Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

TENTANG
“ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA SINTAKSIS”

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 7 :

ONGKI ERKIN STIANI NPM (20080053)


DINA ANADYA NPM (20080062)
AKNENSI PRIKALA DERIA NPM (20080052)

20 Sesi B

DOSEN PENGAMPU:
Dr. YULIA SRI HARTATI, S.S, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


UNIVERSITAS PGRI SUMATERA BARAT (UPGRISBA)
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
PADANG
2022

ii
KATA PENGANTAR

Asaalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.Penulis mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Dr.Yulia Sri Hartati, S.S, M.Pd. sebagai Dosen Pengampu mata
kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa.Mudah-mudahan dengan disusunnya makalah ini,
pembaca dapat mengambil manfaat maupun kegunaan bagi dirinya.

Tugas ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu,penulis memohon maaf
apabila ada kesalahan dalam proses pembuatan makalah. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Padang, 14 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang...........................................................................................................1
B.Rumusan Masalah......................................................................................................1
C.Tujuan.........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa Dalam Bidang sintaksis..........................3


B.Pengertian Kesalahan Bidang Sintaksis ....................................................................4
C.Ruang Lingkup Kesalahan Bidang Sintaksis.............................................................4
D.Macam-macam Kesalahan Bidang Sintaksis.............................................................6
E. Perbedaan Kesalahan Bidang Sintaksis dan Morfologi.............................................8
F.Ciri Kesalahan Bidang Morfologi dan Sintaksis........................................................8
G.Mengklasifikasikan Kesalahan Berbahasa Ke Dalam Bidang Morfologi Atau
Sintaksis ......................................................................................................................10

BAB III PENUTUP

Kesimpulan..............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat atau sarana komunikasi yang digunakan antar manusia.
Bahasa dapat mengekspresikan maksud dan tujuan seseorang. Lewat bahasa pula kita dapat
memahami serta berkomunikasi dengan baik sesama manusia. Dengan latar belakang diatas
maka kita dapat mengetahui bahwa sebagian besar penduduk di dunia adalah dwibahasawan,
maksudnya bahwa sebagian manusia di bumi ini menggunakan dua bahasa atau lebih sebagai
alat komunikasi.
Orang yang biasa menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian untuk tujuan
yang berbeda merupakan agen pergontak dua bahasa.Semakin besar jumlah orang yang
seperti ini, maka semakin intensif pula kontak antara dua bahasa yang mereka gunakan.
Kontak ini menimbulkan saling pengaruh, yang manifestasinya menjelma didalam penerapan
kaidah bahasa pertama (B1) didalam penggunaan bahasa kedua ( B2 ). Keadaan sebaliknya
pun dapat terjadi didalam pemakaian sistem B2, pada saat penggunaan B1. Salah satu
dampak negatif dari praktek penggunaan dua bahasa secara bergantian adalah terjadinya
kekacauan pemakaian bahasa, yang lebih dikenal dengan istilah interferensi (Khairul Matien :
2-3).
Sebagai seorang calon guru khususnya guru Bahasa Indonesia sering kita menjumpai
kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh para siswa. Kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh
para siswa tersebut ternyata dapat dibagi kedalam 2 kategori yaitu kategori kesalahan dalam
bidang keterampilan yang meliputi menyimak, membaca, menulis dan membaca, serta
kesalahan dalam bidang linguistik yang meliputi tata bentuk bunyi (fonologi), tata bentuk
kata (morfoloPengertian dari Analisis Kesalahan Berbahasa itu sendiri adalah suatu teknik
untuk mengidentifikasikan, mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan secara sistematis
kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh si terdidik atau siswa yang sedang belajar bahasa asing
atau bahasa kedua dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur berdasarkan
linguistik (Pateda,1989:32).Sementara Pateda (50-66) juga menjelaskan bahwa analisis
kesalahan berbahasa dibagi kedalam daerah-daerah kesalahannya. Menurut pateda daerah
kesalahan berbahasa dibagi menjadi 4 antara lain : (1) Daerah kesalahan fonologi, (2) Daerah
kesalahan morfologi, (3) Daerah kesalahan sintaksis, (4) Daerah kesalahan semantis.
Meskipun daerah kesalahan tersebut sudah diklasifikasikan tetapi antara daerah kesalahan
bahasa satu dengan yang lain saling berhubungan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud analisis kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis?
2. Apa yang dimaksud dengan kesalahan di bidang sintaksis?
3. Apa saja ruang lingkup kesalahan di bidang sintaksis?
4. Apa saja macam-macam kesalahan di bidang sintaksis?
5. Apa perbedaan kesalahan bidang sintaksis dengan morfologi?
6. Apa ciri-ciri kesalahan bidang morfologi dan sintaksis?
7. Klasifikasikanlah kesalahan berbahasa ke dalam bidang morfologi atau sintaksis

1
C.Tujuan Penulisan
Berdasarkan uraian di atas maka tujuan Penulisan makalah ini adalah:
1. Agar kita memahami yang dimaksud dengan analisis kesalahan berbahasa dalam bidang
sintaksis
2. Agar kita memahami yang dimaksud dengan kesalahan di bidang sintaksis
3. Agar kita tau apa saja ruang lingkup kesalahan di bidang sintaksis
4. Agar kita mengetahui macam-macam kesalahan di bidang sintaksis
5. Agar kita mengetahui perbedaan kesalahan bidang sintaksis dengan morfologi
6. Agar kita tau ciri-ciri kesalahan bidang morfologi dan sintaksis
7. Agar kita memahami kesalahan berbahasa di dalam bidang morfologi atau sintaksis

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DI BIDANG


SINTAKSIS
Menurut Sofa (2008) bahwa Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan
struktur frasa, klausa, atau kalimat, serta ketidaktepatan pemakaian partikel. Analisis
kesalahan dalam bidang tata kalimat menyangkut urutan kata, kepaduan, susunan frase,
kepaduan kalimat, dan logika kalimat (Lubis Grafura : 2008). Bidang tata kalimat
menyangkut urutan kata dan frase dikaitkan dengan hukum-hukumnya (DM, MD)
(Maharsiwi : 2009). Untuk keperluan itu semua perlu adanya deskripsi yang jelas antara
bahasa Bl dan B2. Di sisi yang lain Samsuri dalam Maharsiwi (2009) mengungkapkan bahwa
dalam berbahasa mengucapkan kalimat-kalimat, untuk dapat berbahasa dengan baik, kita
harus dapat menyusun kalimat yang baik. Untuk dapat menyusun kalimat yang baik, kita
harus menguasai kaidah tata kalimat (sintaksis). Hal ini disebabkan tata kalimat menduduki
posisi penting dalam ilmu bahasa. Kalimat adalah serangkaian kata yang tersusun secara
bersistem sesuai dengan kaidah yang berlaku untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, atau
perasaan yang relatif lengkap (Werdiningsih, 2006:77-79) dalam (Budi Santoso). Kesatuan
kalimat dalam bahasa tulis dimulai dari penggunaan huruf kapital pada awal kalimat dan
diakhiri dengan penggunaan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru pada akhir kalimat.
(Werdiningsih, 2006:78) dalam (Budi Santoso) mengungkapkan bahwa sebuah kalimat
dikatakan efektif jika dapat mendukung fungsinya sebagai alat komunikasi yang efektif.
Maksudnya bahwa kalimat tersebut mampu mengungkapkan gagasan, pikiran, dan gagasan
secara jelas sehingga terungkap oleh pembaca sebagaimana diinginkan.

Menurut Arifin (2001: 116) sebuah kalimat hendaknya berisikan suatu gagasan atau
ide. Agar gagasan atau ide sebuah kalimat dapt dipahami pembaca, fungsi bagian kalimat
yang meliputi subjek, predikat, objek, dan keterangan harus tampak dengan jelas (eksplisit).
Di samping unsur eksplisit kalimat harus dirakit secara logis dan teratur.

Pateda (1989 : 58) menyatakan bahwa kesalahan pada daerah sintaksis berhubungan
erat dengan kesalahan pada morfologi, karena kalimat berunsurkan kata-kata itu sebabnya
daerah kesalahan sintaksis berhubungan misalnya dengan kalimat yang berstruktur tidak
baku, kalimat yang ambigu, kalimat yang tidak jelas, diksi yang tidak tepat yang menbentuk
kalimat, kalimat mubazir, kata serapan yang digunakan di dalam kalimat dan logika kalimat.

2. PENGERTIAN KESALAHAN BIDANG SINTAKSIS


Sintaksis adalah salah satu cabang dari tata bahasa yang membicarakan struktur-
struktur frasa, klausa, dan kalimat.Sejalan dengan itu,Dola(2010:2)mengungkapkan bahwa
sintaksis mempersoalkan hubungan antara kata dengan satuan-satuan yang lebih besar,
membentuk suatu konstruksi yang disebut kalimat.Dalam hal ini,dijelaskan bahwa sintaksis
mempelajari unsurunsur yang terdapat di dalam kata-kata yang saling berkaitan. Namun,
dalam merangkaikan unsur-unsur kalimat biasanya terdapat penyimpangan struktur dan
penyimpangan ini disebut kesalahan sintaksis.

3
Kesalahan sintaksis ialah kesalahan atau penyimpangan struktur frasa, klausa, atau
kalimat (Junus & Junus, 2010:103). Kesalahan sintaksis
berkaitan dengan fungsi-fungsi sintaksis dalam bahasa, yakni predikat, subjek, objek,
pelengkap,dan keterangan. Seperti yang telah diketahui,
struktur bahasa merupakan pengaturan pola-pola secara sintagmatis, artinya
pengaturan pola antara subjek, predikat, objek, hingga keterangan dan pelengkap. Hubungan
sintagmatis telah menentukan peran dan fungsi gramatikal bentuk-bentuk bahasa. Hal ini
berarti perubahan letak hubungan akan membawa perbedaan dalam peran dan fungsi
gramatikal. Jadi, letaknya tidak boleh ditukar secara sembarangan. Struktur bahasa ini
yang kemudian membangun keutuhan suatu kalimat sehingga menimbulkan makna
yang sesuai.Sehingga apabila terjadi penyimpangan
struktur frasa, klausa, atau kalimat di dalam suatu karangan, dalam hal ini berupa
karangan eksposisi, dapat menyebabkan bahasa tersebut memiliki makna yang rancu dan sulit
dimengerti oleh pembacanya.

3. RUANG LINGKUP KESALAHAN BIDANG SINTAKSIS


a)Alat-alat Sintaksis
Frasa,klausa,kalimat tidak secara tiba-tiba muncul tanpa adanya sarana yang
menunjang terwujudnya satuan-satuan tersebut. Perangkat-perangkat yang menjadi sarana
terwujudnya satuan-satuan disebut dengan alat sintaksis.Ada tiga alat sintaksis,yaitu
1. Urutan
bahasa itu penuh aturan,pola,dan keajekan.Dari beberapa kecenderungan yang dapat
diamati,dapat disimpulkan bahwa kesetiaan terhadap aturan,pola,dan keajekan itu ada
maksudnya.Aturan itua da agar bahasa dapat tersaji secara nyawan,berwujud,ringkas,tetapi
pesannya dapat dipahami dengan jelas (Poedjosoedarmo 1998:1) Di antara wujud aturan
dalam bahasa adalah adanya urutan-urutan kata.Kenyataan ini dapat diamati dalam kalimat-
kalimat berikut:
Membacakan saya sebuah puisi Johar seharusnya,Johar membacakan saya sebuah
pusi.Urutan juga berlaku bagi konstruksi yang berupa frasa,.Contohnya : konstruksi frasa-
frasa berikut: alim-ulama,suka duka,anak cucu,arif bijaksana yang kesemuanya merupakan
susunan kata yang tidak bisa dibalik urutannya,misalnya menjadi ulama alim,duka suka,cucu
anak,dan bijaksana arif.

2. Intonasi
adalah pola perubahan nada yang dihasilkan pembicara pada waktu mengucapkan
ujaran atau bagian-bagiannya(Kridalaksana 1993:85).Intonasi dapat berupa tekanan,nada,dan
tempo (Chaer 1994:253) Gejala intonasi atau gejala prosodi mempunyai hubungan yang erat
dengan struktur kalimat di samping dengan interelasi kalimat dalam sebuah wacana (Halim
1984:77) Intonasi,yang dalam ejaan atau tulisan dinyatakan secara tidak sempurna terutama
dalam contoh dengan tanda baca dan pemakaian huruf kapital juga dapat menentukan modus
sebuah kalimat.Sebuah kalimat bisa bermodus deklarati,interogati,,imperatif,atau
eksklamatif,bergantung kepada intonasi yang dialamatkan kepadanya,Misalnya:
1. Mas Wahid besok datang ke kampus?
2. Mas Wahid besok datang ke kampus?
3. Mas Wahid,besok datang ke kampus?
4. (Wah)Mas Wahid besok datang ke kampus!

4
3. Bentuk Kata
dilihat dari bentuknya,dalam Bahasa Indonesia terdapat kata dasar dan kata
turunan.Contoh kata dasar ialah muat.Kata turunannya antara lain dimuat dan
memuat..Dalam contoh berikut misalnya,jika kata dimuat diubah menjadi memuat,tentu
makna kalimat tersebut menjad iberbeda dengan kalimat asalnya,bahkan kalimat tersebut
menjadi tidak bermakna atau berterima.
a)Beberapa mahasiswa Unne, artikelnya memuat di Suara Merdeka.Seharusnya
b)Beberapa mahasiswa Unnes,artikelnya dimuat di Suara Merdeka.
b)Satuan-Satuan Sintaksis

Pada awal pembahasan,dikatakan bahwa satuan-satuan sintaksis adalah


kata,frasa,klausa,dan kalimat.
1) Kata
sebagai satuan terkecil dalam sintaksis,kata berperan sebagai pengisi fungsi
sintaksis,penanda kategori sintaksis,dan perangkai frase,klausa,dan kalimat
Misalnya: Sayur-sayur Seharusnya Sayur mayor

2)Frase
adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat non predikatif atau lazim juga di
sebut dengan gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer
2003:222) Sama halnya dengan kata,Frase juga berperan sebagai pengisi Fungsi
sintaksis)Untuk lebih memahami tentang Frase,
perhatikan Contoh berikut: haus sangat seharusnya sangat haus
3)Klausa
adalah satuan sintaksis yang berupa runtunan kata-kata yang berkontruksi predikatif
(Chaer:1994)Artinya,di dalam konstruksi tersebut,terdapat komponen kata atau frase yang
berfungsi sebagai subjek,predikat,objek, dan keterangan) Di dalam sebuah klausa,minimal
harus mengandung subjek dan predikat,sedangkan objek dan keterangan bersifat fakultatif
atau tidak wajib ada.Untuk mempermudah pemahaman tentang klausa perhatikan contoh
konstruksi berikut ini.

Ima bunga melati menyiram setiap pagi


S P K

Seharusnya
Ima menyiram bunga melati setiap pagi
S P O Ket

4) Kalimat

5
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran
(Widjono:1946) Berikut contohnya:
Anak kecil di sekolah itu dan bermain kelereng seharusnya Anak kecil di sekolah itu
bermain kelereng

4. MACAM-MACAM KESALAHAN BIDANG SINTAKSIS


Kesalahan dalam tataran sintaksis antara lain sebagai berikut :
1. Kesalahan dalam Bidang Frasa
Kesalahan berbahasa dalam bidang frasa sering dijumpai dalam bahasa lisan
maupun bahasa tertulis. Kesalahan berbahasa dalam bidang frasa dapat disebabkan oleh
berbagai hal , di antaranya : (a) adanya pengaruh bahasa daerah, (b) pengguaan preposisi
yang tidak tepat, (c) kesalahan sususnan kata, (d) penggunaan unsur yang berlebihan atau
mubazir, (e) penggunaan bentuk superlatif yang berlebihan, (f) penjamakan yang ganda, dan
(g) penggunaan bentuk resiprokal yang tidak tepat.
Berikut akan diuraikan satu per satu yaitu:
a. Adanya pengaruh bahasa daerah
Bentuk Tidak Baku: Tunggu sebentar kalau ingin makan, sayurnya belon mateng!
Bentuk Baku: Tunggu sebentar kalau ingin makan, sayurnya belum masak !
b. Penggunaan preposisis yang tidak tepat
Bentuk Tidak Baku: Tolong ambilkan buku saya pada laci meja itu
Bentuk baku: Tolong ambilkan buku saya di laci meja itu
c. Susunan yang tidak tepat
Bentuk Tidak Baku : Ini hari kita akan menyaksikan berbagai atraksi yang dibawakan
oleh putra putri kita.
Bentuk Baku: Hari ini kita akan menyaksikan berbagai atraksi yang akan dibawakan
putra putri kita.
d. Penggunaan unsur yang berlebihan atau mubazir
Bentuk Tidak Baku: Dilarang tidak boleh merokok disini
Bentuk Baku: Dilarang merokok disini.Penggunaan bentuk superlatif yang berlebihan
Bentuk Tidak Baku: Pengalaman itu sanagat menyenangkan sekali
Bentuk Baku: Pengalaman itu sangat menyenangkan
f. Penjamakan ganda
Bentuk Tidak Baku: Para dosen-dosen sedang mengikuti seminar di ruang auditorium
Bentuk Baku: Para dosen sedang mengikuti seminar di ruang auditorium

6
g. Penggunaan bentuk resiprokal yang salah
Bentuk Tidak Baku: Sesama pengemudi dilarang saling dahulu- mendahului
Bentuk Baku: Sesama pengemudi dilarang saling mendahului
2. Kesalahan dalam Bidang Kalimat
a. Kalimat tidak bersubjek
b. Kalimat tidak berpredikat
c. Kalimat tidak bersubjek dan tidak berpredikat (kalimat buntung)
d. Penggandaan subjek
e. Antara predikat danobjek yang tersisipi
f. Kalimat yang tidak logis
g. Kalimat ambiguitas
h. Penghilangan konjungsi
i. Penggunaan konjungsi yang berlebihan
j. Urutan yang tidak paralel
k. Penggunaan istilah asing
l. Penggunaan kata tanya yang tidak perlu.

5. PERBEDAAN KESALAHAN BIDANG SINTAKSIS DENGAN


MORFOLOGI

Kesalahan berbahasa dalam tataran sintaksis, antara lain adalah sebagai berikut.
1.Penggunaan kata perangkai, dari, pada, daripada, kepada, dan untuk.
2.Pembentukan kalimat tidak baku, antara lain: Kalimat tidak efektif,Kalimat tidak
normative, Kalimat tidak logis, Kalimat rancu, Kalimat ambigu, Kalimat pengaruh struktur
bahasa asing.
Kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi bahasa Indonesia,antara lain:
1. Salah penentuan bentuk asal.
2. Fonem yang luluh tidak diluluhkan.
3. Fonem yang tidak luluh diluluhkan.
4. Penyingkatan morfem men-, meny-, meng-, dan menge- menjadi n, ny, ng, dan nge-.
5. Perubahan morfem ber-, per-, dan ter- menjadi be-, pe-, dan te-.
6. Penulisan morfem yang salah.
7. Pengulangan yang salah.
8. Penulisan kata majemuk serangkai.
9. Pemajemukan berafiksasi.
10. Pemajemukan dengan afiks dan sufiks.
11. Perulangan kata majemuk.

7
6. CIRI KESALAHAN BIDANG MORFOLOGI DAN SINTAKSIS
Ciri Kesalahan Bidang Morfologi
1. Kesalahan Berbahasa Dalam Tataran Afiksasi
a.Kesalahan berbahasa karena salah menentukan bentuk asal.
b.Fonem yang seharusnya luluh dalam proses afiksasi tidak diluluhkan.
c.Fonem yang seharusnya tidak luluh dalam proses afiksasi justru diluluhkan.
d.Penulisan klitik, kata depan, dan partikel yang tidak tepat.

2.Kesalahan Berbahasa Dalam Tataran Reduplikasi


a.Kesalahan dalam menentukan bentuk dasar yang diulang.
b.Bentuk dasar yang diulang seluruhnya hanya sebagian yang diulangi.
c.Kesalahan berbahasa terjadi karena menghindari perulangan yang terlalu panjang.

3.Kesalahan Berbahasa Dalam Tataran Gabungan Kata


a.Gabungan kata yang seharusnya serangkai dituliskan tidak serangkai. b.Kata
majemuk yang seharusnya ditulis terpisah,sebaliknya ditulis serangkai.
c.Kata majemuk yang sudah berpadu benar diulang hanya sebagian seharusnya
diulang seluruhnya.
d.Proses afiksasi dianggap menyatukan penulisan kata majemuk yang belum padu.

Ciri Kesalahan Bidang Sintaksis


Berbagai Kesalahan Berbahasa dalam bidang sintaksis.
1. Pemakaian Kata Perangkai
a. Pemakaian kata dari
fungsi kata perangkai dari sebagai berikut:
1)Untuk menyatakan keterangan tempat asal sesuatu
2)Untuk menyatakan asal sesuatu dibuat
3)Untuk menyatakan keterangan sebab
4)Untuk menyatakan bahwa sesuatu merupakan anggota dari satu kelompok
5)Dipakai bersama-sama kata tergantung membentuk ungkapan tetap
6)Untuk menyatakan kekhususan atau pembatasan suatu masalah atau hal
7)Untuk menyatakan alasan

Penggunaan kata dari yang menyatakan milik dapat berhubungan langsung dengan
sesuatu yang dimiliknya. Akan tetapi, dalam kalimat
“Ayah dari ibu sudah sangat tau” tidak dapat dihilangkan karena akan menguburkan makna
kalimat tersebut.

b. Pemakaian Kata Pada


fungsi kata pada dalam bahasa Indonesia yaitu:
1)Sebagai pengantar keterangan tempat (pengganti di) untuk orang atau binatang.
2)Sebagai pengantar keterangan waktu.

8
3)Bersama-sama dengan kata tertentu membentuk suatu ungkapan dengan arti
menurut
4)Dipakai bersama-sama dengan kata bergantung.

Pemakaian kata pada sering bertukar tempat dengan kata depan di.

c. Pemakaian Kata Dari Pada


fungsinya untuk menyatakan suatu perbandingan.Kenyataannya, kata
dari pada seringdigunakan untuk mengganti kata dari yang menyatakan
milik.Penyimpangan lain yaitu untuk menunjukkan bahwa sesuatu atau seseorang merupakan
anggota suatu kelompok,menyatakan perbandingan yang menunjukkan tingkat yang sama,
dan dipakai bersama-sama dengan kata tergantung.
d. Pemakaian Kata Kepada
Kata kepada digunakan untuk mengantar objek tak langsung dalam suatu kalimat.
Kata kepada tidak boleh digunakan untuk mengantar objek penyerta atau objek
berkepentingan dalam kalimat yang predikatnya berupa kata kerja aktif transitif dan
maknanya melakukan pekerjaan untuk orang lain.Fungsi lain yang dimiliki kata depan
kepada yaitu untuk mengantarkan objek dalam suatu kalimat yang predikatnya berupa kata
sifat. Dalam hal ini kata kepada sama dengan terhadap dan akan.

e. Pemakaian Kata Untuk


Fungsi kata untuk adalah menyatakan keterangan tujuan dari suatu perbuatan atau
tindakan.Fungsi lain dari kata untuk adalah sebagai berikut:
1)Utuk mengantar objek penyerta. Dalam hal ini kata untuk berarti demi.
2)Kata untuk tidak boleh mengikuti kata kerja transitif yang berakhiran
kan.
3)Dipakai untuk mengantar objek berkata depan, yang maknanya sama dengan
terhadap.
Bentuk penyimpangan kata untuk dalam kalimat sebagai berikut:
1. Dipakai di antara dua kata kerja yang letaknya berurutan dan keduanya dapat berhubungan
langsung.
2. Dipakai sebagai pengantar subjek dalam kalimat.

Sebuah kalimat yang tidak baku dapat dilihat dari dua segi, pertama, dilihat dari
bentuknya, kalimat ini tidak memenuhi persyaratan sebagai sebuah kalimat. Kedua,dilihat
dari isinya, kalimat ini tidak mampu menjadi sarana komunikasi yang baik atau sempurna.

7. KLASIFIKASI KESALAHAN BERBAHASA KE DALAM BIDANG


MORFOLOGI ATAU SINTAKSIS

1. Kesalahan pada Frase Kata Benda (Noun Phrase)


a. Kesalahan penggunaan determiners
Kesalahan pada penggunaan determiners merupakan salah satu kesalahan yang
banyak terjadi dalam tulisan mahasiswa. Kesalahan pada umunya berpusat pada artikel a dan
the. Dari 314 kesalahan yang ditemukan, 20% adalah kesalahan penggunaan determiners atau
sebanyak 63 kesalahan. Akan tetapi, dalam tulisantulisan tersebut kesalahan yang terjadi
hanya berpusat pada penggunaan artikel a dan the.
b. Kesalahan penggunaan number

9
Terdapat 15% atau 47 kesalahan dalam penggunaan number pada tulisan
bahasa Inggris mahasiswa, 33 diantaranya merupakan kesalahan karena
pensubtitusian kata benda jamak oleh kata benda tunggal dan 14 kesalahan merupakan
kebalikannya, yaitu pensubtitusian kata benda tunggal oleh kata benda jamak.
c. Kesalahan kata ganti
Kesalahan penggunaan kata ganti ditemukan 31 kesalahan ditemukan pada
beberapa kategori yaitu penghilangan relative pronoun, pensubtitusian relative
pronoun, pensubtitusian pronoun subject,dan pensubtitusian pronoun object. Jumlah
keseluruhan kesalahan dalam penggunaan pronoun adalah 10% dari total keseluruhan 314
kesalahan.
d. Kesalahan dalam penggunaan preposisi
Dari hasil penelitian ditemukan hanya 5% dariseluruh kesalahan terdapat tiga jenis
kesalahan yang berhubungan dengan penggunaan preposisi, yaitu penghilangan preposisi,
penambahan preposisi, dan pensubtitusian preposisi. Jumlah total kesalahan Yulia
Ramadhiyanti 285
dalam penggunaan preposisi adalah sekitar 16 kesalahan, diantaranya “...understand
to the others ideas...” menjadi “...understand the others ideas...”
e. Kesalahan dalam pengunaan kata benda
Kata benda yang berdiri sendiri dapat pula dikategorikan sebagai frase kata
benda.Kesalahan penggunaan kata benda yang dilakukan oleh mahasiswa berupa subtitusi
pemilihan kata berjumlah 16 kesalahan atau 5%. Contohnya, dalam bahasa Inggris kata
cantik adalah beautiful yang merupakan kata sifat, sedangkan kata bendanya adalah beauty.
Dilihat dari temuan-temuan kesalahan pada kategori frase kata benda, faktor yang
menyebabkan kesalahan adalah interfensi. Sesuai dengan teori analisis kesalahan berbahasa
yang menggunakan metode perban-dingan bahasa (Corder, 1981: 17). Alasan mengapa
interferensi yang menjadi faktor penyebabnya adalah karena pembentukan struktur frase kata
benda dalam bahasa Indonesia berbeda dengan bahasa Inggris.Dalam Bahasa Inggris terdapat
poin-poin sintaksis yang tidak ada dalam bahasa Indonesia atau
kalaupun ada, berbeda kondisi penggunaanya. Oleh karenanya, seperti yang dikatakan
oleh Selinker (1972) kesalahan tersebut dapat dikarenakan transfer negatif bahasa sumber
pada bahasa target atau disebut juga interferensi.

2. Kesalahan pada Frase Kata Kerja


Kesalahan yang terjadi pada frase kata kerja yakni pada kategori kesalahan yang
terjadi pada kata kerja yang berhubungan dengan struktur tenses yang meliputi kesalahan
penghilangan dan penambahan be,verb agreement, dan kesalah bentukan kata kerja pada
penggunaan tenses.Sedangkan kategori beri-kuntya adalah kesalahan yang terdapat dalam
konstruksi khusus kata kerja tertentu dan bentuk to- infinitif dan gerund. Dari keseluruhan
kesalahan 314 kesalahan mahasiswa, terdapat 30% atau 94 kesalahan yang berhubungan
dengan frase kata kerja.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frasa, klausa, atau
kalimat, serta ketidaktepatan pemakaian partikel. Analisis kesalahan dalam bidang tata
kalimat menyangkut urutan kata, kepaduan, susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika
kalimat. Kalimat adalah serangkaian kata yang tersusun secara bersistem sesuai dengan
kaidah yang berlaku untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan yang relatif
lengkap. Sbuah kalimat hendaknya berisikan suatu gagasan atau ide. Agar gagasan atau ide
sebuah kalimat dapt dipahami pembaca, fungsi bagian kalimat yang meliputi subjek, predikat,
objek, dan keterangan harus tampak dengan jelas (eksplisit).

Sintaksis adalah salah satu cabang dari tata bahasa yang membicarakan struktur-struktur
frasa, klausa, dan kalimat.Sejalan dengan itu,Dola(2010:2)mengungkapkan bahwa sintaksis
mempersoalkan hubungan antara kata dengan satuan-satuan yang lebih besar, membentuk
suatu konstruksi yang disebut kalimat.Dalam hal ini,dijelaskan bahwa sintaksis mempelajari
unsurunsur yang terdapat di dalam kata-kata yang saling berkaitan. Namun, dalam
merangkaikan unsur-unsur kalimat biasanya terdapat penyimpangan struktur dan
penyimpangan ini disebut kesalahan sintaksis.

Analisis kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis berdasarkan jenis keterampilannya


yaitu sebagai berikut: Pembelajaran Sintaksis dalam mendengarkan, pembelajaran sintaksis
membaca, pembelajaran sintaksis berbicara, dan pembelajaran sintaksis dalam menulis.

11
DAFTAR PUSTAKA
Setyawati, nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka

Hastuti, SRI. 1989. Sekitar Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: PT Mitra

Gama Widya.

Tarigan, H. G. 1998. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung:

Angkasa.

12

Anda mungkin juga menyukai