Nama
Nim
: m. Yanis
: 163109819
JURUSAN DAKWAH
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI MALIKUSSALEH
2015 2016
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan dan kesempatan serta kelapangan berfikir kepada penulis sehingga karya ilmiah
yang sederhana ini telah dapat penulis selesaikan. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang merupakan sosok manusia yang
agung.
Makalah ini berjudul PENYUNTINGAN KARYA TULIS ILMIIAH Makalah ini
penulis susun guna memenuhi dan melengkapi beban studi untuk memperoleh nilai dalam
mata kuliah METODE PENULISAN KARYA ILMIAH di Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Malikussaleh Lhokseumawe. Penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak, baik yang bersifat materil maupun spiritual, oleh karena itu
penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini.
Ucapan terimakasih selanjutnya penulis sampaikan kepada dosen pembimbing dan
seluruh civitas akademika Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Malikussaleh Lhokseumawe.
Sebagai ucapan terimakasih yang terakhir penulis sampaikan kepada semua rekan-rekan yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kejanggalan baik isi maupun penyusunan bahasa. Hal ini terjadi hanya
karena keterbatasan ilmu penulis. Oleh sebab itu dengan segala keterbatasan dan kekurangan
yang ada, penulis memohon kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
penulisan makalah ini.
Akhirnya hanya kepada Allah jualah kita berserah diri semoga makalah ini dapat
berguna terutama bagi penulis khususnya dan kepada masyarakat pada umumnya.
Amin Ya Rabbal 'Alamin
Lhokseumawe,
SEPTEMBER 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..........................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
BAB 1.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................
C. Tujuan Penulisan...................................................................
BAB 2.
PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
BAB 3.
3
3
3
4
7
11
11
PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................... .........
B. Saran.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
14
14
A. Latar Belakang
Pada dasarnya kita semua bisa menulis. Baik kita seorang pendidik, siswa, mahasiswa,
praktisi hukum, seniman, ekonom, pebisnis, salesman, polisi, ABRI, ibu rumah tangga, dan
lain sebagainya. Singkat kata siapa pun bisa menulis. Karena yang terpenting dalam menulis
adalah kita mampu menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan sesuai dengan latar belakang,
keahlian dan keilmuan kita, sehingga kredibilitas kita sebagai penulis tidak diragukan lagi.
Di negara maju, menulis menjadi pekerjaan yang menarik dan bergengsi. Karena
dengan menulis selain mendapatkan honor yang lumayan juga dapat menyumbangkan
pemikiran-pemikiran atau gagasan-gagasan kita yang disertai dengan solusinya kepada
masyarakat luas. Semua media massa, baik itu surat kabar, majalah maupun tabloid sangat
membutuhkan tulisan-tulisan yang bersifat views itu. Bahkan beberapa surat kabar dan
majalah seringkali melakukan perekrutan kepada para akademisi atau praktisi agar bersedia
menulis untuk mengisi ruangan atau halaman yang telah disediakannya.
A. Rumusan Masalah
A.
B.
C.
D.
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Bagaimana hakikat penyuntingan karya tulis ilmiah
2. Untuk mengetahui Apa saja macam-macam editing.
3. Untuk mengetahui penyuntingan karya tulis ilmiah
4. Untuk mengetahui Bagaimana langkah yang dilakukan dalam penyuntingan karya
tulis ilmiah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah
perlu
dan
tambahkan
penjelasan
yang
dirasakan
sangat
menunjang
pembahasan. Penyuntingan sebaiknya dilakukan beberapa saat setelah selesai penulisan. Hal
ini, unuk menjaga ketenangan berpikir dan ketelitian mengoreksi karya tulis ilmiah.
Karya tulis ilmiah yang telah selesai ditulis keseluruhannya pasti belum sempurna.
Belum layak untuk dikirim langsung ke penerbit. Pada beberapa bagian selalu terdapat
kesalahan-kesalahan
yang
fatal,
sehingga
perlu
diperbaiki.
Proses
perbaikan
itu
disebut editing atau penyuntingan. Editing adalah proses memperbaiki karya tulis ilmiah
dengan cara mengoreksi, memeriksa, atau meneliti kembali apa yang sudah ditulis atau
diterbitkan. Penyempurnaan karya tulis ilmiah agar seiap diterbitkan perlu dibaca dan ditata
ulang oleh penulisnya atau orang lain yang dianggap berkemampuan atau sering kali disebut
sebagai editor ahli.
Langkah berikutnya, sebelum karya tulis ilmiah itu dikirim ke penerbit, kewajiban
penulis adalah melakukanediting atau penyuntingan terlebih dahulu. Kecepatan atau
keterlambatan proses penerbitan buku oleh penerbit banyak terkait dengan kesempurnaan
karya tulis ilmiah yang ditulisnya. Bahkan kegagalan sebuah buku yang akan diterbitkan
terletak pada hasil akhir editing. Kecerobohan dalam penyulitan merupakan awal kesulitan
dalam proses penerbitan.
Pada saat ini hampir semua penerbit memiliki editor penerbitan, dimana keberadaan
editor ini menjadi ciri khas industri penerbitan. Editor penerbitan ini berbeda dengan editor
ahli. Karya tulis ilmiah yang ditawarkan seorang penulis atau calon penulis kepada
penerbitnya biasanya di-reviewterlebih dahulu oleh editor untuk dilihat kelayakannya. Baru
setelah itu sang editor tersebut menyetujui penerbitannya, maka barulah dilakukannya
perjanjian penerbitan anatara penulis dan penerbit.
Setelah perjanjian disepakati bersama antara penulis dan penerbit, maka karya tulis
ilmiah akan diedit atau disnunting oleh editor penerbitan untuk kemudian dilakukan
pendesainan isi, lalu dilakukan koreksi yang bisa dilakukan oleh editor yang bersangkutan
atau korektor. Setelah koreksian selesai dilakukan dan dilakukan penyempurnaan didesain,
barulah karya tulis ilmiah yang sudah diedit editor penerbitan dan didesain rapi ini
dikembalikan kepada peenulis untuk dikoreksi ulang. Setelah penulis melakukan koreksi
ulang, barulah dilakukan tahap persiapan pencetakannya.
Dalam menulis karya tulis ilmiah, penulis juga berkewajiban menyelaraskan isi
bahasa, dan alur pikiran materi sebelum karya tulis ilmiah dikirimkan ke penerbit. Tentu itu
bukan bahwa karya tulis ilmiahnya akan diterima begitu saja oleh penerbit tanpa di kutak
katik dan langsung diterbitkan begitu saja. Di penerbit ada penyunting (bisa disebut editor)
yang berhak meluruskan dan menyelaraskan isi bahasakarya tulis ilmiah itu, misalnya dengan
menghapus bagian-bagian yang perlu ditambahkan. Mengapa penyuntingan perlu
dilaksanakan ? salah satu alasannya adalah agar tulisan kita lebih jelas, menarik dan mudah
dipahami oleh pembaca. Selain itu, penyuntingan perlu dilakukan untuk memperbaiki bahasa
yang mungkin masih bermasalah.
Alwasilah dalam artikelnya Ada Apa dengan Ilmu Bahasa ? menyatakan sebagai
berikut. Penulis dengan segala keterbatasannya bisa jadi tidak menyadari kesalahankesalahan berbahasa yang dilakukannya, meski ia sudah berulang kali karya tulis ilmiah.
Mengakui kesalahannya sendiri memmang tidak mudah, sebaliknya menunjukan kesalahan
orang lain lebih mudah, sesui peribahasa: semut diseberang lautan tampak, gajah di pelupuk
mata tidak tampak. Untuk itu perlu kita sadari betapa besarnya andil seorang editor
atau profeder dalam membantu menulis.
Peran penyunting (editor) sangat besar bagi penulis karena mereka merupakan rekan
penulis dalam mewujudkan impiannya, yakni menerbitkan karya tulis ilmiah. Inilah senarai
peranan mereka, yaitu :
1. Membantu penulis agar karyanya layak dibaca dan bisa diterbitkan.
2. Membebaskan karya tulis dari dari masalah kebahasaan seperti ejaan, tata bahasa,
tanda baca, dan sebagainya.
3. membantu agar tulisan memiliki koherensi yang baik antara kalimat-kalimat yang ada
dalam suatu paragaf, antara paragaf yang satu dengan paragaf yang lainnya , dan
4.
5.
6.
7.
8.
agar mencapai tujuannya dalam waktu yang sesingkat mungkin dengan tingkat kesalahan
seminimal mungkin, karena kerja sama antar penyunting dan penulis sangat diperlukan untuk
menghindari masalah yang timbul dalam penyuntingan. Sebelum penyuntingan dimulai harus
terlebih dahulu menyadari bahwa penyuntingan diperlukan untuk membuat kata, ungkapan,
kalimat, paragaf, dan subbab berkoherensi, halus, menarik dan lebih jelas supaya tidak terjadi
kesalahan- kesalahan dalam penyuntingan.
1. Secra umum, proses editing atau pengeditan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
penyuntingan secara redaksional. Menurut cara ini, editor memeriksa setiap kata dan
kalimat agar logis, mudah dipahami, dan tidak rancu (memiliki ejaan yang benar,
mempunyai arti, dan enak dibaca). Proses editingini mencakup kegiatan kegiatan
seperti memperbaiki kesalahan ejaan (tanda baca, tata bahasa, angka, nama, alamat,
dan sebagainya), menyusuaikian gaya bahasa dengan gaya surat kabar bersangkutan
dan mengetatkan tulisan (meringkas beberapa kalimat menjadi satu atau dua kalimat
dengan tidak mengubah makna kumpulan kalimat sebelumnya). Tujuan akhir proses
editing jenis ini adalah agar tulisan tidak hanya memiliki ejaan yang benar dan arti
yang jelas, tetapi juga enak dibaca.
2. Penyuntingan secara substansial, yakni editor memperhatikan data dan fakta agar tetap
akurat dan benar. Kegiatan-kegiatan yang dicakup dalam proses pengeditan jenis ini
adalah :
a. Memperbaiki kesalahan-kesalahan faktual
b. Menghindari kontradiksi dan mengedit berita untuk diperbaiki
c. Menghindari unsur-unsur seperti penghinaan, ambiguitas dan tulisan yang
d.
e.
f.
g.
Tujuan pengeditan tipe ini adalah untuk membuat tulisan menjadi mudah dimengerti,
tetapi juga sistematika tulisan secara keseluruhan tetap terjaga. Dari semua kegiatan yang
tercakup dalam dua jenis proses pengeditan tersebut, yang menjadi fokus editor adalah :
1. Menyadari perbedaan latar belakang para pembaca, baik dari segi umur, taraf hidup,
dan gaya hidup sehingga naskah yang dihasilkan sesuai dengan latar belakang
pembaca.
2. Tegas.
3. Memperbaiki tulisan tanpa merusak cara penulis dalam memaparkan pendapatnya.
4. Hati-hati dengan iklan terselebung yang termuat dalam tulisan.
Kebutuhan pengeditan muncul karena adanya prinsip dasar bahasa jurnalistik yang
harus terpenuhi dalam sebuah tulisan. Bahasa jurnalistik berfungsi sebagai bahasa komunikasi
masa. Karena peranannya tersebut, bahasa yang dipakai haruslah lebih jelas dan mudah
dibaca dengan tingkat intelektual minimal.
B. Macam-macam editing
1. Editing Isi/ Materi/ Gagasan
Ketika dalam proses penjulisan naskah ada kemungkinan terdapat ide yang tercecer,
ada pemikiran yang terputus, dan ada uraian yang tidak relevan. Maka dalam penyuntingan
tahap awal ini difokuskan dulu pada isi naskah dan tidak perlu memikirkan ejaan, perhurufan,
pengetikan, maupun lay out-nya.
Pada langkah ini perlu kecermatan tersendiri dalam pemahaman isi. Perhatikan
kalimat yang satu dengan kalimat yang lain, lalu dari alinea satu ke alinea lain. Hubungan
antar-kalimat dan antar-alinea mestinya merupakan mata rantai pemikiran yang sambungmenyambung.
Tidak kalah pentingnya juga, perlu dicermati aktualitas, ketepatan, dan kebenaran
pada data, grafik, tabel, foto, began yang disajikan dalam naskah. Sebab kesalahan data bisa
berakibat fatal.
Isi/ materi/ gagasan yang terdapat dalam bentuk teks buku di ibaratkan sebagai gizi
sebuah buku. Ketebalan atau tipisnya halaman buku terletak pada banyak atau sedikitnya
materi buku yang dituliskannya.
Karya tulis ilmiah yang akan diterbitkan memerlukan ketebalan yang memadai agar
buku itu secara estetika enak dipandang atau disimpan. Ketebalan buku berkaitan dengan
jumlah halaman yang menggambarkan isi/ materi/ gagasan. Buku yang jumlah halamanya
kurang tidak memberikan daya tarik, terutama untuk penyimpanan dan pendokumentasian.
Penyuntingan terhadap isi karya tulis ilmiah dapat dilakukan dengan cara
pengurangan, penggantian, dan penambahan isinya yang relevan dengan topik dan tema
kajiannya. Pengurangan terhadap isi/materi/ gagasan bila memang dianggaptidak relevan
dengan topik kajiannya. Kemudian mengantinya dengan suatu topik yang sedang dibahas.
Kalau kemungkinan ada sumber lain yang lebih aktual dan akurat,seorang penulis dapat saja
menambahkan isi/ materi/ gagasan itu untuk melengkapinya, misalnya grafik, tabel, gambar,
atau data lain yang dianggap perlu.
Proses editing atau penyuntingan ini dilakukan selain berkaitan dengan akurasi data,
informasi yang faktual, juga untuk menambah wawasan ilmu dan pengetahuan bagi penulis
dan pembacanya. Dengan demikian dapat menambah ketebalan halaman buku secara
langsung hingga mencapai ukuran ideal sebuah buku mata ajar kuliah yang ajan diterbitkan.
Namun begitu, seorang penulis jangan terjebak oleh suatu keinginan hanya untuk
mempertebal jumlah halaman tanpa memerhatikan isi/materi/gagasan yang dituliskannya.
Setelah penyuntingan isi ini dianggap selesai, barulah dilakukan penyuntingan sistematika
penulisan. Sebab, bisa jadi ketika menulis naskah tidak terfikirkan sistematika penulisan.
Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan adalah cara-cara penulisan pendahuluan, latar
belakang, pembahasan, penutup, dan lainnya sesuai jenis tulisannya.
2. Editing Paragaf
Editing atau penyuntingan terhadap isi/ materi/ gagasan akan berpengaruh pada
kepadatan paragaf, sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antar paragaf, ada
yang tebal dan ada yang tipis. Paragaf yang tidak berimbang tebal atau tipisnya dapat
mempengaruhi nilai estetika buku. Dengan demikian penyuntingan berikutnya harus
diarahkan terhadap bentuk idealis paragaf. Paragaf yang tipis harus diseimbangkan dengan
paragaf yang mencapai ketebalan standar hingga semua ketebalan paragaf dianggap relatif
seimbang. Ketebalan ideal sebuah buku dengan kertas ukuran A4 terdiri dri 3-4 paragaf.
Kalau isi/materi/ gagasan diibaratkan sebagai gizi sebuah buku maka paragaf
merupakan dagingnya. Karena itu penulisan antar paragaf dalam sebuah karya tulis ilmiah
sangat diperlukan keseimbangannya. Penyeimbangan ini dibutuhkan untuk memenuhi standar
estetika buku ketika dilakukan penilian dalam sebuah kompetisi. Paragaf yang terlalu tebal
dapat mempengaruhi daya baca seseorang dalam memahami teks. Seorang penulis mesti
memperhatikan ini, karena teks yang dibaca tanpa ada upaya memahaminya dari pembaca
menjadikan buku yang diterbitkan mubadzir. Sebaliknya ketipisan paragaf juga dikhawatirkan
tidak mewakili gagasan yang disampaikan penulis. Malah bisa jadi gagasannya itu tidak
selesai diungkapkan dengan kata-kata dan kalimat terbatas.
3. Editing Ragangan (Outline)
Ragangan atau outline dalam sebuah karya tulis ilmiah diibaratkan sebagai tulangtulangnya yang berfungsi mengikat daging yang mengandung gizi. Oleh sebab itu, ragangan
harus disusun secara sistematis berdasarkan topik dan subtopiknya. Sistematika ragangan
berkaitan dengan urut-urutan dan letak subtopik pembahasan yang akan ditulis.ragangan
dalam penulisan karya tulis ilmiah yang tela ditetapkan sejak awal bukanlah harga mati.
Dalam arti, ragangan yang tidak sesuai dengan isi/ materi/ gagasan dalam karya tulis ilmiah
masih bisa dibongkar pasang untuk menyesuaikannya. Sama halnya dengan judul tulisan atau
buku yang sudah di setting sejak awal boleh saja digonta ganti sesuai dengan tema yang telah
disajikannya.
Ragangan dapat saja diubah saat penulisan sedang berjalan atau nanti di akhir
penulisan. Mengedit ragangan bisa dengan cara mengurangi, mengganti atau menambahkan
sesua dengan subtopik kajian. Pada dasarnya ragangan yang sudah ditulis sejak awal
penulisan harus disesuaikan dengan apa yang dibahas dalam isi/ materi/gagasan dalam buku.
Pertimbagnanya akan lebih mudah mengganti ragangan daripada harus menulis ulang tema
kajian nya. Editing ragangan yang terbaik adalah saat finalisasi penulisan, sekaligus dalam
menetukan halaman pada daftar isi.
4. Editing Kebahasaan
Kebahasaan dalam sebuah karya tulis ilmiah disamakan dengan sebuh kulit sebagai
pembungkus daging dan tulang serta melindungi keberadaan gizinya. Karena itu, bahasa
karya tulis ilmiah harus memenuhi standardisasi bahasa yang berlaku. Bahasa Indonesia yang
menjadi dasar rujukan harus menggunakan ejaan yang disempurnakan (EYD). Penulisan
karya tulis ilmiah populer bahasanya tidak bisa seenaknyapenulis, tetapi harus menggunkan
bahasa formal atau semi formal.
Editing atau penyuntingan terhadap bahasa mutlak diperlukan kalau karya tulis ilmiah
itu akan diterbitkan. Penyutingan berkaitan dengan penghurufan, penomoran, pelambangan,
ejaan dan tanda baca. Hal ini dapat dipelajari tentang pengunaan EYD. Editng kebahasaan
mempunyai banyak fungsi, antara lain untuk standardisasi sebuah karya tulis ilmiah. Hal ini
sangat diperlukan dalam memberikan bobot atas karya tulis ilmiah. Selain itu juga, bahasa
dapat menjadi pemanis dalam menambah daya tarik pembaca. Namun demikian, untuk
penulisan karya tulis ilmiah tidak perlu menggunkan bahasa seindah puisiatau sajak.
Kebahasaan yang dimaksudkan di sini adalah berdasarkan kaidah tata bahasa yang berlaku.
Fungsi lain dari ketatabahasaan juga untuk mempercepat pemahaman pembaca terhadap
sebuah karya tulis ilmiah yang tersusun dari kata, kalimat dan paragaf.
Perangkat kebahasaan dipersiapkan untuk mempermudah penulisan karya tulis agar
lebih efektif. Perangkat ini mencakup perhurufan, penomoran atau angka, lambang, ejaan, dan
tanda baca.
Dalam buku lain dikatakan bahwa perbaikan materi tulisan (editing) menyangkut
beberapa aspek, diantaranya yaitu:
a. Revisi judul
Karena terkadang judul yang kita buat sifatnya masih sementara, maka kita harus
membuat judul yang lebih sesuai dengan isi tulisan, yang lebih menarik, lebih menggigit
dan lebih mengena sasaran pembaca. Untuk membuat judul yang menggigit, diperlukan
kepekaan rasa, keindahan bahasa serta ketegasan makna.
Sering terjadi judul karya tulis ilmiah konsumsi yang dibuat penulis pemula terlalu
panjang, terlalu singkat, datar, tidak menarik, tidak membumi, dan terlalu akademis. Kerap
terjadi, judul karya tulis ilmiah yang dibuat sama persis dengan judul laporan penilitian atau
judul skripsi yang terasa dingin, kaku, dan sangat formal.
b. Revisi intro
Seringkali penulis pemula menulis intro berkepanjangan, bertele-tele, berputar-putar,
tidak jelas, tidak ringkas, tidak menarik, membosankan, bahkan adakalanya membingungkan.
Intro adalah bagian pembuka atau pendahuluan. Dalam pidato, intro adalah pengantar
sebelum sampai kepada pokok bahasan. Intro artikel yang baik cukup tiga paragraf. Pastika
intro yang sudah ditulis memenuhi syarat : ringkas, jelas, menarik, dan ditulis dalam bahasa
jurnalistik yang baik.
c. Revisi komposisi
Komposisi berarti susunan yang seharusnya beraturan. Karya tulis ilmiah yang baik
harus sesuai dengan hukum komposisi. Sekali keluar dari hukum tersebut, kepala dibuat kaki
da sebalikanya, maka artikel yang dibuat tak ubahnya seperti sirkus. Untuk itu, perlu diperiksa
apakah komposisi artikel yang dibuat sudah baik.
d. Revisi akurasi dan relevansi data
Teliti dalam mengutip nama seseorang, jabatan, pangkat, kedudukan, alamat, angka,
tanggal, bulan dan tahun. Setelah diyakini semuanya tak ada yang salah tulis atau salah kutip,
teliti lagi apakah data yanng telah dikutip relevan dengan pokok bahasan. Jika tidak relevan,
maka harus dibuang.
e. Revisi ejaan dan istilah teknis
Tanpa sadar, kita sering menggunakan istilah-istilah teknis yang hanya dimengerti dan
dipahami oleh lingkungan sendiri yang sangat terbatas. Ganti istilah-istilah tersebut dengan
istilah yang lebih dipahami oleh umum.
f. Revisi gramatika
Berkomunikasi secara tertulis berbeda dengan berkomunikasi secara lisan. Bahasa
lisan lebih menekankan pengertian, sedangkan bahasa tulis lebih menekankan pada struktur
bahasa dan makna. Selain itu, bahasa artikel juga harus menggunakan bahasa jurnalistik yang
menggunakan kalimat-kalimat pendek, tegas, jelas, sederhana, dan mudah dimengerti.
g. Revisi bobot dan substansi materi tulisan
Menulis tidak hanya sekedar untuk memberikan informasi, meyakinkan, membujuk
atau mempengaruhi dan menghibur pembaca. Menulis sekaligus untuk menunjukkan
kapasitas dan kredibilitas penulis. Menulis seharusnya sesuai dengan pengetahuan , keahlian,
dan disiplin ilmu penulis. Hal seperti itu diperlukan agar suatu ketika penulis tidak salah
dalam mengirim karya tulis ilmiah.
h. Asumsi dampak yang diharapakan
Menulis berarti berkomunikasi. Menurut teori, komunikator yang baik adalah yang
senantiasa memperhatikan umpan balik. Komunikasi harus efektif, yaitu mencapai hasil yang
diharapkan. Menulis seharusnya dalam koridor normatif yang ada, realitas karya tulis ilmiah
adalah rasional, bukan realitas virtual atau fiksional.
C. Tujuan Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah
Tahap pemeriksaan atau penyuntingan konsep ini bertujuan untuk:
1. Melengkapi data yang dirasa masih kurang.
2. Membuang dan mengedit data yang dirasa tidak relevan serta tidak cocok dengan
pokok bahasan karya ilmiah.
3. Mengedit setiap kata-kata dalam karya ilmiah untuk menghindari penyajian bahanbahan secara berulang-ulang atau terjadi tumpang tindih antara tulisan satu dengan
tulisan yang lain.
4. Mengedit setiap bahasa yang ada dalam karya ilmiah untuk menghindari pemakaian
bahasa yang kurang efektif, contoh dalam penyusunan dan pemilihan kata,
penyesuaian kalimat, penyesuaian paragraf, maupun penerapan kaidah ajaan sesuai
EYD.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan
uraian
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
editing
adalah: pertama mempersiapkan karya tulis ilmiah yang siap cetak atau siap terbit (dengan
memperhtikan terutama segi ejaan, diksi dan struktur kalimat), makna ini sering
diterjemahkan menjadi menyunting; kedua merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat
kabar, majalah), menyusun (film, pita rekaman) dengan memotong dan memadukan
kembali.Ketiga proses memperbaiki karya tulis ilmiah dengan cara mengoreksi, memeriksa,
atau meneliti kembali apa yang sudah ditulis atau diterbitkan. Orang yang melakukan
pengeditan dipanggil dengan sebutan editor. Prosesediting atau penyuntingan ini dilakukan
selain berkaitan dengan akurasi data, informasi yang faktual, juga untuk menambah wawasan
ilmu dan pengetahuan bagi penulis dan pembacanya.
Macam-macam Editing :
1.
Editing Isi/ Materi/ Gagasan
Pada langkah ini perlu kecermatan tersendiri dalam pemahaman isi. Perhatikan
kalimat yang satu dengan kalimat yang lain, lalu dari alinea satu ke alinea lain. Hubungan
antar-kalimat dan antar-alinea mestinya merupakan mata rantai pemikiran yang sambungmenyambung. Maka dalam penyuntingan tahap awal ini difokuskan dulu pada isi karya tulis
ilmiah dan tidak perlu memikirkan ejaan, perhurufan, pengetikan, maupun lay out-nya.
2.
Editing Paragaf
Editing atau penyuntingan terhadap isi/ materi/ gagasan akan berpengaruh pada
kepadatan paragaf, sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antar paragaf, ada
yang tebal dan ada yang tipis.
3.
Editing Ragangan (Outline)
Ragangan atau outline dalam sebuah karya tulis ilmiah diibaratkan sebagai tulangtulangnya yang berfungsi mengikat daging yang mengandung gizi. Oleh sebab itu, ragangan
harus disusun secara sistematis berdasarkan topik dan subtopiknya.
4.
Editing Kebahasaan
Kebahasaan dalam sebuah karya tulis ilmiah disamakan dengan sebuh kulit sebagai
pembungkus daging dan tulang serta melindungi keberadaan gizinya. Karena itu, bahasa
karya tulis ilmiah harus memenuhi standardisasi bahasa yang berlaku. Bahasa Indonesia yang
menjadi dasar rujukan harus menggunakan ejaan yang disempurnakan (EYD). Penulisan
karya tulis ilmiah populer bahasanya tidak bisa seenaknyapenulis, tetapi harus menggunkan
bahasa formal atau semi formal. Editing atau penyuntingan terhadap bahasa mutlak
diperlukan kalau karya tulis ilmiah itu akan diterbitkan. Penyutingan berkaitan dengan
penghurufan, penomoran, pelambangan, ejaan dan tanda baca.
Dalam buku lain dikatakan bahwa perbaikan materi tulisan (editing) menyangkut
beberapa aspek, diantaranya yaitu:
a.
Revisi judul
b.
Revisi intro
c.
Revisi komposisi
d.
Revisi akurasi dan relevansi data
e.
Revisi ejaan dan istilah teknis
f.
Revisi gramatika
g.
Revisi bobot dan substansi materi tulisan
h.
Asumsi dampak yang diharapakan
Salah satu tujuan penyuntingan yaitu Mengedit setiap bahasa yang ada dalam karya
ilmiah untuk menghindari pemakaian bahasa yang kurang efektif, contoh dalam penyusunan
dan pemilihan kata, penyesuaian kalimat, penyesuaian paragraf, maupun penerapan kaidah
ajaan sesuai EYD. dalam menyunting sebaiknya memperhatikan beberapa langkah yang harus
ditempuh
B.
SARAN
Pembahasan makalah diatas masih jauh dari kesempurnaan maka penulis berharap
pada pembaca untuk kritik yang konstruktif demi menyempurnakan makalah yang kami buat
dan penulis menyarankan untuk pembaca tidak hanya terpacu terhadap makalah yang kami
telah buat demi memperluas wawasan tentang relevansi mata kuliah metode penulisan karya
ilmiah ini, karena kami sadari makalah ini jauh dari kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
Dwiloka, Bambang dan Riana, Rati. 2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta).
Dalman. 2012. Menulis Karya Ilmiah, (Jakarta: Rajawali Pers).
Haris Sumadiria, AS. 2004. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media).
HS, Lasa. 2009. Menulis Itu Segampang Ngomong, cet. III, (Yogyakarta: Pinus).