Disusun Oleh :
Kelompok 9
Ibnal Habibi
Hasan Siregar
2021-2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat, karunia-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah tentang “Mengenal Cara Menyusun Karangan” ini dengan baik
meskipun banyak sekali kekurangan didalamnya. Dan juaga saya berterimakasih kepada
bapak Muhammad Khalidin M.Pd selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah
memberi tugas ini kepada kami.
kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Mengenal “Cara Menyusun Karangan” Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat di pahami bagi siapa pun yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan, kami mohon kritik dan saran yang membangun dari anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.
Penulis,
Kelompok 9
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh
makhluk lainnya. Perbedaan itu terletak pada kemampuan berpikir yang dimiliki manusia,
kemampuannya berbahasa dan berbudaya. Dengan kemampuan berpikirnya, manusia
menciptakan kebudayaannya dan kebudayaan itu diturunkan ke generasi berikutnya melalui
bahasa.
Menulis dan berpikir merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara bersama dan
berulang-ulang. Dengan kata lain, tulisan adalah wadah yang sekaligus merupakan hasil
pemikiran. Melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengkomunikasikan pikirannya. Melalui
kegiatan berpikir, penulis dapat meningkatkan kemampuannya dalam menulis. Untuk
menghasilkan tulisan yang baik, setiap penulis hendaknya memiliki tiga keterampilan dasar
dalam menulis, yaitu keterampilan berbahasa, keterampilan penyajian dan keterampilan
perwajahan. Ketiga keterampilan ini harus saling menunjang atau isi-mengisi.
Mengarang tidak hanya dan tidak harus tertulis. Seperti halnya berkomunikasi, kegiatan
mengarang yang juga menggunakan bahasa sebagai mediumnya dapat berlangsung secara
lisan. Seseorang yang berbicara misalnya, dalam sebuah diskusi atau berpidato secara serta
merta otaknya terlebih dahulu harus mengarang sebelum mulutnya berbicara.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Karangan?
2. Apa saja bentuk-bentuk Karangan?
3. Bagaimana proses penulisan dari Karangan?
4. Bagaimana Hubungan antara Membaca dan Mengarang?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari Karangan.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk Karangan.
3. Untuk mengetahui proses penulisan Karangan.
4. Untuk mengetahui hubungan antara membaca dan mengarang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Karangan
Pada awalnya kata merangkai tidak berkaitan dengan kegiatan menulis. Cakupan makna
kata merangkai mula-mula terbatas pada pekerjaan yang berhubungan dengan benda konkret
seperti merangkai bunga atau merangkai benda lain. Sejalan dengan kemajuan komunikasi
dan bahasa, lama-kelamaan timbul istilah merangkai kata. Lalu berlanjut dengan
istilah merangkai kalimat; kemudian jadilah apa yang disebut pekerjaan mengarang.
Orang yang merangkai dan menyusun kata, kalimat, dan alinea tidak disebut perangkai,
tetapi penyusun atau pengarang untuk membedakannya misalnya dengan perangkai bunga.
Mengingat karangan tertulis juga disebut tulisan, kemudian timbullah sebutan penulis untuk
orang yang menulis suatu karangan.
Sebenarnya mengarang tidak hanya dan tidak harus tertulis. Seperti halnya berkomunikasi,
kegiatan mengarang yang juga menggunakan bahasa sebagai mediumnya dapat berlangsung
secara lisan. Seseorang yang berbicara, misalnya dalam sebuah diskusi atau berpidato secara
serta-merta (impromptu), otaknya terlebih dahulu harus mengarang sebelum mulutnya
berbicara. Pada saat berbicara, sang pembicara itu sebetulnya “bekerja keras”
mengorganisasikan isi pembicaraannya agar teratur, terarah/terfokus, sambil memikir-
mikirkan susunan kata, pilihan kata, struktur kalimat; bahkan cara penyajiannya (misalnya
deduktif atau induktif; klimaks atau antiklimaks). Apa yang didengar atau ditangkap orang
dari penyajian lisan itu, itulah karangan lisan.
Bertalian dengan uraian di atas penulis berpendapat bahwa mengarang adalah pekerjaan
merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan dan atau mengulas topik dan tema
tertentu guna memperoleh hasil akhir berupa karangan (bandingkan dengan pekerjaan
merangkai bunga dengan hasil akhir berupa rangkaian bunga). Untuk bahan perbandingan,
disini dikutipkan pendapat Widyamartaya dan Sudiarti (1997:77). Menurut kedua penulis ini,
mengarang adalah “keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan
gagasan dan penyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.1
B. Bentuk-Bentuk Karangan
Tulisan atau karangan pada hakikatnya adalah representasi bunyi-bunyi bahasa dalam
bentuk visual menurut sistem ortografi tertentu. Banyak aspek bahasa lisan seperti nada,
tekanan, irama serta beberapa aspek lainnya tidak dapat direpresentasikan dalam bentuk
tulisan. Begitu juga halnya dengan aspek fisik seperti gerak tangan, tubuh, kepala, wajah,
yang mengiringi bahasa lisan tidak dapat diwujudkan dalam bahasa tulis. Oleh karena itu,
dalam mengemukakan gagasan secara tertulis, penulis perlu menggunakan bentuk tertentu.
Bentuk-bentuk tersebut seperti dikemukakan oleh Semi bahwa secara umum karangan dapat
dikembangkan dalam empat bentuk yaitu narasi, eksposisi, deskripsi, argumentasi dan
persuasi.
1. Narasi
Narasi adalah karangan atau cerita yang menyajikan rangkaian peristiwa secara
berurutan. Peristiwa harus benar-benar terjadi, tetapi boleh juga hanya imajinasi atau fiksi.
Oleh karena itu, karangan atau tulisan narasi bisa digunakan untuk banyak tujuan seperti
sejarah, novel, berita, biografi dan lain-lain. Di dalamnya terdapat peristiwa atau kejadian
dalam sebuah urutan waktu, dimana tokoh di dalamnya berinteraksi dalam berbagai konflik
yang terjadi. Pertautan antara ketiga unsur tersebut, yaitu peristiwa atau kejadian, munculnya
tokoh, dan adanya konflik, disebut plot atau alur.
1
Al. widyamartaya dan Veronica Sudiarti, Dasar-Dasar Menulis Karya Ilmiah, Yogyakarta: Penerbit
Widyatama, 1997, hal 77.
2
Suparno dan Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, Jakarta: Universitas Terbuka, hal, 12
a. Tujuan menulis karangan narasi
Setiap membuat tulisan atau karangan, penulis tentu mempunyai tujuan dalam
penulisannya. Dalam menulis narasi, setidaknya ada beberapa tujuan seperti:
Ada beberapa unsur penting yang harus ada dalam penulisan karangan narasi untuk
membedakan narasi dengan karangan yang lainnya. Unsur-unsur tersebut adalah :
Tema
Alur atau plot adalah jalinan cerita antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.
Watak
Suasana
Suasana adalah suatu kesan yang ditimbulkan sehingga pembaca dapat turut merasakan
suasana yang dihadapi oleh pelaku. Dalam suasana terdapat masalah atau konflik dan
resolusi atau penyelesaian masalah.
Amanat
Sudut pandang berhubungan dengan dari mana penulis memandang suatu peristiwa.
Umumnya penulis menceritakannya dalam sudut pandang orang pertama atau orang
ketiga
c. Ciri-ciri karangan narasi
Ada beberapa ciri-ciri yang dapat membuat pembaca mudah membedakan antara
karangan narasi dan lainnya. Ciri-ciri tersebut antara lain :
Contohnya:
2. Eksposisi
Eksposisi adalah karangan yang berusaha menjelaskan pokok pikiran yang dapat
memperluas pengetahuan pembacanya dengan disertai contoh, gambar, grafik, ilustrasi, dll.
Umumnya berbentuk prosa. Karangan ini bersifat ilmiah/ nonfiksi. Sumber karangan paragraf
eksposisi ini bisa diperoleh dari hasil pengamatan, penelitian atau pengalaman.
a. Ciri-ciri
Ciri-ciri paragraf/karangan eksposisi adalah:
Berupa tulisan yang memberikan pengertian dan pengetahuan.
Menjawab pertanyaan tentang apa, mengapa, kapan, dan bagaimana.
Disampaikan secara lugas dengan menggunakan bahasa baku.
Bersifat netral, dalam artian tidak memihak dan memaksakan sikap penulis kepada
pembaca
Contohnya:
Bekam atau hijamah adalah sebuah teknik pengobatan yang dilakukan dengan jalan
membuang darah kotor (racun yang berbahaya) dari dalam tubuh lewat permukaan kulit.
Menurut pemahaman umum, sebenarnya ia berfungsi untuk membuang darah yang telah
rusak atau teroksidasi karena tingginya oksidan dalam tubuh.
3. Deskripsi
Deskripsi adalah karangan yang melukiskan suatu tempat, situasi, orang, atau
barang/benda sehingga pembaca dapat merasakan arti atau maksud dari karangan atau tulisan
tersebut.
a. Ciri-ciri Deskripsi
Melukiskan atau menggambarkan suatu objek tertentu.
Bertujuan untuk menciptakan kesan atau pengalaman pada diri pembaca agar seolah-
olah mereka melihat, merasakan, mengalami atau mendengar, sendiri suatu objek
yang dideskripsikan.
Sifat penulisannya objektif karena selalu mengambil objek tertentu, yang dapat
berupa tempat, manusia, dan hal yang dipersonifikasikan.
Penulisannya dapat menggunakan cara atau metode realistis (objektif), impresionistis
(subjektif), atau sikap penulis.
Contohnya:
Salju tipis melapis rumput, putih berkilau diseling warna jingga; bayang matahari senja
yang memantul. Angin awal musim dingin bertiup menggigilkan, mempermainkan daun-
daun sisa musim gugur dan menderaikan bulu-bulu burung berwarna kuning kecoklatan yang
sedang meloncat-loncat dari satu ranting ke ranting yang lain.
4. Argumentasi
Argumentasi adalah karangan yang berusaha memberikan alasan dengan bukti yang
kuat yang ditulis dengan tujuan untuk meyakinkan atau membujuk pembaca. Argumentasi
ada yang panjang, yang pendek, dahkan dapat terdiri atas beberapa kalimat saja.
a. Ciri-ciri Argumentasi
Berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan pengarang sehingga
kebenaran itu diakui oleh pembaca
Pembuktian dilengkapi dengan data, fakta, grafik, tabel, gambar
Dalam argumentasi pengarang berusaha mengubah sikap, pendapat atau pandangan
pembaca
Dalam membuktikan sesuatu, pengarang menghindarkan keterlibatan emosi dan
menjauhkan subjektivitas
Dalam membuktikan kebenaran pendapat pengarang, kita dapat menggunakan
bermacam-macam pola pembuktian
b. Langkah menyusun karangan argumentasi
Menentukan topik/ tema Menetapkan tujuan Mengumpulkan data dari berbagai sumber
Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih Mengembangkan kerangka
menjadi karangan argumentasi.
Contohnya:
Jiwa kepahlawanan harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan karena dengan jiwa
kepahlawanan. Pembangunan di negara kita dapat berjalan dengan sukses. Jiwa
kepahlawanan akan berkembang menjadi nilai-nilai dan sifat kepribadian yang luhur, berjiwa
besar, bertanggung jawab, berdedikasi, loyal, tangguh, dan cinta terhadap sesama. Semua
sifat ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang.
5. Persuasi
Contohnya:
Salah satu penyakit yang perlu kita waspadai di musim hujan ini adalah infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA). Untuk mencegah ISPA, kita perlu mengonsumsi makanan
yang bergizi, minum vitamin dan antioksidan. Selain itu, kita perlu istirahat yang cukup,
tidak merokok, dan rutin berolah raga.
6. Karangan ilmiah
Karangan ilmiah adalah suatu karangan yang berdasarkan penelitian yang ditulis
secara sistematis, berdasarkan fakta di lapangan, dan dengan menggunakan pendekatan
metode ilmiah.
Paper adalah karya ilmiah berisi ringkasan atau resume dari suatu mata kuliah tertentu
atau ringkasan dari suatu ceramah yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswanya. Tujuan
pembuatan paper ini adalah melatih mahasiswa untuk mengambil intisari dari mata kuliah
atau ceramah yang diajarkan oleh dosen. Penulisan paper ini agak diperdalam dengan
beberapa sebab antara lain, Bab I Pendahuluan, Bab II Pemaparan Data, Bab III Pembahasan
atau analisis dan Bab IV Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
b) Pra Skripsi
Pra Skripsi adalah karya tulis ilmiah pendidikan yang digunakan sebagai persyaratan
mendapat gelar sarjana muda. Karangan ilmiah ini disyaratkan bagi mahasiswa bagi jenjang
akademik atau setingkat D-3.
Format tulisannya terdiri dari Bab I Pendahuluan (Latar Belakang Pemikiran, permasalahan,
tujuan penelitian/ manfaat penelitian, dan metode penelitian), Bab II gambaran umum
(menceritakan keadaan di lokasi penelitian dikaitkan dengan permasalahan penelitian), Bab
IV analisis (pembahasan data untuk menjawab masalah penelitian), Bab V penutup
(kesimpulan penelitian dan saran)
c) Skripsi
Skripsi adalah karangan ilmiah yang mengemukakan pendapat orang lain. Pendapat yang
diajukan harus didukung oleh data dan fakta-fakta empiris-objektif baik berdasarkan
penelitian langsung (observasi lapangan) maupun studi pustaka. Skripsi ditulis sebagai syarat
mendapatkan gelar S1. Pembahasan dalam skripsi harus dilakukan mengikuti alur pemikiran
ilmiah yang logis dan empiris.
d) Thesis
Naskah seminar adalahkarya ilmiah yang berisi uraian dari topik yang membahas suatu
permasalahan yang akan disampaikan dalam forum seminar. Naskah ini bisa berdasarkan
hasil penelitian pemikiran murni dari penulisan dalam membahas atau memecahkan
permasalahan yang dijadikan topik atau dibicarakan dalam seminar.
d. Karangan Non-Ilmiah
Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan
dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum,
dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu
formal).
1) Ciri-Ciri
Non ilmiah (fiksi) adalah satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isisnya yang
berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik penyajian dibarengi dengan sejarah,
bersifat imajinatif, situasi di dramatisir, bersifat persuasif. Selain itu ciri-ciri karangan non-
ilmiah adalah:
Penyusunan karangan adalah tahap kegiatan yang perlu dipelajari dalam rangka
mewujudkan karangan. Ada dua kemampuan yang harus diperhatikan, yaitu kemampuan
menyusun draf karangan yang utuh dan kemampuan menyunting (editing) karangan. Kedua
kemampuan itulah yang yang menjadi fokus dalam kegiatan menyusun karangan (Suparno,
dkk,2006:3.31).3
Meskipun ada beberapa pakar bahasa yang menyamakan pengertian antara tema dan
topic,tetapi diantara memiliki perbedaan yang mendasar. Perlu diketahui bahwa tema itu
masih bersifat umum, sedangkan topic bersifat khusus. Oleh karena itu, agar karangan dapat
3
Suparno dan Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, Jakarta: Universitas Terbuka, hal, 31
disusun secara fokus dan tidak meluas kemana-mana,topic karangan yang dipilih haruslah
spesifik.
Setelah mengumpulkan tema, perlu ada bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan
eksistensi tulisan.
3. Menyeleksi Bahan
Perlu dipiih bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan. Polanya melalui
klasifikasi tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis.
Beberapa petunjuk dalam menyeleksi bahan, yaitu:
Kerangka karangan menguraikan tiap topic atau masalah menjadi beberapa masalah.yang
lebih fokus dan terukur.
Kerangka merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan tujuan untuk
mencapai tahap yang sempurna.
Mencatat gagasan;
Mengatur urutan gagasan;
Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab;
Membuat kerangka karangan;
5. Mengembangkan Kerangka Karangan
Penulisan draf merupakan aktifitas yang di mulai dengan menata butir-butir gagasan
dilakukan secara hierarkis untuk menempatkan sifat hubungan antar komponen tulisan.
Penulisan draf juga merupakan aktivitas menyusun kerangka secara utuh.
Untuk menopang kebutuhan hidup sehari-hari yang harus selaras antara produktivitas
menulis dan biasa hidup sehari-hari.
Menulis itu ibarat orang yang berbicara. Orang yang berbicara maksudnya adalah orang yang
telah mengatur kata-kata ekspresi dan melihat efek. Kata di atur sedemikian rupa agar cocok
dengan lawan berbicara, ekspresi dikemas begitu rupa supaya orang tau betapa kita bersusah
payah menampakkan keseriusan.
Antara Mengarang dan membaca terdapat hubungan yang sangat erat. Bila kita menulis
sesuatu, maka pada prinsipnya kita ingin agar tulisan itu dibaca oleh orang lain, paling tidak
kita bisa membaca sendiri. Demikialah, hubungan antara Mengarang dan membaca pada
dasarnya adalah hubungan antara penulis dan pembaca.
Perlu dipahami benar-benar bahwa sekalipun misalnya kita telah menentukan maksud dan
tujuan yang baik sebelum dad sewaktu menulis, namun sering kita menghadapi kesulitan
dalam hal mengikuti tujuan utama yang telah ditetapkan. Suatu cara yang baik untuk
menghindari hal itu ialah dengan jalan merumuskan sebuah kalimat tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Soprian, 2000. Bahasa Dan Sastra Indonesia. Bandung : CV. Lubuk Agung
Suyono. 2005. Cerdas Berpikir Bahasa Dan Sastra Indonesia. Bandung: Ganeca Exact