Anda di halaman 1dari 37

KARYA TULIS ILMIAH

PEREKONOMIAN INDONESIA DISUSUN ATAS ASAS


NILAI PANCASILA UNTUK KESEJAHTERAAN
WARGA NEGARA INDONESIA
Disusun untuk memenuhi Tugas Pancasila dan Kewarganegaraan

Disusun Oleh :
NI NYOMAN PARAMITA UTAMI
2202022894
1B Akuntansi Sore

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI, BISNIS, DAN PARIWISATA
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Perekonomian Indonesia Disusun Atas Asas Nilai Pancasila Untuk
Kesejahteraan Warga Negara Indonesia” tepat pada waktunya. Selain itu,
penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak I Wayan Dauh,


S.IP.M.Si yang telah membimbing dan membantu dalam proses penyusunan
makalah ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan dalam


karya tulis yang disusun. Oleh karena itu penulis meminta maaf atas segala
keterbatasan dan kemampuan dalam menyelesaikan makalah ini. Segala kritik dan
saran yang membangun senantiasa penulis harapkan demi peningkatan kualitas
makalah ini.

Denpasar, 22 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

2 Dalam sejarah
perkembangan masyarakat
terdapat berbagai sistem
ekonomi
3 yangberlaku. Setiapnegara
memiliki sistem
ekonomiyang berbeda -
beda, di
4 mana secara garis besar
sistem ekonomi ditentukan
oleh kepemilikan alat
5 produksi.Kegiatanperekono
mianbisa menjadi rlangsung
karena ada sebuah sistem
6 ekonomi yang
mengaturkeseluruhan
kegiatan. Membangun
sistem ekonomi
7 bukan masalah yang mudah
dan oleh oleh karena itu
tidak mungkin dilakukan
8 secara instan.
Prosesitumembutuhkan
sebuah usahayangkerasdan
berjenjang
9 karena s istem ekonomi
bukan konsep teknis yang
digunakan untuk
10 menyelesaikan masalah yang
bersifat pragmatis. Tapi,
sistem ekonomi
11 adalah sebuah konsep teknis
yang digunakan untuk
menyelesaikan
12 permasalahan dalam
kehidupan ekonomi yang
sejalan dengan landasan
13 ideologis masyarakatnya
Dalam sejarah perkembangan masyarakat terdapat berbagai sistem ekonomi
yangberlaku. Setiapnegara memiliki sistem ekonomiyang berbeda - beda, di
mana secara garis besar sistem ekonomi ditentukan oleh kepemilikan alat
produksi.Kegiatanperekonomianbisa menjadi rlangsung karena ada sebuah sistem
ekonomi yang mengaturkeseluruhan kegiatan. Membangun sistem ekonomi
bukan masalah yang mudah dan oleh oleh karena itu tidak mungkin dilakukan
secara instan. Prosesitumembutuhkan sebuah usahayangkerasdan berjenjang
karena s istem ekonomi bukan konsep teknis yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang bersifat pragmatis. Tapi, sistem ekonomi
adalah sebuah konsep teknis yang digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan dalam kehidupan ekonomi yang sejalan dengan landasan
ideologis masyarakatnya
Dalam sejarah perkembangan masyarakat terdapat berbagai sistem ekonomi
yangberlaku. Setiapnegara memiliki sistem ekonomiyang berbeda - beda, di
mana secara garis besar sistem ekonomi ditentukan oleh kepemilikan alat
produksi.Kegiatanperekonomianbisa menjadi rlangsung karena ada sebuah sistem
ekonomi yang mengaturkeseluruhan kegiatan. Membangun sistem ekonomi
bukan masalah yang mudah dan oleh oleh karena itu tidak mungkin dilakukan
secara instan. Prosesitumembutuhkan sebuah usahayangkerasdan berjenjang
karena s istem ekonomi bukan konsep teknis yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang bersifat pragmatis. Tapi, sistem ekonomi
adalah sebuah konsep teknis yang digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan dalam kehidupan ekonomi yang sejalan dengan landasan
ideologis masyarakatnya
Setiap negara memiliki suatu sistem perekonomian yang diterapkan
berdasarkan situasi dan kondisi yang ada di negara tersebut. Oleh sebab itu,
sistem ekonomi setiap negara bisa jadi berbeda-beda. Untuk mengendalikan
perekonomian masyarakat, negara harus memiliki suatu sistem. Artinya
negara melalui pemerintahnya bertanggung jawab untuk mengatur dan
menjaga agar perekonomian stabil bahkan meningkat sehingga mengarah
pada kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Ekonomi telah menjadi suatu
sistem yang terintegrasi dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat bahkan
dalam lingkup lebih luas, yakni negara. Sistem ekonomi yang dianut oleh
suatu negara bergantung pada kesepakatan nasional negara tersebut.
Biasanya, kesepakatan nasional ini berdasarkan undang-undang dasar yang
dimiliki, selain itu falsafah dan ideologi negara juga sangat memenuhi
sistem ekonomi suatu negara (Farida, 2011: 19). Sistem perekonomian
Indonesia, dari sejak awal sudah dirumuskan oleh para pendiri bangsa ini
yang tercantum dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 1, 2, dan 3. Dalam UUD ’45
pada ayat 1 berbunyi : “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas kekeluargaan.
Pada umumnya perubahan perekonomian yang dialami suatu negara
sering menjadi bahan pembicaraan, baik di kalangan ilmuwan, ekonom,
pejabat pemerintah, maupun masyarakat yang tertarik sebagai pemerhati
ekonomi. Berbagai media massa sering memuat berita besar mengenai
perubahan ekonomi yang dialami suatu negara, seperti inflasi,
pengangguran, kesempatan kerja, hasil produksi, dan penanaman modal.
Setiap negara senantiasa mengharapkan agar perekonomian yang dicapai
mengalami peningkatan terus-menerus. Peningkatan perekonomian tersebut
akan memupuk investasi serta kemampuan teknik produksi agar hasil
produksi terus meningkat. Jika hasil produksi meningkat, perekonomian
mengalami pertumbuhan, serta memberikan kesejahteraan ekonomi yang
lebih baik bagi penduduk negara tersebut. (LPEM FE-UI: 2010). Sehingga
kita perlu memahami setiap jenis sistem perekonomian tersebut agar dapat
mengetahui bagaimana sejarah, gagasan – gagasan, kelebihan dan
kekurangan dari sistem perekonomian tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Bagaimana sistem ekonomi dan sejarah perkembangan sistem ekonomi
Indonesia ?
b. Bagaimana sistem ekonomi yang belaku di Indonesia saat ini beserta
gagasan – gagasan perkembangannya ?
c. Apa kerterkaitan antara sistem ekonomi Pancasila dan sistem ekonomi
kerakyatan ?
d. Bagaimana reformasi ekonomi Indonesia pasca krisis moneter 1997 –
1998 ?
e. Bagaimana daya tahan dan peranan ekonomi rakyat di saat krisis ?

1.3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui sistem ekonomi dan sejarah perkembangan sistem
ekonomi Indonesia ?
b. Untuk mengetahui sistem ekonomi yang belaku di Indonesia saat ini
beserta gagasan – gagasan perkembangannya ?
c. Untuk mengetahui kerterkaitan antara sistem ekonomi Pancasila dan
sistem ekonomi kerakyatan ?
d. Untuk mengetahui reformasi ekonomi Indonesia pasca krisis moneter 1997
– 1998 ?
e. Untuk mengetahui daya tahan dan peranan ekonomi rakyat di saat krisis ?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORI

Ekonomi atau Perekonomian adalah serangkaian besar kegiatan produksi


dan konsumsi yang saling terkait yang membantu dalam menentukan bagaimana
sumber daya yang langka dialokasikan. Arti kata ekonomi berasal dari bahasa
yunani yakni “oikos” yang berarti keluarga rumah tangga serta “nomos” yang
berarti peratuan, aturan dan hukum. Menurut Abraham Maslow ekonomi adalah
suatu bidang keilmuan yang dapat menyelesaikan permasalaham kehidupan
manusia lewat penggemblengan seluruh sumber ekonomi yang tersedia
berdasarkan pada teori dan prinsip pada suatu sistem ekonomi yang memang
dianggap efisien dan efektif. Pengertian ekonomi menurut Robbins merupakan
sebuah studi tentang perilaku manusia sebagai hubungan 40 antara tujuannya
dihadapkan dengan ketersediaan sumber daya supaya mencapai tujuannya.
Dapat disimpulkan bahwa ekonomi adalah suatu kajian tentang upaya
manusia dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya melalui aktivitasaktivitas
yang dilakukan oleh seseorang yang bertanggungjawab atas kebutuhan dan
kebahagiaan bagikehidupannya. Ekonomi berperan sebagai upaya dalam
membebaskan manusia dari cengkraman kemiskinan dengan tingkat
perekonomian yang stabil atau bahkan tinggi, seorang akan dapat hidup sejahtera
dan tenang, sehingga orang yang jiwanya tenang akan berpeluang secara
baiksupaya meraih kehidupan yang lebih baik pula.

2.2 METODE PENELITIAN

Dalam pembahasan ini, pancasila akan berperan sebagai nilai lain yang
akan dihubungkan kedalam konsep sistem ekonomi Indonesia. Dan dalam karya
ilmiah ini penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif, khususnya
pada sistem etnografi. Menurut Sugiyono (2013:2), “Metode penelitian pada
dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu”. Menurut Darmadi (2013:153), “Metode penelitian adalah
suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu”.
Sedangkan menurut Creswell (2010:4), “Metode –metode untuk mengeksplorasi
dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau kelompok orang
dianggap berasal dari masalah sosil atau kemanusian”. Arifin (2011)
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sistem ekonomi dan sejarah perkembangan sistem ekonomi

Indonesia

3.1.1 Pengertian Sistem Ekonomi

Istilah “sistem” berasal dari perkataan “systema” (bahasa Yunani),


yang dapat diartikan sebagai: keseluruhan yang terdiri dari macam-
macam bagian. Pada dasarnya sebuah sistem adalah suatu organisasi
besar yang menjalin berbagai subjek (atau objek) serta perangkat
kelembagaan dalam suatu tatanan tertentu (Dumairy, 1996).Suatu
sistem muncul karena adanya usaha manusia untuk memenuhi
kebutuhankebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan manusia yang sangat
bervariasi akan memunculkan sistem yang berbeda-beda. Kebutuhan
manusia yang bersifat dasar (pangan, pakaian, papan) akan
memunculkan suatu system ekonomi. Berikut pengertian Sistem
Ekonomi menurut para ahli antara lain :
a. Menurut Dumairy (1996)
Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang mengatur serta
menjalin hubungan ekonomi antar manusia dengan
seperangkat kelembagaan dalam suatu tatanan kehidupan.
Selanjutnya dikatakannya pula bahwa suatu sistem ekonomi
tidaklah harus berdiri sendiri, tetapi berkaitan dengan falsafah,
padangan dan pola hidup masyarakat tempatnya berpijak.
Sistem ekonomi sesungguhnya merupakan salah satu unsur saja
dalam suatu supra sistem kehidupan masyarakat. Sistem ekonomi
merupakan bagian dari kesatuan ideology kehidupan masyarakat
di suatu negara. 
b. Tom Gunadi (1985)
Sistem perekonomian adalah sistem sosial atau kemasyarakatan
dilihat dalam rangka usaha keseluruhan sosial itu untuk
mencapai kemakmuran. 
c. Suroso (1997)
Dilihat dari tujuannya, sistem ekonomi merupakan usaha
untuk mengatur pertukaran barang dan jasa yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Karena meningkatkan
kesejahteraan rakyat itu merupakan salah satu tujuan dari politik
nasional, maka dengan demikian sistem perekonomian
pada dasrnya merupakan bagian dari sistem politik nasional. 
d. Gregory Grossman dan M. Manu 
mengatakan bahwa :“Sistem ekonomi adalah sekumpulan
komponen-komponen atau unsur-unsur yang terdiri dari atas unit-
unit dan agen-agen ekonomi, serta lembaga-lembaga ekonomi
yang bukan saja saling berhubungan dan berinteraksi melainkan
juga sampai tingkat tertentu yang saling menopang dan
mempengaruhi.” 
e. Menurut Bapak Ekonomi yaitu Adam Smith (1723-1790): 
system ekonomi merupakan bahan kajian yang mempelajari
upaya manusia memenuhi kebutuhan hidup di masyarakat dalam
meningkatkan kesejahteraan.

Berdasarkan berbagai macam pemaparan mengenai sistem ekonomi


dari berbagai sumber maka dapat disimpulkan bahwa sistem ekonomi
adalah suatu sistem yang mengatur kondisi perekonomian suatu negara
sesuai dengan kondisi kenegaraan dari negara itu sendiri. Setiap negara
memiliki sistem perekonomian yang berbeda-beda. Hal itu disebabkan
setiap Negara memiliki ideologi, kondisi masyarakat, kondisi
perekonomian, serta kondisi SDA yang berbeda-beda. Sistem ekonomi
dapat diartikan sebagai kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.Perbedaan mendasar
antara sebuah sistem ekonomi dengan system ekonomi lainnya adalah
bagaimana cara sistem itu mengatur factor produksinya. Dalam beberapa
sistem, seorang individu boleh memiliki semua faktor produksi.
Sementara dalam sistem lainnya, semua faktor tersebut di pegang oleh
pemerintah. Kebanyakan sistem ekonomi di dunia berada di antara dua
sistem ekstrim tersebut. Selain faktor produksi, sistem ekonomi juga
dapat dibedakan dari cara sistem tersebut mengatur produksi dan alokasi.

3.1.2 Sejarah Perkembangan Sistem Ekonomi Indonesia

Sejarah sistem Perekonomian Indonesia sedikit banyak dipengaruhi

oleh Sistem Ekonomi Kolonial Belanda yang selama 350 tahun

berkuasa atas ekonomi Indonesia. Pada awal kedatangannya di

Indonesia, kolonial tidak datang sebagai penjajah fisik namun penjajah

ekonomi. Dengan organisasi perdagangannya bernama VOC, mereka

memonopoli pasar rempah-rempah yang pada masa itu merupakan

komoditi andalan nusantara. Mereka menggunakan kekerasan senjata

untuk menguasai rempah-rempah. Perekonomian Indonesia Ketika

tahun 1799 VOC bangkrut dan bubar, pemerintah Belanda

melaksanakan sistem tanam paksa (culture stelsel) untuk menutup

defisit anggaran kerajaan akibat perang melawan berbagai perlawanan

di Nusantara. Sistem tanam paksa yang berlangsung selama lebih dari

satu abad ini mendatangkan banyak keuntungan di pihak kerajaan

Belanda tetapi mendatangkan kesengsaraan bagi rakyat Nusantara.

Namun, saat mulai berkembang liberalisme di Eropa, kebijakan tanam

paksa ini menuai banyak kritik, sehingga pemerintah Belanda

mengubahnya menjadi Sistem Ekonomi Kapitalis-Liberal. Melalui

Undang-undang Agraria tahun 1870, pemerintah Belanda mengundang

sektor swasta untuk menyewa lahan perkebunan dalam jangka waktu


yang lama. Lahan perkebunan yang semula dikendalikan pemerintah

Belanda diambil alih oleh swasta, sedangkan pemerintah mendapatkan

keuntungan dari pajak perseroan dan pajak pendapatan sektor swasta.

Persoalan baru muncul ketika perkebunan swasta dan perkebunan

rakyat menanam jenis tanaman yang sama akibatnya perkebunan

rakyat sulit bersaing karena memiliki modal yang lebih kecil

dibandingkan sektor swasta (Mubyarto, 2002). Setelah Indonesia

merdeka, para pemimpin bangsa berusaha merumuskan kembali

Sistem Ekonomi Indonesia yang dianggap ideal dengan kondisi

bangsa.

a. .Ekonomi Nasional (1945-1959)

Setelah proklamasi kemerdekaan, salah satu hal yang dilakukan oleh

pemerintah Indonesia saat itu adalah melakukan nasionalisasi

perusahaan-perusahaan Belanda. Namun, karena pada saat itu perang

mempertahankan kemerdekaan masih terjadi dan kabinet sering

berganti, kondisi ekonomi Indonesia menjadi lemah. Akhirnya,

dikeluarkanlah kebijakan yang disebut “Gunting Syarifudin” atas ide

Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara. Berdasarkan kebijakan

tersebut, uang NICA dan uang De Javasche Bank dari pecahan Rp 5 ke

atas digunting menjadi dua. Guntingan kiri tetap berlaku sebagai alat

pembayaran yang sah dengan nilai setengah dari nilai semula. Pada

tanggal yang telah ditetapkan, bagian kiri tersebut kemudian harus

ditukarkan dengan uang kertas baru di bank. Sedangkan guntingan

kanan dapat ditukar dengan obligasi negara sebesar setengah dari nilai
semula, dan akan dibayar tiga puluh tahun kemudian dengan bunga 3%

setahun. Ini dilakukan untuk mengatasi inflasi.

b. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966)

Setelah dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Indonesia

menjalankan sistem demokrasi terpimpin. Secara otomatis,

perekonomian Indonesia menjurus pada sistem etatisme (segala-

galanya diatur oleh pemerintah). Dikutip dari buku Modul Konsep

Sistem Ekonomi Indonesia oleh Drs. H. Bambang Hermanto dan Mas

Rasmini, saat itu bangsa Indonesia percaya diri terhadap kekuatan

yang dimilikinya sehingga ingin mandiri secara ekonomi. Konfrontasi

politik dengan Malaysia dan negara-negara Barat juga membuat

investasi asing terhenti.

c. Masa Demokrasi Ekonomi (1967-1998)


Salah satu proyek besar pemerintah Orde Baru adalah meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui proses industrialisasi dalam skala
besar. Dikutip dari buku yang sama, di masa Orde Baru, sistem
ekonomi yang digunakan cenderung kapitalistik, di mana Indonesia
mulai terbuka dengan dunia internasional. Soeharto berusaha untuk
memperbaiki perekonomian Indonesia. Beberapa kebijakan yang
diambil Soeharto antara lain:
 Indonesia kembali bergabung dengan International Monetary
Fund (IMF) sehingga bantuan keuangan dari negara asing masuk
ke Indonesia.
 Pembebasan bea cukai impor dan menanggulangi devaluasi rupiah
sehingga dapat meningkatkan nilai ekspor ke luar negeri.
 Perekonomian Indonesia memang mengalami perbaikan, namun
pembangunan ekonomi saat itu sangat bergantung pada utang luar
negeri.
d. Ekonomi Pancasila (1998-sekarang)
Dumairy (1996) menjelaskan, “Ditinjau berdasarkan sistem
pemilikan sumber daya ekonomi atau faktor-faktor produksi, tak
terdapat alasan untuk menyatakan bahwa sistem ekonomi kita
adalah kapitalis. Sama halnya, tak pula cukup argumentasi untuk
mengatakan bahwa kita menganut sistem ekonomi sosialis.
Indonesia mengakui pemilikan individual atas faktor-faktor
produksi, kecuali untuk sumber daya-sumber daya yang menguasai
hajat hidup orang banyak, dikuasai oleh negara. Hal ini diatur
dengan tegas oleh Pasal 33 UUD 1945. Jadi, secara konstitusional,
sistem ekonomi Indonesia bukan kapitalisme dan bukan pula
sosialis”. Menurut Sanusi (2000), sistem ekonomi Indonesia
termasuk sistem ekonomi campuran yang disesuaikan dengan
UUD 1945. Karakteristik sistem ekonomi Pancasila di antaranya
adalah:
 Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas
asas kekeluargaan.
 Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
 Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk kemakmuran
rakyat
 Pemerintah mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh
swasta agar terhindar dari praktik kecurangan seperti
penipuan, monopoli yang merugikan, serta mafia
perdagangan.

3.2 Sistem ekonomi yang belaku di Indonesia saat ini beserta gagasan
–gagasan perkembangannya
3.2.1 Sistem Ekonomi Yang Berlaku Di Indonesia Saat Ini
Sistem peremkonomian yang diterapkan oleh
Indonesia adalah sistem perekonomian Pancasila. Maka,
secara normatif pancasila dan UUD 1945 adalah
landasaan idiil sistem perekonomian di Indonesia. Dasar
politik perekonomian ini diatur dalam UUD 1945 pasal
33 yang berbunyi :
 Ayat 1:  Perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasar atas azas kekeluargaan.
 Ayat 2: Cabang-cabang produksi yang penting
bagi negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara.
 Ayat 3: Bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
 Ayat 4: Perekonomian nasional
diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal
ini diatur dalam undang-undang. Dalam proses
pembangunan sistem ekonomi di suatu negara
dipengaruhi banyak faktor, baik internal maupun
eksternal. Faktor-faktor internal, di antaranya adalah
kondisi fisik, lokasi geografi, jumlah, serta kualitas
sumber daya alam dan manusia. Faktor-faktor eksternal di
antaranya adalah perkembangan teknologi, kondisi
perekonomian dan politik dunia, serta keamanan
global. Sistem ekonomi Pancasila dipilih untuk diterapkan
di negara kita karena di dalamnya terdapat makna
demokrasi ekonomi.
3.2.2 Gagasan – Gagasan Perkembangannya
Gagasan tentang ekonomi Pancasila muncul sebagai
wujud diterimanya ideologi Pancasila sebagai dasar negara dan
falsafah hidup berbangsa dan bernegara. Karena ekonomi
Pancasila adalah ekonomi pasar yang mengacu, sejalan, sesuai,
dan setia pada nilai-nilai ideologi Pancasila. Mubyarto
mendefinisikan Ekonomi Pancasila dimana mekanisme atau
sistem ekonomi Pancasila didasarkan pada data-data riil
ekonomi Indonesia dan tindakan pelaku-pelaku ekonomi yang
moralistik, sosio-nasionalistik, dan sosio-demokratik. Ekonomi
Pancasila bukanlah ekonomi normatif, tetapi ekonomi positif
sekaligus normatif, karena menggambarkan secara nyata
perilaku nyata manusia Indonesia yang merupakan homo
socius, homo ethicus, sekaligus homo economicusdalam
sistem ekonomi yang berdasar atas kekeluargaan. Dasar dari
sistem ekonomi Pancasila sendiri adalah mengendapkan gotong
royong, kebersamaan, kemanusiaan, dan kekeluargaan. Pijakan
yang harus dijadikan rujukan oleh pemerintah dalam ekonomi
Pancasila adalah konstitusi bangsa itu sendiri, yaitu Pancasila
dan UUD 1945.
Sistem Ekonomi Pancasila menjadi sebuah sistem
unik yang hanya dimiliki oleh Bangsa Indonesia. Sistem ini
tidak menggunakan asumsi ceteris paribus, akan tetapi
mempertimbangakan asas-asas dalam Pancasila yaitu, etika,
kemanusiaan, nasionalisme, kerakyatan, dan keadilan
sosial. Disamping itu sistem ekonomi pancasila juga harus
mempertimbangkan asasa kekeluargaan dan
kemasyarakatan sebgaimana yang termaktub dalam UUD
1945. Pengembangan dalam sistem ekonomi pancasila akan
berdasar pada pelaku-pelaku ekonomi rakyat. Mubyarto
mencoba menerjemahkan ide Bung Karno dan Bung Hatta
bahwa ekonomi Pancasila adalah sektor kegiatan ekonomi
wong cilik yang juga disebut sektor informal. Dimana
terdapat petani, nelayan, peternak, perajin, pedagang kecil,
dan sebagainya. Pada prinsipnya, dalam sistem ekonomi
Pancasila, perkoperasian dimana asas kekeluargaan
dijujung merupakan soko guru perkonomian bangsa. Roda
perekonomian digerakkan oleh rangsangan-rangsangan
yang ekonomis dan juga dipertimbangkan oleh
pertimbangan moral sosial. Pemerataan sebagai solidaritas
dan nasionalisme. Kekayaan alam yang dikuasai oleh
negara akan tetapi kedudukan negara tidak dominan. Dalam
sistem ekonomi Pancasila, ekonomi berasal dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat.

3.3 Kerterkaitan antara sistem ekonomi Pancasila dan sistem

ekonomi kerakyatan

3.3.1 Ekonomi Pacasila


Konsep Sistem Ekonomi Pancasila mulai
dikembangkan lebih serius sejak Seminar Nasional di
Universitas Gadjah Mada tahun 1980. Pada waktu itu
Ekonomi Pancasila tidak sekadar dimaknai sebagai
sebuah Sistem Ekonomi, seperti konsep Sistem Ekonomi
Pancasila-nya Emil Salim (1966), melainkan mulai
digagas sebagai sebuah ilmu ekonomi (alternatif).
Ekonomi Pancasila yang dikembangkan oleh pakar-pakar
ekonomi (terutama dari UGM) pada waktu itu merupakan
refleksi kritis terhadap sistem dan ilmu ekonomi yang
“keliru”, serta mulai menyimpang dari jati diri dan realitas
sosial-ekonomi bangsa (rakyat) Indonesia. Gagasan ini
telah memicu polemik terbuka yang melibatkan tokoh-
tokoh ekonomi/politik dalam dan luar negeri (William
Liddle, Peter Mc. Cawley, jurnal BIES (Bulletin of
Indonesian Economic Studies), dan FEER (Far Eastern
Economic Review). Namun, perhatian terhadap gagasan
Sistem Ekonomi Pancasila makin melemah karena tidak
didukung oleh rezim Orde Baru, yang ditopang teknokrat
ekonomi berhaluan Neo-Liberal. Sistem Ekonomi
Pancasila digali berdasar pemikiran bahwa Sistem
Ekonomi sangat terkait dengan ideologi, sistem nilai dan
sosial-budaya (kelembagaan) masyarakat di mana sistem
itu dikembangkan. Mubyarto menyatakan dengan jelas
bahwa ekonomi Pancasila merupakan Sistem Ekonomi
yang khas (berjati-diri) Indonesia, yang digali dan
dikembangkan berdasar kehidupan ekonomi riil (real-life
economy) rakyat Indonesia. Ekonomi Pancasila berpijak
pada kombinasi antara gagasan-gagasan normatif dan
fakta-fakta empirik yang telah dirumuskan oleh founding
fathers bangsa dalam wujud sila-sila dalam Pancasila,
Pembukaan UUD 1945, dan pasal-pasal (ekonomi) UUD
1945 (asli), yaitu pasal 27 (ayat 2), 31, 33, dan 34.
Ekonomi Pancasila adalah Sistem Ekonomi yang
mengacu pada sila-sila dalam Pancasila, yang terwujud
dalam lima landasan ekonomi, yaitu ekonomi moralistik
(ber-Ketuhanan), ekonomi kemanusiaan, nasionalisme
ekonomi, demokrasi ekonomi (ekonomi kerakyatan), dan
diarahkan untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Secara khusus, terdapat lima prinsip
penerapan Sistem Ekonomi Pancasila, yaitu: Pertama,
roda kegiatan ekonomi bangsa digerakkan oleh
Perekonomian Indonesia rangsangan ekonomi, sosial, dan
moral. Kedua, ada kehendak kuat warga masyarakat untuk
mewujudkan kemerataan sosial, yaitu tidak membiarkan
terjadinya dan berkembangnya ketimpangan ekonomi dan
kesenjangan sosial. Ketiga, semangat nasionalisme
ekonomi; dalam era globalisasi makin jelas adanya
urgensi terwujudnya perekonomian nasional yang kuat,
tangguh, dan mandiri. Keempat, demokrasi ekonomi
berdasar kerakyatan dan kekeluargaan: koperasi dan
usaha-usaha kooperatif menjiwai perilaku ekonomi
perorangan dan masyarakat. Kelima, keseimbangan yang
harmonis, efisien, dan adil antara perencanaan nasional
dengan desentralisasi ekonomi dan otonomi yang luas,
bebas, dan bertanggung jawab, menuju perwujudan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Hamid,
2005).

3.3.2 Ekonomi Kerakyatan


Ekonomi rakyat sering disebut dengan berbagai
istilah lain yang terkait, yaitu perekonomian rakyat
ataupun ekonomi kerakyatan. Ini mengandung makna
yang spesifik. Jika ekonomi rakyat menggambarkan
tentang pelaku ekonominya, maka perekonomian rakyat
lebih menunjuk pada objek atau situasinya. Makna yang
lebih luas ada dalam ekonomi kerakyatan yang
mencerminkan suatu bagian dari sistem perekonomian.
Ekonomi kerakyatan ini dapat dikatakan sebagai
subsistem dari Sistem Ekonomi Pancasila. Jika melihat
secara harafiah, kata “rakyat” merujuk pada semua orang
dalam suatu wilayah atau negara. Dengan demikian jika
dilihat dari terminologi ini, maka yang dimaksud dengan
ekonomi rakyat adalah ekonomi seluruh rakyat Indonesia.
Namun demikian dalam konteks riil yang berkembang,
istilah ekonomi rakyat muncul sebagai akibat
ketidakpuasan terhadap perekonomian nasional yang bias
kepada unit-unit usaha besar. Oleh karena itu, makna
ekonomi rakyat lebih merujuk pada ekonomi sebagian
besar rakyat Indonesia yang umumnya masih tergolong
ekonomi lemah, bercirikan subsistem (tradisional) dengan
modal dan tenaga kerja keluarga serta teknologi
sederhana. Ekonomi rakyat dibedakan dari ekonomi
konglomerat dalam sifatnya yang tidak kapitalistik.
Ekonomi konglomerat yang kapitalistik menomorsatukan
pengejaran keuntungan tanpa batas dengan cara bersaing,
kalau perlu saling mematikan (free fight competition).
Sebaliknya, dalam perekonomian rakyat semangat yang
lebih menonjol adalah bekerja sama, karena hanya melalui
kerja sama berdasar asas kekeluargaan tujuan usaha dapat
dicapai (Mubyarto, 1998: 40-46). Bagaimana dengan
pengertian Ekonomi Kerakyatan yang banyak menjadi
wacana dalam pembangunan ekonomi Indonesia satu
dasawarsa terakhir ini? Tidak mudah membuat suatu
batasan tentang ekonomi kerakyatan dengan hanya
melihat dari sisi harafiah atau terminologi bahasanya saja
karena kalau dilihat dari pelaku-pelaku ekonomi yang ada,
baik itu unit usaha kecil, menengah, besar ataupun
konglomerat, semuanya adalah "rakyat Indonesia".
Artinya aktivitas produksi, konsumsi, dan distribusi itu
juga dilakukan oleh rakyat namun napas dari ekonomi
kerakyatan belakangan ini tidaklah demikian. Kesan yang
kuat adalah adanya keinginan agar dalam pembangunan
ekonomi keterlibatan rakyat banyak diperbesar atau
ditingkatkan. Dengan dasar itu, maka dapat dikatakan
bahwa makna "ekonomi kerakyatan" tersebut adalah suatu
perekonomian yang orientasinya pada keterlibatan orang
banyak dalam aktivitas ekonomi, baik aktivitas produksi,
konsumsi, maupun distribusi (Hamid dan Hendrianto,
2000). Ginandjar Kartasasmita, dalam pidato penerimaan
gelar Doctor Honoris Causa dari UGM (April 1995)
menyuratkan bahwa yang dimaksud ekonomi rakyat
adalah: "ekonomi sebagian besar rakyat Indonesia".
Dengan pengertian di atas maka yang diharapkan adalah
bahwa aktivitas-aktivitas di sektor industri, pertanian,
pertambangan, jasa-jasa, dan sebagainya, melibatkan
rakyat banyak untuk melakukannya. Ada kebebasan
masyarakat untuk ikut bekerja atau menjadi pengusaha
pada sektor-sektor itu, atau di lapangan-lapangan usaha
yang ada. Tidak ada sektor produksi yang diperuntukkan
bagi satu atau segelintir pengusaha. Mereka yang terlibat
dalam aktivitas itu berhak pula untuk memperoleh
penghasilan ataupun upah yang layak untuk membiayai
konsumsinya. Artinya, berbagai penghasilan atau
keuntungan dari segala penerimaan aktivitas ekonomi bisa
dinikmati oleh sebagian besar rakyat yang terlibat dalam
produksi itu. Termasuk dalam pengertian ini adalah
adanya suatu pola distribusi yang adil sebagai akibat
adanya aktivitas produksi di atas. Jadi, perkembangan
produksi atau output nasional yang terus meningkat, yang
tercermin dari melajunya PDB, selayaknya dinikmati oleh
rakyat banyak tersebut (Hamid, 2005).

3.3.3 Kerterkaitan antara sistem ekonomi Pancasila dan

sistem ekonomi kerakyatan

Sistem Ekonomi Pancasila dan Sistem Ekonomi


Kerakyatan keduanya sama-sama memihak pada
kepentingan ekonomi rakyat untuk mewujudkan
kesejahteraan serta kemakmuran di tengah-tengah
masyarakat. Sistem ekonomi Pancasil berisikan aturan main
dalam perekonomian yang mengacu pada ideologi Bangsa
Indonesia yakni Pancasila yang didalamnya mengandung
tujuan untuk mensejahterakan rakyat dan berkaitan dengan
sistem ekonomi kerakyatan yang prinsip utamanya adalah
memihak kehiudpan perekonomian rakyat.

3.4 Reformasi ekonomi Indonesia pasca krisis moneter 1997 – 1998

3.4.1 Krisis Moneter 1997-1998


Ekonomi Indonesia sedang berada dalam puncaknya di
pengujung 1996. Hampir semua indikator kemakmuran
terpenuhi: Pertumbuhan ekonomi mengesankan, inflasi
terkendali, investasi mengalir deras, ekspor tumbuh pesat,
kemiskinan berkurang, dan cadangan devisa terus
meningkat. Puja-puji terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia mengalir, termasuk dari lembaga-lembaga
keuangan internasional seperti Bank Dunia. Memasuki
1997, ekonomi Indonesia masih terlihat baik-baik saja.
Tanda-tanda gelembung ekonomi memang sudah mulai
terendus, tapi semua tertutupi oleh capaian angka makro
ekonomi yang baik. Apalagi aliran modal masih
mengucur deras ke Indonesia. Indikator makro ekonomi
memang tidak menunjukkan tanda kekurangan. Hanya
tingkat inflasi yang menjadi perhatian, tetapi itu dianggap
sebagai efek dari pertumbuhan ekonomi tinggi. Di pasar
modal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru
terus berada dalam tren meningkat. Jika pada akhir 1995
di level 514, pada Juli 1997 berada di level 720. Tingkat
kemiskinan juga turun tajam. Di awal pemerintahan
Soeharto, tingkat kemiskinan mencapai 60%. Tiga puluh
tahun kemudian, pada 1996, tingkat kemiskinan sudah
berhasil ditekan menjadi 11% dan Indonesia sedang
bersiap menyambut zaman baru yang dinamakan 'Era
Tinggal Landas'. Semua itu kemudian terguncang dalam
waktu satu malam. Pada Juli 1997 Thailand dilanda krisis.
Mata uang baht tiba-tiba anjlok. Sebelumnya, selama 25
tahun, Thailand mematok mata uangnya sebesar 25 baht
per dolar AS. Memasuki 1996, defisit neraca berjalan
Thailand meroket. Baht dinilai sudah overvalued.
Pemerintah Thailand pun melakukan devaluasi baht pada
2 Juli 1997 dan langsung memicu aksi spekulasi besar-
besaran. Pemerintah Thailand berupaya mempertahankan
pematokan mata uang dengan melakukan intervensi
membeli baht, namun upaya ini tak berhasil. Thailand
kemudian menurunkan pematokan mata uang dan
mengenalkan sistem mengambang. Baht langsung anjlok
terhadap dolar. Krisis di Thailand merembet ke negara-
negara tetangga, termasuk Indonesia. Thee Kian Wie
dalam The Emergence of A National Economy (2002:
236) menyebutkan negara-negara Asia Tenggara menjadi
sasaran spekulan internasional. Ada dua hal yang memicu
yakni pematokan mata uang yang dianggap sudah tidak
sesuai dengan kondisi terkini dan terjadinya “gelembung
ekonomi”. Serangan para spekulan membuat mata uang di
Asia Tenggara semakin jatuh. Pada 11 Juli Filipina
akhirnya mengambangkan peso untuk mengatasi
kejatuhan mata uangnya. Sementara Indonesia baru
sebatas memperlebar range pergerakan rupiah dari 8%
menjadi 12%. Setelah kisaran pergerakan rupiah
diperlebar, mata uang ini malah anjlok hingga 7%.
Ketidakstabilan mata uang di kawasan Asia Tenggara
membuat para manajer keuangan internasional menarik
dana mereka. Rupiah makin terpuruk. Pada 14 Agustus
1997 Indonesia akhirnya memutuskan untuk
mengambangkan mata uangnya. Lika-Liku Jatuhnya
Rupiah Selama Juli hingga Desember 1997 rupiah
mengalami depresiasi yang sangat besar. Berdasarkan
kajian Bank Dunia bertajuk “Indonesia in Crisis, A
Macroeconomic Update” yang diterbitkan pada Juli 1998,
nilai rupiah terhadap dolar AS merosot 10,7% pada Juli,
25,7% pada Agustus, 39,8% pada September, 55,6% pada
Oktober dan November, serta 109,6% pada Desember.
Pelemahan rupiah pada awalnya terjadi setelah para
investor menarik dananya dari Indonesia. Kondisi itu
diperparah karena banyak perusahaan meminjam dalam
bentuk valuta asing. Dalam kondisi rupiah yang jatuh
terhadap dolar, porsi utang mereka langsung
membengkak. Korporasi mulai berburu dolar untuk
mengantisipasi utang-utang yang jatuh tempo. Ini lantaran
kebanyakan utang korporasi berjangka pendek. Saat
rupiah diambangkan atas dolar, perburuan dolar semakin
hebat. Situasinya, pasokan dolar menipis, sementara
permintaan melonjak. Boediono dalam Ekonomi
Indonesia dalam Lintasan Sejarah (2016) menuliskan
pemerintah dan Bank Indonesia kemudian memperketat
kebijakan moneter dan fiskal untuk mengatasi kondisi
tersebut. Dari sisi moneter, suku bunga SBI dinaikkan dari
11,625% menjadi 30%. Gebrakan Sumarlin, yang
dilakukan untuk mencegah efek devaluasi pada 1987,
diulang: BUMN-BUMN besar diminta untuk membeli
SBI. Dari sisi fiskal, pemerintah mengatur ulang APBN
dan menunda proyek-proyek raksasa yang menyerap dana
cukup besar. Menurut Boediono, total nilai proyek yang
ditunda mencapai 13 miliar dolar AS. Sayangnya, kondisi
tak kunjung membaik. Aliran modal keluar semakin besar
meski kebijakan moneter dan fiskal ketat sudah
diterapkan. Investor asing terus berbondong-bondong
keluar dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia, sehingga
menyebabkan rupiah makin melemah dan likuiditas
mengering. Di satu sisi, pemerintah semakin kepayahan
karena cadangan devisa kian tergerus untuk
mempertahankan rupiah. Pemerintahan Soeharto akhirnya
memutuskan untuk meminta pertolongan IMF. Misi IMF
datang pada 13 Oktober 1997. “Pada waktu itu
diagnosisnya adalah bahwa Indonesia mengalami
keguncangan moneter berskala ‘sedang’ sebagai akibat
keguncangan ‘kepercayaan’ pelaku pasar terhadap
perekonomian Indonesia yang dipicu krisis di Thailand,”
tulis Boediono. Thee Kian Wie, mengutip Soesastro &
Basri, menyebutkan Indonesia akhirnya mendapatkan
komitmen standby loan sebesar 43 miliar dolar AS.
Sebesar 12,3 miliar dolar AS berasal dari IMF, sisanya
dari Bank Dunia, ADB, dan negara-negara tetangga
seperti Jepang dan Singapura. Dana itu merupakan
komitmen untuk tiga tahun dan dipantau ketat oleh ahli
dari IMF, Bank Dunia, serta ADB dalam pelaksanaannya.
Langkah pertama adalah restrukturisasi finansial. Pada
tahap pertama, IMF mencairkan 3 miliar dolar AS. Untuk
pencairan dana tersebut, Indonesia harus menyepakati
letter of intent (LoI) yang isinya "ramuan resep" dari IMF
guna membantu memulihkan ekonomi Indonesia. Pada
LoI pertama ini, salah satu poinnya adalah pemerintah
harus menutup 16 bank yang sedang “sakit” sebagai
upaya untuk membenahi sektor perbankan Namun resep
IMF ini ternyata membuat kondisi ekonomi makin "sakit".
Penutupan 16 bank malah memicu pupusnya kepercayaan
masyarakat terhadap perbankan. Apalagi penutupan
dilakukan tanpa memberikan jaminan untuk simpanan
masyarakat. Penarikan dana nasabah tidak hanya dalam
bentuk uang tunai tetapi juga melalui kliring. Karena itu
banyak bank yang saldo gironya di Bank Indonesia
menjadi negatif. Deposan-deposan besar menarik dananya
dari perbankan swasta. Bank Indonesia sampai harus
menerbitkan fasilitas darurat untuk memenuhi kebutuhan
likuiditas. Merespons ini, kreditur asing mulai
memangkas batas suku bunga antarbank dan menolak
konfirmasi letters of credit atau L/C dari bank-bank lokal
Indonesia. Bank Dunia dalam kajiannya mencatat akibat
hal ini rupiah semakin anjlok dari Rp3.250 menjadi
Rp4.000 per dolar AS. Boediono (hlm. 191) menjelaskan
tujuan dari penutupan 16 bank yang sakit tidak tercapai
karena informasi mengenai keadaan perbankan yang
tersedia tidak akurat, sehingga kesimpulan yang diambil
pun tidak pas. Selain itu informasi mengenai utang swasta
tidak ada sehingga sulit bagi pemerintah untuk mengambil
sikap yang tegas guna mengatasi gejolak kurs. Pada 9
Desember 1997 pelemahan rupiah semakin dalam saat
kabar Presiden Soeharto membatalkan kunjungan ke
Kuala Lumpur memunculkan rumor tentang masalah
kesehatannya. Ini semakin menambah ketidakpastian
nasional. Menurut laporan Bank Dunia, kondisi kian
genting saat APBN yang diajukan pemerintah pada 6
Januari 1998 direspons negatif oleh pasar karena dianggap
terlalu optimistis dan tidak kredibel. Pada tiga pekan
pertama Januari 1998, rupiah terdepresiasi dari Rp4.850
menjadi Rp13.600 per dolar AS, bahkan sempat
menyentuh Rp17.000 per dolar AS. Pemerintah kemudian
mengeluarkan pengumuman yang akhirnya bisa meredam
laju pelemahan rupiah, yaitu rencana merestrukturisasi
bank-bank bermasalah dan mengatasi utang-utang swasta
yang jatuh tempo. Kepercayaan masyarakat bertambah
saat 8 April 1998 disepakati LoI ketiga dengan IMF.
Goncangan finansial yang datang bertubi-tubi itu
dibarengi kondisi politik yang semakin buruk. Pada Mei
1998 pecah kerusuhan di berbagai wilayah yang akhirnya
berujung pada turunnya Soeharto. Pada masa-masa ini
rupiah kolaps hingga 50% dari Rp8.000 per dolar AS pada
awal Mei menjadi Rp16.000 per dolar AS pada medio
Juni. Utang Korporasi & Buruknya Tata Kelola Bank
Krisis mata uang menerpa sejumlah negara pada masa itu.
Bank Dunia mencatat pemulihan Indonesia berjalan
paling lama dan sulit. Beberapa penyebabnya antara lain
utang valas korporasi yang tinggi dan sistem perbankan
yang lemah. Selama periode 1992 hingga Juli 1997,
sekitar 85 persen dari kenaikan utang luar negeri berkaitan
dengan pinjaman sektor swasta. Per Desember 1997 utang
yang akan jatuh tempo selama kurang dari satu tahun
mencapai 20,8 miliar dolar AS. Rata-rata jatuh tempo
utang itu adalah 18 bulan. Boediono (hlm. 192)
menyebutkan data terkait utang swasta tidak tersedia
dengan akurat pada saat itu. Hal ini menyulitkan
pemerintah untuk melakukan restrukturisasi. Saat
pemerintah menyiapkan program dengan IMF, diadakan
survei cepat untuk mengetahui besaran dan komposisi
utang. Hasilnya, utang luar negeri swasta jangka pendek
yang harus dibayar kurang dari 1 tahun mencapai 33
miliar dolar AS. Nilai ini jauh lebih besar ketimbang
cadangan devisa pemerintah. Parahnya lagi, utang swasta
itu sebagian besar tidak diproteksi lindung nilai.
Korporasi malas menerapkan hedging untuk menekan
biaya dan meraup untung besar. Kondisi lain yang
memperburuk keadaan, menurut Boediono, adalah
lemahnya tata kelola perbankan. Sistem perbankan tidak
memiliki mekanisme “early warning” atas kondisi
kesehatan finansial perbankan. Banyak pelanggaran
terjadi tanpa penegakan aturan yang tegas. Banyak bank
yang tidak memiliki kecukupan modal, beberapa dalam
kondisi insolvent menjelang krisis. Saat rupiah mulai
terdepresiasi, bank dalam kondisi yang buruk untuk
menyerap pelemahan pada portofolionya. Krisis finansial
membuka borok lemahnya sistem perbankan di Indonesia.
Perbankan yang merupakan jantung perekonomian
Indonesia sekaligus menjadi titik terlemah. Saat krisis
keuangan terjadi, sistem perbankan yang lemah akhirnya
tumbang dan efeknya merembet ke berbagai lini
perekonomian Indonesia. Dalam kondisi perbankan yang
ambruk, sistem pembayaran Indonesia juga macet. Setelah
Desember 1997, sistem pembayaran dengan luar negeri
macet. Boediono menyebut, L/C yang dibuka oleh bank-
bank di Indonesia (kecuali bank-bank asing) tidak laku di
luar negeri, sehingga importir harus menyediakan devisa
tunai untuk mendatangkan barang dari luar negeri.
“Sampai beberapa tahun setelah timbulnya krisis,
perbankan nasional masih terkucil dari jaringan normal
pembayaran luar negeri,” tulis Boediono. Didera
Kekeringan Terparah Seakan-akan melengkapi pukulan
terhadap ekonomi Indonesia, datang El Nino dua kali
selama periode 1997/1998 yakni Juli-Agustus 1997 dan
Maret 1998. El Nino menyebabkan Indonesia mengalami
kekeringan terburuk dalam 50 tahun terakhir. Terjadi
gagal panen yang menyebabkan harga-harga pangan
melonjak. Pada 1997 produksi beras nasional turun hingga
4%. Beberapa wilayah mengalami penurunan lebih
drastis. Pada Desember 1997 stok beras Bulog sebesar 1,9
juta ton. Ini tidak cukup untuk menutup kekurangan
produksi beras sebanyak 2,7 juta ton. Bulog akhirnya
mengimpor 2 juta ton beras pada awal 1998 dan 3,1 juta
ton lagi hingga akhir tahun. Dalam kondisi kekeringan,
terjadi kebakaran hutan di sejumlah wilayah Sumatra dan
Kalimantan yang memicu kabut asap. Kabut ini juga ikut
mengganggu jalannya roda ekonomi. “Indonesia sedang
mengalami krisis yang dalam. Sebuah negara yang
mencapai dekade-dekade pertumbuhan cepat, stabilitas,
dan pengurangan kemiskinan, kini ekonominya hampir
kolaps,” Tulis Bank Dunia dalam laporannya. Kondisi
Indonesia saat itu memang betul-betul di ujung tanduk.
Pada 1998, berdasarkan data Bank Dunia, ekonomi
Indonesia mengalami kontraksi hingga 14%, tingkat
kemiskinan melonjak dua kali lipat menjadi 28%, dan
inflasi meroket 80%. Sistem perbankan kolaps, korporasi
berjatuhan.

3.4.2 Reformasi Ekonomi Indonesia


Menurut IMF, krisis ekonomi yang berkepanjangan
di Indonesia disebabkan karena pemerintah baru meminta
bantuan IMF setelah rupiah sudah sangat terdepresiasi.
Strategi pemulihan IMF dalam garis besarnya adalah
mengembalikan kepercayaan pada mata uang, yaitu
dengan membuat mata uang itu sendiri menarik. Inti dari
setiap program pemulihan ekonomi adalah restrukturisasi
sektor finansial. (Fischer 1998b). Sementara itu
pemerintah Indonesia telah enam kali memperbaharui
persetujuannya dengan IMF, Second Supplementary
Memorandum of Economic and Financial Policies
(MEFP) tanggal 24 Juni, kemudian 29 Juli 1998, dan yang
terakhir adalah review yang keempat, tanggal 16 Maret
1999. Program bantuan IMF pertama ditanda-tangani pada
tanggal 31 Oktober 1997. Program reformasi ekonomi
yang disarankan IMF ini mencakup empat bidang: 1.
Penyehatan sektor keuangan; 2. Kebijakan fiskal; 3.
Kebijakan moneter; 4. Penyesuaian struktural. Untuk
menunjang program ini, IMF akan mengalokasikan stand-
by credit sekitar US$ 11,3 milyar selama tiga hingga lima
tahun masa program. Sejumlah US$ 3,04 milyar dicairkan
segera, jumlah yang sama disediakan setelah 15 Maret
1998 bila program penyehatannya telah dijalankan sesuai
persetujuan, dan sisanya akan dicairkan secara bertahap
sesuai kemajuan dalam pelaksanaan program. Dari jumlah
total pinjaman tersebut, Indonesia sendiri mempunyai
kuota di IMF sebesar US$ 2,07 milyar yang bisa
dimanfaatkan. (IMF, 1997: 1). Di samping dana bantuan
IMF, Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia dan
negaranegara sahabat juga menjanjikan pemberian
bantuan yang nilai totalnya mencapai lebih 10 Buletin
Ekonomi Moneter dan Perbankan, Maret 1999 kurang
US$ 37 milyar (menurut Hartcher dan Ryan). Namun
bantuan dari pihak lain ini dikaitkan dengan kesungguhan
pemerintah Indonesia melaksanakan program-program
yang diprasyaratkan IMF. Sebagai perbandingan, Korea
mendapat bantuan dana total sebesar US$ 57 milyar untuk
jangka waktu tiga tahun, di antaranya sebesar US$ 21
milyar berasal dari IMF. Thailand hanya memperoleh
dana bantuan total sebesar US$ 17,2 milyar, di antaranya
US$ 4 milyar dari IMF dan masing-masing US$ 0,5
milyar berasal dari Indonesia dan Korea. Karena dalam
beberapa hal program-program yang diprasyaratkan IMF
oleh pihak Indonesia dirasakan berat dan tidak mungkin
dilaksanakan, maka dilakukanlah negosiasi kedua yang
menghasilkan persetujuan mengenai reformasi ekonomi
(letter of intent) yang ditanda-tangani pada tanggal 15
Januari 1998, yang mengandung 50 butir. Saransaran IMF
diharapkan akan mengembalikan kepercayaan masyarakat
dengan cepat dan kurs nilai tukar rupiah bisa menjadi
stabil (butir 17 persetujuan IMF 15 Januari 1998).
Pokokpokok dari program IMF adalah sebagai berikut: A.
Kebijakan makro-ekonomi - Kebijakan fiskal - Kebijakan
moneter dan nilai tukar B. Restrukturisasi sektor
keuangan - Program restrukturisasi bank - Memperkuat
aspek hukum dan pengawasan untuk perbankan C.
Reformasi struktural - Perdagangan luar negeri dan
investasi - Deregulasi dan swastanisasi - Social safety net
- Lingkungan hidup. Setelah pelaksanaan reformasi kedua
ini kembali menghadapi berbagai hambatan, maka
diadakanlah negosiasi ulang yang menghasilkan
supplementary memorandum pada tanggal 10 April 1998
yang terdiri atas 20 butir, 7 appendix dan satu matriks.
Cakupan memorandum ini lebih luas dari kedua
persetujuan sebelumnya, dan aspek baru yang masuk
adalah penyelesaian utang luar negeri perusahaan swasta
Indonesia. Jadwal pelaksanaan masing-masing program
dirangkum dalam matriks komitmen kebijakan struktural.
Strategi yang akan dilaksanakan adalah:
 menstabilkan rupiah pada tingkat yang sesuai dengan
kekuatan ekonomi Indonesia
 memperkuat dan mempercepat restrukturisasi sistim
perbankan
 memperkuat implementasi reformasi struktural untuk
membangun ekonomi yang efisien dan berdaya saing

Reformasi telah membawa perubahan sistem politik,


sosial, kemasyarakatan, serta ekonomi sehingga
menimbulkan tuntutan yang beragam terhadap
pengelolaan pemerintah yang baik. Salah satu agenda
reformasi yaitu adanya desentralisasi keuangan dan
otonomi daerah.

3.5 Daya tahan dan peranan ekonomi rakyat di saat krisis ekonomi

Daya tahan dan peranan rakyat pada saat krisis ekonomi yaitu
dengan munculnya UKM menjadi poin krusial dan memiliki
kontribusi besar bagi perekonomian negara. Jika dilihat dari
sejarah, UKM di Indonesia sudah berkembang sejak lama dan
terbukti mampu betahan di tengah krisis ekonomi tahun 1998 
lalu.Krisis ekonomi tahun 1998 di Indonesia sudah menjelaskan
bagaimana rentannya modal asing terhadap krisis. Keterkaitan
pengusaha di Indonesia terhadap pihak asing yang terlalu
ketergantungan menyebabkan pengusaha tersebut rentan jika
terjadi krisis.Ketergantungan tersebut juga yang pada akhirnya
menyebabkan Indonesia juga jatuh ketika pihak asing sedang jatuh.

Di sisi lain, selama krisis ekonomi tahun 1998, sebagian


besar UKM terbukti mampu terjang perekonomian selama kondisi
krisis maupun setelah krisis, bahan UKM dalam sektor pertanian
kakao dan tembakau sangat diuntungkan karena karena berorientasi
pada ekspor dan adanya kenaikan harga komoditas di pasar
internasional.Alasan kuat kenapa UKM terjang krisis ekonomi
1998 antara lain karena sebagian besar UKM memproduksi
barang-barang konsumsi dan jasa dengan elastisitas permintaan
rendah sehingga tingkat pendapatan masyarakat tidak berpengaruh
terhadap permintaan barang yang dihasilkan.Selain itu, sebagian
besar UKM tidak mendapat modal dari bank, sehingga ketika
sektor perbankan terpuruk tidak terlalu terasa dan berpengaruh bagi
UKM.
Namun, ternyata tidak semua UKM dapat bertahan pada saat
krisis ekonomi tahun 1998. Beberapa UKM yang berhubungan
langsung dengan pasar internasional seperti UKM yang membeli
bahan baku dan area pasar internasional, juga terkena dampak
krisis global. Hal ini dapat dilihat dari berkurangnya permintaan
dari pasar internasional yang berpengaruh kepada penurunan
aktivitas UKM sehingga menurunkan tingkat pendapatan pelaku
bisnis UKM dan meningkatnya tingkat pengangguran.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN

Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang mengatur serta menjalin hubungan


ekonomi antar manusia dengan seperangkat kelembagaan dalam suatu tatanan
kehidupan. Sejarah sistem Perekonomian Indonesia sedikit banyak dipengaruhi
oleh Sistem Ekonomi Kolonial Belanda yang selama 350 tahun berkuasa atas
ekonomi Indonesia. Pada awal kedatangannya di Indonesia, kolonial tidak datang
sebagai penjajah fisik namun penjajah ekonomi. Pekembangan ekonomi di
Indonesia yaitu : ekonomi nasional, masa demokrasi terpimpin , masa demokrasi
ekonomi, ekonomi Pancasila. Sistem ekonomi yang berkembang saat ini di
Indonesia yaitu sistem ekonomi Pancasila menurut UUD 1945. Sistem Ekonomi
Pancasila dan Sistem Ekonomi Kerakyatan keduanya sama-sama memihak pada
kepentingan ekonomi rakyat untuk mewujudkan kesejahteraan serta kemakmuran di
tengah-tengah masyarakat. Gagasan tentang ekonomi Pancasila muncul sebagai wujud
diterimanya ideologi Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah hidup berbangsa dan
bernegara. Karena ekonomi Pancasila adalah ekonomi pasar yang mengacu, sejalan,
sesuai, dan setia pada nilai-nilai ideologi Pancasila.
Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia antara lain disebabkan oleh tatacara
penyelenggaraan pemerintahan yang tidak dikelola dan diatur dengan baik.
Akibatnya timbul berbagai masalah seperti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)
yang sulit diberantas, masalah penegakan hukum yang sulit berjalan, monopoli
dalam kegiatan ekonomi, serta kualitas pelayanan kepada masyarakat memburuk,
berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta mengarah pada
reformasi. Daya tahan dan peranan masyarakat pada saat krisis yaitu dengan
munculnya UKM menjadi poin krusial dan memiliki kontribusi besar bagi perekonomian
negara. Sehingga menurunkan tingkat pendapatan pelaku bisnis UKM dan meningkatnya
tingkat pengangguran.

4.2 SARAN

Kita sebagai warga negara Indonesia harus mengerti tentang sejarah dan sistem
perekonomian yang ada di Indonesia karena hal tersebut sangat penting untuk
mengatur perekonomian ini. Apabila kita kita lalai dalam mengatur tatanan
ekonomi secara global atau spesifik maka kita tidak akan bisa meningkatkan
perekonomian negara ini. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia
maka pemerintah perlu memperhatikan aspek-aspek pemerataan distribusi
pendapatan terhadap masyarakat, menekan laju pertumbuhan penduduk,
mengurangi tingkat kemiskinan, meningkatkan investasi, mengurangi tingkat
konsumsi masyarakat, meminimalisir pengeluaran negara, menstabilkan tingkat
suku bunga, mengurangi tingkat inflasi, serta menguatkan nilai tukar rupiah.
DAFTAR PUSTAKA

https://ekonomi.bunghatta.ac.id/index.php/id/artikel/1701-perkembangan-
sistem-perekonomian-di-indonesia-dari-masa-ke-masa

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6280144/sistem-ekonomi-yang-dianut-
indonesia-siswa-sudah-tahu

http://repository.ut.ac.id/3957/1/ESPA4314-M1.pdf

https://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/rsfu/article/view/4398

https://tirto.id/krisis-moneter-1997-1998-adalah-periode-terkelam-ekonomi-
indonesia-f6YV

https://dek.feb.ugm.ac.id/2019/10/22/sistem-ekonomi-pancasila/
https://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi

Anda mungkin juga menyukai