Anda di halaman 1dari 3

Memahami Penyunting, Editor, dan

Penyuntingan
Seorang kawan menelepon dari Semarang. Ia berkata, “Aku pengin belajar gimana jadi
editor.” Ketika saya tanya lebih jelas, ia merasa meski sudah mengikuti mata kuliah
Penyuntingan di kampus tercinta Universitas Indonesia, hingga saat ini ia masih buram
tentang apa itu editor, syarat dan tugas-tugas editor, serta—yang ini paling penting—
buku yang mengajarkan cara menjadi editor.
Ketika sedikit berbual-bual mengenai menjadi editor di media di hadapan mahasiswa dan
karyawan UIN Syarif Hidayatullah pada sekitar Mei 2015, banyak peserta yang
mengatakan bahwa editor itu adalah orang hebat karena mengoreksi semua tulisan.
Wah, hidung saya jadi kembang-kempis mendengarnya. Namun supaya lebih jelas,
tulisan ini bermaksud memaparkan apa itu penyunting, editor, penyuntingan, serta
sedikit hal yang perlu diketahui perihal tugas editor, khususnya di media massa.
1. Penyunting
Ada tiga istilah yang sering muncul dalam dunia penerbitan Indonesia, yaitu:
 Penyunting
 Redaktur –> dari bahasa Belanda
 Editor –> dari bahasa Inggris
Definisi KBBI:
 Penyunting adalah orang yang bertugas menyiapkan naskah siap cetak atau
orang yang bertugas merencanakan dan mengarahkan penerbitan media
(massa cetak).
 Redaktur adalah orang yang menangani bidang redaksi. Redaksi bermakna
badan (pada persuratkabaran dan sebagainya) yang memilih dan menyusun
tulisan yang akan dimasukkan ke dalam surat kabar dan sebagainya.
 Editor adalah orang yang mengedit naskah tulisan atau karangan yang akan
diterbitkan dalam majalah, surat kabar, dan sebagainya (termasuk
media online).
1. Apa itu editor?
Didefinisikan bahwa editor adalah orang yang mengatur, memperbaiki, merevisi,
mengubah isi, dan gaya naskah orang lain, serta menyesuaikannya dengan suatu pola
yang dibakukan untuk kemudian dibawa ke hadapan umum untuk diterbitkan atau
ditayangkan.
Editor berfungsi menyampaikan “pesan” penulis kepada pembaca sehingga harus
memiliki keterampilan berbahasa, pengetahuan berbahasa yang mencakup ejaan, diksi,
maupun struktur, memiliki kepekaan dan pikiran yang terbuka terhadap persoalan
berbahasa.
1. Apa tugas editor?
 Menetapkan naskah yang layak dan tidak layak.
 Mengetahui jika perlu dilakukan perubahan atas naskah dan mengapa
perubahan itu dilakukan.
 Mencari kesalahan dan ketidakcermatan, membuang kalimat atau bahasa yang
berlebihan.
 Memeriksa kembali data dan fakta yang diungkapkan penulis.
 Seringkali, menulis ulang dan menata kembali seluruh karangan.
1. Syarat menjadi seorang editor
 Rajin membuka kamus, tesaurus, dan buku pegangan.
 Terampil berbahasa dan memahami pemakaian bahasa.
 Memiliki pengetahuan dalam bidang komposisi bahasa.
 Mengetahui kaidah bahasa agar paham bilamana kaidah bahasa itu dilanggar.
 Berpengetahuan luas.
 Teliti dan sabar.
 Memiliki kemampuan menulis.
Seorang editor dalam sebuah media adalah pertahanan terakhir dari “wajah” naskah.
Biasanya naskah akan dikirim dari seorang penulis atau reporter ke redaktur bidang
masing-masing. Naskah berita politik akan dicek oleh seorang redaktur yang memang
memahami dan mengawal isu-isu politik. Setelah itu, dalam kasus surat kabar atau
majalah, naskah akan dikirim kepada editor bahasa untuk diperiksa kembali. Sementara
di media online, naskah biasanya akan ditayangkan di situs karena sifat berita yang
harus cepat “naik”. Namun naskah yang sudah tayang di kanal berita akan dicek kembali
oleh editor bahasa apakah ada kesalahan fatal yang masih “lolos”.
Sebuah naskah berita maupun buku yang baik dan bersih dari kesalahan akan membawa
nama dan implikasi baik kepada perusahaan atau media yang menayangkannya. Jika
naskah itu buruk dan banyak typo, penerbit maupun media itu akan dicap sebagai tidak
akurat dan tidak kompeten. Naskah yang penuh dengan bahasa yang buruk akan
membuat malas pembaca untuk menengoknya—atau bahkan di media online—datang
kembali.
Seperti yang sudah saya sebutkan, editor bahasa adalah gerbang pemeriksaan terakhir
dalam proses penerbitan buku maupun berita di surat kabar maupun media online,
karena itu peran seorang editor menjadi sedemikian penting. Seorang editor akan
mengoreksi bila ada kesalahan nama gubernur atau wali kota yang disebutkan,
kesalahan hari dan tanggal (ini sering sekali terjadi!), atau bahkan kalimat yang
sedemikian rancu akibat begitu berbelit-belitnya.
Bagaimana dikatakan seorang editor itu berhasil melaksanakan tugasnya? Indikatornya
gampang saja, yakni bila “apa yang saya maksudkan/omongkan bisa kamu terima
dengan sama persis maksudnya.” Bagaimana caranya? Proses penyuntingan-lah yang
membuat semua itu berhasil.
1. Apa itu penyuntingan?
Penyuntingan berasal dari kata sunting. Penyuntingan menurut KBBI bermakna proses,
cara, perbuatan sunting-menyunting, segala sesuatu yang berhubungan dengan
pekerjaan menyunting, pengeditan.
Sementara kata menyunting bermakna (1) menyiapkan naskah siap cetak atau siap
terbit dengan memerhatikan segi sistemika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut
ejaan, diksi, dan struktur kalimat); mengedit; (2) merencanakan dan mengarahkan
penerbitan (surat kabar, majalah); (3) menyusun atau merakit (film, pita rekaman)
dengan cara memotong-motong dan memasang kembali.
1. Buku pedoman pelaksanaan penyuntingan
 Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
 Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan
 Kamus Besar Bahasa Indonesia
 Tesaurus Bahasa Indonesia (Eko Endarmoko)
 Buku Pintar Penyuntingan Naskah (Pamusuk Eneste)
 Taktis Menyunting Naskah (Bambang Trim)
 Berbagai buku pedoman yang dikeluarkan Pusat Bahasa
 Kamus bahasa asing lainnya
 Karya sastra (cerpen, novel, puisi). Saya merekomendasikannya untuk melatih
kepekaan dan kelenturan berbahasa.
Semoga tulisan singkat ini mampu menjawab pertanyaan teman saya serta memberikan
gambaran mengenai tugas dan cara menjadi seorang editor. Perihal teknis
penyuntingan, gaya selingkung, serta kesalahan-kesalahan yang sering dan patut
diwaspadai akan dijabarkan dalam tulisan berikutnya. Ya, mudah-mudahan saja itu tidak
lama lagi.

Anda mungkin juga menyukai