Anda di halaman 1dari 5

Penelitian Sastra: Model Analisis Konten

A. Alasan Analis Konten Sastra

Analisis konten merupakan model kajian sastra yang tergolong baru. Kebaruan
dapat dilihat dari sasaran yang hendak diungkap. Yakni, analisis konten digunakan apabila
si peneliti hendak mengungkap, memahami, dan menangkap pesan karya sastra.
Pemahaman tersebut mengandalkan tafsir sastra yang rigid. Artinya, peneliti telah
membangun konsep yang akan diungkap, baru memasuki karya sastra.

Pada dasarnya, analisis konten dalam bidang sastra tergolong upaya pemahaman
karya dari aspek ekstrinsik. Aspek-aspek yang melingkupi di luar estetika struktur sastra
tersebut, dibedah, dihayati, dan dibahas mendalam. Unsur ekstrinsik sastra yang menarik
perhatian analisis konten cukup banyak, antara lain meliputi: (a) pesan moral/etika, (b) nilai
pendidikan (didaktis), (c) nilai filosofis, (d) nilai religius, (e) nilai kesejarahan, dan
sebagainya. Dengan kata lain, peneliti baru memanfaatkan analisis konten apabila hendak
mengungkap kandungan nilai tertentu dalam karya sastra.

Hal tersebut didasarkan pada beberapa pandangan bahwa karya sastra yang bermutu
adalah karya yang mampu mencerminkan pesan positif bagi pembacanya. Namun
demikian, dialektika karya sastra juga sering mengungkapkan hal-hal hitam sebagai
bandingan hitam dan putih. Yang penting, pesan-pesan yang terangkum dalam isi karya itu
terpahami secara keseluruhan. Isi karya memuat makna yang adiluhung. Makna dalam
analisis konten biasanya bersifat simbolik. Jadi, tugas analisis konten tak lain untuk
megungkap makna simbolik yang tersamar dalam karya sastra. Hal ini berarti semakin
bagus pengarang memainkan simbol-simbol kehidupan melalui estetika, akan menantang
peneliti analisis konten.

Aspek penting dari analisis konten adalah bagaimana hasil analisis tersebut dapat
diimplikasikan kepada siapa saja. Oleh karena yang akan terungkap adalah isi atau makna
karya sastra, peneliti wajib memprediksikan, siapa saja yang mungkin dapat memanfaatkan
hasil kajiannya. Pesan-pesan karya sastra tersebut harus disosialisasikan kepada siapa saja.
Tanpa implikasi yang jelas, sebenarnya kajian analisis konten menjadi kurang bermanfaat.
Manfaat yang diprediksikan sebaiknya disertai langkah-langkah yang jelas, sehingga bukan
sekadar basa-basi saja.

B. Karakteristik Analisis Konten Sastra

Analisis konten adalah strategi untuk mengangkap pesan karya sastra. Tujuan
analisis konten adalah membuat inferensi. Inferensi diperoleh melalui identifikasi dan
penafsiran. Inferensi juga berdasarkan konteks yang melingkupi karya sastra. Untuk itu
peneliti analisis harus mempunyai target tertentu. Misalkan, ingin mengetahui nilai-nilai
moral sastra mutakhir. Dengan demikian, peneliti harus membangun konsep tentang nilai-
nilai dan sastra mutakhir. Konsep ini akan memperjelas langkah selanjutnya, sampai
pengambilan data, analisis, dan inferensi.

Penelitian analisi konten dalam bidang sastra berangkat dari aksioma bahwa penulis
ingin menyampaikan pesan secara tersembunyi kepada pembaca. Pesan itu merupakan isi
(makna) yang harus dilacak. Penelitian ini merupakan cara strategi untuk mengungkap dan
memahami fenomena sastra, terutama untuk membuka tabir-tabir sastra yang berupa
simbol. Hal ini cukup beralasan, karena setiap pemanfaatan bahasa oleh sastrawan
sebenarnya memuat simbol-simbol dan makna.

Content analysis dalam sastra mendasarkan pad tiga asumsi penting karya sastra
adalah fenomena komunikasi pesan yang terselubung, di dalamnya memuat isi yang
berharga bagi pembaca. Kajian sastra semacam ini, secara epistemologis merupakan
penelitian yang banyak menggunakan paham positivistik. Analisis harus mendasarkan
prinsip obyektivitas, sistematis, dan generalisasi. Obyektivitas, ditempuh melalui bangunan
teoritik berupa konstruk analisis yang handa. Sistematis, karena memanfaatkan langkah-
langkah yang jelas. Generalisasi berdasarkan konteks karya sastra secara menyeluruh untuk
memperoleh informasi.

Analisis ini memang dapat memanfaatkan sajian data kuantitatif maupun kualitatif.
Namun dalam bidang sastra sebagian besar data diperoleh secara kualitatif. Dengan
demikian, komponen penting dalam analisi isi adalah adanya masalah yang akan
dikonsultasikan lewat teori. Itulah sebabnya, karya sastra yang akan dibedah lewat content
analysis harus memenuhi syarat-syarat: memuat nilai-nilai dan pesan yang jelas. Misalkan
saja, memuat pesan pendidikan budi pekerti.

Prosedur analisis konten dalam bidang sastra hendaknya memenuhi syarat-syarat:


(a) teks sastra perlu diproses secara sistematis, menggunakan teori yang telah dirancang
sebelumnya, (b) teks tersebut dicari unit-unit analisis dan dikategorikan sesuai acuan teori,
(c) proses analisis harus mampu menyumbangkan ke pemahaman teori, (d) proses analisis
mendasarkan pada deskripsi, (e) analisis dilakukan secara kualitatif.

C. Prosedur Penelitian

1. PENGADAAN DATA

a. Penentuan Unit Analisis

Pengadaan data karya sastra, dilakukan melalui pembacaan secara cermat.


Pembacaan berulang-ulang akan membantu peneliti mengadakan data. Dari semua bacaan
harus dipilah-pilahkan ke dalam unit kecil, agar mudah dianalisis. Unit-unit ini selanjutnya
ditulis kembali ke dalam kartu data dan disiapkan terjemahannya. Penerjemahan ini akan
membantu peneliti dalam klasifikasi.

PROSES INFERENSI DAN ANALISIS

a. Inferensi
Yang membedakan dengan analisis lain, dalam analisis konten inferensi dilakukan
terlebih dahulu baru dilakukan analisis. Dalam melakukan inferensi, peneliti harus sensitif
terhadap data. Itulah sebabnya, inferensi selalu bertumpu pada makna simbolik teks sastra.
Inferensi berupa penarikan simpulan yang bersifat abstrak. Tampilan inferensi biasanya
menggunakan model linguistik, berupa abstraksi tematis karya sastra. Abstraksi tersebut
hendaknya mewakili sekian fenomena.

Di samping berpedoman pada konstruk analisis, inferensi juga selalu berkiblat pada
pegkodean. Kode-kode yang digunakan pada setiap data akan merujuk pada pengertian
abstrak. Karenanya, abstraksi dari pemahaman data secara menyeluruh juga perlu
disinkronkan dengan teori. Pendek kata, inferensi akan mendasari jabaran analisis
berikutnya.

b. Analisis

Analisis meliputi penyajian data dan pembahasan dilakukan secara kualitatif


konseptual. Analisis data harus selalu dihubungkan dengan konteks dan konstruk analisis.
Konteks berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan struktur karya sastra,
sedangkan konstruk berupa bangunan konsep analisis. Konstruk tersebut menjadi bingkai
analisis.

Analisis konten biasanya menggunakan kajian kualitatif dengan ranah konseptual.


Ranah ini menghendaki pemadatan kata-kata yang memuat pengertian. Mula-mula kata-
kata dikumpulkan ke dalam elemen referensi yang telah umun sehingga mudah
membangun konsep. Konsep tersebut diharapkan mewadahi isi atau pesan karya sastra
secara komprehensif.

3. VALIDITAS DAN RELIABILITAS


Menurut Krippendorf (1980:50-52) ada tujuh jenis validitas, yaitu (1) validitas data,
(2) validitas semantis, (3) validitas penentuan sampel, (4) validitas pragmatis, (5) validitas
korelasional, (6) validitas isi, (7) validitas proses. Penelitian sastra pada umumnya banyak
menggunakan validitas semantis, yakni mengukur tingkat kesensitifan makna simbolik
yang bergayut dengan konteks. Pengukuran makna simbolik dikaitkan dengan konteks
karya sastra dan konsep atau konstruk analisis.

Reliabilitas yang dipakai adalah keakuratan, yakni penyesuaian antara hasil


penelitian dengan kajian pustaka yang telah dirumuskan. Di samping itu juga digunakan
reliabilitas internater (antar peneliti) jika penelitian dilakukan

Anda mungkin juga menyukai