Anda di halaman 1dari 3

PENGANTAR

SUNTINGAN TEKS DAN TERJEMAHAN

Pengantar Suntingan Teks


Naskah NADOMAN ditulis dengan aksara Pegon sehingga sulit dibaca dan dipahami oleh
masyarakat luas, untuk itu perlu adanya upaya transliterasi yang dalam kesempatan ini
dialihkannya aksara Pegon ke dalam tulisan Latin. Akan tetapi, kegiatan ini belumlah sempurna
karena kemungkinan besar tulisan tersebut terdapat beberapa kasus-kasus salah tulis baik
substitusi, omisi, adisi dan transposisi. Sehingga perlu dilakukan proses perbaikan untuk
menyempurnakannya yaitu menyunting teks tersebut.
Menyunting suatu naskah yang dalam hal ini adalah teks naskah Nadoman perlu
dilakukan, setelah melalui proses transiterasi (alih huruf dari Pegon ke Latin). Kegiatan ini
dilakukan sebagai upaya untuk menyajikan teks yang bebas dari kekeliruan disengaja maupun
tidak sengaja oleh penyalin atau penulis naskah.
Penyajian suntingan teks yang baik dilengkapi dengan pungtuasi maka akan
memudahkan pembaca untuk memahami isi kandungan teks tersebut. Sehubungan dengan hal itu
maka dalam suntingan teks naskah

Nadoman dilakukan perbaikan-perbaikan untuk

menghilangkan sedapat mungkin hanbatan dalam memahami isi teks. Di bawah ini beberapa
pedoman penyajian suntingan teks, antara lain:
1. Angka Arab 1, 2, 3, menunjukkan nomor urut bait setiap Nadoman.
2. Di dalam edisi terdapat tulisan <h.1>, <h.2> dan seterusnya, baik terdapat di awal, atau
pertengahan kata atau di antara kata, menunjukkan nomor lembar halaman naskah asli.
3. Penyajian edisi teks berupa puisi ditulis dalam bentuk baris per baris berupa satuan bait.

4. Pungtuasi dan penggunaan huruf kapital disesuaikan dengan pedoman EYD


5. Kata dan atau kalimat yang detebalkan merupakan judul nadoman.
6.

[] bacaan yang terdapat di antara dua tanda siku seharusnya dihilangkan atau tidak
perlu dibaca. Kemudian () bacaan yang terdapat di antara dua tanda kurung adalah
tambahan, dan Footnote, dan seterusnya merupakan kata-kata yang diperbaiki dari kasus
salah tulis.

7. Teks NADOMAN ditulis dengan aksara Pegon maka proses transliterasi dari aksara Pegon
ke Latin bersumber kepada pedoman EYD bahasa Sunda.

Pengantar Terjemahan
Model terjemahan yang digunakan untuk menerjemahkan suntingan teks NADOMAN ini
adalah terjemahan setengah bebas. Terjemahan ini yaitu terjemahan yang bisa kita pahami dan
berusaha memelihara kewajaran dan kelancaran bahasa terjemahan. Penerjemahan teks
NADOMAN dilakukan melalui

beberapa langkah. Adapun langkah yang dilakukan adalah

sebagai berikut:
1. Membaca suntingan teks secara keseluruhan untuk memahami pokok masalah naskah
tersebut, menangkap pokok pikiran yang terkandung di dalam naskah tersebut.
2. Membaca kembali suntingan teks, berusaha memahami istilah teknik, kata-kata yang
memiliki bentuk-bentuk meragukan.
3. Membuat konsep terjemahan pertama.
4. Memeriksa konsep terjemahan pertama (fokus terhadap kalimat-kalimat panjang dan rumit,
istilah-istilah teknik yang penting).
5. Mengetik konsep terjemahan akhir.

6. Footnote merupakan penjelasan kalimat yang berbahasa Arab atau istilah suatu kata
7. Menyisipkan rumusan-rumusan.
8. Memeriksa dan memperbaiki kesalahan tahap akhir.
Dalam menerjemahkan karya sastra, penerjemah tidak hanya dihadapkan kepada persoalan
semantik dan sintaktik, tetapi juga terhadap gaya bahasa dan majas. Pada akhirnya penulis
berusaha menyajikan hasil terjemahan yang baik supaya isi pesan yang terkandung dalam teks
naskah bisa sampai ke pembaca. Terjemahan ini tidak terikat oleh metrum karena apabila itu
dilakukan terjemahan akan terasa kaku dan sulit untuk dilakukan.
Terjemahan disajikan secara terpisah dengan suntingan (tidak disajikan berdampingan),
selain sebagai variasi pola terjemahan juga bertujuan agar pembaca dapat membaca
terjemahannya secara fokus. Teknik penyajian terjemahan akan disesuaikan dengan pola
wawacan yaitu ditulis larik-perlarik dan dipisahkan bait-perbait. Hal ini dilakukan supaya
memudahkan dalam pembacaan dan memahami teks. Teks terjemahan ditulis setelah teks
suntingan.

Anda mungkin juga menyukai