Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

"MENULIS KARANGAN MENGGUNAKAN AKSARA


LONTARAK"
Mata Kuliah: Anngukirik

Dosen pengampu: Drs. H. ABD. RAHIM SE, M.Pd

Disusun oleh:

Kelompk 8

UMMU AIMAH (201505501020)

SARMILA R

ISRAF ALMUNANDAR

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2022

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam menyelesaikan
makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak akan mampu
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada
Nabi agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, sehingga
makalah “"MENULIS KARANGAN MENGGUNAKAN AKSARA LONTARAK" dapat
diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Anngukirik. Penulis
berharap makalah tentang Lontarak makassar ini dapat menjadi referensi bagi masyarakat.

Penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat lebih baik. Apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan maupun konten, penulis
memohon maaf.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar 29 oktober 2022

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang................................................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ........................................................................................................ 1

C. Tujuan penulisan............................................................................................................ 2

D. Manfaat penulisan.......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian karangan........................................................................................................3

B. Jenis-jenis Karangan........................................................................................................4

C. Pengertian Aksara Lontara............................................................................................5

D. Contoh Penulisan Karangan Menggunakan aksara Lontarak..................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 7

B. Saran ............................................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sebagai bagian dari kegiatan berbahasa, menulis berkaitan erat dengan aktivitas berpikir.
Menurut Syafie’ie (1988:42), secara psikologis menulis memerlukan kerja otak, kesabaran
pikiran, kehalusan perasaan dan kemauan yang keras. Menulis dan berpikir merupakan dua
kegiatan yang dilakukan secara bersama dan berulang-ulang. Dengan kata lain, tulisan adalah
wadah yang sekaligus merupakan hasil pemikiran. Melalui kegiatan menulis, penulis dapat
mengkomunikasikan pikirannya. Melalui kegiatan berpikir, penulis dapat meningkatkan
kemampuannya dalam menulis.
Mengemukakan gagasan secara tertulis tidaklah mudah. Di samping dituntut kemampuan
berpikir yang memadai, juga dituntut berbagai aspek terkait lainnya, misalnya penguasaan materi
tulisan, pengetahuan bahasa tulis dan motivasi yang kuat. Untuk menghasilkan tulisan yang baik,
setiap penulis hendaknya memiliki tiga keterampilan dasar dalam menulis, yaitu keterampilan
berbahasa, keterampilan penyajian, dan keterampilan pewajahan. Ketiga keterampilan ini harus
saling menunjang atau isi-mengisi. Kegagalan dalam salah satu komponen dapat mengakibatkan
gangguan dalam menuangkan ide secara tertulis.

Karangan adalah suatu karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan
dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima jenis
karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi,
argumentasi, dan persuasi.

B. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Karangan


2. Bagaimana jenis-jenis Karangan
3. Apa itu aksara lontarak
4. Bagaimana contoh karangan dapam tulisan aksara lontarak

C. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu Karangan


2. Mengetahui Jenis-jenis Karangan
3. Mahasiswa di harapkan mampu mengenal aksara lontarak
4. Untuk mengetahui contoh penulisan karangan aksara lontarak

D. Manfaat Penulisan

Menambah pengetahuan mengenai Menulis Karangan Menggunakan aksara lontarak Agar


Masyarakat dapat mengembangkan cara penulisan atau menulisa huruf lontarak

Pembaca dapat mengetahui apa itu karangan Namun disamping itu juga dapat dijadikan sebagai
sebuah nilai tambahan ilmu pengetahuan dalam Jenis-jenis karangan

untuk menambah pengetahuan mengenai apa itu aksara lontarak

Untuk menambah wawasan mengenai contoh menulis karangan menggunakan aksara lontarak
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KARANGAN
Karangan berarti menyusun atau merangkai, pada awalnya kata merangkai tidak berkaitan
dengan kegiatan menulis. Operasional atau cakupan makna kata merangkai mula-mula
terbatas pada pekerjaan yang berhubungan dengan benda konkret seperti merangkai bunga
atau merangkai benda orang lain. Sejalan dengan kemajuan komukasi dan bahasa, lama-
kelamaan timbul istilah merangkai kata. Lalu berlanjut dengan merangkai kalimat, kemudian
jadilah apa yang disebut sebagai karangan. Orang yang merangkai atau menyusun kata,
kalimat dan alinea tidak disebut perangkai. Tetapi penyusun atau pengarang untuk
membedakannya dengan perangkai bunga. Belakangan muncul sebutan penulis karena
karangan tertulis juga disebut tulisan.
Sebenarnya Karangan tidak hanya dan tidak harus tertulis. Seperti halnya berkomunikasi,
kegiatan menulis karangan juga menggunakan bahasa sebagai mediumnya dapat
berlangsung secara lisan. Seseorang yang berbicara misalnya, dalam sebuah diskusi atau
berpidato secara serta merta (improntu) otaknya terlebih dahulu harus mengarang sebelum
mulutnya berbicara.
Penulis berpendapat bahwa mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, atau
paragraf dalam rangka menjabarkan atau mengulas topik dan tema tertentu untuk
memperoleh hasil akhir berupa karangan. Untuk bahan perbandingan, disini dikutipkan
pendapat Widyanmartaya dan Sudiati (1911:77). Menurut keduanya , Karangan adalah
“keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami”.
Jadi karangan adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu
topik atau pokok bahasan. Setiap karangan yang ideal pada prinsipnya merupakan uraian
yang lebih tinggi atau lebih luas dari paragraf. Selain itu, karangan juga mempunyai arti lain
yaitu bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu
kesatuan tema yang utuh. Karangan diartikan pula dengan rangkaian hasil pemikiran atau
ungkapan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang teratur.
B. JENIS-JENIS KARANGAN.

1. Berdasarkan Bentuknya
a. Puisi, adalah karangan yang mengutamakan keindahan bentuk dan bunyi serta kepadatan
makna. Puisi pada umunya berbentuk monolog.

b. Drama, adalah karangan yang berupa dialog sebagai pembentuk alurnya.

c. Prosa, adalah jenis karangan yang disusun secara bebas dan terperinci.

Bentuknya merupakan percangkokan monolog dengan dialog. Prosa terbagi dalam dua
macam :

1) Fiksi, adalah karangan yang disusun dalam bentuk alur yang menekankan aturan
sistematika perceritaan. Contohya : novel dan cerpen.

2) Nonfiksi, adalah karangan yang menekankan aturan sistematika ilmiah, dan aturan-aturan
kelogisan. Contohnya: essay, laporan penelitian, dan biografi.

2. Berdasarkan Cara Penyajiannya

a. Karangan narasi, adalah karangan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dengan
tujuan agar pembaca seolah-olah mengalami kejadian yang diceritakan itu.

b. Karangan deskripsi, adalah karangan yang menggambarkan suatu objek dengan tujuan agar
pembaca merasa seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan itu.

c. Karangan eksposisi, adalah karangan yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau


informasi. Tujuannya agar pembaca mendapat informasi dan pengetahuan dengan sejelas-
jelasnya. Dikemukakan data dan fakta untuk memperjelas pemaparan.

d. Karangan argumentasi, adalah karangan yang bertujuan untuk membuktikan suatu


kebenaran sehingga pembaca meyakini kebenaran itu. Pembuktian memerlukan data dan
fakta yang meyakinkan.

e. Karangan persuasi, adalah karangan yang bertujuan untuk mempengaruhi pembaca.


Karangan ini pun memerlukan data sebagai penunjang.

3. Berdasarkan Masalah yang Disajikannya

a. Karangan populer, adalah karangan yang membahas peristiwa sehari-hari dengan


menggunakan ragam bahasa yang biasa digunakan masyarakat pada umumnya.

b. Karangan ilmiah, adalah karangan yang membahas masalah-masalah yang berkain dengan
disiplin ilmu tertentu. Ragam bahasa yang digunakan bersifat teknis yang hanya dapat
dipahami masyarakat tertentu.

c. Karangan ilmiah populer, adalah karangan yang membahas masalah-masalah keilmuan


dengan menggunakan ragam bahasa yang dipahami masyarakat pada umumnya.
d. Surat merupakan karangan yang mengupas beragam persoalan dalam berbagai kepentingan
tertentu. Pembacanya dinyatakan secara khusus.

e. Karangan sastra, adalah karangan yang berisi cerita rekaan dengan bahasa, gaya, citra dan
rasa yang indah. Cerita-cerita yang dinyatakannya lebih bersifat individual.

C. Pengertian Aksara Lontara.


Aksara Lontara, juga dikenal sebagai aksara Bugis, aksara Bugis-Makassar, atau aksara
Lontara Baru adalah salah satu aksara tradisional Indonesia yang berkembang di Sulawesi
Selatan. Aksara ini terutama digunakan untuk menulis bahasa Bugis dan Makassar, tetapi
dalam pekembangannya juga digunakan di wilayah lain yang mendapat pengaruh Bugis-
Makassar seperti Bima di Sumbawa timur dan Ende di Flores dengan tambahan atau
modifikasi.[1] Aksara ini merupakan turunan dari aksara Brahmi India melalui perantara
aksara Kawi.[2] Aksara Lontara aktif digunakan sebagai tulisan sehari-hari maupun sastra
Sulawesi Selatan setidaknya sejak abad 16 M hingga awal abad 20 M sebelum fungsinya
berangsur-angsur tergantikan dengan huruf Latin. Aksara ini masih diajarkan di Sulawesi
Selatan sebagai bagian dari muatan lokal, tetapi dengan penerapan yang terbatas dalam
kehidupan sehari-hari.
Aksara Lontara adalah sistem tulisan abugida yang terdiri dari 23 aksara dasar. Seperti aksara
Brahmi lainnya, setiap konsonan merepresentasikan satu suku kata dengan vokal inheren /a/
yang dapat diubah dengan pemberian diakritik tertentu. Arah penulisan aksara Lontara adalah
kiri ke kanan. Secara tradisional aksara ini ditulis tanpa spasi antarkata (scriptio continua)
dengan tanda baca yang minimal. Suku kata mati, atau suku kata yang diakhiri dengan
konsonan, tidak ditulis dalam aksara Lontara, sehingga teks Lontara secara inheren dapat
memiliki banyak kerancuan kata yang hanya dapat dibedakan dengan konteks.
Aksara Lontara tak memiliki tanda baca virama (pemati vokal) sehingga aksara konsonan
mati tidak dituliskan. Hal ini dapat menimbulkan kerancuan bagi orang yang tak terbiasa dan
tidak mengerti akan kata yang dituliskan. Misalnya kata “Mandar” hanya ditulis mdr, dan
tulisan sr dapat dibaca sebagai “sarang”, sara’, atau “sara” tergantung pada konteks kalimat.
Ditilik dari segi bentuknya, aksara Lontara sangat berbeda dengan aksara lainnya. Pada
aksara Lontara tidak dijumpai garis melengkung atau bengkok. Hanya ada garis lurus ke atas
dan ke bawah. Pada pertemuan garis lurus ke atas dan garis lurus ke bawah terdapat patahan.
Maknanya, sebagai perwujudan dari karakter suku Bugis yang mencintai kejujuran, kemudian
disimbolkan dengan garis lurus, dengan suatu semboyan lebih baik patah daripada harus
bengkok.
Kemudian dari segi teknis penulisannya aksara Lontara menggunakan garis tebal tipis dan
bukan tipis tebal. Garis lurus ke atas harus tebal dan garis lurus ke bawah harus tipis atau
halus. Ini menyiratkan tekad yang besar untuk maju dan berkembang. Sedangkan garis lurus
halus ke bawah sebagai simbol kehalusan budi pekerti.
Aksara Lontara aktif digunakan sebagai tulisan sehari-hari maupun sastra Sulsel setidaknya
sejak abad 14 hingga awal abad 20 sebelum fungsinya berangsur-angsur tergantikan dengan
huruf Latin. Aksara ini masih diajarkan di Sulsel sebagai bagian dari mata pelajaran muatan
lokal di sekolah-sekolah, meski dalam praktiknya di kehidupan sehari-hari masih sedikit yang
menerapkannya.
Selain terdapat pada sejumlah naskah kuno, aksara Lontara juga disematkan sebagai bagian
dari aksara daerah untuk melengkapi papan penunjuk jalan, nama gedung dan hal lainnya di
Sulsel. Tak hanya itu saja, pada salah satu tembok bangunan Pusat Studi Asia Tenggara dan
Karibia di Leiden, Belanda, tertulis sebait puisi beraksara Lontara berukuran besar.
D. Contoh Penulisan Karangan Menggunakan Aksara lontarak.
ᨕᨔᨒᨆᨘᨕᨒᨕᨗᨀᨘ ᨐᨑᨆᨈᨘᨒᨖᨗ ᨓᨅᨑᨀᨈᨘ᨞
ᨕᨗᨐᨆᨗᨊᨙ ᨀᨗᨈ ᨕᨀ-ᨀᨊᨕᨗ ᨑᨙᨓᨔ ᨆᨀᨈᨙᨑᨙᨊ ᨊᨅᨗᨐ ᨆᨘᨖᨆ ᨔᨒᨒᨖ' ᨕᨒᨕᨗᨖᨗ
ᨓᨔᨒ᨞ ᨊᨀᨊ ᨔᨘᨑᨚᨊ ᨕᨒ ᨈᨕᨒ ᨈᨚ ᨊᨗᨀᨆᨔᨙᨕᨂ ᨊ ᨊᨗᨄᨔᨘᨀᨘ᨞ ᨕᨗᨐ-ᨕᨗᨓᨊᨆᨚ
ᨈᨕᨘ ᨕᨅᨌᨕᨗ ᨔᨘᨑ ᨀᨈᨙᨑᨙᨀᨘ ᨊᨒᨂᨙᨑᨙ,ᨕᨗᨕᨑᨙᨀ ᨊᨗᨅᨌ ᨑᨗ ᨄᨀᨑᨆᨘᨒᨊ ᨈᨘᨒᨘᨔᨘ ᨆᨂᨙ ᨑᨗ
ᨀᨒᨙᨅᨀᨊ ᨊᨗᨄᨆᨚᨄᨚᨑᨂᨗ ᨑᨗ ᨕᨒ ᨈᨕᨒ ᨑᨗ ᨉᨚᨔᨊ, ᨉᨚᨔ ᨊᨕᨔᨙᨂ ᨔᨗᨕᨁ ᨉᨚᨔ
ᨈᨊ ᨕᨔᨙᨂ ᨀᨆ ᨈᨚᨉᨚ ᨒᨙᨀᨚ ᨀᨓᨘ ᨆᨑᨘᨊᨂ ᨆᨊᨕᨘ ᨑᨗᨈᨀᨙᨊ ᨈᨘᨒᨘᨔᨘ ᨆᨊᨕᨘ ᨑᨗ
ᨄᨚᨀᨚᨊ᨞ ᨆᨊ ᨔᨗᨒᨓᨑ ᨈ ᨊᨗᨕ ᨕᨆᨈ᨞
ᨀᨆ ᨈᨚᨆᨗᨍᨚ ᨉᨚᨔᨊᨈᨕᨘ ᨕᨅᨌᨐ ᨕᨗ ᨑᨘᨊᨊ ᨑᨗᨀᨒᨙᨊ ᨈᨘᨒᨘᨔᨘ ᨆᨊᨕᨘ ᨑᨗ ᨈᨀᨙᨊ
ᨆᨊ ᨔᨗᨀᨙᨉᨙ ᨈ ᨊᨗᨕ ᨕᨆᨈ ᨔᨗᨕᨁ ᨈᨕᨘ ᨕᨒᨂᨙᨑᨙᨀᨕᨗ ᨔᨗᨕᨁ ᨈᨕᨘ ᨕᨅᨚᨒᨗᨀᨕᨗ ᨑᨗ
ᨅᨒᨊ ᨔᨘᨑ ᨀᨈᨙᨑᨙᨊ ᨕᨊᨙ, ᨀᨑᨕᨙ ᨆᨕᨘᨒᨊ ᨆᨘᨖᨆ ᨈᨘᨊᨗᨄᨗᨒᨙᨕᨗ ᨑᨗ ᨕᨒ ᨈᨕᨒ᨞
ᨊᨅᨈᨘᨆᨚ ᨅᨙᨒᨊ ᨔᨗ ᨈᨕᨘ ᨊᨅᨗᨐ ᨔᨒᨒᨔᨘ ᨕᨒᨕᨗ ᨓᨔᨒ ᨊᨗᨀᨊᨐ ᨕᨅᨘ ᨅᨀ ᨕᨔᨗᨉᨗ
ᨑᨉᨗᨕᨒᨖᨘ ᨕᨖ᨞ ᨈᨕᨘ ᨈᨚᨍᨙ-ᨈᨚᨍᨙ ᨊ ᨊᨗᨀᨑᨊᨘᨕ ᨑᨗ ᨕᨒ ᨈᨕᨒ ᨕᨈᨘ ᨊᨗᨀᨊᨐ
ᨄᨁᨘᨒᨘᨊ ᨔᨗᨀᨆ ᨕᨊᨙ ᨈᨘᨆᨈᨄᨀ᨞

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Iyaminne kittak angka-kanai rewasa makkatterekna Nabbiya Muhammad sallallahu'alaihi
wasallama. Nakana suro-Na Alla Taala to nikamaseanga na nipassukkuk. Iya-iyannamo tau
ambacai surak katterekku nalanngerek, iareka nibaca ri pakaramulanna tulusuk mange ri
kalebbakkanna nipammopporangi ri Allah Taala ri dosana, dosa naassenga siagang dosa.
tana assenga kamma todong lekok kayu marunanga manaung ri tangkenna tulusuk manaung
ri pokokna. manna silawarak ta niak ammantang.

Kamma tomminjo dosana tau ambacayyai runanna ri kalenna tulusuk manaung ri tangkenna
manna sikeddek ta niak ammantang siagang tau allanngerekai siagang tau ambolikai ri
ballakna surak katterekna anne, Karaeng Maulana Muhammad tunipilei ri Alla Taala.
Nabattumo belana sitau Nabbiya saw nikanayya Abu Bakar Assiddik ra. tau tojeng-tojeng na
nikarannuang ri Alla Taala antu nikanayya panngulunna sikamma anne tumatappaka.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan
menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum
dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.

karangan adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok
bahasan. Setiap karangan yang ideal pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas
dari paragraf. Selain itu, karangan juga mempunyai arti lain yaitu bentuk tulisan yang mengungkapkan
pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Karangan diartikan pula dengan
rangkaian hasil pemikiran atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang teratur.

Aksara Lontara adalah sistem tulisan abugida yang terdiri dari 23 aksara dasar. Seperti aksara Brahmi
lainnya, setiap konsonan merepresentasikan satu suku kata dengan vokal inheren /a/ yang dapat diubah
dengan pemberian diakritik tertentu. Arah penulisan aksara Lontara adalah kiri ke kanan. Secara
tradisional aksara ini ditulis tanpa spasi antarkata (scriptio continua) dengan tanda baca yang minimal.
Suku kata mati, atau suku kata yang diakhiri dengan konsonan, tidak ditulis dalam aksara Lontara,
sehingga teks Lontara secara inheren dapat memiliki banyak kerancuan kata yang hanya dapat dibedakan
dengan konteks.

B. Saran

Demikianlah makalah yang penulis buat ini, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan para
pembaca. Penulis mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang
jelas, dimengerti, dan lugas.Karena penulis hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan
penulis juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Sekian, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Karangan

http://fera-widiastuti.blogspot.com/2015/05/makalah-menulis-karangan.html?m=1

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Aksara_Lontara

https://kependidikan-com.cdn.ampproject.org/v/s/kependidikan.com/jenis-karangan/?
amp=&amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D%3D#amp_tf=Dari
%20%251%24s&aoh=16671346356251&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&ampshare=https
%3A%2F%2Fkependidikan.com%2Fjenis-karangan%2F

Anda mungkin juga menyukai