Anda di halaman 1dari 13

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Tugas VII

PERKEMBANGAN EMOSI PESERTA DIDIK

Tentang
Analisis Jurnal

Dosen Pengampu

Citra Imelda Usman, M.Pd., Kons

Disusun Oleh

Rama Yana
(20080036)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
STKIP PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2021
A. Cover Judul

Judul Jurnal/Artikel FAKTOR DAN KONDISI YANG MEMPENGARUHI


PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK
USIA DINI
Nomor ISSN 6392-14617-1
Nama Jurnal Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry
Tahun Terbit Juli-Desember 2019
Volume dan Nomor Vol V dan No 2
Penulis Jurnal Hijriati
Sub Topik Materi yang Terkait  Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan emosi pada anak usia
dini.
 Kondisi yang dapat mempengaruhi
perkembangan emosi pada anak usia
dini.

B. Bagian Isi

 Resume/Analisis Jurnal

Faktor dan Kondisi yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Emosional Ank Usia Dini

A. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Pada Anak Usia Dini


1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap
berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan
tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosial anak.

2. Kematangan
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mempertimbangkan
dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan
kematangan intelektual dan emosional.

3. Status sosial ekonomi


Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan keluarga
dalam lingkungan masyarakat.Sehubungan hal itu, dalam kehidupan anak senantiasa
“menjaga” status sosial anak dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud
“menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam
pergaulan yang tidak tepat.

4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Pendidikan dalam arti luas
harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupak keluarga,
masyarakat dan kelembagaan.

5. Kepastian mental: emosi dan intelegensi


Kemampuan berfikir mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar,
memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi
akan berkemampuan bahasa secara baik. Pada kasus tertentu, seorang jenius atau
superior, sukar untuk bergaul dengan kelompok sebaya, karena pemahaman mereka
telah setingkat dengan kelompok umur yang lebih tinggi. Sebaliknya kelompok umur
yang lebih tinggi (dewasa) tepat “menganggap” dan “memperlakukan” mereka sebagai
anak-anak.

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Pada Anak Usia Dini


1. maturation atau kematangan
Hurlock (1991), memandang pentingnya faktor kematangan pada masa kanak-kanak
terkait dengan masa krisis perkembangan (critical period), yaitu saat-saat ketika anak
siap menerima sesuatu dari luar.Kematangan yang telah dicapai dapat dioptimalkan
dengan pemberian rangsangan yang tepat (patmododewo, 1993). Contoh dalam
perkembangan emosi, pengendalian pola reaksi emosi yang diinginkan perlu diberikan
kepada anak guna menggantikan pola emosi yang tidak diinginkan, sebagai tindakan
preventif.5

2. Faktor lingkungan belajar.


Faktor lingkungan dalam proses belajar, berpengaruh besar untuk perkembangan
emosi, erutama lingkungan yang berada paling dekat dengan anak khususnya ibu atau
pengasuh anak. Thompson dan Lagatutta (2006), menyatakan bahwa perkembangan
emosi anak usia dini sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan hubungan keluarga
dalam setiap hari, anak belajar emosi baik penyebab maupun konsekuensinya.

Hurlock (1991), mengungkapkan proses belajar yang menunjang perkembangan emosi


terdiri dari beberapa, yaitu:
a) Belajar dengan cara meniru (learning by imitation). Dengan mengamati hal-hal yang
membangkitkan emosi tertentu orang lain, anak-anak bereaksi dengan emosi dan
metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati.

b) Belajar dengan mempersamakan diri (learning by identification). Disini anak hanya


meniru orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat.

c) Belajar melalui pengkondisian (conditioning). Metode ini berhubungan dengan


aspek ransangan, bukan dengan aspek reaksi. Pengkondisian terjadi dengan mudah dan
cepat pada tahun-tahun awal kehidupan mereka, anak kecil kurang mampu menalar,
kurang pengalaman untuk menilai situasi secara kritis, dan kurang mengenal betapa
tidak rasionalnya reaksi mereka.

d) Pelatihan (training). Belajar dibawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada


aspek reaksi. Kepada anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi
terangsang.

e) Belajar dengan coba-coba. Anak belajar coba-coba untuk mengekspresikan emosi


dalam bentuk prilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya dan menolak
prilaku yang memberikan pemuasan sedikit.

C. Kondisi yang Dapat Mempengaruhi Perkembangan Emosi pada Anak Usia Dini
1. Kondisi yang Mempengaruhi Emosi Dominan
a) Kondisi kesehatan
Kesehatan yang baik mendorong emosi yang menyenangkan menjadi domina,
sedangkan kesehatan yang buruk menyebabkan emosi yang tidak menyenangkan
menjadi dominan.

b) Suasana rumah
Jika anak-anak tumbuh dalam lingkungan rumah yang lebih banyak berisi
kebahagiaan dan apabila pertengkaran, kecemburuan, dendam, dan perasaan lain
yang tidak menyenangkan diusahakan sedikit mungkin maka anak akan lebih banyak
mempunyai kesempatan untuk menjadi anak yang bahagia.

c) Cara mendidik anak


Mendidik anak secara otoriter, yang menggunakan metodehukuman untuk
memperkuat kepatuhan secara ketat, akan mendorong emosi yang tidak
menyenangkan menjadi dominan. Cara mendidik anak yang bersifat demokratis dan
permisif akan menimbulkan siasana rumah yang lebih santai (relax) yang akan
menunjang bagi ekspresi emosi yang menyenangkan.

d) Hubungan dengan para anggota keluarga


Hubungan yang tidak rukun dengan orang tua atau saudara akan lebih banyak
menimbulkan kemarahan dan kecemburuan sehingga emosi ini akan cenderung
menguasai kehidupan anak dirumah.

e) Hubungan dengan teman sebaya


Jika anak diterima dengan baik oleh kelompok teman sebaya maka emosi yang
menyenangkan akan menjadi dominan padanya, sedangkan jika anak ditolak atau
diabaikan oleh kelompok teman sebaya maka emosi yang tidak menyenangkan akan
menjadi dominan padanya.

f) Perlindungan yang berlebih-lebihan


Orang tua yang melindungi anak secara berlebihan (overprotektive) yang hidup
dalam prasangka bahaya terhadap segala sesuatu, akan menimbulkan rasa takut pada
anak menjadi dominan.

g) Aspirasi orang tua


Jika orang tua mempunyai aspirasi yang tinggi yang tidak realitis bagi anak-anaknya,
anak akan menjadi canggung, malu, dan merasa bersalah apabila mereka menyadari
kritik orang tua bahwa mereka tidak dapat memenuhi harapan tersebut.

h) Bimbingan
Bimbingan dengan titik berat pada penanaman pengertian bahwa menglami
frustrasi diperlukan sekali-kali dapat mencegah kemarahan dan kebencian menjadi
emosi yang dominan. Tanpa bimbingan semacam ini, emosi tersebut akan menjadi
dominan, terutama apabila frustrasi yang dialami dirasakan tidak adil bagi seorang
anak.

2. Kondisi yang Menunjang Timbulnya Emosionalitas Yang Meninggi


1) Kondisi fisik
a). kesehatan yang buruk, yang disebabkan oleh gizi yang buru, gangguan
pencernaan, atau penyakit.
b). kondisi yang merangsang, seperti kaligata atau eksim
c). setiap gangguan yang kronis, seperti asma atau penyakit kencing manis.

2) Kondisi psikologis
a). perlengkapan intelektual yang buruk. Anak yang tingkat intelektualnya rendah
rata-rata mempunyai pengendalian emosi yang kurang dibandingkan dengan anak
yang pandai pada tingkata umur yang sama.
b). kegagalan mencapai tingkat aspirasi. Kegagalan yang berulang-ulang dapat
mengakibatkan timbulnya keadaan cemas, sedikit atau banyak.
c). kecemasan setelah pengalaman emosional tertentu yang sangat kuat. Sebagai
contoh, akibat lanjutan dari pengalaman yang menakutkan akan mengakibatkan anak
takut kepada setiap situasi yang dirasakan mengancam.

3) Kondisi lingkungan
a). kekangan yang berlebihan, seperti disiplin yang otoriter.
b). sikap orang tua yang terlalu mencemaskan atau terlalu melindungi.
c). suasana otoriter disekolah. Guru yang terlalu menuntut atau pekerjaan sekolah
yang tidak sesuai dengan kemampuan anak akan menimbulkan kemarahan sehingga
anak pulang kerumah dalam keadaan kesal.
 Lengkapi Resume yang Berkaitan dengan Materi

A. Pengertian Emosi
Istilah emosi berasal dari kata emotus atau emovere atau mencerca (to stir up) yang
berarti sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu, missal emosi gembira mendorong
untuk tertawa, atau dengan perkataan lain emosi didefinisikan sebagai suatu keadaan
gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam dan melibatkan hamper keseluruhan diri
individu.

Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi
merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat
merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu
perilaku intensional manusia (Prawitasari, 1995).

(Sujiono, 2005). Menurut Sarlito Wirawan Sartono berpendapat bahwa emosi merupakan
setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afekti. Yang dimaksud warna
efektif ini adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi
(menghayati) suatu situasi tertentu contohnya: gembira, bahagia, takut dan lain-lain.
Sedangkan menurut Goleman Bahasa emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran.

B. Tahapan Perkembangan Emosi Anak dan Remaja


1. Perkembangan emosi pada anak
Perkembangan emosi pada anak usia sekolah Perkembangan emosi pada anak melalui
beberapa fase yaitu :
a. Pada bayi hingga 18 bulan
1) Pada fase ini, bayi butuh belajar dan mengetahui bahwa lingkungan di sekitarnya
aman dan familier.
2) Pada minggu ketiga atau keempat bayi mulai tersenyum jika ia merasa nyaman dan
tenang.
3) Pada bulan keempat sampai kedelapan bayi mulai belajar mengekspresikan emosi
seperti gembira, terkejut, marah dan takut.Pada bulan ke-12 sampai 15, ketergantungan
bayi pada orang yang merawatnya akan semakin besar.

b. 18 bulan sampai 3 tahun


1) Pada fase ini, anak mulai mencari-cari aturan dan batasan yang berlaku di
lingkungannya.
2) Pada anak usia dua tahun belum mampu menggunakan banyak kata untuk
mengekspresikan emosinya.
3) Pada usia antara 2 sampai 3 tahun anak mulai mampu mengekspresikan emosinya
dengan bahasa verbal
c. Usia antara 3 sampai 5 tahun
1) Pada fase ini anak mulai mempelajari kemampuan untuk mengambil inisiatif sendiri.
2) Pada fase ini untuk pertama kali anak mampu memahami bahwa satu peristiwa bisa
menimbulkan reaksi emosional yang berbeda pada beberapa orang.

d. Usia antara 5 sampai 12 tahun


1) Pada usia 5-6 anak mulai mempelajari kaidah dan aturan yang berlaku.
2) Anak usia 7-8 tahun perkembangan emosi pada masa ini anak telah
menginternalisasikan rasa malu dan bangga.
3) Anak usia 9-10 tahun anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial dan
dapat berespon terhadap distress emosional yang terjadi pada orang lain.
4) Pada masa usia 11-12 tahun, pengertian anak tentang baik-buruk, tentang norma
norma aturan serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya menjadi bertambah dan juga
lebih fleksibel, tidak sekaku saat di usia kanak-kanak awal.

2. Perkembangan emosi remaja


Karena berada pada masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa, status
remaja remaja agak kabur, baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya (Ali & Asrori,
2006). Semiawan (dalam Ali & Asrori, 2006)mengibaratkan: terlalu besar untuk serbet,
terlalu kecil untuk taplak meja karena sudah bukan anak-anak lagi, tetapi juga belum
dewasa. Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar,
sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga sering mengalami perasaan
tidak aman, tidak tenang, dan khawatir kesepian.

Ali & Ansori (2006) menambahkan bahwa perkembangan emosi seseorang pada
umumnya tampak jelas pada perubahan tingkah lakunya. Perkembangan emosi remaja
juga demikian halnya. Kualitas atau fluktuasi gejala yang tampak dalam tingkah laku itu
sangat tergantung pada tingkat fluktuasi emosi yang ada pada individu tersebut. Dalam
kehidupan sehari-hari sering kita lihat beberapa tingkah laku emosional, misalnya agresif,
rasa takut yang berlebihan, sikap apatis, dan tingkah laku menyakiti diri, seperti melukai
diri sendiri dan memukul-mukul kepala sendiri.
Sejumlah faktor menurut Ali & Asrori (2006) yang dapat mempengaruhi perkembangan
emosi remaja adalah sebagai berikut:
a. Perubahan jasmani.
b. Perubahan pola interaksi dengan orang tua.
c.Perubahan pola interaksi dengan teman sebaya
d. Perubahan pandangan luar
e. Perubahan interaksi dengan sekolah.

C. Bentuk/Jenis Emosi Pada Anak dan Remaja


1. Marah
Marah adalah jenis emosi anak yang disebabkan oleh terhambatnya keinginan. Ekspresi
emosi anak yaitu menangis, berteriak, memukul, membanting barang, dan berguling-
guling di lantai.

2. Takut
Takut adalah jenis emosi anak yang berkaitan erat dengan upaya pertahanan diri
terhadap bahaya. Rasa takut juga bisa ditimbulkan oleh ingatan tentang pengalaman yang
tidak menyenangkan. Ekspresi emosi anak yaitu panik, lari, menghindar, menutup muka,
bersembunyi, dan menangis.

3. Cemburu
Cemburu adalah jenis emosi anak karena adanya rasa tidak nyaman dengan kehadiran
seseorang yang dianggap sebagai kompetitor. Biasanya terjadi pada kelahiran adik di
tengah keluarga. Anak merasa adanya pengalihan perhatian dari orang tua dan orang-
orang dewasa di sekitarnya. Ekspresi emosi anak yaitu usil, tidak menyukai bahkan melukai
adiknya.

4. Gembira atau Senang


Gembira adalah jenis emosi anak sebagai bentuk ungkapan perasaan terhadap situasi
atau sesuatu yang sesuai dengan harapan. Ekspresi emosi anak bermacammacam yaitu
tepuk tangan, tertawa, tersenyum, melompat-lompat kegirangan, mencium benda atau
orang yang disayanginya.

5. Sedih
Sedih adalah jenis emosi anak atas kehilangan sesuatu yang dianggap penting dan
dicintainya. Bisa karena berpisah dengan teman bermain atau kehilangan binatang
kesayangannya. Ekspresi emosi anak yaitu menangis, berwajah murung, mengambek atau
tidak mau makan.

Jenis emosi pada remaja:

1. Amarah, di dalamnya meliputi brutal, mengamuk, benci, marah, jengkel, kesal hati,
terganggu, tersinggung, bermusuhan.

2. Kesedihan : di dalamnya meliputi pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani


diri, kesepian ditolak, putus asa dan depresi

3. Rasa takut, di dalamnya meliputi cemas, takut, gugup, khawatir was-was, perasa an
takut sekali, sedih, waspada, tidak tenang, ngeri, kecut, panik dan pobia

4. Kenikmatan, di dalamnya meliputi bahagia, gembira, puas, riang senang, terhibur,


bangga, kenikmatan indrawi, takjub,

5. Cinta, di dalamnya meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa


dekat, bakti, hormat kasmaran dan kasih sayang
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
a. Usia
Semakin bertambah usia individu, diharapkan emosinya akan lebih matang dan individu
akan lebih dapat menguasai dan mengendalikan emosinya. Individu semakin baik dalam
kemampuan memandang suatu masalah, menyalurkan dan mengontrol emosinya secara
lebih stabil dan matang secara emosi

b. Perubahan fisik dan kelenjar


Perubahan fisik dan kelenjar pada diri individu akan menyebabkan terjadinya perubahan
pada kematangan emosi. Sesuai dengan anggapan bahwa remaja adalah periode “badai
dan tekanan,” emosi remaja meningkat akibat perubahan fisik dan kelenjar.

c. Pola Asuh Orangtua


Pengalamannya berinteraksi di dalam keluarga akan menentukan pula pola perilaku anak
tehadap orang lain dalam lingkungannya. Salah satu faktor yang mempengaruhi dalam
keluarga adalah pola asuh orangtua. Cara orangtua memperlakukan anak-anaknya akan
memberikan akibat yang permanen dalam kehidupan anak.

d. Lingkungan
Kebebasan dan kontrol yang mutlak/ketat dapat menjadi penghalang dalam pencapaian
kematangan emosi seseorang. Lingkungan di sekitar kehidupan seseorang yang
mendukung perkembangan fisik dan mental memungkinkan kematangan emosi dapat
tercapai.

e. Jenis Kelamin
Laki-laki dikenal lebih berkuasa jika dibandingkan dengan perempuan, mereka memiliki
pendapat tentang kemaskulinan terhadap dirinya sehingga cenderung kurang mampu
mengekspresikan emosi seperti yang dilakukan oleh perempuan. Hal ini menunjukkan laki-
laki cenderung memiliki ketidakmatangan emosi jika dibandingkan dengan perempuan.

f. Pengalaman Traumatik
Masa lalu dapat mempengaruhi perkembangan seseorang.dampaknya yaitu jejak rasa
takut an sikap terlalu waspada. Yang ditimbulkan dapat berlangsung seumur hidup.

g. Perubahan Interaksi Teman Sebaya


Faktor yang sering menimbulkan masalah emosi pada masa ini adalah hubungan cinta
dengan temn yang lawan jenis.

E. Usaha Guru dan Orang Tua Dalam Mengembangkan Emosi Peserta Didik
1. Orang tua memeriksa kembali cara pendidikan atau pengasuhan yang sudah diterapkan
atau digunakan selama ini pada anak. Guru memberikan kegiatan yang diorganisasikan
berdasarkan Kebutuhan, minat dan karakteristik anak dalam mengembangkan kecerdasan
emosi anak.

2. Memberikan perhatian terhadap perkembangan emosi yang dimunculkan anak agar


orang tua dapat mencegah atau mengendalikan emosi yang negatif anak. Guru pemberian
kegiatan yang diorganisasikan bersifat holistik atau keseluruhan. Yang mana memuat
semua aspek perkembangan anak dan semua pihak terkait dalam proses tumbuh kembang
anak dalam kegiatan yang dibuat.

3. orang tua dan guru dapat melatih anak untuk mengenali emosinya dan mengelolanya
dengan baik dalam pengembangan emosi pada anak.

4. guru dan orang tau harus mampu menciptakan lingkungan yang kondusif yang sesuai
dengan tuntutan perkembangan emosia anak.

 Pemahaman Sendiri

Perkembangan emosi adalah reaksi yang terjadi pada seorang terhadap perasaan yang
sedang dialaminya setiap hari diberbagai situasi yang mana sangat berpengaruh besar
terhadap cara pandang anak tersebut dalam menghadapi suatu masalah, cara menghadapi
masalah tersebut, dan tingkah laku sianak tersebut. Seperti pada saat anak mendapatkan
nilai yang bagus maka reaksi emosi yang dilihatkan anak itu senang dan bahagia. Bila anak
mendapatkan nilai rendah maka anak tersebut akan menunjukkan reaksi emosi sedih
karena tidak mendapatkan nilai tinggi, takut karena nilainya turun ia akan menunjukkan
reaksi takut akan dimarahi orang tuanya, cemburu karena anak tersebut akan menganggap
bahwa hasil nilai nilai tersebut tidak adil hingga memunculkan reaksi emosi cemburu, dan
marah karena anak tersebut merasa nilai yang ia terima tidak sesuai dengan usahanya
padahal ia sudah melakukan sesuai dengan ketentuan guru tapi nilainya kenapa turun
hingga menimbulkan si anak akan menunjukkan kan reaksi emosi marah. Dan banyak lagi
lain sebagainya.
Nah sebagai seorang guru kita harus mengetahui emosi peserta didik tersebut, agar bisa
menjalin hubungan timbal balik yang baik antara peserta didik dengan pendidik. Dapat
juga dengan mengenal karakter siswa, apa bila seseorang guru mengenal karakter
siswanya maka guru akan mampu membimbing dan mengarahkan siswa. Sehingga
kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan baik serta mendapatkan hasil yang baik pula.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi pada anak yaitu : faktor
keturunan dan lingkungan, faktor bawaan dan pendidikan, faktor kematangan dan belajar,
faktor intelektual dan sosial.
C. Penutup

Kesimpulan Jurnal
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan social emosional anak yaitu : keluarga,
kematangan, status sosial ekonomi, pendidikan, emosi, mental dan lingkungan belajar. Dari
factor-faktor tersebut sangat berperan penting dalam perkembangan sosial emosional anak
usia dini. Adapun kondisi yang mempengaruhi perkembangan social emosional anak yaitu:
kondisi kesehatan, suasana rumah, cara mendidik anak, hubungan dengan anggota
keluarga,hubungan dengan teman sebaya, perlindungan yang berlebih-lebihan, aspirasi orang
tua dan bimbinngan.

Kesimpulan Materi
Emosi adalah pengalaman efektif yang di sertai penyesuaian diri dalam diri individu tentang
keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang nampak. Para peneliti
sebagaimana dikemukakan Djali (2008), menemukan bentukbentuk emosi untuk tiap jenis
reaksi perubahan fisik tertentu seperti rasa marah, takut, bahagia, cinta, terkejut, jijik, dan
sedih. Fase-fase perkembangan emosi peserta didik dapat dilihat dari perkembanagan peserta
didik dari usia pra sekolah, sekolah dasar dan di usia remaja. Masa remaja di anggap sebagai
periode “badai dan tekanan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat
dari perubahan fisik dan kelenjar. Biehler (1972) membagi cirri-ciri emosional remaja menjadi
dua rentan usia, yaitu 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.
Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa
takut dan factor-faktor eksternal yang seringkali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang
sedang tumbuh. Emosi dapat ,mempengaruhi tingkah laku, misalnya rasa marah atau rasa
takut dapat menyebabkan seorang gemetar, dalam nya , mulut menjadi kering detak
ketakutanjantung mulai cepat,system pencernaan berubah selama selama pemunculan emosi
ini.

D. Referensi
Bahri, Syaiful, dkk. 2006. Psikologi Pendidikan. Banda Aceh: UPT Perpustakaan

Unsyiah.

Hurlock Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Masher, Riana.2011. Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Perkembangannya.

Jakarta: Kencana.

Susanto, Ahmad. 2017. Pendidikan Anak Usia Dini (Konsep dan Teori). Jakarta:

PT Bumi Aksara.

Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: PT

Indeks, 2012.

Goleman, D. (1999). Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi.


Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

2002. Emotional Intelligence: Kecerdasan Emosional (mengapa EQ lebih


penting dari pada IQ). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-jumiatig2a-5475-3-
babii.pdf

https://ojshafshawaty.ac.id/index.php/jpengmas/article/download/1/2

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://osf.io/qwn4y/dow

nload/%3Fformat%3Dpdf&ved=2ahUKEwjZ7O-n4-
LzAhXGXCsKHRwLBTAQFnoECAQQAQ&usg=AOvVaw0uqLqOg3lSQDOWDU_6o
uNW

Anda mungkin juga menyukai