Anda di halaman 1dari 6

KRITIK SASTRA

LAPORAN METODE KRITIK SASTRA MENGGUNAKAN METODE


GANZHEIT DAN METODE ANALITIK

Dosen Pengampu : Ibu Dra. Yayah Chanafiah, M.Hum.


Disusun Oleh : Kelompok 1
1. Vicky Fiorina Osawinata (A1A018032)
2. Dina Okta Rina (A1A018001)
3. Fengki Intan Lestari (A1A018005)
4. Meilianna Azzahrah (A1A018011)
5. Lobi Gubas Permadi (A1A018015)
6. Tiara Amalia Diandra (A1A018019)
7. Meiliza Indriani (A1A018024)
8. Fransiscus Asisi Briawan (A1A018036)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
A. Kritik Ganzheit (Menyeluruh)
1. Pengertian Kritik Ganzheit
Kritik Ganzheit merupakan suatu kritik seni (sastra) yang diperkenalkan Arief
Budiman lewat esainya "Metode Ganzheit dalam Kritik Seni" yang dimuat majalah
Horison No.4 Th.III, April 1968. Kritik Ganzheit yaitu metode yang digunakan untuk
menangkap, mempelajari dan menjelaskan karya sastra secara keseluruhan. Keseluruhan
lebih penting daripada bagian-bagiannya. Contoh permainan musik, bukan saja gitarnya,
drumnya, pianonya, tetapi keseluruhan dari instrumen musik itu.
Metode kritik Ganzheit merupakan suatu proses partisipasi aktif dari sang kritikus
terhadap karya seni yang dihadapinya. Mula-mula tanpa konsepsi apriori apapun juga,
sang kritikus membiarkan karya seninya berbicara sendiri kepada mereka. Kemudian,
terjadilah sebuah dialog, sebuah pertemuan, sebuah interferensi dinamik antara kedua
subjek yang hidup dan merdeka itu. Sebuah proses refleksi dan analisa terjadi kemudian.
Di sini elemen-elemen menjadi 'terang dan jelas' dalam hubungannya dengan penyatuan
keseluruhan tersebut. Elemen-elemen itu mendapatkan nilainya dari penyatuan total
tersebut. Elemen-elemen yang tadinya tampak kaku-beku, setelah terjadi sebuah
interferensi dinamik, seakan-akan mencair dan menjadi hidup penuh warna-warni. Pada
saat sang kritikus menuliskan pengalaman-pengalamannya ini, maka lahirlah sebuah
kritik seni yang merupakan hasil sebuah percintaan atau sebuah persengketaan antara
seorang manusia dan sebuah karya seni.
2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Ganzheit
a. Kelebihan Metode Ganzheit
Metode Ganzheit memiliki kelebihan yaitu metode ini lebih mudah digunakan karena
tidak membutuhkan analisis d dalamnya.
b. Kekurangan Metode Ganzheit
Metode Kritik Ganzheit memiliki kekurangan yaitu seorang kritikus harus
mempunyai pengetahuan yang luas mengenai karya sastra dan pengarang karya yang
di kritiknya.
3. Analisis Puisi “Siapa Aku” Karya Sapardi Djoko Damono Metode Ganzheit
SIAPA AKU
Oleh : Sapardi Djoko Damono

Siapa menggores di langit biru


Siapa meretas di awan lalu
Siapa mengkristal di kabut itu
Siapa mengertap di bunga layu
Siapa cerna di warna ungu
Siapa bernapas di detak waktu
Siapa berkelebat setiap kubuka pintu
Siapa mencair di bawah pandangku
Siapa terucap di celah-celah kataku
Mengaduh di bayang-bayang sepiku
Siapa tiba menjemput berburu
Siapa tiba-tiba menyibak cadarku
Siapa meledak dalam diriku
Siapa Aku

(1968)

Sajak tersebut adalah salah satu sajak yang paling orisinal dari Sapardi Djoko
Damono. Kendati pertanyaan besar “siapa aku” sering kita jumpai, dengan segala
pretensi kefilsafatan ataupun ketasawufan semacam banyak yang terkandung dalam
pelbagai karya mistik Jawa, dalam sajak tersebut pertanyaan itu lebih merupakan puncak
kegelisahan di tengah misteri. Tak ada tanda tanya sebuah pun di sana, tetapi ia tetap
sesuatu yang kejang meraih jawaban: baris demi baris tidak sekedar resah yang menuju
ke arah klimaks. Setiap kali langkah itu terasa kaget dan termangu: kita dengar suara
keras konsonan-konsonan yang kemudian tiba-tiba tersentak, disusul vokal “u” pada
setiap ujung dan pertanyaan itu belum terjawab, hanya berakhir dengan kekosongan yang
sama. Dan tanda pun akan terasa sebagai sesuatu yang berlebihan.

B. Metode Analitik (Sebagian)


1. Pengertian Metode Analitik
Metode Analitik yaitu metode yang menganalisis karya sastra bagian demi
bagian. Metode analitik menganalisis cipta sastra bagian demi bagian. Sebuah puisi di
analisis mulai dari kata ,frase, larik, dan bait. (Dalam prosa mulai di analisis tema, plot,
perwatakan, setting, dan gaya bahasa).jadi menganalisis unsur-unsur musikal,
korespondensi, dan gaya yang digunakan pengarang. Metode analitik atau di sebut juga
metode bedah karya sastra, mengutamakan bagian-bagian dulu dan barulah penghayatan
totalitas.
2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Analitik
a. Kelebihan Metode Analitik
1. Memberikan peluang untuk melakukan telaah sastra lebih rinci dan dalam.
2. Mencoba melihat sastra sebagai sebuah karya sastra dengan hanya mempersoalkan
apa yang ada di dalam dirinya.
3. Analisis yang objektif dan analitik banyak memberi umpan balik kepada penulis,
dan mendorong penulis untuk berhati-hati dan teliti dalam menulis.
b. Kekurangan Metode Analitik
1. Analisis cenderung menyebabkan masalah estetika dikorbankan.
2. Lebih bersifat sinkronis daripada diakronis, lebih cocok untuk analisis karya sastra
dari waktu ke waktu.
3. Membutuhkan dukungan pengetahuan teori yang mendalam guna berbicara lebih
dalam tentang aspek-aspek yang membangun karya sastra.
4. Mengenyampingkan konstelasi sosial budaya, padahal sastra merupakan sesuatu
yang berada dan lahir dalam konstelasi budaya.
3. Analisis Puisi “Izinkan” Karya Rabindranath Tagore
IZINKAN
Oleh : Rabindranath Tagore

Izinkan aku berdoa bukan agar terhindar


dari bahaya, melainkan agar aku
tiada takut menghadapinya.
Izinkan aku memohon bukan agar
penderitaanku hilang melainkan agar hatiku
teguh menghadapinya,
Izinkan aku tidak mencari sekutu
dalam medan perjuangan hidupku
melainkan memperoleh kekuatanku sendiri.
Izinkan aku tidak mengidamkan
dalam ketakutan dan kegelisahan
untuk diselamatkan, melainkan harapan
dan kesabaran untuk memenangkan
kebebasanku. Berkati aku, sehingga aku
tidak menjadi pengecut
dengan merasakan kemurahan-Mu
dalam keberhasilanku semata,
melainkan biarkan aku menemukan
genggaman tangan-Mu dalam kegagalanku.

Puisi ini adalah jenis puisi modern, hal ini tergambar dalam struktur baris dan
baitnya. Pada tiap bait kecuali bait keempat terdiri dari tiga baris. Tema puisi ini doa
seorang hamba pada Tuhannya, di dalam puisi ini Rabindranath Tagore berdoa dengan
tidak meminta sesuatu. Rabindranath berdoa dengan cara yang merendah dalam arti
sebenarnya. Ia menyadari jika dirinya hanyalah hamba yang tidak memiliki hak atas
Tuhannya. Sehingga dalam puisi ini ia hanya meminta izin pada Tuhannnya agar diberi
kekuatan untuk mengahadapi kenyataan hidup atau takdir yang telah ditetapkan oleh-
Nya. “Izinkan aku berdoa bukan agar terhindar dari bahaya, melainkan agar aku tiada
takut menghadapinya”, kalimat ini adalah kalimat seorang yang telah memahami arti
kata “hamba”. Berapa banyak orang berdoa meminta agar diberikan ini dan itu, seakan-
akan ia mempunyai hak terhadap Tuhan.
Pada baris selanjutnya Rabindranath terus memohon izin dengan kata “izinkan”
pada tiap doanya. Puisi ini seakan memberikan pesan pada pembacanya agar kembali
menyadari diri sebagai hamba. Seorang hamba, tidak memiliki hak apa pun pada
Tuhannya. Seorang hamba hanya melakukan apa yang diperintahkan dengan kepatuhan.
Seorang hamba menerima semua yang ditimpakan oleh Tuhannya tanpa mengeluh pada
takdir. Seorang hamba hanya dapat memohon izin pada Tuhannya agar diberikan
sesuatu, sehingga ketika sesuatu itu tidak diberikan ia akan menerimanya dengan tulus
dan ketika diberikan ia akan bersyukur. Pada baris terakhir Rabindranath berkata
“Berkati aku, sehingga aku tidak menjadi pengecut dengan merasakan kemurahan-Mu
dalam keberhasilanku semata, melainkan biarkan aku menemukan genggaman tangan-
Mu dalam kegagalanku”. Kata “berkati” dalam kalimat itu bermakna ia memohon berkah
dari Tuhan agar ia diizinkan menjadi manusia yang kuat agar ia dapat menjalani takdir.
Analisis Struktur Fisik dan Batin Puisi :
 Struktur Fisik
Bahasa yang digunakan dalam puisi ini adalah bahasa yang sederhana, sehingga pembaca
dengan mudah dapat mengerti maksud dari pengarang. Rabindranath tidak menggunakan
bahasa kiasan, hal ini memang mengurangi nilai sebuah puisi, namun walaupun puisi ini
diungkapkan dengan bahasa yang eksplisit puisi ini tidak kehilangan nilainya. Karena
puisi ini menggunakan bahasa yang eksplisit, maka makna dalam puisi ini juga seperti
makna kata asalnya.
Diksi yang digunakan dalam puisi ini adalah diksi yang bernada muram (Izinkan,
memohon, ketakutan, dan kegelisahan) kemudian dinetralkan oleh diksi yang bernada
semangat (menghadapinya, teguh, kekuatanku, harapan, dan kebebasanku). Diksi yang
digunakan diawali oleh diksi bernada muram kemudian diikuti oleh diksi yang bernada
semangat.
 Struktur Batin
Tema puisi ini adalah doa seseorang hamba pada Tuhannya. Pada bait pertama seorang
hamba meminta izin agar berdoa dengan nada berikut “Izinkan aku berdoa bukan agar
terhindar dari bahaya, melainkan agar aku tiada takut menghadapinya”. Dalam kalimat
ini pengarang meminta izin pada Tuhannya agar berdoa tanpa meminta, tetapi diberi
kekuatan agar dapat menjalani hal yang ditakdirkan. Begitupula pada bait kedua dan
ketiga. Pada bait terakhir ia berkata memohon agar diberkati “Berkati aku, sehingga aku
tidak menjadi pengecut dengan merasakan kemurahan-Mu dalam keberhasilanku semata,
melainkan biarkan aku menemukan genggaman tangan-Mu dalam kegagalanku” sekali
lagi ia memohon kemurahan Tuhannya agar ia dapat memahami maksud dari takdir yang
ditetapkan padanya
 Sintesis dan Interpretasi
Puisi ini adalah puisi lugas dalam bentuk monolog, pengarang berbicara pada Tuhannya
agar ia diberi kekuatan untuk menjalani takdir. Sebagai puisi lugas, intensitas bahasa
yang digunakan tidak terlalu padat. Bahasa yang digunakan adalah bahasa-bahasa
pembanding kemuraman dan semangat. Puisi ini mengambil nilai dari jenis sastra
sufistik. Jenis sufistik terlihat jelas dari tema yang ditampilkan. Puisi ini berisikan
hubungan antara hamba dan Tuhannya. Bahas yang digunakan adalah bahasa yang
bersifat pasrah, bukan bahasa yang mendikte.

Anda mungkin juga menyukai