Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam praktik penyelenggaraan pengajaran sehari-hari, tes pada
umumnya dikaitkan dengan usaha untuk memperoleh informasi tentang
peningkatan kemampuan siswa sebagai hasil pengajaran, sehingga tes dapat
diartikan sebagai suatu alat yang digunakan untuk mengetahui tercapai atau tidak
tercapainya suatu standar kompetensi yang telah ditentukan dalam suatu
pembelajaran. Keberhasilan proses belajar seorang siswa dalam hal belajar
mengajar di kelas dapat dilihat dari sejauh mana penguasaan kompetensi yang
telah dikuasai oleh seluruh siswa dalam kelas tersebut.
Adanya perbedaan individu tentu menentukan berhasil atau tidaknya tiap
individu dalam menjalankan tugas dan kewajiban yang berupa tugas belajar.
Dengan adanya perbedaan individu tersebut maka perlu diciptakan alat untuk
mengukur keadaan individu. Dan alat pengukur tersebut disebut tes.
Tes bahasa dan pengajaran bahasa merupakan dua kegiatan yang saling
berhubungan erat. Sehingga tes bahasa ini dirancang dan dilaksanakan untuk
memperoleh informasi mengenai hal yang berkaitan dengan keefektifan
pengajaran bahasa. Oleh karena itu dalam makalah ini disampaikan lebih lanjut
mengenai tes bahasa, jenis-jenis tes berdasarkan tes bahasa khusus, pengertian
dan contoh ketiga tes tersebut dan bagaimana cara membuat tes-tes itu dan juga
kelebihan ataupun kekurangan dari jenis tes-tes tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana model tes dikte ?
2. Bagaimana model tes cloze ?
3. Bagaimana model tes c ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tes Dikte
1. Pengertian Tes Dikte
Tes yaitu cara atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka
pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas
atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh peserta tes, sehingga dapat
dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi peserta tes.1
Dikte adalah melafalkan atau membacakan suatu wacana untuk
dituliskan oleh orang lain. Dalam pengajaran bahasa, dikte dapat diterapkan
sebagai salah satu bentuk pengajaran atau salah satu bentuk tes.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tes dikte adalah seperangkat soal atau latihan yang
dibuat oleh pemberi tes (guru) dengan cara melafalkan atau membacakan suatu
wacana untuk dituliskan oleh peserta tes (siswa).
Tes dikte menyangkut lebih dari satu jenis kemampuan atau komponen
bahasa dan menugaskan peserta tes untuk menulis suatu wacana yang dibacakan
oleh seorang penyelenggara tes. Dalam penyelenggaraan tes dikte, seorang peserta
tes hanya dapat menuliskan apa yang didengarkan dari pemberi dikte dengan
benar apabila dia mampu mendengar dan memahami dengan baik wacana yang
didiktekan (kemampuan menyimak). Apabila peserta tidak mendengarkan secara
utuh, ada kalanya peserta tes menggunakan kemampuan bahasa yang lain berupa
kemampuan tata bahasa dan kosakata.
Dikte yang banyak digunakan disekolah-sekolah mengikuti format biasa
yang dapat digolongkan sebagai dikte standar atau baku. Yaitu dengan cara
mendengarkan baik-baik teks bacaan yang mula-mula akan dibaca seluruhnya.
Sesudah itu teks akan dibaca bagian demi bagian, untuk testee (siswa) tuliskan.
Pada akhirnya seluruh teks akan dibaca sekali lagi agar testee dapat memeriksa
yang telah dituliskan tersebut sebelum dikumpulkan.

1
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006) hlm. 67

2
2. Contoh Tes Dikte
Berikut ini adalah contoh tes dikte standar bahasa Arab. Teks ini
dibacakan atau diperdengarkan dan tugas para siswa adalah menulis atau
mentranskip teks yang didiktekan.
!ْ‫اِسْت َ ِمعْث ُ َّمْاُكت ُب‬

َّ ‫ِْْلل‬.‫ْوه َُو ْْأ َ ُخوْ ْأَبِيْ ْال َكبِير‬.‫ق‬


ْ‫سيِ ِد ْتَوفِيقْبَيتٌ ْ َْك ِبي ٌر‬ َ ‫سيِدُْتَوفِي‬ َ ْ ‫ْ ِعندِي‬.‫ ْإِس ِمي ِْرشَاد‬۱
َّ ‫ْإِس ُمهُْال‬,‫ع ٌّم‬
ْ.‫علْ ِوي‬
ُْ ْ ‫ق‬ َْ ْ ‫يْو‬
ُ َ‫طاب‬ َ ‫سف ِل‬
ُ ْ‫ق‬ُ َ‫ت ْ َطاب‬
ِ ‫ْ َْوفِيْالبَي‬.‫سا َم ِاريندَا‬َ ْ ٧٨ْ ‫اْرق ٌم‬
َ َ‫ْوه َُو ْفِي ْش َِارع ْكَا ِلي َماي‬.ٌ
َ ‫َو ْج َِميل‬
.ٌ‫سعَة‬ َ ٌ‫حدِيقَة‬
ِْ ‫ْوا‬ َْ ِْ‫ْو َرا َْءْالبَْيت‬ َ ‫شج ََرةٌْ َمنج‬
َ ‫َاْو‬ َ ِْ‫أ َ َما َمْالبَيت‬
َ ٌ‫شج ََرةٌْ َك ِبي َرة‬
َ ْ‫ْو ِه َي‬.
ْ.‫ْ َْوذَ ِلكَ ْأَ ِخيْ ْ َو ِتلكَ ْأُختِي‬.‫ْو ْ َه ِذهِْْأ ُ ِمي‬
َ ‫ْو َه ْذَاْأ َ ِبي‬.‫ا‬
َ َ‫ْ َهذَاْأَن‬.ٌ‫ ْأُس َرتِى ْ َك ِبي َرة‬.‫صو َرةٌ ْأُس َرتِى‬ ُ ِْ‫ َه ِذه‬۲
ْ‫ ْأَنَا‬,‫ ْأَْلَن‬.‫ج‬
َْ ‫ ْ َم َاَلن‬٤٥ْ ‫ار‬ َ ‫ش ِارع ْ َْبات ُو َب‬َْ ْ ‫ ْأَنَا ْأَسكُنُ ْ ِْفى‬.ُ‫اروق‬ ُ ‫ ْ ِإس ِمي ْ َف‬.‫ْو َه ِذ ِه ْ َج َّد ِتي‬ َْ ْ ‫َو َهذَا‬
َ ‫جدِي‬
ِْ ‫س َط ِة‬
ْ‫ْ َم َاَلن َج‬۱ْ‫ْالسْ ََل ِمْيَّ ِةْال ُحكُو ِْميَّ ِة‬ ِ ‫س ِةْال ُمت َ َو‬ ِ ‫سْفِىْالفَص ِلْاأل َ َّو ِل‬
َ ‫ْمنَ ْال َمد َر‬ ُ ‫أَد ُر‬
Tes dikte (al-Imla’ al-ikhtibari) bertujuan untuk mengukur kemampuan
dan kemajuan para pelajar dalam imlak yang telah mereka pelajari pada
pertemuan-pertemuan sebelumnya. Maka kemampuan yang diukur mencakup
unsur-unsur kemampuan dasar seperti kecermatan mengamati, mendengar dan
kelenturan tangan dalam menulis. Sesuai dengan tujuannya, di dalam tes dikte
para pelajar tidak lagi diarahkan oleh guru dalam kegiatan menulis, maka sebelum
melakukannya para pelajar sebaiknya diberi tenggang waktu yang cukup untuk
melakukan latihan.2

B. Tes Cloze
1. Pengertian Tes Cloze
Istilah Tes Cloze atau Cloze Test dalam perspektif psikologi Gestalt
berarti proses menutup sesuatu yang belum lengkap. Prosedur ini diperkenalkan
oleh Wilson Taylor ( 1953 ) sebagai suatu alat untuk mengukur keterbacaan.
Tes Cloze sebagai salah satu teknik dalam tes bahasa bukan saja untuk mengukur
kemampuan membaca pemahaman melainkan juga untuk fungsi-fungsi lain.3

2
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011) hlm. 153
3
M. Ainin, Evaluasi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, )Malang: Misykat, 2006(,
hlm. 146

3
Tes Cloze merupakan bentuk tes bahasa yang tidak secara khusus terkait
dengan salah satu aspek kemampuan berbahasa atau komponen bahasa. Hal itu
disebabkan karena adanya perbedaan sasaran pokok yang dijadikan titik berat dari
penyelenggaraan tesnya.
Tes Cloze mula-mula di kembangkan oleh W.J. Tailer (1953)
berdasarkan proses closure yang semula dikenal dan digunakan dalam bidang
psikolog. Dengan prose itu seseorang dapat memahami wacana meski di sana-sini
terdapat bagian-bagian yang kurang jelas atau kurang lengkap. Dengan sedikit
mengubah istilahnya menjadi cloze, proses itu diterapkan di bidang bahasa
sebagai proses pemahaman wacana yang disertai dengan melengkapi kekurangan-
kekurangan yang ada.
Dalam penerapannya sebagai tes cloze, kekurangan yang harus
dilengkapi itu sendiri dari kata-kata yang merupakan bagian dari suatu wacana,
yang sengaja dihilangkan dari teks aslinya. Kemampuan untuk mengenali dan
mengembalikan kata-kata yang telah dihilangkan itu secara tepat, menunjukkan
tingkat kemampuan berbahasa, dan yang merupakan sasaran teks cloze.
Penghilangan kata-kata dari teks cloze merupakan ciri khas pokok dari
tes cloze. Pada format aslinya penghilangan kata-kata itu dilakukan secara
sistematis, dengan menggunakan rumus yang dikenal sebagai penghilangan kata
ke-n. Maksudnya adalah pada suatu teks yang telah dipilih, kata yang se-kian
(misalnya ke-6, atau ke-7 dan sebagainya) dihilangkan dan cara
menghilangkannya, sehingga meninggalkan suatu tempat kosong.
Dalam mengerjakan teks cloze peserta tes harus berusaha untuk
menentukan kata yang telah dihilangkan,memasukkan kembali kedalam
tempatnya yang sesuai, sedemikian rupa sehingga teks itu kembali utuh secara
kebahasaan dan makna, seperti teks aslinya. Untuk itu dibutuhkan kemampuan
bahasa yang bersifat menyeluruh, yang tidak semata-mata terbatas pada
pengusaan ejaan, penulisan, dan makna kata-kata, atau pun tata bahasa, tetapi
pemahaman terhadap wacana secara keseluruhan dengan berbagai hubungan antar
bagian wacana yang terdapat didalamnya.

4
2. Cara Membuat Tes Cloze
a. Membuat soal tes keterbacaan bagi para peserta didik.
Dalam membuat soal tes keterbacaan dengan model tes cloze, peraturan
pembuatan soalnya adalah, sebagai berikut:
1) Kalimat pertama pada teks tidak dilesatkan begitupun dengan
kalimat teks terakhir.
2) Kata ke-N dimulai pada kalimat kedua.
3) Kata depan dihitung 1 kata.
4) Konjungsi (kata penghubung) dihitung 1 kata.
5) Proposisi untuk, dan lain-lain dihitung 1 kata.
6) Kata ulang berimbuhan atau penuh dihitung 1 kata.
7) Kata dasar dan imbuhan dihitung 1 kata.
b. Setelah soal tes keterbacaan terbentuk, maka seorang guru haruslah
mempersiapkan lembar jawaban untuk siswa dan juga untuk guru,
lembar jawaban untuk siswa masih berbentuk tabel yang kosong.
sedangkan untuk guru lembar jawabannya adalah isian/jawaban dari
hasil tes tersebut.

3. Contoh Soal Tes Cloze:


.....‫سلَ ِةْْ َْو‬
َ ‫ْوال ُم َرا‬
َ ‫الرس ِم‬
َّ ‫ْو‬ ِ ٌ‫سلَي َمانُ ْ ِه َوايَاتٌ ْ َك ِثي َرة‬
َ ‫ْمثلُْال ِق َرا َء ِة‬,ْ ُ َْ‫ِعند‬
.‫صحَافَة‬ َّ ‫ْوْال‬ َ ‫ْوْالتَص ِوي ِر‬ َ ‫ْوالك َُّر ِةْال َطائِ َر ِة‬
َ ‫سلَ ِة‬ َ ‫َوْتَن ِسْال َطا ِولَ ِة‬
َ ‫ْوْك َُّر ِةْال‬
ًْ‫سلَي َمانْ ِكتَابا‬
ُ ْ‫ْيَشت َ ِرى‬.َ‫ْوالج َِري َدة‬ َ َ‫ْو ْال َم َجَلَّت‬َ ‫ َو ْال َعا َّم َة‬.........ْ ِ‫ت ْالفَ َراغ‬ ِ ‫سلَي َمانْفِيْأَوقَا‬ ُ ُْ‫يَق َرأ‬
َْ ‫ْوه َُوْيُنَ ِظ ُمْال ُكت َُبْع‬,
.......‫َلى‬ َ .....ْ‫ْوْلَهُْاَلنَ ْ َمكتَبَةٌْ َكبِي َرةٌْفِى‬. َ (.......)َّْ‫َجدِيدًاْ ُكل‬
ْ‫ َوْالتَص ِوي َرْ َم َع‬... ..... ْ‫ْو‬ َ ‫سْال َط ِولَةْ َِوْك َُّرةَْال‬
َ ‫س َل ِة‬ َ ‫ْوتَن‬ َ ‫ك َُرةَْالقَد َِم‬.....ْ‫َوفِيْْا َوقَاتِْالفَ َراغِْ َيلعَب‬
َ َّ‫ْوْالن‬
.‫اس‬ َ َ‫ْويُص َِو ُرْبِهَاْال َطبِيعَة‬
ِ َ‫ْوْال َمن‬
َ ‫اظ َر‬ ُ ُْ‫يَستَع ِمل‬,ْ‫أَصدِقاَئِ ِه‬
َ ‫سلَي َمانْالَةَْالتَص ِوي ِر‬
Jawabannya adalah:
1) ‫ْ َوك َُر ِةْال َقد َِْم‬
2) ْ‫ُبْالدِي ِن َّي َة‬
َ ‫ال ُكت‬
3) ‫ْشَه ِْر‬
4) ‫ت‬
ِْ ‫ْالبَي‬
5) ‫الرفُوف‬
ُّ

5
6) ‫سلَي َمان‬
ُ
َّ ‫ك َُّرةَْال‬
7) َ‫طائِ َر ْة‬
4. Kelebihan dan Kekurangan Tes Cloze
Tes Cloze memiliki kelebihan dan kekurangan. Diantara kelebihan yang
dimilikinya ialah, bahwa:
a. Dengan menggunakan tes ini, maka masalah yang diujikan tertuang
secara keseluruhan dalam konteksnya.
b. Butir-butir item tes cloze sangat berguna untuk mengungkap
pengetahuan testee secara utuh mengenai suatu hal.
c. Cara penyusunan itemnya mudah.
Adapun segi-segi kelemahannya yaitu:
a. Tes cloze cenderung lebih banyak mengungkap aspek pengetahuan
saja.
b. Karena tes tertuang dalam bentuk rangkaian cerita, maka banyak
memakan tempat.
c. Terbuka peluang bagi testee untuk bermain tebak terka.
Dalam penyusunan butir-butir item tes cloze perlu diperhatikan pedoman
berikut ini:
a. Ungkapan cerita yang dijadikan bahan tes disusun secara ringkas dan
padat, unuk menghemat tempat (kertas) serta waktu penyusunannya.
b. Diusahakan agar butir-butir item yang diajukan dalam tes cloze ini
dapat juga mengungkap taraf kompetensi lain yang sifatnya lebih
mendalam.
c. Apabila jenis mata pelajaran yang akan diteskan itu memungkinkan,
penyajian soal juga dapat dituangkan dalam bentuk gambar, peta dan
sebagainya, sehingga kalimat cerita dapa dipersingkat.

6
C. Tes C
1. Pengertian Tes C
Tes C ialah tes melengkapi atau menyempurnakan, yaitu yang memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tes tersebut terdiri atas susunan kalimat yang bagian-bagiannya
sudah dihilangkan (dihapuskan)
b. Bagian-bagian yang dihilangkan itu diganti dengan titik-titik (........).
c. Titik-titik itu harus diisi atau dilengkapi oleh testee, dengan jawaban
(yang oleh tester) telah dihilangkan.
Jadi tes c ini mirip dengan tes cloze. Letak perbedaannya ialah pada tes
cloze bahan yang diteskan itu merupakan satu kesatuan cerita, sedangkan pada tes
c butir-buir soal tes dapat dibuat berlainan antara yang satu dengan yang lain.
Selain tertuang dalam bentuk kalimat-kalimat, tes c ini juga dapat dituangkan
dalam bentuk gambar-gambar atau peta.4
2. Contoh Soal Tes C
Terdiri dari kalimat yang hilang bagiannya, siswa dituntut untuk mengisi
kalimat yang hilang tersebut. Kata-kata tersebut mungkin huruf Jar, atãf, istifhãm,
syarat, atau yang lainnya. Contoh:
َ ‫حْم َّماْبَينَْْال َقو‬
ْ‫سي ِن‬ ِ ‫ا ِِختَ ِرْالص َِّحي‬
َْ ‫غرفَةْالنَّومْـْاَل‬
ْ)‫ح َّمام‬ ُ ْ‫غر َفةْال ُجلُوسْـ‬ ُ (ْ...ْ‫ْوالصَّابُونُ ْفِي‬َ ‫ْال َما ُء‬.1
ِ ‫ع َلىْالْ َم‬
ْ)‫اءدَة‬ ِ ‫علَىْال‬
َ ْ‫حَاءطْـ‬ َ ْ‫ْ(فِيْال ِخ َزانَةْـ‬...ُْ‫ْوْالسِر َوال‬
َ ‫س‬ُ َ‫ْال َملب‬.۲
)‫ْاِس ِمي‬-ْ‫ْهذَا‬-ْ‫ْ(ه َُو‬.‫ب‬ َ ْ‫ْهذَا‬.٣
ٌ ‫ْ َطا ِل‬.....ْ‫صدِي ِقي‬
3. Kelebihan dan Kekurangan Tes c
Diantara Kelebihan-kelebihan Tes c, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Sangat mudah dalam penyusunannya.
b. Dibanding dengan tes cloze, tes c ini lebih menghemat tempat
(kertas).
c. Dapat digunakan untuk mengukur berbagai taraf kompetensi dan
tidak sekedar mengungkap taraf pengenalan atau hafalan saja.

4
Anas Sudijono, Op.Cit, hlm. 116

7
Kekurangan-kekurangan tes c adalah:
a. Pada umumnya tester lebih cenderung menggunakan tes model ini
untuk mengungkap daya ingat atau aspek hafalan saja.
b. Dapat terjadi bahwa butir-butir item dari tes model ini kurang
relevan untuk diujikan.
c. Karena pembuatannya mudah, maka tester sering menjadi kurang
berhati-hati dalam menyusun kalimat-kalima soalnya.
Mengenai pedoman penyusunan butir-butir soal tes c ini pada dasarnya
sama dengan tes cloze.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Tes dikte (al-Imla’ al-ikhtibari) adalah seperangkat soal atau latihan yang
dibuat oleh pemberi tes (guru) dengan cara melafalkan atau membacakan
suatu wacana untuk dituliskan oleh peserta tes (siswa).
Tes dikte bertujuan untuk mengukur kemampuan dan kemajuan para
pelajar dalam imlak yang telah mereka pelajari pada pertemuan-
pertemuan sebelumnya.
2. Tes Cloze merupakan bentuk tes bahasa untuk mengukur kemampuan
siswa seacara menyeluruh dengan cara menghilangkan kata-kata dari
suatu wacana atau teks. Dalam mengerjakan teks cloze peserta tes harus
berusaha untuk menentukan kata yang telah dihilangkan,memasukkan
kembali kedalam tempatnya yang sesuai, sedemikian rupa sehingga teks
itu kembali utuh secara kebahasaan dan makna, seperti teks aslinya.
3. Tes C ialah tes melengkapi atau menyempurnakan. Letak perbedaan tes
cloze dengan tes c ialah pada tes cloze bahan yang diteskan itu merupakan
satu kesatuan cerita, sedangkan pada tes c butir-buir soal tes dapat dibuat
berlainan antara yang satu dengan yang lain.
Tes dikte, tes tes cloze dan tes c memiliki kelbihan kekurangannya
masing-masing.

B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, dapat bermanfaat terutama bagi
penulis dan bagi pembaca lainnya serta menambah wawasan dalam bidang
karya ilmiah.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ainin, Muhammad. 2006. Evaluasi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab. Malang:


Misykat

Hermawan, Acep. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya

Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada

10

Anda mungkin juga menyukai