EKONOMI PEMBANGUNAN
Pengertian dan Perkembangan Ilmu Ekonomi
PASCASARJANA
MAGISTER ARSITEKTUR
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2023
Pengertian Ilmu Ekonomi dan Pengaruh Perkembangan Ilmu Ekonomi terhadap
Sistem Ekonomi Indonesia
Bab 1
Pendahuluan
Bab 2
3
Kajian Teori
4
dilakukannya kegiatan ekonomi, dengan maksud agar memperoleh kesejahteraan atau
kemakmuran. Ilmu ekonomi juga dapat dipahami sebagai sebuah bidang kajian tentang
pengurusan sumber daya material individu, masyarakat, dan negara untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup manusia. Karena ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan sumber
daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi dan atau distribusi. Seperti
kita tahu bahwa kebutuhan manusia itu banyak beraneka ragam. Satu kebutuhan terpenuhi akan
muncul kebutuhan lain. Kebutuhan ini bertambah dan akan terus berkembang baik jumlah
maupun kualitasnya, demikian jugalah ilmu ekonomi akan mengikuti kemajuan peradaban
manusia.
Ilmu ekonomi merupakan bagian dari ilmu sosial yang mempelajari masyarakat dari segi
pemenuhan kebutuhan. Karena sebagian besar perbuatan manusia ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan hidup, maka ilmu ekonomi dapat dikatakan memegang peranan penting dalam
kehidupan sosial. Ilmu Ekonomi sebagai bagian dari Ilmu Sosial mendapat julukan sebagai The
Queen of the Sosicial Science (ratu ilmu-ilmu sosial) karena ilmu ekonomi satu dari antara ilmu-
ilmu sosial yang menggunakan metode kuantitaif di dalam analisis-analisisnya. Adapun untuk
memecahkan persoalan ekonomi, dapat digunakan ekonometri yang merupakan perpaduan ilmu
ekonomi dan matematika.
6
Motif ini merupakan motif ingin mendapatkan kekuasaan ekonomi, setelah seseorang
sukses mengembangkan usahanya dan mendirikan cabangcabang usahanya disetiap kota,
ia tetap berusaha mengembangkan usahanya. Kadang-kadang motif memperoleh
kekuasaan sulit dibedakan dengan motif memperoleh penghargaan
Motif sosial / membantu sesama
Dalam hal ini kegiatan ekonomi seseorang didorong bukan hanya untuk kepentingan diri
sendiri tetapi juga untuk kepentingan berbuat sosial seperti membantu korban bencana
alam, memberi sumbangn pada panti asuhan, yayasan tuna netra dll.
7
2.1.6 Kegiatan Ekonomi
Kegiatan ekonomi di dalam suatu perekonomian sangatlah kompleks. Kegiatan tersebut
meliputi berbagai jenis kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi. Dan kegiatan ini berkaitan
dengan pemecahan masalah-masalah ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat dalam suatu
perekonomian. Produksi, adalah setiap usaha menghasilkan atau menciptakan kegunaan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Distribusi, adalah setiap usaha menyalurkan
barang atau jasa dari produsen kepada konsumen, dan konsumsi adalah penggunaan barang atau
jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup.
8
2.1.9 Pembagian Ilmu Ekonomi
Ilmu ekonomi muncul dan berkembang melalui suatu proses yang panjang. Ilmu ekonomi
dianggap sebagai suatu disiplin baru mulai tahun 1776, yaitu sejak ditulisnya sebuah buku oleh
seorang ahli ekonomi, ADAM SMITH dalam bukunya yang berjudul “An Inquiri into the Nature
and Causes of the Wealth of Nations”, yang kemudian dikenal sebagai “Wealth of Nations”
(1776).
Tahun tersebut sering dianggap sebagai tahun kelahiran ilmu ekonomi dan Adam Smith
dianggap sebagai bapak Ilmu ekonomi karena telah memberikan dasar dan konsep yang jelas
secara utuh.
Kemudian pada perkembangannya kita mengenal pembedaan ilmu ekonomi didasarkan pada
penekanan tema pembahasan oleh para pakar ekonomi, hingga membentuk cabang-cabang ilmu
Ekonomi Deskriptif
Ekonomi deskriptif adalah bagian dari ilmu ekonomi yang menggambarkan secara apa
adanya tentang kehidupan ekonomi suatu daerah/negara pada suatu masa tertentu dalam
bentuk angka, grafik, kurva, atau bentuk penyajian lainnya. Melalui bentuk-bentuk
penyajian tersebut, akan terlihat penggambaran kondisi yang sebenarnya sehingga dapat
digunakan untuk analisis suatu permasalahan ekonomi. Sebagai contoh, hasil produksi
udang di Jawa Timur untuk tahun 2012, sistem pertanian di Bali, ekonomi Jepang Pasca
Perang Dunia II, atau tabel perkembangan sektor industri tertentu atau keadaan ekonomi
suatu daerah tertentu yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Ekonomi Terapan
9
Ekonomi terapan adalah penerapan teori-teori ekonomi untuk memecahkan permasalahan
ekonomi tertentu. Artinya bahwa kerangka-kerangka pengertian dari analisis ekonomi
teori digunakan untuk membuat atau merumuskan kebijakan-kebijakan, pedoman-
pedoman yang tepat untuk mengatasi masalah ekonomi tertentu. Dengan demikian,
ekonomi terapan lebih bersifat praktis dengan menerapkan pengertian ekonomi pada
masalah-masalah tertentu. Berkenaan dengan spesialisasi dan penerapan pada bidang-
bidang khusus menimbulkan cabang-cabang ilmu ekonomi, seperti ekonomi koperasi,
ekonomi pembangunan, ekonomi moneter, ekonomi dan manajemen perusahaan,
ekonomi internasional, ekonomi pertanian.
Ekonomi Teori
Ekonomi teori merupakan ilmu ekonomi yang mempelajari ekonomi berdasarkan teori-
teori. Teori ekonomi mempelajari hubungan peristiwa ekonomi yang satu dengan
peristiwa ekonomi yang lain dan merumuskannya menjadi hukum ekonomi. Dengan
demikian, teori ekonomi digunakan sebagai acuan pertimbangan untuk pengambilan
kebijakan yang bertujuan untuk kemakmuran dan kesejahteraan. Ilmu ekonomi secara
umum dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Kedua-duanya mempelajari masalah-
masalah ekonomi, namun permasalahan ekonomi yang dipelajari berbeda dalam sudut
pandangnya. Meskipun demikian, kedua kelompok tersebut masih tetap saling berkaitan
satu dengan yang lain.
1. Ekonomi Mikro
Ekonomi mikro mempelajari kegiatan-kegiatan ekonomi dan unit unit ekonomi
individual, yaitu individu sebagai konsumen, individu sebagai pemilik faktor
produksi, maupun individu sebagai produsen, termasuk permintaan dan
penawaran hingga struktur pasar, semuanya merupakan analisa ekonomi dalam
konteks mikro. Analisa ekonomi mikro dapat dibagi menjadi tiga, yaitu teori
harga, teori produksi, dan teori distribusi.
Teori ekonomi mikro mula-mula dikembangkan oleh ahli-ahli ekonomi klasik
pada abad ke-18 dan 19, seperti Adam Smith, David Ricardo, yang selanjutnya
dikembangkan oleh Marshall dan Pigou.
Adam Smith menjelaskan bahwa dalam perekonomian bebas, tanpa campur
tangan pemerintah, perekonomian akan mencapai kondisi keseimbangannya
melalui mekanisme harga yang terjadi di pasar. Ini yang sering disebutnya dengan
konsep the invisible hand. Tetapi, seiring dengan perkembangan zaman,
permasalahan-permasalahan mikro ekonomi baru bermunculan, mulai dari pasar
yang tidak kompetitif hingga pengadaan barang publik. Tidak setiap
masalahmasalah baru tersebut dapat diselesaikan dengan mekanisme pasar.
Keadaan di mana pasar tidak mampu melakukan mekanismenya sendiri disebut
dengan kegagalan pasar (market failure).
2. Ekonomi Makro
10
Apabila di dalam ekonomi mikro menganalisa kegiatan-kegiatan dan
permasalahan ekonomi dan unit-unit ekonomi individual, maka di dalam ekonomi
makro menganalisanya dari pendekatan sebaliknya. Artinya, yang dipelajari
dalam ekonomi makro adalah variable variabel total seperti pendapatan nasional,
konsumsi, tabungan masyarakat, investasi total, dan sebagainya. Ekonomi makro
menganalisa keadaan keseluruhan dari kegiatan perekonomian. Ekonomi makro
tidak membahas kegiatan yang dilakukan oleh seorang produsen, seorang
konsumen, atau seorang pemilik faktor produksi, tetapi pada keseluruhan tindakan
para konsumen, para pengusaha, pemerintah, lembaga keuangan, dan negara lain
serta bagaimana pengaruh tindakan-tindakan tersebut terhadap perekonomian
secara keseluruhan. Kelahiran teori ekonomi makro ditandai dengan keluarnya
sebuah buku yang berjudul The General Theory of Employment, Interest and
Money pada tahun 1937 yang ditulis oleh John Maynard Keynes, seorang ahli
ekonomi dari Universitas Cambridge, Inggris. Buku tersebut juga dipandang
sebagai tonggak yang sangat penting dalam sejarah pemikiran ekonomi Barat.
Keynes dalam buku tersebut menyajikan suatu teori yang menunjukkan bahwa
pengangguran dapat terjadi dan bahkan untuk jangka waktu yang tidak terbatas.
Banyak ahli ekonomi kemudian menerima pendapat Keynes, dan kelompok ini
disebut Keynesian Economist yang sampai sekarang diterima dan dipraktikkan di
banyak negara.
Ada tiga masalah makro ekonomi jangka pendek yang harus diatasi setiap saat.
Ketiga masalah tersebut adalah inflasi, pengangguran, dan ketimpangan neraca
pembayaran.
11
Ekonomi klasik diwakili oleh Adam Smith yang menyatakan bahwa kemakmuran tidak
terletak pada emas, melainkan pada barang-barang. Kemakmuran menunjukkan suatu
keadaan yang seimbang antara kebutuhan dengan benda pemuas kebutuhan. Proses untuk
mencapai kemakmuran suatu masyarakat tidaklah mudah. Hal inilah yang menjadi
masalah pokok ekonomi di masyarakat.
Menurut teori ilmu ekonomi klasik, masalah pokok ekonomi masyarakat dapat
digolongkan kepada tiga permasalahan penting, yaitu masalah produksi, masalah
distribusi, dan masalah konsumsi.
12
Bab 3
Pembahasan
13
dikaitkan dengan pemikiran kapitalisme. Keadaan ini membuat Indonesia semakin sulit
mendapat dana dari negara-negara barat baik dalam bentuk pinjaman maupun penanaman modal
asing (PMA), sedangkan untuk membiayai rekontruksi ekonomi dan pembangunan selanjutnya
Indonesia sangat membutuhkan dana yang sangat besar (Hill dan Wiliams, 1989). Hingga akhir
tahun 1950-an,
tepatnya sebelum menasionalisasikan perusahaan-perusahaan Belanda, sumber utama
penanaman modal asing di Indonesia berasal dari Belanda yang sebagian besar untuk kegiatan
ekspor hasil-hasil perkebunan dan pertambangan serta untuk kegiatan-kegiatan ekonomi yang
terkait.
Selanjutnya, pada tahun 1963.Soekarno menyampaikan konsep ekonomi yang dikenal dengan
sebutan Deklarasi Ekonomi, yang berisi semacam tekat untuk menggunakan sistem ekonomi
pasar, sebagai “koreksi” terhadap praktik-praktik ekonomi komando. Sayangnya, tekad ini tidak
dapat
dilaksanakan karena tidak mendapat dukungan dari partai-partai politik yang ada pada saat itu,
termasuk Partai Komunis Indonesia. Prinsip-prinsip deklarasi ekonomi akhirnya dilupakan
orang, dan hingga berakhirnya Orde Lama, sistem ekonomi Indonesia yang berlaku tetap sistem
komando
(Mubyarto, 2000).
Pada masa Orde Baru yang Lahir Tahun 1966, sistem ekonomi berubah total. Berbeda dengan
pemerintahan Orde Lama, dalam era Soeharto ini paradigma pembangunan ekonomi mengarah
pada penerapan sistem ekonomi pasar bebas (demokrasi ekonomi), dan politik ekonomi
diarahkan pada upaya-upaya dan cara-cara menggerakan kembali roda ekonomi. Pemerintahan
Orde Baru menjalin kembali hubungan baik dengan pihak Barat, dan menjauhi pengaruh
ideologi komunis. Indonesia juga kembali menjadi anggota Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB),
dan lembaga-lembaga dunia lainnya seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF),
yang putus pada zaman Soekarno. Dengan membaiknya kembali hubungan Indonesia dengan
kedua lembaga donor internasional tersebut, Indonesia mendapat pinjaman untuk membiayai
defisit anggaran belanja pemerintah yang sumber dananya berasal dari pinjaman bilateral dari
sejumlah negara Barat seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Belanda. Langkah-langkah
drastis dari Soeharto tersebut juga diteaskan oleh Mohammad Sadli yang dikutip dari Atmanto
dan Febrianan, 2005 sebagai berikut. Begitu menjadi presiden, Soeharto langsung
menggebrakkan tiga kebijakan yang berbeda 180 derajat dengan Soekarno, pendahulunya. Yaitu,
mengembalikan ekonomi pasar, memperhatikan sektor ekonomi, dan merangkul Barat. Soeharto
melirik negara-negara Barat, termasuk lembaga donor seperti Bank Duna dan Dana Moneter
Internasional (IMF),dengan tujuan menarik modal mereka. Soeharto menilai bantuan dari Timur
dipandang tidak terlalu bisa membantu ekonomi Indonesia waktu itu.
Pada awal era Soeharto ini, pemerintah mengambil beberapa langkah drastis yang bersifat
strategis yang menandakan sedang berlangsungnya suatu perubahan yang cepat dalam sistem
ekonomi Indonesia dari sistem ekonomi komando ke sistem ekonomi pasar, di antaranya adalah
dikeluarkannya sejumlah paket kebijakan liberalisasi dalam perdagangan dan investasi. Paket-
paket kebijakan jangka pendek tersebut adalah tindak lanjut dari diterbitkannya.Tap MPRS
14
No.XXIII Tahun 1966 tentang Pembaruan Landasan Kebijakan Ekonomi, Keuangan dan
Pembangunan, yang bertujuan untuk menstimulasi swasta untuk masuk ke sektorsektor strategis
(Chaniago, 2001). Salah satu paket kebijakan yang sangat penting dalam arti sangat berperan
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia selama pemerintahan Orde Baru adalah UU
Penanaman Modal Asing yang dikeluarkan pada tahun 1967 dan UU Penanaman Modal Dalam
Negeri pada tahun 1968.
Untuk mendukung pelaksanaan kedua UU tersebut, pemerintah juga mengeluarkan kebijakan
deregulasi dan kebijakan debirokratisasi untuk urusan-urusan yang berkaitan dengan
perekonomian pada umunya dan investasi pada khususnya (Salim, 2000). Selain itu, pada masa
yang sama, perusahaanperusahaan yang dinasionalisasikan pada masa Orde Lama dikembalikan
ke pemiliknya (Tambunan, 2006b).
Menjelang akhir tahun 1960-an, atas kerja sama dengan Bank Dunia, IMF, ADB (Bank
Pembangunan Asia) dibentuk suatu kelompok konsorsium yang disebut inter- Government
Group on Indonesia (IGGI), yang terdiri atas sejumlah negara maju termasuk Jepang dan
Belanda, dengan tujuan membiayai pembangunan ekonomi di Indonesia. Boleh dikatakan,
bahwa pada saat itu Indonesia sangat beruntung. Dalam waktu yang relatif pendek setelah
melakukan perubahan sistem politiknya secara drastis dari yang pro menjadi anti komunis,
Indonesia bisa mendapat bantuan dana dari pihak Barat. Pada saat itu, Indonesia memang
merupakan satu-satunya negara yang sangat antikomunis yang dianggap oleh Barat (khususnya
AS) telah berhasil mengalahkan pemberontakan komunis, dan sedang berusaha secara serius
melakukan pembangunan ekonominya. Pada saat itu, belum ada krisis utang luar negeri (ULN)
dari kelompok negara-negara yang sedang berkembang (NB) seperti pada tahun 1980-an,
sehingga boleh dikatakan bahwa perhatian bank dunia pada saat itu dapat dipusatkan sepenuhnya
kepada Indonesia (Tambunan, 2006b).
Pembangunan ekonomi diatur atau dilaksanakan secara bertahap melalui serangkaian Repelita
(Rencana Pembangunan Lima Tahun Pertama) yang dimulai dengan Repelita I (1969- 1974),
dengan penekanan utama pada pembangunan sektor pertanian dan industri-industri yang terkait
seperti agroindustri. Strategi pembangunan dan kebijakan ekonomi pada Repelita I, terpusatkan
pada pembangunan industri-industri yang dapat menghasilkan devisa lewat ekspor dan substitusi
impor, industri- industri yang memperoses bahan-bahan baku yang dimiliki Indonesia, industri-
industri yang padat karya, industriindustri yang mendukung pembangunan regional, dan juga
industri-industri dasar seperti pupuk, semen, kimia dasar, bubuk kertas dan kertas, dan tekstil.
Namun sebelum Repelita dimulai, terlebih dahulu pemerintah melakukan pemulihan stabilitas
ekonomi, sosial, dan politik, serta rehabilitasi ekonomi nasional. Sasaran utama dari langkah-
langkah tersebut adalah untuk menekankan tingkat inflasi yang sempat mencapai di atas 500%
menjelang akhir era Soekarno, mengurangi deficit anggaran pemerintah yang juga sangat besar
pada zaman Orde Lama, dan menghidupkan kembali kegiatan produksi untuk barang-barang
pokok kebutuhan masyarakat yang juga mengalami stagnasi pada periode Orde Lama
(Tambunan, 2006b).
Sejak dekade 80-an, perekonomian Indonesia mengalami suatu pergeseran kearah yang lebih
liberal dan terdesentralisasi berbarengan dengan berubahnya peran pemerintah pusat dari yang
15
sebelumnya sebagai agen pembangunan ekonomi, di samping itu agen pembangunan sosial dan
politik keperan lebih sebagai fasilitator bagi pihak swasta, terutama dari segi administrasi dan
regulator, sedangkan peran swasta meningkat pesat. Pergeseran ekonomi Indonesia ini didorong
oleh sejumlah paket deregulasi yang diawali dengan deregulasi sistem perbankan pada tahun
1983
dan deregulasi perdagangan pada tahun 1984. Paket-paket deregulasi tersebut sesuai dengan
tuntutan dari negara-negara donor, Bank Dunia dan IMF yang dikenal dengan sebutan
"konsensus Washington". Ekonomi Indonesia pada masa Orde Baru semakin tergantung pada
modal asing, khususnya Penanaman Modal Asing, dan pinjaman/utang luar negeri (ULN),
sehingga pemerintah Indonesia tidak ada pilihan lain selain melakukan deregulasi-deregulasi
tersebut. "Washington Consensus" terdiri dari 12 butir (Mas'oed, 2001).
Penghapusan kontrol pemerintah atas harga komoditi, faktor produksi, dan mata uang;
Disiplin fiskal untuk mengurangi defisit anggaran belanja pemerintah atau bank sentral
ke tingkat yang bias dibiayai tanpa mengakibatkan inflasi;
Pengurangan belanja pemerintah, dan pengalihan belanja dari bidang-bidang yang tidak
terlalu penting atau yang secara politis sensitif ke pembiayaan infrastruktur, kesehatan
primer masyarakat, dan pendidikan;
Reformasi sistem perpajakan dengan penekanan pada perluasan basis perpajakan,
perbaikan administrasi perpajakan, mempertajam insentif bagi pembayar pajak,
pengurangan penghindaran dan manipulasi aturan pajak, dan pengenaan pajak pada asset
yang ditaruh di luar negeri
Liberalisasi keuangan yang tujuan jangka pendeknya adalah untuk menghapus pemberian
tingkat bunga bank khusus bagi peminjam istimewa dan mengenakan tingkat bunga
nominal yang lebih tinggi dari tingkat inflasi, dan tujuan jangka panjangnya untuk
menciptakan tingkat bunga berdasarkan kekuatan pasar demi memperbaiki alokasi
modal;
Menetapkan tingkat nilai tukar mata uang yang tunggal dan kompetitif; Liberalisasi
perdagangan dengan mengganti pembatasan perdagangan luar negeri melalui kouta
dengan tarif, dan secara progresif mengurangi tarif sehingga mencapai tingkat yang
rendah dan seragam;
Peningkatan tabungan dalam negeri melalui langkahlangkah yang telah disebut diatas
seperti pengurangan defisit anggaran belanja pemerintah (disiplin fiskal), reformasi
perpajakan, dan lainnya;
Peningkatan PMA;
Privatisasi perusahaan Negara;
Penghapusan peraturan yang menghalangi masuknya perusahaan baru ke dalam suatu
bidang bisnis dan yang membatasi persaingan; dan
Hak-hak kekayaan pribadi, sistem hukum yang berlaku harus bisa menjamin
perlindungan hak milik atas tanah, kapital dan bangunan (Tambunan, 2006).
Namun, tidak semua pihak setuju dengan berkurangnya peran pemerintah atau negara di
16
dalam ekonomi. Bahkan pada dekade 80-an hingga awal 90-an, sempat muncul perdebatan
publik antara pihak yang tetap menginginkan pemerintah sebagai pemain utama sesuai bunyi
pasal 33 UUD 1945 (ayat 2 dan 3), dan pihak menginginkan kebebasan sistem ekonomi pasar
yang mampu mengembangkan demokrasi ekonomi sesuai penjelasan pasal 33 tersebut (Mackie
Macintyre 1994).
Hasil dari usaha-usaha pemerintah Orde Baru ialah untuk menghidupkan kembali roda
perekonomian nasional, dengan sistem ekonomi pasar dan didukung oleh kebijakan-kebijkan
ekonomi di segala sektor, dengan tujuan dan target yang telah ditetapkan di dalam Repelita yang
cukup mengangumkan, terutama dilihat pada tingkat makro. Proses pembangunan berjalan
sangat cepat dengan laju pertumbuhan rata-rata tinggi pertahunnya, dan juga relatif lebih tinggi
daripada laju rata-rata pertumbuhan ekonomi dari kelompok NSB.1 Pertumbuhan ekonomi yang
tinggi ini telah mampu meningkatkan posisi Indonesia dari salah satu Negara termiskin di dunia
menjadi Negara berpendapatan menengah. Pada tahun 1969, pada saat dimulainya Repelita I,
pendapatan per kapita Indonesia hanya sekitar 70 dolar AS, dan pada pertengahan dekade 90- an
sudah mencapai hampir 900 dolas AS, dan saat ini sudah di atas 1000 dolar AS.
Namun pada tingkat makro (sektoral dan regional) dan mikro (individu/rumah tangga). Hasil
pembangunan selama masa itu dapat dikatakan tidak terlalu memukau seperti pada tingkat
makro. Walaupun jumlah orang miskin terus berkurang, tetapi jumlahnya masih tetap banyak
dan memiliki kesenjangan ekonomi, baik antarkelompok masyarakat maupun antarprovinsi,
masih besar dan bahkan cenderung membesar. Sebenarnya pemerintahan Orde Baru sadar betul
akan masalah ini, dan bahkan pembangunan ekonomi nasional waktu itu di wadahi dengan baik
di dalam konsep politik 'Trilogi Pembangunan', yaitu tiga prasyarat yang terkait erat secara
saling memperkuat dan saling mendukung, yaitu stabilitas nasional yang mantap dan dinamis
dalam bidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pemerataan
pembangunan.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, sistem ekonomi Indonesia cenderung semakin kapitalis
dengan keikutsertaannya dalam upaya liberalisasi perdangangan internasional, baik dalam
konteks perjanjian perdagangan bebas antaranggota asosiasi negara-negara asia tenggara
(ASEAN), yang dikenal dengan sebutan ASEAN Free Trade Area atau AFTA, maupun dalam
konteks kesepakatan kerjasama ekonomi asia pasifik (APEC), dan pada tingkat dunia dalam
konteks kesepakatan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Dalam bidang investasi, juga
semakin banyak sektor atau subsektor dan terbuka bebas bagi penanaman modal asing (PMA).
17
Bab 4
Kesimpulan
Ekonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu oikos dan nomos yang
dicetuskan oleh seorang ahli filsafat Yunani bernama Xenophone. Oikos berarti rumah tangga
dan nomos berarti, tata, aturan. Dengan demikian secara sederhana ekonomi dalam pengertian
bahasa dapat diartikan sebagai kaidah-kaidah, aturan-aturan, cara pengelolaan rumah tangga.
Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, baik secara perorangan maupun kelompok dengan mempergunakan segala perangkat
fasilitas yang berhubungan dan mendukung usaha dilakukannya kegiatan ekonomi, dengan
maksud agar memperoleh kesejahteraan atau kemakmuran.
Permasalahan ekonomi diakibatkan oleh kebutuhan hidup manusia yang banyak dan
beraneka ragam serta bertambah terus. Untuk itu, manusia harus melakukan pilihan ekonomi,
yaitu memilih kebutuhan mana yang harus kita dahulukan dan kebutuhan mana yang harus
tunda. Melakukan pilihan ini merupakan salah satu contoh tindakan ekonomi.
Dalam ilmu ekonomi mengenal suatu kaidah yang dapat dipakai sebagai pedoman umum
untuk melakukan tindakan ekonomi. Kaidah itu disebut prinsip ekonomi. Prinsip ekonomi adalah
:
Suatu cara bertindak dengan berusaha mencapai hasil sebesar mungkin (optimal)
dibandingkan dengan pengorbanan yang dikeluarkan atau
Suatu cara bertindak untuk mencapai hasil tertentu dengan mengeluarkan
pengorbanan sekecil mungkin.
Dalam perkembangannya ilmu ekonomi terbagi menjadi 3 : ekonomi deskriptif (descriptive
economics), ekonomi teori (economic analisys), dan aconomic deskriptif (applied economic).
Sedangkan ekonomi teori teragi atas ekonomi makro dan ekonomi mikro.
Perkembangan ilmu ekonomi diawali oleh apa yang disebut sebagai aliran klasik. Aliran
yang terutama dipelopori oleh Adam Smith ini menekankan adanya invisible hand dalam
18
mengatur pembagian sumber daya, dan oleh karenanya peran pemerintah menjadi sangat dibatasi
karena akan mengganggu proses ini. Kegagalan aliran ekonomi klasik mencuat setelah terjadi
Depresi Besar tahun 1930-an sehingga muncul aliran neoklasik. Aliran neoklasik mengubah
pandangan tentang ekonomi baik dalam teori maupun dalam metodologinya. Teori nilai tidak
lagi didasarkan pada nilai tenaga kerja atau biaya produksi tetapi telah beralih pada kepuasan
marjinal (marginal utility). Pendekatan ini merupakan pendekatan yang baru dalam teori
ekonomi.
Perkembangan ilmu ekonomi sangat memperngaruhi sistem ekonomi Indonesia. Dimulai
semenjak zaman Presiden Soekarno setelah kemerdekaan. Soekarno yang pada saat itu tidak
suka dengan pengaruh barat dan sistem ekonomi kapitalisme-liberalisme yang dianggap
menyengsarakan rakyat. Hal itu membuat Soekarno memilih untuk menjalankan sistem ekonomi
Marxisme yang berfokus kepada kepentingan negara sendiri tanpai memperdulikan kerjasama
dengan negara lain. Hal itu sempat membuat keadaan ekonomi Indonesia memburuk, hingga
pada saat kepemimpinan Soeharto, Indonesia mulai membuka diri kepada negara lain untuk
melakukan pembangunan ekonomi. Indonesia mulai menjalin kerja sama dengan negara lain,
termasuk dalam hal pinjaman. Kebijakan itu mendorong kekuatan ekonomi Indonesia pada saat
itu walaupun dirasa masih banyak kesenjangan.
Sejak dekade 80-an, perekonomian Indonesia mengalami suatu pergeseran kearah yang lebih
liberal dan terdesentralisasi, sehingga ekonomi Indonesia sangat tergantung pada modal asing.
Hingga pada awal tahun 90an Pemerintah Indonesia melakukan kebijakan yang menyebabkan
berkurangnya peran pemerintah atau negara di dalam bidang ekonomi.
Usaha-usaha pemerintah Orde Baru pada saat itu untuk menghidupkan kembali roda
perekonomian nasional, dengan sistem ekonomi pasar dan didukung oleh kebijakan-kebijkan
ekonomi di segala sektor. Akibatnya proses pembangunan berjalan sangat cepat dengan laju
pertumbuhan rata-rata tinggi pertahunnya, dan juga relatif lebih tinggi daripada laju rata-rata
pertumbuhan ekonomi dari kelompok NSB.1 Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini telah mampu
meningkatkan posisi Indonesia dari salah satu Negara termiskin di dunia menjadi Negara
berpendapatan menengah.
19
Daftar Pustaka
1. Bliss. Christopher (2000) “Ilmu Ekonomi” dalam Kuper, Adam & Kuper, Jesica, (ed)
(2000) Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial, Diterjemahkan Oleh Haris Munandar dkk, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, hlmn. 272-277.
2. Boland, Lawrence, A. (2000) “Ekonomi Neo-Klasik” dalam Kuper, Adam & Kuper,
Jesica, (ed) (2000) Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial, Diterjemahkan Oleh Haris Munandar
dkk, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlmn.700-701.
3. Sukirno, Sadono, Pengantar Teori Ekonomi, Rajawali Pers, 2002
4. Putong.Iskandar, Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro: Ghalia Indonesia, 2003
5. Rahardja,Prathama, Pengantar Teori Ekonomi Mikro, Universitas Indonesia, 1999
6. Bronffenbrenner, Martin, (2000) “Aliran Chicago” dalam Kuper, Adam & Kuper, Jesica,
(ed) (2000) Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial, Diterjemahkan Oleh Haris Munandar dkk,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlmn 103-104.
7. Safri, Hendra. (2018) Pengantar Ilmu Ekonomi, Palopo: Lembaga Penerbit Kampus IAIN
Palopo.
8. Adrian Sutawijaya dan Zulfahmi.2007 “Pengaruh ekspor dan Investasi Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 1980- 2006,” Jurnal Organisasi dan Manajemen,
Volume 8, Nomor 2, September 2007.
9. Lincolin Arsyad. 1997. Ekonomi Pembangunan. Bagian Penerbitan STIE YKPN.
Yogyakarta.
10. Haryo Aswicahyono David Christian 2017 Perjalanan Reformasi Ekonomi Indonesia
1997-2016 CSIS WORKING PAPER SERIES
11. Soesastro, Hadi., Aswicahyono, Haryo, and Dionisius Narjoko (2010). Economic
Reforms in Indonesia after the Economic Crisis. Chapter 8 in Institutions for Economic
Reform in Asia. New York: Routledge
20