Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH AIK III : KEMUHAMMADIYAAN

MAKNA SYAHADATAIN

DISUSUN OLEH

AULIA MUTIARA INDAH

NIM 732086206008

FARHANUDDIN THALIB

NIM 732086206018

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ENREKANG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyusun Tugas AIK ini dengan
baik serta tepat waktu. Seperti yang sudah kita tahu “Makna Syahadatain” itu sangat
berarti untuk kita selaku umat muslim. Semuanya akan dibahas secara tuntas dalam
makalah ini.

Makalah ini saya buat untuk memberikan dari makna syahadatain tersendiri.
Kami menyadari bahwasanya masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.

Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat saya
harapkan guna kesempurnaan makalah ini. Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak
ABRAR USMAN, S.Pd., M.Pd selaku Dosen AIK III Kemuhammadiyahan. Tak lupa
juga, Saya ucapkan terimakasih kepada pihak yang turut serta membantu dalam
penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua
pembaca. Atas perhatian serta waktunya, saya sampaikan banyak terima kasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..............ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………...............1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………................1


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………...1

1.3 Tujuan……..…………………………………………………………...………..……..1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………2

2.1 Pengertian Syahadatain………………………………………………………………...2


2.2 Rukun Syahadatain…………………………………………………………………….2
2.3 Syarat – Syarat Syahadatain……………………………………………………………3
2.4 Makna Syahadatain…………………………………………………………………….4

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………6

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………….6
3.2 Saran…………………………………………………………………………………...6

DAFTAR PUSTAK……………..……………………………………………………………..7

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kalimat syahadatain adalah kalimat yang tidak asing lagi bagi umat Islam. Kita
senantiasa menyebutnya setiap hari, misalnya ketika shalat dan adzan. Kalimat syahadatain
sering diucapkan oleh umat Islam dalam berbagai keadaan. Kita menghafal kalimat syahadat
dan dapat menyebutnya dengan fasih. Namun, demikian sejauh manakah makna kalimat ini
dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari kaum Islam? Makalah ini dibuat agar
pembaca dapat memahami lebih dalam Makna dari Syahadatain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Syahadatain?
2. Apa saja Rukun Syahadatain?
3. Apa Saja Syarat – Syarat Syahadat?
4. Apa Makna dari Syahadatain?

1.3 Tujuan

1. Untuk memahami penjelasan dari Syahadatain


2. Mengetahui Rukun Syahadat
3. Memahami Syarat – Syarat Syahadatain
4. Mengetahui dan Mengamalkan Makna Syahadatain

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penjelasan Syahadatain


Syahadatain atau dua kalimah syahadat merupakan kalimat yang utama dan pertama
yang harus diucapkan dan dipahami apabila seseorang masuk Islam dan bagi seluruh
umat Islam pada umumnya. Syahadatain ini mengandung dua pengertian yang sangat
mendasar yaitu bahwa tiada Ilah selain Allah dan Muhammad SAW adalah Rasulullah.

Bagi seseorang yang mengucapkan kalimah syahadat ini ada 3 syarat yang diperlukan
agar syahadatnya diterima oleh Allah SWT yaitu : mengetahui ma’nanya dengan benar,
membenarkan dengan sungguh-sungguh di hati (tashdiq), dan ikhlas yakni mengerti apa
yang dia persaksikan dengan benar. Allah berfirman di dalam Al Qur’an :

‫ك َولِ ْل ُمْؤ ِمنِي َْن‬ َ ِ‫فَا ْعلَ ْم اَنَّ ٗه ٓاَل اِ ٰلهَ اِاَّل هّٰللا ُ َوا ْستَ ْغفِرْ لِ َذ ۢ ْنب‬
‫ت َوهّٰللا ُ يَ ْعلَ ُم ُمتَقَلَّبَ ُك ْم َو َم ْث ٰوى ُك ْم‬
ِ ۚ ‫ࣖ َو ْال ُمْؤ ِم ٰن‬
" Maka ketahuilah, bahwa tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah dan
mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan
perempuan. Dan Allah mengetahui tempat usaha dan tempat tinggalmu." (QS.
Muhammad(47): 19)

Dua kalimat syahadat ini merupakan satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan. Ini
berarti bahwa apabila seseorang bersaksi tiadak ada Tuhan selain Allah maka ia juga
harus mempercayai bahwa Muhammad SAW adalah pembawa risalah yang harus
diikuti.

2.2 Rukun Syahadatain

1. Rukun “Laa ilaaha illallah”

Laa ilaaha illallah mempunyai dua rukun, yaitu:

• An - Nafyu atau peniadaan: “Laa ilaha” membatalkan syirik dengan segala


bentuknya dan kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Allah.
• Al-Itsbat (penetapan): “illallah” menetapkan bahwa tidak ada yang berhak
disembah kecuali Allah dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan
konsekuensinya.
2
Makna dua rukun ini banyak disebut dalam ayat Al-Qur’an, seperti firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Nabi Ibrahim alaihis salam : “Artinya :
Sesungguhnya aku berlepas diri terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku
menyembah) Tuhan yang menjadikanku …”. [Az-Zukhruf: 26-27] Firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala , “Sesungguhnya aku berlepas diri” ini adalah makna nafyu
(peniadaan) dalam rukun pertama. Sedangkan perkataan, “Tetapi (aku menyembah)
Tuhan yang menjadikanku”, adalah makna itsbat (penetapan) pada rukun kedua.

2. Rukun Syahadat “Muhammad Rasulullah”

Syahadat ini juga mempunyai dua rukun, yaitu kalimat “‘abduhu wa rasuluh ”
hamba dan utusanNya). Dua rukun ini menafikan ifrath (berlebih-lebihan) dan tafrith
(meremehkan) pada hak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau adalah
hamba dan rasulNya. Beliau adalah makhluk yang paling sempurna dalam dua sifat
yang mulia ini, di sini artinya hamba yang menyembah. Maksudnya, beliau adalah
manusia yang diciptakan dari bahan yang sama dengan bahan ciptaan manusia
lainnya. Juga berlaku atasnya apa yang berlaku atas orang lain. Sedangkan rasul
artinya, orang yang diutus kepada seluruh manusia dengan misi dakwah kepada Allah.

2.3 Syarat – Syarat Syahadatain

1. Syarat-syarat “Laa ilaha illallah” Bersaksi dengan laa ilaaha illallah harus dengan
tujuh syarat. Tanpa syarat-syarat itu syahadat tidak akan bermanfaat bagi yang
mengucapkannya. Secara global tujuh syarat itu adalah:

• ‘Ilmu, yang menafikan jahl (kebodohan).


• Yaqin (yakin), yang menafikan syak (keraguan).
• Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan).
• Inqiyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan).
• Ikhlash, yang menafikan syirik.
• Shidq (jujur), yang menafikan kadzib (dusta).
• Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdha’ (kebencian).

3
2. Syarat Syahadat “Anna Muhammadan Rasulullah” yaitu:

• Mengakui kerasulannya dan meyakininya di dalam hati.


• Mengucapkan dan mengikrarkan dengan lisan.
• Mengikutinya dengan mengamalkan ajaran kebenaran yang telah dibawanya
serta meninggalkan kebatilan yang telah dicegahnya.
• Membenarkan segala apa yang dikabarkan dari hal-hal yang gha-ib, baik yang
sudah lewat maupun yang akan datang.
• Mencintainya melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, harta, anak, orangtua
serta seluruh umat manusia.
• Mendahulukan sabdanya atas segala pendapat dan ucapan orang lain serta
mengamalkan sunnahnya.

2.4 Makna Syahadatain

Makna Syahadat “Laa ilaaha illallah” Yaitu beri’tikad dan berikrar bahwasanya tidak
ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala,
menta’ati hal tersebut dan mengamalkannya. La ilaaha menafikan hak penyembahan dari
selain Allah, siapa pun orangnya. Illallah adalah penetapan hak Allah semata untuk
disembah. Jadi makna kalimat ini secara ijmal (global) adalah, “Tidak ada sesembahan
yang hak selain Allah”. Khabar “Laa ” harus ditaqdirkan “bi haqqi” (yang hak), tidak
boleh ditaqdirkan dengan “maujud ” (ada). Karena ini menyalahi kenyataan yang ada,
sebab tuhan yang disembah selain Allah banyak sekali. Hal itu akan berarti bahwa
menyembah tuhan-tuhan tersebut adalah ibadah pula untuk Allah. Ini Tentu kebatilan
yang nyata. Kalimat “Laa ilaaha illallah” telah ditafsiri dengan beberapa penafsiran yang
batil, antara lain:

1) “Laa ilaaha illallah” artinya: “Tidak ada sesembahan kecuali Allah”, Ini adalah batil,
karena maknanya: Sesungguhnya setiap yang disembah, baik yang hak maupun yang
batil, itu adalah Allah.
2) “Laa ilaaha illallah” artinya: “Tidak ada pencipta selain Allah” . Ini adalah sebagian
dari arti kalimat tersebut. Akan tetapi bukan ini yang dimaksud, karena arti ini hanya
mengakui tauhid rububiyah saja, dan itu belum cukup.

4
3) “Laa ilaaha illallah” artinya: “Tidak ada hakim (penentu hukum) selain Allah”. Ini
juga sebagian dari makna kalimat ” “. Tapi bukan itu yang dimaksud, karena makna
tersebut belum cukup Semua tafsiran di atas adalah batil atau kurang. Kami
peringatkan di sini karena tafsir-tafsir itu ada dalam kitab-kitab yang banyak beredar.
Sedangkan tafsir yang benar menurut salaf dan para muhaqqiq (ulama peneliti), tidak
ada sesembahan yang hak selain Allah) seperti tersebut di atas.

Makna Syahadat “Anna Muhammadan Rasulullah” Yaitu mengakui secara lahir batin
bahwa beliau adalah hamba Allah dan RasulNya yang diutus kepada manusia secara
keseluruhan, serta mengamalkan konsekuensinya: mentaati perintahnya, membenarkan
ucapannya, menjauhi larangannya, dan tidak menyembah Allah kecuali dengan apa yang
disyari’atka.

5
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Syahadatain atau dua kalimah syahadat merupakan kalimat yang utama dan
pertama yang harus diucapkan dan dipahami apabila seseorang masuk Islam dan
bagi seluruh umat Islam pada umumnya. Syahadatain ini mengandung dua
pengertian yang sangat mendasar yaitu bahwa tiada Ilah selain Allah dan
Muhammad SAW adalah Rasulullah.
2. Rukun “Laa ilaaha illallah” mempunyai dua rukun, yaitu: An - Nafyu atau
peniadaan dan Al-Itsbat (penetapan). Syahadat ini juga mempunyai dua rukun,
yaitu kalimat “‘abduhu wa rasuluh ” (hamba dan utusanNya).
3. Ada beberapa Syarat – Syarat Syahadat yang wajib kita ketahui.
4. Makna Syahadat “Laa ilaaha illallah” Yaitu beri’tikad dan berikrar bahwasanya
tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali Allah Subhanahu
wa Ta’ala, menta’ati hal tersebut dan mengamalkannya.

3.2 SARAN

1. Seseorang yang bersyahadat harus memiliki pengetahuan tentang syahadatnya. Dia


wajib memahami isi dari dua kalimat yang dia nyatakan itu.
2. Seseorang yang bersyahadat mesti mengetahui dengan sempurna makna dari
syahadat tanpa sedikitpun keraguan terhadap makna tersebut.

6
DAFTAR PUSTAKA

Syaikh Dr. Fauzan, Syalih. Makna Syahadatain, Rukun, Syarat, Konsekuensi Dan Yang
Membatalkannya https://almanhaj.or.id

Adi kusmo, Fajar. Makna Syahadatain https://f-adikusumo.staff.ugm.ac.id

Anda mungkin juga menyukai