Anda di halaman 1dari 7

 

Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kami kesehatan sehingga
kami bisa menyelesaikan” Laporan Bacaan Buku” yang berjudul “Menulis  Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa”  dan membandingkan buku tersebut dengan buku lain.

Dalam menyusun makalah ini tak lepas dari peran serta saran berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan dan masukan guna menyempurnakan makalah ini.Oleh karena itu,
penyusun mengucapkan terima kasih atas pertisipasi dari semua pihak dan kami akan selalu
menunggu kritik dan saran yang membangun dari orang-orang yang membaca makalah ini.
Seperti kata pepatah tak ada gading yang tak retak, untuk itu penyusun mohon maaf atas
segala kesilapan dan kekurangan dalam makalah ini, akhir kata kami ucapkan terima kasih

Identitas Buku

Judul Buku                  : Menulis ssebagai suatu ketempilann berbahasa

Penyusun                     :  Prof. DR. Henry Guntur Tarigan

Penerbit                       :  Angkasa Bandung

Tahun Terbit                :  1966

Cetakan                       :  terakhir (1966)`

Kota                            :  Bandung

Jumlah halaman           :  197 halaman

 Bab 1

Pendahuluan

1.1.keterampilan berbahasa :komponen-komponennya.

Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara
yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu
hubungan urutan yang teratur: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa
kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara
kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya
merupakan suatu kesatuan, merupakan catur tunggal. Selanjutnya setiap keterampilan itu erat
pula berhubungan dengan proses-proses yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang
mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas
pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek
dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan
berpikir.

1.2.menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa.


Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi
secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu
kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini maka sang penulis haruslah
terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini
tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak
dan teratur.

1.2.1.      Hubungan antara menulis dan membaca.

Antara menulis dan membaca terdapat hubungan yang sangat erat. Bila kita menuliskan
sesuatu, maka pada prinsipnya kita ingin agar tulisan itu dibaca oleh orang lain; paling sedikit
dapat kita baca sendiri pada saat lain. Demikianlah hubungan antara menulis dan membaca
pada dasarnya adalah penulis dan pembaca.

Tugas sang penulis adalah mengatur/menggerakkan suatu proses yang mengakibatkan suatu
perubahan tertentu dalam bayangan/kesan sang pembaca. Khusus mengenai menulis,
kualifikasi yang dituntut adalah sebagai berikut :

1. Kuallifikasi Minimal.
Mampu menulis dengan tepat kalimat-kalimat atau pun paragraf-paragraf seperti yang akan
dikembangkan secara lisan bagi situasi-situasi kelas, dan menulis surat sederhana yang singkat.

1. Kualifikasi Baik.
Mampu menulis “komposisi bebas” yang sederhana dengan kejelasan dan ketepatan dalam kosa
kata, idiom, dan sintaksis.

1. Kualifikasi Unggul.
Mampu menulis beraneka ragam pokok pembicaraan (subyek) dengan idiom yang wajar,
ekspresi yang cerah serta mudah dipahami, dan perasaan yang tajam terhadap gaya bahasa
yang beraneka ragam dalam bahasa target.

1.2.2.      Hubungan antara menulis dan berbicara.

Kedua-duanya memiliki ciri yang sama yaitu produktif dan ekspresif. Perbedaannya ialah
bahwa dalam menulis diperlukan pendengaran dan pengucapan. Dengan perkataan lain,
menulis merupakan komunikasi tidak langsung, tidak tatap muka, sedangkan berbicara
merupakan komunikasi langsung komunikasi tatap muka. Baik menulis maupun berbicara harus
memperhatikan komponen-komponen yang sama, yaitu :struktur kata/bahasa, kosa kata,
kecepatan/kelancaran umum; bedanya ialah bahwa menulis berkaitan dengan ortografi, maka
berbicara berkaitan erat dengan fonologi.

1.3.Menulis sebagai suatu cara berkomunikasi.

Secara luas dapat dikatakan bahwa “komunikasi” adalah suatu proses pengiriman dan
penerimaan pesan-pesan yang pasti terjadi sewaktu-waktu bila manusia atau binatang-
binatang ingin berkenalan dan berhubungan satu sama lain. Seperti hewan-hewan lainnya,
maka manusia berkomunikasi melalui gerak-gerik refleks yang sederhana dan bunyi-bunyi yang
tidak yang tidak berupa bahasa. Tetapi hanya manusia sajalah yang telah mengembangkan
bahasa.

1.4.Batasan, Fungsi, Tujuan menulis.


Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan
suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang
grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Gambar dan lukisan
mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuan bahasa.
Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Hal ini
merupakan perbedaan utama antara lukisan dan tulisan, antara melukis dan menulis. Melukis
gambar bukanlah menulis.

Penulis yang ulung adalah penulis yang dapat memanfaatkan situasi dengan tepat. Situasi yang
harus diperhatikan dan dimanfaatkan itu adalah :

1. Msksud dan tujuan sang penulis,


2. Pembaca atau pemirsa,
3. Waktu atau kesempatan.
Sehubungan dengan “tujuan” penulisan sesuatu tulisan, maka Hugo Hartig merangkumkan
sebagai berikut :

1. Assigment purpose (tujuan penugasan)


2. Altruistic purpose (tujuan altruistic)
3. Peruasive purpose (tujuan persuasif)
4. Informational purpose (tujuan informational)
5. Selt-expressive (tujuan pernyataan diri)
6. Creative purpose (tujuan kreatif)
7. Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)
Bab 2

Tulisan Bernada Akrab

1. Tulisan Pribadi: makna dan manfaat


Tulisan pribadi adalah suatu bentuk tulisan yang memberikan sesuatu yang paling
menyenangkan dalam penjelajahan diri pribadi sang penulis. Hanya catatan atau laporan
pribadi yang terbuka sajalah yang dapat menangkap kembali atau merekam secara tepat apa-
apa yang telah kita rasakan atau alami pada masa lalu. Di samping kegunaan sesuatu laporan
tertulis, maka perlu kita sadari bahwa peranan yang paling penting dari menulis adalah
nilainya itu sendiri.

1. Ciri-ciri tulisan pribadi


Tulisan pribadi adalah suatu pernyataan dari gagasan-gagasan serta perasaan-perasaan kita
mengenai pengalaman-pengalaman kita sendiri yang ditulis baik bagi kesenangan kita sendiri
ataupun bagi kepentingan dan kenikmatan sanak keluarga atau sahabat karib. Tulisan pribadi
dapat berbentuk suatu :

1. Buku harian (diary)


2. Catatan harian, jurnal (journal)
3. Cerita tidak resmi (informal narrative)
4. Surat (letter)
5. Puisi (poem)
6. Bentuk-bentuk tulisan pribadi.
Berdasarkan bentuknya, tulisan pribadi dapat diklasifikasikan atas :

1. Buku/catatan harian :jurnal (journal)


2. Cerita yang bersifat otobiografis (autobiographical narrative)
3. Lelucon yang bersifat otobiografis (autobiographical annecdote)
4. Esei pribadi (personal essay)
5. Catatan harian (jurnal)
Menata sebuah buku harian mungkin merupakan suatu cara yang sangat baik bagi kita untuk
melatih diri menulis dalam suatu nada yang bebas serta tulus, tetapi kita mungkin saja merasa
enggan memperlihatkan pikiran-pikiran pribadi tersebut kepada orang lain – untuk
mendapatkan saran-saran mengenai menulis.

1. Cerita Otobiografi
Pembicaraan mengenai cerita otobiografi (atau dengan dalam bahasa Inggris autubiographical
narrative) ini dititikberatkan pada tiga hal :

1. Makna dan ciri-ciri


2. Teknik-tekni penulisan.
3. Beberapa petunjuk menulis  cerita otobiografis.
Bab 3

Tulisan Bernada Penerangan

1. Tujuan Tulisan Bernada Penerangan.


“Pengalaman adalah guru yang terbaik”, orang-orang tua. Bahkan sering ditambahkan “lama
hidup”, banyak dan kian beraneka ragam pula yang kita lihat, dengar, rasa dan nikmati, kecap
atau cium. Pendek kata : hidup adalah pengalaman.

1. Ragam Tulisan Pemerian.


Ditinjau dari segi bentuknya, tulisan pemerian dapat dibagi atas:

1. Pemerian faktual
Pemerian faktual beranggapan bahwa subtansi-subtasi material atau hakekat-hakekat
kebendaan ada dalam keberadaan yang bebas dari yang melihatnya.

1. Pemerian Pribadi.
Dalam pemerian-pemerian pribadi, yang didasarkan pada responsi kita terhadap obyek-obyek,
suasana-suasana, situasi-situasi, dan pribadi-pribadi, kita berusaha membagikan pengalaman-
pengalaman kita kepada para pembicara agar dapat dinikmati bersama-sama, dengan harapan
dapat menciptakannya kembali dan dengan demikian menimbulkan responsi yang sama.

1. Perbedaan antara pemerian faktual dengan pemerian pribadi.


Perbedaan antara pemerian faktual dengan pemerian faktual agaknya dapat dinamakan degan
perbedaan yang terdapat antara gambar foto dengan gambar lukisan. Walaupun si tukang foto
berusaha memilih sudut pandangan, cahaya,komposisi, pembukaan lensa, dan kecepatan
membidik dengan sebaik-baiknya dan dengan secepat-cepatnya, tetapi kebebasan mereka
terbatas:menggambarkan subyek atau sasaran seperti adanya kepada kebanyakan orang.

Bab 4

Tulisan Bernada Penjelasan

1. Makna dan Tujuan Tulisan Bernada Penjelasan


Tulisan yang bernada penjelasan biasanya disebut tulisan penyingkapan. Sebenarnya dapat
dikatakan bahwa hampir semua yang kita tulis dapat dilasifikasikan sebagai tulisan informatif,
tulisan yang bernada memberi penerangan.

1. Pokok Permasalahan dan Pembaca.


Dalam tulisan pribadi dan tulisan pemerian, kita dapat beranggapan bahwa para pembaca
belum biasa terhadap pokok pembicaraan dan sesuai dengan itu kita harus menganalisis
penikmat untuk menyadari apa yang telah mereka ketahui, apa yang ingin mereka ketahui dan
apa yang mereka ketahui .

1. Bentuk-betuk tulisan penyingkapan.


Berdasrkan bentuknya, tulisan penyingkapan dapat dibagi atas:

1. Klasifikasi
Klasifikasi merupakan suatu prosedur penyaringan yang memudahkan para penulis berusaha
mengatasi suatu pokok pembicaraan yang luas yang dengan jalan membagi-baginya menjadi
beberpa bagian.

1. Defenisi
Defenisi adalah peyingkapan yang merupakan dasar bagi semua tulisan yang bertujuan untuk
menjelaskan.

1. Analisis
Analisis merupakan suatu proses pembagi-bagi bahan bagi maksud-maksud penyingkapan.

1. Opini.
Opini menuntut perhatian pada hubungan-hubungan logis.

Bab 5

Tulisan Bernada Mendebat

1. Tulisan yang bersifat menyakinkan.


Tulisan persuasif adalah tulisan yang dapat merebut perhatian pembaca, yang dapat menarik
minat,dan yang dapat menyakinkan mereka bahwa pengalaman membaca meupakan suatu hal
yang amat penting. Ciri-ciri tulisan persuasif antara lain sebagai berikut :

1. Tulisan persuasif haruslah jelas dan tertib.


2. Tulisan persuasif haruslah hidup dan bersemangat.
3. Tulisan persuasif beralasan kuat.
4. Tulisan persuasif harus bersifat dramatik.
5. Persuasif logis.
Persuasi logis, atau yang biasa disebut argumentasi, dipergunakan pada situasi-situasi resmi
seperti perdebatan-perdebatan, dan pada pengadilan-pengadilan tinggi.

1. Penalaran keliru.
Pada masa kini setiap hari dipadati oleh slogan-slogan iklan dan pidato-pidato politik. Hal ini
mungkin saja menantang serta meragukan pendirian banyak orang bahwa penalaran logis yang
terpercaya merupakan sarang terbaik bagi kekuatan persuasif.

1. Rangkuman.
Susunan yang bersifat menyakinkan hendaklah mempertunjukkan jenis-jenis hubungan logis
yang sama antara proposi atau masalah dan argumen-argumen penunjangnya yang ada diantara
konklusi suatu silogisme dan premis-premis yang secara logis menuju ke sana.

Bab 6
Tulisan yang Bernada Mengkritik

Tulisan yang bernada mengkritik meghasilkan tulisan mengenai sastra. Agar dapat
menghasilkan tulisa yang bernada mengeritik dengan baik, maka seseorang harus terlebih
dahulu membaca karya yang akan dianalisis secara kritis. Ini merupakan syarat mutlak.

Banyak orang yang berprasangka jelek terhadap analisis kritis terhadap karya sastra. Dengan
analisis kritis ini tidaklah perlu diartikan sebagai sesuatu interprestasi yang negatif atau
mencela. Secara singkat, yang dimaksud dengan kata kritis disini mengacu pada perbuatan
pertimbangan atau pengambilan keputusan-keputusan evaluasi yang dilakukan secara matang,
teliti, serta mendiskriminasi.

1. Peranan Penulis Sastra.


Dalam merencanakan dunia fiksi ini, para penulis memegang peranan yang beraneka ragam,
antara lain :

1. Penulis sebagai pemimpin/pengelola pentas;sebagai sutradara.


1. Penulis sebagai sutradara.
2. Penulis sebagai penulis cerita.
–          Sudut pandangan.

 Sudut pandangan terpusat pada orang pertama.


 Sudut pandangan berkisar sekeliling orang pertama.
 Sudut pandangan orang ketiga terbatas.
 Sudut pandangan orang ketiga serba tahu.
–          Bahasa

–          Penokohan.

1. Penulis sebagai penulis cerita (scriptwriter).


2. Penulis sebagai direktur atau pemimpin.
3. Tokoh
Penokohan atau karateristik adalah proses yang dipergunkan oleh seseorang pengarang untuk
menciptakan tokoh-tokoh fiksinya. Tokoh fiksi dilihat sebagai yang berada pada suatu masa
dan tempat tertentu dan haruslah pula diberi motif-motif yang masuk akal bagi segala sesuatu
yang dilakukannya.

1. Alur
Istilah alur yang sama maknanya dengan alur atau plot. Ini adalah tarp atau dramatic conflict.
Keempat istilah ini bermakna “struktur gerak atau laku dalam suatu fiksi atau drama”.

Setiap fiksi haruslah bergerak dari suatu permulaan , melalui suatu pertengahan, menuju suatu
akhir; atau dengan istilah lain; dari suatu eksposisi melalui komplikasi menuju resolusi.

1. Latar
Latar atau setting adalah lingkungan fisik tempat kegiatan berlangsung. Dalam arti yang lebih
luas, latar mencakup tempat waktu dan kondisi-kondisi psikologis dari semua yang terlibat
dalam kegiatan itu.

1. Waktu
Waktu dalam suatu karya memang sangat penting dalam hubungannya dengan seleksi yang
diadakan oloe sang pengarang, baik terhadap urutan waktu dalam penampilan penyajian karya
tersebut, maupun terhadap masa atau periode penimbulannya.

1. Tema
Tema adalah gagasan utama atau pikiran pokok. Tema suatu karya saatra imajinatif
merupakan pikiran yang akan ditemui oleh setiap pembaca yang cermat sebgai akibat
membaca karya tersebut. Tema biasanya merupakan suatu komentar mengenai kehidupan atau
orang –orang.

1. Teknik

–          Ironi

–          Paradoks

–          Simbolisme

–          Metafora

Bab 7

Tulisan Bernada Otoritatif

Tulisan  yang bernada otoritatif menghasilkan karya ilmiah (the research paper). Tahap-tahap
yang biasanya dilalui dalam tulisan ilmiah adalah sebagai berikut :

1. Memilih pokok/topik.
2. Membaca pendahuluan.
3. Menentukan bibluografi pendahuluan.
4. Membuat kerangka pendahuluan.
5. Membuat catatan.
6. Menyusun kerangka akhir.
7. Menyusun naskah pertama.
8. Mengadakan revisi.
9. Menyusun naskah akhir.
10. Mengoreksi cetakan percobaan.
11. k.    Komentar

Anda mungkin juga menyukai