Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kami kesehatan sehingga
kami bisa menyelesaikan” Laporan Bacaan Buku” yang berjudul “Menulis Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa” dan membandingkan buku tersebut dengan buku lain.
Dalam menyusun makalah ini tak lepas dari peran serta saran berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan dan masukan guna menyempurnakan makalah ini.Oleh karena itu,
penyusun mengucapkan terima kasih atas pertisipasi dari semua pihak dan kami akan selalu
menunggu kritik dan saran yang membangun dari orang-orang yang membaca makalah ini.
Seperti kata pepatah tak ada gading yang tak retak, untuk itu penyusun mohon maaf atas
segala kesilapan dan kekurangan dalam makalah ini, akhir kata kami ucapkan terima kasih
Identitas Buku
Kota : Bandung
Bab 1
Pendahuluan
Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara
yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu
hubungan urutan yang teratur: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa
kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara
kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya
merupakan suatu kesatuan, merupakan catur tunggal. Selanjutnya setiap keterampilan itu erat
pula berhubungan dengan proses-proses yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang
mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas
pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek
dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan
berpikir.
Antara menulis dan membaca terdapat hubungan yang sangat erat. Bila kita menuliskan
sesuatu, maka pada prinsipnya kita ingin agar tulisan itu dibaca oleh orang lain; paling sedikit
dapat kita baca sendiri pada saat lain. Demikianlah hubungan antara menulis dan membaca
pada dasarnya adalah penulis dan pembaca.
Tugas sang penulis adalah mengatur/menggerakkan suatu proses yang mengakibatkan suatu
perubahan tertentu dalam bayangan/kesan sang pembaca. Khusus mengenai menulis,
kualifikasi yang dituntut adalah sebagai berikut :
1. Kuallifikasi Minimal.
Mampu menulis dengan tepat kalimat-kalimat atau pun paragraf-paragraf seperti yang akan
dikembangkan secara lisan bagi situasi-situasi kelas, dan menulis surat sederhana yang singkat.
1. Kualifikasi Baik.
Mampu menulis “komposisi bebas” yang sederhana dengan kejelasan dan ketepatan dalam kosa
kata, idiom, dan sintaksis.
1. Kualifikasi Unggul.
Mampu menulis beraneka ragam pokok pembicaraan (subyek) dengan idiom yang wajar,
ekspresi yang cerah serta mudah dipahami, dan perasaan yang tajam terhadap gaya bahasa
yang beraneka ragam dalam bahasa target.
Kedua-duanya memiliki ciri yang sama yaitu produktif dan ekspresif. Perbedaannya ialah
bahwa dalam menulis diperlukan pendengaran dan pengucapan. Dengan perkataan lain,
menulis merupakan komunikasi tidak langsung, tidak tatap muka, sedangkan berbicara
merupakan komunikasi langsung komunikasi tatap muka. Baik menulis maupun berbicara harus
memperhatikan komponen-komponen yang sama, yaitu :struktur kata/bahasa, kosa kata,
kecepatan/kelancaran umum; bedanya ialah bahwa menulis berkaitan dengan ortografi, maka
berbicara berkaitan erat dengan fonologi.
Secara luas dapat dikatakan bahwa “komunikasi” adalah suatu proses pengiriman dan
penerimaan pesan-pesan yang pasti terjadi sewaktu-waktu bila manusia atau binatang-
binatang ingin berkenalan dan berhubungan satu sama lain. Seperti hewan-hewan lainnya,
maka manusia berkomunikasi melalui gerak-gerik refleks yang sederhana dan bunyi-bunyi yang
tidak yang tidak berupa bahasa. Tetapi hanya manusia sajalah yang telah mengembangkan
bahasa.
Penulis yang ulung adalah penulis yang dapat memanfaatkan situasi dengan tepat. Situasi yang
harus diperhatikan dan dimanfaatkan itu adalah :
1. Cerita Otobiografi
Pembicaraan mengenai cerita otobiografi (atau dengan dalam bahasa Inggris autubiographical
narrative) ini dititikberatkan pada tiga hal :
1. Pemerian faktual
Pemerian faktual beranggapan bahwa subtansi-subtasi material atau hakekat-hakekat
kebendaan ada dalam keberadaan yang bebas dari yang melihatnya.
1. Pemerian Pribadi.
Dalam pemerian-pemerian pribadi, yang didasarkan pada responsi kita terhadap obyek-obyek,
suasana-suasana, situasi-situasi, dan pribadi-pribadi, kita berusaha membagikan pengalaman-
pengalaman kita kepada para pembicara agar dapat dinikmati bersama-sama, dengan harapan
dapat menciptakannya kembali dan dengan demikian menimbulkan responsi yang sama.
Bab 4
1. Klasifikasi
Klasifikasi merupakan suatu prosedur penyaringan yang memudahkan para penulis berusaha
mengatasi suatu pokok pembicaraan yang luas yang dengan jalan membagi-baginya menjadi
beberpa bagian.
1. Defenisi
Defenisi adalah peyingkapan yang merupakan dasar bagi semua tulisan yang bertujuan untuk
menjelaskan.
1. Analisis
Analisis merupakan suatu proses pembagi-bagi bahan bagi maksud-maksud penyingkapan.
1. Opini.
Opini menuntut perhatian pada hubungan-hubungan logis.
Bab 5
1. Penalaran keliru.
Pada masa kini setiap hari dipadati oleh slogan-slogan iklan dan pidato-pidato politik. Hal ini
mungkin saja menantang serta meragukan pendirian banyak orang bahwa penalaran logis yang
terpercaya merupakan sarang terbaik bagi kekuatan persuasif.
1. Rangkuman.
Susunan yang bersifat menyakinkan hendaklah mempertunjukkan jenis-jenis hubungan logis
yang sama antara proposi atau masalah dan argumen-argumen penunjangnya yang ada diantara
konklusi suatu silogisme dan premis-premis yang secara logis menuju ke sana.
Bab 6
Tulisan yang Bernada Mengkritik
Tulisan yang bernada mengkritik meghasilkan tulisan mengenai sastra. Agar dapat
menghasilkan tulisa yang bernada mengeritik dengan baik, maka seseorang harus terlebih
dahulu membaca karya yang akan dianalisis secara kritis. Ini merupakan syarat mutlak.
Banyak orang yang berprasangka jelek terhadap analisis kritis terhadap karya sastra. Dengan
analisis kritis ini tidaklah perlu diartikan sebagai sesuatu interprestasi yang negatif atau
mencela. Secara singkat, yang dimaksud dengan kata kritis disini mengacu pada perbuatan
pertimbangan atau pengambilan keputusan-keputusan evaluasi yang dilakukan secara matang,
teliti, serta mendiskriminasi.
– Penokohan.
1. Alur
Istilah alur yang sama maknanya dengan alur atau plot. Ini adalah tarp atau dramatic conflict.
Keempat istilah ini bermakna “struktur gerak atau laku dalam suatu fiksi atau drama”.
Setiap fiksi haruslah bergerak dari suatu permulaan , melalui suatu pertengahan, menuju suatu
akhir; atau dengan istilah lain; dari suatu eksposisi melalui komplikasi menuju resolusi.
1. Latar
Latar atau setting adalah lingkungan fisik tempat kegiatan berlangsung. Dalam arti yang lebih
luas, latar mencakup tempat waktu dan kondisi-kondisi psikologis dari semua yang terlibat
dalam kegiatan itu.
1. Waktu
Waktu dalam suatu karya memang sangat penting dalam hubungannya dengan seleksi yang
diadakan oloe sang pengarang, baik terhadap urutan waktu dalam penampilan penyajian karya
tersebut, maupun terhadap masa atau periode penimbulannya.
1. Tema
Tema adalah gagasan utama atau pikiran pokok. Tema suatu karya saatra imajinatif
merupakan pikiran yang akan ditemui oleh setiap pembaca yang cermat sebgai akibat
membaca karya tersebut. Tema biasanya merupakan suatu komentar mengenai kehidupan atau
orang –orang.
1. Teknik
– Ironi
– Paradoks
– Simbolisme
– Metafora
Bab 7
Tulisan yang bernada otoritatif menghasilkan karya ilmiah (the research paper). Tahap-tahap
yang biasanya dilalui dalam tulisan ilmiah adalah sebagai berikut :
1. Memilih pokok/topik.
2. Membaca pendahuluan.
3. Menentukan bibluografi pendahuluan.
4. Membuat kerangka pendahuluan.
5. Membuat catatan.
6. Menyusun kerangka akhir.
7. Menyusun naskah pertama.
8. Mengadakan revisi.
9. Menyusun naskah akhir.
10. Mengoreksi cetakan percobaan.
11. k. Komentar