bila permintaan Kurve permintaan bergeser ke Harga dan kuantitas
menurun kiri keseimbangan menurun
Bila penawaran Kurve penawaran bergeser ke Harga menurun sedangkan
meningkat kanan kuantitas meningkat
Bila penawaran Kurve penawaran bergeser ke Harga menurun sedangkan
menurun kiri kuantitas menrun
Sumber: diadaptasi dari Kunawangsih, 2006: 54
Secara logis hukum-hukum permintaan maupun penawaran yang terdapat pada tabel di
atas dapat dijelaskan dengan suatu penalaran sebagai berikut.
1. Apabila jumlah permintaan meningkat akan menyebabkan jumlah barang menjadi
berkurang sehingga para pembeli yang tidak terpuaskan mau menawar barang tersebut
dengan harga yang lebih tinggi. Harga yang lebih tinggi akan merangsang produsen
untuk memproduksikan barang tersebut lebih banyak. Oleh sebab itu, akan
mengakibatkan tingkat equilibrium berubah di mana harga maupun kuantitas
keseimbangan menjadi sama-sama meningkat dengan adanya penambahan permintaan
2. Apabila terjadi penurunan permintaan maka persediaan barang menjadi berlimpah,
sehingga para penjual terpaksa menawarkan harga yang lebih murah agar barang yang
dijual terbeli konsumen. Dengan turunnya harga, produsen menjadi enggan untuk
memproduksi barang tersebut sehingga produk yang ditawarkan menjadi berkurang.
Pada posisi keseimbangan yang baru baik harga maupun jumlah barang sama-sama
menurun.
3. Kenaikan penawaran, misalnya terjadi saat panen raya, menyebabkan persediaan suatu
barang menjadi melimpah. Oleh sebab itu, bila produsen tidak mampu meningkatkan
penjualannya maka dengan terpaksa harga harus diturunkan. Penurunan harga akan
menarik konsumen untuk membeli barang tersebut. Oleh sebab itu, ekuilibrium yang
baru terjadi pada harga yang lebih rendah, sedangkan kuantitas dalam jumlah yang
meningkat
4. Turunnya penawaran, misalnya karena kegagalan panen atau kegagalan produksi
menyebabkan barang yang ditawarkan menjadi berkurang. Oleh sebab itu, harga yang
ditawarkan menjadi lebih tinggi. Dampak dari kenaikan harga tersebut menyebabkan
jumlah kuantitas yang diminta berkurang sehingga equilibrium yang baru terjadi pada
harga yang lebih tinggi, sedangkan kuantitas dalam jumlah yang lebih sedikit.

Page 57
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Campur tangan pemerintah walaupun sering menimbulkan kegagalan pasar, namun


disisi lain memiliki tujuan baik. Contoh, pemerintah memberikan substitusi harga yang
membuat harga barang tersebut menjadi lebih murah (segi positif) tetapi dipihak lain
substitusi dapat menimbulkan infesiensi (segi negatif), karena uang untuk subsidi tersebut
sebenarnya dapat disalurkan ke sektor-sektor yang produktif. Campur tangan pemerintah
memiliki tujuan: 1) menjamin agar kesamaan hak untuk setiap individu dapat mewujudkan
dan eksploitasi dapat dihindarkan; 2) menjaga perekonomian dapat tumbuh dan
berkembang teratur dan stabil; 3) mengawasi kegiatan–kegiatan perusahaan terutama
perusahaan-perusahaan yang dapat mempengaruhi pasar, supaya mereka tidak melakukan
praktek-praktek monopoli yang merugikan konsumen; dan 4) mengawasi agar eksternalitas
kegitan ekonomi yang merugikan masyarakat dapat dihindari.
Satu dari prinsip ekonomi menyatakan bahwa pasar merupakan suatu cara yang
baik untuk mengatur aktivitas ekonomi. Prinsip ini menjelaskan mengapa para ekonom
hampir selalu menentang kebijakan batas harga tertinggi dan harga dasar. Bagi ekonom.
harga bukan hasil dari sebagian proses yang sembarangan. Subsidi pada sewa dan upah
membebani keuangan pemerintah sehingga menuntut pajak yang lebih besar.

I. Soal Latihan:
a. Berikan penjelasan apa yang dimaksud dengan penawaran dan permintaan. Fakor-
faktor apa yang mempengaruhi jumlah permintaan dan penawaran. Berikut pula
penjelasan masing-masing faktor tersebut.
b. Apa yang dimaksud dengan harga keseimbangan atau harga pasar, serta
bagaimana proses terjadinya harga pasar tersebut. Berikanlah penjelasan dengan
menggunakan gambar kurvenya. Jelaskan pula faktor-faktor apa yang
menyebabkan pergeseran harga keseimbangan, dan bagaimana gambar kurvenya
setelah terjadinya pergeseran tersebut.
c. Berikanlah penjelasan apa yang dimaksud dengan surplus konsumen dan surplus
produsen. Buat kurvenya, dan dengan menggunakan gambar kurve tersebut
ceritakanlah proses terjadinya kedua surplus tersebut. Tunjukan pula dalam
gambar mana yang disebut surplus konsumen dan surplus produsen tersebut.
d. Sebutkan dan berikan penjelasan mengenai jenis-jenis elastisitas permintaan. Buat
pula contoh-contoh persoalan untuk menghitung besarnya koefisien elastisitas
dari permintaan elastis, permintaan inelastis, elastis sempurna dan permintaan

Page 58
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

inelastis sempurna. Buat pula gambar kurve dari jenis-jenis elastisitas permintaan
tersebut.
e. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis campur tangan pemerintah. Jelaskan pula
melalui gambar kurve, pengaruh campur tangan tersebut terhadap penawaran,
permintaan, keseimbangan apabila pemerintah menetapkan harga maksimum,
kuota, mengenakan pajak dan subsidi.
f. Lengkapilah tabel berikut.

% Perubahan
% Perubahan
Kuantitas yang Elastisitas
Harga
Diminta
Permintaan baju
15% -18% ................
seragam
Permintaan buku
25% ................. -0,6
tulis
Permintaan
................. 25% -0,15
daging sapi
Permintaan
10% ................ 0,4
sepeda motor

g. Hitunglah elastisitas permintaan (Ed) dan elastisitas penawaran (Es), pada setiap
harga yang ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Jumlah Jumlah
Harga Barang yang Barang yang Ed Es
Diminta Ditawarkan
750 100 400 ............... ...............
725 150 375 ............... ...............
700 210 360 ............... ...............
650 300 300 ............... ...............
600 350 285 ............... ...............
500 360 250 ............... ...............

Page 59
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

BAB

3 PERILAKU KONSUMEN

A. Pendahuluan
Barang dan jasa merupakan alat pemuas kebutuhan. Menurut para ahli kebutuhan
manusia jumlahnya terbatas. Kenyataan ini memunculkan masalah yaitu, bagaimanakah
caranya manusia memenuhi kebutuhan tersebut dengan keterbatasan yang ada padanya,
sehingga dapat memberikan kepuasan.

Kelangka
an

Barang
dan
Jasa

Kelangkaan (scarcity), keadaan yang tidak seimbang yang berlaku dalam setiap
masyarakat, yaitu keadaan di mana barang dan jasa yang dapat dihasilkan oleh faktor
produksi yang tersedia adalah jauh lebih rendah daripada yang dibutuhkan masyarakat.
Keterbatasan kita menyebabkan banyak hal terasa langka. Kelangkaan mencakup kualitas,
kuantitas, tempat dan waktu. Sesuatu tidak akan langka kalau jumlah (kuantitas) yang
tersedia sesuai dengan kebutuhan, berkualitas baik, tersedia di mana saja (di setiap
tempat) dan kapan saja (waktu) dibutuhkan.
Barang dan jasa sebagai alat pemuas kebutuhan memiliki nilai atau guna. Teori
perilaku konsumen mampu menjelaskan bagaimana seorang konsumen memilih suatu
produk yang diyakininya akan memberikan kepuasan yang maksimum dengan kendala
pendapatan dan harga barang tersebut. Untuk memahami lebih lanjut mengenai perilaku

Page 60
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

konsumen yang dinyatakan pada hukum permintaan digunakan dua pendekatan Teori
Kardinal dan Teori Ordinal

B. Teori Kardinal
Kunawangsih, 2006: 107 menyatakan bahwa Pendekatan Marginal Utility/
Kardinal, mengasumsikan bahwa kepuasan yang diperoleh konsumen dari mengkonsumsi
suatu barang dapat diukur/ dikuantitatifkan dengan satuan uang atau dengan satuan yang
lain. Rahardja, 2002: 67 menyatakan bahwa kegunaan dapat dihitung secara nominal
sebagaimana kita menghitung berat dengan gram atau kilogram, panjang dengan
centimeter atau meter. Sejalan dengan itu Soeharno, 2006: 42 menyatakan bahwa
pengukuran kardinal adalah pengukuran kepuasan dengan ukuran satuan yang disebut util,
misalnya 100 util, 200 util dan seterusnya. Teori Kardinal menyatakan bahwa guna barang
dapat dihitung secara nominal seperti menghitung berat badan, tinggi badan, banyaknya air
dan lain-lain dengan menggunakan satuan hitung tertentu dan pasti. Berat badan satuan
hitungnya kilogram, banyaknya air satuannya liter, tinggi badan satuannya meter. Teori
Kardinal menyatakan untuk menghitung guna atau nilai barang yang dikonsumsi dihitung
dengan menggunakan satuan util (berasal dari utility).
Konsumen yang rasional akan berusaha untuk memaksimalkan kepuasannya pada
tingkat pendapatan yang dimilikinya. Besarnya nilai kepuasan sangat tergantung kepada
individu (konsumen) yang bersangkutan. Konsumen dapat mencapai kondisi yang
equilibrium atau mencapai kepuasan yang maksimal apabila dalam membelanjakan
pendapatannya mencapai kepuasan yang sama pada berbagai barang. Tingkat kepuasan
konsumen terdiri dari dua konsep, yakni kepuasan total (total utility) dan kepuasan
tambahan (marginal utility). Keputusan untuk mengkonsumsi barang didasarkan atas
perbandingan antara besarnya guna barang, dengan harga atau biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan barang tersebut. Perbedaan antara kepuasan total dan
kepuasan tambahan yang diperoleh konsumen pada saat mengkonsumsi barang disajikan
melalui contoh Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Hubungan Kepuasan Total (TU) dan Kepuasan Tambahan (MU)

Page 61
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

(1) QA (2) TUA (3) MUA


0 0 ...........
1 15 15
2 21 6
3 24 3
4 26 2
5 26 0
6 22 -4

Tabel di atas menunjukkan hubungan antara TU dan MU yang diperoleh konsumen


pada saat minum air putih selepas berolahraga. Kolom (1) menunjukkan kuantitas es
kelapa muda/ gelas yang dikonsumsi. Kolom (2) dan kolom (3) masing-masing
menunjukkan kepuasan total dan kepuasan tambahan yang diperoleh konsumen setelah
mengkonsumsi minuman tersebut. Kepuasan yang diperoleh konsumen pada saat minum di
gelas pertama sebanyak 15 util, kemudian pada gelas kedua, ketiga, dan keempat kepuasan
totalnya semakin bertambah masing-masing menjadi 21, 24, dan 26 util, sedangkan
tambahan kepuasannya (MU) justru semakin menurun, mula-mula 15 util pada gelas
pertama, kemudian 6 util pada gelas kedua dan sampai gelas kelima konsumen mencapai
titik kepuasan yang tertinggi ditunjukkan dengan tambahan kepuasan sebesar 0. Titik
kepuasan tertinggi yang diperoleh konsumen setelah mengkonsumsi suatu barang/ jasa
disebut titik kepuasan maksimum.
Nilai guna total dapat diartikan sebagai jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh
dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu (Sukirno, 2005: 154). Guna Total adalah
seluruh guna yang bisa diperoleh konsumen saat ia mengkonsumsi sejumlah barang.
Misalnya seseorang mengkonsumsi lima jenis atau lima unit barang. Tiap unit barang yang
dikonsumsi memiliki guna empat util. Guna total yang diperoleh dari mengkonsumsi lima
unit barang tersebut adalah 5 x 4 = 20 util. Setiap menambah konsumsi satu unit barang
akan memperoleh tambahan guna. Tambahan-tambahan guna tersebut namanya guna
marginal (Marginal Utility).
Dalam membicarakan Guna Marginal ini akan berlaku asumsi-asumsi sebagai
berikut.
1. Guna bisa diukur dengan uang.

Page 62
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

2. Berlakunya hukum Gossen (Law of Diminishing Utility) artinya semakin banyak


sejenis barang dikonsumsi maka tambahan-tambahan kepuasan (berupa tambahan
guna marginal) yang diperolehnya dari setiap satuan tambahan yang dikonsumsi akan
menurun.
3. Konsumen bersikap rasional dengan memilih barang-barang yang dapat
memaksimumkan kepuasannya, dengan didasari kendala anggaran yang dimiliki.
Berkaitan dengan Guna Total dan Guna Marginal tersebut secara grafis dapat
diperhatikan dalam Gambar 3.1. Dari Gambar 3.1 tersebut dapat dilihat bahwa semakin
kecil, Guna Marginal (MU) yang mampu dicapai konsumen, karena berlakunya Hukum
Gossen seperti telah disebutkan sebelumnya.

Px
TU (diukur dengan uang)

B
PX1

A C D
PX Harga/ Biaya

0 X
X1 X2 X3

Gambar 3.1 Perubahan MU Akibat Penambahan Konsumsi Barang X

Harga barang X misalnya setinggi OPx, saat itu barang X yang dikonsumsi
sebanyak OX2. Setiap tambahan konsumsi barang X sebesar satu unit, tambahan
kepuasaan MU besarnya sama dengan X2B. Sedangkan pengorbanan atau biaya yang
dikeluarkan sebesar X2A. Jadi MU netto yang dapat diperolehnya sebesar AB oleh sebab
itu masih menguntungkan baginya bila menambah pembelian atau konsumsi barang X.
Sebaliknya bila ia membeli atau mengkonsumsi barang X sejumlah 0X3, tambahan
MU yang diperolehnya setiap membeli tambahan barang X sebesar X3E sedangkan

Page 63
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

pengorbanan yang harus dikeluarkan sebesar X3D (pengorbanan lebih besar dari tambahan
guna yang diperoleh). Oleh karena itu untuk menambah dan memaksimumkan tingkat
kepuasan, konsumen harus mengurangi pembelian atau konsumsi barang X.
Pembelian atau konsumsi barang X sebesar 0X merupakan pilihan terbaik, karena
pada saat itu Kepuasan Total (TU) ada pada tingkat terbaik atau maksimum. Jadi konsumsi
mempunyai TU pada saat pengorbanan untuk konsumsi unit terakhir barang X (yang tidak
lain adalah harga barang X terakhir yang dibelinya), sama dengan Tambahan Kepuasan
(MU) yang diperolehnya dari tambahan unit terakhir pembelian barang X tersebut. Dengan
demikian, Kepuasan Total (TU) diperoleh pada saat:

Kepuasan Total (TU


Maximum) disebut pula
dengan posisi Equilibrium
Px = Mux atau Mux/Px =
Konsumen.

Manusia dalam waktu yang bersamaan mengkonsumsi lebih dari satu jenis barang
(bukan barang X saja), misalnya disamping mengkonsumsi barang X ia juga
mengkonsumsi barang Y dan barang yang lainnya, maka posisi Equilibrium TU nya
menjadi sebagai berikut.

MUx/Px = MUy/Py = ………. = MUz/Pz = 1

Menurut Teori Kardinal, kepuasan dapat diukur secara nominal contoh misalnya
seorang membeli barang X dengan harag per unit Rp 25.000,- Jumlah yang dibeli dapat
dicermati dalam Tabel 3.2

Tabel 3.2
Total Utility dan Marginal Utility Barang X
Uang
Harga Barang X Jml Pembeli
No Pembayaran TU MU
(Rp) (unit)
(Rp)
1 25.000 1 25.000 50.000 50.000
2 25.000 2 50.000 125.000 75.000
3 25.000 3 75.000 185.000 60.000
4 25.000 4 100.000 225.000 40.000
5 25.000 5 125.000 250.000 25.000
6 25.000 6 150.000 250.000 0
7 25.000 7 175.000 225.000 -25.000

Page 64
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Berdasarkan Tabel 3.2 dapat dijelaskan bahwa pada saat pembelian barang X yang
pertama, TU dan MU yang diperolehnya jadi lebih besar dibandingkan dengan biaya atau
harga yang harus dikeluarkan. Oleh karena itu konsumen akan membeli barang X
berikutnya. Pembelian barang X yang kedua memberikan TU dan MU yang lebih besar
yaitu TU = 125.000 util dan MU = 75.000 util. Konsumenpun menambah pembelian
barang X, atau membeli barang X yang ketiga walaupun MU yang diperolehnya mulai
menurun (60.000 util) tetapi masih karena lebih besar dari biaya yang dikeluarkan (Rp
25.000,-) maka ia meneruskan untuk menambah pembelian barang X tersebut berikutnya.
Sampai pada tambahan pembelian barang X yang kelima, maka MU yang diperoleh
sama persis dengan biaya atau harga yang harus dikorbankan. Demikian pula pada saat itu
TU berada pada posisi yang paling tinggi, karena setelah itu TU mulai menurun, sementara
MU malahan menjadi negatif (-25,000). Jadi sesuai dengan pembahasan terdahulu bahwa
TU Maksimum akan dicapai pada saat Px/MUx = 1.
Kalau TU dan MU digambarkan, kurvenya akan nampak pada Gambar 3.2

250

200

150

100

50

1 2 3 4 5 6 7

Gambar 3.2 Total Utility dan Marginal Utility

Page 65
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

TU dan MU pada awalnya sama-sama meningkat,tetapi sampai pada titik tertentu


arah naik tersebut terbalik menjadi menurun. Arah TU dan MU seperti itu disebabkan oleh
karena berlakunya The Law of Diminishing Utility. Pada saat nilai MU = 0, maka TU
mencapai titik puncak atau mencapai jumlah maksimum. Berikut ini diberikan sebuah
persoalan yang berkaitan dengan apa yang telah dijelaskan sebelumnya.
Budi adalah seorang pelajar, karena merasa haus, ia minum es jus. Setelah minum
ia memperoleh tingkat guna atau utilitas sebagai berikut. TU = 9X 2 – X3 dengan catatan,
TU adalah guna total dan X adalah jumlah es jus pergelas yang dikonsumsi. Dari persoalan
tersebut dinyatakan hal-hal sebagai berikut.
1) Berapa gelas es yang harus diminum oleh Budi sehingga ia mencapai TU
maksimum?
2) Pada minum gelas jus yang keberapa Budi memperoleh guna marginal (MU)
maksimum?
3) Pada gelas es jus yang keberapa Budi mencapai TU = 0?
4) Buatlah tabel yang membuat angka-angka pencapaian TU dan MU tersebut.

Pemecahan persoalan.
Untuk memperoleh TU maksimum syaratnya adalah MU = 0
MU adalah turunan pertama dari TU. Jadi MU = ∂U/∂X = 0

TU = 9 X2 – X3 18 – 3X = 0

∂U/∂X = 18 X – 3 X2 = 0 -3X = -18

X (18-3X) = 0 X2 = 6

X1 = 0

Karena nilai X ada dua (X1 = 0 dan X2 = 6) maka perlu ditentukan nilai X yang
memenuhi syarat untuk mencapai TU maksimum, karena itu nilai X perlu diuji dengan
syarat kecukupan (sufficient conditions). Berdasarkan syarat kecukupan, maka TU
maksimum akan terpenuhi apabila ∂U/∂X2 < 0. ∂U/∂X2 adalah turunan kedua dari TU, jadi:

∂U/∂X2 < 0

∂U/∂X = 18 X – 3 X2

∂U/∂X = 18 – 6 X < 0

Page 66
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Bila nilai X = 0 yang dipakai untuk mengukur syarat kecukupan maka ∂U/∂X 2 = 18
dan 18 > 0. Sedangkan kalau X = 6 yang dipakai, maka nilai ∂U/∂X2 = -18 atau – 18 < 0.
Jadi berdasarkan perhitungan, maka X = 6 memenuhi untuk syarat kecukupan. Dengan
demikian, Budi akan mencapai TU maksimum saat minum es jus pada gelas yang ke enam
atau pada saat ia minum enam gelas es jus. Nilai TU maksimum yang diperoleh dapat
dihitung dengan cara sebagai berikut.

TU = 9 X2 – X3 = 324 – 216

= 9 (62) – 63 TU = 108

Jadi supaya Budi bisa memperoleh TU maksimum, maka ia harus minum enam
gelas es jus dengan nilai TU maksimum = 108 util.
Untuk memperoleh MU maksimum maka syarat yang harus dipenuhi adalah
∂MU/∂X = 0. ∂MU/∂X = ∂U/∂X2 atau sama dengan turunan kedua dari TU.

∂U/∂X = 18 x – 3 x2 18 = 6 x
∂MU/∂X = 18 – 6 x = 0 X=3

Jadi MU maksimal yang bisa diperoleh oleh Budi adalah pada saat ia minum es jus
pada gelas yang ketiga. Nilai MU maksimum dapat dihitung dengan mengganti X dengan 3
sehingga menjadi sebagai berikut.

MU = 18X – 3X2 MU = 54 -27


MU = 18(3) – 3(32) MU = 27

Dengan demikian supaya Budi memperoleh MU maksimum, ia harus minum es jus


sebanyak 3 gelas dengan nilai MU maksimum sama dengan 27 util.

Supaya Budi memperoleh total utitily = 0, syaratnya adalah TU = 0 atau

9X2 – X3 = 0 kemudian persamaan ini sama-sama dibagi X2

9–X=0

X=9

Page 67
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Es jus pada gelas kesembilan menyebabkan TU = 0 jadi supaya Budi memperoleh


TU = 0 ia harus minum sembilan gelas es jus.

Berikutnya nilai TU dan MU dapat dihitung dan dapat dilihat pada Tabel 2.2
berdasarkan Tabel 3.2 dapat dijelaskan bahwa untuk menghitung nilai total utility (TU)
dipergunakan persamaan 9X2 – X3. Sedangkan untuk menghitung besarnya nilai maksimum
utility (MU) persamaan yang digunakan adalah 18X – 3X 2 atau turunan pertama dari total
utility (TU). Dengan menggunakan kedua persamaan tersebut, diperoleh nilai TU dan MU
seperti dalam Tabel 3.3

Tabel 3.3
Nilai TU dan MU
Total Utility Marginal
No Barang X
(TU) Utility (MU)
1 0 0 0
2 1 8 15
3 2 28 24
4 3 54 27
5 4 80 24
6 5 100 15
7 6 108 0
8 7 98 -21
9 8 64 -48
10 9 0 -81

C. Teori Ordinal (Ordinal Theory)


Teori Ordinal menyatakan bahwa guna tidak dapat dinyatakan atau diukur secara
nominal. Guna atau utility hanya bisa disbanding bandingkan sebagaimana orang menilai
atau menyatakan tentang kecantikan, keramahan, kelemah lembutan, kesopanan dan
sejenis itu. Jadi sifatnya relatif karena setiap orang yang memberikan penilaian bisa saja
memiliki kesimpulan atau pendapat yang berbeda terhadap obyek yang sama. Selanjutnya
dalam menjelaskan mengenai guna maka Teori Ordinal mendasarkan analisisnya dengan
Kurve Indiferensi (Indifference Curve).

Page 68
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Kurve indifferensi adalah kurve yang menunjukan berbagai kombinasi dari dua
jenis barang yang dikonsumsi dalam waktu yang bersamaan dan setiap titik kombinasi
tersebut memberikan tingkat kepuasan yang sama. Atau dengan kata lain Kurve
Indifferensi adalah kurve yang menghubungkan titik-titik kombinasi dan sejumlah barang
yang yang menghasilkan tingkat Guna Total yang sama bagi konsumen. Suatu atau
sekumpulan Kurve Indifferensi disebut dengan nama Peta Indiferensi (Indifference
Map).
Dalam waktu yang bersamaan konsumen dapat menkonsumsi lebih dari satu jenis
barang, misalnya barang X dan barang Y. Konsumsi terhadap dua jenis barang tersebut
oleh konsumen akan melahirkan tingkat kepuasan konsumen sebesar U (X,Y) adalah
tingkat kepuasan X adalah jumlah barang X yang dikonsumsi dan Y adalah banyaknya
konsumsi barang Y. Jadi tingkat kepuasan yang dapat dicapai konsumen menurut formula
tersebut adalah fungsi dari konsumsi barang X dan barang Y .
Contoh, Ali mengkonsumsi daging dan tempe dalam kurun waktu sebulan.
Kombinasi konsumsi daging dengan tempe yang dilakukan oleh Ali seperti terlihat pada
Tabel 3.4 sebagai berikut.

Tabel 3.4
Nilai Kepuasan Makan Daging dan Tempe Perbulan

Kombinasi Daging (X) Tempe (Y) Nilai Kepuasan


1 25 kali 4 kali 100
2 20 kali 5 kali 100
3 10 kali 10 kali 100
4 5 kali 20 kali 100
5 4 kali 25 kali 100

Dari Tabel 3.4 dapat dijelaskan bahwa Ali dalam sebulan memiliki lima kombinasi
dalam mengkonsumsi daging dan tempe. Kombinasi ke 1, Ali makan daging 25 kali yang
dikombinasikan dengan 4 kali makan tempe. Dengan cara tersebut ia mendapatkan
kepuasan maksimal = 100. Sedangkan kombinasi ke 5, Ali makan daging 4 kali
dikombinasikan dengan 25 kali makan tempe. Kepuasan yang diperoleh tidak berubah
yaitu sebesar 100. Dari 5 kombinasi yang ada kombinasi manapun yang dipilih, kepuasan
yang diperolehnya sama besar yaitu = 100. Jadi kombinasi makan daging dan tempe bisa

Page 69
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

berubah, tetapi kepuasan maksimal yang diperoleh dari setiap kombinasi tersebut tetap =
100.
Kalau kombinasi tersebut digambarkan dalam Kurve Indiferensi akan Nampak
seperti Gambar 3.3. Dari Gambar 3.4 tersebut dapat dijelaskan bahwa setiap titik-titik
kombinasi yang terletak disepanjang garis U = f(X,Y), memiliki nilai yang sama sebesar
100, karena garis tersebut merupakan Kurve Indiferensi dari kombinasi makan daging dan
tempe seperti yang dijelaskan sebelumnya. Dari kelima buah kombinasi yang bisa
dilakukan Ali seperti yang terlihat dalam tabel 2.3, kalau digambarkan dalam Kurve
Indeferensi, maka titik kombinasinya akan terletak disepanjang garis U = f(X,Y). Jadi
jelasnya kombinasi ke 1,2,3,4 dan 5 sama-sama mendatangkan kepuasan yang sama
dengan nilai TU = 100

Daging

25 1

20 2

15

10 3

4 5
5
U = 100
0 Tempe
5 10 15 20 25

Gambar 3.3 Kurva Indiferensi Untuk Daging dan Tempe

1. Pergeseran-Pergeseran Kurva Indiferensi


Kurva Indiferensi dapat bergeser ke kiri bawah atau ke kanan atas. Salah satu
penyebab bergesernya kurve tersebut adalah bertambah atau berkurangnya
pendapatan. Kalau pendapatan konsumen bertambah maka semakin banyak barang dan
jasa yang dapat dibelinya, akibatnya Kurve Indiferensi bergeser ke kanan atas. Sedangkan
sebaliknya bila pendapatan konsumen berkurang maka semakin sedikit barang dan jasa
yang mampu dibelinya. Berkurangnya pembelian tersebut mengakibatkan bergesernya

Page 70
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Kurve Indiferensi ke kiri bawah. Pergeseran-pergeseran kurve tersebut dapat dilihat pada
Gambar 3.4.
Dari Gambar 3.4 tersebut antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut. Bergesernya
Kurve Indiferensi dari IC1 ke IC2 ke IC3 dan ke IC4 menunjukan pergeseran tersebut
sebagai akibat dari bertambahnya pendapatan konsumen. Tetapi apabila pergeseran
tersebut berawal dari IC4 ke IC2 dan seterusnya sapai ke IC1 menunjukkan bahwa
pergeseran terjadi disebabkan oleh menurunnya pendapatan konsumen. Angka-angka yang
terletak dibelakang IC seperti 10, 19, 25 dan 30.

Gambar 3.4 Pergeseran Kurve Indiferensi

Adalah angka-angka dalam arti ordinal yang menunjukkan tingkat Guna Total (TU)
yang diperoleh konsumen dalam mengkonsumsi barang X dan Y. Angka-angka tersebut
bersifat imatrial yang sama artinya dengan angka-angka lainnya seperti 100, 90 dan
seterusnya. Banyaknya Kurve Indiferensi dalam satu kurve (IC1, IC2, IC3, IC4) disebut peta
indiferensi (Indifference Map).

2. Sifat-sifat Kurve Indiferensi


Dibawah ini dijelaskan beberapa sifat-sifat Kurve Indiferensi sebagai berikut.
1) Semakin jauh Kurve Indiferensi dari titik origin (O), menunjukan tingkat
kepuasan yang semakin tinggi yang bisa dicapai oleh konsumen.
Artinya semakin ke kanan atas letak Kurve Indiferensi dari titik origin, semakin
tinggi tingkat kepuasan yang bisa dicapai oleh konsumen dalam mengkonsumsi
barang X dan barang Y. Tetapi bergesernya Kurve Indiferensi ke kanan atas
tidak bisa disimpulkan beberapa kali tingkat kenaikan kepuasan yang bisa

Page 71
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

dicapai oleh konsumen. Misalnya jarak IC1. Hal ini tidak bisa disimpulkan
bahwa tingkat kepuasan konsumen pada IC3 sama dengan tiga kali dari
kepuasan yang dicapai pada IC1. Bisa disimpulkan hanyalah tingkat kepuasan
konsumen di IC3 lebih tinggi dari kepuasan pada IC1.
2) Kurve Indiferensi menurun dari kiri atas menuju ke kanan bawah dan cembung
terhadap titik origin (convex to origin).
Artinya slope atau lereng kemiringan Kurva Indiferensi adalah negatif karena
batas kemampuan untuk menambah konsumsi barang X untuk menggantikan
barang Y semakin menurun dengan semakin banyaknya barang X yang bisa
dikonsumsi. Untuk menambah konsumsi barang X, harus ada pengorbanan atau
pengurangan mengkonsumsi barang Y. Berapa banyak barang Y yang harus
dikorbankan untuk menambah konsumsi barang X, akan dibahas lebih dalam
teori Marginal Rate of Substitution (MRS)
3) Kurve Indiferensi tidak akan saling berpotongan antara satu dengan lainnya
maka dengan kata lain dalam peta indiferensi antara IC dengan IC lainnya akan
terpenuhi semua transivitas. Teori transivitas pada intinya menyatakan bahwa
kalau IC2 memberi kepuasan yang lebih besar dari IC1 maka yang harus dipilih
adalah IC2 bukannya IC1. Gambar 2.5b dapat memperjelas pernyataan tersebut.

Gambar 3.5a IC1 dan IC2 Berpotongan Gambar 3.5b IC1, IC2, IC3 tidak Berpotongan

Pada Gambar 3.5a menunjukan bahwa IC1 dan IC2 berpotongan dititik B, berarti
IC1 = IC2. Sedangkan pada titik C1 IC2 ada di atas IC1 berarti IC1 = IC2. Hal ini secara
rasional jelas tidak mungkin. Teori indiferensi mengatakan bahwa dalam satu IC titik-titik
koordinasi dari dua jenis barang yang dikonsumsi dalam kurun waktu relatif bersamaan,
memiliki nilai kepuasan yang sama. Demikian pula letak IC yang lebih tinggi dari IC
lainnya, memberi arti bahwa nilai kepuasannya juga lebih tinggi IC1 dengan nilai kepuasan

Page 72
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

= 100, memiliki nilai kepuasan rendah dari IC2 dengan nilai kepuasan = 200. Tetapi dalam
Gambar 3.5b memperlihatkan bahwa sebagian IC1 (100), khususnya dari titik B ke atas
terletak di atas IC2 (200). Ini artinya bahwa IC3 (100) memiliki nilai kepuasan yang lebih
tinggi dari IC2 (200) sesuatu yang tidak mungkin karena bertentangan dengan Teori
Indiferensi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dua atau lebih Kurve Indiferensi
dalam satu gambar peta indiferensi tidak akan mungkin saling berpotongan seperti yang
terlihat pada Gambar 3.5a. Semestinya kedudukan titik A, B, C dan Gambar IC yang benar
adalah seperti yang terlihat dalam Gambar 3.5b.

3. Marginal Rate of Substitution (MRS)


Teori Indiferensi mengatakan bahwa untuk menambah konsumsi satu jenis barang,
maka pada saat yang bersamaan harus diikuti dengan tindakan mengurangi konsumsi
barang lain, supaya dapat menambah konsumsi barang yang dimaksud. Dalam uraian
sebelumnya telah dijelaskan bahwa apabila konsumen menambah konsumsi satu unit
barang X, maka pada saat bersamaan konsumen harus mengorbankan keinginananya untuk
tidak lagi mengkonsumsi sebagian barang Y. Peristiwa-peristiwa itu dibahas dalam teori
yang namanya Teori Marginal Rate of Substitution atau yang disingkat dengan MRS.
Berhubungan dengan hal tersebut salah satu penjelasan mengenai MRS dapat dibuatkan
contoh sebagai berikut.
MRS (Marginal Rate of X for Y), artinya berapa banyak barang X yang harus
dikeluarkan untuk menambah konsumsi satu unit barang Y, demi untuk menjaga tingkat
kepuasan yang sama MRSxy = S artinya untuk menambah konsumsi satu unit barang Y
harus diikuti dengan mengurangi konsumsi lima unit barang X.
Fungsi guna total adalah U = f( X,Y). Berdasarkan fungsi tersebut, MUx dapat
dihitung dengan MUx = ∂U/∂X, sedangkan MUy = ∂U/Y. Jadi untuk menghitung
besarnnya MRSxy dipergunakan rumus sebagai beikut.

MUx = ∂U/∂X; ∂U/∂X; ∂U/∂X = MUx dan ∂U/∂Y = MUy

Jadi dengan kata lain dapat pula dituliskan MRSxy = MUx/MUy.

Berikut contoh perhitungan MRS.

Page 73
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Barang X Barang Y MSRxy


20 1 -
19 2 1
17 3 0,50
14 4 0,33
10 5 0,25
5 6 0,20
4 7 1
3 8 1
2 9 1
1 10 1

Dari tabel dapat dijelaskan bahwa pada saat konsumsi barang Y = 1, konsumsi
barang X = 20. Jumlah konsumsi barang Y = 2, maka pada saat yang bersamaan konsumsi
barang X = 19. Dari perubahan konsumsi kedua jenis barang tersebut dapat diketahui ∂Y =
1. Angka 1 diperoleh dari perubahan konsumsi barang Y dari 1 unit menjadi 2 unit.
Sedangkan ∂Y = 1, yang diperoleh dari perubahan konsusmi barang X dan 20 unit menjadi
19 unit. Jadi berdasarkan perubahan konsumen dari barang X dan barang Y tersebut dapat
dihitung MRSxy = MUx/MUy = 1/1 = 1. Artinya untuk menambah konsumsi satu unit
barang Y harus diikuti dengan pengorbanan untuk mengurangi konsumsi barang X
sebanyak 1 unit. Dengan menggunakan cara perhitungan yang sama besarnya angka-angka
MRSxy dapat dihitung, yang hasilnya seperti tercantum pada kolom MRSxy dari tabel.
Kalau digambarkan dalam Kurve Indiferensi data yang terdapat pada Tabel 3.2
akan nampak seperti pada Gambar 3.6. Dari Gambar 3.6 tersebut dapat dijelaskan bahwa
barang dari penambahan konsumsi barang Y sebanyak 1 unit (dari 5 menjadi 6
menyebabkan konsumen harus mengurangi konsumsi barang X sebanyak 5 unit dari 10
menjadi 5) sehingga menghasilkan MRSxy = 0,20 di titik A.

1
0 Page 74
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19

Gambar 3.6 Kurve Ic dengan MRSxy Pada Titik B

Berikut ini perhitungan MRSyx yang merupakan kebalikan dari apa yang telah
dibahas sebelumnya. Dalam pembahasan MRSxy maka barang yang dikorbankan untuk
tidak dikonsumsi adalah barang X untuk menambah konsumsi satu unit barang X.
Besarnya MRSyx dari kasus ini dihitung dengan rumus sebagai berikut MRSyx =
MUy/MUx. Dengan menggunakan bantuan data yang terdapat dalam Tabel 3.5
perhitungan-perhitungan besarnya MRSyx dapat dilakukan dan hasilnya seperti yang
tercantum dalam kolom Tiga dari Tabel 3.5.

Tabel 3.5
Konsumsi barang X dan Y serta besarnya MRSyx

Barang Y Barang X MRSyx


1 10 -
3 9 0,5
4 8 1
5 6 2
7 5 0,5

Page 75
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Selanjutnya kalau data dalam Tabel 3.5 digambarkan dalam kurve akan nampak seperti
Gambar 3.7

10

9 A

8 B

6 C

5 D

1 3 4 5 7

Gambar 3.7 Kurve IC dan MRSyx pada titik A,B,C,D

4. Anggaran (Budget)

Perilaku konsumen dalam menggunakan anggarannya yang terbatas adalah


berupaya mengalokasikan anggaran tersebut untuk membeli barang dan jasa sedemikian
rupa, sehingga dari upaya tersebut dapat dicapai kepuasan maksimal. Perilaku ini dapat
digunakan untuk memahami persoalan mengenai permintaan. Artinya bagaimana
perubahan-perubahan permintaan barang dan jasa terjadi sebagai akibat dari perubahan
harga, sementara anggaran belanja yang dimilikinya tetap atau mengalami perubahan.
Misalnya hanya ada barang X dan barang Y yang siap dibeli oleh konsumen. Harga
barang X dipasar adalah Px, dan barang Y harganya Py perunit. Penghasilan atau anggaran
yang dimiliki sebesar M pada periode tertentu. Jadi pengeluaran untuk membeli barang X
= X (Px) ditambah pengeluaran untuk membeli barang Y = Y (Py) harus maksimal sama
besar dengan anggaran sebesar M kalau ditulis dengan cara yang singkat, maka menjadi
sebagai berikut.

Page 76
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

M = X (Px) + Y (Py)

Uraian mengenai penggunaan anggaran M biasanya diganti dengan BL yang


merupakan singkatan dari budget line. Jadi perilaku konsumen dalam menggunakan
anggarannya untuk membeli barang X dan Y adalah,

BL = X (Px) + Y (Py)

Kalau garis anggaran atau BL ini dituangkan dalam kurve akan nampak seperti
Gambar 2.8.

Y 1/Py (M) M/Py

BL = X (Px) + Y (Py)

1/Px (M) = M/Px

0 X X

Gambar 3.8 Kurve Garis Anggaran (BL)

Kemiringan (Slope) garis BL adalah negatif yang merupakan rasio dari banyaknya
barang X dan barang Y yang mampu dibeli konsumen dengan menggunakan anggaran
tersebut. Atau nilai kemiringan garis BL adalah minus dari perbandingan harga barang.
Kalau seluruh anggarannya dibelikan barang Y dengan tidak membeli barang X, maka
jumlah barang Y diperolehnya sebanyak OY atau sebanyak M/Py = 1/Py (M). Sebaliknya
jika seluruh anggarannya dibelikan barang X, jumlah yang diperolehnya sebanyak OX atau
M/Px = 1/ Px(M). Oleh karena itu kemiringan garis BL adalah,

-OY/OX = - 1/Py (M) : 1/Px (M) = - Px/Py

Page 77
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Garis anggaran (BL) adalah garis yang menghubungkan titik-titik kombinasi barang yang
dapat dibeli dengan jumlah anggaran atau penghasilan tertentu.
Garis anggaran (BL) bisa bergeser dari kedudukannya semula. Bila terjadi
perubahan-perubahan pendapatan atau harga barang dan jasa. Bila pendapatan konsumen
naik, maka kemampuannya untuk membeli barang X dan Y meningkat. Hal ini dapat
menyebabkan posisi garis anggaran bergeser kekanan atas, sehingga luas bidang segitiga
yang dibentuknya setelah terjadi pergeseran tersebut menjadi bertambah luas. Tetapi
sebaliknya bila pendapatan berkurang pergeseran garis anggaran menuju ke kiri bawah.
Pergeseran-pergeseran tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.9

Y
M/PY1

M/PY

BL 1
M/PY1
BL
BL 2

0 M/Px2 M/Px M/Px1


X

Gambar 3.9 Pergeseran BL Karena Perubahan Pendapatan

Gambar 3.9 adalah gambar yang menjelaskan pergeseran garis anggaran ke kanan atas atau
ke kiri bawah sebagai akibat dari naik turunnya tingkat pendapatan konsumen.
Bila yang berubah bukan pendapatan, melainkan harga barang dan jasa maka
bentuk pergeseran garis anggaran berbeda dengan yang ada pada gambar 2.8, jika harga
barang X turun dari tingkat semula, dengan asumsi pendapatan dan harga barang Y tetap,
maka turunnya harga barang X tersebut menyebabkan daya beli konsumen untuk membeli
barang X meningkat. Jumlah barang X yang mampu dibelinyapun bertambah banyak.
Akibatnya posisi garis anggaran pada sumbu X bergeser ke kanan, sementara pada sumbu
Y posisi garis anggaran tetap atau tidak mengalami perubahan. Sebaliknya apabila harga
barang X naik, maka garis anggaran pada sumbu X bergeser kesebelah kiri. Hal tersebut
dapat disaksikan pada gambar 3.10a, dan gambar 3.10b.

Page 78
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Y Y
M/Py 1 M/Py

BL BL1 BL1 BL

O X X1 O X1 X

Gambar 3.10a Pergeseran BL ke BL1 Gambar 3.10b Pergeseran BL ke


Karena Harga Barang BL1 Karena Harga
X Turun Barang X Naik

Gambar 3.10a menunjukkan pergeseran BL ke BL1 sebagai akibat turunnya harga


barang X sementara pendapatan tidak berubah dan barang Y harganya tetap. Sebaliknya
pada Gambar 3.10b menunjukkan harga barang X naik sementara pendapatan dan harga
barang Y tidak berubah. Akhirnya menyebabkan garis anggaran bergeser dari BL ke BL1.
Bila harga barang Y yang bergerak naik atau turun, sementara harga barang X dan
pendapatan tetap, maka pergeseran garis anggaran akan tampak pada Gambar 3.11a dan
Gambar 3.11b.

Y
M/Py 1 M/Py Y

BL
BL1 M/Py 1
M/Py

BL BL1
X X
O M/Px O M/Px
Gambar 3.11a pergeseran BL ke Gambar 3.11b pergeseran BL ke
BL1 karena harga BL1 karena harga
barang Y turun barang Y turun

Gambar 3.11a menunjukkan harga barang Y mengalami penurunan, sehingga


jumlah barang Y yang dapat dibeli oleh konsumen bertambah banyak. Akibatnya, garis BL

Page 79
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

bergeser dari BL ke BL1 sebagai akibat dari naiknya barang Y, sehingga kemampuan
konsumen membeli barang Y berkurang.

5. Keseimbangan Konsumen
Kondisi keseimbangan akan terjadi apabila konsumen telah mengalokasikan
seluruh pendapatannya untuk membeli barang dan jasa keperluan konsumsinya. Seluruh
uang yang dimilikinya telah dipergunakan dan sudah mencapai tingkat kepuasan tertinggi
(maksimalisasi kegunaan). Atau keseimbangan konsumen bisa juga terjadi saat kepuasan
tertentu telah tercapai dengan menggunakan anggaran yang paling rendah (minimalisasi
biaya).
Secara grafis, keseimbangan tercapai pada saat kurve garis anggaran (BL)
bersinggungan dengan kurve indifirensi seperti terlihat pada gambar 3.12.

Y2 A

Y1 E
IC3
IC2
Y3 IC1
B
BL

X
0 X2 X1 X3

Gambar 3.12 Keseimbangan Konsumen

Garis BL mencerminkan tingkat kemampuan atau daya beli, sementara garis IC 1,


IC2, IC3 mencerminkan tingkat kepuasan konsumen. Tingkat kepuasan tertinggi yang dapat
dicapai oleh konsumen dengan anggaran sebesar BL terletak pada titik E. Pada titik E
tersebut kurve indiferensi (IC2) bersinggungan dengan garis anggaran (BL). Jumlah
konsumsi barang X saat itu sebanyak OX 1 dan barang Y sejumlah OY 1. Jadi keseimbangan
tertinggi yang dapat dicapai oleh konsumen dari kedua barang tersebut sebanyak OX1 +
OY1.

Page 80
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Konsumsi barang X dan Y dititik A dan B pada IC 1 belum mencapai keseimbangan


atau belum mencapai tingkat kepuasan maksimal (belum mencapai satification
maxzimalzation). Kalau konsumen menggunakan anggarannya untuk membeli keperluan
barang X dan Y yang titik koordinasi dan kedua jenis barang tersebut berada dititik A,
maka kombinasi pembenahan atau konsumsi barang X dan Y belum seimbang, karena
salah satu dari kedua jenis barang yang dibeli terlalu banyak (barang Y sebanyak OY 2 ),
sementara barang lainnya (barang X sebanyak OX2) terlalu sedikit. Demikian pula kalau
titik koordinasi pembelian barang-barang tersebut terletak di titik B, maka pembelian
barang X sebanyak OX3 terlalu banyak sedangkan pembelian barang Y yang jumlahnya
OY3 terlalu sedikit. Walaupun tingkat kepuasan yang dicapai oleh konsumen di tiik A dan
B sama tentu saja koordinasi pembelian barang di titik A dan B kurang baik, karena
komposisi keseimbangan pembelian barang X dan Y untuk mencapai kepuasan yang sama
tersebut sebenarnya masih bisa diperbaiki. Caranya dengan mengurangi pembelian barang
yang dibeli berlebihan dan kelebihan anggaran untuk membeli barang tersebut dialihkan
guna membeli barang lainnya, sampai jumlah perimbangan yang harmonis dari pembelian
atau konsumsi barang-barang tersebut. Perimbangan jumalah pembelian yang harmonis,
titik koordinasinya terletak dititik E pada IC2 dengan jumlah pembelian barang X sebanyak
OX1 yang jumlahnya relatif seimbang dengan pembelian barang Y sebanyak OY1.

6. Pergeseran Garis Anggaran dan Posisi Kurve Indiferensi


Pada bagian yang lalu telah disinggung bahwa garis anggaran bisa mengalami
pergeseran sebagai akibat bertambah atau berkurangnya pendapatan, serta naik turunnya
harga barang dan jasa. Silahkan periksa kembali gambar 3.8, 3.9, dan 3.10.
Apabila pendapatan bertambah, akan mendorong bergesernya Garis Anggaran ke
posisi yang lebih tinggi (ke kanan atas). Pergeseran ini akan diikuti oleh kurve indifirensi
ke arah yang sama, karena pendapatan yang bertambah merupakan pertanda daya beli
meningkat sehingga barang dan jasa yang mampu dibeli oleh konsumen bertambah
banyak. Meningkatnya kemampuan membeli barang dan jasa membawa efek pada
peningkatan maksimalisasi kepuasan terhadap konsumen barang dan jasa. Kepuasan
konsumen meningkat menyebabkan kurve indiferensi posisinya bergeser kearah yang
lebih tinggi mengikutu pergeseran Garis Anggaran. Model pergeseran Garis Anggaran
yang diikuti oleh pergeseran kurve indiferensi dapat dilihat pada Gambar 3.13

Page 81
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

ICC

E2
Y2
E1
Y1 IC2

BL1 IC1
BL2
X
0 X1 X2

Gambar 3.13 Pergeseran BL dan IC Karena Pendapatan Naik

Dari Gambar 3.13 dapat dijelaskaan sebagai berikut. Jika pendapatan naik, maka
garis anggaran akan bergeser dari BL1 ke BL2, yang diakui oleh berpindahnya kurve
indifiresi dari IC1 ke IC2. Pergeseran tersebut menunjukkan bahwa kepuasan konsumen
dalam mengonsumsi barang X dan barang Y meningkat. Maksimalisasi kepuasan tertinggi
terletak pada titik E2, bergeser dari posisi sebelumnya di titik E1.
Jikalau titik-titik kepuasan tertinggi saling dihubung-hubungkan dengan sebuah
garis, maka akan terbentuklah garis atau kurve yang disebut dengan kurve pendapatan
konsumsi. Kurve ini biasa disingkat dengan ICC yang merupakan singkatan dari income
consumption curve. Income Consumption Curve (ICC) adalah kurve yang menghubungkan
titik-titik keseimbangan atau titik-titik kepuasan tertinggi konsumen pada berbagai tingkat
pendapatan, dengan catatan harga-harga barang tidak naik atau tetap pergeseran kurve
indiferensi dengan garis anggaran, disamping disebabkan oleh kenaikan atau penurunan
pendapatan, pergeseran-pergeseran tersebut bisa pula terjadi karena adanya perubahan atau
naik turunnya harga barang dan jasa. Bila harga barang X turun berarti jumlah barang X
yang dapat dibeli bertambah banyak. Bertambahnya barang X yang dapat dibeli membuat
garis anggaran dan kurve indifirensi bergeser ke kanan atas. Pergeseran-pergeseran
tersebut dapat dilihat pada gambar 3.14a dan bambar 3.14b.

BL2 PCC Page 82


Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Y Y

PCC IC1 E2
E2 Y2
IC2
E1
E1 IC2
Y1
BL1
IC1 BL2 BL1
X
O X1 X2

Gambar 3.14 a Pergeseran BL dan IC Gambar 3.14 b Pergeseran BL dan IC


Akibat Harga Barang X Akibat Harga Barang Y
Turun Turun

Gambar 3.14a memperlihatkan bahwa harga barang X turun (sementara) harga


barang Y tetap, sehingga garis anggaran bergeser dari BL1 ke BL2. Jumlah barang X yang
dapat dibeli bertambah dari sejumlah OX1 menjadi OX2. Bergesernya BL1 ke BL2 dan
bertambahnya pembelian barang X, membuat IC1 ikut bergeser ke IC2, sehingga kepuasan
konsumen dalam mengkonsumsi barang X dan barang Y meningkat. Keseimbangan
kepuasan terdalam konsumsi kedua barang tersebut menjadi di titik E 2, bergeser dari
kedudukan awal di E1. Sedangkan gambar 2.13b menunjukkan pergeseran garis anggaran
BL1 ke BL2 dan kurve indiferensi IC 1 ke IC2 ke kanan atas, sebagai akibat dari harga
barang Y menuru, sementara harga barang X tidak berubah. Posisi Keseimbangan
Kepuasan Konsumen yang meningkat, dari konsumsi barang X dan barang Y, kemudian
berada di titik E2 bergeser dari kedudukan semula di titik E1.
Kalau titik-titik Keseimbangan Kepuasan Konsumen dihubung-hubungkan akan
terciptalah kurve harga konsumsi, atau PCC yang merupakan singkatan dari price
consumption curve. Jadi definisis dari price consumption curve adalah kurve yang
menghubungkan titik-titik Keseimbangan Kepuasan Konsumen pada berbagai rasio harga
sebagai akibat berubahnya harga suatu barang dengan catatan jumlah pendapatan tetap.

7. Kurve Engel
Untuk mengetahui apakah barang yang dibeli oleh konsumen termasuk kebutuhan
pokok atau barang mewah, dapat diketahui melalui analisis Kurve Engel. Kurve ini
ditemukan oleh “Cristian Lorenz Ernest Engel” yaitu pada intinya mencoba untuk
menerangkan hubungan antara tingkat pendapatan dengan tingkat konsumsi. Kurve Engel

Page 83
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

ini sebenarnya diturunkan dari Income Consumption Curve, yang kalau digambarkan
nampak seperti Gambar 3.15.

Gambar 3.15 memperlihatkan bahwa Kurve Engel menunjukkan rasio atau


perbandingan antara barang yang diminta dengan perubahan tingkat pendapatan
konsumen. Berdasarkan Gambar 3.15. maka terlihat bahwa barang X termasuk jenis
kebutuhan pokok karenan peningkatan income yang relatif banyak diikuti oleh
tambahan permintaan barang X dalam jumlah yang relatif sedikit.

E1
IC2

IC1
BL1 BL2
X

Kurve Engel
X2

X1

Income

0 I1 I2

Gambar 3.15 Kurve Engel Untuk Barang Kebutuhan Pokok

Jadi seolah-olah peningkatan income atau pendapatan (sebesar I 1 I2) tidak


berpengaruh banyak terhadap tambahan permintaan barang X (hanya sebesar X1X2) bahkan bila
pendapatan terus meningkat, maka permintaan terhadap barang kebutuhan poko, rasionya akan

Page 84
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

semakin mengecil dibandingkan dengan rasio peningkatan pendapatan. Artinya semakin besar
tambahan pendapatan akan diikuti oleh tambahan permintaan barang kebutuhan poko yang
semakin kecil.

Y Apabila bentuk kurve engel seperti


pada Gambar 3.16, maka
permintaan terhadap barang X
termasuk permintaan barang
mewah. Pernyataan ini bisa
dijelaskan, karena kenaikan
IC2
pendapatan dalam jumlah yang
relatif sedikit, diikuti oleh
IC1
BL1 BL2 tambahan permintaan terhadap
X
barang X dalam jumlah yang
relatif banyak. Income bertambah
X
sebesar I1I2, tetapi diikuti oleh
Kurve Engel
X2 tambahan permintaan barang X
relatif sangat banyak yaitu
sejumlah X1X2. Bila pendapatan
X1
terus meningkat, maka rasio
pertambahan permintaan barang X,
Income
bisa lebih besar dari rasio
0 I1 I2
pertambahan pendapatan.
Gambar 3.16 Kurve Engel Untuk Barang Mewah

Demikian Pula sebaliknya bila pendapatan atau income menaglami penurunan, maka
penurunan tersebut akan diikuti oleh berkurangnya permintaan terhadap barang X. Rasio
turunnya permintaan barang X lebih besar dari rasio turunnya income atau pendapatan.
Jadi derajat elastisitas permintaan barang mewah besar atau E >1.

8. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan


Dalam kurve indiferensi, apabila suatu jenis barang harganya turun, maka ada dua
komponen yang dipengaruhi, yaitu harga dan pendapatan.

Page 85
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

1) Komponen harga. Artinya barang yang harganya turun akan menjadi lebih murah.
Oleh karena itu apabila konsumen ingin mempertahankan tingkat kepuasanmaksimal
yang sama seperti dalam Kurve Indiferensi semula, konsumen akan menambah
konsumsi barang yang harganya relatif lebih mahal. Prilaku konsumen dengan
mengurangi konsumsi barang yang harganya relatif lebih mahal dan menambah
konsumsi barang yang harganya relatif lebih murah, peristiwa itu disebut sebagai Efek
Substitusi.
2) Komponen pendapatan, tuurnnya harga barang membuat pendapatan nominal yang
jumlahnya tetap, secara riil menjadi bertambah karena jumlah barang yang harganya
turun dapat dibeli dalam jumlah yang lebih banyak. Naiknya pendapatan riil saat
pendapatan nominal tetap, akibat harga barang turun disebut Efek Pendapatan Gambar
3.17 menunjukkan Efek Substitusi dan Efek Pendapatan tersebut.

IC2

IC1 B

BL3

BL1 BL2
X
0 X X2 X1

Gambar 3.17 Efek Subsitusi dan Efek Pendapatan, Harga Barang X Turun

Bila harga barang X turun, maka jumlah barang X yang dapat dibeli
bertambah banyak. Keseimbangan kepuasan terhadap konsumsi barang X dan barang
Y bergeser dari titik A ke titik C. Kasus turunnya harga barang X emmbuat
pendapatan riil konsumen meningkat, sehingga garis anggarannya bergeser dari BL 1
ke BL2. Itu yang menyebabkan tingkat keseimbangan kepuasan maksimalnya berada

Page 86
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

pada titik yang baru dari titik C. BL3 memiliki slope lebih datar dari BL1 sebagai bukti
harga barang X menjadi lebih murah pada BL3 dibandingkan dengan pada BL1.
Bila konsumen diminta untuk menlakukan penyesuaian keseimbangan
terhadap konsumsi barang X dan barang Y tetap pada IC 1 dengan pendapatan nominal
yang tidak berubah, maka keseimbangan baru tersebut letaknya pada titik B, yaitu titik
persinggungan antara IC1 dengan BL2. Garis BL2 adalah garis anggaran bantu yang
posisinya sejajar dengan garis BL3. Garis BL3 diperlukan untuk membantu
menemukan efek substitusi dan perubahan-perubahan harga pembelian barang X
untuk mengubah posisi keseimbangan maksimal dari titik A ke titik B besarnya sama
dengan X1X2. Jumlah tambahan pembelian barang X sebanyak X1X2 inilah yang
disebut dengan Efek Substitusi. Setelah harga barang X menurun ternyata jumlah
barang X yang dapat dibeli secara keseluruhan menjadi OX3 dengan titik
keseimbangan pada titik C dan garis anggarannya adalah BL3. Oleh karena itu
keseluruhan barang X yang mampu dibeli setelah harganya turun adalah X 1X2
ditambah X2X3 sama dengan X1X3. Jumlah barang X sebesar X1X3 yang dapat dibeli
disebut efek total.
Perubanhan pembaelian barang X setelah diadakan penyesuaian sebesar
X2X3 disebut efek pendapatan jadi Efek Substitusi ditambah Efek Pendapatan sama
dengan Efek Total atau, X1X2 + X2X3 = Efek Total (X1X3)

X1X2 = EFEK Substitusi


X2X3 = Efek Pendapatan
X1X3 = Efek Total

Efek substitusi dan efek pendapatan terjadi karena efek dari turunnya harga.
Sekarang bagaimana seandainya harga tidak turun, tetapi sebaliknya naik. Naiknya
harga barang, maka Efek Substitusi dan Efek Pendapatannya dapat dilihat pada
Gambar 3.18. Berdasarkan Gambar 3.18 dapat dibuat penjelasan sebagai berikut.
Misalnya harga barang X naik, karena harganya naik jumlah barang X yang dapat
dibeli menjadi berkurang dari OX1 menjadi OX3 pada awal sebelum harga naik
Kondisi Keseimbangan Konsumsi barang X dan barang Y untuk maksimalisasi
kepuasan terletak di IC1 pada titik A dengan konsumsi barang X sebenarnya OX 1. Bila
kosumen tersebut ingin melakukan penyesuaian keseimbangan konsumsi barang X
dan Y dengan asumsi bahwa keseimbangan yang diinginkan konsumen dalam wujud

Page 87
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Y
IC1

IC12
IC B

BL1

BL
BL13 BL2
X
0 X3 X2 X1

Gambar 3.18 Efek Subsitusi dan Efek Pendapatan, Kasus Harga Naik

Maksimalisasi keputusan tetap berada IC1, maka keseimbangan tersebut akan


terjadi pada titik B. Titik B tersebut emrupakan titik persinggungan antara garis BL 2
(Garis Anggaran Semu), dengan LC1. Perpindahan keseimbangan maksimalisasi
keputusan dari titik A ke titik B merupakan Efek substitusi dari kenaikan barang X.
Atau efek substitusi etrsebut besarnya sama dengan jumlah X 1X2. Dalam keadaaan
pendapatan nominal tetap, maka kenaikan harga barang X menyebabkan pendapatan
riil terhadap barang X menurun artinya barang X yang dapat dibeli dengan jumlah
uang yang sama berkurang. Berkurangnya perolehan barang X tersebut dihitung dari
keadaan setelah diadakan penyesuaian keseimbangan. Dengan demikian bersarnya
Efek Pendapatan sama dengan X2X3. Sedangkan Efek Total dari adanya kenaikan
harga barang X tersebut sebesar X1X2 + X2X3 = X1X3.

9. Barang Inferior dan Barang Giffen


Barang Inferior adalah barang yang permintaannya berkurang atau menurun pada
saat pendapatan meningkat. Disamping Barang Inferior dikenal pula Barang Giffen.
Barang Giffen ini ditemukan oleh Sir Robert Giffen di Irlandia, sehingga hasil temuannya
disebut Barang Giffen.
Barang Giffen (Giffen Goods) termasuk dalam kategori Barang Inferior, tetapi
Barang Inferior belum tentu Barang Giffen. Misalnya seorang karyawan yang berasal dari
Singaraja, bekerja di Surabaya Karyawan tersebut berpenghasilan Rp 1.000.000,- setiap

Page 88
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

bulan. Setiap hari jumat ia pulang ke Singaraja naik bus ekonomi. Beberapa bulan
kemudian penghasilannya perbulan meningkat menjadi Rp 2.000.000,- kenaikan gaji yang
diperolehnya tidak membuat ia menambah waktu pulangnya dengan naik bus ekonomi,
tetapi ia tetap pulang seminggu sekali, dengan sekali-kali naik bus malam yang lebih
nyaman. Jadi pulangnya ia ke singaraja dengan naik bus ekonomi tidak bertambah atau
tidak menjadi lebih sering dari biasanya, walaupun penghasilnnya per bulan telah
meningkat. Dengan demikian bagi karyawan tersebut, jasa bus ekonomi menjadi Barang
Inferior, sedangkan jasa bus malam menjadi Barang Normal. Bila kelak penghasilan
bulannya meningkat lagi, Barang Normal (bus malam) bisa berubah menjadi Barang
Inferior, karena mungkin saja sekali-kali ia pulang dengan kendaraan pribadi.
Pengertian Barang Inferior tidak berlaku untuk semua atau kebanyakan orang,
tetapi berlaku bagi seseorang atau sekelompok orang dengan menghasilkan pengahasilan
tertentu. Tetapi jika Barang Inferior seperti yang dicontohkan di atas berlaku bagi semua
atau sebagian besar orang, maka barang tersebut bukan lagi namanya Barang Inferior,
tetapi berubah menjadi Barang Giffen.
Di indonesia contoh barang Giffen adalah nasi (beras). Kebanyakan orang
Indonesia memiliki kecendrungan untuk mengurangi permintaan atau konsumsi nasi pada
saat pendapatannya naik, dan mengalihkan pengurangan pembelian nasi tersebut untuk
lauk pauk yang lebih banyak dalam arti jumlah dan kualitas. Kenyang bagi mereka bukan
hanya karena banyak makanan, tetapi kenyang tersebut adalah kenyang bergizi. Karena
pendapatan meningkat mereka mungkin saja tidak lagi setiap hari masak dirumah, tetapi
kadang-kadang sekeluarga pergi ke restoran (misalnya ke Kentucy Fried Chicken) untuk
makan malam bersama. Gambar 3.19 berikut ini melukiskan kurve indiferensi untuk
Barang Inferior.

B
IC2
BL1

Page 89
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

BL2
A

IC1
0 X
X2 X1

Gambar 3.19 Kurve Indifrensi Untuk Barang Inferior

Dari gambar 3.19 tersebut dapat diberikan penjelasan sebagai berikut. Apabila
pendapatan konsumen naik dari pendapatan sebelumnya, akan menyebabkan garis
anggaran berpindah ke kanan atas. Perpindahan garis tersebut dicerminkan oleh pergeseran
BL1 ke BL2. Kurve Indiferensi ikut berpindah dari IC1 ke IC2, yang berarti kepuasan
konsumen meningkat dari sebelumnya. Bergesernya IC tersebut membuat titik
keseimbangan konsumen untuk konsumsi barang X dan Y berpindahan dari titik A
ketempat yang lebih tinggi yaitu titik B. Perpindahan titik keseimbangan itu terjadi pada
saat kosumsi barang X berkurang dari sebanyak OX1 menjadi OX2 atau berkurang
sebanyak X1X2. Jadi dalam keadaan pendapatan bertambah, justru mengakibatkan
permintaan terhadap barang X berkurang. Berarti pendapatan memiliki efek negatif
terhadap permintaan barang.
Terhadap barang inferior dapat diberikan penjelasan terhadap sebagai berikut. Saat
harga barang turun, permintaan barang inferior akan naik sepanjang efek substitusi lebih
besar dari efek pendapatan. Sebaliknya pada waktu harga barang turun, permintaan barang
inferior akan turun selama efek pendapatan lebih besar dari efek subtitusi. Perhatikan
Gambar 3.20 berikut ini.

BB
A IC2

Page 90
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

IC1

BL BL BL
1 2 3 X
0 X1 X2 X3

Gambar 3.20 Barang Inferior, Kasus Harga Turun

Apabila harga barang X turun akan menyebabkan jumlah permintaannya naik dari
OX1 menjadi sebanyak OX2 (Efek Total), atau ada tambahan sebesar X1X2 Mestinya
barang X secara normal, bisa diperbanyak menjadi sejumlah X1X3 (penyesuaian
keseimbangan dengan asumsi pendapatan rill tetap), kalau konsumen menginginkan
keseimbangan tetap berada pada IC1. Tetapi pada saat harga barang X turun (yang berarti
pendapatan rilnya bertambah), justru permintaan barang X menjadi berkurang dari yang
semestinya sebesar OX3. Dalam kenyataannya permintaan barang X hanya sebesar OX2.
Ini artinya permintaan terhadap X tersebut termasuk permintaan Barang Inferior.
Pemahaman terhadap barang inferior ini bisa pula dilihat berdasarkan perbandingan
rasio dari perbandingan atau rasio dari perubahan efek subtitusi dengan efek pendapatan.
Apabila efek subtitusi lebih besar dari efek pendapatan, berarti barang yang diminta atau
dibeli tersebut termasuk barang inferior. Dalam gambar 3.18, dapat dicermati bahwa efek
subtitusi dari permintaan barang X sebesar X1X3 atau sebesar perubahan keseimbangan
pada IC1 dari titik A ke titik C. Sedangkang Efek Pendapatan sebesar X2X3 atau sebesar
perubahan keseimbangan dari titik C pada IC1 ke titik B pada IC2 Berarti efek subtitusi
lebih besar dari efek pendapatan. Jadi permintaan barang X termasuk permintaan barang
inferior (kenaikan pendapatan justru mengurangi permintaan).
Kasus permintaan Barang Giffensama dengan Barang Inferior. Kasusnya adalah,
apabila pendapatan naik atau meningkat, justru permintaan terhadap kedua jenis barang
tersebut menurun. Sebaliknya kasus barang X, adalah apabila harganya naik,
permintaannya justru naik atau sebaliknya. Apabila pendapatan menurun, permintaan
barang Giffen dan Inferior naik, atau sebaliknya. Kasus tersebut dapat dilihat pada Gambar
3.21

Page 91
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

B
A
A

IC1

BL
3
C BL BL
2 1

IC2
X
0 X3 X1 X2

Barang 3.21 Barang Giffen, Kasus Harga Naik

Kenaikan harga barang X justru menambahkan permintaan barang X dari OX1


menjadi OX2. Efek total pendapatan besar sama dengan X1X2. Naiknya harga barang X
seharusnya akan menyebabkan pembeliannya menurun.
Seandainya konsumen menyesuaikan keseimbangan kepuasannya, semestinya ia
harus mengurangi pembelian barang X dari OX1 menjadi OX3 atau berkurang sebanyaak
X1X3 (Efek Subtitusi). Tetapi nyatanya konsumen bukan mengurangi, malah sebaliknya
menambah pembelian barang X menjadi sebanyak OX2. Efek Pendapatan sebesar X1X2
lebih besar dari efek subtitusi X1X3. Atau menurunnya pendapatan riil (karena harga naik),
justru mendorong bertambahnya permintaan barang X sebesar X1X2.
Setelah membaca seluruh materi yang disajikan sebelumnya, khususnya materi
yang membicarakan teori guna dengan pendekatan Ordinal, berikut ini disajikan satu
contoh persoalan sebagai berikut.
Herawati adalah seseorang penyanyi, ia memiliki dana Rp 2.000.000,- untuk
membeli pakian dan alat-alat kecantikan. Dari kedua jenis barang yang dibelinya, maka
Total Utility yang dapat dicapai oleh Herawati adalah TU = XY.TU adalah Guna Total, X
= pakaian, dan Y = alat-alat kecantikan. Harga satu stel pakaian adalah Rp 200.000,- dan
satu set alat–alat kecantikan harganya setinggi Rp.100.000,-. Dari persoalan tersebut
ditanyakan hal-hal sebagai berikut.
a) Hitunglah berapa pakian dan alat-alat kecantikan yang harus dibeli oleh Herawati pada
saat yang bersamaan,sehingga dari pembelian tersebut ia memperoleh tingkat Guna
Maksimum.

Page 92
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

b) Jika harga satu set alat-alat kecantikan naik menjadi Rp 200.000, hitunglah tingkat
guna atau kepuasan maksimum baru yang dicapai oleh Herawati untuk pakian dan
alat-alat kecantikan tersebut.
c) Gambarlah kondisi yang diperoleh Herawati dari apa yang telah dicapai dalam dua
persoalan nomor (a) dan (b)
Pemecahan masalahnya adalah sebagai berikut.
Ditentukan:
Anggaran untuk X dan Y sebesar Rp 2.000,000.
Harga satu stel barang X adalah Rp 200.000.
Harga satu stel barang Y sama dengan Rp 100.000.
Total utility atau TU maksimum sama dengan XY.

Dari ketentuan-ketentuan tersebut, kemudian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.


Fungsi kendala, St = 2.000.000 = 200.000X + 100.000Y
St = 200X + 100Y - 2.000 = 0
Fungsi Lagrange, L = XY-λ (200X + 100Y - 2.000)
L = XY - 200Xƛ + 100Yλ - 2.000ƛ

Syarat maksimalisasi TU adalah:


Turunan X terhadap L atau ծL/ծX = 0

Turunan Y terhadap L atau ծL/ծY = 0


ծL/ծX = Y - 200λ = 0 ծL/ծY = X - 100λ = 0
Y = 200λ X = 100λ
λ = Y/200 λ = X/100
λ =1/200Y……(1) λ = 1/100X…..(2)
ծL/ծλ = -200X - 100Y + 2.000 = 0
-200X - 100Y = -2.000
200X + 100Y - 2.000……(3)
Dengan menggunakan Persamaan 1 dan 2 dapat dihitung besarnya X
(1)…..λ = 1/200Y masukkan X = 0,5Y ke Persamaan (3)
(2)…..λ = 1/100X 200X + 100Y = 2.000 X = 0,5 Y
1/200Y = 1/100X 200(0,5Y) + 100Y = 2.000Y X = 0,5(10)
X = 1/200Y : 1/100 100Y + 100Y = 2.000 X=5

Page 93
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

X = 1/200Y (100/1) 200Y = 2.000


X = 0,5Y Y = 2.000 : 200
Y = 10

Jadi supaya Herawati memperoleh Gunakan Maksimum (TU Maksimum) dari pembelian
pakian dan alat kecantikan, maka kombinasinya sebagai berikut.
Pakaian yang dibeli maksimal sejumlah 5 stel
Alat-alat kecantikan yang dibeli maksimal 10 stel
Dengan kombinasi tersebut, nilai TU yang dicapai sebesar 5 x 10 = 50
Apabila harga alat-alat kecantikan naik menjadi Rp 200.000 per set, maka perubahan ini
menyebabkan fungsi kendala (persamaan garis anggaran) berubah menjadi sebagai berikut.

200.000X + 200.000Y = 2.000.000


200X + 200Y = 200

Dan bentuk persamaannya juga berubah menjadi:


TU Maksimum adalah TU = XY
Fungsi Kendala (St) 200X + 200Y = 2.000
Fungsi Lagrange (L) XY = λ(200X + 200Y = 2.000)
XY = 200Xλ - 2.000Yλ = 2.000λ
ծL/ծX = Y - 200λ = 0 ծL/ծX = X - 200λ = 0 ծL/ծλ = -200X -
200Y + 2.000 = 0
Y = 200λ X = 200λ 200X+200Y = 2.000
λ = 1/200Y λ = 1/200X
λ = 1/200Y 1/200Y = 1/200X X = 1/200Y (200:1)
λ = 1/200X X = 1/200Y : 1/200 X=Y
200X + 200Y = 2.000 X = 5, dan
200X + 200X = 2.000 X=Y
400X = 2.000 jadi Y = 5
X = 2.000/400
X=5

Jadi TU Maksimum tercapai saat pembelian pakaian dan alat-alat kecantikan ,sbb.
a) Pakian sejumlah 5stel

Page 94
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

b) Alat-alat kecantikan sebanyak 5 set


c) Sedangkan Nilai TU Maksimal yang diperoleh adalah 5 x 5 = 25 (lebih rendah dari TU
Maksimal sebelumnya).

Gambar TU maksimum dari konsumsi pakaian dan alat-alat kecantikan yang dibeli oleh
Herawati sebelum dan sesudah terjadinya perubahan harga, seperti Gambar 3.22

20
BL1

15

10 A

B TU Max = 50
BL2
5 TU Max = 25

X
0 5 10 15

Gambar 3.22 Keseimbangan Kepuasan Herawati untuk Pakaian dan Alat Kecantikan

Catatan:

B=100X+100Y=2.000

Saat harga belum berubah kalau seluruh anggaran di belikan pakian(X) dapat 10 stel,kalau
seluruhnya dibelikan alat kecantikan dapat 20 set. A, titik keseimbangan kepuasan sebelum
harga berubah dan B titik keseimbangan setelan harga berubah.

D. Rangkuman
Barang dan jasa dapat memenuhi kebutuhan manusia, karena memiliki nilai atau
guna. Nilai tersebut dalam Teori Perilaku Konsumen dapat ditinjau dari dua pendekatan
yaitu berdasarkan pendekatan kardinal dan pendekatan ordinal. Pada intinya pendekatan
atau teori kardinal menyatakan bahwa guna barang yang dikonsumsi, dapat dihitung secara
nominal. Satuan hitungnya disebut util yang berasal dari kata utility. Guna yang diperoleh
dari mengkonsumsi barang dan jasa tersebut terdiri dari guna total (TU) dan guna marginal
(MU).

Page 95
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Sedangkan teori ordinal mengungkapkan bahwa nilai atau guna barang dan jasa
yang dikonsumsi tidak dapat diukur secara nominal. Guna hanya bisa dibanding-
bandingkan sebagaimana orang menilai atau menyatakan tentang kecantikan, sopan santun,
kecerdasan dan sebagainya. Dalam menjelaskan guna, teori ordinal menggunakan bantuan
kurve indiferensi. Yang dimaksud kurve imdiferensi adalah kurva yang menunjukkan
berbagai kombinasi dan konsumsi dua jenis barang atau lebih dalam waktu yang relatif
bersama. Setiap titik-titik kombinasi dari konsumsi barang-barang tersebut menunjukan
tigkat kepuasan yang sama. Dengan kurve indeferensi tersebut dapat dibuat kesimpulan
mengenai perbandingan kepuasan yang dapat dicapai oleh konsumen dengan
memperhatikan letak dari tiap-tiap kurve indeferensi tersebut. Semakin jauh letaknya dari
titik nol, menunjukkan semakin tinggi tingkat kepuasan yang dapat diperoleh dari
mengkonsumsi barang-barang tersebut oleh konsumen, demikian pula sebaliknya.
Konsumsi terhadap dua jenis barang (barang X dan barang Y), akan melahirkan
tingkat kepuasan sebesar U = f(X,Y). Kurve indiferensi dapat bergeser ke kiri bawah atau
kekanan atas mendekati atau menjauhi titik nol, sebagai akibat perubahan harga barang
atau pendapatan perkapita. Teori indiferensi mengatakan bahwa untuk menambah
konsumsi suatu jenis barang, maka harus diikuti dengan tindakan mengurangi konsumsi
barang lainnya. Tindakan–tindakan seperti ini dibahas dalam teori Marginal Rate of
Substitution (MRS).
Perubahan–perubahan pada tingkat harga barang dan pendapatan, menyebabkan
kemampuan daya beli konsumen (garis anggaran) meningkat atau sebaliknya menurun
sesuai dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada harga atau pendapatan. Perubahan
daya beli baik akibat perubahan harga atau pendapatan akan menimbulkan efek substitusi,
efek pendapatan dan efek total.

E. Soal Latihan
a. Berikanlah batasan dan penjelasan tentang Teori Kardinal dan Teori Ordinal
mengenai guna barang sebagai alat pemuas kebutuhan manusia. Dalam
penjelasan supaya diberikan pula perbedaan- perbedaan dan contoh-contoh
dari kedua teori tersebut.
b. Buatlah Kurve Indiferensi, beserta pergeseran-pergeserannya yang mungkin
terjadi. Dari gambar tersebut berikutnya berikanlah penjelasan-penjelasan.
Dengan menggunakan gambar jelaskan pula sifat-sifat dari Kurve Indiferensi.

Page 96
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

c. Apakah yang disebut dengan atau Marginal Rate of SubstitutionMRS.


Berikan penjelasan buat pula contoh dengan menggunakan angka-angka
bagaimana caranya menghitung besarnya MRS dan konsumsi dua jenis
barang.
d. Dalam mengkonsumsi dua jenis barang, konsumen dapat mencapai
keseimbangan kepuasan. Apa yang dimaksud dengan keseimbangan
kepuasan konsumen tersebut, berikan penjelasannya. Gambarlah dalam kurve
bagaimana proses terjadinya keseimbangan kepuasan, serta perubahan-
perubahan pendapatan konsumen atau perubahan-perubahan harga barang
yang dikonsumsi oleh konsumen.
e. Gambarlah Kurve Indiferensi, yang dapat membantu menemukan dan
menjelaskan pengertian tentang Efek Substitusi, Efek Pendapatan dan Efek
Total, baik karena kasus perubahan pendapatan maupun karena perubahan
harga barang.
f. Berikan penjelasan dengan contoh–contoh, tentang pengertian barang normal,
barang inferior dan barang Giffen. Buat kurve permintaan terhadap barang
inferior dan barang Giffen tersebut, serta berikan penjelasan.

Page 97
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

BAB
TEORI PRODUKSI DAN BIAYA PRODUKSI
4
A. Pendahuluan
Bila konsumen didefinisikan sebagai orang yang mengkonsumsi (pengguna) barang
dan jasa, produsen adalah orang yang memproduksi barang dan jasa (Kunawangsih, 2006:
146). Pembahasan mengenai perilaku produsen selalu berkaitan dengan kegiatan produksi.
Untuk melihat seluk beluk kegiatan perusahaan dalam memproduksi dan menawarkan
barangnya diperlukan analisis ke atas berbagai aspek kegiatan memproduksinya. Pertama
harus dianalisis sampai dimana faktor-faktor produksi akan digunakan untuk menghasilkan
barang yang akan diproduksikan. Sesudah itu perlu pula dilihat biaya produksi untuk
menghasilkan barang-barang tersebut. Dan pada akhirnya perlu dianalisis bagaimana
seorang pengusaha akan membandingkan hasil penjualan produksinya dengan biaya
produksi yang dikeluarkannya, untuk menentukan tingkat produksi yang akan memberikan
keuntungan yang maksimum kepadanya.
Sebelum membahas mengenai teori perilaku produsen lebih lanjut, perlu diketahui
bahwa beberapa hal pembahasan pada perilaku produsen terdapat kesamaan dengan
perilaku konsumen, seperti ditunjukkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Perbandingan Antara Perilaku Konsumen dan Perilaku Produsen


Perilaku Konsumen Perilaku Produsen
Pelaku : konsumen Pelaku : produsen
Barang A dan B Input K dan L
Berlaku hukum “The Law of Diminising Berlaku hukum “The Law of Diminising
Marginal Utility” Return”
Indiferent Curve Isoquat
Marginal Rates Substitution (MRS) A for B Marginal Rates Technical Substitution
(MRTS) L for K
Garis Anggaran I = PA . QA + PB . QB Isokos TC PL . L + PK . K
Keseimbangan MUA/PA = MUB/PB Keseimbangan MPL/PL = MPK/PK
Sumber: Diadaptasi dari Kunawangsih, 2006: 146

Page 98
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

B. Teori Produksi
Teori Produksi masuk dalam kategori Prilaku Produsen, yang analog dengan
Prilaku Konsumen yang telah dibahas dalam bab sebelumnya. Bila konsumen
mengalokasikan dananya untuk membeli barang dan jasa untuk dikonsumsi, maka
produsen memanfaatkan untuk membeli barang dan jasa untuk dikonsumsi, maka produsen
memanfaatkan dananya untuk membuat faktor-faktor produksi. Dalam Teori Konsumen
berlaku Te Law Of Diminishing Marginal Utility, maka dalam proses produksi berlaku The
Law Of Diminishing Return. Konsumen dalam proses konsumsinya berusaha untuk
mencapai Kepuasan Maksimum, sementara produsenn dalam kegiatan produksinya berupa
untuk mencapai tingkat Produksi Maksimum. Oleh karena itu, pemahaman mengenai
Prilaku Konsumen akan memudahkan dalam memahami pengertian Prilaku Produsen.

1. Produksi Jangka Pendek dan Jangka Panjang.


Dalam kegiatan produksi, faktor-faktor produksi dibedakan menjadi Faktor
Produksi Tetap (Fixed Input) dan Faktor Produksi Variabel (Variabel Input). Faktor
Produksi Tetap adalah faktor produksi yang jumlah penggunaanya tidak tergantung pada
jumlah hasil produksinya. Ada atau tidak adanya kegiatan produksi, faktor produksi tetap,
harus tetep tersedia, contohnya mesin. Sebuah mesin kalau dipergunakan dalam proses
produksi, sampai pada tingkat atau interval output tentu jumlah mesin yang dipergunakan
tidak perlu ditambah. Sebaliknya apabila produksi menurun dan bahkan sampai mencapai
nol unit, mesin tidak dapat dikurangi jumlahnya. Sebuah mesin misalnya berkapasitas
maksimum sebanyak 10.000 unit per hari. Hasil produksi misalnya dibuat sebanyak 500
unit, atau 9.000 unit, mesinnya tetap dipergunakan satu unit. Kecuali hasil produksi yang
ingin dibuat sejumlah 1.500 unit, maka perlu adanya tambahan penggunaan mesin, sebab
jumlah 1.500 unit tersebut melebihi kapasitas maksimum sebuah mesin.
Faktor Produksi Variabel adalah faktor produksi yang penggunaanya sangat
tergantung pada hasil atau output produksi. Semakin besar output yang dihasilkan, semakin
banyak faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan output tersebut. Contohnya
adalah tenaga kerja lepas yang bekerja di pabrik rokok. Jika perusahaan ingin menambah
hasil produksinya, maka perusahaan harus menambah jumlah tenaga kerja yang
dipergunakan untuk menambah hasil yang diinginkan.
Pengertian faktor produksi tetap dan tidak tetap atau variabel sangat berkaitan
dengan jangka waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk menambah atau mengurangi
penggunaan faktor-faktor produksi tersebut dalam proses produksi. Mesin dikatakan faktor

Page 99
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

produksi tetap, karena dalam jangka waktu pendek (short run) susah untuk ditambah atau
dikurangi jumlahnya dalam proses produksi. Sebaliknya tenaga kerja atau buruh dikatakan
faktor produksi variabel, karena dalam jangka pendek mudah ditambah atau dikurangi
jumlah penggunaannya untuk disesuaikan dengan kebutuhan. Dalam jangka panjang (long
run) semua faktor-faktor produksi yang dipergunakan akan berubah menjadi faktor
produksi variabel. Alasanya karena dalam jangka panjang perusahaan dapat menambah
atau mengurangi semua faktor-faktor produksi yang dipergunakan dalam proses produksi.
Pengertian proses produksi jangka panjang bervariasi antara satu perusahaan
dengan perusahaan lainya. Ada yang mengatakan bahwa kurun waktu jangka panjang
proses produksi, berkisar antara lima sampai 25 tahun. Di atas waktu itu disebut jangka
sangat panjang. Teori produksi tidak mendefinisikan jangka pendek dan jangka panjang
berdasarkan waktu secara kronologis. Produksi jangka pendek merupakan proses produksi
yang dalam kurun waktu tersebut perusahaan tidak mampu melakukan penyesuaian
(menambah atau mengurangi dengan segera) jumlah penggunaan salah satu atau beberapa
faktor produksinya, sesuai dengan keinginan pengusaha. Sementara jangka panjang
merupakan periode yang memungkinkan pengusaha untuk melakukan penyesuaian-
penyesuaian dalam jumlah penggunaan faktor-faktor produksi dalam kegiatannya sesuai
dengan yang diinginkan. Oleh karena itu dalam jangka panjang semua faktor-faktor
produksi menjadi faktor produksi variabel.
Tenggang waktu jangka pendek dan jangka panjang tiap perusahaan bisa berbeda-
beda. Produsen barang-barang modal, mungkin lima tahun merupakan kurun waktu jangka
pendek, karena perusahaan memerlukan waktu selama lima tahun untuk memperbanyak
kapasitas produksi melalui penambahan mesin-mesin baru. Perusahan yang bergerak dalam
bidang pengolahan, kurun waktu jangka pendeknya bisa lebih singkat. Misalnya
perusahaan pengalengan makanan bisa saja memiliki kurun waktu jangka panjang yang
pendek antara dua sampai tiga tahun. Perusahaan restoran kelas menengah ke bawah,
faktor produksi tetapnya antara lain berupa rumah dan peralatan memasak. Mereka
mungkin saja mampu menyesuaikan kapasitas produksi dengan menambah atau
mengurangi rumah dan perabotan memasaknya kurang dari setahun. Bahkan dagang bakso
keliling mampu menambah gerobak dorongnya (yang merupakan faktor produksi tetap)
dalam beberapa bulan saja. Dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa dagang bakso
memiliki kurun waktu produksi jangka pendek berdasarkan hitungan bulan, sementara
perusahaan lainya seperti restoran memiliki jangka waktu produksi jangka pendek kurang
dari setahun atau lebih.

Page 100
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

2. Produksi dengan Satu Faktor Produksi Variabel


Pengertian produksi dengan satu faktor produksi variabel adalah pengertian
produksi jangka pendek dengan faktor produksinya ada yang tidak bisa diubah atau
disesuaikan jumlah penggunaannya menurut keinginan dalam kurun waktu tersebut. Faktor
produksi yang dipergunakan adalah kapital dan tenaga kerja. Kapital merupakan faktor
produksi tetap dan tenaga kerja dalah faktor produksi variabel. Oleh karena itu fungsi
produksinya dapat dirumuskan sebagai berikut.

Q = f (K,L)

Q = tingkat output , L = tenaga kerja, K = barang modal

Oleh karena K merupakan faktor produksi tetap, maka efisiensi produksi akan
sangat ditentukan oleh tenaga kerja sebagai faktor produksi variabel. Beberapa istilah
dalam proses produksi yang perlu dipahami adalah sebagai berikut.
1) Produksi Total (Total Product = TP), adalah banyaknya atau jumlah hasil produksi
yang dapat dihasilkan saat penggunaan seluruh faktor-faktor produksi dalam proses
produksi.
2) Produksi Marginal (Marginal Product = MP) adalah tambahan hasil produksi yang
dapat dihasilkan sebagai akibat adanya penambahan penggunaan satu unit faktor
produksi.
3) Produksi Rata-Rata (Average Product = AP) adalah hasil produksi rata-rata yang
dapat dihasilkan oleh per unit faktor produksi.
Tinggi rendahnya Produksi Total sangat dipengaruhi oleh kinerja dari faktor K dan
L, oleh karena itu produksi total bisa ditulis sebagai berikut, TP = f (K,L). Produksi Total
atau TP akan menjadi maksimum apabila turunan pertama dari TP = 0, atau ðTP/ðL = 0.
Jadi selama MP > 0, produksi masih dapat ditingkatkan dengan menambah tenaga kerja
untuk mencapai TP maksimal. Tetapi apabila MP < 0, maka penambahan tenaga kerja
dalam proses produksi selanjutnya akan menurunkan atau mengurangi tingkat TP.
Produksi rata-rata atau AP dihitung dengan rumus, AP = TP/L. AP akan menjadi
maksimum pada saat turunan pertama AP = 0, atau AP = 0, pada saat AP = MP, maka pada
posisi tersebut garis MP akan berpotongan dengan garis AP. Pada titik perpotongan itulah
terjadi AP Maksimum.

Page 101
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Tabel 3.1 Contoh data dan perhitungan TP, MP, dan AP

Mesin Buruh Produksi Produksi Marginal Produksi Rata-


Total (TP) (MP) Rata (AP)
1 1 5 5 5
1 2 20 15 10
1 3 45 25 15
1 4 80 35 20
1 5 105 25 21
1 6 120 15 20
1 7 126 6 18
1 8 126 0 15,8
1 9 120 -6 13,8

Dari tabel 3.1 dapat dilihat bahwa TP Maksimum tercapai saat perusahaan
mempekerjakan tenaga kerja (L) sebanyak delapan orang. Tetapi setelah itu, jikalau
perusahaan menambah kembali penggunaan tenaga kerja dalam proses produksi, TP sudah
mulai mengalami penurunan. Penurunan TP ini akan terus berlanjut setiap diadakan
penambahan tenaga kerja dalam proses produksi selanjutnya. Selama MP > 0, maka TP
terus meningkat setiap terjadi penambahan penggunaan tenaga kerja, hanya saja MP pada
awalnya terus bertambah, tetapi sampai pada tingkat tertentu akan terjadi penurunan MP.
Hal ini terjadi sebagai akibat berlakunya The Law Of Diminishing return, dalam proses
produksi. Demikian pula AP dipengaruhi oleh MP. Penambahan satu orang tenaga kerja
akan memperbesar AP. Hal ini terus terjadi selama jumlah MP > AP sebelumnya. Kejadian
ini terus berlangsung pada saat produksi menggunakan tenaga kerja sebanyak dua sampai
lima orang.

Page 102
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

130

120 TP

110

100

90

80

70

60

50

40

30

20

10 AP

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

MP

Gambar 3.1 kurve TP, MP, AP

Kalau data mengenai TP,MP dan AP digambarkan dalam kurva, maka akan
nampak seperti gambar 3.1 tersebut, ada tiga titik pada saat TP maksimum. MP maksimum
terjadi pada saat produksi memperkerjakan tenaga kerja sejumlah empat orang dengan MP
maksimum sebanyak 35 unit. Sedangkan AP maksimum tercapai saat perusahaan
menggunakan tenaga kerja sebanyak lima orang dengan jumlah AP sebanyak 21.
Sementara TP maksimum sejumlah 126 saat perusahaan bekerja dengan delapan tenaga
kerja.
Selanjutnya berdasarkan Gambar 3.1 dapat dipergunakan untuk mengetahui Tiga
Tahap Produksi atau The Three Stages of Production. Pembagian tahap produksi tersebut
selanjutnya dapat dicermati pada Gambar 3.2.

Page 103
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Y
A

B
TP

C
Tenaga Kerja
0
I II III

AP

Tenaga Kerja
0 MP
Gambar 3.2 Tiga Tahap Produksi

Dari Gabar 3.2 dapat dijelaskan sebagai berikut.


1) Produksi Tahap I berlangsung diantara MP maksimum sampai dengan AP maksimum
2) Produksi Tahap II terjadi saat AP maksimum sampai dengan MP = 0, atau dari saat
MP san AP perpotongan sampai dengan MP = 0
3) Produksi Tahap III adalah produksi yang dimulai saat MP = 0 atau MP < 0 dan
seterusnya.
Pentahapan produksi ini memiliki arti penting, karena bermanfaat untuk menentukan pada
tahap produksi yang keberapa sebaiknya perusahaan berproduksi.
Produksi Tahap I menunjukan bahwa setiap penambahan tenaga kerja dalam proses
produksi, mampu secara terus menerus menambah TP dalam hitungan yang cukup banyak.
Hal ini ditandai dengan bentuk yang agak tegak dari garis TP, artinya pertambahan TP saat
itu cukup banyak dalam setiap kali menambah penggunaan tenaga kerja. Oleh karena itu

Page 104
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

tidak ada alasan bagi produsen untuk tidak atau berhenti berproduksi saat itu. Dari
produksi Tahap II dapat dijelaskan bahwa dalam proses produksi, walaupun TP masih
mengalami kenaikan, tetapi kenaikan tersebut sudah mulai berkurang dari kenaikan-
kenaikan yang terjadi sebelumnya. MP dan AP saat itu sudah mengalami penurunan
dengan catatan MP turun lebih drastis dibandingkan dengan penurunan AP. Turunya
tambahan TP, menurunya jumlah MP dan AP pada saat produksi tahap II ini disebabkan
karena berlakunya The Law of Diminishing Return. Penambahan tenaga kerja pada tahap
ini masih bisa dilakukan sampai TP mencapai jumlah maksimum dari titik A. Proses
produksi pada tahap III menunjukan bahwa TP, AP, dan MP semuanya telah mengalami
penurunan bila dalam proses produksi terus dilakukan dengan penambahan tenaga kerja.
Situasi produksi seperti ini bila tetap dilaksanakan akan mendatangkan kerugian bagi
perusahan. Oleh karena itu secara rasional melanjutkan produksi pada tahap ini tidak ada
gunanya.
Berdasarkan pada keterangan di atas, maka proses produksi yang paling ideal dan
menguntungkan dengan menambah penggunaan tenaga kerja adalah pada Proses Produksi
Tahap II. Hanya saja pertanyaan yang perlu dijawab saat itu adalah pada titik mana
perusahaan harus menghentikan penambahan tenaga kerja. Secara matematis perusahan
berhenti menambah penggunaan tenaga kerja pada saat tambahan biaya (Marginal Cost)
yang harus dibayar sama besar dengan tambahan pendapatan (Marginal Revenue) yang
diperoleh produsen. Tambahan biaya maksudnya adalah tambahan upah yang harus
dibayar untuk tambahan tenaga kerja yang dipergunakan. Sedangkan tambahan pendapatan
maksudnya adalah tambahan- tambahan pendapatan yang mampu diperoleh dari proses
produksi dengan tambahan penggunaan tenaga kerja tersebut. Tambahan pendapatan
diperoleh dengan cara mengalikan produksi marginal (Marginal Product = MP) dengan
harga yang berlaku saat itu. Bila tinggi upah = W, sedangkan harga tingginya adalah = P,
maka penambahan atau alokasi tenaga kerja dalam proses produksi masih tergolong
menguntungkan dan efesien pada saat W = MP (P).
Dari Gabar 3.2 dapat diberikan penjelasan tambahan sebagai berikut. Pada saat MP
berada di titik puncak, maka tambahan-tambahan TP yang sebelumnya bertambah cukup
tajam, mulai mengalami penurunan atau kenaikan-kenaikan TP mulai berkurang (proses
penurunan mulai dari titik B). Pada saat MP = 0, maka TP sudah berada dititik puncak
(titik A). oleh karena itu seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, syarat yang harus
dipenuhi supaya tercapai TP maksimum adalah MP = 0.
3. Produksi dengan Dua Faktor Produksi Variabel

Page 105
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Proses produksi dengan menggunakan dua faktor produksi variabel artinya modal
dan tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi sama-sama merupakan faktor
produksi variabel. Oleh karena itu tindakan ini akan melahirkan konsep bahwa setiap
kombinasi antara modal dan tenaga kerja yang dipergunakan dalam proses produksi akan
mampu menghasilkan output dalam jumlah yang sama. Output yang sama mampu dicapai
dengan menggunakan kombinasi manapun antara modal dan tenaga kerja tersebut, akan
ditunjukkan oleh kurva isokuan atau Isoquant Curva . “Kurve Isokuan adalah kurve yang
menggambarkan berbagai kombinasi dari penggunaan dua faktor produksi variabel secara
efesien dan dengan tingkat teknologi tertentu yang dapat menghasilkan output atau tingkat
hasil produksi yang sama”. Untuk memperjelas pemahaman konsep tersebut, berikut ini
diberikan contoh persoalan melalui Tabel 3.2 sebagai berikut.

Tabel 3.2
Hasil Produksi dari Berbagai Kombinasi Penggunaan Mesin dan Tenaga Kerja

Tenaga Kerja
Mesin
1 2 3 4 5
1 5 20 45 80 105
2 30 45 105 150 135
3 80 105 150 180 150
4 105 135 180 240 210

Dari tabel 3.2 tersebut dapat dilihat bahwa jumlah produksi sebesar 105 unit dapat
dihasilkan dengan menggunakan berbagai kobinasi antara mesin dan tenaga kerja.
Kombinasi tersebut adalah satu mesin dengan dua tenaga kerja dan empat mesin
dikombinasikan dengan satu orang tenaga kerja. Jadi dari lima kombinasi yang ada,
kombinasi manapun yang di pergunakan dalam proses produksi, output yang dihasilkan
sama sebanyak 105 unit. Berikut kalau proses produksi dengan berbagai kombinasi
tersebut digambarkan kedalam Kurve Isokuan akan nampak seperti Gambar 3.3.

Page 106
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Mesin

5
4

3
2

1 Isokuan = 105
Tenaga Kerja
1 2 3 4 5
Gambar 3.3 Kurve Isokuan

Beberapa asumsi dari Kurve Isokuan.


a. Konveksitas (convexity), artinya Kurve Isokuan konvek atau cembung terhadap titik
Origen (O). hal ini terjadi karena Kurve Isokuan bergerak dari titik kiri atas menuju ke
kanan bawah. Produsen untuk memperoleh hasil yang sama dapat melakukan berbagai
kombinasi penggunaan Faktor Produksi Model (K) dengan Faktor Produksi Tenaga
Kerja (L). Menambah penggunaan Faktor L dalam produksi harus diikuti dengan
pengurangan pemakaian Faktor K, atau sebaliknya dengan catatan hasil atau output
yang diperoleh sama besar. Mengobarkan faktor produksi yang satu untuk menambah
penggunaan faktor lainya pada tingkat isokuan yang sama disebut ‘’Derajat Teknik
Substitusi Faktor Produksi atau Marginal Rate of Technical Substitution (MRTS).
MRTSLK artinya bilangan yang menunjukan beberapa unit faktor L harus
dikorbankan untuk menambah satu unit faktor K pada tingkat hasil produksi yang
sama. Bila L adalah tenaga kerja dan K adalah barang modal, maka MRTS LK artinya
beberapa unit tenaga kerja yang harus dikorbankan untuk menambah penggunaan atau
satuan faktor modal untuk menghasilkan hasil produksi yang sama. Gambar 3.4
memperlihatkan cara mengenal dan menghitung koefesien MRTS.

Page 107
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

K Dari Gambar 3.4, dapat dijelaskan


bahwa bila produsen ingin mengubah
kobinasi penggunaan Faktor Produksi
10 K dan L dari Titik A ke titik B maka
tambahan output akibat menambah
penggunaan Faktor Produksi L
5
sebanyak 1 unit sama dengan MPL
Isokuan
dikalikan dengan perubahan L atau
L
0 200 400 MPL (ðL). Saat menambah
Gambar 3.4 Isokuan dan MRTS penggunaan Faktor L, terjadilah
pengurangan penggunaan faktor K.

Oleh karena itu output dari pengurangan faktor K juga akan berkurang. Besarnya
pengurangan output akibat pengurangan penggunaan faktor K sebesar MPK kali
pengurangan faktor K, atau MPK (ðK). Karena bergerak pada Kurve Isokuan yang

sama, maka pertambahan output menjadi = 0, atau MPL (ðL) + MPK (ðK) = 0

MPL (ðL) = - MPK (ðK), atau MPL/MPK = - ðK/ðL, jadi - ðK/ðL = MTSLK.

Dari Gambar Berikut 3.4 dapat pula diberikan contoh penjelasan sebagai
berikut. ðK = 5, ðL = 200. Dengan demikian MRTS LK dihitung dengan rumus ðK/ðL,
atau MRTLK = 5/200, yang hasilnya = 0,025 Faktor L. Dalam kasus-kasus tertentu nilai MRTS
bisa sama dengan 0, atau bisa pula konstan. MRTS = 0, apabila faktor K dan faktor L memiliki
hubungan yang proporsional tetap. Sedangkan nilai MRTS menjadi konstan apabila faktor K
dan faktor L bersifat substitusi sempurna.

K
K

A
IQ2
B
IQ1
C
IQ2
IQ1
L L
0 0

Gambar 3.5a MRTS Konstan Gambar 3.5b MRTS = 0

Page 108
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Gambar 3.5a menunjukan koefesien MRTS bersifat konstan karena antara


faktor produksi K dan L bersifat substitusi sempurna, sehingga besarnya MRTS di
titik A, B, dan C sama atau konstan. Sementara Gambar 3.5b menunjukan besarnya
koefesien MRTS = 0, karena faktor produksi K dan L memiliki hubungan yang
proporsional.

b. Law of Diminishing Return Berlaku dalam Isokuan

K E Gambar 3.6 menunjukan bahwa


produsen dalam meningkatkan
hasil produksinya dilakukan
A B C
G dengan cara menambah
penggunaan faktor L. Hasil
Iq = 90
produksi yang diperolehnya
Iq = 80
berturut-turut, 60, 80, dan 90 unit.
D Iq = 60
Dari hasil tersebut terlihat adanya
0 L
N M penurunan tambahan output dari

Gambar 3.6 Isokuan Dengan Nilai Berbeda 20 menjadi 10.

Pada saat produsen berproduksi dengan menggunakan mesin sebanyak OG, dan
tenaga kerja sebanyak ON, hasil produksinya 60 unit. Dengan menambah penggunaan
faktor tenaga kerja sebanyak AB, hasil produksinya meningkat menjadi 80 unit, atau ada
tambahan hasil sebanyak 20 unit. Dengan jumlah mesin yang sama yaitu sebanyak OG,
penggunaan tenaga kerja dalam proses produksi ditambah lagi sejumlah BC. Hasil yang
diperoleh menjadi 90 unit atau bertambah 10 unit dari sebelumnya. Dengan demikian telah
terjadi penurunan tambahan hasil sebesar 10 unit yaitu sebesar 20 menjadi 10 unit.
Penurunan tambahan hasil ini terjadi sebagai akibat berlakunya The Law Of Diminishing
Return dalam proses produksi.
Pada saat membahas proses produksi dengan menggunakan satu faktor produksi variabel,
dikenal adanya tiga tahap produksi, dan telah dapat ditetapkan proses produksi yang terbaik dan
efisien. Dalam proses produksi dengan menggunkan dua faktor produksi variabel dikenal dengan
adanya tahap produksi yang ekonomis dan yang tidak ekonomis. Daerah produksi yang ekonomis
dan yang tidak ekonomis tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.7 a dan Gambar 3.7 b

Page 109
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

K K
D
Iq1 Daerah Produksi
B Ekonomis
Daerah Produksi
Ekonomis

C
Iq3
A Iq2

0 L 0 L

Gambar 3.7a Daerah Produksi yang Gambar 3.7b Daerah Produksi yang
Ekonomis Ekonomis

Batas produksi yang ekononomis dari gambar 3.7a terletak antara titik A sampai
titik B. Bila produksi dilaksanakan di luar batas tersebut atau di luar titik A-B, proses
produksi sudah tidak ekonomis lagi. Kalau produksi misalnya terlaksana dengan kombinasi
penggunaan faktor produksi, dan titik-titik koordinasi kedua faktor produksi tersebut ada di
titik C atau di titik D, maka cara proses produksi tersebut akan mengakibatkan outputnya
berkurang, sementara penggunaan faktor K dan faktor L kedua-duanya bertambah. Oleh
karena itu akan terjadi pemborosan penggunaan faktor produksi. Gambar 3.7b merupakan
kelanjutan dari gambar 3.7a, karena gambar 3.7b menunjukkan daerah-daerah produksi
ekonomis dari beberapa Kurve Isoquan.

4. Perubahan Output karena Perubahan Penggunaan Faktor Produksi

Perubahan penggunaan faktor produksi bisa dihubungkan dengan outputnya, akan


memperlihatkan berapakah akan terjadi tambahan output bila dalam proses produksi
penggunaan faktor-faktor produksi ditambah satu unit, dan mengakibatkan hasil atau
output bertambah lebih satu unit, maka proses produksi tersebut namanya “Skala Hasil
Naik” atau Increasing Return to Scale. Gambar 3.8 menunjukkan proses produksi tersebut.
Dari gambar 3.8 dapat dijelaskan
bahwa penambahan penggunaan
faktor K dan L, mampu
menghasilkan tambahan output
yang terus meningkat. tambahan
output dapat dilihat dari setia Iq
yang tambahan nilainya terus
Page 110
naik. Tambahan nilai tersebut
dari 10 menjadi 30 dan 40 unit
Gambar 3.8 Increasing Return to Scale.
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

K
K4

Iq4 = 150
K3

K2 Iq3 = 90

K1 Iq2 = 60
Iq1 = 50
L
0 L1 L2 L3 L4
Gambar 3.8 Increasing Return to Scale.

Apabila penggunaan faktor produksi di dua kalikan dan menyebabkan tambahan


hasil yang diperoleh naik dua kali juga, maka proses produksi tersebut namanya skala
produksi “Menghasilkan Hasil Konstan” atau Constant Return to Scale. Model proses
produksi tersebut kalau digambarkan akan nampak seperti Gambar 3.9

K Dari Gambar 3.9 dapat dijelaskan


bahwa Constant Return to Scale
K4
dari proses produksi ditandai oleh
K3 Iq4 = 80 jumlah tambahan output yang tetap

dari setiap proses-proses produksi.


K2 Iq3 = 70
Dapat dicermati bahwa nilai Iq4
ditandai oleh adanya tambahan
K1 Iq2 = 60
hasil produksi yang sama besar
Iq1 = 50
L yaitu sebesar 10 unit ddari proses-
0 L1 L2 L3 L4
proses produksi yang dilaksanakan.
Gambar 3.9 Constant Return to Scale.

Dari Gambar 3.10 dapat dilihat


Selanjutnya apabila setelah dilakukan penambahan satu unit faktor produksi dan
bahwa produksi total terus
dari penambahan tersebut mengakibatkan tambahan hasil yang diperoleh kurang dari satu
meningkat tetapi tambahan hasil
unit, maka proses produksi yang demikian disebut memiliki karakter “Skala Hasil
yang dapat dicapai dalam setiap
Menurun” atau Decreasing Return to Scale. Model proses produksi tersebut dapat pula
kali proses produksi terus
dicermati melalui Gambar 3.10
menurun. Pada awalnya
meningkat sebanyak 10 unit,
K kemudian lima unit, dan akhirnya
Page 111
pada proses produksi berikutnya
peningkatan hasil hanya sebanyak
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

K4

K3
Iq2 = 114
K2
Iq2 = 115

K1 Iq2 = 110

Iq1 = 100
L
0 L1 L2 L3 L4

Gambar 3.10 Decreasing Return to Scale.

5. Kurve Anggaran Produksi (Isocost)

Kurve anggaran atau isocost adalah kurve yang menggambarkan berbagai


kombinasi dari dua faktor produksi yang dipergunakan dalam proses produksi dengan
mengeluarkan biaya yang sama. Jika harga faktor produksi tenaga kerja yang berupa upah
= w dan harga dari faktor modal yang berupa bunga modal = r, maka persamaan fungsi
Isocost adalah Ic = rK + wL. Gambar kurve Isocost seperti Gambar 3.11

K Sudut kemiringan kurve Isocost


merupakan rasio atau perbandingan
K antara harga faktor produksi modal (K)
dengan harga faktor produksi tenaga

Isocost = rK + wL kerja (L) atau merupakan rasio antara r


dengan w, atau r : w. Kurve Isocost bisa
mengalami pergeseran dan rotasi. Bila
salah satu harga faktor produksi
L mengalami perubahan,
0 L
Gambar 3.11 Kurve Isocost.

maka kurve Isocost akan mengalami rotasi untuk disesuaikan dengan jumlah faktor
tersebut yang dapat dibeli setelah terjadinya perubahan harga. Apabila anggaran yang
dipergunakan untuk membeli faktor-faktor produksi berubah (bertambah tau berkurang),

Page 112
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

maka kurve Isocost akan mengalami pergeseran. Gambar rotasi dan pergeseran tersebut
dapat dicermati dalam Gambar 3.11a dan 3.12b

K
K

Ic3 Ic1 Ic3


Ic2 Ic2
Ic1
0 L 0 L

Gambar 3.11a adalah gambar kurve isocost yang mengalami rotasi sebagai akibat
turunnya harga faktor produksi L, sementara harga faktor K tetap. Karena harga L turun,
maka dengan anggaran yang sama, jumlah faktor L yang dapat dibeli bertambah banyak.
Oleh karena itu kurve isocost berotasi dari Ic1 ke Ic2 atau Ic3. Rotasi ini bisa berbalik arah
manakala harga faktor L naik. Demikian pula rotasi bisa terjadi apabila yang berubah
adalah harga faktor K sementara harga L tetap.
Gambar 3.11b merupakan gambar yang memperlihatkan terjadinya pergeseran
kurve isocost sebagai akibat dari adanya perubahan anggaran untuk proses produksi.
Gambar
Anggaran 3.11asehingga
bertambah Rotasi Isocost Gambar
membuat Ic1 bergeser ke Ic3.11b Pergeseran Isocost
2 atau ke Ic3. Pergeseran Ic

tersebut menunjukkan jumlah faktor K dan L dapat dibeli dalam jumlah yang lebih banyak
dari sebelumnya dengan anggaran yang baru.
Dalam proses produksi anggaran yang tersedia diharapkan mampu mendatangkan
hasil yang sesuai dengan kemampuan faktor-faktor produksi yang dipergunakan atau biaya
yang dikeluarkan dalam proses produksi tersebut. Biaya-biaya produksi diwakili oleh
kurve Isocost sementara hasil yang dicapai ditunjukkan oleh kurve Isoquant. Antara biaya
yang dikeluarkan dan hasil yang dicapai memunculkan konsep keseimbangan.
Keseimbangan yang dimaksud akan tercapai manakala kurve Isocost bersinggungan
dengan kurve Isoquant pada satu titik.

K Gambar 3.12 memperlihatkan keseimbangan


antara Ic dengan Iq terjadi pada titik A. Pada
titik A tersebut produsen memperoleh hasil
Page 113
atau output maksimum. Faktor modal (K)
yang dipergunakan saat itu sebanyak K1
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

A
K1
Iq
Ic
L
0 L1
Gambar 3.12 Keseimbangan Iq, Ic

karena dapat menciptakan keseimbangan antara hasil yang diperoleh (Iq) dengan biaya-biaya (Ic)
yang dikeluarkan untuk mencapai hasil tersebut. Keseimbangan tersebut lazim pula disebut
dengan keseimbangan produksi. Keseimbangan produksi dapat mengalami pergeseran jika terjadi
perubahan harga faktor-faktor produksi atau karena anggaran mengalami perubahan seperti
dalam pembicaraan mengenai perilaku konsumen khususnya yang menyangkut kurve Indiferensi
maka perubahan penggunaan faktor produksi akibat berubahnya tingkat harga faktor produksi,
akan menimbulkan “Efek Substitusi”. Disamping menimbulkan efek substitudi pergeseran harga
tersebut dapat pula menimbulkan “Efek Skala Produksi”. Kedua efek tersebut dapat dicermati
pada Gambar 3.13

K2 R
K3 S
Q
K1
Iq1

0 Ic2 Ic3 Ic1


Iq2
L
L3 L2 L1

Gambar 3.13
Berdasarkan gambar dan
Efek Substitusi 3.13Efek Skaladijelaskan
dapat Produksi sebagai berikut. Pada awalnya titik

keseimbangan produksi berbeda di titik Q dengan tingkat ooutput sebesar Iq 1. Sedangkan


jumlah anggaran produksi yang dipergunakan ditunjukkan oleh garis atau kurve Ic1.

Page 114

Gambar 3.13 Efek Substitusi dan Efek


Skala Produksi
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Jumlah modal produksi sebanyak OK1 dikombinasikan dengan penggunaan tenaga kerja
sebanyak OL1. Umpamanya upah tenaga kerja naik, sehingga kemampuan produsen untuk
mengerjakan tenaga kerja menjadi menurun. Saat upah mengalami kenaikan, harga faktor
modal atau K tetap. Naiknya upah memaksa garis anggaran produksi atau Isocost bergeser
dari posisi Ic1 ke Ic2. Apabila produsen tetap ingin memaksimalkan output, maka titik
keseimbangan antara (Iq) yang diperoleh dengan biaya yang dipergunakan (Ic) akan
bergeser dari titik Q ke titik S, dengan penggunaan modal (K) sebesar OK 3 dan tenaga
kerja (L) sejumlah OL3.
Supaya dapat ditentukan besarnya Efek Substitusi, Efek Skala Produksi, dan Efek
Total dalam proses produksi pasca terjadinya kenaikan upah, maka perlu terlebih dahulu
dibuat “Garis Isocost bantu” atau “khayalan”. Garis Isocost khayalan tersebut diperlihatkan
oleh Ic3 yang letaknya sejajar dengan Ic2. Dengan pertolongan Ic3 maka titik keseimbangan
produksi bantuan dapat ditentukan yaitu di titik R yang merupakan titik persinggungan
antara Ic3 dengan Iq1. Jumlah K yang dipergunakan dalam proses produksi saat
terbentuknya keseimbangan pada titik R, adalah sebanyak OK2, dan dikombinasikan
dengan penggunaan tenaga kerja sebanyak OL2. Sekarang telah dapat ditentukan besarnya
Efek Substitusi, Skala Produksi dan Efek Total sebagai berikut. Efek Substitusi = L 1 L2,
Efek Skala Produksi = L2 L3 dan Efek Total = L1 L3 atau sebesar L1 L2 + L2 L3.
Dalam proses mencapai keseimbangan produksi, produsen memiliki prinsip
“maksimalisasi hasil” (Output maximalization) atau “prinsip minimalisasi biaya” (cost
minimalization). Maksimilasi hasil artinya dengan anggaran yang telah ditetapkan berusaha
mencapai hasil maksimum sedangkan minimalisasi biaya maksudnya target hasil yang
telah ditetapkan berusaha dicapai dengan biaya minimum. Kedua prinsip produksi tersebut
dapat digambarkan seperti yang terdapat pada Gambar 3.13a dan Gambar 3.13b.

K K

Ic

Page 115
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

A
A Iq3

Iq2
Iq1 Ic1 Ic2 Ic3

0 L 0 L
Gambar 3.13b Minimalisasi Biaya

Dalam Gambar 3.13a dapat dilihat ada tiga pilihan maksimalisasi output yang
kemungkinan bisa dicapai dengan jumlah anggaran yang telah ditetapkan jumlah anggaran
yang tersedia untuk semua alternatif maksimalisasi tersebut ditunjukkan oleh garis Ic.
Kesimpulannya adalah ternyata maksimalisasi output yang bisa dicapai dengan anggaran
yang tersedia sejumlah Ic adalah jumlah output sebanyak Iq2, dengan titik keseimbangan
produksi di titik A. Sedangkan dari gambar 3.13b dapat diinformasikan bahwa ada tiga
alternatif yang tersedia yaitu Ic1, Ic2, dan Ic3 untuk mencapai hasil setinggi yang ditunjukkan
oleh garis Iq.
Gambar Hasil
3.13a setinggi itu Output
Maksimalisasi berusaha dicapai dengan prinsip minimalisasi biaya.
Ternyata biaya yang pas untuk mencapai hasil tersebut adalah Ic2 bukan Ic1 karena
walaupun sudah diusahakan biaya terendah yang harus dihabiskan untuk mencapai target
hasil tersebut sejumlah Ic2 dan itu lebih baik daripada menghabiskan biaya setinggi Ic3.
Perusahaan umumnya berpegang pada efesiensi untuk maksimalisasi output tetapi
untuk lembaga-lembaga yang tidak berorientasi pada laba (nir laba atau non profit) seperti
lembaga swadaya masyarakat, menggunakan prinsip minimalisasi biaya. Badan Usaha
Milik Negar (BUMN) yang bergerak untuk menyediakan jasa publik menggunakan prinsip
minimalisasi biaya.
Berikut ini akan diberikan beberapa persoalan menyangkut kegiatan produksi.
Contoh 1, model minimalisasi biaya
Diketahui upah buruh perjam w = Rp. 20 perorang. Biaya modal perjam t = Rp. 20
permesin. Satu unit produk jumlahnya 1.000, yang bisa dihasilkan dalam proses produksi
dengan kombinasi penggunaan tenaga kerja dan modal seperti yang tertera dalam tabel 3.3

Page 116
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Tabel 3.3 Kombinasi Penggunaan Tenaga Kerja dan Modal


Kombinasi 1 2 3 4 5 6
Tenaga Kerja 2 3 4 5 6 7
Modal 6 4,5 4 3,7 3,5 3,3

Berdasarkan data yang tercantum dalam tabel 3.3 maka biaya-biaya alternatif yang bisa
dipergunakan untuk memproduksi setiap 1.000 unit output, dapat dilihat pada tabel 3.4

Tabel 3.4 Alternatif Biaya dalam Proses Produksi


Kombinasi 1 2 3 4 5 6
Biaya Tenaga Kerja 40 60 80 100 120 140
Biaya Modal 120 90 80 74 70 66
Biaya Total 160 150 160 174 190 206

Dari tabel 3.4 dapat dijelaskan bahwa untuk memproduksi barang dengan prinsip
minimalisasi biaya, maka kombinasi yang dipilih adalah kombinasi ke dua yang proses
produksinya menghabiskan biaya tenaga kerja sebesar 60, dikombinasikan dengan biaya
modal sebanyak 90. Dengan demikian biaya total yang dikeluarkan sebesar 150. Biaya
sebesar 150 ini merupakan biaya terendah dari alternatif biaya yang tersedia. Artinya biaya
rata-rata (AC) produksi per 1.000 unit Rp. 150.-
Dalam tabel 3.5 dapat dilihat beberapa contoh biaya-biya yang harus dikeluarkan
untuk memproduksi setiap unit hasil produksi dengan asumsi bahwa harga input atau
masukan tidak mengalami perubahan.

Tabel 3.5 Biaya-biaya yang Diperlukan Berbagai Unit Produksi


Output (kali 1.000) Biaya Total (TC) Biaya Rata-rata (AC)
5 750 150
10 1.500 150
15 2.250 150
30 4.500 150

Contoh 2.
Sebuah perusahaan roti yang dalam jangka pendek memproduksi dengan
menggunakan modal dan tenaga kerja seebagai berikut. Modal (mesin) jumlahnya tetap,
penambahan tenaga kerja dilakukan secara bertahap dan satu orang sampai tujuh orang.
Hasil yang diperoleh berturut-turut, 10, 16, 20, 23, 24, 23, 21. Dari data tersebut hitunglah
dan berikan penjelasan.

Page 117
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

(a) Produksi rata-rata (AP) dan produksi marginal (MP)


(b) Apakah dalam proses produksi berlaku The Law of Diminishing Return.
(c) Gambarkan kurve TP, AP, dan MP
Untuk menjawab pertanyaan nomor (a), dapat dibantu dengan tabel 3.6

Tabel 3.6 Besarnya TP, MP, dan AP


Tenaga Kerja Total Produksi Produksi Marginal Produksi Rata-rata
1 10 10 10
2 16 6 8
3 20 4 6,7
4 23 3 5,8
5 24 1 4,8
6 23 -1 3,8
7 21 -2 3

Untuk menjawab pertanyaan nomor (b), harus melihat data yang ada dalam Tabel 3.6
produksi marginal (MP) terus menurun hingga minus berarti untuk MP berlaku The Law of
Diminishing Return. Menurunnya MP diikuti oleh produksi rata-rata (AP) dalam setiap kali
produksi. Berarti dalam AP berlaku pula The Law of Diminishing Return.

Contoh 3.
Dalam sebuah perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja memiliki fungsi
produksi X = 15 L2 – L3 dengan ketentuan X, output yang dapat dicapai dan L = jumlah
tenaga kerja yang dipergunakan dalam proses produksi. Dari persoalan tersebut
ditanyakan:
(a) Berapa besarnya produksi total (TP) yang dapat dicapai dari perusahaan tersebut.
Berapa banyak tenaga kerja yang harus dikerjakan untuk mencapai TP tersebut..
(b) Berapakah besarnya produksi rata-rata tenaga kerja (AP1) maksimum. Berapa banyak
tenaga kerja yang diperlukan untuk mencapai AP1 maksimum tersebut.
(c) Hitunglah besarnya produksi marginal (MP) maksimum. Berapakah banyaknya tenaga
kerja yang perlu dipekerjakan untuk mencapai MP maksimum tersebut.

Page 118
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Jawab
a) Untuk menghitung TP maksimum, syaratnya adalah MP = 0. Jadi pada saat MP = 0
terjadi penggunaan tenaga kerja yang menghasilkan TP maksimum. Fungsi produksi
ditentukan sebagai berikut.
TP = 15 L2 – L3
MP = turunan pertama TP atau ∂TP/∂L
MP = 30 L – 3 L2. Syarat untuk mencapai TP maksimum adalah MP = 0
30 L - 3 L2 = 0 30 – 3 L = 0
L (30 – 3 L) = 0 30 = 3 L
L1 = 0 L2 = 30/10 = 10
Pada saat produsen mengerjakan tenaga kerja (L) sebanyak 10 orang, maka saat itu
MP = 0, atau terjadi TP maksimum. Besarnya produksi maksimum (TP Max) dapat
dihitung dengan menggunakan fungsi TP = 15 L2 – L3. Substitusikan L = 10 dalam
persamaan tersebut, maka akan diperoleh
TP Max = 15 (102) – 103 TP maksimum = 500
= 15 (100) – 1000 TP maksimum sebesar 500 unit ini dicapai pada saat
= 1.500 – 1000 perusahaan bekerja dengan 10 orang tenaga kerja.

b) menghitung AP maksimum
Fungsi TP = 15 L2 – L3 AP = (15L2 – L3)/L
AP = TP/L AP = 15L- L2
AP Maksimum tercapai pada saat turunan pertama AP = 0 atau AP’ = 0
AP’ = 15 -2L 15 = 2L
AP Maks = 15 – 2L = 0 L = 15/2 = 7,5
jadi saat tenaga kerja terpakai sebanyak 7,5 orang maka AP maksimal tercapai.
Nilai AP maksimum dapat dihitung dengan menggunakan persamaan fungsi AP yaitu:
AP = 15 L- L2. Substitusikan nilai L = 7,5 ke dalam persaaan tersebut.
AP = 15(7,5) – 7,52
112,5 - 56,25 = 56,25
AP Maksimum = 56,25 unit

c) untuk memperoleh MP maksimum syaratnya adalah turunan pertama MP = 0 atau MP’


=0
TP = 15 L2 – L3 MP Maks, 30 - 6L = 0

Page 119
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

MP = TP’ = 30 L - 3L2 30 = 6L
MP’ = 30 - 6 L. syarat MP Maks, MP’ = 0 L = 30/6 = 5
Jadi saat mengerjakan tenaga kerja sebanyak 5 orang tercapailah MP maksimum.
Besarnya nilai MP maksimumdihitung dengan menggunakan fungsi:
MP = 30L – 3L2. Substitusikan nilai L = 5 ke dalam persamaan tersebut.
= 30(5) – 3(52)
= 150 – 75 = 75
Jadi nilai MP maksimum sebanyak 75 unit dapat tercapai pada saat perusahaan
mengerjakan tenaga kerja sebanyak 5 orang.

Contoh 4.
Proses produksi dengan menggunakan input modal dan tenaga kerja. Dana yang
tersedia Rp. 4.400,- Persamaan fungsi produksinya adalah,

Q = 40L + 150K – L2 – K2

Dari persoalan tersebut, tentukanlah besarnya penggunaan K dan L optimal. Hitung


pula besarnya produksi saat kombinasi optimal antara modal dan tenaga kerja yang
dipergunakan dalam proses produksi tersebut harga infut masing-masing adalah, untuk
tenaga kerja Rp 20/L, dan untuk benda modal Rp 50/K

Jawab. Besarnya dana yang disediakan untuk proses produksi merupakan kendala atau
batasan dalam proses produksi tersebut. Keterbatasan ini menimbulkan fungsi kendala
sebagai berikut.

Fungsi kendala (St); 4.400 = 20I + 50K


St = 4.400 = 20L + 50K
St = - 4.400 + 20L + 50K
St = 4.400 – 20L – 50K

Fungsi Lagrange (Z) = f(Q) + f(St)


Z = 40L + 150L – L2 – K2 + λ(4.400 - 20L - 50K)
Z = 40L+150K– L2– K2 + 4.400 λ – 20Lλ – 50Kλ

Syarat penggunaan K dan L optimal adalah, ∂Z/∂L = 0; ∂Z/∂K = 0; dan ∂Z/∂λ = 0


∂Z/∂L = 40 – 2L - 20λ = 0 ∂Z/∂K = 150 – 2K = 0

Page 120
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

40 – 2L = 20λ = 0 150 – 2K = 50λ


λ = (40 – 2L)/ 20 λ = (150 – 2K)/ 50
λ = 2 – 0,1L ….. (I) λ = 3 – 0,04K ….. (II)

∂Z/∂L = 4.400 = 20L – 50K = 0


4.400 = 20L – 50K......... (III)

Persamaan I dipersamakan dengan persamaan II


2 – 0,1L = 3 – 0,04K
- 0,1L = 3 – 0,04K – 2 L = (1-0,04K) :-1/10
- 0,1L = 1 – 0,04K L = 1- 0,04K (-10)
L = (- 10 + 0,4K)/ - 0,1 L = - 10 + 0,4K

Untuk mendapatkan nilai K, substitusikan nilai L ke dalam persamaan ...…(III)


4.400 = 20L – 50K 4.400 + 200 = 58K
4.400 = 20(-10 + 0,4K) + 50K K = 4.600/58 = 79,3
4.400 = -200 + 8K + 50K

Untuk memperoleh nilai L, substitusikan nilai K pada persamaan (III)


4.400 = 20L + 50K 4.400 - 3.965 = 20L
4.400 = 20L + 50(79,3) 403 = 20 L
4.400 = 20L + 3.965 L = 435/20 = 21,8
Jadi penggunaan input K Optimal = 79,3, dan input L Optimal = 21,8

Untuk memperoleh output (TP) saat input optimal, substitusikanlah nilai K dan L pada
persamaan , Q = 40L + 150K – L2 = K2
Q = 40(21,8) + 150(79,3) – (21,8)2 – (79,3)2
Q = 872 + 11.895 – 475,24 – 6.228,49
Q = 6.003,3
Jadi output atau TP saat penggunaan K dan L Optimal jumlahnya = 6.003,3 unit.

C. Teori Biaya Produksi


Pada bagian ini berturut-berturut akan dibahas teori biaya Jangka Pendek dan
Jangka Panjang.

Page 121
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

1. Biaya Jangka Panjang Produksi Jangka Pendek


Biaya-biaya jangka pendek dalam proses produksi meliputi, biaya tetap, biaya
variabel, dan biaya total.
Biaya tetap (Fixed Cost = FC) adalah biaya-biaya yang jumlahnya tidak tergantung
pada jumlah output. Contohnya, biaya benda modal (harga mesin), gaji pegawai, bunga
pinjaman, sewa gedung. Biaya variabel (Variable Cost = VC), adalah biaya-biaya yang
jumlah atau besarnya sangat tergantung pada banyak atau sedikitnya output yang
diproduksi. Contohnya, upah buruh, biaya bahan baku dan penolong. Biaya total (Total
Cost = TC) adalah jumlah biaya-biaya tetap ditambah dengan biaya-biaya variabel. Jadi
dengan demikian, TC = FC+VC.
Kalau biaya, TC, FC, dan VC digambar maka bentuk dan arahnya nampak seperti
Gambar 3.14 tersebut dapat diberikan penjelasan bahwa FC bentuk dan arahnya mendatar. Itu
artinya bahwa besarnya biaya tetap tidak tergantung pada jumlah output atau kuantitas proses
produksi.

Biaya TC dan VC pada awalnya naik agak


tajam, diikuti dengan jumlah tambahan
TC
kenaikan yang semakin kecil dan pada
VC titik tertentu kenaikan tambahan biaya
membesar kembali. Kenaikan-kenaikan
ini disebabkan oleh kenaikan dalam
K1
FC jumlah output yang dihasilkan TC dan
VC letaknya sejajar, karena dalam jangka
pendek perubahan-perubahan TC semata-
Output
0
mata lebih banyak disebabkan oleh
Gambar 3.14 TC, VC dan FC
perubahan-perubahan VC.

Disamping biaya-biaya produksi seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, dalam


produksi masih ada jenis-jenis biaya lainnya yaitu biaya rata-rata (Average Cost = AC),
biaya rata-rata dari biaya tetap (Average Fix Cost = AFC), biaya rata-rata dari biaya
variabel (Average Variable Cost). Biaya rata-rata atau Average Cost adalah biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk memproduksi satu unit output.
Biaya rata-rata dihitung dengan cara membagi biaya total dengan jumlah output
atau AC = TC/Q. Biaya tetap rata-rata dihitung dengan membagi biaya tetap dengan
jumlah output atau AFC = FC/Q. Biaya variabel rata-rata dihitung dengan cara membagi

Page 122
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

biaya variabel dengan jumlah output atau AVC = VC/Q. Besarnya biaya rata-rata adalah
AC = AFC + AVC atau TC/Q = FC/Q + VC/Q.

Biaya Gambar 3.15 adalah gambar AC,


AVC, dan AFC. Dari gambar 3.14
tersebut dapat dilihat bahwa AFC
arahnya terus menurun seiring
AC dengan bertambahnya jumlah
AVC
output yang dihasilkan. Tetapi
walaupun AFC terus menurun,
AFC tidak akan pernah menyentuh
Output sumbu horizontal, artinya AFC
0
Gambar 3.15 AC, AVC, dan AFC tidak pernah bernilai negatif.

Sementara AC dan VC bentuknya seperti huruf U, artinya pada awalnya AC dan AVC
tersebut turun drastis, tetapi pada titik tertentu AC dan AVC tersebut turun drastis, tetapi
pada titik tertentu AC dan AFC berjalan agak mendatar kemudian diikuti dengan arah naik
yang lebih tajam. Hal ini terjadi karena pada awalnya produksi berjalan sangat efisien.
Tetapi pada titik tertentu seiring dengan membesarnya perusahaan, efesiensi semakin
menurun yang menyebabkan biaya-biaya yang mulai naik. Jarak AC dengan AVC sangat
dipengaruhi oleh AVC. Semakin kecil AFC semakin sempit jarak antara AC dan AVC.
Demikian pula sebaliknya.
Disamping jenis-jenis biaya yang telah diungkapkan sebelumnya, masih ada jenis
biaya yang lain dalam proses produksi yaitu biaya marginal (Marginal Cost = MC). Biaya
Marginal adalah tambahan-tambahan biaya yang perlu dikeluarkan karena adanya
tambahan biaya total dengan tambahan output, atau MC= ∂TC/∂Q. Kalau seluruh biaya-
biaya yang telah dujelaskan sebelumnya digambar dalam sebuah kurve, akan nampak
seperti Gambar 3.16.

Page 123
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Biaya marginal (MC) memotong AC


Biaya MC dan AVC pada titik terendah, atau
AC dan AVC dipotong oleh MC pada

AC titik minimum. MC memotong AC


pada titik terendah itu artinya bahwa
AVC
pada saat itu turunan pertama dari
biaya rata-rata = 0, atau AC’ = 0. AC’
AFC = ∂TC/∂Q = 0. Pada saat MC dan AC
Output
0 berpotongan paka pada saat itu MC =
AC.
Gambar 3.16 Biaya-Biaya Produksi

AC = TC/Q

= 1, jadi persamaan di atas bisa diubah bentuknya menjadi:

Dua ruas persamaan tersebut sama-sama dibagi Q, maka menjadi sebagai berikut.
MC - TC : Q = 0; TC : Q = AC; MC - AC = 0; jadi MC = AC terbukti.

Sebagai contoh bagaimana menemukan Biaya Total, Biaya Tetap Rata-Rata. Biaya
Variabel Rata-Rata, Biaya Rata-Rata, dan Biaya Marginal. Dapat dicermati pada Tabel 3.7

Tabel 3.7 Contoh Perhitungan Jenis-Jenis Biaya Produksi

Q FC VC TC AFC AVC AC MC
1 200 20 220 200 20 220 20
2 200 32 232 100 16 116 12
3 200 42 242 66,7 14 80,7 10
4 200 52 252 50 13 63 10
5 200 60 260 40 12 52 8
6 200 72 272 33,3 12 45,3 12
7 200 91 291 28,6 13 41,6 19
8 200 112 312 25 14 39 21
9 200 144 344 22,2 16 28,2 32
10 200 180 380 20 18 38 36
11 200 218 418 18,2 19,8 38 38
12 200 260 460 16,7 21,7 38,4 42
13 200 320 520 15,4 24,6 40 59,2

Page 124
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

14 200 396 596 14,3 28,3 42,6 76


15 200 499 699 13,3 33,3 46,6 103
16 200 648 848 12,5 40,5 53 149

Dari contoh dalam tabel 3.7, FC diasumsikan jumlahnya tetap, sementara AFC
terus menurun karena FC jumlahnya tetap dibagi oleh Q yang jumlahnya terus meningkat
akan menghasilkan hasil bagi yang terus mengecil. AVC dan AC pada mulanya terus
menurun, tetapi mulai titik tertentu besarnya AVC dan AC berbalik naik. AVC sudah
mulai naik pada jumlah hasil atau Q yang ke 7. Sedangkan AC mulai berbalik arah atau
mulai naik pada Q yang ke 12. Naiknya AVC disebabkan oleh VC yang terus mengalami
kenaikan, dan kenaikan-kenaikan biaya tersebut tidak bisa diimbangi oleh tambahan Q
seperti yang terjadi sebelum Q yang ke 7. Demikian pula AC yang merupakan penjumlah
dari FC dan VC terus pula naik setelah Q yang ke 11; karena VC yang terus naik
sementara FC tetap. Kenaikan-kenaikan biaya yang sebelumnya pernah mengalami
penurunan, mengindikasikan bahwa proses produksi sudah tidak seefisien dari proses yang
terjadi yang sebelumnya. Terjadinya fase menurun yang kemudian diikuti oleh fase
kenaikan, menyebabkan kurve AC dan AFC bentuknya menyerupai huruf U. Hal ini
berlaku pula untuk MC.

2. Biaya Produksi Jangka Panjang


Dalam jangka panjang, semua biaya-biaya produksi menjadi bersifat variabel.
Dalam jangka pendek, ada biaya, TC, FC, AC, dan MC, dan untuk membedakannya
dengan jangka panjang maka semua biaya-biaya jangka pendek tersebut, ditulis dengan
singkatan STC, SVC, SAC, dan SMC. Huruf S yang menyertai biaya-biaya tersebut
singkatan dari short run, yang artinya jangka pendek. Sedangkan untuk jangka panjang
biaya-biaya tersebut berubah menjadi LTC, LVC, LAC, dan LMC. Huruf L singkatan dari
long run yang artinya jangka panjang.
Karena dalam jangka panjang semua biaya-biaya produksi menjadi bersifat
variabel, maka penyesuaian-penyesuaian penggunaan faktor produksi dengan segala
resikonya perlu dilakukan untuk mengatur skala produksinya. Untuk memahami
keterkaitan biaya-biaya jangka pendek denga biaya-biaya jangka panjang berikut ini
diberikan contoh melalui gambar kurve, seperti Gambar 3.17.

Page 125
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Biaya

SAC1
C1
SAC2
SAC3
A
C2

LAC
X1 X2 X3 Q
0

Gambar 3.17 Keterkaitan Biaya Jangka Pendek Dengan Jangka Panjang

Berdasarkan gambar 3.16 dapat dijelaskan bahwa produsenmemiliki tiga pilihan


produksi sebagai berikut.
a) Memproduksi dengan pabrik ukuran kecil (small size plant) dengan Biaya Rata-Rata
Jangka Pendek = SAC1
b) Memproduksi dengan pabrik ukuran sedang (medium size plant), yang dalam jangka
pendek memiliki Biaya Rata-Rata = SAC2
c) Memproduksi dengan pabrik ukuran besar (large size plant), dengan biaya-biaya Rata-
Rata Jangka Pendek =SAC3
Bila produsen berpandangan bahwa besarnya output sebanyak OX1 bisa
memberikan keuntungan maksimal maka dalam berproduksi jangka pendek ia akan
memilih skala produksi kecil atau berproduksi dengan ukuran pabrik kecil. Jikalau untung
maksimal dapat dicapai pada tingkat produksi sebanyak OX3, maka sebaiknya ia
berproduksi dengan skala menengah.
Dalam jangka pendek, laba maksimum masih bisa dicapai melalui pabrik skala
kecil dengan jumlah produksi sebesar OX3, dengan biaya lebih besar bila dibandingkan
dengan menggunakan pabrik ukuran sedang. Besarnya biaya rata-rata kalau ia memilih
pabrik ukuran sedang sebesar OC2. Sementara kalau ia berproduksi jangka pendek dengan
tetap menggunakan pabrik skala kecil, maka biaya rata-rata yang dikeluarkannya sebesar
OC1. Jadi ada pemborosan biaya rata-rata sebesar C1C2.
Keputusan akan menjadi sulit kalau umpamanya laba maksimum dicapai pada
tingkat produksi OX2. Mana yang harus dipilih, apakah berproduksi dengan pabrik ukuran

Page 126
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

kecil atau ukuran sedang, karena kedua pilihan tersebut memiliki biaya rata-rata sama
besar. Oleh karena itu keputusannya tidak semata-mata didasarkan pada biaya produksi
saja, tetapi harus pula mempertimbangkan prospek perkembangan di masa depan. Kalau
perkembangan ekonomi diperkirakan cerah masa depan, yang ditandai oleh jumlah
permintaan yang meningkat, maka keputusannya adalah, lebih baik dalam jangka pendek
berproduksi dengan pabrik skala menengah.
Dalam jangka pendek perusahaan berproduksi hanya menggunakan satu pabrik atau
mesin saja. Tetapi dalam jangka panjang produsen bisa menambah atau mengurangi
mesinnya dalam proses produksi sesuai dengan tingkat produksi yang direncanakan.
Pilihan tersebut dapat membuat proses produksi berada pada tingkat biaya rata-rata
minimum dengan berbagai tingkat output. Biaya-biaya minimum yang bisa dibuat oleh
produsen dalam setiap proses jangka pendek merupakan bagian penting untuk mencapai
Laba Maksimum.
Kalau titik biaya rata-rata minimum dari setiap proses produksi jangka pendek
dihubung-hubungkan maka akan terciptalah kurve amplop (Envelope Curve). Jadi kurve
amplop adalah kurve biaya rata-rata jangka panjang atau Long Average Cost Curve (LAC).
LAC menyinggung SAC dari tiap proses produksi jangka pendek pada titik-titik terendah.
Berikut ini akan disinggung tentang biaya marginal jangka panjang atau Long Run
Marginal Cost yang disingkat dengan LMC. Untuk membedakan biaya marginal jangka
panjang dengan biaya marginal jangka pendek, maka biaya marginal jangka pendek,
disebut dengan short run marginal cost yang disingkat dengan SMC. Untuk melihat
hubungan LMC dengan SMC, demikian pula dengan SAC, bisa dicermati dalam gambar
3.18.
Biaya
SAC1
SAC2
SMC1 SMC2
A

B
LAC

Q
0 X1 X2 X3 X4
Gambar 3.18 Biaya Marginal Dan Biaya Rata-Rata Jangka Panjang

Page 127
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Dari gambar 3.18 dapat dijelaskan bahwa, apabila hasil produksi dibuat sebanyak OX 1,
maka SAC > LAC, sementara SMC < LMC. Kalau hasil produksi diperbanyak menjadi
OX2, maka SAC = LAC, kesamaan tersebut terletak dititik A, sementara SMC = LMC di
titik B. Pada tingkat output atau hasil produksi sebesar OX1, maka saat itu, SMC = LMC =
SAC = LAC. Perlu diingat bahwa dalam jangka panjang produksi yang paling
menguntungkan dan optimal adalah pada saat LAC dipotong oleh LMC pada titik
minimum atau terendah.
Untuk mengetahui daerah ekonomis dan tidak ekonomis berkaitan dengan biaya-
biaya jangka panjang dalam proses produksi, maka bisa diperhatikan pada Gambar 3.19

Dari gambar 3.19 dapat dicermati


Biaya
daerah ekonomis dan yang tidak
LM
ekonomis untuk berproduksi dalam
A LAC
jangka panjang posisi produksi yang
C
menunjukkan biaya-biaya jangka
B panjangnya menyusur dari titik A ke
titik B merupakan cara berproduksi
yang ekonomis, karena saat itu setiap
0 Output
terjadi penambahan output. Biaya-
Gambar 3.19 Daerah Ekonomis dan biaya produksinya dalam jangka
Tidak Ekonomis

Penurunan biaya atau LAC ini disebabkan oleh faktor efisiensi. Sedangkan proses produksi
selanjutnya yang biaya produksinya mendekati dari titik B menuju titik C dikatakan proses
produksi yang tidak ekonomis, karena setiap terjadi tambahan output diikuti pula oleh
kenaikan-kenaikan biaya-biaya yang cukup. LMC sebelum mencapai titik B, berada
dibawah Kurve LAC. Hal ini disebabkan karena pada saat itu nilai MP > AP. Besarnya
nilai MP menyebabkan LAC menurun.
Beberapa faktor yang menyebakan proses produksi yang menjadi efisien adalah
sebagai berikut.
a) Teknologi Produksi.
Dalam jangka panjang salah satu faktor yang mendorong proses produksi menjadi
efisien adalah teknologi yang dipergunakan dalam proses produksi, teknologi yang
semakin canggih akan mempercepat penurunan LAC. Tetapi percepatan penggunaan
teknoligi, tanpa diikuti sumber daya manusia yang memadai bisa berakibat naiknya

Page 128
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

biaya rata-rata perunit (AC) sehingga proses produksi bisa berbalik menjadi tidak
efisien.
b) Manajemen.
Mengatur pekerjaan di pabrik atau perusahaan sangat perlu dilaksanakan dengan tepat.
Salah satu contoh misalnya menempatkan orang harus sesuai dengan bakat dan
keahliannya, sehingga mereka termotivasi secara penuh dalam pekerjaannya masing-
masing. Tidak ada pekerjaan yang terlambat penyelesaiannya akibat ketidaksesuaian
antara yang harus dikerjakan dengan kemampuan atau keahlian pekerjanya. Memberi
gaji yang memadai akan mendorong mereka bekerja maksimal, karena yang mereka
terima sesuai dengan jerih payah yang telah mereka korbankan. Sarana dan prasarana
yang diperlukan juga harus disediakan dan diatur sedemikian rupa sehigga dapat
berfungsi secara benar, dan tidak terjadi pemborosan dalam penggunaannya.
c) Sumber Daya Manusia.
Mutu tenaga kerja yang direkrut atau dipekerjakan harus memadai, dalam arti
disesuaikan dengan tuntutan teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Oleh
karena itu sebelum diadakan pembaharuan teknologi sebaiknya disiapkan terlebih dulu
Sumber Daya Manusia yang dibutuhkan untuk pembaharuan tersebut.
Berikut ini diberikan peroalan menyangkut biaya-biaya yang diperguanakan dalam
proses produksi.
Contoh 1:
Sebuah perusahaan memiliki struktur biaya produksi sebagai berikut. Biaya tetap
FC = 200. Biaya variabel 20Q + 0,5 Q2 dari persoalan tersebut. Hitunglah besarnya TC,
AC, AVC, MC, dan AFC.
Jawab.

TC = FC + VC; jadi TC = 200 + 20Q + 0,5Q2

AC = TC/G; Jadi AC =

AC = 200/Q + 20 + 0,5Q

AVC =

MC = TC/ Q; jadi MC = 20 + Q

Page 129
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

AFC = FC/Q ; jadi AFC = 200/Q

Contoh 2:
Berdasarkan soal pada contoh 1, berikut ini jumlah Output Maksimum yang ingin
dihasilkan sebanyak 1.000 unit. Untuk itu hitunglah besarnya nominal TC, AC, AVC, MC,
dan AFC.
Jawab.
TC = 200 + 20Q + 0,5Q2 AVC = 20 + 0,5Q = 20 + 0,5(1.000)
= 200 + 20(1.000) + 0,5(1.0002) AVC = 20 + 500 = 520
= 200 + 20.000 + 500.000
TC = 520.200 MC = 20 + Q = 20 + 1.000
MC = 1.020
AC = 200/Q + 20 + 0,5Q
= 200/1.000 + 20 + 0,5(1.000) AFC = 200/Q = 200/1.000
AC = 700,2 AFC = 0,2

D. Rangkuman
Teori produksi masuk dalam pembahasan mengenai perilaku produsen. Dalam
proses produksi faktor-faktor produksinya meliputi faktor produksi tetap dan faktor
produksi variabel. Faktor produksi tetap merupakan faktor produksi yang jumlahnya tetap
tidak tergantung pada output yang dihasilkan. Sedangkan faktor produksi variabel
jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan tingkat output yang dihasilkan. Dalam jangka
panjang semua faktor-faktor produksi yang dipergunakan menjadi faktor produksi variabel,
karena dalam kurun waktu tersebut produsen dapat menambah atau mengurangi jumlah
faktor-faktor produksi yang dipergunakan sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan.
Istilah-istilah yang perlu dipahami berkaitan dengan penggunaan faktor-faktor
produksi tersebut adalah, Produksi Total (PT), Produksi Marginal (MP), dan Produksi
Rata-Rata (AP). Proses produksi yang menggunakan satu faktor produksi variabel, tinggi
rendahnya produksi total sangat dipengaruhi oleh kinerja faktor modal (K), dan faktor
tenaga kerja (M). Produksi total menjadi maksimum apabila turunan pertama dari TP = 0.
Turunan pertama TP = MP, jadi produksi total maksimum tercapai saat MP = 0.
Produksi dengan menggunakan dua faktor produksi variabel, artinya modal (K) dan
tenaga kerja (L) sama-sama merupakan faktor produksi variabel. Analisis mengenai proses
produksi dengan menggunakan dua faktor produksi variabel dapat dibantu dengan kurve

Page 130
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

isokuan. Kurve isokuan adalah kurve yang menggambarkan berbagai kombinasi dari
penggunaan dua faktor produksi variabel secara efisien dengan tingkat teknologi tertentu,
yang dapat menghasilkan output yang sama. Mengorbankan satu produksi untuk
menambah penggunaan faktor produksi variabel lainnya pada tingkat isokuan yang sama,
disebut Derajat Teknik Subsitusi Faktor Produksi (MRTS). Hubungan antara penambahan
atau pengurangan penggunaan faktor produksi dengan hasil yang dicapai dalam proses
produksi bisa bersifat Increasing Return Scale, Constant Return To Scale, Decreasing
Return To Scale.
Kurve anggaran atau kurve isocost adalah kurve yang menggambarkan berbagai
kombinasi dari penggunaan dua faktor produksi. Dalam proses produksi, anggaran yang
tersedia diharapkan mampu mendatangkan hasil sesuai dengan biaya yang dikeluarkan.
Biaya-biaya produksi diwakili oleh Isocost, sementara hasil yang dicapai ditunjukkan oleh
kurve isokuan. Berubahnya penggunaan faktor-faktor produksi akibat berubahnya harga
faktor-faktor produksi tersebut akan menimbulkan efek subsitusi dan efek skala produksi.
Dalam gambar kurvenya agar dapat ditentukan besarnya efek substitusi, efek skala
produksi dan efek total perlu terlebih dahulu dibuat garis isocost bantu atau khayalan.
Dengan pertolongan garis Isocost bantu tersebut, besarnya efek substitusi, efek skala
produksi dan efek total dapat dihitung.
Dalam pembicaraan mengenai biaya-biaya produksi dikenal dengan adanya Biaya
Tetap (FC), Biaya Variabel (VC), dan Biaya Total (TC). Biaya Total atau TC = FC+VC.
Disamping itu masih ada jenis-jenis yang lain yaitu Biaya Rata-Rata (AC), Biaya Tetap
Rata-Rata (AFC), Biaya Variabel Rata-Rata (AVC), Biaya Rata-Rata atau AC =
AFC+AVC.

E. Soal Latihan
a. Berikanlah penjelasan tentang pengertian dan perbedaan-perbedaan dari
Faktor Produksi Tetap dan Faktor Produksi Variabel. Pengertian dan
perbedaan tersebut disertai contoh-contoh.
b. Apa artinya proses produksi jangka pendek dan jangka panjang. Mengapa
perusahaan yang satu dengan lainnya bisa memiliki proses produksi jangka
panjang dan jangka pendek yang berbeda, berikanlah penjelasannya.
c. Apa yang dimaksud dengan, Produksi Total, Produksi Marginal, dan Produksi
Rata-Rata. Jelaskan pula hubungan antar ketiga jenis biaya produksi tersebut.

Page 131
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Dalam menjelaskan hubungan-hubungan tersebut disertai dengan


menggambar kurvenya.
d. Gambar kurve proses produksi yang dapat membantu menjelaskan mengenai
Tiga Tahap Produksi. Dari tiga tahap tersebut, tahap yang mana paling layak
untuk tetap diteruskan oleh produsen. Beri penjelasannya.
e. Apa yang dimaksud dengan Isokuan. Gambarlah Kurve Isokuan, serta berikan
pula penjelasan dari asumsi-asumsi yang mengikuti Kurve Isokuan tersebut.
f. Jelaskanlah pengertian mengenai proses produksi yang tergolong Increasing
Return Scale, Constant Return To Scale, dan Decreasing Return To Scale.
Gambar pula kurve dari ketiga jenis proses produksi tersebut.
g. Berikanlah penjelasan mengenai Biaya Tetap, Biaya Variabel, Biaya Rata-
Rata, Biaya Marginal, dan Biaya Total, dan setelah itu gambarlah kurve dari
jenis-jenis biaya tersebut.
h. Buatlah sebuah persoalan proses produksi, dan dari persoalan tersebut hitung
besarnya Biaya Total, Biaya Marginal dan Biaya Rata-Rata dari proses
produksi itu.
i. Mengapa dalam proses produksi jangka panjang semua faktor-faktor produksi
yang dipergunakan menjadi faktor produksi variabel. Berikanlah
penjelasannya.

Page 132
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

BAB
5 LABA MAKSIMUM

A. Pendahuluan
Walaupun tidak semua perusahaan dalam operasionalnya mencari laba, tetapi
secara umum atau sebagian besar tujuan utama perusahaan adalah untuk memperoleh laba.
Secara teoritis laba perusahaan merupakan kompensasi terhadap resiko yang dihadapi
perusahaan. Semakin besar risiko yang dihadapi, maka kemungkinan laba yang akan
diperoleh pun semakin besar pula. Keuntungan atau laba perusahaan dapat pula dikatakan
sebagai selisih antara jumlah penerimaan total dengan biaya total. Oleh karena itu laba
perusahaan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.
; dengan ketentuan
= laba perusahaan
TR = Total Revenue
TC = Total Cost
Laba perusahaan akan diperoleh apabila TR > TC atau TR - TC hasilnya positif, tidak
boleh sama dengan nol apalagi negatif.

B. Perhitungan Laba Maksimum Berdasarkan Pendekatan Totalitas (Totality


Approach)
Pendekatan totalitas maksudnya adalah menghitung laba perusahaan dengan
membandingkan antara pendapatan total (TR) dengan pengeluaran atau Biaya Total (TC).
Pendapatan total atau TR = Q.P; Q = jumalah Output, sedangkan P = harga output per unit.
Biaya Total (TC) = FC + VC, jadi laba atau π = PQ – (FC + vQ), dengan catatan v = harga
biaya perunit. vQ dihitung dengan mengalikan harga biaya perunit (v) dengan jumlah
output (Q). Rumus tersebut bisa dibuat lebih singkat menjadi

Page 133
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

TR,TC Dari gambar 4.1 dapat


diimformasikan sebagai berikut.
TR
Dengan memperhatikan posisi garis
TC
E TR dan garis TC, jelas terlihat bahwa
pada awalnya perusahaan mengalami
kerugian. Kerugian terjadi selama
Output tingkat output belum mencapai jumlah
0 Q*
OQ*.
Gambar 4.1 Pendapatan Total, Biaya Total

Kerugian terjadi karena Biaya Total (TC) sebelum mencapai output keseimbangan sebesar
OQ*, lebih besar dari Penghasilan Total (TR), atau TC > TR. TC berada diatas TR. Pada
saat produksi terus diperluas, sampai pada jumlah output = OQ* maka TC dan TR sama
besar dengan titik keseimbangan di titik E. Pada saat itu perusahaan berada pada titik
impas, artinya perusahaan tidak mengalami kerugian dan juga belum memperoleh laba.
Setelah produksi melewati jumlah output OQ* perusahaan mulai dan terus mendapat laba,
karena TR selalu berada diatas TC.
Implikasi dari pendekatan totalitas adalah, perusahaan senantiasa berupaya
mempertimbangkan “Penjualan Maksimum” (maximum selling); artinya berapa besar
produksi maksimum yang harus dibuat sehingga mendatangkan laba maksimum. Untuk
menghitung jumlah produksi maksimum, perusahaan harus memperbandingkannya dengan
“potensi permintaan efektif”. Demikian pula produsen harus memiliki prediksi, berapa
persen output yang harus dihasilkan untuk mencapai Break Event Point atau produksi
keseimbangan. Apabila titik keseimbangan baru bisa dicapai 80 % dari kapasitas produksi
penuh (dengan catatan dapat laku terjual seluruhnya), maka produksi di atas 80% baru
akan mendapatkan keuntungan. Barulah kemudian dihitung berapa persenkah produksi
perlu ditambah dari kapasitas sebesar 80% supaya tercipta produktivitas maksimum yang
mampu mendatangkan jumlah laba maksimum. Untuk mengetahui titik produktivitas
keseimbangan (Q*) dapat mempergunakan persamaan π = PQ* - (FC + vQ*). Titik

keseimbangan akan tercapai pada saat π = 0. Jadi

π = PQ* - (FC + vQ*) = 0 (P-v)Q* - FC = 0 Q* = FC/(P-v)


= PQ* - FC - vQ* = 0 (P-v)Q* = FC

Contoh persoalan.

Page 134
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Seorang ibu rumah tangga merencanakan menambah penghasilan suami dengan cara
membuat dan memperdagangkan permen coklat. Pangsa pasarnya adalah anak-anak
sekolah dasar yang ada disekitar tempat tinggalnya. Jumlah peminta potensial yang
didasarkan pada banyaknya murid sekolah dasar yang akan membeli permen coklat adalah
1.000 orang per hari. Untuk mewujudkannya ibu rumah tangga tersebut kemudian membeli
alat-alat produksi permen seharga Rp 5.0000.000,00 . Biaya pembuatan permen coklat
perbiji Rp 250,- dan harga jual perbiji Rp 500,-. Pertanyaannya adalah apakah rencana
tersebut layak dilaksanakan.

Jawab.
Dari persoalan yang diungkapkan di atas telah diketahui hal-hal sebagai berikut.
Alat pembuat permen coklat atau FC = Rp. 5.000.000,-
Biaya produksi per unit atau v = Rp. 250,-
Harga jual permen perbiji atau P = Rp. 500,-
Permintaan potensial atau D = 1.000 buah permen perhari.
Setelah itu, kemudian perlu dihitung jumlah Produksi Keseimbangan atau Q* untuk
menentukan titik impas TC = TR.
Q* = FC/(P - v) Jadi untuk mencapai produksi
Q* = - 5.000.000/(500 - 250) keseimbangan (Q*) Ibu Rumah Tangga
Q* = 20.000 minimal membuat 20.000 buah permen.

Pada saat permen coklat dibuat sebanyak 20.000 buah dan laku terjual seluruhnya, maka
usaha ibu rumah tangga tersebut akan mencapai posisi tidak untung dan tidak rugi, karena
pada saat itu TR = TC.
Masalahnya sekarang adalah, bagaimana pendapatan ibu rumah tangga tersebut.
Apakah target membuat dan terjual habis produksi sebesar 20.000 buah terlalu berat. Kalau
ia bersifat pesimis dan mengatakan bahwa hanya 10 % permen coklat laku terjual dari
permintaan potensial, itu berarti bahwa tiap hari permen coklat yang laku dijual hanya
sebanyak 10% (1.000) = 100 buah. Berarti untuk mencapai titik keseimbangan produksi
untuk tidak mendapat laba dan tidak rugi, ibu rumah tangga tersebut perlu waktu
20.000/100 = 200 hari. Tetapi apabila ia berkeyakinan bahwa tiap hari permen coklat akan
laku 50%, maka untuk mencapai titik keseimbangan produksi perlu waktu 20.000/50%
(1.000) - 40 hari. Setelah permen coklat laku habis sebanyak 20.000 buah, maka pada
perluasan produksi berikutnya (di atas 20.000 buah), ibu rumah tanggan tersebut akan

Page 135
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

memperoleh laba Rp. 250 perbiji, atau sebesar harga produksi dikurangi biaya produksi
perbiji.
Pendekatan totalitas sering dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari, karena
mudah dan sederhana, tetapi memiliki kelemahan sebagai berikut.
a) Dalam prakteknya sulit membedakan biaya tetap dengan biaya variabel. Misalnya
listrik yang dipergunakan untuk produksi, dipergunakan pula untuk keperluan
keluarga. Pembedaan penggunaan untuk perusahaan dan untuk keperluan rumah
tangga, sulit untuk dilakukan, sehingga sering diabaikan sebagai biaya produksi.
b) Mengabaikan gejala hasil lebih yang semakin berkurang, yang menyebabkan kurve
biaya dan pendapatan tidak selamanya berbentuk garis lurus, tetapi pada saat tertentu
perluasan produksi bisa mengakibatkan kurve biaya bergerak naik, sehingga biaya
terus bertambah besar sementara hasil perunit tetap.

C. Perhitungan Laba Berdasarkan Pendekatan Rata-Rata (Average Approach)


Menurut pendekatan ini, laba perusahaan dihitung berdasarkan atas perbandingan
Biaya Rata-Rata (AC) dengan harga jual (P) jadi Laba Total diperoleh dari laba per unit
kali jumlah output, atau π = (P - AC)Q. Dengan demikian laba akan tercipta apabila harga
per unit lebih tinggi dari biaya rata-rata per unit. Atau dengan kata lain P > AC, dan pada
saat P = AC perusahaan berada pada posisi Break Event Point atau keseimbangan.

Contoh persoalan.
Perusahaan PT Abadi bergerak pada usaha jual beli padi/ gabah. Gabah dibeli
dengan harga Rp. 150,- per kilogram. Setiap hektar lahan bisa menghasilkan 25 ton gabah.
Biaya - biaya yang dikeluarkan berupa, biaya persiapan lahan Rp. 500.000,- per hektar,
biaya tanam, obat-obatan dan tenaga kerja Rp. 1.000.000,- per hektar. Biaya panen Rp.
10,- per kilogram. Apabila perusahaan menargetkan pencapaian laba sebesar Rp.
1.000.000.000,- maka berapa hektar padi yang harus ditanam untuk merealisasikan target
tersebut.

Jawab.
Dari persoalah di atas telah diketahui hal-hal sebagai berikut.
Biaya untuk persiapan lahan Rp. 500.000,-
Biaya untuk tanam dan perawatan Rp. 1.000.000,- per hektar
Hasil per hektar 25 ton atau 25.000 kilogram

Page 136
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Biaya panen Rp. 10,- per kilogram


Harga jual Rp. 150,- per kilogram
Dari data yang telah diketahui, maka dapat dihitung besarnya TC (persiapan lahan, tanam
dan perawatan), sebesar Rp. 1.000.000,- + Rp. 500.000,- = Rp. 1.500.000,- AC ( biaya
persiapan, tanam dan perawatan per kilogram) adalah 1.500.000/25.000 = Rp. 60,- Jadi AC
per kilogram seluruhnya sebesar Rp. 60,- + Rp. 10,- = Rp. 70,-
π = (P-AC)Q. 1.000.000.000 = 80Q
1.000.000.000 = (150 - 70)Q. Q = 1.000.000.000/80 = 12.500.000
Jadi jumlah gabah yang harus dihasilkan untuk memperoleh laba seperti yang ditargetkan
sebesar Rp1.000.000.000,- sebanyak, 12.500.000 kilogram. Hasil tiap hektar sudah
diketahui 25.000 kilogram; jadi lahan yang harus disiapkan untuk memperoleh gabah
sebanyak 12.500.000 adalah 12.500.000/25.000 = 500 hektar.

D. Perhitungan Laba Maksimum Berdasarkan Peudekatan Marginal (Marginal


Approach)
Menurut pendekatan ini, perolehan laba dihiutung berdasarkan perbandingan antara
besarnya Biaya Marginal (MC) dengan Pendapatan Marginal (MR). Jadi laba maksimum
akan tercapai pada saat MR = MC, atau pada saat MR - MC = 0. Atau saat turunan pertama
Total Revenue (TR') = TR/Q dikurangi turunan pertama Total Cost (TC) = TC/Q, hasilnya
= 0. TR/Q = MR, dan TC/Q = MC. Laba maksimum dapat pula diketahui atau dicapai

pada saat turunan pertama dari laba (π‘) = 0. π‘ = π/Q.

Contoh persoalan.
Sebuah perusahaan memiliki persamaan permintaan, Q = 100 - 2P
Besarnya biaya marginal dan biaya rata-rata sama yaitu sebesar 10 per unit.
Ditanyakan, berapakah jumlah output yang diperlukan untuk mencapai laba maksimum,
dan berapa banyak output yang perlu dihasilkan supaya tercapai Penerimaan Total (TR)
Maksimum

Jawab
Dari persoalan di atas telah diketahui,
Permintaan, Q = 100-2P
MC = 10 perunit
AC = 10 perunit.

Page 137
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Q = 100 - 2P P = (Q - 100)/ -2
Q - 100 = -2P P = -0,5Q + 50
TR = PQ TC = AC(Q)
= (-05Q+50)Q TC = 10Q
TR = - 0,5Q2 + 50Q MC = TC’
MR = TR' MC = 10
MR = - Q + 50
Laba maksimum dicapai saat:
MR = MC
- Q + 50 = 10
- Q = 10-50
- Q = - 40
Q = 40
Jadi Laba Maksimum dapat dicapai pada saat jumlah produksi output sebanyak 40 unit
Besarnya laba maksimum dapat dihitung dengan rumus TR = Q(P-AC). Tingkat harga
pada saat output (Q) sebesar 40 perlu dihitung melalui persamaan,
Q = 100 - 2P 40 - 100 = -2P P = -60/-2
40 = 100 - 2P -60 = -2P P = 30
π = Q (P - AC)
= 40(30 - 10)
π = 800
Jadi besarnya Laba Maksimum yang dapat dicapai pada saat produksi sebesar 40 unit
adalah 800 satuan.
Besarnya output supaya tercapai Pendapatan Total (TR) maksimum. TR maksimum akan
tercapai saat TR' atau MR = 0.
TR = - 0,5Q2 + 50Q
MR = - Q + 50
0 = - Q + 50
Q = 50
Jadi TR maksimum akan tercapai pada saat jumlah output sebanyak 50 unit. Nilai TR
maksimum saat output sebanyak 50 unit dapat dihitung melalui persamaan,
TR = - 0,5Q2 - 50Q
= - 0,5(502) – 50(50)

Page 138
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

= - 1.250 - (- 2.500)
TR = 1.250
Jadi besarnya TR saat output sebanyak 50 unit adalah 1.250 satuan.
Besarnya laba pada saat output sebanyak 50 unit dapat dihitung dengan terlebih dahulu
harus diketahui tingginya harga saat itu.
Q = 100 - 2P 50 - 100 = -2P P = -50/-2.
Jadi saat output sebanyak 50 unit,
50 = 100 - 2P - 50 = -2P P = 25
Tingkat harga saat itu = 25 satuan
Laba pada saat Q = 50 unit adalah,
π = Q(P - AC)
= 50(25 - 10)
= 50(15)
π = 750
Jadi besarnya laba pada saat output 50 unit = 750 satuan.

Hasil perhitungan yang telah diperoleh dapat dibuatkan tabel seperti Tabel 4.1

Tabel 4.1 Biaya, Pendapatan dan Laba Produksi


Pendapatan
Harga (P) Pendapatan Biaya Total Laba
Output Marginal
(P = 50 - Total (TC = (π = TR -
(Q) (MR = 50 -
0,5Q) (TR = PQ) AC.Q) TC)
Q)
0 0 0 0 0 0
10 45 40 450 100 350
20 40 30 800' 200 600
30 35 20 1.050 300 750
40 30 10 1.200 400 800
50 25 0 1.250 500 750
60 20 -10 1.200 600 600
80 10 -30 800 800 0

E. Laba Maksimum Berdasarkan Pendekatan Secara Grafis.

Page 139
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

TR, TC A
TC
E D
TR
B

Q
0 Q1 Q2 Q3
Gambar 4.2 Laba Maksimum

Gambar 4.2 menjelaskan bahwa laba maksimum ditentukan oleh tingginya


tingkat Biaya Total (TC) dengan Pendapatan Total (TR). Pada saat produksi di bawah OQ 1
perusahaan menderita kerugian, karena biaya total berada di atas pendapatan total atau TC
> TR, dan π menjadi negatif. Saat output sebanyak OQ2 memperoleh laba maksimum, atau
TR - TC menghasilkan laba tertinggi, karena jarak TC dengan TR saat itu merupakan jarak
terlebar atau terjauh dari jarak-jarak lainnya. Besarnya laba maksimum ditunjukan oleh
jarak AB, yang sarna besar dengan jarak Q2C. Jadi besarnya laba maksimum adalah AB =
Q2C. Pada saat kapasitas produksi sebesar 0Q1 posisi TC dan TR sama besar, sehingga saat
itu produksi berada pada keadaan seimbang. Demikian pula saat kapasitas produksi
sejumlah 0Q3, posisi produksi juga berada pada keadaan seimbang. Hanya saja
perbedaannya bahwa keseimbangan yang terjapai pada titik E, merupakan keseimbangan
awal menuju perolehan laba untuk proses-proses produksi berikutnya, sementara
keseimbangan di titik D merupakan keseimbangan yang setelah itu, bila penambahan
kapasitas terus dilanjutkan akan mendatangkan kerugian. Jadi keseimbangan di titik D
adalah keseimbangan yang menunjukan bahwa proses produksi sudah mulai jenuh,
sehingga kalau terus menambah kapasitas, membuat perusahaan terus merugi karena posisi
TC selalu berada di atas TR.

F. Rangkuman
Tidak semua perusahaan dalam operasinya berusaha untuk memperoleh laba
maksimum. Perusahaan-perusahaan milik negara yang tujuan utamanya meningkatkan
kesejahteraan rakyat, orientasi kegiatannya adalah maksimalisasi output bukan
maksimalisasi laba.

Page 140
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Secara teoritis, laba perusahaan merupakan kompensasi terhadap resiko. Semakin


besar resiko yang dihadapinya, kemungkinan laba perusahaan yang dicapai meningkat.
Perhitungan laba maksimum dapat dianalisis melalui Pendekatan Totalitas, Pendekatan
Rata-Rata, Pendekatan Marginal, dan Pendekatan Secara Grafis. Pendekatan Totalitas
maksudnya pendekatan yang mebandingkan besarnya Pendapatan Total (TR) dengan
Biaya Total (TC). Biaya Total atau TC = FC + VC. Jadi laba atau λ = PQ - (FC + vQ), atau
λ = TR - TC dengan catatan, TR > TC.
Perhitungan laba berdasarkan Pendekatan Rata-Rata maksudnya perhitungan laba
dengan membandingkan besarnya Biaya Rata-Rata (AC) dengan harga jual (P). Jadi Laba
Maksimum diperoleh apabila harga perunit output lebih tinggi dari Biaya Rata-Rata
perunit, atau P > AC. Pada saat P = AC perusahaan ada dalam keadaan seimbang.
Pendekatan Marginal dipakai menganalisis Laba Maksimum dengan cara
membandingkan Biaya Marginal (MC) dengan Pendapatan Marginal (MR). Laba
Maksimum diperoleh pada saat MR = MC, atau pada saat MR - MC = 0.

G. Soal Latihan
a. Berikanlah penjelasan mengenai pengertian Laba Maksimum, menurut
Pendekatan Totalitas, Pendekatan Rata-Rata, Pendekatan Marginal, dan
penjelasan Laba Maksimum melalui bantuan gambar kurve.
b. Buatlah persoalan mengenai perhitungan Laba Maksimum yang
pemecahannya menggunakan Pendekatan Totalitas. Jelaskan pula implikasi
yang menyertai perhitungan Laba Maksimum tesebut.
c. Jelaskan perhitungan Laba Maksimum berdasarkan Pendekatan Rata-Rata.
Perhitungan dimulai dengan membuat soal sendiri.
d. Buatlah contoh persoalan dan perhitungan Laba Maksimum menurut
Pendekatan Marginal.
e. Jelaskan pula perhitungan Laba Maksimum dengan bantuan Kurve TC dan
TR. Dari gambar tersebut jelaskan dimana letak Laba Maksimum, berikan
pula argumentasinya.

BAB

6 Page 141
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

PASAR

A. Pendahuluan
Pasar merupakan tempat bertemunya penawaran dan permintaan. Secara
konvensional pasar mengenal pembatasan negara dan geografis, serta dibedakan menjadi
pasar dalam dan luar negeri. Saat ini pasar tidak dibatasi batas negara, daerah dan
geografis. Sebelum kita membahas masing-masing bentuk pasar dengan berbagai
karakteristiknya, terlebih dahulu kita pahami mengenai stuktur pasar. Stuktur pasar adalah
keadaan pasar yang memberikan petunjuk tentang aspek-aspek yang memiliki pengaruh
penting terhadap perilaku usaha dan kinerja pasar. Ada beberapa dasar pembedaan yang
mempengaruhi keputusan-keputusan (perilaku) antara penjual dan pembeli dalam suatu
struktur pasar, yakni sebagai berikut.
1. Jumlah/ banyaknya perusahaan yang ada di dalam pasar
2. Jenis barang yang diperjualbelikan, apakah termasuk barang homogen atau
heterogen
3. Mudah-tidaknya perusahaan baru masuk ke dalam pasar.
4. Kemampuan masing-masing pihak baik penjual dan pembeli dalam mempengaruhi
pasar.
5. Informasi serta pengetahuan penjual maupun pembeli terhadap pasar yang dihadapi.
Dari berbagai karakteristik di atas, bentuk atau tipe pasar dapat dikelompokkan
menjadi empat (4) yaitu sebagai berikut.
1. Pasar persaingan sempurna, dicirikan dengan jumlah penjual dan pembeli sangat
banyak.
2. Pasar monopoli, dicirikan dengan jumlah penjual hanya satu (mono).
3. Pasar persaingan monopolistik, dicirikan dengan jumlah penjual yang cukup
banyak tetapi masing-masing mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi harga
jual
4. Pasar oligopoli, dicirikan dengan jumlah penjual sangat sedikit.
Masing-masing bentuk pasar yang kita pelajari mempunyai karakteristik atau ciri-
ciri yang berbeda-beda. Secara sederhana untuk dapat membedakan antar bentuk pasar
dapat dijelaskan seperti Tabel 6.1 berikut.

Page 142
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Tabel 6.1 Tipe-Tipe Struktur Pasar


Jumlah Derajat
Penjual dan Pengendalian
Metode
Struktur Derajat Contoh Perusahaan
Pemasaran
Diferensiasi Terhadap
Produk Harga
Persaingan Jumlah Beberapa Tidak ada Pertukaran
Sempurna produsen produk pasar atau
banyak, produk pertanian dasar lelang
identik seperti
jagung, gandum
Persaingan Jumlah Perdagangan Ada tetapi Iklan dan
monopolistik produsen eceran makanan sedikit persaingan
banyak, banyak atau minuman kualitas
produk
diferensiasi
Oligopoli  Jumlah  Industri Ada tetapi Iklan dan
produsen bahan kimia sedikit persaingan
sedikit, baja kualitas
hanya ada
sedikit
perbedaan
atau tidak
ada sama
sekali
 Jumlah  Industri
produsen mobil
sedikit, komputer
sebagian
produk
diferensiasi
(berbeda)
Monopoli Produsen
tunggal, produk
close
substitusion
Sumber: Diadaptasi dari Kunawangsih

B. Pasar Persaingan Sempurna


Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa supaya perusahaan mencapai laba maksimum,
maka jumlah output yang dihasilkan harus dalam jumlah tertentu dan pada saat MR = MC.

Page 143
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Dua perusahaan walaupun memiliki struktur biaya yang sama, namun laba maksimum
yang diperoleh tiap perusahaan belum tentu melalui jumlah output yang sama. Salah satu
penyebabnya mengapa mereka memperoleh laba maksimum tidak melalui jumlah output
yang sama adalah, bagaimana posisi perusahaan tersebut dalam pasar.
Secara teoritis ada dua bentuk pasar yang bersifat ekstrim yaitu Pasar Persaingan
Sempurna (Perfect Competition Market) dan Pasar Monopoli (Monopolistic Market).
Karaktenstik Pasar Persaingan Sempurna meliputi, barang yang diproduksi bersifat
homogen, produsen dan konsumen memiliki pengetahuan atau informasi sempurna tentang
pasar, output sebuah perusahaan jumlahnya relatif kecil dibandingkan dengan output
keseluruhan di pasar, perusahaan tidak bisa mempengaruhi harga barang di pasar, semua
perusahaan bebas masuk dan keluar pasar (free entry and exit).
1) Barang yang Diproduksi Homogen
Maksudnya homogen, bahwa produk mampu memberikan kepuasan yang
sama kepada konsumen, tanpa perlu mengetahui produsennya, sebab produsen
manapun yang memproduksi barang tersebut barangnya homogen, bahkan homogen
dalam segala-galanya. Dalam pembelian barang, konsumen tidak membeli merk
barang tetapi mereka membeli kegunaannya. Karena barangnya homogen, maka
semua perusahaan dianggap mampu menghasilkan barang dan jasa dengan
karaktenstik dan kualitas yang sama.
2) Produsen dan Konsumen Memiliki Pengetahuan atau Informasi Sempurna
Tentang Pasar
Pelaku pasar (produsen dan konsumen) memiliki pengetahuan sempurna
tentang keadaan pasar seperti, tahu persis mengenai jenis barang yang dijual, harga
pokok barang, harga input, kualitas barang, dan lain-lainnya. Karena barang bersifat
homogen atau sama antara yang dihasilkan oleh produsen satu dengan yang lainnya,
maka kepada pedagang siapapun konsumen berbelanja atau membeli barang tersebut
akan memperoleh barang yang sama seperti yang diinginkan. Tanpa ke pasar pun
pelaku-pelaku pasar tahu persis tentang keadaan pasar yang sesungguhnya.

3) Output Sebuah Perusahaan Relatif Kecil Dibandingkan dengan Output


Keseluruhan
Semua perusahaan bisa berproduksi secara efisien dengan jumlah output
tertentu. Tetapi karena produsennya begitu banyak menyebabkan tiap-tiap produsen

Page 144
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

memiliki jatah dalam jumlah output yang relatif kecil bila dibandingkan dengan output
keseluruhan yang ada di pasar. Dengan kata Iain jumlah output yang diperdagangkan
oleh masing-masing produsen seolah-olah tidak ada artinya bila dibandingkan dengan
jumlah output keseluruhan yang diperdagangnkan di Pasar Persaingan Sempurna.
4) Perusahaan Tidak Bisa Mempengaruhi Harga
Karakteristik ini merupakan konsekuensi dari karakteristik sebelumnya (output
tiap perusahaan kecil). Begitu kecilnya jumlah output tersebut sehingga setiap
produsen atau penjual tidak memiliki kekuatan untuk mengubah harga yang telah
berlaku di pasar. Oleh karena itu mereka hanya bisa mengikuti harga yang telah
berlaku, atau bertindak sebagai pengikut harga.
5) Semua Perusahaan Bebas Masuk dan ke Luar Pasar
Munculnya karakteristik ini disebabkan oleh adanya anggapan bahwa faktor-
faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi memiliki mobilitas yang tinggi
untuk berpindah dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lainnya, tanpa perlu mengeluarkan
tambahan biaya. Perpindahan tersebut maksudnya, produsen berusaha untuk
mengalihkan usaha atau kegiatan produksinya ke usaha lain yang lebih
menguntungkan. Keadaan ini menyebabkan tiap-tiap perusahaan dapat secara leluasa
dan tanpa hambatan untuk masuk atau keluar dari pasar persaingan sempurna.

C. Permintaan dalam Pasar Persaingan Sempurna


Karena harga output di Pasar Persaingan Sempurna relatip tetap, dan perusahaan
secara individual tidak bisa mempengaruhi atau mengubah haraga, maka Kurve
Permintaan perusahaan secara individual berbentuk garis horizontal.

P P
D S

P P D

Page 145
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Q Q
0 0
Gambar 5.1a Permintaan dalam Gambar 5.1b Permintaan
Persaingan Sempurna Individual

Gambar 5.1a menunjukan jumlah permintaan di Pasar Persaingan Sempurna


dengan Keseimbangan Pasar yang dibentuk oleh titik perpotongan permintaan (D) dengan
penawaran (S) dan tingkat harga setinggi OP. Harga setinggi itu hanya dapat diikuti oleh
permintaan dari perusahaan-perusahaan secara individual seperti diperlihatkan oleh
Gambar 5.1b.

D. Penerimaan dalam Pasar Persaingan Sempurna


Penerimaan keseluruhan perusahaan jumlahnya sebanyak output kali harga atau TR
= Q.P. Karena harga tetap, maka Penerimaan Rata-Rata (AR) perusahaan sama besar
dengan Penerimaan Marginal (MR), sama dengan Harga (P), dan sama pula dengan
Permintaan (D). Jadi TR = AR = MR = P = D. Perhatikan Gambar 5.2a, dan 5.2b.

P P
TR = Q.P

D = AR = MR = P

Q Q
0 0
Gambar 5.2a D = AR = MR = P Gambar 5.2b Penerimaan Total
Penerimaan total seperti pada gambar 5.2b berbentuk garis lurus dengan sudut kemiringan
positif dari titik 0.

E. Keseimbangan Perusahaan
Syarat yang harus dipenuhi dalam Pasar Persaingan Sempurna supaya perusahaan
bisa mencapai keseimbangan adalah:

Page 146
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

a. Jumlah output yang diproduksi sebaiknya dalam jumlah terentu, dan pada saat jumlah
tersebut, Biaya Variabel (VC) sama dengan Penerimaan Total (TR), atau Biaya
Variabel Rata-Rata (AVC) sama besar dengan tingkat harga (P). Dalam keadaan AC =
TR atau AVC = P, maka perusahaan hanya mengalami kerugian Biaya Tetap (FC),
karena biaya ini akan tetap dikeluarkan saat perusahaan berproduksi atau dalam
keadaan tidak berproduksi.
b. Jumlah output yang dihasilkan dalam jumlah tertentu, dan pada saat jumlah output
tersebut MR = MC. Kemungkinan yang bisa terjadi adalah, perusahaan akan
pemperoleh Laba Maksimum, atau persahaan berada dalam kondisi tidak
menguntungkan yang ditandai oleh terjadinya Kerugian Minimum.
Gambar 5.3 memperlihatkan perusahaan Laba Maksimum di Pasar Persaingan Sempurna.

Laba maksimim, dalam pasar


MC
P persaingan sempurna sebesar segi
empat EB dicapai pada saat jumlah
D = AR = MR = P
P2 output optimal sebanyak OQ. Pada
E
saat output sebesar itu MR = MC.
P1 AC
B Biaya rata-rata (AC) lebih kecil dari
tingkat harga unit output. Oleh karna
itu setiap unit output, perusahaan
0 Q
Q memperoleh laba sebesar BE.
Gambar 5.3 Laba Maksimum

Laba total maksimum atau laba super normal yang diperoleh bila output sebesar OQ
sebesar OQ kali BE = P1P2EB. Kemungkinan lain yang bisa terjadi pada saat produksi atau
output mencapai jumlah yang menyebabkan MC = MR adalah, perusahaan pada posisi
impas, atau menderita rugi minimum. Pada posisi impas, perusahaan tidak merugi dan
tidak memperoleh untung maksimal, atau disebut perusahaan memperoleh laba normal
yangpditandai
2 oleh D = AR = MR = P = MC = MR. output keseimbangan besarnya = OQ.
pada saat AR = P, maka laba per unit perusahaan sama dengan nol. Perusahaan dalam
keadaan memperoleh laba normal kurvenya dapat dilihat pada gambar 5.4.

P A
P1 MC
MC AC
B
AC P2
P A
B
Page 147

E
D=AR=MR=P
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

E E
P P3
D = AR = MR = P D = AR = MR = P
P4
C
Q Q
0 Q 0 Q1 Q2 Q3
Gambar 5.4 Laba Normal Gambar 5.5 Rugi Minimum
P

Gambar 5.5 menunjukkan perusahaan menderita rugi minimum. Pada saat MC = MR.
dengan jumlah output sebanyak O. Prusahaan menderita rugi sebesar BE per unit, karna
AC < P rugi total minimum saat output sejumlah OQ2 besarnya P3P2BE atau seluas bidang
segi empat yang diarsir. Dikatakan rugi minimum karena pada saat output sebesar OQ2
rugi yang terjadi merupakan kerugian terkecil yang diderita perushaan. Jika output
dikurangi atau ditambah dari jumlah OQ2 perusahaan akan menderita kerugian yang lebih
besar dari P3P2BE. Misalnya produksi atau output dikurangi dari jumlah OQ2 menjadi OQ1,
maka kerugian total yang diderita perusahaan bertambah besar yaitu luas segi empat
P4P1AC (segi empat P4P1AC lebih luas dari segi empat P3P2BE). Sabaiknya kalau output
lebih besar dari OQ2, misalnya ditambah menjadi OQ3, kerugian output per unit mungkin
lebih kecil, tepapi rugi total akan semakin besar. Jadi supaya terhindar dari kerugian yang
semakin besar dari rugi minimum, maka sebaiknya perusahaan berproduksi dengan output
sebesar OQ2.
Berikut ini contoh persoalan mengenai perhitungan mengenai apa yang telah
dipaparkan sebelumnya. Sebuah perusahaan sepatu menjual produksi di Pasar Persaingan
Sempurna. Biaya produksi adalah sebagai berikut. C = 100 + Q2. C adalah biaya, dan Q
adalah jumlah output. Biaya Tetap (FC) = 100, dengan harga jual perpasang sepatu = 60.

Dari persoalan tersebut ditanyakan,


a. Berapa pasang sepatu harus diproduksi untuk mencapai Laba Maksimum.
b. Berapa besarnya Laba maksimum yang diperoleh.

Jawab
Ditentukan Fungdi Biaya C = 100 + Q2 atau TC = 100 + Q2
Harga jual perpasang sepatu = 60
Biaya Tetap (FC) = 100

Page 148
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Dalam Pasar Persaingan Sempurna, perusahan bertindak sebagai Price Taker. Oleh karena
itu penerimaan total adalah,
TR = P.Q MR = TR’
TR = 60Q MR = 60
TC = 100 + Q2
Laba Maksimum tercapai saat, MC = MR
MC = TC MC = MR
MC = 2Q 2Q = 60
Q = 30. Jadi sepatu yang harus dihasilkan supaya menjadi Laba Maksimum = 60
pasang.
Besarnya Laba Maksimum saat output sebesar 60 pasang.
TC = 100 + Q2 AC = 100/30 + 30
AC = (100 + Q2) : Q AC = 3,3 + 30
AC = 100/Q + Q AC = 33,3
Laba Maksimum = Q(P-AC)
= 30(60-33,3)
= 801
Jadi besarnya Laba Maksimum pada saat output sepatu sebanyak 60 pasang sama
dengan 801 pasang.
Persoalan kedua adalah sebagai berikut. Dalam Pasar Persaingan Sempurna
terdapat 1.000 perusahaan yang menjual produksinya di sana. Masing-masing perusahaan
memiliki fungsi penawaran, Qs = -200 + 50P. Qs adalah produksi yang ditawarkan, dan P
adalah harga produk yang ditawarkan. Fungsi Permintaan Pasar adalah, Q = 160.000 -
10.000P, pertanyaannya adalah :
a) Hutung Harga Keseimbangan Pasar
b) Gambar Kurve Permintaan Perusahaan dan tunjukan harga keseimbangan.
c) Jelaskan apa yang terjadi bila ada perusahaan yang ingin memproduksi lebih sedikit
atau lebih banyak output keseimbangan.

Jawab.
Dari persoalan diatas telah diketahui:
Fungsi penawaran masing-masing perusahaan, Qs = -200 + 50P
Fungsi Permintaan Pasar, Q = 160.000 – 10.000P
Jumlah perusahaan 1.000

Page 149
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Menghitung harga keseimbangan.


Penawaran total adalah fungsi penawaran tiap perusahaan kali jumlah perusahaan
Qs = (-200 + 50P) 1.000
Qs = -200.000 + 50.000P
Syarat keseimbangan pasar adalah Qs = Qd
Qs = Qd
-200.000 + 50.000P = 160.000 – 10.000P
50.000P + 10.000P = 160.000 + 200.000
60.000P = 360.000
P = 360.000/60.000 = 6
Jadi Harga Keseimbangan Pasar tingginya = 6 per unit

Output yang ditawarkan dan diminta saat harga per unit = 6, jumlahnya sama
Qs = Qd = 160.000 – 10.000P
= 160.000 – 10.000 (6)
= 160.000 – 60.000
Qs = Qd = 100.000
Jadi total output yang diminta dan ditawarkan di Pasar Persaingan Sempurna =
100.000 unit.

Gambar Kurvenya seperti Gambar 5.6


P
Supaya setiap perusahaan
dapat mencapai keseimbangan,
Qs = 200.000 + 50.000P
maka mereka masing-masing
paling sedikit harus
memproduksi output
Qd = 160.000 - 10.000P
0 100.000/1.000 sama dengan
Q 100 unit

Page 150
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

60 80 100 120 140 160

Gambar 5.6 Posisi Keseimbangan

F. Pasar Monopoli
Suatu industri atau perusahaan dikatakan berstruktur monopoli apabila hanya ada
satu produsen atau pengusaha tanpa ada pesaingnya langsung maupun tidak langsung, baik
nyata maupun potensial. Output yang dihasilkan tidak ada subtitusinya. Perusahaan atau
industry tidak memiliki pesaing karna adanya hambatan untuk masuk dan ikut prusahaan
dibidang yang dimonopoli oleh perusahaan pemegang monopoli. Dilihat dari penyebab
hambatan-hambatan untuk masuk ke Pasar Monopoli berupa hambatan teknis (technical
barrienrs to entry) dan hambatan legalitas ( legal barriers to entry).
Hambatan teknis maksudnyan perusahaan yang ingin masuk secara teknis tidak
memiliki kemampuan untuk bersaing dengan pemegang monopoli, karena monopoli
memiliki keunggulan-keunggulan teknis yang tidak bisa disaingi oleh perusahaan-
perusahaan lain. Keunggulan-keunggulan lain disebabkan oleh:
1) Perusahaan pemegang monopoli memiliki kemampuan atau pengetahuan khusus
yang menyebabkan prusahaan bekerja efisien dan tidak bisa ditandingi oleh
perusahaan lain. Tingginya efisiensi memungkinkan perusahaan pemegang
monopoli memiliki kurve biaya (AC dan MC) menurun. Semakin besar sekala
produksi, kurve MC terus menurun dan menyebabkan AC per unit semakin rendah.
2) Perusahaan monopoli memegang control sumber faktor-faktor produksi baik
Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia, maupun lokasi perusahaan.
Konglomerat di Indonesia memiliki kemampuan monopoli secara teknis karna
mampu mengontrol faktor-faktor produksi seperti bahan baku (batu kapur untuk pabrik
semen). Demikian pula sumber daya manusia berkualitas telah memiliki oleh mereka.
Hambatan legalitas bisa berupa hal-hal sebagai berikut.
1) Undang-Undang dan Hak Khusus. Monopoli terjadi karena dibenarkan atau
diberikan oleh hukum di Indonesia Badan Usaha Milik Negara banyak yang
memiliki hak monopoli berdasarkan undang-undang.
2) Hak Paten atau Hak Cipta merupakan monopoli berdasarkan hukum karena adanya
pengetahuan atau kemampuan khusus yang menyebabkan munculnya monopoli
tersebut misalnya Hak Paten seorang penulis, penemuan resep obat dan makanan,
dan lain-lainnya.

Page 151
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Perusahaan pemegang monopoli memiliki kemampuan untuk mengatur harga


melalui pengaturan outputnya. Oleh karena itu pemegang monopoli berkedudukan sebagai
Penentu Harga (Price Setter). Dalam Pasar Persaingan Sempurna, Kurve MR = AR = D =
P, tetapi dalam pasar monopoli, Pendapatan Marginal (MR) lebih kecil dari tingkat harga
(P) atau MR < P. Hal ini disebabkan oleh bentuk Kurve Permintaan (D) dalam Pasar
Monopoli lebih curam, menyusur dari kiri menuju kanan bawah, sementara Kurve
Permintaan (D) di Pasar Persaingan Sempurna bentuknya mendatar, sejajar dengan sumbu
datar. Untuk lebih jelas perharikan Gambar 5.7

Gambar 5.7, menunkujakan bahwa MR <


P P Sehingga untuk menambah output dari
100 menjadi 150, perusahaan harus
menurunkan harga dari 10 menjadi 5.
10 Dengan demikian Permintaan total (TR)
A berkurang sebesar segi empat A dan
5 terjadi penambahan Penerimaan Total
D
(TR) sebesar segi empat B. Proses
B
turunnya harga penyebabkan besarnya
0 G
100 150 Penerimaan Marginal (MR) berkurang
sebesar segi empat A, tetapi bertambah
Gambar 5.7 Permintaan Pasar
Monopoli segi empat B, dengan tingkat harga (P)
lebih rendah dari sebelumnya.

Posisi Kurve Permintaan (D) dan posisi Kurve Penerimaan Marginal (MR) akan nampak
seperti Gambar 5.8. Dari Gambar 5.8 tersebut dapat dilihat bahwa posisi Kurve Pendapatan
Marginal (MR) lebih curam apabila dibandingkan dengan letak Kurve Permintaan (D), dan
Kurve Pendapatan Marginal (MR) selalu letaknya di bawah Kurve Penerimaan (P). Jarak
antara titik 0 dengan MR dan antara MR dengan D, sama kalau kedua kurve tersebut sama-sama
memotong sumbu datar.

P Dalam Pasar Persaingan Sempurna,


bentuk Kurve Pendapatan Total (TR)
berupa garis lurus. Tapi dalam pasar
Persaingan Monopoli Kurve Penerimaan
Total (TR) bentuknya sangat tergantung
D pada besarnya elastisitas harga. Ada tiga
kemungkinan terhadap TR bila elaktisitas
Page 152

harga mengalami perubahan.


Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

MR

0 Q
Gambar 5.8 Kurve MR dan D
(a) Jika n > 1, artinya permintaan Elastis,
P
hingga dalam situasi seperti ini jikalau

 1 ingin menambah penawaran


sebanyak 1% harus dilakukan dengan
output

penurunan harga output yang lebih kecil


dari 1%. Akhirnya TR naik dan MR
menjadi positif.
MR D (b) Jika n = 1, artinya permintaan Unitary,
0 Q sehingga untuk menambah penawaran
Q
harga sebesar 1% juga. Akibatnya TR
P tidak bertambah, sementara MR sama
dengan 0.
(c) Jika n =1, artinya permintaan output
inelastik. Jadi untuk menambah
penawaran output sebanyak 1% harus
menurunkan harga yang lebih besar dari

Q 1%. Akibat TR menurun dan MR < 0


0 (negative). Gambar mengenai hubungan
TR
Gambar 5.9 Elastisitas
antara MR, D, TR dan elastisitas harga
Permintaan dan TR
terhadap permintaan dapat dilihat pada
1. Keseimbangan Perusahaan Dalam PasarGambar
Monopoli
5.9
Dalam Pasar Monopoli, keseimbangan perusahaan terjadi saat MR = MC. Pada saat
MR = MC tersebut disamping perusahaan berada pada keseimbangan. Perusahaan juga
dalam posisi mencapai laba Maksimum atau Laba Super Normal. Laba Super Normal
Perusahaan dapat dilihat pada Gambar 5.10
Dari Gambar 5.10 dapat dilihat bahwa pada saat output sebanyak OQ1 dan tingkat
harga setinggi OP1 tercapailah Laba Super Normal sebanyak segi empat yang diarsir, atau
sejumlah P2P1AB. Saat laba tersebut tercapai, harga output lebih tinggi dari biaya Rata-
Rata (AC) per unit, atau P > AC sehingga Laba Super Normal tercapai kalau output kurang

Page 153
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

atau lebih dari jumlah OQ1, maka tidak tercapai Laba Maksimum, karena MR belum sama
dengan MC.

MC

P1
A AC
P2
B

D
MR
Q
0 Q1

Gambar 5.10 Laba Supernormal

Perusahaan dalam Pasar Monopoli dengan memperoleh laba normal dan rugi
minimal dapat dilihat pada Gambar 5.11 dan Gambar 5.12.

P
AC MC
MC
A
P1
AC
P
E
P2 B

D D
MR MR
Q Q
0 Q 0 Q
Gambar 5.11 Laba Normal Gambar 5.12 Rugi Minimum

Page 154
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Gambar 5.11 menunjukan perusahaan dalam keadaan memperoleh Laba Normal, karena
tingginya harga per unit sama dengan Biaya Rata-Rata per unit, atau P = AC. Sementara
Gambar 5.12 adalah gambar yang memperlihatkan perusahaan menderita kerugian
minimum. Saat itu tingginya Biaya Rata-Rata berada di atas harga, atau AC > P. Pada
kasus ini perusahaan akan terus berusaha untuk menawarkan outputnya di pasar sepanjang
masih mampu untuk menutup Biaya Variabel yang harus di keluarkan dalam proses
produksi. Apabila hal ini tidak bisa dilakukan kemungkinannya adalah produsen akan
menutup perusahaannya. Penutupan usaha mungkin sudah dipikirkan pada saat perusahaan
menerima Laba Normal. Titik E pada Gambar 5.11 disebut Titik Tutup Usaha (The
Closing Dwon Point, atau The Shut Dwun Point). Apabila harga kemudian berada dibawah
OP berarti produsen sudah tidak mampu menutup ongkos-ongkos variabel produksinya,
oleh karna itu lebih baik kalau mereka menutup usaha.

2. Kekuatan Monopoli
Monopoli mutlak dalam pasar pada umumnya sulit ditemukan, karena dalam
kenyataannya stuktur pasar yang ada kebanyakan di dalamnya terdapat persaingan. Oleh
karena itu pengertian monopoli dalam ilmu ekonomi berbeda dengan pengertian monopoli
berdasarkan pendapat masyarakat awam. Masyarakat umum mungkin membayangkan
bahwa monopoli mempunyai kemampuan yang luar biasa, sehingga perusahaan bebas
berbuat apa saja demi mencapai laba yang sebesar-besarnya. Perusahaan dalam pasar
monopoli memiliki daya monopoli sebatas kemampuannya untuk mempengaruhi atau
mengatur jumlah output dan harga. Semakin sulit keputusan harga dan kebijaksanaan
output untuk dilawan oleh perusahaan lainnya, maka perusahaan tersebut dikatakan
memiliki daya monopoli yang semakin besar.
Besarnya daya monopoli yang dimiliki oleh perusahaan, bila diukur dengan Lerner
Index. Lerner Index adalah angka indeks yang menunjukan tingkat daya monopoli yang
diukur berdasarkan permintaan yang dihadapi perusahaan. Rumusnya adalah sebagai
berikut. L = (P – MC) : P. (L) adalah Lerner index, P sama dengan harga output, dan MC
merupakan Biaya Marginal. Besar nilai Lerner index (L) berkisar antara nol sampai dengan
satu. Perusahaan memiliki Lerner index = 0, artinya perusahaan tidak memiliki daya
monopoli. Sebaiknya Lerner index = 1, berarti perusahaan memiliki daya monopoli yang
sangan kuat, hampir-hampir tidak bisa dilawan oleh perusahaan lain. Jadi semakin besar

Page 155
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Lerner index, berarti daya monopoli yang dimiliki oleh perusahaan tersebut semakin kuat
pula. Dalam Pasar Persaingan Sempurna, Lerner index = 0.

3. Monopoli Alamiah
Suatu sektor industri dikatakan memiliki monopoli alamiah jika di sektor tersebut
terdapat satu perusahaan tunggal yang mampu memasok suatu jenis barang atau jasa bagi
keseluruhan pasar dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan jika di sektor tersebut
terdapat dua atau lebih perusahaan. Dalam kasus ini, satu perusahaan tunggal dapat
memproduksi jumlah output berapapun dengan biaya yang paling murah. Andaikata
perusahaannya lebih dari satu, maka bukan hanya output perusahaan yang akan berkurang,
namun biaya yang akan ditanggung oleh masing-masing perusahaan itu pasti akan lebih
tinggi dibandingkan dengan biaya yang harus ditanggung oleh satu perusahaan tunggal.
Contoh monopoli alamiah adalah distribusi air bersih. Untuk menyediakan air
bersih kepada semua penduduk di sebuah kota, perusahaan haruslah membangun jaringan
pipa yang mencakup seluruh wilayah kota. Apabila ada dua atau lebih perusahaan yang
bersaing dalam penyediaan jasa ini, maka masing-masing perusahaan akan dituntut untuk
menanggung biaya tetap dalam jumlah besar guna membangun jaringan tadi. Oleh karena
itu, biaya total rata-rata penyediaan air adalah paling murah jika datangani oleh satu
perusahaan saja. Munculnya perusahaan sebagai pemegang Monopoli Alamiah, lebih
banyak disebabkan oleh tingkat efisiensi yang tertinggi dalam proses produksi, karena
kemampuannya menerapkan teknologi modern. Karena mampu bekerja secara efisien,
menyebabkan struktur Biaya Rata-Rata (AC) dalam Jangka panjang terus mengalami
penuruna. Semakin besat outputnya semakin rendah AC nya. Harga jual (P) yang semakin
tinggi di atas AC dan MC, akan membuat perusahaan menikmati keuntungan yang
semakin besar. Gambar 5.13 memperlihatkan hal itu.

P1 A

P2
B
AC
C D
MC

Page 156
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

MR
Q
Q1

Gambar 5.13 Laba Supernormal

Dari gambar 5.13 dapat dilihat bahwa harga Pasar (P1) berada jauh di atas MC dan AC.
Oleh karena harga jual jauh di atas Biaya Rata-Rata dan Biaya Marginal, mengakibatkan
perusahan memperoleh Laba Super Normal, yang besarnya sama dengan luas segi empat
P2P1AB. Perolehan laba ini membuat perusahaan memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi pasar dalam halnya penyediaan output dan pengaturan harga yang sulit
ditandingi oleh perusahaan-perusahaan lainnya.

4. Monopoli Ciptaan Pemerintah


Monopoli acapkali tercipta sebagai dampak dari tindakan atau keputusan
pemerintah. Adakalanya pemerintah memberikan hak khusus untuk menjual suatu barang
atau jasa kepada satu orang atau satu perusahaan saja. Biasanya, pemberian hak eksklusif
ini terkait dengan persekongkolan politik. Pemberlakuan Undang-Undang Paten dan Hak
Cipta merupakan salah satu contoh bagaimana pemerintah menciptakan monopoli untuk
melayani kepentingan publik. Andaikata sebuah perusahaan farmasi menemukan obat
baru, perusahaan itu dapat mendaftarkannya kepada pemerintah untuk memperoleh paten.
Jika pemerintah memastikan bahwa obat tersebut memang orisinal dan bermanfaat, maka
ia pun akan memberikan paten itu. Dengan adanya hak paten, perusahaan tersebut
memiliki hak eksklusif untuk membuat dan menjual obat temuannya tersebut.
Dampak-dampak pemberlakuan undang-undang paten dan hak cipta mudah untuk
dilihat. Dengan adanya undang-undang ini seorang produsen akan menjadi pemegang hak
monopoli yang memungkinkannya untuk meminta harga lebih tinggi ketimbang jika ia
harus menghadapi kompetisi. Namun ada tujuan lain yang hendak dicapai. Selain
memungkinkan produsen meminta harga lebih tinggi dan menerima laba lebih besar,
undang-undang tersebut sebenarnya dimaksudkan untuk mendorong perilaku tertentu.
Sebagai contoh, dengan mengizinkan perusahaan farmasi yang menemukan obat baru
untuk secara eksklusif memanfaatkannya., pemerintah bermaksud medorong perusahaan-
perusahaan farmasi untuk lebih giat melakukan riset demi menemukan obat-obat baru yang
bermanfaat bagi masyarakat. Demikian pula, dengan mengizinkan para penulis menjadi

Page 157
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

monopolis dalam penjualan buku karya mereka, pemerintah bermaksud mendorong semua
novelis dan pengarang untuk menciptakan karya-karya tulis orisinal yang lebih baik lagi.
Undang-undang paten dan hak cipta yang diterapkan oleh pemerintah memang
dapat memberikan banyak manfaat, namun juga ada kerugiannya. Manfaat utama dari
adanya undang-undang paten dan hak cipta tersebut adalah meningkatnya insentif bagi
pengembangan dan penajaman kreativitas Namun sampai batas tertentu, manfaat ini akan
diimbangi oleh biaya-biaya yang bersumber dari penetapan harga monopoli.

5. Diskriminasi Harga
Diskriminasi harga merupakan sebuah kebijakan dengan cara menjual output yang
sama, dengan harga berbeda di pasar yang berbeda. Contohnya, perusahaan Daerah Air
Minum mengenakan tarif beda menurut tingkat atau banyaknya pemakaian air minum oleh
pelanggan. Listrik yang berdaya 450 meter KWH tarifnya berbeda dengan yang berdaya
900 meter KWH kebijaksanaan Diskriminasi Harga sering didasarkan pada jenis pelanggan
dan elastisitas permintaannya. Pengguna output dari golongan orang yang mampu bisa saja
menerapkan tarif harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan yang kurang
mampu. Kalau barang-barang yang memintanya tergolong elastis, tarif outputnya lebih
murah, sementara output yang permintaannya inelastis, tingkat harga yang dikenakan lebih
tinggi. Contoh lain diskriminasi harga adalah harga karcis untuk masuk taman hiburan
pada Hari Raya atau Hari Minggu diturunkan dari biasanya untuk mencapai jumlah
pengunjung yang lebih banyak.
Tujuan kebijaksanaan diskriminasi harga adalah untuk mencapai tingkat laba yang
lebih besar, karena dengan cara tersebut hampir semua konsumen dengan tingkat
kemampuan yang berbeda bisa dilayani sesuai dengan daya belinya. Supaya diskriminasi
harga bisa efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1) Perusahaan memiliki daya monopoli yang cukup, karena hanya perusahaan yang
demikian mampu menerapkan harga berbeda di pasar yang berbeda pula.
2) Pasar harus memiliki tingkat elastisitas yang berbeda (elastis dan inelastis).
3) Tidak ada kemungkinan tindakan menjual kembali. Artinya barang yang sudah dibeli
oleh pelanggan dengan harga lebih murah, untuk dijual kembali di pasar yang harga
barang tersebut lebih tinggi.
4) Pendapatan Marginal (MR) masing-masing pasar sama, untuk mencapai Laba
Maksimum.

Page 158
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

MC
Pb I
F N Pt
L B AC
M
A C
G
MC = MRa H J
MC = MRb Dt
Da MRt
MRa MRb Db
Q Q Q
0 0
P P P
Pasar A Pasar B

Gambar 5.14 Diskriminasi Harga di Pasar A dan Pasar B

Pa
Dari gambar 5.14 dapat dijelaskan bahwa perusahaan yang memegang monopoli
E
memiliki Kurve Permintaan (D) = Dt. Permintaaan Outputnya terjadi di dua pasar yang
berbeda yaitu Pasar A dan Pasar B. permintaan di Pasar A lebih elastis dibandingkan
dengan permintaan di Pasar B. Jika perusahaan tidak melakukan diskriminasi harga, maka
harga yang berlaku di semua pasar setinggi Pt, dengan penawaran output sejumlah Qt.
0
Qa
Laba Maksimum Qb sejumlah APtBC.
yang mampu dicapainya Qt = Qa + Qb

Apabila perusahaan melakukan diskriminasi harga dengan membagi pasar menjadi


pasar A dan Pasar B, maka keadaanya menjadi berbeda dengan apa yang terjadi apabila
tidak melakukan diskriminasi harga tersebut. Di Pasar A da B keseimbangan pasarnya
ditandai oleh Biaya Marginal (MC) yang sama besar dengan Pendapatan Marginal (MR).
Pendapatan Marginal di pasar A sebesar MRa, dan di Pasar B MRb. Jadi kedua pasar
tersebut berlaku MC = MRa = MRb. Laba Maksimum di Pasar A sebesar EPaFG dengan
penawaran sebanyak OQa dan tingkat harga setinggi OPa. Sementara di Pasar B,
perusahaan memperoleh Laba Maksimum sebesar HPbIJ pada tingkat penawaran output
sejumlah OQb, dengan harga jual setinggi OPb.
Dengan melakukan diskriminasi harga, memperoleh Laba Maksimum perusahaan
menjadi lebih baik, terbukti jumlah laba yang diperolehnya dengan tidak melakukan
Diskriminasi Harga, lebih kecil dari jumlah Laba Maksimum yang diperoleh di Pasar A
dan di Pasar B. Dengan kata lain jumlah laba yang diperoleh tanpa diskriminasi harga,
lebih kecil dari jumlah laba yang diperolehnya di Pasar A dan di Pasar B. Atau jumlah laba
APtBC < EPaFG + HPbIJ. Output total yang terjual juga bertambah banyak yaitu sejumlah

Page 159
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Qt = Qa + Qb. Tambahan laba perusahaan diperoleh dari pasar B yang inelastis dengan
cara mengeksploitasi Surplus Konsumen menjadi keuntungan perusahaan. Bila tidak ada
diskriminasi harga di Pasar B dan harga tingginya tetap setinggi OPt, maka Surplus
Konsumen yang menjadi hak konsumen sebesar KLN. Tetapi setelah diberlakukannya
diskriminasi harga dengan tingkat harga setinggi OPb, maka Surplus Konsumen berkurang
hanya tinggal sebesar KPbI. Surplus Konsumen yang sebenarnya menjadi haknya sebesar
PbLMI, diambil alih oleh perusahaan sebagai tambahan keuntungannya. Sementara itu sisa
Surplus Konsumen sebesar IMN menjadi hilang. Hilangnya Surplus Konsumen ini disebut
Dead Wieght Loos. Dari Gambar 5.14 dapat pula dilihat bahwa untuk pasar A yang
keadaannya lebih elastis, tingkat harga produk lebih rendah dari tingkat harga di Pasar B
yang bersifat inelastis, (Pa < Pb).
Pasar monopoli dapat menyebabkan tingkat kesejahteraan konsumen hilang.
Seberapa besar konsumen akan kehilangan kesejahteraan, akibat terjadinya diskriminasi
harga, dapat dicermati pada gambar 5.15

P
A

B
P2
MC
D C
P1
E D

MR
0 Q
Q2 Q1

Gambar 5.15 Dead Weight Loss

Page 160
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Kalau perusahaan menerapkan monopoli maka harga output yang ditetapkan oleh
perusahaan setinggi OP2, dan tingkat output sebanyak OQ2. Pada hal apabila pasarnya
Pasar Persaingan Sempurna, maka tingkat harganya hanya setinggi OP1 dengan jumlah
output sebanyak OQ1. Pada pasar Persaingan Sempurna keseimbangan pasar terjadi pada
titik C. Pada saat itu tingginya harga atau P = D = MC = AR = MR. Karena pasar bergerak
kearah monopoli, akibatnya konsumen kehilangan kesejahteraan (Surplus Konsumen)
sebesar DBC. Kalau saja pasar tetap bergerak kearah pasar persaingan sempurna, maka
Surplus Konsumen yang mestinya bisa diraih sebesar P1AC. Kemudian karena pasar
bergerak ke Pasar Monopoli, maka jumlah Surplus Konsumen tersebut berkurang sebanyak
P1P2BC dengan rincian kehilangan sebagai berikut. Sejumlah P1P2BD diekspolitasikan
menjadi tambahan keuntungan untuk pemegang monopoli, dan sejumlah DBC berupa
Dead Weight Loss. Jadi Surplus Konsumen akhirnya tinggal sebanyak P2BA. Konsekuensi
pasar yang bergerak ke Pasar Monopoli ditanggung juga oleh pemegang monopoli berupa
kehilangan Surplus Produsen sebanyak DEC. Dengan demikian total kesejahteraan yang
hilang adalah sebesar DBC dari konsumen, ditambah DEC dari produsen. Tetapi
kehilangan Surplus Produsen sebanyak DEC masih lebih kecil dibandingkan dengan
jumlah keuntungan yang dicapai P1P2BD. Oleh karena itu keuntungan mampu produsen
dengan mengarahkan pasar ke Pasar Monopoli adalah P1P2BD dikurangi EDC.
Karena pemegang monopoli bisa mengatur output yang akan dipasarkan. Maka
dampaknya adalah kapasitas produksi menjadi tidak optimal. Jumlah output di pasar akan
menurun karena terjadi pengurangan kapasitas produksi sampai pada tingkat output
optimal atau yang paling menguntungkan pemegang monopoli, pemutusan hubungan kerja
akan terjadi dan dampaknya, pengangguran akan bertambah banyak. Pasar mengalami
Under Fullemployement karena pelaku monopoli memaksa pengurangan output sehingga
kapasitas produksi berada dibawah kemampuan yang sesungguhnya.
Beberapa kebijaksanaan yang bisa ditempuh untuk mengurangi dampak negatif
Pasar Monopoli adalah, pengaturan harga dalam bentuk Penetapan Harga Tertinggi oleh
pemerintah dan membuat Undang-undang Anti Monopoli.
Berikut ini diberikan beberapa contoh persoalan menyangkut apa yang telah
dipaparkan sebelumnya.

Contoh I

Page 161
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Persamaan permintaan perusahaan pemegang monopoli adalah sebagai berikut. Q = 100 –


2P, dengan catatan Q = Jumlah Permintaan dan P = harga output. Biaya Rata-Rata (AC)
bersifat konstan sebesar 4 tiap unit. Dari persoalan tersebut hitunglah,
(a) AR, MR, dan MC
(b) Hitunglah jumlah output dan tingginya harga saat itu, agar Laba Maksimum tercapai
(c) Hitung selisih harga pasar Monopoli dengan harga yang berlaku seandainya pasar
bergerak kearah Pasar Persaingan Sempurna.
Jawab
Kurve Permintaan Rata-Rata perusahaan = Permintaan Perusahaan, jadi AR = D
Q = 100 – 2P P = Q/2 + 100/2
Q – 100 = 2P P = 0,5 + 50
TR = PQ AC = 4
TR = (-0,5Q + 50)Q TC = AC (Q)
TR = -0,5Q2 + 50Q TC = 4Q
MR = ∂TR/∂Q = TR’ MC = ∂TC/∂Q = TC’
MR = -Q + 50 MC = 4
MR = 50 – Q
Laba Maksimum tercapai pada saat:
MR = MC
50 – Q = 4
- Q = 4 - 50
Q = 46
Jadi Laba Maksimum terjadi pada saat output sebanyak 46 unit
Q = 100 - 2P -54 = -2P
46 = 100 - 2P P = -54/-2
46 – 100 = 2P P = 27
Besarnya Laba Maksimum pada saat output 46 unit dengan tingkat harga 27 satuan
adalah:
= Q(P – AC) = 46 (23)
= 46(27 – 4) = 1.058
Jadi Laba Maksimum saat output 46 unit dengan harga 27 satuan = 1.058 satuan
Apabila perusahaan bergerak pada Pasar Persaiangan Sempurna maka Laba maksimum
akan tercapai pada saat:

Page 162
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

P = D = AR = MC -0,5Q = -46
-0,5Q + 50 = 4 Q = -46/-0,5
-0,5Q = -50 + 4 Q = 92
Jadi Laba Maksimum tercapai pada saat output sebanyak 92 unit
Tingginya harga pada saat output sebanyak 92 unit adalah:
Q = 100-2P -8 = -2P
92 = 100 – 2P P = -8/-2
92 – 100 = - 2P P=4
Jadi tingkat harga pada saat output sebesar 92 unit adalah 4 satuan.
Laba pada saat output sebanyak 92 unit dengan tingkat harga setinggi 4 satuan adalah
= Q(P – AC) = 92 (0)
= 92(4 – 4) =0
Jadi jumlah laba saat output 92 dengan harga 4 satuan = 0
Jumlah Laba = 0, karena bentuk pasarnya adalah Pasar Persaingan Sempurna.
Pada Pasar Monopoli harga output P = 27, lebih tinggi dari harga di pasar
persaingan sempurna P = 4. Output pada pasar monopoli sebanyak Q = 46 unit, sementara
di Pasar Persaingan Sempurna output Q = 92 unit.
Bentuk gambar dari persoalan di atas, dapat dilihat pada gambar 5.16

P
50

40

30
Laba Maksimum
20
Pasar Monopoli
10 1.058

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Gambar 5.16 MR, MC, dan Laba Maksimum dalam Pasar Monopoli

Page 163
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Titik A menunjukkan bahwa MR = MC dalam Pasar Monopoli. Sedangkan Titik B adalah


titik pada saat MR = MC dalam pasar Persaingan Sempurna.

Contoh 2
Sebuah perusahaan makanan begerak di dua pasar yaitu di Pasar Baru dan di Pasar
Lama. Di Pasar Baru persamaan permintaannya adalah Q1 = 50 - 10P1, dan di Pasar Lama
Q2 = 100 - 5P2. Biaya rata-rata yang dikeluarkannya konstan sebanyak 10 perunit.
Hitunglah jumlah laba yang diperoleh di kedua pasar tersebut, dan berikan penjelasan
betulkah dengan diskriminasi harga laba perusahaan meningkat.
Jawab
Diketahui, Biaya Rata-Rata AC = 2
Biaya Total TC = AC(Q) = 2Q
Biaya Marginal MC = TC = 2
Permintaan dan penawaran perusahaan di tiap-tiap pasar.
Pasar Baru Pasar Lama
Q1 = 50 - 10P1 Q2 = 100 - 5P2
Q1 - 50 = 10P1 Q2 - 100 = 5P2
P1 = Q1/10 – 50/10 P2 = Q2/5 – 100/5
P1 = 0,1Q1 – 5 P2 = 0,2Q2 – 20 (Q2)
TR1 = P1 (Q1) TR2 = P2 (Q2)
TR1 = 0,1Q1 - 5(Q1) TR2 = 0,2Q2 - 20 (Q2)
TR1 = 0,1Q12 TR2 = 0,2Q22 - 20Q2
MR1 = TR1’ = 2Q1 - 5 MR2 = TR2’ = 0,4Q - 20

Permintaan Total (Permintaan di Pasar baru + permintaan di Pasar Lama)


Qt = 50 – 10P – 5P P = Q/60 – 150/6 TRt = (1/60Q - 25) Q
Qt = 150 – 60P P = 1/60Q - 25 TRt = 1/60Q2 - 25Q
Q – 150 = -60P TRt = P(Q) TRt = 0,03Q – 25

Laba Maksimal di Pasar Baru Laba Maksimum di Pasar Lama


Syarat MR1 = MC Syarat MR2 = MC
0,2Q1 - 5 = 2 0,4Q2 - 20 = 2
0,2Q1 = 5 + 2 0,4Q2 = 20 + 2
0,2Q1 = 7 Q2 = 22/0,4 = 55

Page 164
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Q1 = 7/0,2 = 35 Q2 = 100 - 5P2


Q1 = 50 - 10P1 55 = 100 - 5P2
35 = 50 - 10P1 55 - 100 = - 5P2
35 – 50 = -10P1 -45 = -5P2
-15 = -10P1 P2 = -45/-5 = 9
P1 = -15/-10 = 1,5

Laba Maksimum di Pasar Baru Laba Maksimum di Pasar Lama


1 = Q (P - AC) 2= Q (P - AC)

1= 35 (1,5 – 2) 2= 55 (9 – 2)

1= -17,5 2 = 385

Jadi Laba Total di kedua pasar tersebut adalah 1+ 2 = - 17,5 + 385 = 365
Jika perusahaan tidak melakukan diskriminasi harga maka laba maksimum akan tercapai
pada saat:
MRt = MC Q1 + Q2 = 50 – 10P + 100 – 5P P = 750/-15 = -50
0,03Q – 25 = 2 Qt = 150 – 15P t = Q (P-AC)
0,03Q = 2 +25 900 = 150 – 15P = 900 (-50 - 2)
Qt = 27/0,03 = 900 750 = -15P t = 900 (-52)
= -46.800
Kesimpulannya adalah, bahwa ternyata masih menguntungkan apabila perusahaan
melakukan diskriminasi harga di dua pasar yang berbeda, justru sebaliknya jika tidak
melakukan diskriminasi harga perusahaan malahan merugi cukup besar yaitu 46.800
sedangkan kalau melakukan diskriminasi harga, total untung yang diperoleh sebesar 368
satuan.

G. Pasar Persaingan Monopolistik


Pasar Persaingan Monopolistik dikembangkan secara intensif oleh J. Robinson dari
Inggris dan Edward Chamberlain seorang Ekonom Amerika Serikat. Pasar Persaingan
Monopolistik mengandung arti bahwa di pasar tersebut terjadi persaingan dan monopoli.
Bersaing maksudnya, bahwa untuk merebut pangsa pasar diantara perusahaan melakukan
persaingan dalam berbagai hal. Persaingan menjadi semakin ketat dengan adanya perang
iklan untuk merebut simpati pembeli. Sedangkan unsur monopolinya berlaku untuk para
penggemarnya. Berbagai jenis merk sepeda motor, dalam merebut hati pembeli mereka

Page 165
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

melakukan persaingan. Tetapi bagi mereka yang telah jatuh hati terhadap merk Honda,
maka kapanpun ia memerlukan sepeda motor, mereka akan membeli merk Honda dengan
mengabaikan merk-merk sepeda motor lainnya. Jadi perusahaaan sepeda motor Honda
memiliki monopoli terhadap penggemar-penggemar atau pengagum-pengagumnya.
Produk-produk yang dipasarkan di Pasar Persaingan Monopolistik, memiliki banyak
diferensiasi. Perbedaan-perbedaan tersebut, mampu menimbulkan monopoli terhadap
penggemar-penggemarnya. Unsur persaingan antar produk disebabkan juga oleh sifat
produk-produk yang dapat saling menggantikan antara produk satu dengan yang lainnya.
Paling sedikit ada tiga kategori atau asumsi dasar dari produk-produk yang dipasarkan di
pasar persaingan monopolistik. Tiga kategori tersebut adalah, jumlah perusahaan banyak,
produk terdiferensiasi, bebas masuk dan keluar pasar.
1. Produk Terdiferensiasi
Terdiferensiasi maksudnya, bahwa produk-produk yang ada di pasar memiliki cirri-
ciri tertentu, sehingga konsumen mampu membedakan dengan produk lainnya. Pembeda
produk anatara lain bisa dilihat dari model, bentuk, warna, merk, kemasannya dan
pelayanan saat dan pasca pembelian.
Dalam keseharian konsumen memiliki pilihan-pilihan dalam pembelian produk,
bahkan pilihan tersebut bisa bersifat tetap. Sebagai contoh orang yang sudah bisa mandi
dengan sabun Lux, akan sulit mengubah kebiasaan tersebut untuk mandi dengan sabun
jenis merk lainnya. Mereka mampu membedakan sabun kesukaaannya dengan sabun jenis
atau merk lainnya. Inilah yang menyebabkan sabun Lux tersebut memiliki hak monopoli
terbatas khususnya terhadap para penggemarnya.
Karena barang-barang diperdagangkan di pasar dapat atau bisa saling
menggantikan, tanpa menimbulkan efek negatif secara teknis, maka permintaan produk-
produk tersebut menjadi sangat elastis. Elastisitas produk-produk di pasar persaingan
monopolistik berada diantara pasar persaingan sempurna dan pasar monopolis. Elastisitas
tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.17. Dari Gambar 5.17 dapat dicermati, bahwa Kurve
Permintaan di Pasar Monopoli lebih inelastis dibandingkan dengan pasar persaingan
Monopolistik. Sementara kurve permintaan di pasar persaingan sempurna terlihat datar
sejajar dengan sumbu X.

D, di Pasar Monopoli

Page 166
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

D, di Pasar Persaingan Sempurna

D, di Pasar Persaingan Monopolistik

0 Q

Gambar 5.17 D dalam Pasar Monopoli, Pasar Persaingan Sempurna dan Pasar
Persaingan Monopolistik

2. Jumlah Produsen Banyak


Jumlah merek produk yang dipasarkan di Pasar Monopolistik begitu banyak,
seperti produk-produk baju dengan berbagai jenis merk, berbagai obat-obatan, jenis-jenis
makanan, kosmetik, sabun, dan jenis-jenis lainnya. Karena banyaknya merk produk maka
pengusahanya tidak terlalu banyak harus memperhitungkan reaksi perusahaan lainnya
terhadap keputusan harga dan jumlah output yang akan dipasarkan, karena masing-masing
merk dan perusahaannya memiliki kurve permintaannya sendiri-sendiri atau bersifat
individual.

3. Bebas Masuk dan Keluar


Tidak ada yang bisa memaksa perusahaan yang merugi terus, untuk tetap berada di
Pasar Persaingan Monopolistik. Mereka bebas untuk memutuskan tetap berada atau keluar
dari pasar karena alasan-alasan tertentu. Demikianlah pula pengusaha-pengusaha yang
tergiur dengan laba tinggi yang diperoleh oleh perusahaan yang berada di Pasar Persaingan
Monopolistik, bagi mereka pintu masuk tetap terbuka lebar, tidak ada yang menghalangi
Berdasarkan gambar 5.18, perusahaan
untuk ikut bertarung di Pasar Persaingan Monopolistik.
mencapai laba maksimum pada saat
Dalam jangka pendek keseimbangan pasar di Pasar Persaingan Monopolistik
MR = MC, dan pada saat P > AC.
dicapai pada saat MR = MC sama dengan Pasar Monopoli, karena di Pasar Persaingan
Kemampuan untuk mengeksploitasi
Monopolistik masih terdapat unsur monopoli terbatas. Oleh karena itu keseimbangan
laba relatif terbatas karena Kurve
jangka pendek Pasar Monopoli. Perhatikan Gambar 5.18
Permintaaanya sangat landai. Laba
Super Normal perusahaan, jumlah
P
atau besarnya sama dengan segi
empat P1P2AB atau segi empat yang
Page 167
diasir dengan tingkat harga OP2 dan
B
jumlah outputnya Q.
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

MC

A AC
P2
P1
B

D
MR
0 Q
Q
Gambar 5.18 Laba Supernormal

Laba Supernormal yang bisa dicapai oleh perusahaan-perusahaan yang telah ada di
Pasar Persaingan Monopolistik membuat perusahaan-perusahaan lain ingin ikut masuk ke
pasar tersebut. Ada dua kemungkinan yang bisa terjadi bila pendatang baru masuk ke pasar
yaitu:
a) Dalam jangka panjang para pelanggan tetap setia pada perusahaan. Gambar kurvenya
seperti Gambar 5.19

P Pada Gambar 5.19 dapat lihat bahwa


permintaan pelanggan jangka panjang
MC (D1) lebih curam arahnya

AC dibandingkan dengan permintaan


P1 jangka pendek (D2). Ini artinya,
walaupun perusahaan menaikkan atau
D2 menurunkan tingkat harga, tidak akan
menyebabkan perubahan yang besar
MR D1
pada jumlah permintaan, karena kurve
0 Q
Q1 D1 atau jangka panjang lebih elastis
dibandingkan dengan Kurve
Gambar 5.19 D Jangka Panjang dan
Kesetiaan Pelanggan Permintaan Jangka Pendek (D2).

Page 168
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

b) Dalam jangka panjang pelanggan bersifat memilih.


Sifat memilih pelanggan terhadap barang yang ditawarkan oleh perusahaan
tercermin dari Kurve Permintaan jangka panjang (D1), lebih landai atau lebih elastis bila
dibandingkan dengan permintaan pelanggan jangka pendek (D2).
P
Oleh karena itu dalam jangka panjang
kalau perusahaan mengubah tingkat harga
MC
AC (terutama kalau menaikan harga), akan
P1 banyak berpengaruh pada para pelanggan
untuk beralih memilih atau membeli
barang-barang yang dihasilkan oleh
perusahaan lain dengan harga yang lebih
D1
MR murah
D2
0 Q
Q1
Gambar 5.20 D Jangka Panjang dan
Sikap Memilih Pelanggan

E. Pasar Oligopoli
Pasar Oligopoli adalah pasar yang dikuasai oleh beberapa perusahaan. Diantara
perusahaan tersebut ada yang memiliki kemampuan cukup besar untuk mempengaruhi
tingkat harga. Antara perusahaan yang satu dengan lainnya selalu memonitor secara ketat
langkah-langkah dan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh masing-masing
perusahaan, baik dalam penetapan harga maupun di luar harga.
Barang-barang yang dipasarkan dalam Pasar Oligopoli termasuk barang-barang
sejenis, tetapi dari kesejenisannya tersebut masih terdapat perbedaan-perbedaan atau
diferensiasi produk. Perdagangan kendaraan sepeda motor, jenis-jenis kendaraan roda
empat untuk keperluan keluarga atau keperluan lainnya termasuk pasarnya Pasar
Oligopoli. Demikian pula produk-produk seperti sabun mandi, pasta gigi, sabun cuci,
rokok, televisi, dengan berbagai merek dan cirri khasnya masing-masing juga termasuk
golongan produk yang pasarnya Pasar Oligopoli.
Dari penjelasan yang telah diungkapkan sebelumnya dapat dibuat beberapa
karakteristik Pasar Oligopoli sebagai berikut.

1. Di Pasar Oligopoli hanya sedikit perusahaan yang memasarkan barangnya.

Page 169
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Memang secara teoristis sangat sulit untuk menyatakan secara pasti berapa jumlah
perusahaan yang berjualan dalam Pasar Oligopoli. Tetapi biasanya dikatakan beberapa,
sama artinya dengan jumlahnya bisa diasumsikan kurang dari sepuluh perusahaan.
Diantara perusahaan-perusahaan tersebut untuk merebut pelanggan selalu menunjukkan
adanya persaingan yang ketat. Dari persaingan tersebut salah satu diantara mereka akan
muncul sebagai pemenang, dan pemenang ini lazim disebut dengan Pemimpin Harga
(Price Leader). Produk-produk pemimpin harga merupakan produk yang paling digemari
dan paling dikenal secara luas di masyarakat.
Sebagai Pemimpin Harga, perusahaan yang bersangkutan memegang kendali dalam
membuat kebijakan-kebijakan harga dari produknya. Artinya bila pemimpin harga
menaikkan atau menurunkan harga barangnya, maka langkah tersebut akan diikuti oleh
perusahaan-perusahaan lainnya. Oleh karena itu mereka disebut sebagai Pengikut Harga
(Price Taker). Ukuran sebuah perusahaan dalam Pasar Oligopoli untuk bias bertindak
Pemimpin Harga, bukan karena harga produknya paling mahal, tetapi lebih banyak
disebabkan oleh penguasaan pangsa pasar terbesar dalam di pasar, jadi perusahaan tersebut
mendominasi pangsa pasar dari jenis produk-produk tersebut.
Pasar Oligopoli bisa pula didominasi oleh lebih dari satu perusahaan. Besarnya
dominasi tersebut diukur berdasarkan Rasio Konsentrasi. Rasio Konsentrasi bertujuan
untuk mengukur berapa prosenkah output dalam Pasar Oligopoli dikuasai oleh perusahaan-
perusahaan yang dominan. Bila misalnya dalam Pasar Oligopoli ada delapan pesaing dan
empat dari delapan pesaing tersebut mendominasi pasar, maka empat perusahaan tersebut
termasuk mengendalikan pasar. Bila pangsa pasar yang dikuasainya mencapai 60% itu
artinya Rasio Konsentrasi empat perusahaan tersebut sebesar 60%.

2. Produknya Homogen atau Sejenis dengan Berbagai Diferesiasinya.


Walaupun jenis barang yang dijual di Pasar Oligopoli barangnya sama, tetapi untuk
membedakan produk yang satu dengan yang lainnya biasanya dicirikan oleh perbedaan-
perbedaan yang melekat pada produk tersebut. Diferensiasi bisa terletak pada berbagai segi
misalnya: sepeda motor dengan berbagai merek, perbedaan-perbedaan tersebut bisa
berupa, body yang langsing, keiritan menggunakan bahan bakar, kehalusan tarikan
pertamanya, bunyi mesin, atau aksesoris-aksesoris lainmya. Perbedaan-perbedaan inilah
yang mengentalkan ingatan pembeli terhadap barang tersebut, karena walaupun sama-sama
sepeda motor tetapi yang satu memiliki ciri atau kelebihan yang tidak ada pada sepeda
motor lainnya. Semakin banyak diferensiasi yang ada maka produk-produk tersebut

Page 170
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

semakin tidak tergantung pada kegiatan-kegiatan produk lainnya. Artinya walaupun


produk-produk lainnya berusaha membuat pembeda-pembeda yang baru tetapi perbedaan
yang dimunculkan relatif tidak mampu menggeser kelebihan yang telah dimiliki oleh
produk yang ingin disainginya.

3. Monitoring Masing-masing Perusahaan terhadap Pesaingnya Sangat Ketat.


Monitoring yang dimaksud berkaitan erat dengan pengambilan keputusan yang
sebenarnya saling mempengaruhi antara pesaing yang satu dengan lainnya. Begitu ketatnya
seolah-olah diantara mereka tidak ada yang mau kehilangan informasi sedikitpun mengenai
langkah-langkah yang telah dilakukan oleh lawan-lawannya, karena bagaimanapun
pengambilan keputusan yang telah dilaksanakan akan memiliki dampak terhadap
perusahaan lainnya. Artinya karena perusahaan lain telah menetapkan langkah baru, yang
kemungkinan langkah tersebut dapat mempengaruhi pangsa pasar, maka perusahaan
lainnya pasti merumuskan dan menetapkan langkah baru pula untuk melawan atau
membendung dampak negatif yang kemungkinan merugikan perusahaannya.
4. Mereka melakukan kompetisi persaingan di luar harga (non harga)
Bukan dalam tinggi rendahnya tingkat harga saja mereka berkompetisi, tetapi di
luar itu masih ada persaingan-persaingan lainnya seperti berlomba-lomba memasang iklan.
Persaingan iklan disamping bertujuan untuk melanggengkan kesetiaan pelanggan, tetapi
juga berupaya untuk meningkatkan citra produk dan posisioning produk di kalangan yang
lebih luas. Tidak menutup kemungkinan perusahaan membentuk intelijen, sehingga setiap
informasi mengenai kekuatan, kelemahan, potensi, dan informasi lainnya yang dimiliki
perusahaan lain dapat diketahui dengan jelas.
1) Keseimbangan Perusahaan
Begitu kompleksnya perhatian perusahaan-perusahaan yang bergerak di Pasar
Oligopoli, maka masalah keseimbangan perusahaan tidak hanya diukur berdasarkan
jumlah output, tingkat harga dan jumlah laba maksimum yang diperoleh, tetapi di luar
itu masih ada hal-hal yang perlu diperhatikan. Karena setiap perusahaan saling
memantau kegiatan perusahaan lainnya, maka kekuatan perusahaan untuk tetap
bersaing, kemampuan memprediksi perilaku pesaing tidak luput dari perhatian,
sehingga keseimbangan dan keberadaan perusahaan diusahakan tetap bisa terjamin. Ada
yang berpendapat bahwa dalam Pasar Oligopoli, keseimbangan akan diukur oleh
ketahanannya untuk tetap mampu bersaing diantara pesaing-pesaing yang ada. Jadi
tidak semata-mata keseimbangan tersebut dilekatkan pada kemampuannya menjaga laba

Page 171
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

maksimum. Perusahaan akan seimbang apabila mampu melakukan perubahan-


perubahan yang diinginkan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah dan
berkembang di pasar.
2) Kurve Permintaan yang Patah (Kinked Demand Curve)
Kurve permintaan yang patah ditemukan oleh P.M Sweexy pada tahun 1939. Ia
mengatakan bahwa dalam Pasar Oligopoli, permintaan akan menjadi sangat elastis
apabila harga dinaikkan, dan sebaliknya akan menjadi inelastis apabila harga
diturunkan. Berikut penjelasan lebih lanjut disimak melalui Gambar 5.21

P3 B
P1
P2 D1

D2

MR2
MR1
E
0 Q
Q3 Q1 Q2 Q4

Gambar 5.21 Kinked Demand Curve

Page 172
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Dari Gambar 5.21 dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada saat harga OP1 Kurve
Permintaan perusahaan adalah ABD2, dan tingkat harga OP1, pesaing tidak melakukan
reaksi. Karena ingin laba yang lebih besar, perusahaan menaikkan harga dari OP 1
menjadi OP3. Dengan menaikkan harga, harapannya, kebijaksanaan ini akan diikuti
oleh para pesaing-pesaingnya yang lain sehingga perusahaan tidak akan kehilangan
pelanggan, untuk mencari perusahaan yang menjual barang dengan harga lebih murah.
Harapan ini mengemuka karena salah satu ciri Pasar Oligopoli adalah setiap
kebijaksanaan harga yang dilakukan oleh salah satu perusahaan pesaing, cenderung
diikuti oleh pesaing-pesaing lainnya. Tetapi kenyataannya perusahaan pesaing tidak
bereaksi untuk ikut menaikkan harga produk. Akibatnya perusahaan yang menaikkan
harga menjadi OP3 kehilangan pembeli sebanyak Q1Q3. Sekarang umpamanya
perusahaan berbalik menurunkan harga menjadi OP2 (dibawah OP1), dengan tujuan
menarik calon pembeli dalam jumlah yang lebih banyak. Penurunan harga menjadi
OP2 diikuti harapan supaya jumlah pembelian meningkat menjadi OQ4 dengan posisi
Kurve Permintaan ABD1. Tetapi kebijaksanaan penurunan harga tersebut diikuti oleh
para pesaingnya, sehingga target untuk mencapai pembeli sejumlah OQ 4 tidak tercapai.
Jumlah pembeli yang mampu diraihnya hanya sejumlah OQ2 dengan Kurve
Permintaan ABD2. Ketidak berhasilannya mencapai target pembeli sejumlah OQ4,
disebabkan oleh menyebarnya para pembeli ke perusahaan-perusahaan pesaing
lainnya yang ikut menurunkan harga produknya. Dengan berubahnya sasaran jumlah
pembeli dari yang diharapkan sejumlah OQ4 menjadi hanya sebanyak OQ2, membuat
Kurve Permintaan patah kearah Kurve Permintaan ABD2 yang semestinya ke arah
Kurve Permintaan ABD1. Patahnya Kurve Permintaan menyebabkan arah Permintaan
Marginal (MR) ikut patah atau berbelok arah mengikuti arah patahnya Kurve
Permintaan. Kurve MR yang berlaku setelah terjadinya patahan tadi adalah ACDE
atau MR2, yang menyimpang dari arah seharusnya ACMR1, dan Harga Keseimbangan
Pasar kembali ke OP1

I. Rangkuman
Pasar secara ekstrim terdiri dari dua bentuk yaitu Pasar Persaingan Sempurna dan
Pasar Monopoli. Pasar Persaingan Sempurna miliki karakteristik sebagai berikut. Barang-
barang yang diproduksi dan diperdagangkan homogen; konsumen dan produsen memiliki
pengetahuan dan informasi yang sempurna tentang pasar; output tiap perusahaan relatif
kecil dibandingkan dengan output keseluruhan; pembeli dan penjual tidak bisa

Page 173
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

mempengaruhi harga. Dalam Pasar Persaingan Sempurna, karena harga tidak bisa
dipengaruhi oleh pembeli maupun penjual, maka garis atau Kurve Permintaannya berupa
garis horizontal sejajar dengan sumbu X. Jumlah permintaannya akan sama dengan
Pendapatan Rata-rata, Pendapatan Marginal, dan dengan harga atau D = AR = MR = P.
Pasar Monopoli adalah pasar yang dikuasai oleh satu penjual tanpa ada persaingan
langsung maupun tidak langsung, dan nyata maupun yang potensial. Masuk ke Pasar
Monopoli memiliki berbagai hambatan. Hambatan-hambatan tersebut meliputi hal-hal
sebagai berikut. Perusahaan pemegang monopoli bekerja lebih efesien, sehingga tidak
dapat ditandingi oleh pendatang baru. Pemegang monopoli memiliki control terhadap
sumber faktor-faktor produksi baik untuk Sumber Daya Alam (SDA) maupun Sumber
Daya Manusia (SDM), serta memiliki kontrol terhadap lokasi perusahaan. Disamping itu
hambatan lain bisa berupa hambatan-hambatan legalitas, seperti memiliki hak untuk
memonopoli berdasarkan undang-undang, atau karena mempunyai hak paten.
Besarnya daya monopoli perusahaan dapat diketahui dengan Lerner Indeks Rumus
Lerner Indeks adalah, L = (P – MC) : PL. Perusahaan-perusahaan yang memiliki Lerner
Indeks = 0, artinya tidak memiliki daya monopoli. Sebaliknya Lerner Indeks = 1, berarti
perusahaan memiliki daya monopoli yang sangat kuat.
Diskriminasi harga adalah kebijakan dengan menjual output yang sama dengan
harga berbeda di pasar yang berbeda. Tujuan diterapkannya kebijaksanaan tersebut adalah
untuk mendapatkan tingkat laba yang lebih besar. Supaya diskriminasi harga dapat berjalan
efektif, perlu dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut. Perusahaan harus memiliki daya
monopoli yang cukup besar; pasar yang dimasuki harus memiliki tingkat elastisitas yang
berbeda; dan tidak ada tindakan menjual kembali, dalam arti membeli di pasar yang
harganya lebih murah dan menjualnya kembali di pasar yang harganya lebih mahal.
Pasar Persaingan Monopolistik artinya pasar yang di dalam prosesnya terjadi
monopoli dan persaingan. Monopoli berlaku terutama terhadap para peggemarnya.
Sementara persaingan maksudnya bahwa untuk merebut pangsa pasar mereka melakukan
persaingan-persaingan dalam berbagai hal.
Pasar Oligopoli adalah pasar yang dikuasai oleh beberapa perusahaan. Diantara
perusahaan-perusahaan tersebut ada yang meiliki kemampuan bersaing cukup besar untuk
mempengaruhi tingkat harga dan memenangkan persaingan. Pemenang persaingan
bertindak sebagai Pemimpin Harga tidak dicerminkan oleh harga jual produknya yang
paling mahal, tetapi karena produk-produknya paling digemari oleh masyarakat secara
luas. Produk-produk yang dipasarkan di Pasar Oligopoli adalah barang-barang sejenis.

Page 174
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Tetapi dalam kesejenisannya tersebut masih memiliki diferesiasi-diferensiasi tertentu.


Diferensiasi inilah kemudian menjadi pembeda dimata para pembeli dari barang-barang
sejenis tersebut. Karena memiliki perbedaan atau diferensiasi, seolah-olah barang tersebut
berbeda sesuai dengan penilaian para pembeli.

J. Soal Latihan
1) Berikan penjelasan mengenai pengertian Pasar Persaingan Sempurna, Pasar
Monopoli, Pasar Persaingan Monopolistik dan Pasar Oligopoli. Lengkapi
pula dengan contoh produk yang dipasarkan di jenis-jenis pasar tersebut.
2) Gambarlah kurve serta berikan penjelasan mengenai Pasar Persaingan
Sempurna yang memperoleh Laba Maksimum atau Laba Super Normal,
memperoleh Laba Normal dan menderita Kerugian Minimal.
3) Buatlah contoh persoalan dan cara-cara penyelesainnya sebuah perusahaan
yang beroperasi di Pasar Persaingan Sempurna yang memperoleh laba
maksimum.
4) Jelaskan apa yang dimaksud dengan hambatan teknis dan hambatan legalitas
dalam Pasar Monopoli, yang menyebabkan pendatang baru sulit masuk ke
pasar tersebut.
5) Gambarlah Kurve perusahaan yang beroperasi di Pasar Monopoli dengan
memperoleh Laba Maksimum, Laba Normal, dan Rugi Minimal.
6) Apa yang dimaksud dengan Diskriminasi Harga, jelaskan. Apa pula tujuan-
tujuan yang menyertainya. Penjelasan dilengkapi dengan gambar kurve
proses Diskriminasi Harga tersebut.
7) Buatlah sebuah persoalan dan penyelesainnya yang di dalamnya menyangkut
tentang :
a. penentuan Output Optimal yang mendatangkan Laba Maksimum,
b. besarnya Laba Maksimum yang dicapai.
8) Berikan penjelasan mengenai pengertian Pasar Persaingan Monopolistik,
serta bedakan pasar tersebut dengan pasar monopoli.
9) Jelaskanlah arti Pasar Oligopoli, serta proses munculnya Pemimpin Harga
dan Pengikut Harga dalam Pasar tersebut.
10) Pasar Oligopoli memiliki beberapa karakteristik. Sebutkan dan jelaskan
karakteristik tersebut. Buatlah Kinked Demand Curve dalam pasar oligopoli,
serta berikan penjelasan mengapa terjadi Kinked Demand Curve tersebut.

Page 175
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Page 176
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, Sri. 1995. Ekonomi Mikro. edisi pertama. Cetakan kedua Yogyakarta:BPEP.

Budiono.2000. Ekonomi Mikro.edisi 2. Cetakan ke duapuluh. Yoyakarta:BPEP

Kelana, Said.1994. Ekonomi Mikro.Cetakan Pertama.Jakarta:PT Raya Grafindo Persada

Nicholson, Walter. 1989. Teori Ekonomi Mikro I. Penyadur Deliarnov Microconomic


Theory. Cetakan pertama. Jakarta:CV Rajawali

Prathama Raharja, Mandala Manurung.2000. Teori Ekonomi Mikro. Suatu Pengantar.


Edisi kedua. Jakarta:Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Sudarman, Ari. 1997. Teori Ekonomi Mikro. Buku I, edisi 3. Yogyakarta:BPEP

_______. 1997. Teori Ekonomi Mikro.Jilid 2,edisi III, Yogyakarta:BPEP

Page 177
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Lampiran 1 Contoh Analisis Mikro

BOGASARI HANYA TUKANG GILING


Sudwikatmono: Pandangan Soal Bogasari Keliru
(Kompas,11 Agustus 1995)
“Soal Bogasari, saya baru baca dari surat kabar, saya tidak tahu persisnya angka-
angka itu. Tetapi saya ketahui hanya kualitatif, Bogasari tidak seperti itu.” Katanya
mengomentari hasil penelitian Indef tentang dugaan subsidi terselubung dari negara bagi
pengolah butir gandum menjadi tepung terigu.
Menurut Tunky, yang dihubungi dijakarta, jumat (11/8) Bogasari hanya
menggilingkan gandum yang diimpor Bulog menjadi tepung terigu, dan Bogasari hanya
diberi upah untuk menggiling.
Lalu tepung itu diambil kembali oleh Bulog dari Bogasari. Kemudian Bulog
memasarkan persisnya. Bulog adalah penanggungjawab proses pengadaan tepung terigu
karena Bogasari hanya menggiling, kepemilikan tetap oleh Bulog tetapi soal angka-angka itu
saya tidak tahu persis. Kalau mau tahu persisnya, akan saya cek kebagian Bulog Bedu Amang
katanya.
Namun Tunky tidak mau berkomentar seandainya penelitian Indef dilapangan sesuai
kenyataan, bahwa yang memonopoli tepung terigu hingga kepenggunaannya adalah satu
konglomerat, Salim Group Pers juga bertanya apakah pemerintah akan meninjau kembali tata
niaga jika benar. Nanti kita lihat segera secara keseluruhan dululah pokoknya ndak usah
berhandai-handai katanya.

“Cuma Maklum”
Sementara itu Sudwikatmono yang juga pionir Bogasari berkomentar di hadapan pers
Selasa (8/8) lalu dalam acara 20 tahun Indocement sangat keliru penilaian orang selama ini
tentang kegiatan Bogasari. Bogasari tidak sama dengan Indocement kata Cuma maklum
(pekerja yang ditugasi) katanya. Bogasari hanya menggiling bulir gandum yang diimpor
Bulog, dan dari kegiatan itu memperoleh ongkos giling. Pengimporan bulir-bulir gandum
juga dilakukan sendiri oleh Bulog tanpa ada kaitannya dengan kita , katanya
Ditambahkan, hasil penggilingan itu dikembalikkan ke Bulog dan kemudian
memasarkannya. Sedangkan pelaku pemasarannya juga ditunjuk oleh Bulog. Bulog juga yang
menentukan harga dari tepung terigu itu.

Page 178
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Setiap tahun kita harus memperoleh ongkos yang ditentukan Bulog dikatakan belum
lama berselang, Bogasari minta kenaikan upah giling, dan disetujui oleh Bulog. Selama ini
tidak ada sama sekali kegiatan impor dan penentuan harga dari pihak Bogasari atas tepung
terigu itu.

Page 179
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

Lampiran 2 Contoh Lain Analisis Mikro

AKUISISI INTERNAL, KASUS INDOCEMENT


Analisis Kwik Kian Gie
(Kompas, 27 Februari 1995)

Masalah akuisisi internal pernah marak dan mengundang banyak polemik beberapa
tahun lalu. Ketika itu sedang menjadi trend banyak perusahaan. Saya tidak akan pernah
mengulangi polemik yang pernah berlangsung, karena bisa disimak kembali dari kliping
mengenai ini.
Akuisisi internal menjadi berita lagi, karena PT Indocement akan menjual
kepemilikannya atas asset PT Bogasari Flour Milk kepada PT Indofood Sukses Makmur.
Belum lama berselang, PT Indocement membeli asset PT Bogasari dari PT Indofood dan para
pemilik individu yang tergabumg di dalam kelompok Sudomo Salim.
Mengapa akuisisi internal mengundang demikian banyak perhatian dan syakwasangka
masyarakat ? bukankah hal yang biasa dan wajar-wajar saja bahwa perusahaan membeli
perusahaan lain.
Memang sangat wajar dan biasa kalau antar perusahaan-perusahaan yang saling berjual-
beli:tidak ada figure sentral yang duduk di dalam perusahaan-perusahaan yang saling
mengakuisisi itu termasuk kedalam kepemilikan individu yang sama yang kita kenal dengan
istilah akuisisi internal, dampaknya bisa merugikan pemegang saham minoritas, terutama
kalau pemegang saham minoritas menjadi pemegang saham yang harus membeli saham
dengan harga yang tinggi, karena mengandung agio sangat tinggi.
Disamping itu banyak dampak lain yang bisa merugikan kepntingan-kepentingan
lainya, seperti pajak. Saya katakana bisa, jadi belum tentu, apakah memang merugikan sangat
ditentukan oleh bagaimana strukturnya dan berapa harga jual belinya. Maka kita tidak dapat
membuat analisa mengenai PT Indocement menjual kepemilikannya atas PT Bogasari kepada
PT Indofood selama data yang rinci tidak tersedia. Seperti diketahui pada tahap ini prosesnya
dari sosialisasi, mengumumkan kepada publik akan rencananya, supaya publik kelak tidak
terkejut. Izin dari Bapepam yang belum keluar dan para penilai sedang melakukan pekerjaan
penilaian harga yang dianggap wajar.
Di dalam penulisan ini kita memuat model saja, supaya aspek-aspek permasalahannya
menjadi jelas. Ada tuan X yang memiliki PT A dan PT B modal sendiri PT A dan PT B

Page 180
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi

masing-masing Rp 100 miliyar. Mereka belum mempunyai utang. Dua-duanya go public


dengan menawarkan 10 juta lembar saham dengan harga Rp 10.000, sehingga masing-masing
akan kemasukkan uang dari publik Rp 100 miliar. Publik memiliki 9,1% dari PT A dan juga
9,1% dari PT B yaitu Rp 10 juta dari Rp 110 juta lembar saham.
Tuan x lalu menjual kepemilikan yang 100 juta lembar saham di PT A kepada PT B
dengan harga perlembar Rp 10.000 juga. Maka PT B akan memiiki 100 juta lembar saham di
PT A dan untuk itu membayar kepada Tuan X uang tunai Rp 100 juta @ Rp 10.000 sama
dengan Rp 1 trilyun.
Dari mana PT B mempunyai uang sebanyak itu untuk dibayarkan kepada Tuan X?
Utang pada bank. Kalau PT B berhutang pada bank sebesar 1 trilyun, perbandingan antara
modal sendiri dengan modal pinjaman atau Debt Equity Rationya menjadi Rp 1 Trilyun : Rp
200 miliyar, atau 5:1
Dampak pertama yang kita lihat bahwa Tuan X mendapatkan uang tunai 100% dari
nilai saham yang Rp 10.000 perlembar atau Rp 1 Trilyun, karena yang dijual adalah 100 juta
lembar. Tetapi apakah Tuan X lalu kehilangan kepemilikannya di PT A yang sudah dijual
kepada PT B? tidak, karena tuan Amasih memiliki 90,1%dari PT A sehingga melalui PT A,
Tuan A masih mempunyai 90,1% x 90,1% =81,18%. Kalau orang menjual mobil dengan
harga Rp 60 juta, dia mendapat uang kontan Rp 60 juta, tetapi mobilnya hilang sama sekali.
Dalam hal akuisisi internal yang kita gambarkan diatas Tuan X mendapatkan uang tunai
sebesar 100% dari nilaiyang dijual atau Rp 1 Trilyun tetapi tidak kehilangan uangnya di PT
B. yang hilang hanya 91,1% - 81,18%= 8,92%.
Bagaimana kedudukan pemegang saham publik di PT B? Tadinya dia ikut
mempunyai PT B yang tidak mempunyai utang. Dengan akuisisi internal ini dia ikut memiliki
PT B yang utangnya meningkat dengan jumlah Rp 1 trilyun. Utang ini tidak menjadi modal
kerja perusahaan sehingga bisa meningkatkan kemampuan PT B membuat laba, tetapi masuk
ke kantong pribadi Tuan X. Anda dapat membayangkan betapa hancurnya PT B, karena
berhutang dengan kewajiban membayar bunga sebesar Rp 1 trilyun, tetapi tidak ketambahan
modal sama sekali, karena uang Rp 1 trilyun itu langsung saja hilang untuk membayar
kepada Tuan X.

Page 181

Anda mungkin juga menyukai