Anda di halaman 1dari 6

Pancasila Sebagai Paradigma

Pembangunan di Bidang Ekonomi


Berkembangnya industri dapat mendukung dan memperkuat struktur
perekonomian. Indonesia diharapkan dapat menyerap akumulasi tenaga
pengangguran agar dapat ikut berpartisipasi dalam pembangunan.
Hubungan pekerja dengan pengelola industri telah menciptakan suatu
sistem yang dikenal dengan Hubungan Industrial Pancasila (HIP), yang
prinsipnya menggunakan azas musyawarah untuk mufakat dalam setiap
penyelesaian persoalan perburuhan yang timbul dalam perusahaan (
Syaifuddin Azhar, 1996 : 1 )
Menurut Prijono Tjiptoheriyanto (1989) pada prinsipnya setiap
perusahaan yang memperkerjakan karyawan sebagai salah satu unsur
dalam proses produksi, sekurang kurangnya harus memiliki peraturan
perusahaan (PP).

Pancasila telah diterima oleh bangsa kita sebagai satu satunya


azaz hidup berbangsa dan bernegara haruslah dianggap amat
membantu para ilmuwan kita memastikan orientasi nilai dari
ilmu ilmu yang digemulinya. Pancasila adalah sistem nilai
bangsa Indonesia yang sewajarnya menjadi pedoman dasar
pengembangan ilmu ilmu di Indonesia terutama ilmu ilmu
terapan.
Ilmu ekonomika atau teori ekonomika Pancasila belum ada.
Tetapi ilmuwan Indonesia waib percaya bahwa ia ada atau
akan ada. Dan justru pengembannya sungguh sungguh amat
tergantung pada keyakinan mereka. Penelitian atau
pengkajian yang serius diperlukan bagi kelahiran teori
ekonomika Pancasila

Pertanyaan yang sering mengganggu tentang sistem ekonomi


Pancasila atau teori ekonomika Pancasila adalah bahwa kalau
Pancasila cenderung berlaku universal, sehingga banyak orang
secara berseluruh melaporkan adalah Negara negara asing
sudah secara baik melaksanakan Pancasila, maka rupanya justru
sementara ekonomi kita tidak melihat urgensi memasukkan
ajaran sila sila Pancasila dalam ajaran ekonomi Indonesia.
Ciri khas demokrasi ekonomi tersebut, lebih dipertajam lagi oleh
Mubiyarto dalam makalahnya ideologi Pancasila dalam
Kehidupan Ekonomi (Alfian dan Oetomo Usman, 1991 : 240-241)
Pertanyaan yang sering mengganggu tentang sistem ekonomi
pancasila atau teori ekonomika Pancasila adalah bahwa kalau
pancasila cenderung berlaku universal, sehingga banyak orang
berseluruh melaporkan negara negara asing sudah secara baik
melaksanakan pencasila, maka rupanya justru sementara
ekonomi kita tidak melihat urgensi memasukkan ajaran sila sila
pancasila dalam ajaran ekonomi Indonesia.

Ciri khas demokrasi ekonomi tersebut lebih dipertajam lagi oleh


Mubiyarto :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Dengan penerapan ideologi Pancasila dalam demokrasi ekonomi,
maka perencanaan dan pelaksanaan aktifitas ekonomi oleh
pelaku ekonomi struktur usaha negara, suasta dan koperasi,
memiliki dasar etika ekonomi yang kokoh.

Dari kaca mata kailmuwan Pratley (dalam Rindjin, 2004 : 59 dalam JG


Nirbito, 2005 : 2) menyebutkan adanya tiga pandangan terhadap
keberadaan dunia usaha dalam kaitannya tanggung jawab sosialnya
yaitu :
1. Pandangan unitarian yaitu pandangan yang menganggap tanggung
jawab sosial yang tercermin dalam kepatuhan nilai nilai moral
berlaku secara universal dan dengan sendirinya harus tercermin
dalam praktek bisnis.
2. Pandangan separatis. Pandangan ini mengatakan bahwa dunia
bisnis merupakan dunia tersendiri yang bersifat otonom.
3. Pandangan integrasi berpendapat dunia bisnis sebagai suatu
komunitas tersendiri jadi seperti pandangan separatis tetapi
bedanya pandangan integrasi menganggap dunia usaha
merupakan sub sistem dari keseluruhan sistem masyarakat

Jadi, dalam dunia bisnis pasti terkait dengan motif mencari keuntungan
sebab kegiatan bisnis bukanlah kegiatan sosial. Agar pencarian
keuntungan tidak berdampak negatif terhadap kehidupan masyarakat,
maka pencarian keuntungan harus diberi diberi kandungan nuansa
tanggung jawab sosial.
Dengan mengacu pada UUD 1945 khususnya pada pasal 33 ayat 1 yang
mengamanatkan berlakunya asas kekeluargaan dalam kehidupan ekonomi
maka di Indonesia, pandangan yang cocok untuk dianut dan dilaksanakan
adalah pandangan realis idealis dalam dunia bisnis. Titik tekan dari
pandangan realis idealis adalah pengakuan motif mencari keuntungan
haruslah mengandung nuansa tanggung jawab sosial. Disebut realis
karena pandangan ini mempertemukan kepentingan individu dan
kepentingan dunia bisnis dengan kepentingan umum atau kepentingan
masyarakat.
Dengan demikian pandangan ini kalau dilaksanakan bisa menjadi cara untuk
menangkal unsur unsur yang bersifat negatif dari pelaku bisnis di satu
pihak dan di lain pihak sebagai ide pembaharuan dalam masyarakat dapat
tersalur dan bebas dari kemungkinan timbulnya kekhawatiran dan
tanggapan yang negatif dari masyarakat

Anda mungkin juga menyukai