Anda di halaman 1dari 16

RELEVANSI SISTEM

EKONOMI SYARIAH
DENGAN SISTEM EKONOMI PANCASILA

Khemas Aulia
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ), Cirebon, Indonesia
Email : khemasaulia84@gmail.com

The article below tries to utilize the potential of Islamic sharia economics to solve
economic problems in Indonesia. One example is that the poverty rate for Indonesia’s population
is more than half of the population., So, in this article we will first try to find system of economic
in Indonesian country, with the aim of explaining Islamic sharia economic values and
incorporating them into the Indonesian economic system.
It is believed that the existence of a sharia economic system in Indonesia can support the
creation of higher economic development and also support the realization of a more stable
economic system, to achieve individual and societal prosperity. So that this role can be felt more
significantly, strategic steps are needed in efforts to optimize the sharia economic system in order
to accelerate the development of the sharia economic system nationally. This article aims to
review the philosophical system of Islamic banking. The systems and practices should be done in
order to accelerate the pace of Islamic economic development in Indonesia.
Kata kunci: Ekonomi Kerakyatan, dan Ekonomi Islam

A. Pendahuluan
Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 UUD 1945, Indonesia merupakan Negara kesatuan yang
berbentuk republik berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, Adapun sistem ekonomi Indonesia
seperti yang sudah lama dibahas oleh para ekonom dan politisi Indonesia sebagaimana yang di
maksud oleh UUD 1945 dalam pasal 33 baik sebelum maupun sesudah amandemen UUD 1945,
Pasal 33 yang asli berbunyi : Perekonomian disusun sebagai usaha Bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan, cabang cabang produksi yang penting bagi negara dan bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.

Sedangkan setelah diamandemenkan melalui perubahan keempat pada tahun 2002, pasal
33 ini ditambah dengan 2 ayat baru yaitu: perekonomian efisiensi nasional diselenggarakan
berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional dan ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur
dalam undang-undang. Sehingga kini pasal 33 ini terdiri dari 4 (lima) ayat seperti yang
1
diterangkan diatas.

Ekonomi Indonesia harus berdasar usaha Bersama, Dalam artian tidak membunuh
pengusaha kecil serta tidak mengganggu aktifitas umum. Desentralisasi ekonomi yang dilakukan
dengan memakai nama koperasi sebagai dasar perekonomian Indonesia, hingga negeri ini seperti
sebuah taman yang berisi pohon-pohon koperasi yang buahnya dinikmati oleh seluruh rakyat.
Pancasila merupakan ideologi dan falsafah negara. Istilah tersebut terdapat dalam UUD 1945.
Disana disebutkan bahwa Pancasila adalah pedoman untuk meraih kebahagiaan, mencapai
sejahtera dan perdamaian, serta kemerdekaan bagi sebuah negara berdaulat.
Demikianlah hubung antara Islam dan Pancasila tercermin. Sila pertama tentang
Ketuhanan sejalan dengan ajaran Islam, berkeyakinan bahwa Tuhan maha Esa. Kebijakan-
kebijakan ekonomi yang mendasari tatanan perekonomian Indonesia tidak hanya bertumpu pada
para ekonom semata, tetapi juga berdasarkan pertimbangan sosial kultural masyarakat serta
aturan-aturan beragama. Melihat komposisi masyarakat Indonesia yang mayoritas Islam dengan
acuan hukum dan kaidah serta pedoman mereka bertindak selalu berpijak pada aturan dan hukum
Islam, maka secara logis dapat dilihat bahwa Masyarakat pun akan melihat kebijakan-kebijakan
ekonomi berdasarkan perspektif Islam. Demikinalah, sehingga sistem ekonomi pancasila yang
yang selama ini telah diterapkan oleh masyarakat Indonesia akan lebih bijak bila dilihat dari sudut
pandang Islam.
Artikel ini di buat bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang konsep ekonomi
pancasila. Sistem ekonomi pancasila merupakan sistem perekonomian yang memiliki kolerasi
kuat dengan budaya asli yang berkembang di negara Indonesia dan tidak menyimpang dengan
ajaran Islam. Pondasi utama dalam sistem tersebut adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Sehingga
dapat dijadikan pedoman dalam menjalankan perekonomian Indonesia ke depan.
B. Sistem Ekonomi Pancasila
1. Landasan Filosofis dan Kultur Pancasila

Setiap bangsa di dunia memiliki satu pandangan hidup yang mempengaruhi, seperti
komunisme yang banyak dipengaruhi oleh pola pikir Karl Marx. 1 Berbeda dengan itu, Negara
Indonesia dipengaruhi oleh banyak kultur yang merupakan warisan leluhur, seperti kepercayaan
terhadap Tuhan dan berkemanusiaan, nilai-nilai yang sudah lama menjadi kultur tersebut,
kemudian oleh para pendiri bangsa dituangkan dalam bentuk pancasila.2

2
1
Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2014), 4
2
Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2014), 5
3
Ibid., 6.

Oleh sebab itu dalam bernegara nilai-nilai pancasila banyak menjadi acuan, termasuk
dalam aturan perundang-undangan, ekonomi, politik, hukum, sosial budaya, serta pertahanan dan
keamanan.3

Pada tanggal 1 Juni 1945, terjadi proses perumusan Pancasila. Berawal dari siding
pertama BPUPKI yang dipimpin oleh Radjiman Widyodiningrat.

Didalam persidangan tersebut, membahas tentang rumusan yang menjadi dasar negara
Indonesia, yang kemudian Soekarno menyampaikan usulan lima asas sebagai asal mula dasar
negara, yaitu :

1) Nasionalisme atau kebangsaan Indonesia.

2) Internasionalisme atau Perikemanusiaan.

3) Mufakat atau Demokrasi.

4) Kesejahteraan Sosial.

5) Ketuhanan yang berkebudayaan.4

2. Konsep Sistem Ekonomi Pancasila

Seiring dengan derasnya arus globalisasi, sistem pasar-pasar mampu termasuk kehidupan
ekonomi banyak negara dibelahan dunia, bahkan negara yang awal nya bertentangan dengan
sistem pasar bebas, yakni negara yang berpaham komunisme kemudian secara terus terang telah
memberlakukan sistem yang dulu dikutuknya. Adapun sistem pasar bebas adalah konsepsi
derivative dari sistem liberalism dan kapitalisme barat. Ini berati bahwa terbukanya perdagangan
antar negara tanpa batas atau campur tangan siapapun. 5 Demikian juga yang terjadi pada Negara
Indonesia. Tanpa pengecualian yang steril dari pengaruh pasar bebas, meskipun secara normative
unsur bebas tidak diinginkan. Namun kebijakan pragmatis seperti diregulasi(Tindakan yang tidak
mengikuti aturan semula secara resmi) dan debirokratisasi (penyimpangan aturan
dalam birokrasi) nampaknya telah memberikan kelonggaran bagi berlangsungnya unsur tersebut.
Walaupun kebijakan pemerintah tersebut sebenarnya cukup beralasan.6

3
4
Cindy Adam, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, (Jakarta: Gunung Agung, 1965), 237
5
Dawam Rahardjo, Pragmatisme dan Utopia Corak Nasionalisme Indonesia,(Jakarta: LP3ES,1992),5.
6
Mohammad Bedjoui, Menuju Tata Ekonomi Baru, (Jakarta: Gunung Agung, 1985), Cet. Ke-2, 1

4
Dalam persaingan sistem pasar, masyarakat mudah terdesak oleh sektor yang besar, padat
modal dan padat teknologi. Seringkali, skala ekonomi kecil menjadi tidak memiliki kekuatan
untuk berpartisipasi dalam persaingan pasar bebas. Oleh karena itu, lebih baik jika pasar bebas
tidak diterapkan di Indonesia, tetapi yang perlu diterapkan adalah sistem ekonomi pasar yang
terkendali oleh pemerintah sehingga usaha masyarakat bawah tidak dirugikan.7
Dawam Rahardjo mengatakan bahwa Indonesia memang berada dalam kondisi yang
dilematis. Menurutnya, pemerintah berada dalam dua kecenderungan, yakni; kecenderungan
pragmatis dalam arti mengikuti perkembangan dunia saat ini, dan kecenderungan untuk berpegang
teguh pada prinsip yang telah ditetapkan oleh para ekonom Indonesia. Misalnya Bung Hatta yang
telah terpengaruh oleh pancasila sebagai ideologi dan UUD 1945 terutama pasal 33, kemudian
terbentuk sistem ekonomi pancasila sebagai alternatif dari sistem ekonomi Indonesia. 8
Arah pembangunan, sasaran, bentuk dan jiwa aspek kehidupan ekonomi dan prilaku
ekonomi, baik dalam tubuh masing-masing maupun dalam keterkaitannya satu dengan yang lain,
haruslah jelas agar kehidupan ekonomi yang akan dicapai benar-benar sesuai dengan yang dicita-
citakan seperti amanat pancasila dan UUD 1945. Apabila tidak demikian, para pelaku ekonomi
tidak akan berperan sebagaimana mestinya dan sasaran kehidupan ekonomi yang dicapai tidak
akan sesuai dengan yang dicita-citakan.9 Mubyarto menegaskan bahwa sistem ekonomi pancasila
berbeda dengan sistem ekonomi koperasi, bahkan selama ini sistem ekonomi pancasila
diidentikkan dengan sistem ekonomi koperasi. Padahal kenyataannya emang benar-benar
berbeda.10 Pasal 33 UUD 1945, yang dirumuskan oleh Bung Hatta sebagai tokoh ekonomi
sangatlah jelas mencantumkan tujuan akhir sistem kemakmuran rakyat secara maksimal.
Perekonomian harus disusun berdasarkan demokrasi ekonomi. Dimana kemakmuran masyarakat
lebih diutamakan dari pada kemakmuran individu. Apabila kemakmuran perorangan yang justru
diutamakan, maka pusat produksi akan jatuh ke tangan perorangan yang berkuasa. Jika ini yang
terjadi, maka rakyat yang jumlahnya banyak akan tertindas.11
Kemerdekaan yang diproklamasikan pada tahun 1945 telah memberikan kesempatan
kepada bangsa Indonesia untuk mewujudkan cita-citanya “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia

7
Mubyarto, Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan, (Jakarta: LP3ES, 1987), 7
8
Ibid., 16.
9
Ibid., 5

5
10
Mubyarto, Ilmu Ekonomi, Ilmu Sosial dan Keadilan, (Jakarta:Yayasan Agro Ekonomika, 1980), 88.
11
Mubyarto, Ekonomi Pancasila, 126.

dalam wadah negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur berdasarkan
Pancasila“. Tata ekonomi Indonesia selalu ditekankan berdasarkan Pancasila.

Hal ini merupakan argumentasi yang sangat bagus. Sistem perekonomian yang dijadikan
sebagai pedoman dasar bagi tata susunan ekonomi nasional dan sikap mental yang mendasarinya.
Idealnya sistem ekonomi Indonesia adalah suatu tata ekonomi yang dijiwai oleh ideologi
pancasila, suatu ekonomi nasional yang merupakan usaha bersama dan yang berasaskan
kekeluargaan dan kegotong-royongan dibawah pimpinan pemerintah. Sistem ekonomi pancasila
secara finansial tidak begitu menguntungkan, tetapi lebih bersifat manusiawi, karena
mengutamakan unsur sosial, keadilan dan persaudaraan, atau dapat disebut tata ekonomi yang
bermoral. Inilah cita-cita bangsa Indonesia, pedoman yang normatif, tetapi sayangnya belum
menjadi kenyataan.12 Sistem ekonomi pancasila sangat berkaitan dengan sistem ekonomi
kerakyatan, didalam sistem ekonomi pancasila itu digali dan dibangun dari nilai-nilai yang dianut
dalam masyarakat Indonesia. Beberapa prinsip dasar yang ada dalam sistem ekonomi pancasila
tersebut antara lain berkaitan dengan prinsip kemanusian, nasionalisme ekonomi, demokrasi
ekonomi yang diwujudkan dalam ekonomi kerakyatan dan keadilan.

C. Ekonomi Syariah

1. Definisi Ekonomi Syariah dan Karakteristiknya


Ekonomi Islam adalah sebuah sistem ilmu pengetahuan yang menyoroti masalah
perekonomian. Sama seperti konsep ekonomi konvensional lainnya. Hanya dalam sistem
ekonomi ini, nilai-nilai Islam menjadi landasan dan dasar dalam setiap aktifitasnya.
Beberapa ahli mendefinisikan ekonomi islam sebagai suatu ilmu yang mempelajari
perilaku manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan dengan alat pemenuhan kebutuhan
yang terbatas dalam kerangka syariah. Namun, definisi tersebut mengandung kelemahan karena
menghasilkan konsep yang tidak kompatibel dan tidak universal. Karena dari definisi tersebut
mendorong seseorang terperangkap dalam keputusan yang apriori (apriory judgement) benar atau
salah tetap harus diterima. 13
Definisi yang lebih lengkap harus mengakomodasikan sejumlah prasyarat yaitu
karakteristik dari pandangan hidup islam. Syarat utama adalah memasukkan nilai-nilai syariah

12
Tarli Nugroho, Polemik Ekonomi Pancasila: Pemikiran dan Catatan, 1965-1985, (Yogyakarta: Mubyarto Institute, 2016), 452.
6
13
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011)

Dalam ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi islam adalah ilmu sosial yang tentu saja tidak bebas dari
nilai- nilai moral.

Nilai-nilai moral merupakan aspek normatif yang harus dimasukkan dalam analisis
fenomena ekonomi serta dalam pengambilan keputusan yang dibingkai syariah.

Ekonomi Syariah menurut ash-Shidiqy adalah respons pemikir muslim terhadap tantangan
ekonomi pada masa tertentu. Dalam usaha kreasi ini dibantu oleh al-Quran dan as-Sunnah, akal
(ijtihad) dan pengalaman.
Menurut M. A. Mannan ekonomi syariah adalah ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai syariah.
Sehingga dalam perjalanannya Mannan berpendapat bahwa ekonomi syariah merupakan
ilmu ekonomi positif dan normatif Karena keduanya saling berhubungan dalam membentuk
perekonomian yang baik dalam evaluasinya nanti.14
Terdapat beberapa ciri-ciri dalam ekonomi syariah yang dapat digunakan sebagai
identifikasi15 :
a) Ekonomi syariah merupakan bagian dari sistem syariah yang menyeluruh.
b) Ekonomi syariah merealisasikan keseimbangan antara kepentingan individu dan
kepentingan umum.
2. Prinsip Dasar Sistem Ekonomi Syariah16
a) Kebebasan Individu
Manusia mempunyai kebebasan untuk membuat suatu keputusan yang berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan hidupnya.17 Dengan kebebasan ini manusia dapat bebas
mengoptimalkan potensinya.18 Kebebasan manusia dalam syariah didasarkan atas nilai-nilai
tauhid suatu nilai yang membebaskan dari segala sesuatu, kecuali Allah. 19 Dengan landasan
tersebut manusia dapat semaksimal mungkin melakukan inovasi yang baik, karena dalam-

14
Mustafa Edwin Nasution, Dkk. 2006, Pengenalan Eksklusif ekonomi Syariah, kencana perdana media group, Jakarta, h. 17
15
Ahmad Muhammad al-assal dan fathi ahmad abdul hakim, 1999, Sistem, prinsip dan tujuan ekonomi Syariah (terj), CV Pustaka
Setia, Bandung, h. 32

16
Heri sudarsono, 2004, cet. Ke4, Konsep Ekonomi Syariah: Suatu Pengantar, Ekonisia, Yogyakarta, h. 105

17
Afzalur Rahman, 1995, Doktrin Ekonomi Syariah, (terj), jilid 1, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, h. 8

18
Mahmud syauqi al-Fanjari, 1985, Ekonomi Syariah Masa Kini, (terj), Husaini, bandung, h. 54
19
Abul ala maududi, 1984, Economic System of Shariah, Syariahic publications (PVT) Limited, shah alam market, Lahore, h. 83
7
nilai-nilai tauhid dan ajaran Islam justru manusia adalah khalifah (wakil) Allah dalam
memelihara dunia seisinya, sehingga secara tidak langsung manusia juga diberikan secara
tidak langsung manusia juga diberikan secara penuh untuk memanfaatkan segala potensi
sumberdaya alam dengan konsekuensi selalu memelihara alam itu sendiri.
Hal ini tentunya berbeda dengan keadaan sekarang ini, bahwa manusia selalu
menggunakan potensi SDA tanpa memperhatikan kelangsungan dan kelestarian dari SDA tersebut,
sehingga mengakibatkan bencana seperti yang terjadi pada akhir-akhir dekade ini.

b) Hak Terhadap Harta


Syariah mengakui hak individu untuk memiliki harta.20 Hak pemilikan harta hanya
diperoleh dengan cara-cara sesuai dengan ketentuan Islam. Syariah mengatur kepemilikan harta
didasarkan atas kemaslahatan bersama, sehingga keberadaan harta akan menimbulkan sikap
saling menghargai dan menghormatinya. Hal ini terjadi karena bagi seorang muslim harta sekedar
titipan Allah.21

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama - suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu22; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu”.23
Bagi seorang muslim harta merupakan amanah Allah, yang dipercayakan kepada Manusia
untuk dijaga dan dipertanggungjawabkan nantinya.
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu.”24
Seorang muslim tidak akan menyia-nyiakan amanah tersebut, karena bagi seorang muslim
pemberian Allah kepada manusia diyakini mempunyai manfaat.25
c) Ketidaksamaan Ekonomi dalam Batas yang Wajar
Syariah mengakui adanya ketidaksamaan ekonomi antar orang perorangan.26 Karena
dapat

20
Afzalur Rahman, 1995, Op. Cit., h. 8
21
Muhammad Nejatullah Siddiqi, (1991) Aspek-aspek ekonomi Syariah (terj), Ramadhani, solo. H. 42.
22
Maksud dari membunuh diri sendiri adalah : larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab
8
membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, Karena umat merupakan suatu kesatuan.
23
QS. An-Nisa : 29
24
QS. Al-Baqarah : 29
25
Taqiyuddin an-Nabhani, 1995, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif; Perspektif Syariah, (terj), Tisalah Gusti, Surabaya, h. 118-119
26
Afzalur Rahman, 1995, Op. Cit., h. 8
diketahui bersama, bahwa di dunia ini ada orang yang mampu dan yang kurang mampu dalam
memenuhi kebutuhannya sehari-hari, sehingga konsekuensi adanya dana untuk digunakan bersama
haruslah ada sebagai penyeimbang dari ketidaksamaan ekonomi tersebut.
Salah satu upaya yang digunakan untuk menyeimbangkan perekonomian suatu negara
ialah zakat. Dalam zakat telah diatur beberapa ketentuan yang harus dibayarkan meliputi :
A. Zakat Harta
i. Zakat Barang Niaga
ii. Zakat barang tambang
iii.Zakat profesi
iv. Zakat Binatang ternak
v. Zakat pertanian
B. Zakat Fitrah, yang merupakan kewajiban membayar zakat yang dilakukan ketika bulan suci
Ramadhan.

Ketentutan zakat tersebut di atas semuanya ditujukan bagi orang-orang yang sudah
memiliki harta lebih sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam fiqh.
Realisasi dari pernyataan bahwa zakat dan bentuk sedekah sunnah yang lain sebagai
penyeimbang ekonomi dapat dilihat dari penggunaan dana-dana dari zakat, infaq dan sedekah
tersebut, yang pada umumnya digunakan menyantuni orang-orang yang kurang mampu dalam
memenuhi kebutuhan sehari-harinya, sehingga ketidaksamaan ekonomi dari masyarakat tersebut
masih dapat diatasi.
d) Jaminan Sosial

Setiap individu mempunyai hak untuk hidup dalam sebuah negara dan setiap warga
negara dijamin untuk memperoleh kebutuhan pokoknya masing-masing. 27 Memang menjadi tugas
dan tanggungjawab utama bagi sebuah negara untuk menjamin setiap warga negara, dalam
memenuhi kebutuhan sesuai dengan prinsip “hak untuk hidup”.28
Dalam sistem ekonomi syariah, negara mempunyai tanggungjawab untuk mengalokasikan
sumberdaya alam guna meningkatkan kesejahteraan rakyat secara umum.

9
27
M. Faruq an-Nabahan, 2000, Sistem Ekonomi Syariah, (terj), UII Press, Yogyakarta, h. 55
28
Afzalur Rahman, 1995, Op. Cit., h. 141-143

Maka syariah memperhatikan pula masalah pengelolaan harta melalui pengaturan zakat,
infaq, sedekah dan sebagainya sebagai sarana untuk mendapatkan kehidupan masyarakat yang
lebih sejatera.29
Pengaruh-pengaruh sosial dari zakat tampak dari dua segi, yaitu segi pengambilannya dari
orang-orang kaya dan segi pemberiannya kepada orang-orang fakir (membutuhkan).30
Dari segi pengambilannya dari orang-orang kaya, otomatis membersihkan mereka dari
sifat-sifat kikir dan mendrong mereka membiasakan berkorban dan memberikan kepada
saudaranya yang tiada mampu. Sedangkan dari segi pemberian zakat kepada mereka yang fakir
(membutuhkan), tentu membersihkan jiwa mereka dari rasa dendam dan hasud, dan
menyelamatkan mereka dari berbagai kegoncangan.

Dengan demikian, semakin amanlah orang-orang kaya dari kejahatan-kejahatan si fakir


serta terciptanya keamanan dan rasa saling cinta pada seluruh masyarakat.
e) Larangan Menumpuk Kekayaan

Secara langsung sistem ekonomi syariah (sharia) melarang setiap individu dengan alasan
apapun menumpuk kekayaan dan tidak mendistribusikannya. Karena akan menghambat jalannya
perekonomian suatu negara. Sehingga seorang muslim mempunyai keharusan untuk mencegah
dirinya supaya tidak berlebihan dalam segala hal, dan diantaranya adalah harta.
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu haramkan yang baik yang telah Allah
halalkan bagi kamu dan janganlah melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang melampaui batas.”31
f) Distribusi Kekayaan
Karena syariah mencegah terhadap penumpukan harta, maka syariah sangat mengajurkan
kepada para pemeluknya untuk mendistribusikan kekayaan mereka. Sumber daya alam adalah
hak manusia yang digunakan manusia untuk untuk kemaslahatan kehidupan mereka, Upaya ini
akan menjadi masalah, bila tidak ada usaha untuk Mengoptimalkannya melalui ketentuan-
ketentuan syariah. Antara satu orang dengan orang lain sudah ditentukan rezekinya oleh Allah,
maka usaha melakukan tindakan diluar jalan syariah merupakan perbuatan yang zalim.32

10
29
Syed Nawab Haider Naqvi, 1981, Ethics and Economics an Syariah Perspective Synthesis, The Syariahic Foundation, London, h. 151
30
Syed Nawab Haider Naqvi, 1981, Ethics and Economics an Syariah Perspective Synthesis, The Syariahic Foundation, London, h. 151
31
QS. Al-Maidah: 87
32
Heri sudarsono, 2004, (cet. Ke-4), Konsep Ekonomi Syariah: Suatu Pengantar, Ekonisia, Jogjakarta, h. 110
g) Kesejahteraan Individu dan Masyarakat
Pengakuan akan hak individu dan masyarakat sangat diperhatikan dalam syariah.
Masyarakat akan menjadi faktor yang dominan dan penting dalam pembentukan sikap individu
(cari rujukan tarbiyah) sehinga karakter individu bana dipengaruhi oleh karakter masarakat.
Demikian pula sebaliknya, masyarakat akan ada ketika individu-individu itu eksistensinya ada.33
Maka keterlibatan individu dan masyarakat sangat diperlukan guna membentuk suatu
peradaban yang maju, yang di dalamnya terdapat faktor ekonomi itu sendiri.
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksanya.34
D. Transformasi Kesamaan Nilai Ekonomi Kerakyatan Yang Terdapat Pada Sistem
Ekonomi Syariah
Sebelum membahas bentuk konkret dari economic welfare (kesejahteraan ekonomi)
dengan ekonomi syariah, perlu diketahui terlebih dahulu persamaan karakteristik dari ekonomi
Indonesia yaitu ekonomi kerakyatan dengan ekonomi syariah.
Karakteristik ekonomi kerakyatan yang berlaku di Indonesia35:
1. Ketuhanan,
2. Kemanusiaan,
3. Persatuan,
4. Musyawarah dan
5. Keadilan sosial
Karakteristik ekonomi syariah36:
1. Bersumber dari Tuhan dan agama
2. Ekonomi pertengahan dan berimbang
3. Ekonomi berkecukupan dan berkeadilan
4. Ekonomi pertumbuhan dan berkah

33
Ibid., h. 111
34
QS. Al-Maidah: 2
35
Syaharuddin el-Fikri, 2008, Kembali ke Khittah UUD 1945, diakses pada 08 januari 2008

11
36
Abdullah abdul Husain at-Thariqi (2004) Ekonomi Syariah; Prinsip, Dasar, dan Tujuan (terj), Magistra Insania Press, Jogjakarta, h.
15

Dari identifikasi kedua karakteristik di atas dapat diketahui bahwa tujuan dari bentuk
ekonomi kerakyatan dan ekonomi syariah pada dasarnya adalah sama, akan tetapi dalam realita
yang ada terdapat banyak sekali ketimpangan sosio-ekonomi dalam ekonomi kerakyatan yang
selama ini mengadopsi sistem ekonomi Sosialis dan Kapitalis. Oleh karena itu dasar sistem
ekonomi syariah perlu diperhatikan secara seksama guna mencapai tujuan kesejahteraan rakyat
Indonesia.

Adapun beberapa instrumen penggerak ekonomi dalam sistem ekonomi syariah adalah37:
1. Bagi hasil (mudharabah)
2. Pemesanan (salam)
3. Gadai (rahn)
4. Deposito (wadiah)
5. Pinjaman
Yang kesemua itu dapat diaplikasikan dalam berbagai transaksi ekonomi mikro
ataupun makro, baik di perbankan maupun pada lembaga keuangan yang lain. Selain beberapa
instrumen penggerak ekonomi negara tersebut, ada beberapa instrumen penyeimbang
perekonomian yang dapat diringkas sebagai berikut38:
1. Landasan dasar Profit and Lost Sharing
2. Manifestasi zakat, infaq dan sedekah
3. Produktivitas wakaf
4. Intervensi perekonomian dari pemerintah dalam pengadaan sarana dan prasarana umum.
E. Cara Efektif Internalisasi Sistem Ekonomi Syariah di Indonesia

Melihat potensi yang ada dalam sistem ekonomi syariah, maka aplikasi secara
menyeluruh dalam tataran sosio-politik dan sosio-ekonomi Indonesia harus segera dilakukan, ada
beberapa tahapan jalur alternatif untuk memulai akselerasi penginternalisasian dan
pengaplikasian sistem ekonomi syariah yang dapat digunakan,

37
Abdullah abdul Husain at-Thariqi (2004), ibid – ringkasan , h. 250-272
38
Nur Kholis, Kompilasi Makalah Untuk Mata Kuliah Pemikiran Dan Sistem Ekonomi Syariah, FIAI UII Jogjakarta
12
yakni:
1. Jalur lembaga pendidikan, melalui jalur ini dapat ditanam mulai sejak dini mainstream
kebijakan yang terdapat dalam ekonomi syariah, sehingga potensi out put sumber daya manusia
(SDM) akan lebih unggul lagi dalam persaingan ekonomi, intelek yang bertakwa.

Jalur lembaga keuangan, setelah penanaman mainstream kebijakan ekonomi syariah


melalui jalur pendidikan sudah tertata dengan baik, melalui jalur ini, secara aplikatif dari prinsip
dasar ekonomi syariah akan diterapkan, sehingga pengembangan sektor riil akan lebih terdukung
dengan baik karena pada dasarnya sektor keuangan adalah sektor pendukung bagi sektor riil. Ada
beberapa aplikasi yang dapat diterapkan dalam lembaga keuangan Indonesia dengan
memperhatikan prinsip syariah yang sudah ada, yaitu:
a. Aplikasi perbankan
b. Aplikasi pasar modal dan pasar uang
c. Aplikasi pilantrophy Islam; sentralisasi pengumpulan dan penyaluran dana zakat, infak,
sedekah, dan produktivitas wakaf
2. Jalur lembaga pemerintahan/hukum
Pengesahan regulasi yang berkaitan dengan ekonomi syariah; RUU perbankan syariah,
RUU sukuk dan tindak lanjut beberapa fatwa DSN-MUI yang dapat diaplikasikan dalam
kebijakan negara.

F. Kesimpulan

Adanya kesamaan karakteristik antara ekonomi kerakyatan dengan ekonomi syariah


memberikan suatu indikasi baru bahwa selain ekonomi sosialis dan kapitalis yang telah lama
diterapkan sebagai dasar dari ekonomi kerakyatan yang secara nyata tidak membuahkan hasil,
tapi justru malah membuat pereonomian di Indonesia menurun hingga saat ini. Ada sistem
ekonomi yang baru dikenalkan di Indonesia, yaitu ekonomi syariah.

Instrumen penggerak dan penyeimbang perekonomian negara dari sistem ekonomi syariah
apabila diaplikasikan dalam ekonomi kerakyatan di Indonesia, sudah dapat dipastikan akan
terbentuk suatu negara yang tegak dan kokoh dengan rakyatnya yang Sejahtera, tentunya dengan
beberapa tahapan jalur internalisasi ekonomi syariah, yaitu jalur Lembaga Pendidikan Lembaga
13
keuangan, dan penguatan dengan jalur hukum.

G. Daftar Pustaka
Muhammad Ali Akbar, Moh Idil Ghufron , 2019, Sinkronisasi Ekonomi Pancasila dan
Ekonomi Islam, Jurnal Masharif al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan
Syariah, Surabaya
Fuad Bawazier, 2017, Sistem Ekonomi Pancasila: Memaknai Pasal 33 UUD 1945,
Jurnal Keamanan Nasional.
An-Nabahan, M. Faruq, 2000, Sistem Ekonomi Syariah, (terj), UII press, Jogjakarta

Al-Fanjari, Mahmud Syauqi, 1985, Ekonomi Syariah Masa Kini, (terj), Husaini, Bandung

An-Nabhani, Taqiyuddin, 1995, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif; Perspektif Syariah (terj),
Risalah gusti, Surabaya

Abdul Hakim, Ahmad Muhammad al-Assal dan Fathi Ahmad, 1999, Sistem, Prinsip dan
Tujuan Ekonomi Syariah, (terj). CV. Pustaka Setia, Bandung
At-Thariqil, Abdullah Abdul Husain, 2004, Ekonomi Syariah; Prinsip, Dasar, dan Tujuan, (terj),
Magistra insania press, Jogjakarta
Departemen Agama, al-Quran al-Karim dan Terjemahannya, Jakarta
Awan, Santoso, 2004, Relevansi Platform Ekonomi Pancasila Menuju Penguatan Peran Ekonomi
Rakyat, [artikel - ekonomi rakyat dan reformasi kebijakan - maret 2004]. www.jurnal
ekonomi rakyat,com
Heri Sudarsono, 2004, (cet. Ke-4), Konsep ekonomi Syariah: Suatu Pengantar, Ekonisia,
Jogjakarta
Maududi, Abul Ala, 1984, Economic System of Shariah, Syariahic publications (pvt) limited,
Shah alam market, Lahore
Mubyarto, 2003, Pelaksanaan Sistem Ekonomi Pancasila Di Tengah Praktek Liberalisasi
Ekonomi di Indonesia, [artikel - th. I - no. 11 - januari 2003] www.jurnalekonomi
rakyat.com.

Mustafa Edwin, dkk., 2006, Pengenalan eksklusif ekonomi Syariah, Kencana Perdana Media
Group, Jakarta

14
Naqvi, Syed Nawab Haider, 1981, Ethics and Economics an Shariah Perspektive Synthesis. The
Syariahic foundation, London

Nur Kholis, Kompilasi Makalah Untuk Mata Kuliah Pemikiran Dan Sistem Ekonomi Syariah,
FIAI UII, Jogjakarta

Rahman, Afzalur, 1995, Doktrin Ekonomi Syariah, (terj), jilid 1, Dana Bhakti Wakaf, Jogjakarta

15
16

Anda mungkin juga menyukai