Anda di halaman 1dari 140

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/352130833

BELAJAR MENULIS KARANGAN

Book · June 2021

CITATIONS READS

0 3,317

2 authors, including:

Rohana Syamsuddin
Universitas Negeri Makassar
164 PUBLICATIONS 129 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Rohana Syamsuddin on 04 June 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ROHANA & SYAMSUDDIN

BELAJAR MENULIS
KARANGAN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanya kehadirat Allah SWT, karena atas


limpahan rahmat dan hidayah-Nya, Buku yang berjudul
“BELAJAR MENULIS KARANGAN” dapat
diselesaikan sesuai jadwal yang telah direncanakan.

Penulisan buku ini dapat diselesaikan berkat kerjasama


dan bantuan dari berbagai pihak. Kami menyadari
bahwa banyak sumbang saran, kritik dan teguran yang
diberikan oleh berbagai pihak, sehingga mendorong
kami untuk bekerja lebih giat dalam menyelesaikan
buku ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih


mempunyai kekurangan dan kelemahan. Oleh karena
itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk
kesempurnaannya. Semoga makalah ini bermanfaat
dalam mengembangkan dunia pendidikan. Aamiin
DAFTAR ISI

BAB I PENGERTIAN DAN UNSUR


MENGARANG 2
1. Pengertian Mengarang 2
2. Unsur-unsur Mengarang 7
BAB II DASAR-DASAR MENGARANG 16
1. Tema Tulisan 16
2. Judul 18
3. Kaidah Kebahasaan 21
4. Paragraf 34
5. Kutipan 42
BAB III NILAI DAN MANFAAT
MENGARANG 48
A. Nilai dari Mengarang 48
B. Manfaat Mengarang 52
BAB IV JENIS-JENIS KARANGAN 67
I. Karangan Deskripsi 67
II. Karangan Narasi 78
III. Karangan Eksposisi 94
IV. Karangan Argumentasi 109
V. Karangan Persuasi 116
BAB V PEMBAHASAN EVALUASI 123
1

BAB I

PENGERTIAN DAN UNSUR MENGARANG

1. Pengertian Mengarang
Untuk mulai mengembangkan diri agar dapat
mengarang suatu tulisan apapun, setiap peminat perlu
terlebih dahulu mengerti dan memahami beberapa
pengertian yang menyangkut kegiatan itu.
a. Mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan
seseorang mengungkapkan gagasan dan
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada
bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk
dipahami.
b. Menulis atau mengarang pada hakikatnya adalah
menuangkan gagasan, pendapat gagasan, perasaan
keinginan, dan kemauan, serta informasi ke dalam
tulisan dan ”mengirimkannya” kepada orang lain.
c. Karangan adalah hasil perwujudan gagasan
seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan
dimengerti oleh masyarakat pembaca.
2

d. Mengarang merupakan pekerjaan merangkai kata,


kalimat, dan alinea untuk menjabarkan atau
mengulas topik dan tema tertentu guna memperoleh
hasil akhir berupa karangan.
e. Pengarang adalah seseorang yang karena
kegemarannya atau berdasarkan bidang kerjanya
melakukan kegiatan pengarang.
Mengarang berarti menyusun atau merangkai,
pada awalnya kata merangkai tidak berkaitan dengan
kegiatan menulis. Operasional atau cakupan makna kata
merangkai mula-mula terbatas pada pekerjaan yang
berhubungan dengan benda konkret seperti merangkai
bunga atau merangkai atau merangkai benda orang lain.
Sejalan dengan kemajuan komukasi dan bahasa, lama-
kelamaan timbul istilah merangkai kata. Lalu berlanjut
dengan merangkai kalimat, kemudian jadilah apa yang
disebut sebagai karangan. Orang yang merangkai atau
menyusun kata, kalimat, dan alinea tidak disebut
perangkai. Tetapi penyusun atau pengarang untuk
membedakannya dengan perangkai bunga. Belakangan
3

muncul sebutan penulis karena karangan tertulis juga


disebut tulisan.
Sebenarnya, mengarang tidak hanya dan tidak
harus tertulis. Seperti halnya berkomunikasi, kegiatan
mengarang yang juga menggunakan bahasa sebagai
mediumnya dapat berlansung secara lisan. Seseorang
yang berbicara misalnya, dalam sebuah diskusi atau
berpidato secara serta merta (improntu) otaknya terlebih
dahulu harus mengarang sebelum mulutnya berbicara.
Mengarang adalah pekerjaan merangkai kata,
kalimat, atau paragraph dalam rangka menjabarkan atau
mengulas topik dan tema tertentu untuk memperoleh
hasil akhir berupa karangan. Untuk bahan perbandingan,
disini dikutipkan pendapat Widyanmartaya dan Sudiati
(1911:77). Menurut keduanya, mengarang adalah
“keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk
mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya
melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami”.
Karangan adalah hasil penjabaran suatu gagasan
secara resmi dan teratur tentang suatu topic atau pokok
4

bahasan. Setiap karangan yang ideal pada prinsipnya


merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari
paragraph. Selain itu, karangan juga mempunyai arti lain
yaitu bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan
perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang
utuh. Karangan diartikan pula dengan rangkaian hasil
pemikiran atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk
tulisan yang teratur.
Mengarang merupakan segenap rangkaian
kegiatan seseorang mengungkapkan buah pikirannya
melalui bahasa tulis untuk dibaca dan di mengerti oleh
orang lain. Buah pikiran itu dapat berupa pengalaman,
pendapat, pengetahuan, keinginan perasaan sampai
gejolak kalbu seseorang. Buah pikiran ini diungkapkan
dan disampaikan kepada pihak lain dengan wahana
berupa bahasa tulis, yakni bahasa yang tidak
menggunakan peralatan bunyi dan pendengaran
melainkan berwujud sebagai tanda dan lambang yang
harus dibaca.
5

Wujud karangan dapat berupa pengalaman,


pendapat, pengetahuan, keinginan perasaan sampai
gejolak kalbu seseorang. Buah pikiran ini diungkapkan
dan disampaikan kepada pihak lain dengan wahana
berupa bahasa tulis, yakni bahasa yang tidak
menggunakan peralatan bunyi dan pendengaran
melainkan berwujud sebagai tanda dan lambang yang
harus dibaca.
Dalam Bahasa Indonesia menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia ada suatu kata padanan yang
mempunyai arti yang sama dengan mengarang, yaitu
menulis.
Menulis arti pertamanya ialah membuat, huruf,
angka, nama, dan sesuatu tanda kebahasaan apapun
dengan sesuatu alat tulis pada suatu halaman tertentu.
Kini dalam pengertiannya yang luas menulis merupakan
kata sedapan yang mempunyai arti yang sama seperti
mengarang.
6

Pengertian menulis, tulisan, penulis dan tulis menulis


sama pengertiannya dengan mengarang, karangan,
pengarang, dan karang-mengarang.

2. Unsur-unsur Mengarang
Menurut The liang Gie (2002), unsur menulis
dibagi menjadi empat (4) yaitu :
1) Gagasan
Gagasan itu dapat berupa pendapat, pengalaman,
atau pengetahuan seseorang. Gagasan dapat
seseorang pasti ada perbedaan, sebagai contoh
apabila dua orang disuruh untuk memberikan
gagasan melalui tulisan mengenai pengalaman
pendidikan, maka hasil tulisan mereka akan
berbeda.
2) Tuturan
Tuturan adalah pengungkapan gagasan yang dapat
di pahami pembaca. Tuturan disebut juga dengan
paragraf, ada beberapa macam tuturan antara lain:
7

a. Narasi
Narasi adalah Tuturan atau Karangan yang isinya
menceritakan suatu kejadian atau peristiwa yang
diceritakan berdasarkan urutan waktu narasumber
(Orang) yang memberikan Informasi.
b. Deskripsi
Deskripsi adalah Tuturan atau karangan yang isinya
menggambarkan suatu peristiwa atau kejadian
secara detail berupa bentuk,warna,sifat yang
dimiliki tokoh atau benda yang di gambarkan.
c. Eksposisi
Eksposisi adalah Tuturan atau karangan yang isinya
menguraikan suatu cerita dengan tujuan
menjelaskan maksud dan tujuan suatu cerita atau
karangan tersebut.
d. Argumentasi
Argumentasi adalah Tuturan atau karangan yang
isinya memberikan tanggapan atau pendapat tentang
permasalahan atau peristiwa.
8

e. Persuasi
Persuasi adalah tuturan atau karangan yang isinya
mengajak kepada seseorang dengan cara
memberikan alasan dan prospek baik yang
meyakinkan, bujukan halus dengan tujuan
membuktikan pendapat.

3) Tatanan
Tatanan merupakan aturan yang harus penuhi atau
dilakukan ketika akan menuangkan suatu karangan
atau gagasan. Dapat diartikan bahwa ketika menulis
harus menggunakan kaidah atau aturan dalam
menulis atau mengarang. Aturan dalam menulis atau
mengarang yaitu sebagai berikut :
a. Bagaimana mengatur agar persoalan yang sudah
dibahas tidak diulang lagi.
b. Apa saja yang akan dituangkan dalam tulisan
tersebut
c. Fokus dengan apa yang akan ditulis
9

Tatanan juga berguna agar tulisan yang akan kita


buat tidak menyalahi aturan atau pedoman penulisan
baku. Aturan menulis karya ilmiah sangat berbeda
dengan aturan menulis artikel. Menulis artikel sangat
membutuhkan tatanan atau aturan, diantara tatanan
dalam menulis artikel misalnya :
a. Diksi atau pilihan kata
b. Sistematika penulisan
c. Alur cerita
d. Akhir cerita
Sebaliknya untuk menulis karya ilmiah dibutuhkan
tatanan yang ketat, diantara tatanan itu dapat
diurutkan sebagai berikut :
a. Latar belakang masalah
b. Rumusan masalah
c. Tujuan
d. Manfaat
e. Tinjauan teori
f. Metode
10

Nb : perlu di ketahui bahwa tatanan diatas tidak


boleh dibolak balik.
4) Wahana
Wahana sering disebut alat atau sarana penghantar
gagasan. Wahana dapat dikategorikan berupa :
a. Kosa kata
b. Gramatika
c. Retorika (Seni memakai bahasa)
Bagi penulis yang masih awal untuk mengatasi hal
tersebut dengan cara memperkaya kosa kata yang
belum diketahui artinya, Rajin menulis dan
membaca, maka dengan rajin menulis dan membaca
akan menambah perbendaharaan arti kosakata.
Setelah seseorang dapat menghimpun banyak
gagasan yang bisa disampaikan kepada pembaca, ia
harus mengembangkan ide-ide tersebut dari waktu
ke waktu. Khususnya ia harus berpikir secara
reflektif (pantul diri) dan secara asosiatif (saling
hubung) sehingga benar-benar jelas suatu pokok soal
yang dapat dituturkannya ke luar, sesuatu segi yang
11

perlu dibahasnya terinci, dan sesuatu bentuk


penuturan sampai macam karangan yang paling tepat
untuk menyampaikan idenya kepada masyarakat
pembaca yang dituju.
Selanjutnya bentuk penuturan yang telah
ditentukan perlu digarap dalam wujud tatanan
dengan daftar butir-butir informasi, menyusun antar-
hubungan satu sama lain, mengatur menjadi sebuah
rangka yang mempunyai sistematik tertentu atau
mengandung pola teratur, dan terakhir
menuangkannya di atas kertas menjadi suatu garis
besar karangan yang pasti. Garis besar karangan
itulah yang kemudian dikarang menjadi sebuah
karangan yang utuh dan lengkap.
Dalam proses karang-mengarang diperlukan
bahasa tulis sebagai medium untuk mengangkut
gagasan dari pikiran seseorang kepada pihak
pembaca. Setiap ide perlu dilekatkan pada suatu
kata, kata-kata dirangkai menjadi uangkapan atau
frasa, beberapa frasa digabungkan menjadi anak
12

kalimat, sejumlah anak kaliamat membangun sebuah


kalimat, serangkaian kalimat membentuk alinea,
alinea-alinea akhirnya mewujudkan sebuah
karangan. Satuan-satuan dari penulisan karangan
adalah kalimat. Tetapi, satuan untuk pikiran dalam
karangan ialah alinea. Seorang pengarang berpikir
dalam kerangka alinea, tetapi menuliskan
gagasannya dalam susunan kalimat-kalimat.
Untuk suatu karangan yang luas, alinea-alinea itu
dapat digabungkan menjadi beberapa paragraph atau
bab ataupun suatu pembagian lainnya dari karangan
seutuhnya.
Proses gagasan menjadi karangan itu dapat
kiranya dijelaskan dengan bagan di bawah ini:
13

Ide pengarang

kata Terbentuk dari huruf


dan suku kata
ungkapan
Rangkaian kata

Anak kalimat Gabungan ungkapan

kalimat Terdiri atas kata, uangkapan,


dan anak kaliamat

alinea Tersusun dari kalimat

Paragraph dan/atau bab


Mencakup alinea
EVALUASI BAB I

1. Jelaskan pengertian mengarang!


2. Tuliskankarangan
unsur-unsur mengarang!

(berisi ide yang disampaikan dengan bahasa tulis


14

SOAL Bab 1

1. Tuliskan 5 macam unsur tuturan!

2. Jelaskan perbedaan antara tatanan menulis


artikel dengan tatanan menulis karya ilmiah!

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan unsur


wahana!

4. Jelaskan apa saja dibutuhkan tatanan atau


aturan, dalam menulis artikel ?:

5. Jelaskan apa saja dibutuhkan untuk


menulis karya ilmiah ?
15

BAB II
DASAR-DASAR MENGARANG

1. Tema Tulisan
Dilihat dari sudut sebuah karangan yang telah
selesai, tema dapat diartikan suatu amanat utama yang
disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Tema
dapat diseput juga topik atau poko pembicaraan dan
tujuan yang ingin dicapai. Bersarkan kedua hal tersebut
tema dapat diartikan pula sebagai suatu perumusan dari
topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan
tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi.
Untuk merumuskan sebuah tema yang baik, kita
harus memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. Kejelasan
Kejelasan merupakan hal yang sangat esensial
bagi sebuah tulisan yang baik. Kejelasan dapat dilihat
dari gagasan sentralnya. Kalau gagasan sentralnya
jelas, tema tersebut dapat dirumuskan dalam sebuah
16

kalimat yang jelas. Kejelasan tema dapat pula dilihat


dari subordinasi atau rincian-rinciannya.

b. Kesatuan
Kesatuan dapat dilihat dari adanya satu gagasan
sentral yang menjadi landasan seluruh tulisan itu.
Sebenarnya kejelasan dan kesatuan merupakan hal
yang sama, hanya segi penekannannya yang
berbeda. Kesatuan lebih melihat dari persoalan
bahwa hanya ada satu gagasan sentral dalam setiap
tulisan. Setiap rincian dari gagasan sentral tadi
hanya sebagai penunjang atau pendukung untuk
memperjelas pesan yang terkandung dalam gagasan
sentral.
c. Perkembangan
Perkembangan disini lebih ditekankan kepada
pengembangan paragraf. Pengembangan paragraf
dapat dilihat dari dua sudut, yaitu pertama, apakah
gagasan yang lebih tinggi sudah diperinci secara
17

maksimal atau belum, kedua, apakah perincian


tersebut telah disusun secara logis dan sistematis.
d. Keaslian
Keaslian dapat diukur dari sudut pilihan pokok
persoalan, sudut pandang, pendekatan, rangkaian
kalimat, pilihan kata, dan sebagainya.

2. Judul
Sebuah judul tulisan hendaknya memenuhi
kriteria sebagai berikut:
1) Judul harus relevan, artinya, sebuah judul harus
mempunyai pertalian yang erat dengan temanya,
atau ada pertalian dengan beberapa bagan
penting dari tema itu.
2) Judul harus provokatif, artinya, judul harus
disusun sedemikian rupa sehingga dapat
menimbulkan keingintahuan dari tiap pembaca
terhadap isi tulisan secara keseluruhan.
3) Judul harus singkat, artinya, judul tidak boleh
disusun dalam bentuk kaimat panjang.
18

Kerangka Tulisan
Kerangka tulisan merupakan suatu rencana kerja
yang memuat garis-garis besar dari suatu tulisan yang
lengkap. Kerangka tulisan dapat membantu penulis
dalam hal berikut ini:
1) Untuk menyusun tulisan secara teratur.
2) Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang
berbeda-beda.
3) Menghindari pengulangan pembahasan topik yang
sama.
4) Memudahkan penulis untuk mencai materi
penunjang.
Dalam menyususn kerangka tulisan ada beberapa
langkah yang harus kita lalui, yaitu:
1) merumuskan tema;
2) mangadakan inventarisasi topik-topik bawahan;
3) mengadakan evaluasi terhadap topik-topik tadi;
4) mengulang langkah kedua dan ketiga; dan
5) menyusun pola tulisan.
19

Untuk memperoleh suatu susunan krangka tulisan


yang teratur, biasanya digunakan beberapa cara atau tipe
susunan, yaitu;
a. pola alamiah, yang terdiri atas urutan waktu, urutan
ruang, dan topik yang ada.
b. pola logis, yang terdiri atas urutan klimaks dan anti
klimaks,urutan kausal, urutan pemecahan
masalah, urutan umum – khusus, urutan
pamiliaritas,dan urutan akseptabilitas.
Kerangka tulisan dapat dibedakan berdasarkan sifat
perinciannya yang terdiri atas keranka tulisan sementara
dan kerangka tulisan formal dan berdasarkan perumusan
teksnya yang terdiri atas kerangka kalimat dan kerangka
topik.

3. Kaidah Kebahasaan
Unsur-unsur kalimat
a. Subjek
Ciri-ciri subjek
20

1. Dapat menjawab pertanyaan apa? atau


siapa? Yang dibicarakan.
2. Unumnya berkelas kata benda.
3. Berada di awal kalimat.
4. Dapat dilekati partikel –lah atau –kah.
5. Dapat diikuti kelas kata tugas ini atau itu.
6. dapat diikuti oleh bentuk klitik –ku, -mu, dan –
nya.
7. Dapat dimulai degan kata tugas yang.
8. dapat dibatasi kata kopula seperti adalah, ialah,
yakni, merupakan, dan yaitu.
9. Bisa berupa kata atau frasa.
b. Predikat
Ciri-ciri predikat
1. Dapat menjawab pertanyaan apa, siapa,
mengapa, dan bagainmana?
2. Pada umumnya berada di belakang subjek.
3. Umumnya berkelas kata kerja.
4. Bisa berupa kata atau frasa.
21

c. Objek
Ciri-ciri objek
1. Dapat menjawab pertanyaan apa atau siapa
yang berada di belakang predikat?
2. Umumnya berkelas kata benda.
3. Berada di belakang kata kerja aktif transitif.
4. Bisa menduduki fungsi subjek dalam kalimay
pasif.
5. Dapat diganti dengan pronomina –nya.
d. Pelengkap
Ciri-ciri pelengkap
1. Bisa berkelas kata benda, kerja, atau sifat.
2. Berada di belakang predikat intransitifatau di
belakang objek.
3. Tidak bisa menduduki fungsi subjek dalam
kalimat pasif.
4. Tidak dapat diganti dengan pronomina –nya.
e. Keterangan
Ciri-ciri keterangan
22

1. Dapat menjawab pertanyaan kapan, di mana, ke


mana, dari mana, untuk apa, dengan apa,
dengan siapa, kepada siapa, berapa kali,
tindakan dilakukan?
2. umumnya berupa frasa.
3. umumnya berupa frasa benda.
4. memiliki sifat bebas.
Fungsi keterangan dapat menyatakan keterangan
waktu, sebab, tempat, tujuan, cara, penyerta,
perbandingan, dan saling.

Jenis-jenis kalimat berdasarkan struturnya


a. Kalimat tunggal, yaitu kalima yang hanya
memiliki satu unsur subjek dan satu unsur
predikat atau satu pola kalimat.
b. Kalimat majemuk, yaitu kalimat yang memiliki
dua pola kalimat atau lebih.
Kalimat majemuk terbagi atas tiga kelompok,
yaitu
23

1) kalimat majemik setara, yaitu kedua pola kalimat


atau lebih yang membentuk kalimat itu sederajat.
Pola sederajat ini bisa menggambarkan setara
menggabungkan, setara memilih, dan setara
mempertahankan.
2) Kalimat majemuk bertingkat,yaitu kalimat yang
hubungan pola-pola kalimat pembnetuknya tidak
sederajat. Salah satu pola kalimatnya menduduki
fungsi induk kalimat dan pola lainnya
menduduki fungsi anak kalimat.
3) Kalimat majemuk campuran, kalimat yang
terdiri dari satu pola atasan dan sekurang-
kurangan dua pola bawahan atau sebaliknya.

Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki
kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-
gagasan pada pikiran pembaca atau pendengar seperti
apa yang ada dalam pikiran penulis atau pembicara.
24

Kalimat efektif memiliki ciri-ciri yang sangat


khas, yaitu kesepadanan struktur, kepararelan,
ketegasan, kehematan kecermatan, kepaduan dan
kelogisan.
Berikut ini kita bahas ciri-ciri kalimat efektif
tersebut satu per satu.
1) Kesepadanan Stuktur
Yang dimaksud dengan kesepadan di sisi adalah
keseimbangan antara pikiran atau gagasan dengan
struktur bahasa yang dipakai.
Kesepadanan kalimat memiliki ciri sebagai
berikut
1) Kalimat itu memiliki subjek dan predikat yang
jelas. Kejelasan fungsi subjek dan predikat
dalam kalimat dapat dilakukan dengan
menghindari pemakaian kata depan di, dalam,
bagi, untuk, pada, dan sebagainya di depan
subjek.
25

Contoh:
Bagi semua mahasiswa harus membayar uang
kuliag. (Salah)
Semua mahasiswa harus membayar uang kuliah.
(Benar)
2) Tidak memiliki dua subjek.
Contoh:
Soal itu saya kurang jelas.
Kalimat di atas memiliki dua subjek yaitu soal itu dan
saya. Munculnya dua subjek tersebut diakibatkan oleh
proses penggabungan kalimat yang tidak tepat. Kalimat
itu sebenarnya berasal dari dua kalimat tunggal yang
memiliki predikat yang sama dan subjeknya berbeda.
Kalau kita uraikan, kalimat tersebut maka akan
menjadi sebagai berikut:
Soal itu kurang jelas.
Saya kurang jelas.
Untuk menghindari terjadinya subjek ganda
seperti kalimat di atas maka salah satu subjek harus
26

diposisikan sebagai keterangan dengan menyisipkan


kata bagi atau kata mengenai.
Perhatikan kalimat berikut:
Soal itu bagi saya kurang jelas.
Saya kurang jelas mengenai soal itu.

3) Kata hubung intrakalimat tidak dipakai pada


kalimat tunggal.
Contoh:
Kami datang agak terlambat. Sehingga tidak bisa
mengikuti acara pertama.
Kata sehingga pada kalimat di atas mengawali
kalimat tunggal, padahal kata hubung tersebut harus
digunakan dalam tataran kalimat majemuk bukan pada
kalimat tunggal.
Kedua kalimat tersebut supaya menjad kalimat
yang efektif harus digabungkan sehingga membentuk
kalimat majemuk.
Kami datang agak terlambat sehingga tidak bisa
acara pertama.
27

4) Predikat kalimat tidak boleh di dahului oleh kata


yang.
Penggunaan kata hubungan yang di antara subjek
dan predikat mengakibatkan fungsi predikat menjadi
lesap atau hilang. Fungsi predikat yang didahului oleh
kata hubung yang bergeser fungsinya menjadi
keterangan.
Contoh:
Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
S K
Kalimat di atas tidak mempunyai predikat, hanya
berpola S – K. Hal ini, mengakibatkan kalimat tersebut
tidak memenuhi syarat sebagai kalimat karena salah satu
syarat kalimat adalah memiliki unsur S – P.
Agar kalimat itu mnjadi efektif maka kata
hubung yang harus dihilangkan.
Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
S P K
28

2) Kepararelan
Kepararelan adalah kesamaan bentuk kata yang
digunakan dalam kalimat, artinta, dalam kalimat yang
mmpunyai pemerian atau uraian kalau bentuk pertama
menggunakan kata benda maka bentuk kedua dan
seterusnya harus menggunakan kata benda. Kalau
bentuk pertama manggunakan kata kerja maka bentuk
kedua dan seterusnya harua menggunakan kata kerja.
Contoh:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah
kegiatan pengecatan tembok, memasang
penerangan, dan pengujian sistem pembagian
air.
Pada kalimat di atas ada satu bagian yang
berbeda yaitu kata memasang sedangkan dua bagian
pemerian lainnya benbentuk pengecatan dan pengujian.
Perbaikan kalimat di atas bisa dilakukan dengan
cara menyejajarkan bentuk yang ada dalam pemerian,
yaitu:
29

Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah


kegiatan pengecatan tembok, pemasangan
penerangan, dan pengujian sistem pembagian
air.
Atau:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah
kegiatan mengecat tembok, memasang
penerangan, dan menguji sistem pembagian air.

3) Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan di sini adalah
suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat.
Ada berbagai cara unuk melakulan penagasan terhadap
ide poko, yaitu meletakan ide pokok yang akan
ditonjolkan di depan kalimat, membuat urutan kata yang
logis, melakukan pengulangan kata, Melakukan
pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan, dan
menggunakan partikel penegas.
Contoh:
30

Harapan Presiden adalah agar rakyat


membengun bangsa dan negara.
Bukan seratus, seribum, atau sejuta, tetapi
berjuta-juta rupiah ia telah membantu anak-anak
terlantar.
Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan
kelembutan mereka.
Anak itu malas dan curang , tetapi rajin dan jujur.
Saudaralah yang bertanggung jawab.
4) Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat
mempergunakan kata, frasa, atau menghindari
penggunaan kata, frasa yang dianggap tidak perlu.
Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam
memenuhi unsur kehematan, yaitu:
a. Menghindari pengulangan subjek.
Contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke pesta itu.
(tidak hemat)
31

Karena tidak diundang, dia tidak datang ke pesta itu.


(hemat)
b. Menghindari pemakaian superordinat pada
hiponimi kata.
Contoh:
Ia memakai baju warna merah. (tidak hemat)
Ia memakai baju merah. (hemat)
c. Menghindari pemakaian kata yang bersininim
dalam satu satuan kalimat.
Contoh:
Sejak dari pagi ia termenung. (tidak hemat)
Sejak pagi ia termenung. (hemat)
Dari pagi ia termenung. (hemat)
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang sudah jamak.
Contoh:
Tidak hemat hemat
Para tamu-tamu para tamu/ tamu-tamu
Para hadirin hadirin
Beberapa-orang-orang beberapa orang/
orang-orang
32

e. Kecermatan
Cermat dalam hal ini adalah kalimat yang
disusun tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat
dalam pilihan kata.
Contoh:
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima
hadiah.
Kalimat di atas bisa bermakna ganda, maksudnya orang
yang membaca kalimat itu bisa memaknainya berbeda
antara orang yang satu dan lainnya. Orang yang
membaca kalimat itu bisa menfsirkan yang terkenal itu
adalah mahasiswa dan yang lain bisa menafsirkan yang
terkenal itu adalah perguruan tinggi.
Kalimat itu harus dipertegas dengan menggunakan kata
penunjuk dari.
Contoh.
Mahasiswa dari perguruan tinggi yang terkenal itu
menerima hadiah.
33

f. Kepaduan
Kepaduan yaitu pernyataan dalam kalimat itu
tiak terpecah-pecah, bertele-tele. Dengan kata lain
kalimat yang disusun harus sistematis. Kalimat yang
padu harus mempergunakan
pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat yang berpredikan persona.
Contoh.
Surat itu saaya sudah baca. (Tida padu)
Surat itu sudah saya baca. (padu)
g. Kelogisan
Kelogisan yaitu ide kalimat dapat diterima oleh
akal dan sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Contoh.
Waktu dan tempat kami persilakan. (tidak logis)
Bapak Menteri kami persilakan. (logis)

4. Paragraf
1) Pengertian dan Syarat
34

Paragraf adalah suatu kesatuan pikiran, suatu


kesatuan yang lebih tinggi dan lebih luas dari
kalimat. Hal ini, berarti sebuah paragrap harus lebih
dari suatu kalimat tetapi hanya memiliki atau
membicarakan satu pokok permasalahan. Inti
permasalahan itu akan tergambarkan dalam kalimat
inti atau kalimat utama sedangkan kalimat lainnya
berada dalam kalimat penjelas.
Sebuah paragraf harus memenuhi berberapa
syarat, yaitu kesatuan, kepaduan, dan perkembangan
alinea. Berikut ini kita bahas syarat-syarat tersebut
secara rinci.
2) Kesatuan Paragraf
Kesatuan adalah sebuah paragrap harus memiliki
satu pokok pembicaraan. Akan tetapi, kesatuan disini
jangan diartikan bahwa ia hanya memuat satu hal
saja. Sebuah alinea yang memiliki kesatuan bisa saja
mengandung beberapa hal atau beberapa perincian,
tetapi semua unsur tadi harus bersama-sama
35

digerakkan untuk menunjang sebuah maksud tunggal


atau sebuah tema tunggal.
Karena fungsi setiap paragrap adalah
mengembangkan sebuah gagasan tunggal, maka tidak
boleh ada unsur-unsur yang sama sekali tidak
mempunyai pertalian denganmaksud tunggal tadi.
Penyimpangan penyimpangan dari maksud tunggal
tadi hanya akan mempersulit pembaca dan
mempersulit titik pertemuan antara penulis dan
pembaca. Penyimpangan itu dapat berbentuk: (1)
memasukan sebuah sisipan atau interupsi yang jelas
dalam urutan-urutan gagasan yang ada, (2) sebuah
penyimpangan secara gradual dari tema yang harus
dibina oleh alinea itu.
Gagasan utama atau gagasan pokok yang
didukung oleh sebuah alinea biasanya ditempatkan
dalam sebuah kalimat topik atau kalimat utama.
Sedangkan kalimat-kalimat lain yang turut membina
paragraf tersebut memuat perincian atau penjelasan
mengenai ide yang ada dalam kalimat utama.
36

Kalimat-kalimat tersebut disebut sebagai kalimat


penjelas atau kalimat pengembang.

3) Kepaduan
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah
paragrap adalah kepaduan. Hal ini, akan terjadi
apabila hubungan timbal-balik antara kalimat yang
satu dengan kalimat yang lainnya yang membina
paragraf tersebut baik, wajar, dan mudah dipahami.
Untuk membentuk sebuah paragraf yang
padu kita harus memperhatikan masalah kebahasaan
dan masalah perincian atau urutan alinea.
a. Masalah kebahasaan
Masalah kebahasaan yang turut mempengaruhi
kepaduan sebuah paragraf adalah repetisi, kata ganti,
dan kata-kata transisi.
1) Repetisi
Kepaduan sebuah paragrap dapat dibentuk
dengan mengulang kata kunci, yaitu kata yang
dianggap penting dalam sebuah paragraf. Kehadiran
37

kata knci tersebut dalam kalimat-kalimat lainya yang


membentuk sebuah paragraf akan memelihara
hubungan antara kalimat yang satu dalan lainnya.
Contoh:
Bahasa merupakan alat yang baik dalam
pergaulan antarmanusia. Pergaulan antarmanusia
merupakan pertemuan total antara manusia yang satu
dengan manusia lainnya. Tanpa bahasa pertemuan
dan pergaulan kita dengan orang lain amat tidak
sempurna.
2) Kata ganti
Kata ganti merupakan gejala universal, yaitu
dalam berbahasa sebuah kata yang mengacu kepada
manusia, benda, atau hal tidak akan dipergunakan
berulang-ulang dalam sebuah konteks yang
sama. Pengulangan kata yang sama tanpa suatu
tujuan yang jelas akan menimbulkan rasa yang
kurang enak.
38

Dengan demikian dapat pula berfungsi untuk


menjalin kepaduan yang baik dan teratur di antara
kalimat-kalimat yang membina sebuah paragraf.
Contoh:
Adi dan Boy merupakan dua sahabat yang
akrab. Setiap hari keduanya selalu kelihatan bersama-
sama. Adilah yang selalu menjemput Boy ke sekolah
karena rumahnya lebih jauh letaknya dari rumah Boy.
Mereka selalu siap sedia menolong kawan-kawannya
yang mengalami kesulitan.
3) Kata transisi
Kata transisi fungsinya terletak antara kata ganti
dan repetisi. Bila repetisi menghendaki pengulangan
kata kunci sedangkan kata ganti tidak menghendaki
pengulangan sebuah kata benda, maka dalam kondisi
ini ditempuhlah jalan tengah, yaitu dengan
menggunakan kata transisi.
Ada bermacam-macan kata atau frasa transisi
yang biasa dipergunakan dalam tulisan-tulisan ilmiah,
misalnya;
39

1) Hubungan yang menyatakan tambahan,


misalnya, lebih lagi, selanjutnya lalu, dan, disamping
itu, seperti halnya, kedua, dan sebagainya.
2) Hubungan yang menyatakan
pertentangan, misalnya, tetapi, namun, bagaimanapun
juga, walaupun demikian, dan sebagainya.
3) Hubungan yang menyatakan
perbandingan, misalnya, sama halnya, seperti,
sebagaimana, dan sebagainya.
4) Hubungan yang menyatakan akibat,
misalnya, sebab itu, oleh sebab itu, oleh karena itu,
dan sebagainya.
5) Hubungan yang menyatakan tujuan, misalnya,
untuk maksut itu, supaya, dan sebagainnya.
6) Hubungan yang menyatakan singkatan, misalnya,
singkatnya, ringkasnya, misalnya, yakni, dan
sebagainya.
7) Hubungan yang menyatakan waktu, misalnya,
sementara itu, sementara, sesudah, dan sebagainya.
40

8) Hubungan yang menyatakan tempat, misalnya, di


sisi, di situ, di seberang, dan sebagainya.

b. Perincian dan urutan isi paragraf


Yang dimaksud dengan perincian dan urutan isi
paragraf adalah bagaimana mengembangkan sebuah
gagasan utama dan bagaimana hubungan
dengan gagasan-gagasan bawahan yang menunjang
gagasan utama tadi. Gagasan utama yang terdapat
dalam kalimat utama harus dikembangkan melalui
kalimat-kalimat pengembang tetapi tidak boleh kluar
dari gagasan utama tadi. Semua kalimat pengmbang
harus mendukung terhadap gagasan utama. Selain
itu, hubungan antara kalimat utama dan kalimat
pengembang dan antara kalimat pengembang dan
kalimat pengembang harus terjalin.
1) Jenis-jens paragraf
Ada beberapa jenis paragran di tinjau dari berbagai
segi;
41

a. Berdasar sifat dan tujuannya, paragraf dapat


dibedakan menjadi pragraf pembuka, penghubung,
dan penutup.
b. berdasarkan letak kalimat utama, dapat dibedakan
menjadi paragraf induktif, deduktif, campuran, dan
menyeluruh.
c. Berdasakan pormatnya, dapat dibedakan menjadi,
paragraf menjolok dan lurus.
5. Kutipan
1) Pengertian dan Jenis
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat
dari seseorang pengarang atau pembicara yang ahli
dalam bidangnya, baik yang terdapat dalam buku
maupun majalah. Ada dua jenis kutipan yaitu kutipan
langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung
adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara
lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari
sebuah teks asli. Sedangkan, kutipan tidak langsung
yaitu pinjaman pendapat seseorang atau tokoh berupa
inti sari dari pendapat tersebut (kutipan isi).
42

2)Prinsip mengutip
Beberapa prisnsip yang harus diperhatikan pada saat
kita membuat kutipan, yaitu;
1) Jangan mengadakan perubahan
Pada saat malakukan kutipan langsung, sorang
penulis tidak boleh merubah kata-kata atau teknik dari
teks aslinya. Bila penulis menganggap perlu
mengadakan perubahan tekniknya, maka ia harus
memberikan keterangan yang jelas bahwa telah
diadakan perubahan tertentu.
2) Bila ada kesalahan
Bila dalam kutipan terdapat kesalahan atau
keganjilan penulis tidak boleh memperbaiki kesalahn-
kesalahan tersebut. Ia hanya mengutip apa adanya.
Demikian halnya apabila penulis tidak setujuterhadap
suatu bagian dari kutipan itu.
Akan tetapi apabila kesalah yang terjadi sangan
mengganggu, penulis bisa melakukan perbaikan tetapi
harus diberi catatan atau perbaikan tersebut di simpan
di dalam catatan kaki.
43

3) Menghilangkan bagian kutipan


Dalam mengutip diperkenankan untuk
menghilangkan bagian yang dianggap kurang perlu
dengan syarat bahwa penghilangan bagian tersebut tidak
menimbulkan perubahan makna asalnya atau makna
keseluruhannya. Penghilangan bagian tersebut bisan
digantikan dengan menggunakan tiga titik berspasi […]
jika bagian yang dihilangkan tersebut berada di akhir,
maka tiga titik tadi ditambah satu titik akhir sebagai
tanda akhir kalimat [….]. Bila bagian yang dhilangkan
itu terdiri dari sati paragraf atau lebih, tanda titik
digunakan sepanjang satu baris halaman.
2) Cara-cara mengutip
Perbedaan kutipan langsung dan kutipan tidak
langsung akan membawa akibat yang berlainan pada
saat memasukannya dalam teks. Begitu pula cara
membuat kutipan langsung, caranya akan berbeda bila
kutipan tersebut terdiri dari empat baris dan yang lebih
dari empat baris. Untuk lebih jelasnya, berikut ini kita
lihat cara masing-masing.
44

1) Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris


Sebuah kutipan langsung yang panjangnya tidak lebih
dari empat baris ketikan, akan dimasukan dalam teks
dengan cara sebagai berikut:
a) Kutipan di integrasikan langsung dalam teks;
b) Jarak antarbaris sama dengan jarak antarbaris dalam
teks;
c) Harus diapit oleh tanda kutip; dan
d) Setelah kutipan selesai diberi nomor urut
penujukkan setengan spasi ke atas atau dalam
kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun
terbit, dan nomor halaman tempat terdapatnya
kutipan itu.
2) Kutipan langsung yang lebih dari empat baris
Bila sebuah kutipan terdiri dari lima baris
atau lebih, kutipan tersebut harus terpisan dari teks
dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Kutipan dipisah dari teks dalam jarak 2,5 spasi
b) Jarak antarbaris dalam kutipan satu spasi;
c) Boleh mamakai tanda kutip atau tidak;
45

d) Setelah kutipan selesai diberi nomor urut


penujukkan setengan spasi ke atas atau aaaadalam
kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun
terbit, dan nomor halaman tempat terdapatnya
kutipan itu.
e) Seluruh kutipan menjolok antara 5 – 7 ketukan, bila
kutipan itu dimulai dengan alinea baru, baris
pertama dari kutipa itu menjolok lagi 5 – 7 ketukan.

3) Kutipan tidak langsung


Dalam kutipan tidak langsung biasanya hanya
inti dari pendapat itu yang dimasukan. Sedangkan
pilihan kata, struktur kalimat, maupun bahasanya
penulis itu sendiri yang merumuskannya, engan catatan
isi pokok tetap tersampaikan. Ada beberapa ketentuan
yang harus diperhatikan dalam menulis kutipan tidak
langsung, yaitu:
a) Kutipan diintegrasikan dengan teks;
b) Jarak antarbaris sama dengan teks;
c) Kutipan tidak diapit oleh tanda kutip;
46

d) Setelah kutipan selesai diberi nomor urut


penujukkan setengan spasi ke atas atau dalam
kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun
terbit, dan nomor halaman tempat terdapatnya
kutipan itu.

EVALUASI

1. Jelaskan kriteria yang harus diperhatikan untuk


merumuskan tema!
2. Jelaskan criteria sebuah judul tulisan!
3. Tuliskan langkah-langkah dalam menyusun kerangka
karangan!
4. Apa yang dimaksud dengan pola logis?
5. Tuliskan cirri-ciri kalimat efektif!
47

BAB III
NILAI DAN MANFAAT MENGARANG

A. Nilai dari Mengarang


Setiap peminat yang ingin memulai belajar
mengarang dan berkeinginan kelak menjadi seorang
pengarang perlu mempunyai dorongan batin yang
besar agar usahanya berhasil. Kegiatan mengarang
bukanlah suatu usaha yang gampang, kegiatan yang
sederhana, dan kerja yang sebentar sehingga
karenanya memerlukan motivasi yang tetap dan
terus-menerus. Dorongan batin yang besar itu dapat
dikembangkan oleh setiap peminat dengan
mengetahui, memahami sampai menghayati berbagai
nilai, arti penting, manfaat, dan bahkan pesona yang
melekat pada kegiatan menulis.
Kegiatan menulis suatu karangan bentuk apapun,
dari karangan khayali, tulisan ilmiah, laporan perjalanan
sampai ulasan peristiwa, tidak hanya bermanfaat
melainkan juga sungguh memesonakan dan
48

menggairahkan bagi penulisnya. Kegiatan seseorang


mengarang, apalagi yang telah menjadi pengarang
mahir, menimbulkan berbagai nilai. Nilai adalah suatu
keberhargaan yang timbul dari kegiatan, pengalaman,
dan benda yang dihasilkan perbuatan seseorang.
Kegiatan mengarang meliputi rangkaian perbuatan dari
mengolah gagasan sampai menyusun kalimat, berbagai
pengalaman dari pikiran yang cerah atau macet sampai
perasaan yang gembira atau kesal, dan sebuah naskah
yang bisa bagus atau jelek. Semua ini menimbulkan
bermacam-macam nilai yang dapat memuaskan aneka
kebutuhan seseorang.
Menurut The liang Gie (2002), kegiatan
mengarang melahirkan sekurang-kurangnya 6 jenis
nilai, yaitu sebagai berikut:
1. Nilai kecerdasaan
Dengan sering mengarang yang antara lain berupa
menghubungkan buah pikiran yang satu dengan yang
lain, merencanakan rangka uraian yang sistematis
dan logis, serta menimbang-nimbang sesuatu kata
49

yang tepat, seseorang akan senantiasa bertambah


daya pikirnya, kemampuan khayalannya sampai
tingkat kecerdasannya.
2. Nilai Kependidikan
Seseorang pemula yang terus mengarang walaupun
naskahnya belum berhasil diterbitkan atau tulisannya
berkali-kali ditolak, sesungguhnya melatih diri
menjadi tabah, ulet, dan tekun sehingga akhirnya
pada suatu saat mencapai keberhasilan. Setelah
menjadi pengarag yang berhasil, bilaman seseorang
terus menghasilkan karya tulis, ini berarti ia dapat
memelihara ketekunan kerja dan senantiasa berusaha
memajukan diri. Itu semua merupakan nilai
pendidikan yang sukar diperoleh dari bangku sekolah
manapun.
3. Nilai Kejiwaan
Bilamana karena keuletan terus-menerus mengarang
pada akhirnya tulisan dapat dimuat dalam majalah
terkenal atau diterbitkan sebagai buku oleh penerbit
besar, lahirlah pada diri penulisnya kepuasan batin,
50

kegembiraan qalbu, kebanggaan pribadi, dan


kepercayaan diri. Semua ini dapat menjadi
pendorong gairah untuk lebih berkarya dan terus
mencapai kemajuan.
4. Nilai Kemasyarakatan
Seseorang pengarang yang telah berhasil dengan
karya-karya tulisnya, biasanya memperoleh
penghargaan dari masyarakat, paling tidak namanya
dikenal oleh para penerbit, pengusaha took buku, dan
sdiang pembaca tertentu. Kadang-kadang ia
menerima pula surat-surat penghargaan dari orang-
orang yang merasa memperoleh banyak manfaat dari
tulisannya.
5. Nilai Keuangan
Tentu saja jerih payah seorang penulis yang berhasil
akan menerima imbalan uang dari pihak yang
menerbitkan karyanya. Makin maju suatu Negara,
makin cerah masa depan para penulisnya, karena
lebih banyak orang mau membaca dan mampu
membeli buku bacaan.
51

6. Nilai Kefilsafatan
Salah satu gagasan besar yang digumuli para ahli
piker sejak dulu ialah keabadian. Jasad orang-orang
arif tidak pernah abadi, tetapi buah pikiran mereka
kekal karena diabadikan melalui karangan yang
ditulis. Sampai hari ini menusia modern mengetahui
kearifan Plato melalui naskah percakapannya atau
mengenal ajaran Aristoteles dari buku-bukunya.
Dunia Timur menyadari nilai ini dalam pepatah yang
berbunyi “Segala sesuatu musnah kecuali perkataan
yang tertulis”
Dengan demikian, dari enam nilai itu ternyata betapa
menariknya kegiatan dan hasil mengarang. Kiranya
amat sedikit di dunia ini hasil budi dan perbuatan
manusia yang mengandung lengkapp semua nilai itu.
Kegiatan seseorang yang dapat menimbulkan sekaligus
keenam nilai itu tentunya sungguh memesona.
B. Manfaat Mengarang
Betapa pentingnya kegiatan mengarang untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan kemajuan
52

perseorangan tidak dapat diragukan lagi. Seseorang


yang tidak mempunyai keterampilan mengarang adalah
ibarat burung yang sayapnya kurang satu sehingga tidak
dapat terbang jauh dan tinggi untuk mencapai
kesuksesan seluas-luasnya dalam hidup.
Keterampilan menulis merupakan suatu
kepandaian yang amat berguna bagi setiap orang.
Dengan demikian memiliki kepandaian itu, seseorang
dapat mengungkapkan berbagai gagasannya untuk
dibaca oleh peminat yang luas.
 Kalau ia seorang cendekiawan atau tokoh
masyarakat, maka kepandaian itu dapat
membuahkan karangan untuk dimuat dalam media
massa.
 Kalau ia seorang kepala keluarga atau ibu rumah
tangga dengan banyak pengalaman suka-duka,
maka kepandaian itu dapat menyajikan cerita
menarik untuk dinikmati orang lain.
53

 Kalau ia seorang dosen perguruan tinggi atau guru


sekolah, maka kepandaian itu dapat bermanfaat
untuk mengarang buku pelajaran.
 Kalau ia seorang masiswa/pelajar, maka kepandaian
itu tentu diperlukan untuk menulis skripsi/paper
atau tugas yang lainnya.
 Kalau ia seorang pejabat instansi atau manajer
perusahaan, maka kepandaian itu menjadi syarat
penting untuk dapat menyusun laporan manajemen
yang baik.
 Kalau ia hanya masyarakat biasa, maka kepandaian
mengarang berguna sekali untuk menulis buku
catatan harian yang mengabadikan peristiwa, kesan,
atau renungannya sendiri untuk diri sendiri. Dengan
menulis buku catatan harian sebagai suatu budaya
menulis yang patut dikembangkan, seseorang dapat
mengingat secara jelas masa lampau, menghayati
secara penuh masa kini, dan mengarahkan secara
terencana masa depan dari hidupnya.
54

Manfaat menulis, baik sekadar menulis diary,


menulis tanggapan di milis, bloger, atau media online,
hingga menulis artikel ilmiah populer dan buku, antara
lain sebagai berikut:
1. Self Expression. Menulis berarti mengekspresikan
perasaan, pikiran, dan keinginan. Dijamin, “beban”
yang ada dalam diri akan berkurang, serasa lepas,
dengan menulis. Tulisan menjadi semacam sarana
“curhat”. Apalagi jika kemudian tulisan itu dibaca
dan ditanggapi orang lain. Anda akan merasa bahagia
jika diperhatikan orang, bukan? Lagi pula, menurut
sebuah penelitian, sumber kebahagiaan yang utama
adalah ekspresi diri. Harta dan lainnya berada pada
urutan berikutnya.
2. Self Image or Personal Branding. Dengan menulis,
Anda akan membangun “citra diri” (self image)
sebagai orang yang berwawasan, intelek, dan
berkualitas. Dengan menulis, orang akan mengetahui
bahwa Anda orang yang berwawasan, punya
pemikiran bagus, atau sebaliknya… picik dan bloon.
55

Tulisan Anda adalah “iklan” atau “promosi” tentang


diri Anda kepada orang lain (personal branding).
Anda akan memilki banyak fans atau supporter jika
tulisan Anda memikat hati mereka. Anda pun akan
menjadi orang populer, dikenal banyak orang.
3. Self Confident. Tulisan yang bagus akan
membangun citra diri sang penulis yang pada
gilirannya membangun kepercayaan dirinya (self
confident). Orang yang suka menulis akan senantiasa
menjadi perhatian dan menonjol dibandingkan yang
lain. Jika orang memuji tulisan Anda, yakinlah
kepercayaan diri Anda akan makin baik sekaligus
memotivasi Anda untuk menulis lebih baik lagi.
4. Agent of Change. Dengan menulis, Anda bisa
menjadi “agen perubahan”. Ide-ide yang dituangkan
dalam tulisan dapat mempengaruhi pemikiran
pembaca, membentuk opini publik (public opinion),
dan melakukan sesuatu sesuai dengan ide Anda.
Andai RA Kartini tidak menulis surat kepada kawan-
kawannya, dia tidak akan dijuluki “tokoh emansipasi
56

wanita” atau orang tidak akan membicarakan hak-hak


kaum wanita.
Tulisan bahkan memiliki kekuatan untuk
menggulingkan sebuah rezim pemerintah, juga dapat
mencegah perang, membangkitkan semangat hidup,
menyelamatkan nyawa. Selain itu, dengan menulis,
ilmu yang Anda miliki tersebar kepada banyak orang.
Jadilah Anda seorang guru.
4. Sharing. Selain berbagi ide atau pemikiran, menulis
juga menjadi sarana berbagi pengalaman. Ini
berarti, Anda menjadi “guru” bagi pembaca Anda.
Bukankah sering dikatakan, pengalaman adalah
guru terbaik? Pengalaman yang dituangkan dalam
tulisan pasti mengandung hikmah (pelajaran).
5. Money Making. Keuntungan finansial adalah
bagian dari berkah menulis. Hampir semua media
massa memberikan honor bagi penulisnya.
Demikian pula penerbit buku yang memberikan
royalti atau membeli naskah penulisnya. Anda bisa
57

mencari nafkah dengan menulis, asalkan


produktivitas menulis Anda tinggi atau memadai.
JK Rowling yang hanya seorang guru miskin di
Inggris pun tak pernah bermimpi jika Harry Potter
akan mendunia, padahal semula ia hanya ingin
menuliskan khayalan masa kecilnya.
6. Healthy Life. Menulis juga ternyata baik bagi
kesehatan. Seorang penulis tersohor wanita, Fatima
Mernissi, yakin bahwa setiap satu goresan tulisan
dapat menghilangkan satu keriput di kantong mata.
Menulis juga dapat mengencangkan kulit dan
menyehatkan.
Seorang psikolog peneliti, James Pennebaker, Ph.D.
mendukung keyakinan Mernissi. Pennebaker
membuktikan, bahwa menulis dapat meningkatkan
kekebalan tubuh (imunitas) seseorang. Dari sample
mahasiswa yang dia teliti didapatkan kunjungan ke
klinik kesehatan menurun dengan cukup signifikan
setelah mereka menulis. Pemeriksaan darah yang
58

dilakukan setelah mereka menulis pun menunjukkan


peningkatan jumlah sel darah putih.
Dari hasil penelitiannya, sebagaimana dikutip dalam
buku Quantum Writing (2006), Pennebaker
menyimpulkan, menulis dapat menjernihkan pikiran,
menghilangkan trauma, mendapatkan dan menggali
informasi-informasi baru, membantu menyelesaikan
masalah, dan membantu seseorang menulis ketika
terpaksa harus menulis.
Dalam jurnal Clinical Psychology, James Pennebaker,
Ph.D dan Janet Seager, Ph.D melaporkan: orang yang
memiliki kebiasaan menulis umumnya memiliki kondisi
mental lebih sehat dari mereka yang tidak punya
kebiasaan tersebut. Pikiran yang sehat tentunya akan
memiliki kekuatan untuk memberi dampak positif pada
tubuh kita secara fisik.

7. Trauma Healing. Terapi penyembuhan diri (trauma


healing) antara lain merujuk pada Paulo Coelho yang
dalam novel The Al Chemist. Ia menyarankan agar
kita menuliskan segala kesedihan atau perasaan yang
59

mengganggu dalam selembar kertas dan


melarungkannya ke sungai. Niscaya kesedihan atau
kekuatiran akan sirna!
8. Dakwah. Last but not least, menulis menjadi sarana
dakwah, yakni da’wah bil qolam (dakwah dengan
tulisan). Dengan tulisan, semua Muslim bisa menjadi
jurudakwah, tanpa perlu malu, gugup, demam
panggung, dan tanpa harus menjadi penceramah di
atas mimbar. Menulis dalam konteks ini adalah
dakwah tanpa mimbar.

Menurut Akhadiah, Sabarti, dan Maidar. G (1988: 2)


manfaat menulis ada delapan diantaranya:
1. Mengetahui kemampuan dan potensi diri serta
pengetahuan kita tentang topik yang dipilihnya.
Dengan mengembangkan topik itu kita terpaksa
berpikir, menggali pengetahuan dan pengalaman
yang tersimpan di bawah sadar.
2. Dengan mengembangkan berbagai gagasan kita terpaksa
bernalar, menghubung-hubungkan serta menbandingkan
60

fakta-fakta yang mungkin tidak pernah kita lakukan


kalau kita tidak menulis.
3. Lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai
informasi sehubungan dengan topik yang ditulis.
Dengan demikian, kegiatan menulis memperluas
wawasan baik serta teoritis maupun mengenai fakta-
fakta yang berhubungan.
4. Menulis berarti mengorganisasi gagasan secara sistematik
serta mengugkapkan secara tersurat. Dengan demikian,
permasalahan yang pemula masih samar menjadi lebih
jelas.
5. Melalui tulisan kita dapat menjadi peninjau dan penilai
gagasan kita secara objektif.
6. Lebih mudah memecahkan masalah dengan
menganalisanya secara tersurat dengan konteks yang
lebih konkret.
7. Dengan menulis kita akif berpikir sehingga kita dapat
menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan
sekedar penyedap informasi.
61

8. Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita


berpikir dan berbahasa secara tertib.
Manfaat menulis menurut Horiston dalam Darmadi
(1996: 3-4), yaitu :
1. Kegiatan menulis adalah sarana untuk menemukan
sesuatu, dalam artian dapat mengangkat ide dan
informasi yang ada di alam bawah sadar pemikiran kita.
2. Kegiatan menulis dapat memunculkan ide baru.
3. Kegiatan menulis dapat melatih kemampuan
mengorganisasi dan menjernihkan bebagai konsep atau
ide yang kita miliki.
4. Kegiatan menulis dapat melatih sikap objektif yang ada
pada diri seseorang.
5. Kegiatan menulis dapat membantu diri kita untuk
berlatih memecahkan beberapa masalah sekaligus.
6. Kegiatan menulis dalam sebuah bidang ilmu akan
memungkinkan kita untuk menjadi aktif dan tidak hanya
menjadi menerima informasi.
Graves dalam Akhadiah dkk.,(1998:1-4)
berkaitan dengan manfaat menulis mengemukakan
62

bahwa: (1) menulis menyumbang kecerdasan, (2)


menulis mengem-bangkan daya inisiatif dan kreativitas,
(3) menulis menumbuhkan keberanian, dan (4) menulis
mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan
informasi.
Bernard Percy dalam bukunya The Power of
Creative Writing (1981) mengemukakan enam manfaat
kegiatan mangarang, yakni sebagai berikut.
1. Sarana untuk pengungkapan diri (a tool for self-
expression).
Seseorang dapat begitu tersentuh lubuk hatinya
sehingga perlu mengungkapkan gejolak yang ada
dalam dirinya. Mengarang seuntai sajak atau
menulis serangkaian kalimat merupakan pula salah
satu saran untuk mengungkapkan perasaan
seseorang.
2. Saran untuk pemahaman (a tool for Understanding)
Sewaktu mengarang, seseorang merenungkan
gagasannya dan menyempurnakan penangkapannya
terhadap sesuatu hal sehingga akhirnya ia dapat
63

memperoleh pemahaman yang baru atau yang lebih


mendalam tentang hal yang ditulisnya itu.
3. Sarana untuk membantu mengembangkan kepuasan
pribadi, kebanggaan, dan suatu perasaan harga diri
(a tool to help developing personal satisfaction,
pride, and feeling of self-worth).
Rasa bangga, puas, dan harga diri merupakan
imbalan dari keberhasilan seseorang menghasilkan
suatu karya tulis. Pada kelanjutannya perasaan itu
membangkitkan kepercayaan terhadap kemampuan
sendiri untuk menciptakan terus karya-karya tulis
lainnya.
4. Sarana untuk meningkatkan kesadaran dan
penerapan terhadap lingkungan sekeliling seseorang
(a tool for increasing awareness and perception og
one’s environment).
Dengan sering mengarang seseorang meninggikan
kesiagaan indrawinya dan mengembangkan saya
serapnya pada tingkat kejasmanian, tingkat
perasaan, maupun tingkat kerohanian.
64

5. Sarana untuk keterlibatan secara bersemangat dan


bukannya penerimaan yang pasrah (a tool for active
involvement, not passive acceptance).
Dengan jalan mengarang karya tulis, seseorang
menampilkan ke luar gagasan, menciptakan sesuatu,
dan secara giat melibatkan diri dengan
karangannya.
6. Sarana untuk mengembangkan suatu pemahaman
tentang dan kemampuan menggunakan bahasa. (a
tool for developing an understanding of and ability
to use the language).
Tujuan paling umum sekolah mungkin ialah
mencapai kemampuan membaca dan mengerti apa
yang ditulis orang lain serta kemampuan memakai
kata-kata dalam tulisan untuk menyampaikan
keterangan kepada orang lain. Jelas kegiatan
mengarang bermanfaat membantu mencapai tujuan
itu.

Keterampilan menulis ini merupakan keterampilan


yang paling besar jasanya bagi peradaban manusia.
65

Dengan keterampilan menulis, seluruh warisan


kebudayaan rohaniah secara turun-temurun akan abadi
sepanjang masa.
Jadi, kegiatan mengarang tidak hanya semata-mata
mempunyai berbagai manfaat, melainkan lebih daripada
itu sesungguhnya penuh pesona bagi peminat yang mau
mempelajari dan berkecimpung di dalamnya.

EVALUASI BAB III

1. Apa yang dimaksud dengan nilai?


2. Tuliskan 6 nilai-nilai dalam mengarang!
3. Jelaskan nilai kejiwaan yang bisa pengarang
dapatkan!
4. Tuliskan 6 manfaat menulis!
5. Apa manfaat mengarang bagi seorang
masyarakat biasa?
66

BAB IV
JENIS-JENIS KARANGAN

I. Karangan Deskripsi
A. Karakteristik Karangan Deskripsi
Kata deskripsi berasal dari bahas latin describre yang
berarti menggambarkan atau memerikan suatu hal. Dari
segi istilah deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang
melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya,
sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar,
mencium, dan merasakan) apa yang dilukiskan itu
sesuai citra penulisnya. Karangan jenis ini bermaksud
menyampaikan kesan-kesan tentang sesuatu, dengan
sifat dan gerak-geriknya, atau sesuatu yang lain kepada
pembaca. Singkatnya, karangan deskripsi merupakan
karangan yang kita susun untuk melukiskan sesuatu
dengan maksud untuk menghidupkan kesan dan daya
khayal mendalam pada si pembaca.
Bagaimana cara kita melukiskan sesuatu dengan
sehidup-hidupnya?. Pertama; melatih diri mengamati
67

sesuatu. Kedua; lukiskan bagian-bagian yang penting


sedetail mungkin. Dengan demikian, dalam menulis
deskripsi yang baik dituntut tiga hal; (a) kesanggupan
berbahasa kita yang memiliki kekayaan nuansa dan
bentuk. (b) kecermatan pengamatan dan keluasan
pengetahuan kita tentang sifat, ciri, dan wujud objek
yang di deskripsikan. (c) kemampuan kita memilih
detail khusus yang dapat menunjang ketepatan dan
keterhidupan deskripsi.
B. Pendekatan Deskripsi
a. Pendekatan Ekspositoris
Dalam pendekatan ekspositoris, kita berusaha
agar deskripsi yang kita buat dapat memberi keterangan
sesuai keadaan yang sebenarnya sehingga pembaca
dapat seolah-olah ikut melihat atau merasakan objek
yang kita deskripsikan.
b. Pendekatan Impresionistik
Tujuan deskripsi impresionistik ialah
mendapatkan tanggapan emosional pembaca ataupun
kesan pembaca.
68

c. Pendekatan Menurut Sikap Pengarang


Pendekatan ini sangat bergantung pada tujuan
yang ingin dicapai, sifat, objek, serta pembaca
deskripsinya. Pengarang harus menetapkan sikap yang
akan diterapkan sebelum mulai menulis.
C. Macam-macam Deskripsi
a. Deskripsi Orang
Untuk menulis deskripsi orang, kita harus
menentukan hal-hal yang menarik dari orang yang akan
kita deskripsikan. Setelah itu kemukakan informasi
tentang orang itu dengan retorika pengungkapan yang
memungkinkan yang seolah-olah pembaca
mengenalinya sendiri.
Lalu, apa saja yang layak dideskripsikan dari
seseorang? Beberapa aspek berikut dapat kita pakai
sebagai pegangan.
1. Deskripsi Keadaan Fisik
Deskripsi keadaan fisik bertujuan memberi gambaran
yang sejelas-jelasnya tentang keadaan tubuh seorang
tokoh. Deskripsi ini banyak bersifat objektif.
69

2. Deskripsi Keadaan Sekitar


Deskripsi keadaan alam sekitar, yaitu pengambaran
keadaan yang mengelilingi sang tokoh, misalnya
pengambaran aktivitas-aktivitas yang dilakukan,
pekerjaan atau jabatan, pakaian, tempat kediaman,
kendaraan, yang ikut menggambarakan watak
seseorang.
3. Deskripsi Watak Atau Tingkah Perbuatan
Mendeskripsikan watak seseorang memang paling
sulit dilakukan, kita harus mampu menafsirkan tabir
yang terkandung dibalik fisik manusia.dengan
kecermatan dan keahlian kita, kita harus mampu
mengidentifikasikan unsur-unsur dan kepribadian sang
tokoh.
4. Deskripsi Gagasan Tokoh
Hal ini memang tidak dapat dicerap dengan panca
indra manusia. Namun, antara perasaan dan unsur fisik
mempunyai hubungan yang erat. Pancaran wajah,
pandangan mata, gerak bibir, dan gerak tubuh
70

merupakan petunjuk tentang keadaan seseorang pada


waktu itu.

b. Deskripsi Tempat
Tempat memegang peranan yang sangat penting
dalam setiap peristiwa. Tidak ada peristiwa yang
terlepas dari lingkungan dan tempat. Semua kisah akan
selalu mempunyai latar belakang tempat.
Jika kita melukiskan suatu tempat, hendaknya kita
bekerja dengan mengikuti cara yang logis dalam
menyusun perincian. Kita juga harus mampu menyeleksi
detail-detail dari suatu tempat yang di deskripsikan,
sehingga detail-detail yang dipilih betul-betul
mempunyai hubungan atau berperan langsung dalam
peristiwa yang dilukiskannya.
Ada beberapa cara yang dapat kita gunakan untuk
mendeskripsikan suatu tempat. Pertama, bergerak
secara teratur menelusuri tempat itu dan menyebutkan
apa saja yang kita lihat. Kedua, mulai dengan
menyebutkan kesan umum yang diikuti rincian yang
71

paling menarik perhatian kita. Baru menyusul perincian


lain yang kurang penting yang terdapat disekitarnya.
Dalam memilih cara yang paling baik untuk
melukiskan tempat, perlu kita pertimbangkan beberapa
pokok persoalan untuk menyusun deskripsinya.
1. Suasana Hati
Pengarang harus dapat menetapkan suasana hati
manakah yang paling menonjol untuk dijadikan
landasan. Misalnya, seseorang yang memiliki kesadaran
tinggi akan keagungan Tuhan akan merasa kecil dan
lemah atas kebesaran Tuhan bila sedang memandan
lautan lepas. Sikap dan suasana hati itu dipertajam
dengan pengalaman-pengalaman sehari-hari sehingga
mempengaruhi pencerapan terhadap suatu objek
deskripsi

2. Bagian Yang Relevan


Pengarang deskripsi juga harus mampu memilih
detai-detail yang relevan untuk mengambarkan suasana
hati itu.
72

3. Urutan Penyajian
Sebagai pengarang deskripsi dituntut mampu
menerapkan urutan yang paling baik dalam
menampilkan detail-detail yang dipilih.

D. Langkah-langkah Menulis Karangan Deskripsi


untuk membantu mampermudah pendeskripsian, berikut
disajikan rambu-rambu yang dapat kita ikuti.
a. Menentukan apa yang akan dideskripsikan: apakah
akan mendeskripsikan orang atau tempat.
b. Merumuskan tujuan pendeskripsian: apakah
deskripsi dilakukan sebagai alat bantu karangan
narasi, eksposisi, argumentasi, atau persuasi.
c. Menetapkan bagian yang akan dideskripsikan: kalau
yang dideskripsikan orang, apakah yang akan
dideskripsikan itu ciri-ciri fisik, watak, gagasannya
atau benda-benda disekitar tokoh? Kalau yang
dideskripsikan tempat apakah yang akan
dideskripsikan keseluruhan tempat atau hanya
bagian-bagian tertentu saja yang menarik?
73

d. Merinci dan mensistematiskan hal-hal yang


menunjang kekuatan bagian yang akan
dideskripsikan: hal-hal apa saja yang akan
ditampilkan untuk membantu memunculkan kesan
dan gambaran kuat mengenai sesuatu yang
dideskrpsikan? Pendekatan apa yang digunakan
penulis?
Uraian Contoh
Contoh 1
Ada bintang baru yang bakal hadir meramaikan
bursa artis sinetron Indonesia. Dia adalah Cindi
Claudiya Harahap, 22 tahun, putri pencipta lagi dan
dedengkot grup the mercys, Ritno Harahap. Sekali
bermain Cindi yang sudah melahirkan empat album lagu
langsung mendapatkan peran menantang. Dalam serial
Bidadari Yang Terluka, yang bakal ditayangkan 16 juni
di RCTI, Cindi berperan sebagai miranda, wanita
dewasa yang menggangu suatu keluarga karena kepala
keluarganya adalah bekas pacarnya.
74

Bagaimana pengalamannya bermain sinetron?


Menurut cindi, sangat menyenangkan. Hanya
kesulitannya, menghayati peran sebagai wanita dewasa.
“soalnya, cindi kan masih bergaya ABG (anak baru gede
Red)”, katanya A. Latif Siregar dari Gatra. Karena aktif
didunia keartisan sebagai penyanyi dan bintang sinetron,
sekolah cindi sementara terhenti. Cindi, yang pernah
bersekolah di Australia, punya rencana kembali ke
Australia untuk melanjutkan studi musik. Atau, kangen
dengan teman dekatnya yang masih di Australia? Cindi,
yang belum lama menjadi muslimah, cuma tersenyum.
Kegiatan lain Cindi adalah menyiapkan albumnya
yang kelima. Tapi, untuk sementara tertunda karena
pemilik badan 170 senti meter itu sibuk mengikuti Mbak
Tutut untuk berkampaye Golkar. Sejak dulu, ia dekat
dengan putri pertama Pak Harto itu. Bahkan, ia
memanggilnya dengan “Bude”. “sejak dulu, kami sudah
akrab karena mama kan kerabat bude dari
mangkunegaran,” ujar cindi serius.
75

Contoh 2
Di hadapanku terbaring jenazah muridku didalam
sebuah peti mati yang sering disebut terbelo.
Almarhumah sedang dihormati dengan suatu tata cara
yang teramat ganjil, tanpa kehdiran ayah, ibu, dan
saudara-saudara dekatnya. Bahkan tidak seorang
kenalan lamanya pun nampak disini. Padahal mereka
semua tinggal di kota ini. Keharuan menyelinap didalam
hatiku. Dan membersit pula pertanyaan; mungkinkah
aku akan menemui akhir hayat seperti Wati,
disingkirkan sanak keluarga dan begitu terasing? Atau
barangkali malah jenazahku kelak tidak diurus orang
sama sekali seperti halnya mayat-mayat di medan
perang yang ganas? Dan datanglah jawaban; mungkin,
mungkin semua serba mungkin.
Sebelum suami almarhum muncul didepanku timbul
pula pertanyaan tentang muridku itu yang tertuju buat
diriku sendiri: prestasi apakah yang pernah dicapainya
selama ini? Sudahkah ia merasakan kebahagiaan dalam
76

usia yang belum mencapai duapuluh delapan? Alangkah


singkatnya hidup ini.
E. Kesimpulan
Dari segi istilah deskripsi adalah suatu bentuk
karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan
keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai
(melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) apa
yang dilukiskan itu sesuai citra penulisnya.
Agar deskripsi yang kita buat terlihat hidup kita dapat
melakukan hal-hal berikut: Pertama;melatih diri
mengamati sesuatu. Kedua; lukiskan bagian-bagian
yang penting sedetail mungkin. Dengan demikian,
dalam menulis deskripsi yang baik dituntut tiga hal; (a)
kesanggupan berbahasa kita yang memiliki kekayaan
nuansa dan bentuk. (b) kecermatan pengamatan dan
keluasan pengetahuan kita tentang sifat, ciri, dan wujud
objek yang di deskripsikan. (c) kemampuan kita
memilih detail khusus yang dapat menunjang ketepatan
dan keterhidupan deskripsi.
77

II. Karangan Narasi

A. Karakteristik Karangan Narasi

Istilah narasi berasal dari bahasa inggris narration


(cerita) atau narative (yang menceritakan). Karangai ini
berusaha menyampaikan kejadian menurut urutan
kejadiannya (kronologis), dengan maksud memberi arti
kepada sebuah atau serentetan kejadian, sehingga
pembaca dapat memetik hikmah dari peristiwa itu.
Dengan kata lain, karangan semacam ini hendak
memenuhi keingintahuan pembaca yang selalu bertanya,
”Apa yang terjadi?”. Jika pengertian narasi demikian,
maka apa bedanya dengan karangan deskripsi?. Unsur
penting yang membedakan dari deskripsi yaitu karangan
narasi mengandung unsur utama berupa unsur perbuatan
dan waktu. Hal yang penting untuk kita ingat dalam
mengarang narasi adalah: (1) walau khayal atau
berimajinasi, kita tidak boleh sesuka hati menciptakan
cerita. Tokoh harus bertindak wajar sesuai dengan watak
78

dan kepribadian yang diberikan; (2) harus berlogika,


kalau tidak cerita akan kacau dan sukar dimengerti.
Tujuan penulisan narasi secara fundamental ada dua
yaitu; (1) memberikan informasi atau wawasan dan
memperluas pengetahuan pembaca. Tujuan seperti ini
akan menghasilkan narasi yang lazim disebut narasi
informasional atau narasi ekspositoris, sasaran
utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan
pengetahuan pembaca sesudah membaca karangan
tersebut; (2) hendak memberikan pengalaman estetis
kepada pembaca. tujuan seperti ini akan menghasilkan
jenis narasi artistik atau narasisugestif, sasaran
utamanya bukan memperluas pengetahuan seseorang
tetapi berusaha memberikan makna atas peristiwa atau
kejadian sebagai suatu pengalaman. Agar lebih jelas
perbedaan narasi informasional dan narasi artistik dapat
kita lihat pada tabel berikut:
79

Narasi Informasional Narasi Artistik


1. Memperluas 1. Menyampaikan suatu
pengetahuan makna atau suatau
2. Menyampaikan amanat yang tersirat;
informasi faktual 2. Menimbulkan daya
mengenai sesuatu khayal;
kejadian; 3. Penalaran hanya
3 Didasarkan pada suatu berfungsi sebagai alat
penalaran untuk untuk menyampaikan
mencapai kesepakatan
makna, sehingga kalau
rasional;
perlu penalaran dapat
dilanggar;
4. Bahasanya lebih
4. Bahasanya lebih
condong kebahasa
condong kebahasa
informatif dengan titik
figurataif dengan
berat pada pemakaian
menitik beratkan
kata-kata denotatif.
kata-kata konotatif.
80

B. Prinsip-prinsip Narasi
a. Alur (Plot)
Alur dan jalan cerita tidak dapat dipisahkan, tetapi
harus dibedakan. Orang sering mengacaukan kedua
pengertian tersebut. Jalan cerita memuat kejadian.
Tetapi suatu kejadian terjadi karena ada sebabnya, ada
alasannya. Sesuatu yang menggerakan cerita tersebut
dinamakan alur, yaitu segi rohaniah dari suatu kejadian.
Suatu kejadian berkembang jika ada yang menyebabkan
terjadinya perkembangan, dalam hal ini konflik.
Intisari dari aluar memang konflik. Tetapi suatu
konfik dalam narasi tidak bisa dipaparkan begitu saja,
harus ada dasarnya. Oleh karena itu, alur sering dikupas
menjadi elemen-elemen berikut: (1) pengenalan; pada
tahap ini pengarang mulai melukiskan situasi dan
memperkenalkan tokoh-tokah cerita sebagai
pendahuluan; (2) timbulnya konflik; pada bagian ini
pengarang mulai menampilkan pertikaian antara tokoh;
(3) konflik memuncak; (4) klimaks; (5) pemecahan
masalah dan penyelesaian.
81

Alur dalam narasi, merupakan kerangka dasar yang


sangat penting. Alur mengatur bagaimana tindakan-
tindakan bertalian satu sama lain, bagaimana tokoh-
tokoh harus digambarkan dan berperan dalam tindakan
itu, bagaimana situasi dan perasaan karakter yang
terlibat dalam tindakan itu yang terikat dalam suatu
kesan waktu. Baik tidaknya pengarapan sebuah alur
dapat dinilai dari beberapa hal berikut: (1) apakah tiap
insiden susul menyusul secara logis dan alamiah; (2)
apakah tiap pergantian insiden sudah cukup terbayang
dan dimatangkan dalam insiden sebelumnya; (3) atau
apakah insiden terjadi secara kebetulan?.
b. Penokohan
Salah satu ciri narasi adalah mengisahkan tokoh
cerita bergerak dalam sutu rangkaian perbuatan atau
mengisahkan tokoh cerita terlibat dalam suatu peristiwa
atau kejadian. Tindakan, peistiwa, kejadian itu disusun
bersama-sama sehingga mendapatkan kesan atau efek
tunggal. Untuk mendapatkan pemusatan kesan itu, perlu
diadakan pemilihan dan pembatasan tokoh yang akan
82

bertindak atau yang akan mengalami peristiwa atau


kejadian dalam keseluruhan narasi.
c. latar
Penyebutan nama latar secara pasti atau secara umum
dalam narasi sebenarnya menyangkut esensi dan tujuan
yang hendak dicapai narasi itu sendiri. Narasi
informasional esensinya adalah hasil pengamatan
pengarang yang diinformasikan kepada pembaca. Untuk
itu kesatuan kesan dapat diperoleh dengan pembatasan
penyebutan latar, dengan konsekuensi adanya
pembatasan peristiwa atau perbuatan yang dialami
tokoh. Narasi artistik esensinya adalah hasil imajinasi
pengarang untuk memberikan pengalaman estetik
kepada pembaca. Penyebutan latar secara konsisten,
berfungsi merangsang imajinasi pembaca untuk
menghasilkan suatu dunia mandiri yang utuh. Dunia
mandiri yang utuh dalam narasi artistik tampak dengan
adanya konsistensi antara pengisahan latar fisik dengan
suasana pisikologis yang dibangkitkan.
83

d. Sudut Pandang
Sebelum menulis narasi, sudut pandang untuk sebuah
cerita harus ditentukan terlebih dahulu. Sudut pandang
dalam narasi menjawab pertanyaan siapakah yang
menceritakan cerita ini.
1. Narator Serba Tahu
Dalam kedudukan ini narataor bertindak sebagai
pencipta segalanya, ia tahu segalanya, ia bisa
menciptakan apa sajayang ia perlukan untuk
melengkapicerita sehingga mencapai efek yag
diinginkan. Pengrang juga bisa mengomentari kelakuan
para pelakunya. Bahkan, pengarang bisa bicara langsung
dengan pembacanya.
2. Narator Bertindak Objektif
Dalam teknik ini pengarang bekerja seperti dalam
teknik narator serba tahu, hanya pengarang sama sekali
tidak memberi komentar apapun. Pembaca hanya
disuguhi “pandangan mata”. Pengarangnya
menceritakan apa yag terjadi seperti penonton melihat
84

pementasan derama. Pengrang ama sekali tidak mau


masuk kedalam pikiran para pelaku.
3. Narator (Ikut) Aktif
Narator juga aktor yang terlibat dalam cerita.
Kadang-kadang fungsinya sebagai tokoh sentral. Cara
ini tampak dalam pengunaan kata ganti orang (aku,
saya, kami). Dengan kedudukan demikian nrataor hany
dapat melihat dan mendengar apa yang bisa dapat meliht
dan mendengarnya.
4. Narator Sebagai Peninjau
Dalam teknik ini pengarang memilih salah satu
tokohnya untuk bercerita. Seluruh kejadian cerita kita
ikuti berama tokoh ini. Tokoh ini bisa bercerita tentang
pendapatnya atau perasaannya sendiri. Sementara
terhadap tokoh-tokoh lain hanya dapat memberitahukan
kepada kita seperti apa yang ia lihat saja.
C. Pengembangan Narasi
a. Penyusunan Detail-Detail Dalam Urutan
Salah satu ciri khas karangan narasi jika
dibandingkan dengan karangan yang lain adalah
85

organisasi detail-detail kedalam urutan ruang-waktu


yang menyarankan adanya bagian awal, tengah dan
akhir cerita. Untuk pergantian pengisahan narasi yang
mementingkan aspek tempat dapat menggunakan cara:
(a) mulai dari bagian tengah atau pusat kebagian tepi
atau pinggir; (b) mulai dari bagian tepi atu pinggir
kebagian tengah atau pusat. Pergantian pengisahan
narasi yang menonjolkan aspek waktu dapat
menggunakan cara: (a) urutan kronologis yaitu
pergantian pengisahan peristiwa dari satu waktu
mengawali kewaktu berikutnya; (b) urutan epik ialah
urutan pergantian peristiwa dengan memulai dari
insiden atau keadaan yang penting, menarik, lua biasa,
atau mengasyikkan kemudian menghasilkan peistiwa-
peristiwa yang mendahuluinya. Pergantian pengisahan
narasi yang menonjolkan aspek adegan, dapat
menggunakan cara: (a) straightfoward, yakni cerita
dikisahkan secara berturut-turut, bergerak maju dari satu
kejadian kejadian berikutnya; (b) beralur, yakni cerita
disusun untuk merangsang tegangan melalui penyisipan
86

cerita dengan menggunakan peristiwa-peristiwa yang


telah lalu secara flashback atau memaki peristiwa-
peristiwa yang telah diperhitungkan terjadi pada masa
akan datang .
Megahiri sebuah cerita dapat dilakukan dengan cara
pertama, dengan cara penyingkatan terutama jika materi
ceritanya memberi informasi; kedua, dengan cara
pemilihan insiden yang signifikan, sehingga cerita
menjadi hidup dan sugestif.
b. Pengunaan Deskripsi, Eksposisi, dan Dialog
Deskripsi yang terperinci akan menciptakan suasana
yang di kehendaki. Deskripsi akan semakin jelas jika
pengarang pandai menggunakan kata-kata yanag
merangsang pancaindra. Deskripsi dalam narasi tidak
akan cukup membawa terus kecerita selanjutnya tanpa
adanya eksplanasi atau komentar. Untuk itu diperlukan
pula eksposisi yang menerangkan sesuatu. Eksposisi
memuat keterangan atau penjelasan sesuatu tentang
pokok persoalan tertentu , baik itu faktual maupun
imajinatif, baik itu berupa ide atau opini. Eksposisi
87

dalam narasi akan memberikan penjelasan atau


komentar mengapa ada hal-hal tertentu yang terjadi, dan
mengapa tokoh tertentu melakukan perbuatan tertentu
pula. Sementara itu, untuk membangkitkan kesan
dramatik dan objektif kita tidak hanya menggambarkan
atau meberi penjelasan prihal perbuatan atau
pengalaman tokoh, melainkan meyajikan secara
langsung perbuatan yang dilakukan tokoh tersebut.
Penyajian secara langsung lazim disebut dialog. Dengan
dialog tokoh kita akan tampak lebih hidup, dan secara
langsung menyampiakan dirinya sebagai pribadi yang
lengkap.

D. Langkah-langkah Menulis Karangan Narasi


1. Tentukan tema dan amanat yang akan disampaiakan;
2. Tetapkan sasaran pembaca kita;
3. Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan
ditampilkan dalam bentuk sekema alur;
4. Bagi peristiwa utama itu kedalam bagian awal,
perkembangan, dan akhir cerita;
88

5. Rincian peristiwa-peristiwa utama kedalam detail-


detail peristiwa sebagai pendukung cerita;
6. Susun tokoh dan perwatakan , latar, dan sudut
pandang.

Uraian Contoh
Sudah Tua Renta Tapi Banyak Jasa
Nama dia sendiri Tarkimi. Tapi lebih dikenal
dengan panggilan bu Dar’an, karena telah puluhan tahun
menjadi istri Pak Dar’an. Kini Bu Tarkimi atau Bu
Dar’an ini usianya 65 tahun, sudah tua renta, lagi
bersetatus janda, sebab hampir setahun lalu pak Dar’an
meniggal dunia. Namun demikian, ketuaannya tidak
menjadi penghalang pekerjaan pokoknya sebagai tukang
memperbaiki alat-alat musik yang terbuat dari kayu,
mulai cuk yang kecil sampai bass yang besar, mulai
gitar model kuno sampai gitar listrik modek akhir.
Sebenarnya, Pak Dar’an itulah sejak kecil suka
main musik terutama keroncong, yang pandai
memperbaiki alat-alat musik, dan begitu terkenal sejak
89

penjajahan belanda dulu, sampai detik-detik terakhir


sebelum meninggalnya. Pak Dar’an terkenal sangat teliti
dan rapidalam bekerja, sehingga banyak pemilik alat-
alat musik yang kebetulan mengalami kerusakan,
membawa alat-alatnya kesana untuk diperbaiki. Mereka
yang datang bukan hanya dari kota Tegal saja sebagai
tepat kelahiran sekaligus tempat praktik pak Dar’an,
tetapi juga dari kota-kota lain seperti Pemalang,
Pekalongan, Selawi, Bumiayu, Brebes, pendek kata
seluruh karesidenan Pekalongan. Rupanya kebolehan
Pak Dar’an dengan istrinya dalam mereparasi alat-alat
musik ini tak ada duanya di karesidenan Pekalongan.
Bagaimana kisah Bu Tarkimi bisa bertemu Pak
Dar’an? Tanya penulis. “Wah, mula-mula saya hanya
menjadi tukang masak perkumpulan orkes yang
bernama “Mata Roda”. Salah satuanggotanya adalah pak
Dar’an itu” katanya. “kemana-mana kalau orkes Mata
Roda mengadakan pertunjukan, saya tentu dibawa
sebagai tukang mengurus makanan dan minuman.
Lama-kelamaan, karena kami sering bertemu pandang,
90

dia melamar saya dan kemudian saya diambil sebagai


istrinya, dengan maskawin tuju ringgit," sambungnya.
Dan sejak Pak Dar’an meninggal dunia, semua
pekerjaan memperbaiki alat-alat musik diambil oleh Bu
Dar’an. Karena keterbatasan kemampuan serta
tenaganya, maka Bu Dar’an tidak sanggup membuat
gitar, cuk, bass, atau cello lagi. Dulu, ketika Pak Dar’an
masih hidup, dia memang bukan hanya pandai
memperbaiki saja. Bahkan gitar, cello, bass, atau cuk
buatannya sangat terkenal karena mutunya tidak kalah
jauh dengan buatan luar negri.
Pak Dar’an dimasa mudanya memang dikenal
sebagai “Buya Keroncong”. Dan perkumpulannya yang
bernama “Mata Roda” merupakan orkes keroncong
yang paling top pada masa itu. Dan rupanya Bu Tarkimi
yang masih gadis itu sangat terpesona pada kemahiran
pemuda Dar’an dalam memainkan melodi atau cuk,
sehingga akhirnya dia pun jatuh cinta pada si “Buya
Keroncong” ini. Dan jadilah bu Dar’an mulai
berkenalan dengan alat-alat musik. Walaupun tidak
91

pandai memainkannya, lama-kelamaan Bu Dara’an tahu


juga bagaimana memperbaikinya. Pasangan suami-istri
ini terus mengembangkan kemahirannya sebagai tukan
reparasi alat-alat musik, sampai dikenal jauh dari kota
asalnya.
Sampai kini Bu Dar’an yang tua renta ini tidak
pernah kekurangan pekerjaan. Selalu ada saja orang-
orang yang datang minta jasa baiknya untuk membantu
memperbaiki alat-alat musik mereka.
“Ya, dari sini Nak, saya makan. Habis saya tak
punya seorang pun anak dan tak ada pekerjaan lain yang
bisa mendatangkan uang.” Katanya. Berapa tarifnya
untuk memperbaiki alat-alat musik ini? “Itu sih
bergantung dari kerusakannya, termasuk ringan atau
berat. Gitar yang masih rusak ringan cukup dengan
ongkos Rp 500,00 tapi yang berat Rp 1000,00 bila agak
berat Rp 2000,00. Biola, biar kecil tapilebih rumit,
ongkos reparasinya Rp 1000,00 sampai Rp2000,00.”
Katanya mengakhiri omong-omong dengan penulis sore
92

itu di rumahnya yang sangat sederhana, di kampung


Krobongan Kotamadya Tegal.
E. Kesimpulan
Karangan narasi adalah Karangai yang berusaha
menyampaikan kejadian menurut urutan kejadiannya
(kronologis), dengan maksud memberi arti kepada
sebuah atau serentetan kejadian, sehingga pembaca
dapat memetik hikmah dari peristiwa itu. Karangan
narasi tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya karangan
lain sebagai pendukung seperti eksposisi, deskripsi dan
dialog.menulis karangan narasi dapat kita lakukan
dengan cara: (a) Tentukan tema dan amanat yang akan
disampaiakan; (b) Tetapkan sasaran pembaca kita; (c)
Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan
ditampilkan dalam bentuk sekema alur; (d) Bagi
peristiwa utama itu kedalam bagian awal,
perkembangan, dan akhir cerita; (e) Rincian peristiwa-
peristiwa utama kedalam detail-detail peristiwa sebagai
pendukung cerita; (f) Susun tokoh dan perwatakan, latar,
dan sudut pandang.
93

III. Karangan Eksposisi

A. Karakteristik Karangan Eksposisi


Kata eksposisi berasal dari bahasa inggris exsposition
yang berarti “membuka” atau “memulai”. Memang
karangan eksposisi itu karangan yang bertujuan untuk
memberi tahu, mengupas, menguraikan, atau
menerangkan sesuatu. Dalam karangan eksposisi
masalah yang dikomunikasikan terutama adalah
informasi. Hal utama yang dikomunikasikan terutama
berupa: (a) data faktual; (b) suatu analisis atau suatu
penafsiran yang objektif terhadap seperangkat fakta; (c)
mungkin sekali berupa fakta tentang seseorang yang
berpegang teguh pada suatu pendirian yang
khusus,asalkan tujuan utamanya untuk memberikan
informasi. Agar karangan eksposisi itu jelas seringkali
disertakan gambar,denah, peta dan angka-angka.
94

B. Langkah-langkah Peyususnan Eksposisi


Langkah yang kita tempuh dalam menbuat eksposisi
adalah sebagai berikut: (a) menentukan topik karangan.
Topik inilah yang akan kita kembangkan menjadi
karangan. Topik atau tema eksposisi dapat berupa
pikiran, gagasan, atau ide yang menjadi pusat dan
menjiwai eksposisi. Oleh karena itu topik tidak boleh
terlalu luas, topik yang luas haruslah kita batasi dengan
cara memecah topik itu menjadi topik-topik kecil. (b)
tujuan penulisan, dengan topik kita dapat menuliskan
tujuan paparan yang kita buat. Tujuan penulisan
eksposisi tersebut merupakan hal yang sangat penting.
(c) membuat kerangka karangan, kerangka karangan
adalah garis besar urutan hal-hal yang akan kita
paparkan tentang topik yang kita pilih. Dapat pula
dikatakan bahwa kerangka karangan merupakan rencana
penataan materi karangan secara garis besar. Kerangka
karangan dapat kita susun dengan langkah-langkah
sebagai berikut: Pertama, semua gagasan yang dapat
kita kumpulkan kita catat dan kita pilih mana saja yang
95

dapat dijadikan gagasan utama. Kedua, tiap-tiap pikiran


utama kita kembangkan dengan beberapa pikiran
penjelas. Ketiga, pikiran penjelas dapat dikembangkan
lagi dengan menyebutkan penjelasan yang lebih teliti
atau detai yang diperlukan. Untuk mengetahui baik-
tidaknya kerangka karangan, dapat kita mengujinya
dengan pertanyaan berikut:
a. Sudahkah tujuan eksposisi diyatakan dengan
memuaskan?
b. Sudah lengkapkah kerangka itu dengan pikiran,
gagasan, ide yang kita perlukan?
c. Sudah jelaskah hubungan antara bagian eksposisi
kita?
d. Sudah logiskah urutan dan pengembangannya?
e. Dapatkah tiap-tiap pikiran yang tertulis dalam
kerangka dikembangkan dengan perincian-perincian?
f. Adakah bagian yang memerlukan penjelasan dengan
gambar, denah, atau grafik?
Menyusun dan mengembangkan eksposisi yang
efektif sangat bergantung pada dua hal:
96

a. sifat penjelasan atau keterangan yang akan kita


berikan;
b. tujuan yang akan kita capai.

C. Teknik Pengembangan Eksposisi


a. Teknik Identifikasi
Teknik identifikasi adalah sebuah teknik
pengembangan eksposisi yang menyebutkan ciri-ciri
atau unsur-unsur yang membentuk suatu hal atau objek
sehingga pembaca dapat mengenal objek itu dengan
tepat dan jelas. Sesuatu yang diidentifikasikan dapat
bersifat fisik atau konkret, dapat pula bersifat non-fisik
atau abstrak.
b. Teknik Perbandingan
Pengembangan eksposisi dengan teknik
perbandingan ini kita lakukan dengan mengemukakan
uraian yang antara hal-hal yang kita tulis dengan sesuatu
hal yang lain. Perbandingan ini kita lakukan dengan
menunjukkan persamaan- persamaan dan perbedaan-
perbedaan antara keduanya. Hal lain yang dijadikan
97

sebagai bandingan tentunya adalah hal yang telah


diketahui pembaca. Ada beberapa tujuan yang dapat
dicapai dengan memakai teknik perbandingan sebagai
berikut:
a. Memperkenalkan sesuatu yang baru yang belum
diketahui pembaca, dengan cara membandingkan
dengan sesuatu yang telah diketahuinya;
b. Memperkenalkan beberapa hal dengan
menghubungkan nya, dengan prinsip-prinsip umum
yang berlaku secara bersama, prinsip umum ini
dipakai sebagai landasan untuk membandingkan
dengan hal-hal yang dianggap belum diketahui
pembaca;
c. Menggunakan prinsip-prinsip umum atau gagasan
umum dengan membandingkan hal-hal yang telah
diketahui pembaca.

1. Perbandingan Langsung
Teknik perbandingan langsung kita gunakan
apabila kita ingin menjelaskan suatu hal dengan
98

menunjukkan perbedaan dan persamaannya antara


hal yang kita jelaskan itu dengan hallain secara
langsung.
2. Analogi
Pengembangan karangan eksposisi dengan teknik
perbandingan analogi kita lakukan dengan
menyamakan hal yang kita jelaskan dengan hal lain.
3. Perbandingan Kemungkinan
Pengembangan karangan eksposisi dengan teknik
perbandingan kemungkinan, kita kemukakan bahwa
sesuatu mungkin bisa terjadi dengan melihat sesuatu
yang lain yang berkaitan dengannya bisa terjadi.
c. Teknik Ilustrasi
Pengembangan karangan eksposisi dengan teknik
ilustrasi sering digunakan, karena teknik ini berusaha
menunjukan contoh-contoh nyata, baik contoh-
contoh untuk pengertian yang konkret maupun
contoh-contoh untuk menggambarkan yang abstrak.
99

d. Teknik Klasifikasi
Pengembangan karangan eksposisi dengan teknik
klasifikasi, suatu pokok masalah yang majmuk
dipecah atau diuraikan menjadi bagian-bagian, dan
kemudian digolong-golongkan secra logis dan jelas
menurut dasar penggolongan yang berlaku sama bagi
tiap bagian tersebut. Prinsip-prinsip penggunaan
teknik klasifikasi adalah sebagai berikut:
1. Harus terdapat ciri menonjol yang dapat
merangkum semua objek yang diklasifikasikan;
2. Harus logis dan konsisten;
3. Harus bersifat menyeluruh;
4. Harus selektif.

d. Teknik Definisi
Definisi kurang lebih merupakan penjelasan formal
terhadap pembatasan-pembatasan arti-arti dengan tujuan
untuk jelasnya komunikasi. Ada beberapa macam
definisi yang biasa digunakan yaitu:
100

1. Sinonim, disebut juga definisi nominal. Dalam


komunikasi konsep-konsep disimbulkan dengan kata-
kata. Untuk menjelaskan konsep yang telah tertuang
dalam suatu kata, cara yang paling mudah adalah
mencari sinonim kata tersebut;
2. Definisi Formal, definisi ini biasa digunakan untuk
menjelaskan sesuatu secara singkat. Definisi ini
disusun dalam suatu kalimat dengan meletakkan
suatu hal yang didefinisikan padakelas yang umum
dan kemudian dibedakan dengan anggota yang lain
dari kelas tersebut;
3. Definisi Luas, yaitu definisi formal yang diperluas.
Definisi ini dapat berwujud dalam beberapa kalimat.
e. Teknik Analisis
Analisis merupakan cara pemecahan masalah.
Suatu pokok masalah dipecah menjadi bagian-bagian
yang logis. Cara penganalisisan suatu pokok masalah
dapat bermacam-macam cara, sesuai dengan
penglihatan dan penalaran kita. Macam-macam
teknik analisis dalam karangan eksposisi:
101

1. Analisis proses, yaitu memaparkan proses


sebenarnya memberi penjelasan tentang bagaimana
bekerjanya sesuatau, bagaimana terjadinya sesuatu,
atau bagai mana membuat dan mengerjakan sesuatau;
2. Analisis sebab-akibat, sebuah topik karangan
eksposisi dapat kita analisis dengan memecahkan
menjadi beberapa peristiwa. Tiap-tiap peristiwa kita
hubungkan satu dengan yang lain, untuk menelusuri
sebab akibatnya. Mengapa peristiwa itu terjadai?, apa
sebabnya?, dan apa akibatnya?;
3. Analisis bilangan, analisis ini merupakan tipe
analisis yang membagi pokok masalah yang tunggal
menjadi bagian-bagian berdasarkan aspek yang
berbeda;
4. Analisis fungsisonal, yaitu mengaitkan bagian-
bagaian itu dengan fungsinya terhadap keseluruhan
pokok maslah.
Uraian Contoh
Contoh 1
Keseimbangan Oksigen-Karbon Dioksida
102

Hampir semua kehidupan di dunia ini memerlukan


keseimbangan yang tepat antara gas oksigen dengan gas
karbon dioksida, dan bila keseimbangan itu terganggu
akan kacaulah kehidupan semua bentuk. Dunia
tumbuhan tiap tahunnya menghasilkan 94 milyar ton
oksigen, sementara itu jasat renik, hewan, dan manusia
menghisap oksigen itu dan menghembuskan karbon
dioksida ketika bernafas.
Gas yang disebutkan terakhir itu, dimanfaatkan
tumbuhan sebgai pembuatan gula, zat pati, selulosa,
asam amino, dan lemak; semuanya merupakan hasil-
hasil bumi yang ikut menunjang kehidupan manusia dan
segala keperluannya. Kita tahu bahwa dalam udara yang
kita hirup itu kadar oksigennya 21 persen, kadar yang
selama ini tetap terpelihara. Tetapi dunia industri
menghabiskan 41 peresen oksigen yang dihasilkan
tumbuhan tiap tahun untuk kebutuhan roda peridustrian.
Kalau dituliskan dalam bilangan nyata industri tersebut
menghabiskan 400 ton oksigen tiap menit yang diambil
dari udara tanpa pengembalian. Meskipun bilangan itu
103

besar, tetapi memang belum sampai membuat kita sesak


nafas. Hal itu disebabkan kekayaan oksigen bumi sekitar
1.2 juta milyar ton sehingga kehilangan 400 ton setiap
menit yang diambil industri belumlah ada artinya.
Namun, harus diingat bahwa bersamaan dengan
penyusutan oksigen itu, udara bumi mendapatkan
tambahan karbon dioksida. Karbon dioksida yang
kadarnya di dalam udara selalu ditingkatkan oleh
cerobon pabrik industri, lambat-lambat tetapi akan
menghangatakan udara di atas bumi sehingga ada
perkiraan bahwa dalam jangaka waktu satu abad dari
sekarang daerah-daerah kutub akan dipanasi dan naik
sepuluh drajat celcius. Selain hawa akan terasa makin
panas, permukaan laut akan naik puluhan meter karena
mencairnya es kutub.
Industri harus diperingatkan karena pengembalian
oksigen dan penambahan karbon dioksida katanya telah
mengganggu keseimbangan yang sudah ada, meskipun
pengaruh itu masih terasa sangat kecil. Industri juga
menyemburkan debu-debu industri bersama asapnya. Di
104

daerah industri, sejumlah besar debu partikel ibarat


disemprotkan ke atmosfer bumi. Partikel debu yang
besar dalam waktu yang tak lama akan turun ke bumi
atau terbawa hujan. Namun, partikel yang ringan akan
tetap melayang-layang di udara, membentuk semacam
selimut yang menghambat pancaran panas (radiasi) dari
permukaan bumi. Akhirnya, sama saja bumi terasa
makin panas. Keadaan ini mudah dirasakan di daerah-
daerah induistri.
Contoh 2
Vitamin A
Vitamin A terdapat dalam mentega, ikan, buah-
buahan berwarna kuning, dan sayur-sayuran. Diet yang
rendah vitamin A dapat menyebabkan resistensi yang
menurunkan terhadap infeksi, nafsu makan yang
menurun, dan pencernaan makanan yang tidak
sempurna. Pada mata dapat menyebabkan xeropthalmia.
Pada kulit, kekurangan vitamin A menyebabkan
timbulnya bintik-bintik atau penonjolan pada lengan,
bahu, dan tungkai dengan ukuran yan berbeda-beda
105

yang mengelilingi folikel-folikel. Biasanya mulai pada


bagian depan dan samping lengan atas, kemudian
menyebar kebagian lengan, tungkai, bahu, perut, dan
akhirnya bila sampai berlarut-larut dapat menjalar
kemuka. Penonjolan-penonjolan ini keras, kering,
warnanya lebih gelap dari kulit sekitarnya dan
tengahnya teras tajam.di muka menyerupai jerawat dan
kulit muka kering sekali.
Kelebihan vitamin A juga memberi gejala yang tidak
dikehendaki orang. Dilaporkan, terjadi pada anak-anak
yang orang tuanya memberikan terlalu banyak vitamin
A. Gejala-gejala kelebihan vitamin A rambut menjadi
rontok , juga alis mata. Rambut yang tinggal menjadi
kasar dan kering, bibir pecah-pecah, pigmentasi dan
gatal-gatal pada kulit. Pada orang dewasa gejalanya
terjadi sakit-sakit pada sendi tulang, pembentukan sisik-
sisik pada kulit dan kerut-kerut pada pinggir mulut dan
lubang hidung. Rambut rontok dan yang ketinggalan
pun menjadi kasar dan kering serta pigmentasi pada
kulit muka dan leher. Bila dibiarkan berlarut-larut akan
106

menimbulkan gejala-gejala seperti lelah, nyeri otot,


nafsu makan menurun, sakit kepala, dan penurunan
berat badan. Dengan menghentikan vitamin A dalam
beberapa minggu gejala ini akan hilang.

D.Kesimpulan
Karangan eksposisi adalah karangan yang bertujuan
untuk memberi tahu, mengupas, menguraikan, atau
menerangkan sesuatu. Dalam karangan eksposisi
masalah yang dikomunikasikan terutama adalah
informasi. Langkah yang kita tempuh dalam menbuat
eksposisi adalah sebagai berikut: (a) menentukan topik
karangan; (b) tujuan penulisan, tujuan penulisan
eksposisi tersebut merupakan hal yang sangat penting.
(c) membuat kerangka karangan, kerangka karangan
adalah garis besar.
Untuk mengetahui baik-tidaknya kerangka karangan,
dapat kita mengujinya dengan pertanyaan berikut: (a)
Sudahkah tujuan eksposisi diyatakan dengan
memuaskan? (b) Sudah lengkapkah kerangka itu dengan
107

pikiran, gagasan, ide yang kita perlukan? (c) Sudah


jelaskah hubungan antara bagian eksposisi kita? (d)
Sudah logiskah urutan dan pengembangannya? (e)
Dapatkah tiap-tiap pikiran yang tertulis dalam kerangka
dikembangkan dengan perincian-perincian? (f) Adakah
bagian yang memerlukan penjelasan dengan gambar,
denah, atau grafik?
Menyusun dan mengembangkan eksposisi yang
efektif sangat bergantung pada dua hal: (a) sifat
penjelasan atau keterangan yang akan kita berikan;
(b)tujuan yang akan kita capai.
108

IV. Karangan Argumentasi


A. Karakteristik Karangan Argumentasi

Karangan argumentasi ialah karangan yang terdiri


atas paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk
membangun suatu kesimpulan. Karangan argumentasi
ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, untuk
memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian,
atu gagasan. Secara sederhana setiap argumen sulalu
menjelaskan suatu pertalian antara dua pernyataan atau
asersi yang bisa diurutkan. Asersi pertama berupa
alasan bagian asersi kedua. Misalnya, jika kita
berkata,”biasanya tes mata kuliah sintaksis sangat sulit,
karena itu saya harus belajar sungguh-sungguh dalam
minggu ini.” Karangan argumentasi kita tulis tidak
hanya sekedar bertujuan meyakinkan pembaca saja,
kemungkinan yang kita harapkan dari karangan
argumentasi dapat berupa:
a. Membantah atau menentang suatu usul atau
pernyataan tanpa berusaha meyakinkan atau
109

mempengaruhi pembaca untuk memihak, tujuannya


semata-mata hanya untuk menyampaikan pandangan;
b. Mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian
rupa dengan mempengaruhi keyakinan pembaca agar
menyetujui;
c. Mengusahakan suatu pemecahan masalah; atau
d. Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai
suatu penyelesaian.

B. Langkah-langkah Menyusun Karangan


Argumentasi
a. Tentukan dahulu topik atau tema argumentasi kita;
b. Tentukan tujuan kita berargumentasi dalam penulisan
itu;
c. Susun krangka karangan berdasarkan topik dan
tujuan yang telah kita tentukan;
d. Cari data, fakta, informasi serta bukti yang sesuai
dengan argumentasi kita;
e. Kembangkan krangka argumentasi menjadsi
karangan argumentasi.
110

C. Teknik Pengembangan Karangan Argumentasi


a. Teknik induktif, pengembangan argumentasi dengan
teknik induktif adalah penyusunan argumentasi yang
dilakukan dengan mengemukakan lebih dahulu bukti-
bukti yang berkaitan dengan topik;
b. Teknik deduktif, pengembangan argumentasi dengan
teknik ini dimulai dengan kesimpulan umumyang
kemudian disusul uraian mengenai hal-hal yang
khusus.
Mari kita lihat contoh berikut:
Contoh 1
Premis mayor : Semua suku jawa dapat berbahasa jawa.
Permis minor : Parto orang jawa
Kesimpulan : Parto dapat berbahasa jawa.
Contoh 2
Permis mayor : Seorang guru pastilah pendidik.
Permis minor : orang yang berdiri di depan saya adalah
guru.
Kesimpulan : karena itu orang yang berdiri di depan
saya juga seorang pendidik.

D.Uraian Contoh
Contoh 1
Bahasa Indonesia dan Pembakuannya
111

(Suatu Tinjauan Sosiolinguistik)

Perubahan sosial budaya dalam masyarakat


membawa serta perubahan bahasa. Sebagai alat
perhubungan antar warga dan sebagai penerus ilmu
pengetahuan dan teknologi, bahasa Indonesia kian hari
kian bertambah lincah, sesuai dengan tuntutan
kehidupan masyarakat yang modren. Mengigat pula
peranan yang dimainkan oleh bahasa Indonesia di Asia
Tenggara sebagai alat komunikasi antar bangsa
dibelahan bumi kita ini. Sudah sepantasnyalah dilakukan
penelitian bahasa dan penginventarisan yang cermat.
Hasil penyelidikan itu akan merupakan bahan yang
berharga dalam usaha kodifikasi bahasa Indonesia yang
modren. Dengan kodifikasi bahasa diartikan penyusunan
suatu sistem asas dan kaidah pemakaian bahasa. Hasil
kodifikasi bahasa ini adalah bahasa baku atau bahasa
standar, yakni suatu ragam bahasa yang berkekuatan
sangsi sosial, dan yang diterima oleh masyarakat bahasa
sebagai acuan atau model.
112

Masalah pembakuan bahasa itu mengenal telaah


dalam, yang menyangkut sistem bahasa itu sendiri,
misalnya dibidang ejaan, tata bahasa, tata nama, tata
istilah, serta perkamusan. Telaah ini termasuk bidang
linguistik deskriptif. Di samping itu, pembakuan bahas
itu juga mengenaltelaah luar yang menyangkut fungsi
bahasa baku dalam suatu masyarakat dan sikap
masyarakat itu terhadap bahas yang baku. Telaah
terakhir ini termasuk bidang sosio linguistik atau
linguistik sosial.

Contoh 2
PENELITIAN BAHASA
Masalah penelitian bahasa cukup rumit karena
bahasa adalah sistemnya sistem, artinya ia mempunyai
hierarki sistem. Dengan demikian, bahas menjadi ruwet.
Disamping itu, variabel-variabel dalam penelitian
bahasa, baik terapan maupun murni, sangat sulit
dikontrol. Hal lain yang menyulitkan adalah bahasa itu
113

bersifat terpadu (integrated), dan sesuatu yang terpadu


sulit untuk diteliti daripada ia itu merupakan sesuatu
satuan yang unit-unitnya mudah dipisahkan. Oleh
karena sulitnya bahasa, maka biasanya para peneliti
berusaha memisahkan salah satu komponen bahasa dan
barulah komponen itu diteliti. Cara semacam ini
memang lemah, tetapi karena ini merupakan satu-
satunya cara yang sementara ini bisa dilakukan, maka
mau tidak mau kita harus bersedia menerimanya.
Kesulitan lain adalah karena bahasa itu pada dasarnya
lisan dan diucapkan manusia yang bisa berubah setiap
saat dan justru faktor manusiawi inilah yang
menyulitkan penyelidikan bahasa.

E. Kesimpulan
Karangan argumentasi ialah karangan yang terdiri
atas paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk
membangun suatu kesimpulan. Karangan argumentasi
ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, untuk
memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian,
114

atu gagasan. Langkah menyusun karangan argumentasi


dapat kita lakukan sebagai berikut: (a) Tentukan dahulu
topik atau tema argumentasi kita; (b) Tentukan tujuan
kita berargumentasi dalam penulisan itu; (c) Susun
krangka karangan berdasarkan topik dan tujuan yang
telah kita tentukan; (d) Cari data, fakta, informasi serta
bukti yang sesuai dengan argumentasi kita; (e)
Kembangkan krangka argumentasi menjadsi karangan
argumentasi.
115

V. Karangan Persuasi

A. Karakteristik Persuasi
Karangan persuasi adalah karangan yang berisi
paparan yang berdaya-bujuk, atupun berdaya himbau
yang dapat membangkitkan ketergiuran pembaca
untuk meyakini dan menuruti himbauan implisit atau
eksplesit yang dilontarkan oleh penulis. Dengan kata
lain, persuasi berurusan dengan masalah
mempengaruhi orang lain lewat bahasa. Ciri khas
karangan persuasi yaitu berusaha mencapai suatu
persetujuan atu penyesuaia kehendak penulis dengan
pembacanya; ia merupakan proses untuk meyakinkan
pembaca agar mau menerima apa yang diinginkan
penulis.
B. Alat Pengembangan Karangan Persuasi
a. Bahasa, bahasa dapat dipakai untuk kepentingan
apasaja selama dalam batas-batas fungsinya sebagai
alat komunikasi;
b. Nada, berkaitan dengan sikap pengarang dalam
menyampaikan gagsannya;
116

c. Detail, yang dimaksud detail adalah uraian terhadap


ide pokok sampai pada bagian yang sekecil-kecilnya.
Untuk memilih detail pengembangan persuasi perlu
kita pertimbangkan hal-hal berikut:
1. Penting-tidaknya detail itu untuk keperluan
persuasi dan pemahaman pembaca;
2. Jumlah detail yang harus dikumpulkan untuk
mendukung ide pokok;
3. Macam detail yang seharusnya diangkat untuk
mendukung ide pokok;
4. Kapan setiap detail itu dihadirkan?;
5. Ada-tidaknya korelasi dan relevansi detail dengan
ide pokok yang sebaiknya diangkat.
d. Organisasi, dalam persuasi pengutaraan detail
menggunakan prinsip “mengubah keyakinan dan
pandangan”. Artinya, detail-detail itu bagaimana pun
pengaturannya harus kita usahakan mampu
mengarahkan keyakinan dan pandangan pembaca.
Penataan detail-detail ini ada beberapa cara, antara
117

lain; cara induktif, cara deduktif, cara kronologi, dan


cara penonjolan.
e. Kewenangan, yaitu kewenangan dalam hal tidak
selalu berkaitan dngan kewenangan hukum.
Kewenangan menyangkut “penerimaan dan
kesadaran” pembaca terhadap pengarang. Seorang
pengarang diyakini pembacanya sebagai orang yang
berwenang apabila dia: (a) mempunyai dasar hukum
dan menduduki jabatan tertentu; (b) berkecimpung
dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu; (c) mampu
menunjukkan pola pikir yang bermutu.

Uraian Contoh
Hati-hati Terhadap Pengaruh Kebudayaan Asing
Pengaruh kebudayaan asing melanda masyarakat
Indonesia sejak dulu sampai kini baik dibidang
sastra, musik, tari, sport, model, filem, dan gaya
hidup. Dalam dunia sastra kita mengenal novel pop
atau cerita detektif. Musik klasik, musik Hawaian
sampai dengan hard rock lama menguasai pencinta
118

musik kita. Tari balet, breakdance sudah tidak asing


lagi bagi kita. Jenis olah raga waitankung, joging,
golf, tenis banyak dilakukan masyarakat. Mode
pakaian maksi, midi, sampai mini silih berganti
melanda muda-mudi kita. Gaya hidup memakai blue
jeans, makan sosis, minum bir, dan pergi ke salon
seakan-akan merupakan simbol modernitas yang
setiap orang diajak mengapainya.
Kedaan di atas merupakan kenyataan bahwa
masuknya kebudayaan asing menimbulkan
perubahan sikap mental yang justru hanya terbatas
pada pola atau gaya hidup yang konsumtif. Pola pikir
yang produktif atau cara berpikir baru yang dituntut
dalam kehidupan masyarakat modren yang sedang
membangun hanya sedikit sekali menyentuhnya.
Jika cara hidup kita bagi dalam tiga golongan besar:
cara berpikir, cara bekerja, dan cara hidup maka
akibat pengaruh budaya asing, cara hidup seorang
akan cepat berubah daripada cara berpikir atau cara
bekerjanya. Ironis sekali bila pada masa
119

perkembangan ini seorang lebih dulu mengubah


konsumsinya, sebelum ia mengubah apa yang
dihasilkan atau bahkan sebelum ia mengetahui cara
baru untuk menghasilkannya.
Bagaimanakah sikap kita dalam menerima
kebudayaan asing? Kita tidak apriori menentang
usaha-usaha untuk memperkaya kebudayaan kita
selama sesuai dengan unsur-unsur dan norma-norma
kesusilaan kita. Dalam mempertimbangkan unsur-
unsur mana yang dapat memperkaya atau merusak
kebudayaan kita, maka pancasila merupakan alat
seleksi setajam-tajamnya.
Aktivitas kebudayaan nasional kita, baik dalam
bidang kesusastraan maupun dalam cabang kesenian
lain bahkan gaya hidup, harus mencerminkan jiwa
dan watak nasional dan bersumber pada amanat
keluhuran budi nenek moyang kita serta sesuai
tuntunan bangsa yang sedang membangun. Seluruh
aktivitas kebudayaan nasional harus bernada
teleskopi. Artinya, melihat kejarak jauh, sambil
120

memupuk jiwa percaya kepada kekuatan diri sendiri


serta tetap berakar pada pancasila.
Oleh karena itu, hati-hatilah terhadap pengaruh
kebudayaan asing, jangan sampai membuat kita
tercabut dari akar kebudayaan kita sendiri.

Kesimpulan
Karangan persuasi adalah karangan yang berisi
paparan yang berdaya-bujuk, atupun berdaya himbau
yang dapat membangkitkan ketergiuran pembaca
untuk meyakini dan menuruti himbauan implisit atau
eksplesit yang dilontarkan oleh penulis. Alat
pengembangan karangan persuasi meliputi; bahasa,
nada, detail, organisasi, dan kewenangan.
121

EVALUASI BAB IV

1. Tuliskan jenis-jenis karangan!


2. Jelaskan apa yang dimaksud pendekatan
ekspositoris!
3. Apa perbedaan narasi informasional dengan
narasi artistic?
4. Jelaskan langkah-langkah penyusunan
karangan eksposisi!
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan teknik
identifikasi pada pengembangan karangan
eksposisi!
122

BAB V
PEMBAHASAN EVALUASI

EVALUASI BAB I
1. Mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan
seseorang mengungkapkan gagasan dan
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada
bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk
dipahami.
2. Unsur mengarang terdiri dari :
a. Gagasan
b. Tuturan
c. Tatanan
d. wahana
3. macam-macam tuturan adalah
a. narasi
b. deskripsi
c. eksposisi
d. argumentasi
e. persuasi
123

4. Menulis artikel sangat membutuhkan tatanan


atau aturan, diantara tatanan dalam menulis
artikel misalnya :
d. Diksi atau pilihan kata
e. Sistematika penulisan
f. Alur cerita
g. Akhir cerita
Sebaliknya untuk menulis karya ilmiah
dibutuhkan tatanan yang ketat, diantara tatanan
itu dapat diurutkan sebagai berikut :
g. Latar belakang masalah
h. Rumusan masalah
i. Tujuan
j. Manfaat
k. Tinjauan teori
l. Metode
5. Wahana sering disebut alat atau sarana
penghantar gagasan. Wahana dapat
dikategorikan berupa :
a. Kosa kata
124

b. Gramatika
c. Retorika (Seni memakai bahasa)
Bagi penulis yang masih awal untuk mengatasi
hal tersebut dengan cara memperkaya kosa kata
yang belum diketahui artinya, Rajin menulis dan
membaca, maka dengan rajin menulis dan
membaca akan menambah perbendaharaan arti
kosakata.

EVALUASI BAB II
1. Untuk merumuskan sebuah tema yang baik, kita
harus memperhatikan kriteria-kriteria sebagai
berikut:
a. Kejelasan
Kejelasan merupakan hal yang sangat esensial
bagi sebuah tulisan yang baik. Kejelasan dapat dilihat
dari gagasan sentralnya. Kalau gagasan sentralnya
jelas, tema tersebut dapat dirumuskan dalam sebuah
125

kalimat yang jelas. Kejelasan tema dapat pula dilihat


dari subordinasi atau rincian-rinciannya.
b. Kesatuan
Kesatuan dapat dilihat dari adanya satu gagasan
sentral yang menjadi landasan seluruh tulisan itu.
Sebenarnya kejelasan dan kesatuan merupakan hal
yang sama, hanya segi penekannannya yang
berbeda. Kesatuan lebih melihat dari persoalan
bahwa hanya ada satu gagasan sentral dalam setiap
tulisan. Setiap rincian dari gagasan sentral tadi
hanya sebagai penunjang atau pendukung untuk
memperjelas pesan yang terkandung dalan gagasan
sentral.
c. Perkembangan
Perkembangan disini lebih ditekankan kepada
pengembangan paragraf. Pengembangan paragraf
dapat dilihat dari dua sudut, yaitu pertama, apakah
gagasan yang lebih tinggi sudah diperinci secara
maksimal atau belum, kedua, apakah perincian
tersebut telah disusun secara logis dan sistematis.
126

d. Keaslian
Keaslian dapat diukur dari sudut pilihan pokok
persoalan, sudut pandang, pendekatan, rangkaian
kalimat, pilihan kata , dan sebagainya.

2. Sebuah judul tulisan hendaknya memenuhi kriteria


sebagai berikut:
a. Judul harus relevan, artinya, sebuah judul harus
mempunyai pertalian yang erat dengan temanya,
atau ada pertalian dengan beberapa bagan
penting dari tema itu.
b. Judul harus provokatif, artinya, judul harus
disusun sedemikian rupa sehingga dapat
menimbulkan keingintahuan dari tiap pembaca
terhadap isi tulisan secara keseluruhan.
c. Judul harus singkat, artinya, judul tidak boleh
disusun dalam bentuk kaimat panjang.

3. Dalam menyususn kerangka tulisan ada beberapa


langkah yang harus kita lalui, yaitu:
127

2) merumuskan tema;
1) mangadakan inventarisasi topik-topik bawahan;
2) mengadakan evaluasi terhadap topik-topik tadi;
3) mengulang langkah kedua dan ketiga; dan
4) menyusun pola tulisan.

4. pola logis, yang terdiri atas urutan klimaks dan anti


klimaks,urutan kausal, urutan pemecahan
masalah, urutan umum – khusus, urutan
pamiliaritas,dan urutan akseptabilitas

5. Ciri-ciri kalimat efektif ialah :


a. Kesepadanan Stuktur
Yang dimaksud dengan kesepadan di sisi adalah
keseimbangan antara pikiran atau gagasan
dengan struktur bahasa yang dipakai.
b. Kepararelan
Kepararelan adalah kesamaan bentuk kata yang
digunakan dalam kalimat, artinta, dalam
kalimat yang mmpunyai pemerian atau uraian
kalau bentuk pertama menggunakan kata benda
maka bentuk kedua dan seterusnya harus
128

menggunakan kata benda. Kalau bentuk


pertama manggunakan kata kerja maka bentuk
kedua dan seterusnya harua menggunakan kata
kerja.
c. Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan di sini
adalah suatu perlakuan penonjolan pada ide
pokok kalimat. Ada berbagai cara unuk
melakulan penagasan terhadap ide poko, yaitu
meletakan ide pokok yang akan ditonjolkan di
depan kalimat, membuat urutan kata yang
logis, melakukan pengulangan kata, Melakukan
pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan,
dan menggunakan partikel penegas.
d. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat
mempergunakan kata, frasa, atau menghindari
penggunaan kata, frasa yang dianggap tidak
perlu.
e. Kecermatan
Cermat dalam hal ini adalah kalimat yang
disusun tidak menimbulkan tafsiran ganda dan
tepat dalam pilihan kata.
f. Kepaduan
129

Kepaduan yaitu pernyataan dalam kalimat itu


tiak terpecah-pecah, bertele-tele. Dengan kata
lain kalimat yang disusun harus sistematis.
Kalimat yang padu harus mempergunakan
pola aspek + agen + verbal secara tertib
dalam kalimat yang berpredikan persona.
g. Kelogisan
Kelogisan yaitu ide kalimat dapat diterima oleh
akal dan sesuai dengan kaidah yang berlaku.

EVALUASI BAB III


1. Nilai adalah suatu keberhargaan yang timbul dari
kegiatan, pengalaman, dan benda yang dihasilkan
perbuatan seseorang.
2. Nilai-nilai mengarang adalah :
a. Nilai kecerdasan
b. Nilai kependidikan
c. Nilai kejiwaan
d. Nilai kemasyarakatan
130

e. Nilai keuangan
f. Nilai kefilsafatan
3. Bilamana karena keuletan terus-menerus
mengarang pada akhirnya tulisan dapat dimuat
dalam majalah terkenal atau diterbitkan sebagai
buku oleh penerbit besar, lahirlah pada diri
penulisnya kepuasan batin, kegembiraan qalbu,
kebanggaan pribadi, dan kepercayaan diri. Semua
ini dapat menjadi pendorong gairah untuk lebih
berkarya dan terus mencapai kemajuan.
4. Manfaat menulis menurut Horiston dalam Darmadi
(1996: 3-4), yaitu :
a. Kegiatan menulis adalah sarana untuk
menemukan sesuatu, dalam artian dapat
mengangkat ide dan informasi yang ada di alam
bawah sadar pemikiran kita.
b. Kegiatan menulis dapat memunculkan ide baru.
c. Kegiatan menulis dapat melatih kemampuan
mengorganisasi dan menjernihkan bebagai
konsep atau ide yang kita miliki.
131

d. Kegiatan menulis dapat melatih sikap objektif


yang ada pada diri seseorang.
e. Kegiatan menulis dapat membantu diri kita
untuk berlatih memecahkan beberapa masalah
sekaligus.
f. Kegiatan menulis dalam sebuah bidang ilmu
akan memungkinkan kita untuk menjadi aktif
dan tidak hanya menjadi menerima informasi.

5. Kalau ia hanya masyarakat biasa, maka kepandaian


mengarang berguna sekali untuk menulis buku
catatan harian yang mengabadikan peristiwa, kesan,
atau renungannya sendiri untuk diri sendiri. Dengan
menulis buku catatan harian sebagai suatu budaya
menulis yang patut dikembangkan, seseorang dapat
mengingat secara jelas masa lampau, menghayati
secara penuh masa kini, dan mengarahkan secara
terencana masa depan dari hidupnya.
6.
132

EVALUASI BAB IV
1. Jenis-jenis Karangan yaitu:

a. Narasi
b. Deskripsi
c. Eksposisi
d. Argumentasi
e. persuasi
2. Dalam pendekatan ekspositoris, kita berusaha
agar deskripsi yang kita buat dapat memberi
keterangan sesuai keadaan yang sebenarnya
sehingga pembaca dapat seolah-olah ikut
melihat atau merasakan objek yang kita
deskripsikan.
3. Perbedaan narasi informasional dan narasi
artistik dapat kita lihat pada tabel berikut:
133

Narasi Narasi Artistik


Informasional
1. Memperluas 1. Menyampaikan
pengetahuan suatu makna atau
2. Menyampaikan suatau amanat
informasi faktual yang tersirat;
mengenai sesuatu 2. Menimbulkan
kejadian; daya khayal;
3 Didasarkan pada 3. Penalaran hanya
suatu penalaran berfungsi sebagai
untuk mencapai alat untuk
kesepakatan
menyampaikan
rasional;
makna, sehingga
kalau perlu
4. Bahasanya lebih
penalaran dapat
condong
dilanggar;
kebahasa
4. Bahasanya lebih
informatif
condong
dengan titik
kebahasa
berat pada
figurataif
pemakaian kata-
134

kata denotatif. dengan menitik


beratkan kata-
kata konotatif.

4. Langkah yang kita tempuh dalam menbuat


eksposisi adalah sebagai berikut: (a)
menentukan topik karangan. Topik inilah yang
akan kita kembangkan menjadi karangan. Topik
atau tema eksposisi dapat berupa pikiran,
gagasan, atau ide yang menjadi pusat dan
menjiwai eksposisi. Oleh karena itu topik tidak
boleh terlalu luas, topik yang luas haruslah kita
batasi dengan cara memecah topik itu menjadi
topik-topik kecil. (b) tujuan penulisan, dengan
topik kita dapat menuliskan tujuan paparan yang
kita buat. Tujuan penulisan eksposisi tersebut
merupakan hal yang sangat penting. (c)
membuat kerangka karangan, kerangka
karangan adalah garis besar urutan hal-hal yang
akan kita paparkan tentang topik yang kita pilih.
135

Dapat pula dikatakan bahwa kerangka karangan


merupakan rencana penataan materi karangan
secara garis besar. Kerangka karangan dapat
kita susun dengan langkah-langkah sebagai
berikut: Pertama, semua gagasan yang dapat
kita kumpulkan kita catat dan kita pilih mana
saja yang dapat dijadikan gagasan utama.
Kedua, tiap-tiap pikiran utama kita kembangkan
dengan beberapa pikiran penjelas. Ketiga,
pikiran penjelas dapat dikembangkan lagi
dengan menyebutkan penjelasan yang lebih
teliti atau detai yang diperlukan.
5. Teknik identifikasi adalah sebuah teknik
pengembangan eksposisi yang menyebutkan
ciri-ciri atau unsur-unsur yang membentuk suatu
hal atau objek sehingga pembaca dapat
mengenal objek itu dengan tepat dan jelas.
Sesuatu yang diidentifikasikan dapat bersifat
fisik atau konkret, dapat pula bersifat non-fisik
atau abstrak.
136

DAFTAR PUSTAKA
Badudu, J.S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar.
Jakarta: Gramedia.

Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia Dengan


Baik dan Benar. Jakarta: Pustaka Jaya.

Rohana 2018 penigkatan hasil belajar keterampilan


menulis. Makassar. Samudra Alif Mim

2017 To Improve Reproduction Utilizing Audio


Visual Written Skill In English Learning Of Teacher
Elementary Education Program. Makassar. Unismuh

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai