Anda di halaman 1dari 14

Analis Wacana

Konteks

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) salah satu arti dari wacana adalah keseluruhan tutur yang merupakan satu kesatuan. Ketika kita membaca sebuah wacana, maka kita akan dihadapkan kepada sebuah kesadaran untuk memahami arti dan makna dari wacana tersebut secara satu kesatuan. Sebuah wacana bukanlah sesuatu yang lahir dengan sendirinya akan tetapi wacana tersebut lahir dengan segala atribut yang menyertainya. Atribut yang menyertai suatu wacana inilah yang dikenal sebagai konteks. Kalau kita membicarakan tentang konteks maka kita tidak sekedar memahami sebuah teks. Hal tersebut artinya kita akan lebih sulit mendefinisikan konteks daripada teks itu sendiri karena konteks selalu berkaitan dengan sesuatu yang lain atau sesuatu di luar teks. Dalam bukunya Deborah Schiffrin menyatakan bahwa: Context is more difficult to define than text. Contextual information is always information that is identified in relation to something else that is the primary of our attention. This means that it is impossible to talk about context in a vacuum: context cannot exist unless we are thinking of something else (e.g. an image, a smell, a sound, a word, an utterance, a sequence of utterances) that is located relative to it. The identity of that something else (and what kind of sense we are trying to make of it) influences our decisions about what counts as context and about what part of context we find important. Thus, although it seems possible to find a single source of text (i.e. in the linguistics system), the source of contextual information is necessarily more varied: context has multiple sources that can be quite different from another and can shift depending on our focus of attention (1994: 362-363). Konteks mampu membantu kita untuk memahami sebuah teks secara

1
KONTEKS

Analis Wacana

lengkap dan benar. Oleh karena itu para ahli wacana menganalisis suatu teks dengan menganalisis konteksnya terlebih dahulu misalnya siapa penulisnya atau penuturnya, ditujukan untuk siapa, dalam situasi yang bagaimana dan seterusnya. Walaupun kita bisa menganalisa sebuah teks melalui satu sudut pandang yaitu melalui sudut pandang linguistic, akan tetapi teks tersebut tidak hanya mempunya satu konteks saja karena konteks mempunyai informasi yang beragam tergantung dari sudut pandang mana kita memandang. Wacana dan bagian-bagian wacana atau satuan bahasa senantiasa dituturkan dalam konteks. Dengan kata lain, wacana dan bagian-bagian wacana senantiasa memiliki konteks Tidak ada wacana baik secara utuh maupun secara parsial yang dituturkan tanpa konteks. Hal itu sejalan dengan hakikat wacana sebagai teks. Dalam hal ini konteks mengacu pada hal-hal yang menjadi

lingkungan teks, apa yang terjadi di sekitar teks meliputi peristiwa, waktu, budaya atau konvensi social yang bisa mempengaruhi sebuah teks.

1. Konteks Fisik (physical Context) Konteks fisik meliputi objek bersifat materi yang berada di sekitar terjadinya komunikasi dan objek lainnya yang mungkin mempengaruhi terjadinya suatu kominikasi. Konteks fisik menitikberatkan pada aspek fisik yang nampak secara visual saat terjadinya komunikasi . Contoh konteks fisik: (a) tolong duduknya diatur! (diucapkan oleh seorang dosen kepada mahasiswa) Sebelum tahu konteksnya mungkin kita bingung pernyataan tersebut untuk

2
KONTEKS

Analis Wacana

maksudnya apa dan ditujukan ke siapa. Setelah dianalisa ternyata pernyataan tersebut berasal dari seorang dosen yang sedang berada di dalam kelas untuk melaksanakan ujian. Dosen tersebut melihat mahasiswanya duduk berdekatan dengan kursi yang tidak teratur sehingga timbullah pernyataan dari dosen tersebut. Tentu saja pernyataan dosen tersebut sangat dipengaruhi oleh konteks fisik yaitu ketika dosen melihat para mahasiswanya duduk dengan tidak beraturan. Contoh lain: (b) tolong duduknya diatur!. (Diucapkan seorang sopir kepada penumpangnya) Contoh lain ujaran di atas diucapkan oleh seorang sopir angkot di dalam sebuah angkot yang penuh dengan penumpang. Kata duduknya disini akan berbeda dengan kalimat (a). kalimat duduknya dalam kalimat (b) berarti posisi duduknya harus diatur supaya penumpang bisa muat duduk di dalam angkot. Sedangkan pada kalimat (a) kata duduknya berarti mahasiswa harus mengatur posisi kursi yang akan digunakan untuk duduk sewaktu akan dilaksanakan ujian. Dalam contoh konteks fisik di atas aspek fisik tempat sangat berpengaruh dalam proses komunikasi yaitu antara di ruang kuliah dan di dalam angkot. Dalam konteks fisik meliputi pula: Participant: dosen, mahasiswa, penumpang,sopir, anak-anak, Dll. Aktivitas yang sedang berlangsung: Belajar, bermain, duduk di angkot, dll. Tempat: Di kelas, di masjid, di dalam bus, dll. Waktu: malam, siang, musim hujan, dll.

3
KONTEKS

Analis Wacana

2. Konteks Epistemis ( Epistemic Context) Konteks Epistemis adalah konteks yang mengacu pada latar belakang pengetahuan dari penutur tentang apa yang sedang dia tuturkan kepada lawan bicaranya. Perhatikan contoh berikut ini: Anda sedang duduk dan membaca di perpustakaan kemudian datang dua orang ke perpustakaan tersebut sambil mengobrol dengan keras. Mereka duduk di sebelah anda dan melanjutkan obrolon mereka tanpa menurunkan nadanya sedikitpun. Akhirnya anda melihat pada mereka dan berkata: "Permisi, bisakah anda berbicara lebih keras lagi !". Dari ungkapan tersebut arti harfiahnya (yaitu silahkan berbicara lebih keras lagi), akan tetapi secara kontekstual atau tujuan sebenarnya dari penutur (yaitu diam!)? Dari kasus di atas maka kita dapat mengambil kesimpulan dari aspek kontekstual yaitu: Konteks fisik Konteks epistemic konteks social : Percakapan terjadi di perpustakaan : Perpustakaan adalah tempat yang tenang : Anda memiliki hak untuk meminta seseorang untuk

menjadi tenang di tempat di mana orang yang seharusnya menjadi tenang, terutama jika mereka melanggar aturan yang berbahaya bagi kebutuhan orang lain, yang menimpa norma sosial tidak memberikan perintah kepada orang asing .Pengetahuan kontekstual memungkinkan untuk pendengar untuk memahami bahwa arti yang diinginkan adalah berbeda dari arti harfiah. Hasilnya, mereka akan tidak mengobrol dengan keras lagi atau bahkan langsung diam.

4
KONTEKS

Analis Wacana

3. Konteks Linguistik (Linguistics Context) Konteks Linguistik adalah konteks yang mengacu pada bahasa yang baru saja di ucapkan dalam suatu percakapan. Contoh sederhana misalnya: saya berkata: Alvin adalah nama anak saya. Dia baru berusia 19 bulan. Dalam konteks linguistik kata Dia pada kalimat kedua berposisi sebagai kata ganti (pronoun) dari kata pada kalimat pertama yaitu kata Alvin. Jadi kata Dia dalam kalimat kedua tidak serta merta muncul tanpa adanya konteks kalimat sebelumnya. Misalnya kalimat pertama kita hilangkan maka kata Dia dalam kalimat kedua maknanya akan tidak jelas mengacu ke mana atau kesiapa. Konteks linguistik juga mengacu kepada kata-kata yang nampak atau muncul dalam kalimat atau percakapan yang sama. Misalnya kata tembak, kita akan menginterpretasikan kata tersebut bermacam-macam tergantung orang yang menginterpretasikannya. Bedakan jika sebelum kata tembak ada kata-kata seperti bola, pinalti, gawang, pemain, maka dengan cepat kita bisa menginterpretasikan bahwa kata tembak disana bermakna tendang. Berbeda lagi jika sebelum kata tembak ada kata-kata tentara, perang, peluru, maka kita akan mendapat kesepakatan baru untuk makna kata tembak.

4. Konteks Kebudayaan (Culture of Context) Konteks budaya mencakup keyakinan, sistem nilai, agama, konvensi yang mengendalikan individu 'perilaku dan hubungan mereka dengan orang lain.

5
KONTEKS

Analis Wacana

Konteks kebudayaan sering membimbing kita untuk berkomunikasi efektif dengan satu sama lain. Beberapa keyakinan atau konvensi kebudayaan mungkin dianggap sebagai hal yang universal, sementara beberapa budaya tertentu dianggap aneh atau berbeda dengan yang lainnya. Contoh: Dalam suatu ruangan terdapat berbagai macam orang yang berbeda agama. Ketika waktu menunjukkan pukul 12.00. siang terdengar suara adzan. Kalimat-kalimat adzan tersebut akan diinterpretasikan oleh orang dengan berbeda agama. Untuk orang islam sendiri secara universal kalimat adzan menandakan ajakan untuk melakukan shalat, tapi untuk umat beragama lain mungkin diartikan bahwa adzan jam 12.00 diinterpretasikan sebagai tanda telah memasuki tengah hari atau mungkin diartikan pertanda untuk istirahat siang. Contoh lain: Dedi Mahendra Dedi : Sayamah berbeda dengan orang Jawa! : Lho, bukannya kamu juga orang jawa? : Bukan, saya tuh orang sunda.

Dari contoh di atas terjadi kesalahan interpretasi karena perbedaan budaya. Kalau orang di pulau Jawa sendiri memang ada dikotomi antara Jawa dan Sunda. Kebanyakan penduduk pulau Jawa sendiri menyebut jawa berarti mengacu pada Jawa tengah dan Jawa Timur sedangkan untuk Jawa Barat dan Banten disebut sunda. Di sisi lain kebanyakan orang di luar pulau Jawa akan menyebut seluruh penduduk pulau jawa adalah orang Jawa. Contoh lagi: Adit : Kang kadieu heula ngopi!

6
KONTEKS

Analis Wacana

Hartono Adit Hartono

: Lho mana kopinya kok ga ada? : ini ada bala-bala, gehu, keripik. : Oh itu yang namanya ngopi.

Kalau budaya di sunda ngopi bukanlah dalam arti seperti bahasa Indonesia saja yaitu minum kopi, akan tetapi ngemil juga dinamakan ngopi.

5. Konteks Ujaran (Context of utterance) Konteks ujaran adalah konteks yang mengacu pada ekspresi berupa ujaran yang diungkapkan dari pikiran atau ide pembicara. Konteks ujaran meliputi pembicara (speaker), pendengar (hearer), dan lingkungan ujaran (world of utterance). Perbedaan antara ide atau pikiran dengan ujaran yang timbul sangat jarang terjadi dalam kehidupan sehari-hari; mulut manusia terletak sangat dekat dengan otaknya sehingga hal-hal yang diungkapkan oleh mulut seseorang tidak akan jauh berbeda dengan apa yang diungkapkannya. Contoh: A: Ibu aku mau mau pergi dulu! (Diucapkan seorang anak kepada ibunya) B: ya silahkan, hati-hati ya! Dalam dialog di atas A dengan sadar mengucapkan ibu. Makna ibu yang

diucapkannya adalah sesuai dengan apa yang dia pikirkan yaitu seorang ibu yang telah melahirkan dan merawatnya. Begitu juga dengan ibunya dia juga mempunyai persepsi makna yang sama dengan kata ibu sesuai dengan makna yang diucapkan oleh anaknya. Kalau misalnya orang lain yang tidak kenal mereka mendengar percakapan tersebut kemungkinan akan berbeda persepsi dengan kata

7
KONTEKS

Analis Wacana

ibu tersebut, karena kata ibu bisa juga meluas maknanya misalnya inu guru, ibu kos dan sebagainya. Kesimpulannya kata ibu yang diucapkan oleh A tidak serta merta keluar begitu saja akan tetapi sudah tertanam dalam pikiran A terlebih dahulu makna ibu tersebut sebelum diucapkannya.

6. Konteks Sosial (Social Context) Konteks social mengacu pada hubungan social antara pembicara dan pendengar. Sebagai contoh adalah ketika kita sedang membaca di perpustakaan dan tiba-tiba datang sambil mengobrol dengan keras. Kemudian kita menegur mereka maka disini terjadi konteks social yaitu kita dalam posisi yang benar menegur seseorang untuk tenang di sebuah tempat di mana orang-orang memang seharusnya tenang yaitu di perpustakaan, dalam konteks ini norma social berlaku sehingga kedua orang yang sedang mengobrol tersebutpun mengerti dan sepakat atas norma social tersebut sehingga mereka serta merta akan diam ketika kita tegur. Contoh lain konteks social: Dialog 1 A: Hai tolong dong lu ambilin buku di rak itu! B: Ah ambil sendirilah, gue lagi tanggung nih Dalam dialog di atas kita akan tahu bagaimana hubungan social dari kedua orang tersebut bahwa mereka memiliki kedudukan social yang sama. Misalnya mereka berdua adalah sama-sama mahasiswa sehingga hubungan social mereka adalah sebagai teman saja. Dialog 2

8
KONTEKS

Analis Wacana

C: Nanti ketika saya sudah berangkat kamarnya tolong diberesin ya! D: Oh iya pak, nanti saya beresin setelah saya selesai memasak Dari dialog ke-2 ini jelas sekali ada perbedaan hubungan social antara kedua orang yang terlibat dalam dialog tersebut. Kita semua mungkin sepakat bahwa secara hubungan social C lebih tinggi dari pada D. Ada kemungkinan C adalah seorang suami atau secara status adalah kepala rumah tangga dan D adalah istrinya. Kemungkinan lain C adalah majikan dan D adalah pembantunya.

7.

Konteks referensi (Context of reference)

Konteks referensi adalah konteks dimana pembicara dan pendengar mempunyai sumber acuan atau referensi tentang objek atau orang yang sedang mereka bicarakan. Contoh: A : Sudahlah mudah-mudahan masih ada kebijakan dari dosen kita itu B : Ya mudah-mudahan saja, sekarang kita hanya bisa berharap.

Dari dialog di atas kedua partisipan mempunyai sebuah konteks referensi yang sama dengan kata-kata dosen kita. Hal tersebut terlihat dari dialog ketika A mengatakan kata-kata dosen kita dalam ujarannya maka B langsung merespon atau mengerti siapa yang dimaksud dengan dosen kita tersebut. Hal tersebut menandakan bahwa antara A dan B mempunyai referensi atau sumber acuan yang sama tentang siapa dosen yang sedang mereka perbincangkan. Kadang-kadang bisa terjadi referensi antara pembicara dan pendengar tidak sama,

9
KONTEKS

Analis Wacana

misalnya dua pengendara motor berpapasan di jalan, tiba-tiba pengendara yang satu berkata kepada pengendara kedua anjing dan ketika pengendara kedua mendengar kata itu dia spontan membalas juga sambil berekspresi marah anjing . Ketika sampai di belokan pengendara kedua dikejutkan dengan dua ekor anjing ditengah jalan yang sedang berberkelahi dan hampir saja dia menabraknya. Setelah itu pengendara kedua baru sadar bahwa dua ekor anjing yang hampir dia tabrak tersebutlah yang menjadi acuan dari pengendara satu sehingga dia menyesal telah mengatakan kata anjing ke pengendara motor kedua. Jadi terkadang suatu wacana mempunyai kata atau teks yang sama akan tetapi mempunyai referensi atau acuan yang berbeda seperti contoh kasus kata anjing di atas.

8. Konteks Situasi (Situational Context) Konteks situasi (Situational Context) adalah konteks yang mengacu kepada kejadian atau situasi yang sedang dialami oleh orang-orang yang terlibat dalam dialog. Kejadian atau situasi yang mereka telah atau sedang alami digunakan sebagai dasar bersama dalam melakukan percakapan misalnya apakah percakapan tersebut dilakukan ketika sedang belajar, sedang bermain, sedang membantu masalah teman kita, sedang dalam perjalanan dan sebagainya. Contohnya kata kiri akan mempunyai makna yang berbeda sesuai dengan konteks situasi dari para partisipan. Contoh: Ketika situasi sedang di dalam perjalanan menggunakan angkutan umum kemudian tiba-tiba ada yang berujar kiri! , maka semua penumpang di dalam

10
KONTEKS

Analis Wacana

angkutan umum tersebut termasuk sopirnya akan memahami atau mempunyai persepsi yang sama bahwa orang yang berujar tersebut mengisyaratkan bahwa dia mau turun dari angkutan umum tersebut, maka hasilnya kemudian sopir menghentikan laju kendaraannya dan penumpang yang lain dengan spontan atau tanpa disuruh memberi jalan kepada orang yang bersangkutan untuk turun dari angkutan tersebut. Dari contoh tersebut, hanya mengucapkan kata kiri bisa mewakili kata-kata yang mengandung makna bahwa penumpang tersebut ingin turun dari angkutan umum tersebut. Kata kiri juga akan mengandung makna berbeda jika digunakan dalam konteks politik dan seterusnya. Kesimpulannya bahwa sebuah kata atau kalimat akan dimaknai berbeda oleh para partisipan tergantung pada kapan, di mana dan dalam situasi apa kata atau kalimat tersebut diucapkan.

9. Konteks Pengetahuan dasar ( Background knowledge Context) Konteks pengetahuan dasar adalah konteks yang mengacu pada pengetahuan yang dimiliki pembicara dan pendengarnya. Dalam suatu dialog atau interaksi antara pembicara dan pendengar tentu saja masing-masing mempunyai pengetahuan yang mereka jadikan dasar atau sumber untuk dijadikan acuan bersama. Pengetahuan yang sama tersebut akan menjadikan suatu dialog akan berjalan lancar dan terhindar dari kesalah pahaman. Sebagai contoh percakapan dua mahasiswa filologi Unpad berikut ini: Abah Hartono : Gimana mas Hartono sudah dapat naskah belum sekarang? : Wah belum bah, lagi cari-cari nih.

11
KONTEKS

Analis Wacana

Dari dialog antara Abah dan Hartono tidak terjadi perbedaan referent atau acuan mengenai kata naskah. Hal tersebut dikarenakan mereka berdua telah memiliki pengetahuan dasar yang sama mengenai kata naskah karena sama -sama kuliah di kelas filologi. Bandingkan dengan dialog berikut: Hartono : Mak jenengan gadah naskah mboten?"

Mak Hartono : Naskah opo to le, naskah pidato? Dalam dialog tersebut naskah yang dimaksud oleh Hartono tidak dimengerti oleh ibunya Hartono karena pengetahuan mengenai naskah antara Hartono dan ibunya berbeda sehingga perlu pengetahuan dasar yang baru mengenai naskah sehingga dialog tersebut bisa dilanjutkan.

10.

Ko teks ( Co textual Context) Koteks (Co-textual Context) adalah teks yang berhubungan dengan

sebuah teks yang lain. Koteks dapat pula berupa unsur teks dalam sebuah teks. Wujud koteks bermacam-macam, dapat berupa kalimat, paragraf, dan bahkan wacana. Koteks adalah semua unsur kebahasaan atau linguistik yang berperanan dalam menentukan makna sebuah wacana. Peranan koteks dalan sebuah wacana adalah mendukung, memperjelas, dan membatasi makna. Contoh: 1) Terlihat seorang perempuan dan seorang laki-laki di ruang keluarga. 2) Perempuan itu menonton TV dan tampak gembira, sedangkan yang laki-laki kelihatan gelisah sambil sekali-kali menatap keluar jendela. Ketika kita membaca kedua kalimat tersebut maka kita dengan pasti dapat

12
KONTEKS

Analis Wacana

menginterpretasikan bahwa perempuan itu pada kalimat kedua mengacu pada perempuan yang sedang menonton TV di ruang keluarga. Adapun laki-laki yang terdapat dalam kalimat nomor satu, mengacu pada seorang laki-laki yang kelihatan gelisah dan sekali-kali menatap keluar jendela yang terdapat dalam kalimat nomor dua. Sedangkan kata jendela pada nomor dua tidak bisa diartikan jendela-jendela yang berada di tempat lain karena maknanya telah dibatasi oleh keterangan tempat yang telah ada pada kalimat pertama yaitu di ruang keluarga artinya jendela tersebut adalah jendela rumah yang ada di ruang keluarga.

13
KONTEKS

Analis Wacana

Daftar Pustaka

Schiffrin, Deborah, 1994. Approaches to Discourse, Blackwell Publisher Inc, USA. Brown, Gillian dan Yule, George. 1996. Analisis Wacana. Diterjemahkan oleh I. Soetikno dari Discourse Analysis. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama. Internet http://department.monm.edu/cata/saved_files/Handouts/CONTEXTS.FSC.html http://iipbudakpatia.blogspot.com/2012/10/konteks-wacana.html http://jeannicod.ccsd.cnrs.fr/docs/00/05/35/33/PDF/ijn_00000463_00.pdf http://www.ling.ohio-state.edu/~kdk/201/spring02/slides/pragmatics-4up.pdf http://www.nou.edu.ng/noun/NOUN_OCL/pdf/pdf2/ENG%20432.pdf http://www.unc.edu/~gerfen/Ling30Sp2002/pragmatics.htm

14
KONTEKS

Anda mungkin juga menyukai