Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

KONSEKUENSI SYAHADAT
DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

AL ISLAM

DOSEN PENGAMPU:

ABDUL AZIZ HASAN S.PD.I., M.PD.I.

DISUSUN OLEH:

1. MUHAMMAD FIKRI ALFIAN (20213010082)


2. ERSA ALIFIA PUTRI ALAN (20213010088)
3. OKI PRIYANTO (20213010092)

KELAS :D

PRODI : TEKNOLOGI ELEKTRO-MEDIS

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kami karunia nikmat dan
kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, dan terus dapat menimba ilmu di
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari dosen
mata kuliah Al Islam. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan pada mata kuliah yang sedang dipelajari, agar kami semua menjadi mahasiswa yang
berguna bagi agama, bangsa dan negara. Dengan tersusunnya makalah ini kami menyadari masih
banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, demi kesempurnaan makalah ini kami sangat berharap
perbaikan, kritik dan saran yang sifatnya membangun apabila terdapat kesalahan.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Terima kasih, wassalamu’ alaikum.

Yogyakarta, 18 Mei 2022

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagian kaum muslimin masih belum mengerti makna dan konsekuensi kalimat syahadat,
mereka hanya mengetahui kalimatnya saja dan mereka ucapkan tanpa mengetahui makna yang
terkandung di dalamnya. Dua kalimat syahadat ini adalah kalimat thoyyibah yang mana dalam
kalimat inilah seseorang dikatakan seorang muslim. Rasullah Bersabda “Apabila mereka
mengucapkan (Laa Illaaha Illallah), maka kehormatan dan harta mereka terjaga dariku kecuali
dengan hak nya, dan perhitungan mereka atas Allah Subhanahu Wa Ta’ala”. (Hadis Shahih
diriwayatkan oleh Al-Bukhari (25) dan pada tempat lainnya, dan muslim (22), dan selainnya, dari
Hadis Ibnu Umar Radhiyallahu Anhum).

Namun perlu diketahui pengucapan tanpa keyakinan adalah sia-sia belaka, maka dari itu
pengucapan kalimat syahadat diperlukan pengertahuan dan keyakinan yang kuat bukan hanya
pengucapan saja karena iman adalah di ucapkan oleh lisan, diyakini oleh hati, dan dilaksanakan
oleh anggota tubuh. Seseorang belum dikatakan bberiman jika tidak merealisasikan tiga paket
tersebut. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah 8-10. Artinya “ Di antara manusia
ada yang mengatakan : “ Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian”, padahal mereka itu
sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang
yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedangkan mereka tidak sadar. Dalam
hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih,
disebabkan mereka berdusta”. (QS Al-Baqarah: 8-10)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latarbelakang yang telah kami paparkan di atas dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yang dihadapi sebagai berikut:

1. Apakah defenisi syahadat?


2. Apa saja rukun syahadat?
3. Apa saja syarat-syarat syahadat?
4. Apa saja konsekuensi syahadat?
5. Apa saja hal-hal yang membatalkan syahadat?
6. Apa yang dimaksud rukun iman?
7. Apa saja cabang-cabang iman?
8. Apa saja yang merusak keimanan?
9. Apa yang dimaksud sihir,perdukunan, dan peramalan?
10. Apa saja manfaat dan hikmah iman bagi kehidupan?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui dan memahami defenisi syahadat
2. Untuk mengetahui dan memahami rukun dan syarat syahadat
3. Untuk mengetahui dan memahami konsekuensi syahadat
4. Untuk mengetahui dan memahami hal-hal yang membatalkan syahadat
5. Untuk mengetahui dan memahami hal-hal yang bisa merusak keimanan
6. Untuk mengetahui dan memahami cabang-cabang iman
7. Untuk mengetahui dan memahami manfaat dan hikmah bagi kehidupan
BAB 2
PEMBAHASAN
A. DEFENISI SYAHADAT

Syahadat berasal dari kata syahada – yasyhadu – syuhudan – syahidan, artinya menyaksikan.
Menurut istilah, syahadat artinya penyaksian kesadaran manusia, bahwa di alam raya ini tidak ada
ilah melainkan Allah swt (Abd. Marjie, 2003:125). DR. Shalih (1998) membedakan antara makna
syahadat la ilaha illallah dan syahadat muhammadan Rasulullah.

1. Makna Syahadat “Laa ilaaha illallah”


Yaitu beri’tikad dan berikrar bahwasanya tidak ada yang berhak disembah dan menerima
ibadah kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala, menta’ati hal terse-but dan mengamalkannya. La ilaaha
menafikan hak penyembahan dari selain Allah, siapa pun orangnya. Illallah adalah penetapan hak
Allah semata untuk disembah. Jadi makna kalimat ini secara ijmal (global) adalah, “Tidak ada
sesembahan yang hak selain Allah”. Khabar “Laa ” harus ditaqdirkan “bi haqqi” (yang hak), tidak
boleh ditaqdirkan dengan “maujud ” (ada). Karena ini menyalahi kenyataan yang ada, sebab tuhan
yang disembah selain Allah banyak sekali. Hal itu akan berarti bahwa menyembah tuhan-tuhan
tersebut adalah ibadah pula untuk Allah. Ini Tentu kebatilan yang nyata. Kalimat “Laa ilaaha
illallah” telah ditafsiri dengan beberapa penafsiran yang batil, antara lain:

a) “Laa ilaaha illallah” artinya:


“Tidak ada sesembahan kecuali Allah”, Ini adalah batil, karena maknanya: Sesungguhnya
setiap yang disembah, baik yang hak maupun yang batil, itu adalah Allah.
b) “Laa ilaaha illallah” artinya:
“Tidak ada pencipta selain Allah” . Ini adalah sebagian dari arti kalimat tersebut. Akan
tetapi bukan ini yang dimaksud, karena arti ini hanya mengakui tauhid rububiyah saja, dan
itu belum cukup.
c) “Laa ilaaha illallah” artinya:
“Tidak ada hakim (penentu hukum) selain Allah”. Ini juga sebagian dari makna kalimat ” “.
Tapi bukan itu yang dimaksud, karena makna tersebut belum cukup
Semua tafsiran di atas adalah batil atau kurang. Kami peringatkan di sini karena tafsir-tafsir itu
ada dalam kitab-kitab yang banyak beredar. Sedangkan tafsir yang benar menurut salaf dan para
muhaqqiq (ulama peneliti, tidak ada sesembahan yang hak selain Allah) seperti tersebut di atas.
2. Makna Syahadat “Anna Muhammadan Rasulullah”
Yaitu mengakui secara lahir batin bahwa beliau adalah hamba Allah dan RasulNya yang diutus
kepada manusia secara keseluruhan, serta mengamalkan konsekuensinya: menta’ati
perintahnya, membenarkan ucapannya, menjauhi larangannya, dan tidak menyembah Allah
kecuali dengan apa yang disyari’atkan.

B. RUKUN SYAHADAT
1. Rukun “Laa ilaaha illallah”
Laa ilaaha illallah mempunyai dua rukun :
a) An-Nafyu atau peniadaan: “Laa ilaha” membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan
mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Allah.
b) Al-Itsbat (penetapan): “illallah” menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali
Allah dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan konsekuensinya.
Makna dua rukun ini banyak disebut dalam ayat Al-Qur’an, seperti firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala Artinya : Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beri-man kepada
Allah, makasesungguhnya ia telah berpegang kepa-da buhul tali yang amat kuat …” (Al
Baqarah : 256)
2. Rukun “Muhammad Rasulullah”
Syahadat ini juga mempunyai dua rukun, yaitu kalimat “‘abduhu wa rasuluh ” (hamba dan
utusanNya). Dua rukun ini menafikan ifrath (berlebih-lebihan) dan tafrith (meremehkan) pada hak
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau adalah hamba dan rasulNya. Beliau adalah
makhluk yang paling sempurna dalam dua sifat yang mulia ini, Sebagaimana firman Allah SWT
dalam QS. Al Kafi : 110. Artinya : Katakanlah : Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti
kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang
Esa”. barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan
perbuatan yang baik dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Tuhannya”. (QS. Al-Kahfi : 110)

Syaikh Muhammad bin Shalih A1 Utsaimin menjelaskan: Dalam ayat di atas Allah
memerintahkan NabiNya untuk mengumumkan kepada manusia bahwa saya hanyalah seorang
hamba sama dengan kalian, bukan Rabb (Tuhan). Sebagaimana tertulis dalam hadist yang artinya
“Saya hanya seorang hamba, maka katakanlah hamba Allah dan RasulNya”. (HR. Al-Bukhari dan
Muslim). Benarkah Hanya Mengucapkan Syahadat Masuk Surga? Islam tidak hanya mengucapkan
dua kalimat syahadat saja, akan tetapi wajib mengimplementasikan syarat-sayarat yang tercakup
dalam dua kalimat syahadat tersebut sehingga seseorang yang mengucapkan dua kalimat tersebut
menjadi muslim yang sejati. Rukun Islam itu meliputi keyakinan, ucapan, dan perbuatan.

Dari Ubadah bin Shamit radhiallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


“Barangsiapa yang bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah dan tidak
ada sekutu bagi-Nya, juga bersaksi bahwasanya Muhammad adalah utusan-Nya, dan bahwasanya
Isa adalah hamba Allah dan anak dari budak wanita-Nya serta kalimat-Nya yang ia sampaikan
kepada Maryam dan ruh dari-Nya. Bersaksi bahwa surga dan neraka benar adanya. Allah akan
masukkan ke dalam surga lewat pintu surga yang delapan sekehendaknya.” (HR. Bukhari, no. 3252
dan Muslim, no. 28)

C. SYARAT-SYARAT SYAHADAT
1. Syarat-syarat “Laa ilaha illallah”
Bersaksi dengan laa ilaaha illallah harus dengan tujuh syarat. Tanpa syarat-syarat itu syahadat
tidak akan bermanfaat bagi yang mengucapkannya. Adapun syarat-syarat tersebut adalah:

a. ‘Ilmu, yang menafikan jahl (kebodohan).


‘Ilmu (Mengetahui) artinya memahami makna dan maksudnya. Mengetahui apa yang
ditiadakan dan apa yang ditetapkan, yang menafikan ketidaktahuannya dengan hal tersebut.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Artinya : Akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa`at ialah) orang yang mengakui yang
hak (tauhid) dan mereka meyakini (nya). (Az-Zukhruf : 86)
Maksudnya orang yang bersaksi dengan laa ilaaha illallah, dan memahami dengan hatinya
apa yang diikrarkan oleh lisannya. Seandainya ia mengucapkannya, tetapi tidak mengerti
apa maknanya, maka persaksian itu tidak sah dan tidak berguna.
b. Yaqin (yakin), yang menafikan syak (keraguan).
Yaqin (yakin) artinya orang yang mengikrarkannya harus meyakini kandungan syahadat itu.
Manakala ia meragukannya maka sia-sia belaka persaksian itu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu …” (Al-Hujurat : 15)
Kalau ia ragu maka ia menjadi munafik. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Artinya : Siapa yang engkau temui di balik tembok (kebon) ini, yang menyaksikan bahwa
tiada ilah selain Allah dengan hati yang meyakininya, maka berilah kabar gembira dengan
(balasan) Surga.” (HR. Al-Bukhari)
Maka siapa yang hatinya tidak meyakininya, ia tidak berhak masuk Surga.
c. Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan).
Qabul (menerima) artinya menerima kandungan dan konsekuensi dari syahadat; menyem-
bah Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selainNya.
Siapa yang mengucapkan, tetapi tidak menerima dan menta’ati, maka ia termasuk orang-
orang yang difirmankan Allah:
Artinya : Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: ‘Laa ilaaha
illallah’ (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan
diri. dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-
sembahan kami karena seorang penyair gila?” (Ash-Shafat: 35-36)
Ini seperti halnya penyembah kuburan dewasa ini. Mereka mengikrarkan laa ilaaha illallah,
tetapi tidak mau meninggalkan penyembahan terhadap kuburan. Dengan demikian berarti
mereka belum menerima makna laa ilaaha illallah.
d. Inqiyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan).
Inqiyaad artinya tunduk dan patuh dengan kandungan Makna Syahadat). Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman: Artinya “Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah,
sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada
buhul tali yang kokoh.” (Luqman : 22)
Al-‘Urwatul-wutsqa adalah laa ilaaha illallah. Dan makna yuslim wajhahu adalah yanqadu
(patuh, pasrah).
e. Shidq (jujur), yang menafikan kadzib (dusta).
Shidq (jujur) yaitu mengucapkan kalimat ini dan hatinya juga membenarkan-nya. Manakala
lisannya mengucapkan, tetapi hatinya mendustakan, maka ia adalah munafik dan pendusta.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: Artinya “Diantara manusia ada yang mengatakan:
‘Kami beriman kepa-da Allah dan Hari kemudian’, padahal mereka itu sesungguhnya bukan
orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman,
pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati
mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih,
disebabkan mereka berdusta.” (Al Baqarah: 8-10)
f. Ikhlash, yang menafikan syirik.
Ikhlas yaitu membersihkan amal dari segala debu-debu syirik, dengan jalan tidak
mengucapkannya karena mengingkari isi dunia, riya’ atau sum’ah. Dalam hadits ‘Itban,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Artinya “Sesungguhnya Allah
mengharamkan atas Neraka orang yang mengucapkan laa ilaaha illalah karena
menginginkan ridha Allah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
g. Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdha’ (kebencian).
Mahabbah (Kecintaan) maksudnya mencintai kalimat ini serta isinya, juga mencintai orang-
orang yang mengamalkan konsekuensinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Artinya :“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-
orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165) Maka ahli tauhid
mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih. Sedangkan ahli syirik mencintai Allah dan
mencintai yang lainnya. Hal ini sangat bertentangan dengan isi kandungan laa ilaaha
illallah.
2. Syarat Syahadat “Anna Muhammadan Rasulullah”
a. Mengakui kerasulannya dan meyakininya di dalam hati.
b. Mengucapkan dan mengikrarkan dengan lisan.
c. Mengikutinya dengan mengamalkan ajaran kebenaran yang telah dibawanya serta
meninggalkan kebatilan yang telah dicegahnya.
d. Membenarkan segala apa yang dikabarkan dari hal-hal yang ghaib, baik yang sudah lewat
maupun yang akan datang.
e. Mencintainya melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, harta, anak, orangtua serta seluruh
umat manusia.
f. Mendahulukan sabdanya atas segala pendapat dan ucapan orang lain serta mengamalkan
sunnahnya.

D. KONSEKUENSI SYAHADAT

a) Konsekuensi “Laa ilaha illallah”


Yaitu meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari segala ma-cam yang dipertuhankan
sebagai keharusan dari peniadaan laa ilaaha illallah. Dan beribadah kepada Allah semata tanpa
syirik sedikit pun, sebagai keharusan dari penetapan illallah. Banyak orang yang mengikrarkan
tetapi melanggar konsekuensinya. Sehingga mereka menetapkan ketuhanan yang sudah
dinafikan, baik berupa para makhluk, kuburan, pepohonan, bebatuan serta para thaghut lainnya.
Mereka berkeyakinan bahwa tauhid adalah bid’ah. Mereka menolak para da’i yang mengajak
kepada tauhid dan mencela orang yang beribadah hanya kepada Allah semata.
b) Konsekuensi Syahadat “Muhammad Rasulullah”
Yaitu mentaatinya, membenarkannya, meninggalkan apa yang dilarangnya,
mencukupkan diri dengan mengamalkan sunnahnya, dan meninggalkan yang lain dari hal-hal
bid’ah dan muhdatsat (baru), serta mendahulukan sabdanya di atas segala pendapat orang.

E. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN SYAHADAT


1) Menyekutukan Allah (syirik).
Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya” (An-
Nisaa’: 48) Orang yang membuat perantara antara dirinya dengan Allah, yaitu dengan berdo’a,
memohon syafa’at, serta bertawakkal kepada mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Katakanlah: ‘Panggillah mereka yang kamu anggap (sekutu) selain Allah, maka tidaklah
mereka memiliki kekuasaan untuk menghilangkan bahaya darimu dan tidak pula dapat
memindahkannya.’ Yang mereka seru itu mencari sendiri jalan yang lebih dekat menuju Rabb-
nya, dan mereka mengharapkan rahmat serta takut akan adzab-Nya. Sesungguhnya adzab Rabb-
mu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti.” (Al-Israa’: 56-57)
2) Tidak mengkafirkan orang-orang musyrik, atau meragukan kekafiran mereka, atau
membenarkan pendapat mereka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah
hanyalah Islam” (Ali ‘Imran: 19)
3) Meyakini adanya petunjuk yang lebih sempurna dari Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
Allah Ta’ala berfirman:
“Apakah hukum Jahiliyyah yang mereka kehendaki? Dan (hukum) siapakah yang lebih
daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (Al Maaidah : 50)
4) Tidak senang dan membenci hal-hal yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, meskipun ia melaksanakannya, maka ia telah kafir.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang kafir, maka kecelakaanlah bagi
mereka dan Allah menghapus amal-amal mereka. Yang demikian itu adalah karena
sesungguhnya mereka benci kepada apa yang di-turunkan Allah (Al-Qur-an), lalu Allah
menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.” (Muhammad: 8-9)
5) Menghina Islam
Allah Ta’ala berfirman: “ Katakanlah: ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya
kamu selalu berolok-olok?’ Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.
Jika Kami memaafkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan
mengadzab golongan (yang lain) di sebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat
dosa.” (At-Taubah: 65-66)

F. RUKUN IMAN
Rukun iman dapat diartikan sebagai pilar keyakinan, yakni pilar-pilar keyakinan seorang
muslim, dalam hal-hal ini terdapat enam pilar keyakinanatau rukun iman dalam ajaran islam
yaitu :
>Iman kepada Allah SWT
Patuh dan taat kepada ajaran Allah dan hukum-hukum-Nya.
>Iman kepada malaikat (makhluk ghaib)
Mengetahui dan percaya akan keberadaan kekuasaan dan kebesaran Allah si alam semesta.
>Iman kepada kitab-kitab Allah SWT
- Melaksanakan ajaran Allah dalam kitab-kitab-Nya secara hanif. Salah satu kitab Allah adalah
Al-Qur’an.
- Al-Qur’an memuat tiga kitab Allah sebelumnya, yaitu kitab-kitab zabur, taurat, dan injil.
> Iman kepada Rasul-rasul Allah SWT.
- Mencontoh perjuangan para Nabi dan Rasul dalam menyebarkan dan menjalankan kebenaran
yang disertai kesabaran.
>Iman kepada hari akhir
- Paham bahwa setiap perbuatan aka nada pembalasan.
> Iman kepada Qada dan Qadar
- Paham pada keputusan serta kepastian yang ditentukan Allah pada alam semesta.

G. CABANG-CABANG IMAN

1. Beriman kepada Allah SWT.


Pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-
benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaan-Nya, kemudian pengakuan itu
di ikrarkan dengan lisan,serta di buktikan dengan amal perbuatan secara nyata.Ada 4 hal
yang meliputi iman kepada Allah, diantaranya:

a) Mengimani Wujudiyah (keberadaan) Allah Yaitu meyakini keberadaan Allah maka hal
tersebut ditunjukan banyak dalil, baik secara fitrah, akal, nash(syar’i), maupun dalil-dalil dari
panca indera.
b) Mengimani Rububiyah Allah Yaitu meyakini bahwa Allah lah satu-satunya Tuhan, tidak ada
sekutu bagiNya.
c) Mengimani keuluhiyahan Allah Yaitu meyakini bahwasannya hanya Dia saja satu-satunya
sesembah yang berhak disembah dan tidak ada sekutu baginya.
d) Asma’ wasiat Yaitu menetapkan nama atau sifat yang telah Allah tetapkan bagi diriNya dalam
kitabNya atau dalam sunnah rasulNya sesuai apa yang disampaikan. Beriman kepada Allah adalah
kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang.
2. Beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya.
Iman kepada malaikat adalah meyakini dan membenarkan dengan sepenuh hati bahwa
Allah telah menciptakan malaikat yang diutus untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu dari
Allah. Fungsi iman kepada malaikat diantaranya:
• Selalu melakukan perbuatan baik dan anti melakukan perbuatan buruk karena dirinya selalu
di awasi oleh malaikat.
• Berupaya masuk kedalam surga yang dijaga oleh malaikat Ridwan,dengan cara bertawakal
dan beriman kepada Allah SWT serta berlomba-lomba mendapatkan Lailatul Qodar.
• Meningkatkan keikhlasan, keimanan dan kedisiplinan kita untuk mengikuti/meniru sifat
dan perbuatan malaikat.
• Selalu berfikir dan berhati-hati dalam melaksanakan setiap perbuatan.
3. Beriman kepada Kitab-kitab-Nya.
Iman kepada Allah adalah mempercayai dan meyakini sepenuh hati bahwa Allah SWT
telah menurunkan kitab-kitabNya kepada para nabi dan rasul yang berisi wahyu Allah untuk
disampaikan kepada seluruh umat manusia.Fungsi iman kepada Kitab Allah diantaranya:
• Untuk meningkatkan kualitas kehidupan pribadi
• Untuk membangun kehidupan bermasyarakat
• Untuk menjalin kerukunan dalam hidup berbanga dan bernegara Hikmah

• iman kepada Kitab Allah diantaranya:


• Meningkatkan keimanan kepada Allah
• Hidup manusia menjadi tertata
• Termotivasi untuk beribadah dan menjalankan kewajiban-kewajiban agama
• Menumbuhkan sikap optis
• Terjaga ketakwaannya
4. Beriman kepada Rasul-rasul-Nya
Iman kepada Rasul adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para rasul adalah orang-
orang yang telah di pilih Allah SWT, untuk menerima wahyu dariNya untuk disampaikan
kepada seluruh umat manusia agar di jadikan pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di
dunia dan di akhirat.Fungsi iman kepada Rasul Allah diantaranya:
• Bertambah iman kepada Allah SWT dengan mengetahui bahwa rasul benar- benar
manusia pilihan Allah
• Memperoleh teladan yang baik untuk menjalani hidup
• Cara meningkatkan kadar keimanan kepada para Rasul Allah
• Memperbanyak membaca Al Quran dan merenungkan maknanya
• Mempelajari dengan cermat sejarah (siroh) para Rasul
• Mempelajari kehidupan orang-orang soleh
5. Beriman adanya Hari Kemudian.
6. Beriman adanya takdir yang di gariskan-Nya.
7. Beriman adanya Hari Kebangkitan. "Wahai manusia, jika kamu meragukan (hari)
kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan
Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-
angsur) kamu sampai pada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang Kami wafatkan dan
(ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai umur sangat tua (pikun) sehingga
dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. “Dan kamu lihat bumi ini
kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu
dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan tetumbuhan yang indah."
(QS. 22 Al-Hajj: 5)”

8. Beriman adanya hari dikumpulkan manusia di Padang Mahsyar setelah dibangkitkan dari
kubur. "Tidaklah mereka itu mengira, bahwa sesungguhnya mereka dibangkitkan, pada suatu hari
yang besar, (yaitu) hari (ketika) semua orang bangkit menghadap Tuhan semesta alam." (QS. 83/ Al-
Muthoffifin: 4-6).
9. Beriman bahwa tempat kembalinya orang-orang yang beriman adalah surga, dan tempat
kembalinya orang-orang kafir adalah neraka. "Dan orang-orang yang beriman serta
mengerjakan kebajikan, mereka itu penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya." (QS. 2
Al- Baqarah: 82). Sungguh orang-orang yang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-
orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-
lamanya. Mereka itu adalah sejahat-jahat makhluk." (QS. 98 Al- Bayyinah: 6).
10. Beriman bahwa mencintai Allah SWT itu wajib. "Adapun orang-orang yang beriman
sangat besar cintanya kepada Allah." (QS. 2 Al-Baqarah:165)
11. Beriman bahwa takut kepada Allah SWT itu wajib. "Karena itu janganlah kamu takut
kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku." (QS. 5 Al-Maidah: 44).
12. Beriman bahwa mengharap rahmat Allah itu wajib. "Mereka mengharapkan rahmat-
Nya, dan takut akan azab-Nya. Sungguh azab Tuhanmu itu sesuatu yang harus
ditakuti." (QS. 17 Al-Isra': 57)
13. Beriman bahwa kita wajib bertawakkal kepada Allah setelah berusaha. "Karena itu,
hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal." (QS. 3 Ali Imran:
122).
14. Beriman bahwa mencintai Nabi Muhammad itu wajib. "Tidaklah beriman seseorang di
antara kamu, sebelum dia mencintai aku lebih dari mencintai anak-anaknya dan
semua manusia." (HR. Bukhari dan Muslim).
15. Beriman bahwa kita wajib mengagungkan dan menghormati Nabi Muhammad saw.
"Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan
mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an), mereka itulah
orangorang yang beruntung." (QS. 7 Al-'Araf: 157).
16. Setia terhadap agama yang dianutnya. Orang yang demikian jika disuruh memilih
antara mati dan menjadi kafir, akan memilih yang pertama. Anas bin malik ra.
Menceritakan, pernah ada seorang lelaki meminta kambing kepada nabi saw.
Sebanyak di antara dua lembah. Lalu nabi memberinya. Setelah itu orang tersebut
kembali kepada kaumnya, dan berkata: "islamlah kalian semuanya. Sungguh,
muhammad telah memberikan sesuatu yang banyak sekali kepadaku tanpa takut menjadi
miskin." anas berkata: "jika seseorang masuk islam hanya karena menginginkan
dunia, maka itu bukan islam namanya. Islam harus lebih dicintai daripada dunia
dengan segala isinya." (HR. Muslim).
17. Mencari ilmu. "dan allah telah menurunkan kitab (al-qur'an) dan hikmah (sunnah )
kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum engkau ketahui.
Sungguh karunia allah yang dilimpahkan kepadamu amat besar." (QS. 4 An-nisa':
113).
18. Menyebarkan ilmu pengetahuan. "tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu pergi
semuanya (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara
mereka tidak tinggal untuk memperdalam ilmu agama, dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya."
(QS. 9 At-taubah: 122). Maksudnya dengan ilmu yang diajarkan itu ketakwaan dan
kehidupan kaum muslimin tetap terpelihara.
19. Memuliakan al-qur'an. "dan sesungguhnya al-qur'an itu dalam ummul kitab (lauh
mahfuz) di sisi kami, benar-benar bernilai tinggi dan penuh hikmah" (QS. 43 Az-
zukhruf: 4).
20. Bersuci (wudhu, mandi atau tayammum). Nabi muhammad rosulullah saw. Bersabda:
"allah tidak menerima sholat (seseorang) tanpa bersuci, dan tidak menerima sedekah
dari hasil kejahatan, yakni hasil mencuri, pungli, korupsi, dan sebagainya." (HR.
Muslim)
21. Mendirikan sholat. "sungguh sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya
atas orang-orang yang beriman." (QS. 4 Annisa': 103).
22. Mengeluarkan zakat. "jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan yang diberikan
allah kepada mereka dari karunia-nya menyangka, bahwa (kikir) itu lebih baik bagi
mereka. Padahal (kikir) itu buruk bagi mereka. Apa (harta) yang mereka kikirkan itu
akan dikalungkan (di lehernya) pada hari kiamat." (QS. 3 Ali imran: 180)
23. Berpuasa Romadhon. "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa." (QS. 2 Al-Baqoroh:183).
24. Ber'itikaf (berdiam diri di masjid berniat ibadah) walau sejenak. 'Aisyah ra.
Menuturkan, "Rosulullah saw. Biasa ber'itikaf sepuluh (ma'am) yang terakhir bulan
Romadhon sampai beliau wafat. Kemudian istri-istri beliau ber'itikaf juga
sepeninggal beliau. (HR. Bukhari dan Muslim).
25. Menunaikan haji. "Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah
melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu. Barang
siapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari seluruh alam." (QS. 3 Ali Imran: 97).
26. Berjuang/berjihad di jalan Allah. "Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad
yang sebenar-benarnya." (QS. 22 Al-Hajj: 78).
27. Siap berjuang di jalan Allah. "Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu,
dan teguhkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu)
dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung." (QS. 3 Ali Imran: 200).
28. Pantang mundur menghadapi musuh dalam pertempuran. "Wahai orang-orang yang
beriman, apabila kamu bertemu pasukan (musuh), maka berteguh hatilah, dan
sebutlah (nama) Allah banyak-banyak (berdzikir dan berdoa) agar kamu beruntung."
(QS. 8 Al-Anfal: 45).
29. Membagi harta rampasan perang kepada yang berhak. "Tidak mungkin seorang nabi
berkhianat (dalam urusan harta rampasan perang). Barang siapa berkhianat (korupsi),
niscaya pada hari kiamat dia akan datang membawa apa yang clikhianatkannya itu"
(QS. 3 Ali Imran: 161).
30. Memerdekakan budak karena Allah. Nabi Muhammad Rosulullah saw. Bersabda,
"Barangsiapa memerdekakan hamba sahaya, maka Allah akan melepaskan semua
anggota badannya dari api neraka. Sama halnya dengan semua anggota badan budak
itu lepas dari belenggu perbudakan hingga kemaluannya." (HR. Bukhari).
31. Membayar denda adalah bagian dari iman.
32. Menepati janji. "Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah janji-janji." (QS. 5 Al
Maidah: 1). Yang dimaksud janji dalam ayat itu adalah janji setia seorang hamba
kepada Allah dan perjanjian yang dibuat oleh manusia dengan sesamanya.
33. Menghitung nikmat karunia Allah sambil mensyukurinya. "Dan terhadap nikmat
Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur)." (QS. 93 Adh-Dhuha:
11).
34. Memelihara lidah dari ucapan yang sia-sia. "Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang
tidak kamu ketahui. Sebab pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan
diminta pertanggung jawaban." (QS. 17 Al- Isra': 36).
35. Menyampaikan amanah kepada yang berhak. "Wahai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rosul, juga janganlah mengkhianati amanat
yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui." (QS. 8 Al-Anfal: 27). Yang
dimaksud amanat di sini adalah ketentuan-ketentuan Allah yang harus ditaati.
36. Tidak melakukan kejahatan dan tidak membunuh orang. Sabda Nabi Muhammad
Rosulullah saw. "Seorang muslim selalu dalam kelapangan agamanya, selama tidak
terlibat dalam perkara hukum pertumpahan darah yang haram." (HR. Bukhari dan
Muslim).
37. Tidak melakukan zina dan menjaga kehormatan. "Dan janganlah kamu mendekati zina,
sungguh (zina) itu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (QS. 17 Al-
Isra': 32).
38. Memelihara diri dari harta yang diperoleh dengan jalan haram. "Dan janganlah kamu
makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap
dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan
sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui." (QS. 2/
Al-Baqoroh: 188).
39. Memelihara diri dari makanan dan minuman yang di haramkan. "Wahai orang-orang
yang beriman, sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan
mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan
setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu, agar kamu beruntung." (QS. 5 Al-
Maidah: 90).
40. Tidak memakai segala sesuatu yang diharamkan — antara lain pakaian sutera dan
bejana emas. Nabi Muhammad Rasulullah saw. Bersabda, "Janganlah kamu memakai
kain sutera, janganlah minum di bejana perak dan emas, dan janganlah kamu makan
di piring emas. Karena perak dan emas itu untuk orang-orang kafir di dunia, tapi untuk
kamu di akhirat nanti." (HR. Bukhari).
41. Menjauhi permainan dan hiburan yang bertentangan dengan ajaran Islam, sebab
permainan dan hiburan semacam itu hukumnya haram. Sabda Nabi Muhammad
Rosulullah saw. "Barangsiapa bermain dadu, maka dia seolah-olah mencelupkan
tangannya ke dalam daging babi dan darahnya." (HR. Muslim).
42. Sederhana dalam membelanjakan harta, dan mengharamkan memakan harta dengan
batil. "Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang
apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (juga) kikir,
(melainkan) di antara keduanya secara wajar." (QS. 25 Al-Furqan: 67). Maksudnya
kehidupan seorang muslim itu tidak ada yang mubadzir dan tidak pelit.
43. Meninggalkan sifat dengki dan sejenisnya. Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan
yang menguasai subuh (fajar), dari kejahatan (makhluk) yang Dia ciptakan, dan dari
kejahatan malam apabila telah gelap-gulita, dan dari kejahatan (perempuan-
perempuan)penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya), dan dari kejahatan
orang yang dengki apabila dia dengki." (QS. 113 Al-Falaq: 1-5).
44. Tidak menodai kehormatan orang lain dan menjauhi perbuatan menggunjing. "Dan
orang-orang yang menyakiti orang mukmin laki-laki dan perempuan, tanpa ada
kesalahan yang mereka lakukan, maka sungguh mereka telah memikul kebohongan
dan dosa yang nyata." (QS. 33 Al Ahzab: 58).
45. Beramal dengan ikhlas. "Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan
ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama." (QS. 98 Al-
Bayyinah: 5).
46. Gembira berbuat baik dan sedih berbuat jahat. Nabi Muhammad Rosulullah saw.
Bersabda, "Barangsiapa gembira karena amal kebaikannya, dan sedih karena amal
kejelekannya, maka dia orang yang beriman." (H.R. Abu Dawud, Thabrani Nasai, dan
Ahmad).
47. Apabila menyadari melakukan dosa segera bertobat. "Dan bertobatlah kamu semua
kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung." (QS. 24
An Nur: 31).
48. Mengadakan kurban (termasuk juga aqiqah). "sungguh kami telah memberimu
(muhammad) nikmat yang banyak, maka dirikanlah sholat karena tuhanmu dan
berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada allah)." (QS. 108 Al-
kautsar 1-2).
49. Taat kepada pemerintah. "wahai orang-orang yang beriman, taatilah allah, taatilah rosul
(muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan pemerintahan) di antara kamu."
(QS. 4 An-nisa': 59).
50. Memegang teguh pendapat jama'ah - menurut sebagian ulama, jama'ah ialah mereka
yang di atas kebenaran, walau ia seorang diri.
51. Mengadili orang lain dengan adil. "dan apabila kamu menetapkan hukum di antara
manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil." (QS. 4/ An-nisa': 58).
52. Menyeru kepada kebajikan (amar ma'ruf) dan mencegah kemungkaran. "dan hendaklah
ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
(berbuat) yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-
orang yang beruntung" (QS. 3 Ali Imran: 104). Ma'ruf adalah segala perbuatan yang
mendekatkan diri kepada allah, sedangkan mungkar adalah perbuatan yang dapat
menjauhkan diri dari allah.
53. Tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa. "dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan." (QS. 5 Al-maidah: 2).
54. Memelihara sifat malu. Nabi muhammad rosulullah saw. Bersabda, "sesungguhnya
malu itu hanya membawa kepada kebaikan." (HR. Bukhari dan Muslim).
55. Berbakti kepada ibu-bapak. "... Dan berbuat baiklah kepada kedua orang-tua (ibu-
bapak)." (QS. 2 Al-baqarah: 83).
56. Bersilaturrahmi untuk memelihara hubungan baik dengan sanak saudara. "apakah
sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan dimuka bumi dan
memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dikutuk oleh
Allah, lalu dibuat tuli (pendengarannya), dan dibutakan penglihatannya." (QS. 47
Muhammad: 22-23).
57. Berbudi luhur, menahan amarah, dan rendah hati dalam pergaulan. "dan bersegeralah
kamu mencari ampunan dari tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas
langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, ialah orang yang
berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain." (QS. 3 Ali imran: 133-134).
58. Memperlakukan pembantu dengan baik adalah bagian dari iman. "sembahlah allah dan
janganlah kamu memperekutukan-nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah
kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan jauh, teman sejawat, ibnu sabil (musafir) dan hamba
sahayamu." (QS. 4 An-nisa': 36) yang dimaksud dengan "tetangga yang dekat dan
jauh" dalam ayat itu ada yang mengartikan dekat tempatnya, bisa juga karena ada
hubungan kekeluargaan, dan ada yang mengartikan antara yang muslim dan bukan
muslim. Sedangkan ibnu sabil itu adalah orang yang dalam perjalanan yang bukan
maksiat yang kehabisan bekal. Termasuk juga anak terlantar yang tidak diketahui ibu
bapaknya.
59. Melaksanakan perintah majikan (selama tidak bertentangan dengan ajaran islam) .
60. Memenuhi hak keluarga. "hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.
Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras yang tidak mendurhakai allah."
(QS. 66 At-tahrim: 6).
61. Memperkokoh rasa cinta kepada sesama umat islam. Muhammad rosulullah saw.
Bersabda, "sesungguhnya Allah azza wa jalla di hari kiamat nanti bertanya:
dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena aku? Akan aku naungi mereka
dengan naunganku, pada hari tiada naungan, kecuali naungan-ku." (HR. muslim).
62. Menjawab salam. "apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka
balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, ataubalaslah (penghormatan itu,
yang sepadan) dengannya." (QS. 4 An- nisa': 86).
63. Menjenguk orang sakit, (Dalilnya pada nomor 64)
64. Mensholati mayat. Muhammad rosulullah saw. Bersabda, "hak seorang muslim ada
lima, yaitu menjawab salam, mengunjungi orang sakit, mendoakan orang bersin,
mengantarkan jenazah, dan memenuhi undangan." (HR. Muslim).
65. Mendoakan orang bersin. (Dalilnya ada pada hadist no. 64)
66. Menjauhi orang kafir, orang yang membuat kerusakan serta bersikap keras dan tegas
kepada mereka. "wahai nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-
orang munafik, dan bersikaplah keras terhadap mereka." (QS. 9/ At-taubah: 73).
67. Menghormati tetangga adalah bagian dari iman. "sembahlah allah dan janganlah kamu
menyekutukan-nya. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib kerabat,
anak-anak yatim, orangorang miskin, tetangga yang dekat dan jauh, teman sejawat,
ibnu sabil (musafir), dan hamba sahayamu." (QS. 4 An-nisa': 36).
68. Menyimpan aib dan dosa orang lain. "sesungguhnya orang-orang yang ingin agar
perbuatan yang sangat keji itu (berita bohong) tersiar di kalangan orang-orang yang
beriman, mereka mendapat azab yang pedih di dunia dan di akhirat." (QS. 24 An-nur:
19).
69. Memuliakan tamu adalah bagian dari iman.
70. Sabar menghadapi segala musibah adalah bagian dari iman. "hanya orang-orang yang
bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas." (QS. 39 Az-zumar: 10).
71. Menahan diri dari mencintai dunia (zuhud) dan tidak suka berhayal. Muhammad
rosulullah sew. Bersabda, "dua nikmat yang bisa memperdaya orang banyak yaitu
kesehatan dan kesempatan." (HR. Bukhori dan Muslim).
72. Cemburu dan tidak membiarkan lelaki bergaul bebas dengan wanita. "cemburu itu
adalah bagian dari iman, sedangkan pergaulan bebas antara pria dan wanita yang
bukan muhrim adalah sebagian dari kemunafikan." (al hadits).
73. Menjauhkan diri dari perbuatan yang sia-sia. Nabi Muhammad rasulullah saw.
Bersabda, "di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan segala sesuatu
yang tidak penting baginya." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majjah).
74. Dermawan. "dan barang siapa kikir/pelit, maka sesungguhnya dia kikir/pelit terhadap
dirinya sendiri." (QS. 47 Muhammad: 38).
75. Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih mudah. Muhammad
rasulullah saw. Bersabda, "barangsiapa tidak menyayangi yang lebih muda dan tidak
menghormati yang lebih tua di antara kamu, maka ia bukan dari golongan kami." (hr.
Muslim dan abu dawud).
76. Menciptakan perdamaian antar sesama manusia. "sesungguhnya orang-orang
mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan
bertakwalah kepada allah supaya kamu mendapat rahmat." (QS. 49 Al-Hujurat:
10).
77. Mencintai sesama muslim sebagaimana mencintai diri sendiri. Muhammad
rosulullah saw. Bersabda: "tidaklah beriman seseorang di antara kamu, sehingga ia
mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR. Bukhori
dan muslim).
78. Memelihara kebersihan diri dan lingkungan.
79. Menyingkirkan duri dari jalan. Nabi muhammad rosulullah saw. Bersabda: "iman
memiliki 60 atau 70 cabang lebih. Cabangnya yang paling tinggi adalah ucapan
laa ilaaha illallaah (tiada tuhan selain allah) sedangkan cabangna yang paling
rendah adalah menyingkirkan gangguan yang terdapat dijalan. Sifat malu itu juga
bagian dari cabang iman." (HR. Bukhari dan Muslim).
H. MERUSAK KEIMANAN

Secara garis besar, hal-hal yang dapat merusak keimanan seseorang ada dua hal yaitu :
1. Syirik

Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah pada perkara yang merupakan hak
istimewa-Nya. Hak Istimewa Allah seperti : Ibadah, mencipta, mengatur, member manfaat
dan mudharat, membuat hokum dan syari’at dan lain-lain. Syirik terbagi ke dalam berbagai
macam tergantung dikelompokkan pada kelompok yang mana. Diantaranya adalah:

a. Syirik Yang terkait dengan Kekhususan Allah


1) Syirik di dalam rububiyah
Yaitu meyakini bahwa selain Allah mampu menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan atau
mematikan dan lainnya dari sifat-sifat rububiyyah.
2) Syirik di dalam uluhiyah
Yaitu meyakini bahwa selain Allah bisa memberikan madharat atau manfaat, memberikan syafaat
tanpa izin Allah, dan lainnya yang termasuk sifat-sifat uluhiyyah.
3) Syirik di dalam asma wa shifat
Yaitu seorang meyakini bahwa sebagian makhluk Allah memiliki sifat-sifat khusus yang Allah
ta’alla miliki, seperti mengetahui perkara gaib, dan sifat-sifat lainnya yang merupakan kekhususan
Rabb kita yang Maha suci.
b. Syirik Menurut Kadarnya
Menurut kadarnya syirik terbagi ke dalam tiga bagian yaitu :
1) Syirik Akbar
Hakikat syirik akbar adalah memalingkan salah satu jenis ibadah kepada selain Allah, seperti
memohon kepada selain Allah, menyembelih hewan diperuntukan sebagai tumbal, memohon
perlindungan kepada orang yang sudah mati dan lain-lain.
Syirik ini adalah syirik yang bisa menyebabkan pelakunya keluar dari ajaran Islam. Dalil yang
menunjukan tidak bolehnya melakukan syirik akbar terdapat dalam Al Qur’an surat Annisa ayat
116, yang berbunyi :
‫ضالَالً بَ ِعيدًا‬ َ ‫ك لِ َمن يَ َشآ ُء َو َمن يُ ْش ِر ْك بِاهللِ فَقَ ْد‬
َ ‫ض َّل‬ َ ‫ِإ َّن هللاَ الَيَ ْغفِ ُر َأن يُ ْش َر‬
َ ِ‫ك بِ ِه َويَ ْغفِ ُر َما ُدونَ َذل‬
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia
mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.
Ada empat macam perbuatan syirik yang termasuk syirik akbar, yaitu :
a) Syirik dalam berdo’a
Yaitu meminta kepada selain Allah, disamping meminta kepada-Nya. Dalil yang menunjukan
adanya syirik dalam berdoa ini terdapat dalam Al Qur’an surat Al Ankabut ayat 65 yang berbunyi :
َ‫صينَ لَهُ ال ِّدينَ فَلَ َّما نَجَّاهُ ْم ِإلَى ْالبَرِّ ِإ َذا هُ ْم يُ ْش ِر ُكون‬ ِ ‫فَِإ َذا َر ِكبُوا فِي ْالفُ ْل‬
ِ ِ‫ك َد َع ُوا هللاَ ُم ْخل‬
Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya; Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba merek (kembali)
mempersekutukan (Allah)
b) Syirik dalam niat, kehendak, dan maksud.
Syirik jenis ini terjadi manakala melakukan ibadah semata-mata ingin dilihat orang atau hanya
untuk kepentingan dunia.
Dalilnya terdapat dalam Q.S. Hud ayat 15-16 yang berbunyi :
َ َّ‫ َر ِة ِإالَّ الن‬Š‫ْس لَهُ ْم فِي اَْأل ِخ‬
َ‫ط‬Šِ‫ار َو َحب‬ َ ‫ونَ ُأوْ لَِئ‬Š‫ا الَيُ ْب َخ ُس‬ŠŠَ‫ا َوهُ ْم فِيه‬ŠŠَ‫الَهُ ْم فِيه‬ŠŠ‫ َوفِّ ِإلَ ْي ِه ْم َأ ْع َم‬Šُ‫ا ن‬ŠŠَ‫ ُّد ْنيَا َو ِزينَتَه‬Š‫اةَ ال‬ŠŠَ‫َمن َكانَ ي ُِري ُد ْال َحي‬
َ ‫ك الَّ ِذينَ لَي‬
َ‫اصنَعُوا فِيهَا َوبَا ِط ٌل َّما َكانُوا يَ ْع َملُون‬
َ ‫َم‬
Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada
mereka Balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan
dirugikan.
16. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat
itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan
c) Syirik dalam ketaatan
Yaitu menjadikan sesuatu sebagai pembuat syari’at selain Allah swt yang senantiasa ditaati atau
menjadikan sesuatu sebagai sekutu bagi Allah dalam menjalankan syari’at dan ridho atas hokum
tersebut.
Dalil yang menunjukan musyrik jenis ini adalah Q.S. At Taubah ayat 31 yang berbunyi :
َ‫اِتَّ َخ ُذوْ ا َأحْ بَا َرهُ ْم َو ُر ْهبَانَهُ ْم َأرْ بَابًا ِم ْن ُدوْ ِن هللاِ َو ْال َم ِس ْي َح ا ْبنَ َمرْ يَ َم َو َمآُأ ِمرُوْ ا ِإالَّ لِيَ ْعبُ ُدوْ ا ِإلَهًا َوا ِحدًا آلِإلَهَ ِإالَّ هُ َو ُسب َْحانَهُ َع َّما يُ ْش ِر ُكوْ ن‬
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan
(juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh
menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah
dari apa yang mereka persekutukan.
d) Syirik dalam kecintaan
Yaitu mencintai seseorang, baik wali atau lainnya sebagaimana mencintai Allah atau menyetarakan
cintanya kepada makhluq dengan cintanya kepada Allah.
Dalil yang menunjukan syirik jenis ini terdapat dalam Q.S. Al Baqarah ayat 165, yang berbunyi :
َ‫ َّوة‬Šُ‫اب َأ َّن ْالق‬
َ ‫ َذ‬Š‫ َروْ نَ ْال َع‬Šَ‫اس َمن يَتَّ ِخ ُذ ِمن دُو ِن هللاِ َأندَادًا ي ُِحبُّونَهُ ْم َكحُبِّ هللاِ َوالَّ ِذينَ َءا َمنُوا َأ َش ُّد ُحبًّا هللِ َولَوْ يَ َرى الَّ ِذينَ ظَلَ ُموا ِإ ْذ ي‬
ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
ِ ‫د ْال َع َذا‬Šُ ‫هللِ َج ِميعًا َوَأ َّن هللاَ َش ِدي‬
‫ب‬
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat
sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu  mengetahui
ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya,
dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).
2) Syirik Asghar
Syirik asghar adalah syirik kecil, hal ini tidak mengeluarkan pelakunya dari agama Islam hanya
mengurangi nilai ketauhidan yang dimilikinya, akan tetapi pelakunya wajib bertaubat.
Syrik Asghar bisa terjadi dalam bentuk ucapan maupun dalam bentuk perbuatan. Yang dalam
bentuk ucapan seperti ketika sesorang yang bersumpah dengan atas nama selain Allah dalam
ucapannya : “Masyaa Allah wa syita…” (atas kehendak Allah dan kehendakmu) dan lain-lain.
Seperti dalam Hadits Nabi: “Barang siapa yang bersumpah dengan selain nama Allah, maka ia telah
berbuat syirik. (H.R. Ahmad).
Yang dalam bentuk perbuatan seperti memakai gelang, benang, dan sejenisnya sebagai pengusir
atau penangkal bahaya. Jika ia meyakini bahwa benda-benda tersebut memiliki atsar untuk menolak
atau menangkal bala maka terjadilah kemusyrikan, dan jika tidak insya Allah tidak termasuk syirik.
Dalil yang menujukan hal ini terdapat dalam Q.S. Al Kahfi ayat 110 yang berbunyi :
‫ك بِ ِعبَا َد ِة َربِّ ِه َأ َحدًا‬ َ ً‫ى َأنَّ َمآ ِإالَهُ ُك ْم ِإلَهٌ َوا ِح ٌد فَ َم ْن َكانَ يَرْ جُوا لِقَآ َء َربِّ ِه فَ ْليَ ْع َملْ َع َمال‬
ُ ‫صالِحًا َوالَيُ ْش ِر‬ َّ َ‫قُلْ ِإنَّ َمآ َأنَا بَ َش ٌر ِّم ْثلَ ُك ْم يُو َحى ِإل‬
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:
“Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.
3) Syirik Khafi
Syirik khafi atau syirik yang tersembunyi adalah seseorang yang beramal dikarenakan keberadaan
orang lain, atau bahkan ketika seseorang meninggalkan perbuatan karena keberadaan orang lain.
Seperti riya, sum’ah dan lain-lain.
Dalil yang menunjukan terhadpa syirik khafi selain seperti yang telah disebutkan dalam dalil syirik
asghhar (Q.S. Al Kahfi : 110), juga hadits nabi yang berbunyi :
c. Syirik Menurut Letak Terjadinya
Dilihat dari letak atau tempat terjadinya, syirik terbagi tiga yaitu :
1) Syirik ‘Itiqadi, yaitu berupa keyakinan seperti seseorang yang meyakini bahwa Allah swt yang
telah menciptakan kita dan member rezeki kepad kita namun di sisi lain juga percaya bahwa dukun
bisa mengubah taqdir yang telah digariskan kepada kita.
2) Syirik Amali, yaitu setiap amalan fisik yang dinilai oleh syariat sebagai kemusyrikan, seperti
menyembelih untuk selain Allah.
3) Syrik Lafdzi, yaitu setiap lafadz yang dihukumi syariat sebagai kemusyrikan seperti bersumpah
dengan selain nama Allah, atau seperti perkataan seseorang : “Kalau bukan karena Allah dan si
fulan tentu hal ini tidak akan bengini dan begitu”.
2. Riddah
Riddah artinya keluar dari ajaran Islam, pelakunya disebut murtad. Bagi setiap muslim wajib
menjaga keislamannya dan memeliharanya dari hal-hal yang merusak, membatalkan, dan
memutuskan keislamanya.
Riddah ada tiga macam, yaitu :
1. Riddah I’tiqodi, yaitu murtad yang dilakukan oleh hati.
Contoh : meragukan adanya Allah, surga, neraka, dan lain-lain yang harus diyakini dan imani oleh
setiap muslim. Contoh lainnya : Mengakui adanya Nabi setelah Nabi Muhammad, Menghalalkan
segala sesuatu yang telah diharamkan syariat atau sebaliknya, menganggap tidak ada salah satu
huruf dari Alquran padahal para ulama telah sepakat tentang keberadaan hurup tersebut, dan lain-
lain.
2. Riddah Fi’li, yaitu murtad karena perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Contoh : bersujud kepada patung (walaupun bergurau), melakukan peraktek ibadah agama lain dan
sebagainya. Bahkan memerankan tokoh kafir dengan melakukan adegan ritual dalam sebuah film
walau hanya sekedar tuntutan skenario.
3. Riddah Qouli, yaitu murtad yang disebabkan oleh ucapan (walaupun hanya sekedar bercanda dan
tidak masuk hati).
Yang termasuk contoh murtad ucapan sangat banyak oleh karena itu kita harus hati-hati jangan
sampai mengucapkan kata-kata yang menyebabkan kita keluar dari Islam . Diantaranya adalah :
 Menghina sesuatu yang dimulyakan Allah, seperti : malaikat, Nabi, dsb
 Mempermainkan ajaran Islam walaupun tidak sampai ke hati.Seperti seseorang sambil
bergurau berkata : “ buat apa shalat, shalat itu hanya menghambur-hambur waktu saja”.
Atau berkata : “ Mengapa kita harus mempercayai Al Quran, bukankah Al Qur’an itu
omongan bohong Muhammad ?. Dsb.
 Mencemoohkan atau berolok-olok mempergunakan ayat-ayat Al Qur’an walaupun tidak
sampai ke hati. Seperti : Ketika Khotib berkata “Ya Ayyuhan Nas “  kemudian kita
berkata : “Aya Iyuh Aya Panas”. Contoh Lain, Ketika ada seseorang yang kentut dengan
suara yang nyaring kemudian kita berkata : “ Wah..! kentutnya segede ‘alaihim”. Atau
ketika kita melihat orang yang menimbang kemudian kita berkata dengan maksud
berolok-olok : “waidza kaaluhum au wazaanuhum yukhsiruun. Dan Masih banyak lagi
contoh yang lainnya.
I. SIHIR, PERDUKUNAN, DAN PERAMALAN
Sihir meliputi segala sesuatu yang berupa jimat dan jampi-jampi yang dilakukan oleh
para penyihir dengan tujuan memberikan pengaruh kepada orang lain, dengan pembunuhan,
penyakit atau memisahkan di antara suami-istri. Ini adalah kufur, perbuatan keji dan
penyakit sosial terburuk yang harus dilenyapkan, serta membebaskan umat Islam dari
keburukannya. Kahanah (perdukunan) adalah mengklaim mengetahui perkara gaib lewat
permohonan bantuan kepada jin. Syaikh Abdurrahman bin Hasan berkata dalam Fath al-
Majid, “Kebanyakan yang terjadi dalam hal ini ialah apa yang diberitakan oleh jin kepada
para kekasihnya dari bangsa manusia tentang perkara-perkara gaib, yaitu berita-berita yang
bakal terjadi di muka bumi, lalu orang yang bodoh menganggapnya sebagai penyingkapan
tabir dan karamah. Banyak manusia tertipu dengan hal itu. Mereka mengira orang yang
memberitakan hal itu dari jin sebagai wali Allah, padahal mereka adalah wali setan.”Tidak
boleh pergi kepada dukun. Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari sebagian istri
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa mendatangi peramal lalu menanyakan
kepadanya tentang sesuatu, maka tidak diterima shalatnya selama 40 hari.” (HR. Muslim
no. 2186, kitab as-Salam) Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,“Barangsiapa mendatangi peramal lalu menanyakan kepadanya
tentang sesuatu, maka tidak diterima shalatnya selama 40 hari.” (HR. at-Tirmidzi no. 135,
kitab ath-Thaharah, Ibnu Majah, no. 659, Ahmad dalam al-Musnad, no. 9252) Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
mendatangi dukun lalu mempercayai apa yang dikatakannya, maka ia telah kafir keapda
apa yang diturunkan kepada Muhammad.” (HR. Abu Daud, Ahmad, dan at-Tirmidzi)
Diriwayatkan oleh imam yang empat dan al-Hakim; ia menilai shahih berdasarkan syarat
keduanya,“Barangsiapa mendatangi dukun atau peramal lalu mempercayai apa yang
dikatakannya, maka ia telah kafir kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad. ”Al-
Baghawi berkata, “Arraf (peramal, orang pintar) adalah orang yang mengklaim mengetahui
banyak hal lewat pendahuluan-pendahuluan untuk mengetahui barang yang dicuri dan
tempat binatang tersesat. Konon, ia adalah dukun. ”Syaikhul Islam Ibnu Taimiiyah
mengatakan, “Arraf adalah nama untuk dukun, peramal perbintangan, dan sejenisnya dari
kalangan yang berbicara untuk mengetahui berbagai hal dengan jalan ini.”Ramalan bintang
ialah mencari petunjuk dengan keadaan bintang atas kejadian-kejadian di bumi. Ini termasuk
perbuatan Jahiliyah, dan ini adalah syirik besar, jika ia berkeyakinan bahwa bintang
mengatur di alam semesta ini.

G. MANFAAT DAN HIKMAH IMAN BAGI KEHIDUPAN


Sikap hidup secara keseluruhan dari orang yang beriman, terlihat dari
pelaksanaanibadahnya, baik ibadah, baik ibadah khusus (mahdhah) maupun ibadah
muamalah (gairu mahdhah),sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran surat Al Baqarah ayat
83 dan 150, surat At-Taubah ayat 24,surat Yunus ayat 107, dan surat Ali Imran ayat 73 dan
145. Secara umum sikap dan perilaku kehidupan orang beriman terlihat dari ungkapan dan
perbuatan di bawah ini :
1. Memulai pekerjaan yang baik dengan Bismillahirahmanirrahim
2. Mengakhiri pekerjaan dengan membaca al-hadudillah
3. Berjanji kepada seseorang dengan ucapan Insya Allah
4. Bersumpah dengan ucapan Wallahi, Billahi, atauTallahi 
5. Menghadapi suatu kegagalan dengan ucapan Masya Allah
6. Mendengar berita orang yang meninggal dunia dengan ucapan Innalillahi wa inna
illaihi raji’un
7. Memohon lindungan Allah dalam menghindari suatu keadaan yang tidak baik dengan
ucapan A’udzu Billahi min dzalik 
8. Mengagumi sesuatu dengan ucapan Subhanallah
9. Melakukan kekhilafan dengan ucapan Astagfirullah

            Menanamkan semangat berani menghadapi mautBanyak diantara manusia yang tidak berani
mengemukakan kebenaran karena takutmenghadapi resiko atau kematian. Orang beriman yakin
sepenuhnya bahwa kematian itu di tanganAllah. Oleh karena itu pegangan orang beriman mengenai
kehidupan dan kematian adalah firmanAllah pada surat An-Nisa ayat 48 :
“Dimana saja kamu berada, kematian akan datang mendapatkan kamu kendatipun kamu di
dalambenteng yang tinggi lagi kokoh” 

            Memberikan ketentraman jiwaOrang beriman dalam hidupnya mempunyai keseimbangan,


hatinya tentram (mutmainnah), jiwanya tenang (sakinah), sebagaimana firman Allah dalam surat
Ar-Ra’d ayat 28 dan surat Al-Fathayat 4 :“...(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tentram dengan mengingat Allah.Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tentram” 
“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya
keimananmereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada)” 
            Mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan thayyibah)Kehidupan manusia yang baik adalah
kehidupan orang-orang yang selalu melakukankebaikan dan mengerjakan perbuatan-perbuatan yang
baik. Seperti firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 97 :
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaanberiman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnyaakan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan” 
Dari hal-hal yang dikemukakan tersebut dapat dikatakan bahwa iman adalah landasan
darisikap, pikiran, dan perbuatan yang sekaligus yang sekaligus merupakan tujuan, yaitu untuk
mencapaikemuliaan dari keridhaan Allah.

Hikmah Beriman Bagi Kehidupan

1.  Hikmah Beriman Kepada Allah Swt


     Orang – orang yang beriman kepada Allah swt dengan kesungguhan hati dengan tak ada
keraguan sedikitpun dalam hatinya, maka Allah akan memberikan kemuliaan kepada mereka baik
didunia maupun diakhirat.
Adapun kemuliaan didunia itu meliputi :
a.    Hatinya tenang, tidak goyah atau terombang ambing oleh ajakan nafsu jahat atau orang yang akan
menyesatkan. Firman Allah dalam Alqur’an surat Ar ra’d ayat 28.
Artinya  : “ orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
b.    Orang yang berimman akan selalu mendapat bimbingan dari alahh swt, oleh karena itu apa yang
dilakukannya adalah perbuatran-perbuatan baik dan terpuji
c.    Orang yang beriman meiliki sikap dan jiwa sosial, menyayangi anak yatim, menyantuni fakir
miskin, dan mengahrgai sesama orang lain.
d.    Orang yang beriman akan selalu Melakukan amalan-amalan saleh, rendah hati, kasih sayang
terhadap sesame manusia, bahkan terhadapsemua makhluk ciptaan tuhan, baik hewan atau tumbuh-
tumbuha,
e.    Allah akan memasukkan orang yang berimanb kedalam surga sebagai rahmatnya dana pahala atas
ketaatan serta kepatuhannya selama hidup didunia firman Allah swt dalam surat Al Maidah ayat 9.  
Artinya : “Allah Telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang beramal saleh,
(bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” Tentang ciri hamba-hamba Allah yang
mencintai Allah SWT. Yang pertama, Allah tujuan hidupnya, Allah ghayatuna. Kemudian yang
kedua, sangat taat kepada Allah SWT, istiqomah, berpegangteguh pada syariat Allah SWT. Yang
ketiga, mencintai mereka yang dicintai oleh Allah, (yaitu) para Rasul, para Anbiyya, para aulia,
hamba-hamba Allah yang jujur, para syuhada, hamba-hamba Allah yang shaleh. Kemudian yang
keempat, dengan sangat senang hati melakukan apa yang Allah perintahkan untuk dirinya, dan apa
yang Allah larang untuk dirinya. Karena ia tahu perintah-larangan Allah untuk kemaslahatan
dirinya. Yang kelima, selalu ingat kepada Allah, selalu berdzikir kepada Allah SWT. Selama
berdzikir berarti selama itu ia bersama Allah.
Yang keenam, mengunjungi rumah Allah, Ka'bah Baitullah, Haji bagi merekayang mampu. Umroh
demi umroh, mengunjungi rumah Allah, masjid, musholla, ia jaga shalat berjamaah. Kemudian
mengunjungi nabi Muhammad SAW ke Madinah, ziarah, bershalawat kepada beliau, dan
menjadikan beliau sebagai teladan dalam hidupnya. Mencintai Allah berarti mencintai nabi Allah.
Kemudian sangat senang membaca kalamullah, Al Qur'anul karim. Yang kesembilan, sangat senang
menyampaikan ajaran Allah, mendakwahkan ajaran Allah, pada diri sendiri, keluarga, handai
taulan, kepada siapa pun. Kemudian percaya yakin, benar-benar beriman kepada semua janji-janji
Allah. Janji Allah di dunia, janji Allah di akhirat. Keyakinan kepada janji Allah melahirkan akhlaq
yang mulia. Kemudian percaya, yakin, beriman ditolong oleh Allah. Inilah Allah janjikan dalam
surat Yunus ayat 62.
"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadapmereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yangberiman dan mereka selalu bertakwa.
Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. Tidak
ada perobahanbagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalahkemenangan yang
besar." (QS. Yunus: 62-64).
Sesungguhnya kekasih-kekasih Allah tidak takut apa yang akan terjadi, tidak bersedih apa
yang sudah terjadi. Karena mereka benar-benar cinta, beriman kepada Allah, dan mereka hidup
dalam ketaqwaan kepada Allah. Bagi mereka kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat, dan
itu pasti bagi mereka. Itulah kemenangan besar untuk mereka.
Kemudian, selalu melakukan yang terbaik untuk Allah, jihad fii sabilillah. Rasulullah
bersabda : sebaik-baik jihad adalah jihad melawan hawa nafsu diri sendiri, baik itu hawa nafsu hati
maupun emosional.
Kemudian merindukan perjumpaan dengan-Nya. Subhanallah. Dan sangat senang
menikmati ibadah, khusyuk dalam beribadah, merupakan bukti cinta kepada Allah, kekasih
menghadap kekasih. Bukankah kekasih senang bermesaraan dengan kekasihnya. Waktu bermesraan
dengan kekasih adalah waktu-waktu beribadah kepada-NYA

2.                  Hikmah Iman kepada Malaikat


Beriman kepada malaikat akan membawa manfaat yang besar bagi kehidupan manusia
antara lain :
a. Akan lebih bersyukur kepada Allah SWT, atas perhatian dan perlindungannya terhadap hamba-
hamba-Nya dengan menugaskan para malaikat untuk menjaga dan mendoakannya.
b. Akan lebih mengenal kebesaran dan kekuasaan Allah SWT yang menciptakn dan menugaskan
para malaikat.
c. Sebagai seorang muslim haruslah selalu optimis, tidak boleh ragu-ragu dan tidak putus asa dalam
menghadapi masalah hidup karena kita percaya bahwa ada malaikat yang akan memberikan
pertolongan dan bantuan.
d. Berusaha untuk hati-hati dalam menjalani hidup ini, karena ada malaikat yang diberi tugas untuk
mengamati dan mencatat semua tingkah laku manusia.

3.                  Hikmah Iman Kepada Kitab Allah


Ada hikmah yang bisa direnungi mengapa Allah menurunkan Al Qur’an kepada umat
manusia yang diantaranya adalah sebagai berikut.

1.Menjadikan manusia tidak kesulitan, atau agar kehidupan manusia menjadi aman, tenteram,
damai, sejahtera, selamat dunia dan akhirat serta mendapat ridha Allah dalam menjalani kehidupan.
(keterangan selanjutnya lihat QS Thaha :
Artinya: Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah;

2.Untuk mencegah dan mengatasi perselisihan diantara sesama manusia yang disebabkan
perselisihan pendapat dan merasa bangga terhadap apa yang dimilkinya masing-masing, meskipun
berbeda pendapat tetap diperbolehkan (keterangan selanjutnya lihat QS Yunus : 19.
Artinya: Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah
karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di
antara mereka], tentang apa yang mereka perselisihkan itu.

3.Sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa (keterangan
selanjutnya lihat QS Ali Imran : 138,
Artinya: (Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran
bagi orang-orang yang bertakwa.

4.Untuk membenarkan kitab-kitab suci sebelumnya (keterangan selanjutnya lihat QS Al Maidah :


48,
Artinya: Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu
ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang
Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan
dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat
(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-
lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-
Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.

5.Untuk menginformasikan kepada setiap umat bahwa nabi dan rasul terdahulu mempunyai syariat
(aturan) dan jalannya masing-masing dalam menyembah Allah (keterangan selanjutnya lihat Al
Hajj : 67
Artinya: Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari’at tertentu yang mereka lakukan, maka
janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari’at) ini dan serulah kepada
(agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus.

6 Untuk menginformasikan bahwa Allah tidak menyukai agama tauhid Nya (islam) dipecah belah
(keterangan selanjutnya lihat QS Al Hijr : 90-91, Al Anbiya : 92-93, Al Mukminun : 52-54, Ar
Rum : 30-32, Al Maidah : 54, an An Nisa : 150-152.

7. Untuk menginformasikan bahwa Al Qur’an berisi perintah-perintah Allah, larangan-larangan


Allah, hukum-hukum Allah, kisah-kisah teladan dan juga kumpulan informasi tentang takdir serta
sunatullah untuk seluruh manusia dan pelajaran bagi orang yang bertakwa.

8. Al Qur’an adalah kumpulan dari petunjuk-petunjuk Allah bagi seluruh umat manusia sejak nabi
Adam a.s sampai nabi Muhammad SAW yang dijadikan pedoman hidup bagi manusia yang takwa
kepada Allah untuk mencapai islam selama ada langit dan bumi (keterangan selanjutnya lihat QS
Maryam : 58, Ali Imran : 33 & 88-85, Shad : 87, dan At Takwir : 27)

            Manusia ingin mencapai kehidupan yang selamat sejahtera, baik didunia maupun di akhirat
harus menggunakan pedoman hidup yang lurus dan benar yaitu Al Qur’an (keterangan selanjutnya
lihat QS Maryam : 58, Ali Imran : 33 & 84-85, dan At Takwir : 27).

4.      Hikmah Iman Kepada Rasul-Rasul Allah


   Di antara tanda-tanda orang yang beriman kepada rasul-rasul Allah adalah sebagai berikut:
1. Teguh keimanannya kepada Allah swt
Semakin kuat keimanan seseorang kepada para rasul Allah, maka akan semakin kuat pula
keimanannya kepada Allah swt. Ketaatan kepada para rasul adalah bukti keimanan kepada Allah
swt. Seseorang tidak bisa dikatakan beriman kepada Allah swt. tanpa disertai keimanan kepada
rasulNya. Banyak ayat al Quran yang menyuruh taat kepada Allah swt. disertai ketaatan kepada
para rasulNya, antara lain dalam surah An Nisa ayat 59, Ali Imran ayat 32, Muhammad ayat 33 dan
sebagainya.
Dua kalimat syahadat sebagai rukun Islam pertama adalah pernyataan seorang muslim untuk tidak
memisahkan antara keimanan kepada Allah swt. di satu sisi, dan keimanan kepada Rasulullah di sisi
lainnya. Dalam bahasa lain, beriman kepada para rasul Allah dengan melaksanakan segala sunah-
sunahnya dan menghindari apa yang dilarangnya adalah dalam rangka ketaatan kepada Allah swt.
2. Meyakini kebenaran yang dibawa para rasul
Kebenaran yang dibawa para rasul tidak lain adalah wahyu Allah baik yang berupa Al-Quran
maupun hadis-hadisnya. Meyakini kebenaran wahyu Allah adalah masalah yang sangat prinsip bagi
siapapun yang mencari jalan keselamatan, karena wahyu Allah sebagai sumber petunjuk bagi
manusia. Seseorang akan bisa meyakini kebenaran wahyu Allah, jika terlebih dahulu dia beriman
kepada rasul Allah sebagai pembawa wahyu tersebut. Mustahil ada orang yang langsung bisa
menerima suatu kebenaran yang dibawa oleh orang lain, padahal dia tidak yakin bahkan tidak
mengenal terhadap sipembawa kebenaran tersebut.
Allah menjelaskan dalam surah Al Baqarah ayat 285 yang artinya sebagai berikut:
“Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula
orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, dan rasul-rasul-Nya.”(Q.S. Al Baqarah 285) Bagi tiap-tiap orang yang beriman wajib
meyakini kebenaran yang dibawa oleh para rasul, kemudian mengamalkan atau menepati kebenaran
tersebut. Bagi umat Nabi Muhammad saw. tentulah kebenaran atau ajaran yang diamalkannya ialah
yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
3. Tidak membeda-bedakan antara rasul yang satu dengan yang lain
Dengan beriman kepada rasul-rasul Allah otomatis berarti tidak membeda-bedakan antara rasul
yang satu dengan rasul yang lain. Artinya seorang mukmin dituntut untuk meyakini kepada semua
rasul yang pernah diutus oleh Allah swt. Tidak akan terlintas sedikitpun dalam hatinya untuk
merendahkan salahsatu dari rasul-rasul Allah atau beriman kepada sebagian rasul dan kufur kepada
sebagian yang lain. Sikap seorang mukmin adalah seperti yang digambarkan oleh Allah swt. dalam
surah Al Baqarah ayat 285: yang artinya sebagai berikut:
"...Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasulNya."
Dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdo'a): "Ampunilah kami ya
Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali." (Q.S. Al-Baqarah : 285)

4. Menjadikan para rasul sebagai uswah hasanah Para rasul yang ditetapkan oleh Allah swt. untuk
memimpin umatnya adalah orang-orang pilihan di antara mereka. Sebelum menerima wahyu dari
Allah swt, mereka adalah orang-orang yang terpandang di lingkungan umatnya, sehingga selalu
menjadi acuan perilaku atau suri tauladan bagi orang-orang di lingkungannya.Apalagi setelah
menerima wahyu, keteladanan mereka tidak diragukan lagi, karena mereka selalu mendapat
bimbingan dari Allah swt. Dalam surah Al Ahzab ayat 21 Allah swt. menegaskan sebagai berikut:
“Sungguh pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik bagi kamu,” (Q.S. Al
Ahzab ayat 21) Sebab itu, apa yang diucapkan atau yang dikerjakan rasulullah harus dicontoh atau
diikuti, dan sebaliknya apa -apa yang dilarangnya harus dihindarkan.
(Q.S. Al Hasyr ayat 7).

Selain itu, keharusan kita meneladani rasul-rasul Allah karena alasan-alasan sebagai berikut:
a. Semua rasul-rasul dima’shum oleh Allah swt. Artinya mereka selalu dipelihara dan dijaga oleh
Allah swt. untuk tidak melakukan perbuatan - perbuatan keji atau dosa. Selaku manusia sebenarnya
bisa jadi mereka berbuat             kesalahan, tetapi langsung oleh Allah swt. ditegur atau diluruskan.(
Sebagai           contoh coba anda baca asbabunnuzul surah ‘Abasa).
b. Semua rasul Allah mempunyai sifat-sifat terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan pribadi
mereka. Sifat-sifat terpuji tersebut adalah sebagai    berikut:
1). Shiddiq (benar). Mereka selalu berkata benar, dimana, kapan dan dalam keadaan bagaimanapun
mereka tidak akan berdusta (kadzib).
2). Amanah, yaitu dapat dipercaya, jujur, tidak mungkin khianat.
3). Tabligh, artinya mereka senantiasa konsekwen menyampaikan kebenaran (wahyu) kepada
umatnya. Tidak mungkin mereka menyembunyikan kebenaran yang diterimanya dari Allah swt.
(kitman), meskipun mereka harus menghadapai resiko yang besar.

4). Fathanah, artinya semua rasul-rasul adalah manusia-manusia yang cerdas yang dipilih Allah swt.
Tidak mungkin mereka bodoh atau idiot (baladah).
c. Khusus nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin para rasul (sayyidul mursalin) mendapat
sanjungan dan pujian yang luar biasa dari Allah swt. disebabkan karena akhlaknya sebagaimana
tersebut dalam surah Al Qalam ayat 4 yang artinya “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-
benar berbudi pekerti yang agung “ (Q.S. Al Qalam: 4)

5. Meyakini rasul-rasul Allah sebagai rahmat bagi alam semesta


Setiap rasul yang diutus oleh Allah swt. pasti membawa rahmat bagi umatnya. Artinya
kedatangan rasul dengan membawa wahyu Allah adalah bukti kasih sayang (rahmat) Allah terhadap
manusia. Rahmat itu akan betul-betul bisa diraih oleh manusia (umatnya) manakala mereka
langsung merespon terhadap tugas rasul tersebut. Di dalam Al-Quran dikatakan bahwa diutusnya
Nabi Muhammad saw. ke dunia merupakan rahmat (kesejahteraan) hidup di dunia dan akhirat."Dan
tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam
semesta." (Q.S. Al-Anbiya : 107)

6. Meyakini Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi dan Rasul terakhir


     Nabi Muhammad saw. adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah swt. ke muka bumi
ini. Tidak akan ada lagi nabi atau rasul sesudah beliau saw. Hal ini merupakan keyakinan umat
Islam yang sangat prinsip dan telah disepakati oleh seluruh ulama mutaqaddimin dan mutaakh-
khirin yang didasarkan kepada dalil-dalil naqli yang qath’i (pasti) dan dalil-dalil “aqli yang logis
antara lain sebagai berikut:
a..Q.S. Al Ahzab ayat 40 yang artinya: “ Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang
laki-laki diantara kamu, tetapi dia adalah rasulullah dan penutup para nabi. Dan adalah Allah maha
mengetahui terhadap segala sesuatu. (Q.S. Al Ahzab: 40)
Dalam ayat ini Allah menyatakan secara jelas bahwa Muhammad adalah khatamannabiyin (penutup
para nabi).
b. Dalam hadis Mutawatir yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal dari Anas bin Malik
sebagai berikut:
Sesungguhnya risalah kenabian itu telah habis. Maka tidak ada nabi dan rasul sesudahku.( H.R.
Ahmad bin Hambal)
c. Dalam hadis shahih riwayat Imam Bukhari, Ahmad Ibnu Hibban dari Abi Hurairah sebagai
berikut:
Sesungguhnya perumpamaan diriku dengan nabi-nabi sebelumku adalah sama dengan seseorang
yang membuat sebuah rumah; Diperindah dan diperbagusnya (serta diselesaikan segala sesuatunya)
kecuali tempat (yang dipersiapkan) untuk sebuah batu bata di sudut rumah itu. Orang-orang yang
mengelilingi rumah itu mengaguminya, tetapi bertanya: “Mengapa engkau belum memasang batu
bata itu ?” Nabipun berkata: “ Sayalah batu bata (terakhir) sebagai penyempurna itu, dan sayalah
penutup para nabi.” (H.R. Bukhari)
d. Dalam hadits Shahih Bukhari Muslim dari Abi Hurairah r.a. dinyatakan sebagai berikut:
 Artinya: Tidak akan terjadi kiamat kecuali akan keluar (muncul) tukang-tukang bohong (para
penipu) kira-kira 30 orang. Semuanya mengaku dirinya sebagai rasul Allah.
(H.R. Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah).
e. Q.S. Al-Maidah ayat 3 yang artinya: “Pada hari ini Kusempurnakan untuk kamu agama kamu,
dan telah kucukupkan nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam menjadi agama buat kamu.”
Ayat di atas adalah wahyu Allah swt. yang terakhir diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Dalam
ayat ini Allah swt. Menyatakan bahwa Islam sebagai agama yang diridhaiNya dan bersumberkan
dari wahyuNya telah sempurna. Artinya tidak perlu lagi ada tambahan atau pengurangan yang
menggambarkan ketidaksempurnaannya.
f. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik
Artinya:
“Dua hal telah aku tinggalkan pada kalian, jika kalian berpegang teguh kepada keduanya, maka
kalian tidak akan tersesat selama-lamanya. Dua perkara itu ialah Al Quran dan Sunah Nabi.” (H.R.
Imam Malik)
Hadits di atas menjelaskan bahwa cukuplah bagi umat Islam untuk menjadikan Al-Quran
dan sunnah nabi saja sebagai pedoman hidupnya. Selama mereka tetap konsisten dengan keduanya
sampai kapanpun dan dimanapun tidak akan tersesat. Sebab Al-Quran merupakan kitab terlengkap
yang mampu memberikan solusi kepada seluruh aspek kehidupan manusia sebagaimana dinyatakan
Allah dalam firmannya: “Tidaklah kami alpakan sesuatupun di dalam Al Kitab (Al Quran),
kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpun. (Q.S. Al An’am: 38). Demikian pula Nabi
Muhammad saw.seluruh kehidupannya baik ucapan, perbuatan ataupun ketetapannya merupakan
rujukan bagi kita.
Dengan demikian, jika ada lagi nabi setelah nabi Muhammad saw. berarti wahyu Allah akan
turun lagi dan akan ada lagi serentetan hadis dari nabi atau rasul yang baru tersebut. Ini berarti
menunjukkan ketidak sempurnaan ajaran Allah swt, ketidak validan Al Quran, dan ketidak
lengkapan atau kelemahan sunah nabi. Hal ini sangat mustahil dan sangat bertentangan dengan
pernyataan Allah swt. dalam Q.S. Al Maidah ayat 3 dan hadis nabi di atas. Sungguh ini merupakan
pelecehan terhadap Allah, Al-Quran dan nabi Muhammad Saw. Naudzubillah min dzalika.
Pantaslah kita simak pernyataan Syaikh Jamaluddin Muhammad Al Anshari dalam bukunya “
Lisanul Arab” sebagai berikut: “Merujuk kepada Al Quran dan hadis mutawatir di atas, kalau ada
orang yang mengatakan masih akan ada nabi setelah nabi Muhammad saw. atau ada orang yang
mengaku menjadi nabi atau rasul maka mereka telah sesat dan kafir.”
7. Mencintai Nabi Muhammad saw.
Mencintai nabi Muhammad saw. adalah suatu keniscayaan dan menduduki peringkat yang paling
tinggi, tentu setelah kecintaan kepada Allah swt, dibandingkan dengan kecintaan kepada selain
beliau. Seseorang belum dikatakan sungguh-sungguh mencintai Rasulullah saw. jika ia masih
menomorduakan kecintaan kepada beliau di bawah kecintaan kepada selain beliau. Mari kita
renungkan firman Allah swt. dalam Q.S. At-Taubah ayat 24 yang artinya sebagai berikut:
“ Katakanlah , “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri dan kaum keluarga
kalian juga harta kekayaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal
yang kalian sukai adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan RasulNya, maka tunggulah sampai
Allah mendatangkan keputusan (azab)-Nya.” Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang
fasiq.” (Q.S. At-Taubah ayat 24)
Kecintaan kepada Allah swt. dan Rasul-Nya juga merupakan parameter keimanan seseorang.
Lebih dari itu, manisnya iman akan dirasakan seorang muslim jika dia telah menjadikan Allah swt.
dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada ragam kecintaannya kepada sekelilingnya. Rasulullah saw.
telah bersabda:
Ada tiga perkara, siapa yang memilikinya, ia telah menemukan manisnya iman: 1) orang yang
mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih daripada yang lainnya; 2) orang yang mencintai seseorang
hanya karena Allah; 3) orang yang tidak suka kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak suka
dilemparkan ke dalam api neraka.
(H.R. Muttafaq alaih )
Dalam kitab Min Muqawwimat an- Nafsiyah al -Islamiyah arti cinta seorang hamba kepada
Allah dan Rasul-Nya adalah mentaati dan mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya.” Al Baidhawi
berkata, :” Cinta adalah keinginan untuk taat.”Al-Zujaj juga berkata: “Cinta manusia kepada Allah
dan Rasul-Nya adalah mentaati keduanya serta meridhai segala perintah Allah dan segala ajaran
yang dibawa Rasullah saw.”
Kecintaan kita kepada Rasulullah saw. mengharuskan kita untuk menyelaraskan semua hal yang
terkait dengan pribadi maupun sosial kita.

5.                  Hikmah Beriman Kepada Hari Akhir


Dampak Beriman Kepada Hari Akhir Terhadap Sikap Dan Perilaku Manusia
Kamis, 04 Maret 04 Iman kepada hari ahkir adalah termasuk rukun iman, dan merupakan akidah
Islam yang fundamental. Karena memepercayai hari kebangkitan di akherat merupakan pilar akidah
setelah mengesakan Allah Ta'ala. Keberadaan hari Kiamat adalah merupakan sesuatu hal yan qoth'i
(pasti) dan tidak perlu memperdebatkan dengan logika sempit dan filsafat sesat. Sedangkan
menging-karinya adalah merupakan kekafiran.
Hari akhir adalah hari kiamat yang hari itu seluruh manusia dibangkitkan untuk dihisab
(diperhitungkan amal-nya) dan diberi balasan. Dikatakan hari akhir karena tidak ada hari
setelahnya, dimana setiap penghuni surga akan menetap di Surga dan ahli Neraka akan menetap di
neraka. Beriman kepada hari akhir mengandung empat unsur:
            Pertama: beriman kepada hari kebangkitan, yaitu saat dihidupkannya kembali orang-orang
mati tatkala ditiup sangkakala kedua. Seluruh manusia bangkit menghadap Allah tanpa alas kaki,
tanpa mengenakan pakaian serta dalam keadaan tidak berkhitan Firman Allah: "Kemudian sesudah
itu sesung-guhnya kamu sekalian benar-benar akan mati, kemudian kamu sekalian benar-benar
akan dibangkitkan (dari kubur-mu) di hari kiamat." (QS. Al-Mu'minun: 15-16)
            Kedua : Beriman kepada hisab (perhitungan) dan jaza' (pembalasan).
Firman Allah Ta'ala :
"Sesungguhnya kepada Kami-lah mereka kembali, kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah
menghisab mereka". (Al-Ghasyiyah : 25-26)
Di saat itu semua amal perbuatan manusia akan diperhitungkan dan tidak ada sedikitpun yang
akan lolos dari hisabnya. Walaupun sekecil titik debu, pasti ia akan menuai balasannya.
Ketiga: Beriman kepada adanya Surga dan Neraka, bahwa keduanya adalah tempat kembali
yang abadi bagi manusia. Surga adalah tempat penuh dengan kenikmataan, dipersiapkan untuk
orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Adapun Nereka adalah tempat berbagai macam adzab
yang disediakan Allah bagi orang kafir dan dzalim.
Keempat: Termasuk rangkaian iman kepada hari akhir adalah mengimani segala sesuatu
yang terjadi setelah kematian, seperti fitnah kubur, siksa dan nikmatnya. Kenikmatan kubur hanya
diperuntukkan bagi orang-orang mukmin yang jujur.

Firman Allah Ta'ala :


"Seseunguhnya orang-orang yang mengatakan : "Tuhan kami ialah Allah', kemudian mereka
meneguhkan pendi-riannya, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan) :
'Janganlah kamu merasa takut dan janganlah merasa sedih dan bergem-biralah kamu akan
(memperoleh) Surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu." (Fushshilat: 30)
Adapun siksa kubur diperuntukan bagi orang zalim dan orang-orang munafik serta kafir.
Firman Allah:
"Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang dzalim (berada) dalam
tekanan-tekanan sekaratul maut sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata):
"Keluarkan nyawamu, di hari ini kamu dibalas dengan siksaaan yang sangat menghinakan karena
kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar, dan karena kamu selalu
menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya." (Al-An'am : 93)
Orang mukmin di dalam setiap gerak amal kesehariannya senantiasa memeprtimbangkan
hitungan akherat, ia selalu menghitung untung ruginya dalam hisab Allah Ta'ala. Adapun orang
kafir, ia berbuat laksana binatang yang tidak pernah merasa ada akibat apapun dari amalnya,
sehingga tidak sedikitpun hatinya memperdulikan timbangan akherat. Tidak ada undang-undang
dan aturan apapun di dunia ini, yang mampu menjadikan penganutnya bersemangat penuh
keikhlasan untuk melaksanakan kebaikan dan menjauh dari keburukan selain kerena iman seorang
terhadap syari'at Islam Ini.

Adapun beriman kepada hari akhir akan dapat memberikan dampak sebagai berikut:
            Pertama : Senang dan tekun menjalankan ketaatan serta mengharap-kan pahala untuk
persiapan hari pembalasan.
Kedua : Takut dan gelisah di saat bermaksiat karena mengimani akan adanya suatu siksaan yang
sangat pedih di hari pembalasan.
Ketiga : Penghibur bagi orang mukmin yang tidak sempat menda-patkan kenikmatan dunia,
sebagai gantinya ia punya harapan yang akan ia peroleh di hari akherat berupa kenik-matan dan
pembalasan pahala.
Sesungguhnya percaya kepada Allah, hari akhir, pahala serta siksaan akan memberi arah
yang nyata terhadap perilaku manusia untuk berbuat kebaikan. Tidak ada undang-undang ciptaan
manusia yang mapu menjadikan perilaku manusia tetap tegak dan lurus seperti beriman kepada hari
akhir. Oleh karena itu, dalam masalah ini akan ada perbedaan perilaku antara orang yang ingkar
terhadap Allah dan hari akhir dengan orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Orang yang
beriman mengetahui dunia adalah tempat simpanan sementara, sedang amal sholeh adalah bekal
untuk mal akherat.
Maka bagi orang yang percaya hari pembalasan dia akan berbuat dengan melihat kepada
timbangan langit, bukan timbangan bumi. Dan dia akan melihat hisab akherat, bukan hisab dunia.
Adapun bagi orang yang tak beriman kepada Allah dan hari akhir, hisab dan balasan, maka ia
mencoba menjalani rutinitas kehidupan dunia ini dengan mengejar kesenangan yang disertai
kerakusan, mengumpulkan harta benda dengan berbagai cara tak peduli halal dan haramnya. Karena
itu dia akan dihisab dan akan celaka karena dia tidak menghiraukan hari pembalasan.
"Bahkan manusia itu hendak berbuat maksiat terus-menerus. Ia bertanya" Bilakah hari
kiamat itu datang?" (Al-Qiyamah : 5-6)
Begitulah pemikiran orang-orang bodoh dan sempit yang banyak menjadi pemicu terjadinya
berbagai tindakan kriminalitas di muka bumi karena keingkaran mereka terhadap hari pembalasan.
Sebagaimana Allah gambarkan tentang keadaan mereka dalam firman-Nya: "Dan tentu mereka
akan mengatakan (pula), "Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja dan kita sekali-kali tidak
akan dibangkitkan." (Al-An'am: 29)
Bahkan paham-paham kekufuran terhadap hari akhir di zaman ini selalu berkembang
dengan sangat suburnya. Seperti kita lihat misalnya pengingkaran secara total di balik alam materi,
yang dilakukan orang komunis dengan berbagai kelompok dan organisasinya sekarang. Menurut
mereka , kehidupan itu meteri belaka dan di balik materi itu tidak ada sesuatu yang lain. Hal itu
sebagaimana dikatakan pemimpin mereka Karl Marx yang berpendapat bahwa , Tuhan itu tidak ada
dan kehidupan itu hanya materi. Oleh Karena itu, tak heran bila mereka seperti binatang. Mereka
tak bisa menangkap arti kehidupan.
Demikian juga aliran Materialisme, mereka menjadikan harta sebagai tujuan dan tenggelam
dalam pencarian-nya tanpa memperhitungkan batas hidup yang sangat sempit dan singkat. Dan
mereka bila melihat kehidupan di dunia, meraka berani berkorban demi untuk memperoleh
kesenangan yang berlipat ganda dengan tanpa memikir-kan datangnya kematian. Mereka tidak
perduli pertangungjawaban kehidupan lain, dan tidak memperdulikan kejadian yang akan menimpa
pada masa yang akan datang dalam kehidupannya. Wallahu a'lam bisshowab (Khanif Muslim Bin
Hasyim)
Maraji':
Tafsir Al-Qur'anul 'Adzim, Ibnu katsir
Asyratus Sa'ah, Yusuf bin Abdullah Al-Wabil
Kitabut Tauhid, Syaikh Al-Fauzan.
Syarh Salatsatul Ushul, Muhammad

6.     Hikmah Beriman Kepada Qada’ dan Qadar

            Pengertian Qadha dan Qadar Menurut bahasa  Qadha memiliki beberapa pengertian yaitu:
hukum, ketetapan,pemerintah, kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Menurut istilah Islam, yang
dimaksud dengan qadha adalah ketetapan Allah sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya
tentang segala sesuatu yang berkenan dengan makhluk. Sedangkan Qadar arti qadar menurut
bahasa adalah: kepastian, peraturan, ukuran. Adapun menurut Islam qadar perwujudan atau
kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan berbentuk tertentu sesuai
dengan iradah-Nya. Firman Allah:
Artinya: yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan
tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan
Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. (QS .Al-Furqan ayat 2).
Untuk memperjelas pengertian qadha dan qadar, berikut ini dikemkakan contoh. Saat ini
Abdurofi melanjutkan pelajarannya di SMK. Sebelum Abdurofi lahir, bahkan sejak zaman azali
Allah telah menetapkan, bahwa seorang anak bernama Abdurofi akan melanjutkan pelajarannya di
SMK. Ketetapan Allah di Zaman Azali disebut Qadha. Kenyataan bahwa saat terjadinya disebut
qadar atau takdir. Dengan kata lain bahwa qadar adalah perwujudan dari qadha.

1.  Hubungan antara Qadha dan Qadar


Pada uraian tentang pengertian qadha dan qadar dijelaskan bahwa antara qadha dan qadar
selalu berhubungan erat . Qadha adalah ketentuan, hukum atau rencana Allah sejak zaman azali.
Qadar adalah kenyataan dari ketentuan atau hukum Allah. Jadi hubungan antara qadha qadar ibarat
rencana dan perbuatan.
Perbuatan Allah berupa qadar-Nya selalu sesuai dengan ketentuan-Nya. Di dalam surat Al-Hijr ayat
21 Allah berfirman, yang artinya sebagai berikut: lihat Al-Qur’an on line di google
Artinya ” Dan tidak sesuatupun melainkan disisi kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak
menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.”
Orang kadang-kadang menggunakan istilah qadha dan qadar dengan satu istilah, yaitu
Qadar atau takdir. Jika ada orang terkena musibah, lalu orang tersebut mengatakan,
”sudah takdir”, maksudnya qadha dan qadar.

2. Kewajiban beriman kepada dan qadar


            Diriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah SAW didatangi oleh seorang laki-laki yang
berpakaian serba putih , rambutnya sangat hitam. Lelaki itu bertanya tentang Islam, Iman dan Ihsan.
Tentang keimanan Rasulullah menjawab yang artinya: Hendaklah engkau beriman kepada Allah,
malaekat-malaekat-Nya, kitab-kitab-Nya,rasul-rasulnya, hari akhir dan beriman pula kepada
qadar(takdir) yang baik ataupun yang buruk. Lelaki tersebut berkata” Tuan benar”. (H.R. Muslim)
            Lelaki itu adalah Malaekat Jibril yang sengaja datang untuk memberikan pelajaran agama
kepada umat Nabi Muhammad SAW. Jawaban Rasulullah yang dibenarkan oleh Malaekat Jibril itu
berisi rukun iman. Salah satunya dari rukun iman itu adalah iman kepada qadha dan qadar. Dengan
demikian , bahwa mempercayai qadha dan qadar itu merupakan hati kita. Kita harus yakin dengan
sepenuh hati bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri kita, baik yang menyenangkan maupun
yang tidak menyenangkan adalah atas kehendak Allah.
Sebagai orang beriman, kita harus rela menerima segala ketentuan Allah atas diri kita. Di
dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman yang artinya: ” Siapa yang tidak ridha dengan qadha-
Ku dan qadar-Ku dan tidak sabar terhadap bencana-Ku yang aku timpakan atasnya, maka
hendaklah mencari Tuhan selain Aku. (H.R.Tabrani)
            Takdir Allah merupakan iradah (kehendak) Allah. Oleh sebab itu takdir tidak selalu sesuai
dengan keinginan kita. Tatkala takdir atas diri kita sesuai dengan keinginan kita, hendaklah kita
beresyukur karena hal itu merupakan nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Ketika takdir yang
kita alami tidak menyenangkan atau merupakan musibah, maka hendaklah kita terima dengan sabar
dan ikhlas. Kita harus yakin, bahwa di balik musibah itu ada hikmah yang terkadang kita belum
mengetahuinya. Allah Maha Mengetahui atas apa yang diperbuatnya.
4. Hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar
Iman kepada qadha dan qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah
SWT telah menentukan tentang segala sesuatu bagi makhluknya. Berkaitan dengan qadha dan
qadar, Rasulullah SAW bersabda yang artinya sebagai berikut yang artinya
”Sesungguhnya seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah,
40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian Allah mengutus
malaekat untuk meniupkan ruh ke dalamnya dan menuliskan empat ketentuan, yaitu tentang
rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya, dan (jalan hidupny) sengsara atau bahagia.” (HR.Bukhari
dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud).
Dari hadits di atas dapat kita ketahui bahwa nasib manusia telah ditentukan Allah sejak
sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya, tidak berarti bahwa
manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan ikhtiar. Manusia tetap
berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang dengan sendirinya.
Janganlah sekali-kali menjadikan takdir itu sebagai alasan untuk malas berusaha dan berbuat
kejahatan. Pernah terjadi pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, seorang pencuri tertangkap dan
dibawa kehadapan Khalifah Umar. ” Mengapa engkau mencuri?” tanya Khalifah. Pencuri itu
menjawab, ”Memang Allah sudah mentakdirkan saya menjadi pencuri.”
Mendengar jawaban demikian, Khalifah Umar marah, lalu berkata, ” Pukul saja orang ini
dengan cemeti, setelah itu potonglah tangannya!.” Orang-orang yang ada disitu bertanya,
” Mengapa hukumnya diberatkan seperti itu?”Khalifah Umar menjawab, ”Ya, itulah yang setimpal.
Ia wajib dipotong tangannya sebab mencuri dan wajib dipukul karena berdusta atas nama Allah”.
Mengenai adanya kewajiban berikhtiar , ditegaskan dalam sebuah kisah. Pada zaman nabi
Muhammad SAW pernah terjadi bahwa seorang Arab Badui datang menghadap nabi. Orang itu
datang dengan menunggang kuda. Setelah sampai, ia turun dari kudanya dan langsung menghadap
nabi, tanpa terlebih dahulu mengikat kudanya. Nabi menegur orang itu, ”Kenapa kuda itu tidak
engkau ikat?.” Orang Arab Badui itu menjawab, ”Biarlah, saya bertawakkal kepada Allah”. Nabi
pun bersabda, ”Ikatlah kudamu, setelah itu bertawakkalah kepada Allah”.
Dari kisah tersebut jelaslah bahwa walaupun Allah telah menentukan segala sesuatu, namun
manusia tetap berkewajiban untuk berikhtiar. Kita tidak mengetahui apa-apa yang akan terjadi pada
diri kita, oleh sebab itu kita harus berikhtiar. Jika ingin pandai, hendaklah belajar dengan tekun. Jika
ingin kaya, bekerjalah dengan rajin setelah itu berdo’a. Dengan berdo’a kita kembalikan segala
urusan kepada Allah kita kepada Allah SWT. Dengan demikian apapun yang terjadi kita dapat
menerimanya dengan ridha dan ikhlas Mengenai hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar
ini, para ulama berpendapat, bahwa takdir itu ada dua macam :
1.Takdir mua’llaq: yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Contoh seorang siswa
bercita-cita ingin menjadi insinyur pertanian. Untuk mencapai cita-citanya itu ia belajar dengan
tekun. Akhirnya apa yang ia cita-citakan menjadi kenyataan. Ia menjadi insinyur pertanian. Dalam
hal ini Allah berfirman:
Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. ( Q.S Ar-Ra’d ayat 11)
2.Takdir mubram; yaitu takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan atau tidak
dapat di tawar-tawar lagi oleh manusia. Contoh. Ada orang yang dilahirkan dengan mata sipit , atau
dilahirkan dengan kulit hitam sedangkan ibu dan bapaknya kulit putih dan sebagainya.

5.  Hikmah iman kepada qada dan qadar


Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita dalam
menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut
antara lain:
1.Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar
2.Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa
3.Memupuk sifat optimis dan giat bekerja
4.Menenangkan jiwa
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan masalah di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Makna Syahadat “Laa ilaaha illallah “ adalah “Tidak ada sesembahan yang hak selain
Allah”. Dan makna syahadat “Anna Muhammadan Rasulullah” adalah mengakui secara
lahir batin bahwa beliau adalah hamba Allah dan RasulNya.
2. Rukun syahadat “Laa ilaaha illallah” ada 2 yaitu An-Nafyu ( peniadaan) dan Al-Itsbat
(penetapan). Rukun “Muhammad Rasulullah” juga ada 2 yaitu abduhu (hamba) dan rasuluh
(utusanNya).
3. Syarat syahadat “Laa ilaha illallah” ada 7 yaitu :
a. ‘Ilmu, yang menafikan jahl (kebodohan).
b. Yaqin (yakin), yang menafikan syak (keraguan).
c. Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan).
d. Inqiyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan).
e. Ikhlash, yang menafikan syirik.
f. Shidq (jujur), yang menafikan kadzib (dusta).
g. Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdha’ (kebencian).
Syarat Syahadat “Anna Muhammadan Rasulullah” :

a. Mengakui kerasulannya dan meyakininya.


b. Mengucapkan dan mengikrarkan dengan lisan.
c. Mengamalkan ajaran kebenaran yang telah dibawanya.
d. Membenarkan segala apa yang dikabarkannya.
e. Mencintainya melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, harta, anak, orangtua serta
seluruh umat manusia.
f. Mendahulukan sabdanya atas segala pendapat dan ucapan orang lain serta mengamalkan
sunnahnya.
4. Konsekuensi syahadat “Laa ilaha illallah” adalah beribadah kepada Allah semata tanpa
syirik sedikit pun, sebagai keharusan dari penetapan illallah. Dan konsekuensi syahadat
“Muhammad Rasulullah” adalah mentaatinya, membenarkannya, meninggalkan apa yang
dilarangnya, mencukupkan diri dengan mengamalkan sunnahnya, dan meninggalkan yang
lain dari hal-hal bid’ah dan muhdatsat (baru), serta mendahulukan sabdanya di atas segala
pendapat orang.
5. Hal-hal yang membatalkan syahadat antara lain :
a. Menyekutukan Allah (syirik).
b. Tidak mengkafirkan orang-orang musyrik, atau meragukan kekafiran mereka, atau
membenarkan pendapat mereka.
c. Meyakini adanya petunjuk yang lebih sempurna dari Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
d. Tidak senang dan membenci hal-hal yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, meskipun ia melaksanakannya, maka ia telah kafir.
e. Menghina Islam

Anda mungkin juga menyukai