Anda di halaman 1dari 14

PERKEMBANGAN SOCIAL-EMOSIONAL PESERTA DIDIK

Oleh :

Farhanuddin Thalib

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………...……………………………………………. 1


B. Rumusan Masahalah………..………………………………………………………… 2
C. Tujuan…...……………………………………………………………………………. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian social emosional pada anak……………………...……………………….. 3


B. Karakteristik perkembangan social emosional anak……………………………...….. 3
C. Tugas perkembangan social emosional anak …………………………………..……. 4
D. Tahapan perkembangan social emosional anak……………………………………… 5
E. Factor perkembangan social emosional anak.…………………………………...…… 7
F. Prinsip perkembangan social emosional anak ……………………………………….. 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan………………………………………………………………………….. 11
B. Saran………………………………………………………………………………… 11
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan social adalah proses kemampuan berlajar dan tingkah laku yang
berhubungan dengan individu untuk hidup sebagai bagian dari kelompoknya. Didalam
perkembangan social, anak dituntut untuk memiliki kemampuan yang sesuai dengan tuntutan
social dimana mereka berada. Tuntuan social yang di maksu adalah anak dapat bersosialisasi
dengan baik sesuai dengan tahap perkembangan dan usianya, dan cenderung menjadi anak yang
mudah bergaul.

Perilaku social merupakan aktivis dalam hubungan dengan orang lain, baik dengan teman
sebaya, guru, orang tua maupun saudara-saudaranya. Saat berhubungan dengan orang lain,
terjadi peristiwa-peristiwa yang sangat bermakna dalam kehidupan anak yang dapat membentuk
kepribadiannya, dan membentuk perkembangannya menjadi manusia yang sempurna.

Perilaku yang di tunjukkan oleh seseorang anak dalam lingkungan sosialnya sangat di
pengaruhi oleh kondisi emosinya. Perkembangan emosi seorang anak sangat dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan. Suatu hal yang sangat bijak apabila kita mampu menciptakan lingkungan
yang kondusif untuk membantu perkembangan emosi anak.

Emosi merupakan suatu gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam dan melibatkan
hamper keseluruhan diri individu. Emosi juga berfungsi untuk mencapai pemuasan atau
perlindungan diri atau bahkan kesejahteraan pribadi pada saat berhadapan dengan lingkungan
atau objek tententu.

Pada saat anak masuk Kelompok Bermain atau juga PAUD, mereka mulai keluar dari
lingkungan keluarga dan memasukoi dunia baru. Peristiwa ini merupakan perubahan situasi dari
suasaa emosional yang aman, kehidupan baru yang tidak dialami anak pada saat mereka berada
dilingkungan keluarga. Dalam dunia baru yang dimasuki anak, ia harus pandai menempatkan diri
diantaranya teman sebaya, guru dan orang dewasa sekitarnya.
Tidak setiap anak berhasil melewati tugas perkembangan socio-emosional pada usia dini,
sehingga berbagai kenda dapat saja terjadi. Sebagai pendidik sepatuhnyalah untuk memahami
perkembangan socioemosional anak sebagai bekal dalam memberikan bimbingan terhadap anak
agar mereka dapat mengembangkan kemampuan social dan emosinya dengan baik.

Untuk maksud tersebut di atas, dalam makalah akan dibahas tentang :

Pengertian perkembangan emosi dan perkembangan social anak; karakteristik perkembangan


socioemosioanl anak; factor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan sosioemosional
anak; prinsip perkembangan sicioemosional anak tahapan perkembangan social emosional anak.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu perkembangan social emosional pada anak?


2. Bagaimana karakteristik perkembangan social emosional anak?
3. Bagaimana tugas perkembangan social emosional anak?
4. Bagaimana tahapan perkembangan social emosional anak?
5. Apa yang mempengaruhi factor perkembangan social emosional anak
6. Bagaiaman prinsip perkembangan social emosional anak?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian social emosional pada anak.


2. Untuk mengetahui karakteristik perkembangan social emosional anak.
3. Untuk mengetahui tugas perkembangan social emosional anak.
4. Untuk mengetahui tahapan perkembangan social emosional anak.
5. Untuk mengetahui faktor perkembangan social emosional anak.
6. Untuk mengetahui prinsip perkembangan social emosional anak.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sosial Emosional Anak

Perkembangan social merupakan suatu proses pembentukan social self (pribadi dalam
masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa, dan seterusnya (Muhidin 1999),
sedangkan harlock (1978) menyatakan bahwa perkembangan social merupakan perolehan
kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntunan social. Sementara ahli yang lain
menyatakan bahwa perkembangan social merupakan suatu proses di mana individu/anak melatih
kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan social, terutama tekanan-tekanan dan tuntutan
kehidupan kelompoknya serta belajar gaul dengan bertingkah laku, seperti anak lain dalam
lingkungan sosialnya. (Loree,1970).

Secara singkat dapat dikatan bahwa perkembangan social anak adalah suatu proses
kehidupan anak untuk berperilaku sesuai dengan norma atau aturan dalam lingkungan kehidupan
anak.

Lebih lanjut dikatan bahwa perkembangan sosioemosional meliputi perkembangan dalam


hal emosi, kepribadian, dan hubungan interpersonal (Papalia, 2004). Pada tahap awal masa
kanak-kanak, perkembangan social emosional berkisar tentang proses sosialisasi, yaitu proses
ketika anak mempelajari nilai-nilai dan perilaku yang diterima dari masyarakat (Dodge, 2001).

B. Karakteristik Perkembangan Sosial Emosional

Emosi pada masa awal kanak-kanak sangat kuat. Pada masa ini merupakan saat ketidak
seimbangan dimana anak mudah terbawa emosi sehingga sulit dibimbing dan diarahkan.
Menurut Hurlock (1978) Perkembangan emosi mencolok pada anak usia 2,5-3,5 tahun dan 5,5-
6,5 tahun.

a) . Ciri utama reaksi emosi pada anak


1. Reaksi emosi anak sangat kuat
Anak akan memperlihatkan reaksi emosi yang sangat kuat dalam menghadapi setiap
peristiwa, baik yang sederhana maupun yang berat. Bagi anak semua peristiwa adalah
menarik dan menabjukkan. Berarti bagi anak semua peristiwa memiliki nilai sangat berarti.
Makin bertambah usia anak, akan makin bertambah matangnya emosi anak maka anak
akan semakin terampil dalam memilah dan memilih kabar keterlibatan emosionalnya.
2. Reaksi emosi seingkali muncul pada setiap peristiwa dengan cara di inginkan.
Kita sering melihat anak tiba-tiba menangis tanpa sebab yang jelas, hal itu dikarenakan ia
memang menginginkannya. Bagi anak usia 4 atau 5 tahun hal ini tidak dapat diterima
dilingkungannya. Semakin emosi anak berkembang menuju kematangannya, mereka akan
belajar mengontrol diri dan memperlihatkan reaski emosi dengan cara yang dapat di terima
di lingkunganya.
3. Reaksi emosi anak mudah berubah dari satu kondisi ke kondisi yang lain.
Bagi seorang anak sangat mungkin saat ini ia menangis dengan keras. Namun ketika
ibunya mengalihkan perhatiannya pada benda yang disukainya ia dapat langsung berhenti
menangis dan melupakan kejadian yang baru saja membuatnya marah dan kecewa.
Artinya, reaksi emosi dan mudah teralihkan dan mudah berganti dari satu kondisi ke
kondisi lainnya.
4. Reaksi emosi bersifat individual
Artinya sekalipun peristiwa pencetus emosi adalah sama, namun reaksi setiap orang akan
berbeda dalam menyikapnya. Hal ini disebabkan oleh pengalaman yang diberikan dari
lingkungan setiap individu membuat reaksi emosi yang diperlihatkan berbeda-beda.
5. Keadaan emosi anak dapat dikenali melalui gejala tingkah laku yang di tampilkan.
Pada dasarnya semua anak lebih mudah mengekspresikan emosinya melalui sikap dan
perilaku, dibandingkan mengungkapkannya secara verbal. Hal ini juga tampak pada anak
yang mengalami hambatan dalam mengekspresikan emosinya secara terbuka. Mereka
biasanya memperlihatkan gejala tingkah laku seperti melamun, gelisah, mengisap jari,
menggigit kuku, kesulitan bicara atau (stuttering).
C. Tahapan tugas perkembangan social emosional anak
Tugas perkembangan social emosional anak usia 3-5 tahun sebagaimana yang
diungkapkann dalam buku kelas yang berpusat pada anak (cri:2000) sebagai berikut:
1. Anak usia 3 tahun diharapkan dapat:
a. Memilih teman bermain.
b. Memulai interaksi social dengan anak lain.
c. Berbagi mainan, bahan ajar atau makanan.
d. Memintga izin untuk memakai benda orang lain.
e. Mengekspresikan sejumlah emosi melalui tindakan kata-kata atau ekspresi wajah.
2. Anak usia 3 tahun 6 bulan diharapkan dapat:
a. Menunggu atau menunda keinginan selama 5 menit.
b. Menikmati kedekatan sementara dengan salah satu teman bermain
3. Anak usia 4 tahun diharapkan dapat :
a. Menunjukkan kebanggaan terhadap keberhasilan.
b. Membuat sesuatu karena imajinasi yang dominan
c. Memecahkan masalah dengan teman melalui proses penggantian, persuasi, dan negosiasi

4. Anak usia 4 tahun, 6 bulan diharapkan dapat:


a. Menunjukkan rasa percaya diri dalam mengerjakan tugas
b. Menceritakan kejadian atau pengalaman yang baru berlalu
c. Lebih menyukai teman sebaya dibandingkan orang dewasa
d. Menyataan alasan untuk perasaan orang lain
e. Menggunakan barang-barang milik orang lain dengan hati-hati
f. Menghentikan perilaku yang tidak pantas karena 1 kali teguran
5. Anak usia 5 tahun diharapkan dapat
a. Memiliki beberapa kawan, mungkin 1 sahabat
b. Memuai, memberi semangat atau menolong anak lain
6. Anak usia 5 tahun 6 bulan diharapkan dapat:
a. Mencari kemandirian lebih banyak
b. Sering kali puas, menikmati hubungan dengan anak lain meski pada saat kris muncul
c. Menyatakn pertanyaan-pertanyaan positif mengenai keunikan dan keterampilan
d. Berteman secara mandiri
D. Tahapan Perkembangan Sosial Emosional
Tahapan perkembangan social emosional menurut Erikosan
Tahap 1. Trust vs Misturst (percaya vs tidak percaya)
Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan
Tingkat pertama teori perkembangan psikososial Erikson terjadi antaran kelahiran sampai
usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup.
Oleh karena bayi sangat bergantung perkembangan kepercayaandidasarkan pada
ketergantungan dan kualitas dari pengasuh kepada anak.Jika anak berhasil membangun
kepercayaan, dia akan merasa selamat danaman dalam dunia. Pengasuh yang tidak
konsisten, tidak tersedia secaraemosional, atau menolak, dapat mendorong perasaan tidak
percaya diri pada anak yang di asuh. Kegagalan dalam mengembangkan kepercayaanakan
menghasilkan ketakutan dan kepercayaan bahwa dunia tidakkonsisten dan tidak dapat di
tebak.
Tahap 2. Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt)
Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun
Tingkat ke dua dari teori perkembangan psikososial Erikson ini terjadiselama masa awal
kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besardari pengendalian diri.Seperti Freud,
Erikson percaya bahwa latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting sekali
dalam proses ini. Tetapi, alasan Erikson cukup berbeda dari Freud. Erikson percaya
bahwa belajar untuk mengontrolfungsi tubuh seseorang akan membawa kepada perasaan
mengendalikandan kemandirian.Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan
pengendalian lebihyakni atas pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan juga
pemilihan pakaian.Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan
percayadiri, sementara yang tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-
raguterhadap diri sendiri.
Tahap 3. Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt).
Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun.
Selama masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dankontrolnya akan dunia
melalui permainan langsung dan interaksi sosiallainnya. Mereka lebih tertantang karena
menghadapi dunia sosial yanglebih luas, maka dituntut perilaku aktif dan bertujuan.·
Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalammemimpin orang
lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa.· Mereka yang gagal
mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan ragu-ragu, dan kurang
inisiatif. Perasaan bersalah yangtidak menyenangkan dapat muncul apabila anak tidak
diberi kepercayaandan dibuat merasa sangat cemas. Erikson yakin bahwa kebanyakan
rasa bersalah dapat digantikan dengancepat oleh rasa berhasil.
Tahap 4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri).
Terjadi pada usia 6 s/d pubertas.
Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan banggaterhadap
keberhasilan dan kemampuan mereka. Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua
dan guru membangun peasaan kompeten dan percaya dengan ketrampilan yang
dimilikinya. Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orangtua,
guru, atau teman sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil. Prakarsa
yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibatdengan pengalaman-
pengalaman baru. Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak,
merekamengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan danketerampilan
intelektual. Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasaradalah
berkembangnya rasa rendah diri,perasaan tidak berkompeten dantidak produktif. Erikson
yakin bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak-
anak.
E. Faktor Perkembangan Sosial Emosional
Perkembangan emosional anak tidak selamanya stabil. Banyakfaktor yang mempengaruhi
stabilitas emosi dan kesanggupan sosial anak, baik yang berasal dari anak itu sendiri
maupun berasal dari luar dirinya.Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan
emosi anak.
a. Keadaan di dalam individu
Keadaan individu seperti usia, keadaan fisik, intelegensi, peran seks dan lain-lain
(Harlock, 1980) dapat mempengaruhi perkembangan individu. Hal yang cukup menonjol
terutama berupacacat tubuh atau apapun yang dianggap oleh diri anak sebagaikekurangan
akan sangat mempengaruhi perkembangan emosinya.
b.Konflik-konflik dalam proses perkembangan
Di dalam menjalani fase-fase perkembangan, tiap anakharus melalui beberapa macam
konflik yang pada umumnya dapatdilalui dengan sukses, tetapi ada juga anak yang
mengalamigangguan atau hambatan dalam menghadapi konflik-konflik ini. Anak yang
tidak dapat mengatasi konflik-konflik tersebut biasanyamengalami gangguan emosi.
c. Sebab-sebab yang bersumber dari lingkungan
Anak-anak hidup dalam 3 macam lingkungan yangmempengaruhi perkembangan
emosinya dan kepribadiannya.Ketiga faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan
tersebutadalah :
1. Lingkungan keluarga
Keluarga sangat berperan dalam menanamkan dasar-dasar pengalaman emosi. Jika secara
umum ekspresi emosi cenderungditolak oleh lingkungan keluarga maka hal tersebut
memberiisyarat bahwa emotional security yang ia dapatkan dari keluargakurang
memadai. Dalam kondisi seperti ini anak mudah marah,cepat menangis, dsb, sehingga ia
sukar bergaul. Gaya pengasuhanyang diperoleh anak dari keluarga akan sangat
berpengaruhterhadap perkembangan emosi anak.
2. Lingkungan sekitarnya
Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi emosi anak antaralain
a) Daerah yang terlalu padat
b) Daerah yang memiliki angka kejahatan tinggi
c) Kurangnya fasilitas rekreasi
d) Tidak adanya aktivitas-aktivitas yang diorganisasi dengan baikuntuk anak.
3) Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah yang dapat menimbulkan gangguanemosi dan menyebabkan terjadinya
tingkah laku pada anak antaralain :
a) Hubungan yang kurang harmonis antara anak dan guru
b) Hubungan yang kurang harmonis dengan teman-teman

Sedangkan perkembangan sosial anak dapat dipengaruhioleh faktor-faktor berikut.


1. lingkungan keluarga
Di antara faktor yang terkait dengan lingkungan keluargadan banyak berpengaruh
terhadap perkembangan sosial anakadalah :
a) Status sosial ekonomi keluarga
b) Keutuhan keluarga
c) Sikap dan kebiasaan orang tua
2) faktor dari luar rumah
Jika hubungan mereka dengan teman sebaya dan orangdewasa di luar rumah
menyenangkan, mereka akan menikmatihubungan sosial tersebut dan ingin
mengulanginya. Demikian pula hal yang sebaliknya.
3) faktor pengaruh pengalaman sosial awal
Pengalaman sosial awal sangat menentukan perilakukepribadian selanjutnya.

F. Prinsip Perkembangan Sosial Emosional


Pembelajaran yang berbasis Developmentally Appropriate Practice
(DAP) memiliki beberapa prinsip yang dapat digunakan dalam usaha untuk pengembangan anak,
ternasuk dalam pengembangan sosioemosional anak.Prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
a. Semua aspek perkembangan pada anak saling terkait.
Perkembangan dalam satu aspek dapat membatasi , memudahkanatau melancarkan
perkembangan kemampuan yang lainnya. Contoh :keterampilan bahasa anak akan
mempengaruhi kemampuannya dalammelakukan hubungan sosial.
b. Perkembangan terjadi dalam urutan yang relatif teratur
Urutan pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada anak dapat diprediksikan
c. Perkembangan berlangsung secara bervariasi
Tiap anak memiliki variasi perkembangan yang berbedadibandingkan dengan anak lain.
Setiap anak adalah pribadi yang unikdalam temperamen, gaya belajar, serta latar belakang
keluarga. Setiapanak mempunyai keunggulan, kebutuhan dan minat yang berbeda-beda.
d. Pengalaman awal anak sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak
Pengalaman awal baik positif maupun negatif bersifat kumulatifyang berarti jika
pengalaman tersebut terjadi sewaktu-waktu maka pengaruhnya terhadap perkembangan anak
akan kecil, tetapi jika pengalaman positif dan negatif sering terjadi, maka pengaruhnya akan
kuat.
e. Perkembangan mengarah ke hal yang lebih kompleks
Belajar selama usia dini dari pengetahuan behavioral menuju pengetahuan simbolik.
Program belajar yang berorientasi pada perkembangan anak memberikan kesempatan pada
anak untukmemperluas dan memperdalam pengetahuan perilakuknya denganmemberi
pengalaman langsung dan membantu mereka memperolehpengetahuan simbolik dengan
menampilkan pengalamannya melalui berbagaimedia, seperti menggambar, melukis,
menyusun model, dsb.
f. Perkembangan anak dipengaruhi oleh berbagai erkonteks
Konteks sosial budaya, keluarga, latar belakang pendidikan, danlain sebagainya
mempunyai dampak terhadap perkembangan anak.
g. Anak-anak adalah pelajar yang aktif
Pengalaman belajar anak diperoleh dari lingkungan fisik dansosial, yang secara
kultural diterjemahkan untuk membangun pengetahuannya tentang lingkungan dan sekitarnya.
Anak anak memberikan kontribusi terhadap perkembangannya sendiri, dan belajar dari
pengalamannya yang diperoleh di dalam keluarga, lembaga pendidikan maupun masyarakat.
h. Perkembangan adalah hasil interaksi kematangan biologis danlingkungan.
Kehidupan manusia adalah hasil dari pembawaan dan lingkunganyang saling
berhubungan.
i. Bermain adalah wahana penting bagi perkembangan anak
Perkembangan sosial, emosi dan kognitif anak dapat dilakukanmelalui kegiatan
bermain. Bermain merupakan refleksi dari perkembangan anak. Mengingat perkembangan anak
adalah hasil dari proses interaktifyang diperoleh dari bermain.
j. Perkembangan anak akan meningkat jika diberi kesempatan
Perkembangan anak akan meningkat jika mereka diberikesempatan untuk mempratikkan
keterampilan baru yang diperolehnyadan jika mereka diberi tantangan.
k. Tiap anak mempunyai cara yang berbeda untuk memperoleh pengetahuan/keterampilan
Anak-anak mempunyai cara untuk memperoleh pengetahuan atauketerampilan yang
berbeda-beda. Begitu pula, cara mereka untukmenampilkan kemampuan yang telah
diperolehnyaakan berbeda pula.
l. Pelayanan komprehensif
Pendidik/guru harus dapat memberikan pelayanan secara komprehensif kepada anak,
seperti layanan kesehatan fisik, gizi, mental dan sosial.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan sosial adalah proses kemampuan belajar dan tingkah laku yang
berhubungan dengan individu untuk hidup sebagai bagian dari kelompoknya. Di dalam
perkembangan sosial, anak dituntut untuk memiliki kemampuan yang sesuai dengan tuntutan
sosial di mana mereka berada. Tuntutan sosial yang dimaksud adalah anak dapat bersosialisasi
dengan baik sesuai dengan tahap perkembangan dan usianya, dan cenderung menjadi anakyang
mudah bergaul. Emosi pada masa awal kanak-kanak sangat kuat. Pada masa ini merupakan saat
ketidak seimbangan dimana anak mudah terbawa emosi sehingga sulit dibimbing dan
diarahkan. Perkembangan emosional anak tidak selamanya stabil. Banyak faktor yang
mempengaruhi stabilitas emosi dan kesanggupan sosial anak, baik yang berasal dari anak itu
sendiri maupun berasal dari luar dirinya.
B. Saran
Sebagai pendidik kita harus mengerti tahapan perkembanagan emosi anak sehingga
mampu mengarahkan ke hal yang lebih positif sesuai tahap karakteristik perkembangan emosi
anak.
DAFTAR PUSTAKA
Hildayani, Rini. 2010. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : Universitas Terbuka.
Siti Aisyah. (2008). Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini.
Jakarta : Universitas Terbuka.
Ali Nugraha dan Yeni Rachmawati. (2004). Metode Pengembangan Sosial Emosional.
Jakarta : Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai