DISUSUN OLEH :
1. NURUL FITRIYA (210701031)
2. FADZILA NUR LAILI (210701037)
3. MARIYATUL QIBTIYAH (210701068)
4. ANDHIKA RAYHAN SAVERO (210701069)
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya dan tidak lupa pula sholawat serta salam kami panjatkan kepada Nabi Besar kita
Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang
terang benderang seperti saat ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama
serta teman-teman yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “TAUHID DAN URGENSINYA BAGI
KEHIDUPAN MUSLIM” kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah
ini, sehingga kami senantiasa terbuka untuk menerima saran dan kritik pembaca demi
penyempurnaan makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun, Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
1. KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
2. DAFTAR ISI ..................................................................................................................ii
3. BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................1
4. BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................2
2.1 Pengertian Tauhid ......................................................................................................2
2.2 Makna Kalimat “laa illa ha illa Allah” Dan Konsekuensi Dalam Kehidupan ...........3
2.3 Tauhid Sebagai Landasan Bagi Semua Aspek Kehidupan ........................................6
2.4 Jaminan Allah Bagi Orang Yang Bertauhid Mutlak ..................................................7
5. BAB III KESIMPULAN ................................................................................................12
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................12
6. DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................13
ii
BAB I
Pendahuluan
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas maka tujuan dari
penulisan makalah ini antara lain:
1. Memahami dan mempelajari pengertian tauhid.
2. Memahami dan mempelajari makna Laa Ilaaha Illa-Allah dan konsekuensinya
dalam kehidupan.
3. Memahami dan mempelajari tauhid sebagai landasan hidup
4. Memahami dan mempelajari jaminan Allah SWT bagi ahli tauhid
1
BAB II
Pembahasan
ٰ
ُ فَا ْعلَ ْم َأنَّهُ اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا
Artinya :"Maka ketahuilah (ilmuilah) bahwasannya tidak ada sesembahan yang benar
selain Allah". (Qs. Muhammad : 19)
Berdasarkan ayat di atas, bahwa memahami makna syahadat adalah wajib hukumnya dan
mesti didahulukan dari pada rukun-rukun Islam yang lain. Rasulullah SAW juga
menegaskan "Barang siapa yang mengucapkan laa ilaaha illa-Allah dengan ikhlas maka
akan masuk ke datang surga."(HR. Ahmacl). Yang dimaksud dengan ikhlas di sini adalah
memahami, mengamalkan dan mendakwahkan kalimat tersebut sebelum yang lainnya.
Rasulullah sendiri mengajak paman beliau Abu Thalib menjelang detik-detik
kematiannya dengan ajakan :"Wahai pamanku, ucapkanlah laa ilaaha illa-Allah, sebuah
kalimat yang aku akan jadikan ia sebagai nutfah di hadapan Allah". Akan tetapi, Abu Thalib
enggan untuk mengucapkan dan meninggal datam keadaan musyrik. Selama 13 tahun di
Makkah. Nabi Muhammad SAW mengaiak orang-orang dengan perkataan beliau :"Katakan
laa ilaaha illa-Allah”.Kemudian orang-orang kafir menjawab :"Beribadah kepada
sesembahan yang satu. Tidak pernah kami dengar dari orang tua kami". Orang Quraisy di
zaman Rasulullah sangat paham makna kalimat tersebut, dan barang siapa yang
mengucapkannya tidak akan menyeru/berdoa kepada selain Allah.
1. Syarat-syarat Laa Ilaaha IlIa-Allah ()آلِإلَهَ ِإالَّ هللا
Bersaksi dengan laa ilaaha illa-Allah harus dengan tujuh syarat. Tanpa syarat-syarat
itu kesaksian tersebut tidak akan bermanfaat bagi yang mengikrarkannya. Secara singkat
tujuh syarat itu ialah :
a. ‘Ilmu (mengetahui), yang menafikan jahl (Kebodohan)
b. Yaqin (yakin), yang menafikan syak (keraguan)
c. Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan)
d. Inqiyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan)
e. Ikhlash, yang menafikan syirik
f. Shidq (jujur), yang menafikan kidzb (dusta)
3
g. Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdha’ (kebencian).
Adapun rinciannya:
a. Syarat pertama : 'llmu (Mengetahui)
Artinya memahami makna dan maksudnya. Mengetahui apa yang ditiadakan dan apa
yang ditetapkan serta menafikan ketidaktahuannya tentang hal tersebut.
Artinya :"Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat
memberi syafaat ; akan tetapi (orang yang dapat nemberi syafaat ialah) orang yang
mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini (nya)”. (QS. Az-Zukhruf : 86)
Maksudnya orang yang bersaksi dengan laa ilaaha illa Allah dan memahami dengan
hatinya apa yang diikrarkan oleh lisannya seandainya ia mengucapkannya, tetapi tidak
mengerti apa maknanya, maka persaksiaan itu tidak sah dan tidak berguna.
ٍ ُستَ ْكبِرُونَ َويَقُولُونَ َأِئنَّا لَتَا ِر ُكو آلِ َهتِنَا لِشَا ِع ٍر َم ْجن
ون ْ َِإنَّ ُه ْم َكانُوا ِإ َذا قِي َل لَ ُه ْم اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا ُ ي
4
Artinya : “Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha
illa-Allah”(Tiada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka
menyombongkan diri. Dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami harus
meninggalkan sembah-sembahan kami karena seorang penyair gila?”.(QS. Ash-Shafat:
35-36)
۞ س َك ِبا ْل ُع ْر َو ِة ا ْل ُو ْثقَ ٰى ۗ َوِإلَى هَّللا ِ عَاقِبَةُ اُأْل ُمو ِر ْ سنٌ فَقَ ِد ا
َ ستَ ْم ِ سلِ ْم َو ْج َههُ ِإلَى هَّللا ِ َوه َُو ُم ْح
ْ َُو َمنْ ي
Artinya : “Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang
yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang
kokoh”.(QS. Luqman : 22).
ُه ْمŠسَ ُ َدع ُْونَ ِإآل َأ ْنفŠوا َو َمايَ ْخŠ ْ ُخ ِدع ُْونَ ٱهللَ َوٱلَّ ِذيْنَ ٰأ َمنŠٰ ُس َمنْ يَّقُ ْو ُل ٰأ َمنَّابِٱهللِ َوبِٱ ْليَ ْو ِم ٱٰأل ِخ ِر َو َما ُه ْم بِ ُمْؤ ِمنِيْنَ ي
ِ َو ِمنَ ٱلنَّا
َأ
َاب ڶِ ْي ٌم ِب َما َكنُ ْو يَ ْك ِذبُ ْون َ َ
ٌ ضا ۖ َوڶ ُه ْم َعذ ً ض فَ َزا َد ُه ُم ٱڶڶهُ َم َر ُ
ٌ ش ُع ُر ْونَ فِى قُڶوبِ ِه ْم َّم َر ْ ََو َماي
Artinya : “Di antara manusia ada yang mengatakan:”Kami beriman kepada Allah dan
Hari kemudian”. Padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya
menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu
ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siska yang pedih, disebabkan mereka
berdusta”.(QS. Al-Baqarah: 8-10)
ِ يَ ْبتَ ِغى ِب َذلِكَ َو ْجهَ هَّللا. ُ فَِإنَّ هَّللا َ َح َّر َم َعلَى النَّا ِر َمنْ قَا َل الَ ِإلَهَ ِإالَّ هَّللا
5
”Sesungguhnya Allah mengharamkan atas neraka orang yang mengucapkan laa ilaaha
illa-Allah karena mengiginkan ridha Allah”.(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
َر ْونŠَ َش ُّد ُحبًّا هَّلِل ِ ۗ َولَ ْو يَ َرى الَّ ِذينَ ظَلَ ُموا ِإ ْذ يَ س َمنْ يَت َِّخ ُذ ِمنْ دُو ِن هَّللا ِ َأ ْندَادًا يُ ِحبُّونَ ُه ْم َك ُح ِّب هَّللا ِ ۖ َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا َأ
ِ َو ِمنَ النَّا
ب َ ْ
ِ ش ِدي ُد ال َعذا هَّللا َأ هَّلِل َ
َ َ َّاب نَّ الق َّوة ِ َج ِمي ًعا َو ن ُ ْ َأ َ ْ
َ ال َعذ
6
Tujuan tauhid adalah memanusiakan manusia. Itu sebabnya, dehumanisasi merupakan
tantangan tauhid yang harus dikembalikan kepada tujuan tauhid, yaitu memberikan
perubahan terhadap masyarakat. Perubahan itu didasarkan pada cita-cita profetik yang
diderivasikan dari misi historis sebagaimana tertera dalam firman Allah:
Artinya :“Engkau adalah umat terbaik yang diturunkan di tengah manusia untuk
menegakkan kebaikan, mencegah kemungkaran dan beriman kepada Allah”.(QS. Ali’Imran:
110).
Kuntowijoyo memberikan tiga muatan dalam ayat di atas sebagai karakteristik ilmu
sosial profetik, yakni kandungan nilai humanisasi, liberasi dan transendensi. Tujuannya
supaya diarahkan untuk merekayasa masyarakat menuju cita-cita sosial-etiknya di masa
depan.
7
merupakan kezhaliman yang paling zhalim. Hal ini karena pelaku syirik menunjukan
ibadah kepada yang tidak berhak menerimanya, mereka menyamakan Al-Khaliq (Sang
Pencipta) dengan makhluk, menyamakan yang lemah dengan Maha Perkasa.
Yang dimaksud dengan kezhaliman dalam ayat di atas adalah syirik, sebagaimana
dijelaskan oleh Rasulallah SAW ketika menafsirkan ayat ini. Ibnu Mas’ud
radhiyallahu’anhu mengatakan, “ Ketika ayat ini turun,terasa beratlah di hati para
sahabat, mereka mengatakan siapakah di antara kita yang tidak pernah menzhalimi dri
sendiri (berbuat maksiat), maka rasulallah SAW bersabda :
ْ َُوِإ ْذ قَا َل لُ ْق َمانُ اِل ْبنِ ِه َو ُه َو يَ ِعظُهُ يَا بُنَ َّي اَل ت
ش ِركْ بِاهَّلل ِ ۖ ِإنَّ الش ِّْر َك لَظُ ْل ٌم َع ِظي ٌم
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: “ Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya ,
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.(QS. Lukman :
13)”
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukan keimanan mereka dengan
kezhaliman (kesyirikan). Mereka akan mendapatkan rasa aman di dunia dan di akhirat
serta mendapatkan keamanan di dunia berupa ketenangan hati, dan keamanan di akhirat
dari hal-hal yang ditakti yang akan terjadi di Hari Akhir. Petunjuk yang mereka dapatkan
di dunia berupa ilmu yang bermanfaat dan amal shalih, sedangkan petunjuk diakhirat
berupa petunjuk yang mereka dapatkan sesuai dengan kadar tauhidnya. Semakin
sempurna Tauhid seseorang, semakin besar keamanan dan petunjuk yang akan diperoleh.
2. Ahli Tauhid Djamin Masuk Surga.
Rasulullah SAW bersabda :
ق َأد َْخلَهُ هَّللا ُ ا ْل َجنَّةَ َعلَى َما َكانَ ِمنْ ا ْل َع َم ِل ٌّ وح ِم ْنهُ َوا ْل َجنَّةُ َح
ٌّ ق َوالنَّا ُر َح ٌ ِإلَى َم ْريَ َم َو ُر
Artinya :” Barangsiapa yang bersyahadat (bersaksi) bahwa tidak ada ilah (sesembah)
yang berhak disembah selain allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan saksi bahwa
Muhammadadalahhamba dan rosul-Nya, dan ‘Isa adalahhamba dan rasul-Nya, dan
kalimat yang disampaikan-Nya kepada Maryamserta ruh dari-Nya dan bersaksi bawha
surga dan neraka benar adanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga,
sesuai amal yang telah dikerjakannya”.
Ini merupakan janji dari Allah SAW untuk ahli Tauhid bawha mereka akan
dimasukkan ke dalam surga. Ahli Tauhid adalah mereka yang bersyahadat (bersaksi)
dengan persaksianyang disebut dalamhadis diatas. Maksud syahadat yang benar harus
terkandung tiga hal, yaitu mengucapkannya dengan lisan, memahami maknanya, dan
mengamalkan segala konsekuensinya. Tidak cukup hanya sekedar mengucapkan saja.
8
Sesuai amal yang telah dikerjakannya ada dua tafsiran :
a. Pertama, mereka akan masuk surga walaupun memiliki dosa-dosa selain syirik karena
dosa-dosa selain syirik tersebut tidak menghalanginya untuk masuk ke dalam surga, baik
masuk surga secara langsung maupun sempat diazab di neraka lalu akhirnya masuk surga.
Ini merupakan keutamaan tauhid yang dapat menghapuskan dosa-dosa dengan izin Allah
dang mnghalangi seseorang dengan amal shalihnya.
b. Kedua, Mereka akan masuk surga, namun kedudukan mereka dalam surga sesuai
dengan amalan merka, karena kedudukan seseorang di surga bertingkat-tingkat sesuai
amal shalihanya.
ِ فَِإنَّ هَّللا َ قَ ْد َح َّر َم َعلَى النَّا ِر َمنْ قَا َل الَ ِإلَهَ ِإالَّ هَّللا ُ يَ ْبتَ ِغ ْي بِ َذلِ َك َو ْجهَ هَّللا.
Artinya : “ Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang menatakan La
ilaaha illa-Allah, yang di ucapkan ikhlas mengharapkan wajah Allah. (HR. Al-Bukhari
dan Muslim)
Pengharaman dari neraka ada dua bentuk. Pertama, diharamkan masuk neraka secara
mutlak dalam arti dia tidak akan pernah masuk neraka sama sekali. Boleh jadi dia
mempunyai dosa, lalu Allah SWT mengampuninnya ataudia termasuk golongan orang-
orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab. Kedua, diharamkan kekal masuk
neraka dalam arti dikeluarkan dari neraka setelah sempat dimasukkan ke dalamnya
selama beberapa waktu.
4. Ahli Tauhid Diampuni Dosa-dosanya.
Hidup kita tidak luput dari gelimbang dosa dan maksiat. Karena itu pengampunan
dosa adaalah sesuatu yang sangat kita harapkan. Dengan melaksanakan tauhid swcara
benar, menjadi sebab terbesar dapat menghapus dosa-dosa kita. Rasulallah SAW
bersabda :
Yang Artinya : “Allah berfirman : ‘ Wahai anak adam, sesungguhnya sekiranya kamu
kamu datang pada-Ku dengan kesalahan sepenuh bumi, keumdian kamu datang kepada-
Ku tanpa menyrkutukan sesuatu pun dengan-Ku, maka aku akan mendtangimu dengan
ampun sepenuh bumi pula”. (HR. Tirmidzi)
Dalam hadist ini Rasulallah mengabarkan tentang luasnya keutamaan dan rahmat
Allah. Allah akan menghapus dosa-dosa yang besar sekalipun selama itu bukan dosa
syirik. Semakna dengan hadist ini seperti difirmankan Allah :
9
ش ِركْ بِاهَّلل ِ فَقَ ِد ا ْفتَ َرى ِإ ْث ًما ع َِظي ًما ْ ُِإنَّ هَّللا َ اَل يَ ْغفِ ُر َأنْ ي
ْ ُش َر َك بِ ِه َويَ ْغفِ ُر َما دُونَ َذلِ َك لِ َمنْ َيشَا ُء َو َمنْ ي
Artinya :’ Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang lain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya,
Barangsiapa siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa
yang besar”. (QS. An-Nisaa’:48).
5. Jaminan Bagi Masyarakan yang Bertauhid
Kebaikan tauhid ternyata tidak hanya bermanfaat bagi individu. Jika sesuatu
masyarakat benar-benar merealisasikan tauhid dalam kehidupan mereka, Allah SWT akan
memberikan jaminan bagi mereka
Sebagaimana friman-Nya :
“ Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
merka berkuasa di muka bumi, sebagaimanan Dia telah menjadikan orang-orang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang
telah dirikhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar(keadaan) mereka,
sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku
dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang
(tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka merka itulah orang-orang yang fasik”.(QS. An-
Nur:55)
Dalam ayat di atas Allah SWT memberikan bebrapa jaminan bagi sesuatu masyarakat
yang mau mengimplementasikan nilai-nilai ketauhidan dalam kehidupan, yaitu mendapat
kekuasaan di muka bumi, mendapat kemantapan dan keteguhan dalam beragama, serta
mndapat keamanan dan dijauhkan rasa takut. Dalam ayat di atas Allah SWT memberikan
beberapa jaminan bagi suatu masyarakat yang mau mengimplementasikan nila-nilai
ketauhidan dalam kehidupan, yaitu mendapat kekuasaan di muka bumi, mendapat
kemantapan dan keteguhan dalam beragama, serta mndapat keamanan dan dijaukan dari
rasa takut.
Demikian sebagian di antara jaminan yang akan didapatkan oleh ahli tauhid.
Mengutip Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di, termasuk keutamaan Tauhid adalah :
a. Dapat menghapus dosa-dosa.
b. Merupakan faktor terbesar dalam melapangkan berbagai kesusuhan serta bisa menjadi
penangkal dari berbagai akibat buruk dalam kehidupan dunia dan akhirat.
10
c. Mencegah kekekalan dalam api neraka meskipun dalam hati hanya tertanam keimanan
sebesar biji sawi. Juga mencegah masuk neraka secara mutlak bila dia
menyempurnakan dalam hati. Ini termasuk keutamaan tauhid yang paling mulia.
d. Merupakan sebab satu-satunya untuk menggapai ridha Allah SWT dan pahala-Nya.
Orang yang paling bahagia dalam memperoleh syafaat Rasulallah adalah
mengucapkan laa ilaaha illa-Allah dengan ikhlas dari hatinya.
e. Penerimaan seluruh amalan dan ucapan baik yang tampak dan yang
tersembunyitergantung kepada tauhid seseorang. Demikian pula penyempurnaan dan
pemberian ganjarannya. Perkara-perkara ini menjadi sempurna dan lengkap tatkala
tauhid dan keikhlasan kepada Allah SWT menguat. Ini termasuk keutamaan tauhid
yang paling besar.
f. Memudahkan seorang hamba untuk melakukan kebaikan-kebaikan dan meninggalkan
kemungkaran-kemungkaran serta menghibur tatkala menghadapi berbagai musibah.
Sesorang yang ikhlas kepada Allah SWT dalam beriman dan bertauhid akan merasa
ringan untuk melakukan ketaatan-ketaatan karena dia menghadapkan pahala dan
keridhaan Rabb-Nya.
g. Bila tauhid sempurna dalam hati seseorang, Allah menjadikannya mencintai keimanan.
Kemudian Allah menjadikan orang tersebut membenci kekafiran,kefasikan, dan
kemaksiatan. Juga Allah akan menggolongkan ke dalam orang-orang yang terbimbing.
h. Meringankan segala kesulitan dan rasa sakit. Semua itu sesuai dengan
menyempurnakan tauhid dan iman yang dilakukan oleh seorang hamba. Sesuai pula
dengan sikap seseorang hamba saat menerima segala kesulitan dan rasa sakit dengan
hati yang lapang, jiwa yang tenang, dan ridha terhadap ketentuan-ketentuan-Nya.
i. Melepaskan seorang hamba dari ketergantungan dan pengharapan kepada makhluk.
Inilah keagungan dan kemuliaan yang hakiki. Bersamaan dengan itu dia hanya
beribadah dan menghambakan diri kepada Allah, dengan mengharap hanya
kepadaAllah.
j. Bila tauhid sempurna dalam hati seseorang dan terealisasi lengkap dengankeikhlasan,
amal yang sedikit akan berubah menjadi banyak. Segenap amal dan ucapan berlipat
ganda tanpa batas dan hitungan. Kalimat ikhlas menjadi berat dalam timbangan amal
sehingga tidak terimbangi oleh langit dan bumi beserta seluruhpenghuninya.
k. Allah SWT menjamin kemenangan, pertolonga, kemuliaan, kemudahan danpetunjuk d
dunia bagi pemilik tauhid, Cukup banyak dalil yang menguatkan keterangan ini baik
dari Al- Qur’an maupun As-Sunnah.
l. Dengan demikian cukup besar dan banyak keutamaan yang Allah limpahkanbagi para
hamba-Nya yang bertauhid, Sangat beruntung orang yang bisa menggapai seluruh
keutamaannya. Namun keberhasilan total hanya milik orang-orang yang mampu
menyempurnakan tauhid sepenuhnya. Tentu manusia bertingkat-tingkat dalam wujud
11
tauhid kepada Allah SWT. Mereka tidak berada pada satu tingkatan. Masing-masing
menggapai keutamaan tauhid sesuai dengan prestasi dalam menerapkan tauhid.
BAB III
Kesimpulan
3.1 Kesimpulan
Setiap muslim hendak meyakini bahwa tauhid adalah dasart Islam yang paling agung dan
istimewa. Jika tauhid yang murni terealisasikan dalam hidup seseorang, baik pribadi maupun
jama’ah, akan memetik buah yang amat manis. Di antara buah yang didapat adalah
memerdekakan manusia dari perbudakan serta tunduk kepada selain Allah, baik benda-benda
atau makhluk lainnya, juka akan memebentuk keperibadian yang kokoh. Karena itu, siapa pun
yang mampu mengamalkan nilai-nilai ketauhidan dengan benar dalam segala aktivitasnya,
niscaya mendapat ketauhidan dengan benar dalam segala aktivitasnya, niscaya mendapat banyak
12
keistimewaan. Allah SWT menjanjikan bagi para ahli Tauhid aneka kebahagiaan, baik di dunia,
lebih-lebih di akhirat kelak
Daftar Pustaka
http://pandidikan.blogspot.com/2011/04/pengertian-tauhid.html
http://murtadinkafirun.forumotion.net/t11927-makalah-lengkap-tauhid
http://syiahali.wordpress.com/2010/12/26/tauhidsyiah‐imamiyah‐tauhid‐yang‐murni
www.perpustakaan‐islam.com.
Aziz.Abdul, Pelajaran Tauhid Untuk Pemula, Terj. Ainul Haris Umar Arifin Thayib, Jakarta:
Yayasan Al-sofwa, 2000
Abdul Rahim, Imaddudin. 1987. Tauhid. Bandung: Mizan.
Bachtiar, Surin. 1979. Terjemah & Tafsir Al-Qur'an. Bandung: Penerbit Fa. Sumatra.
13
Tim Penyusun Kamus. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Fauzan, Abd. Fauzan. 1998 at-Ta’liq al-mukhtashar al-Mufid 'ala kitabi at-Tauhid lissyaikh
muhammad ibn 'abdul Wahhab. Ponorogo : Darussalam Press
Musa, Prof. Dr. M. Yusuf. 1961 Islam suatu kajian komprehensif (Terj.). Jakarta: Rajawali Press.
2002 Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi
Abdul Latief, M. Alu, DR. Abdul Aziz. 1998 Pelajaran Tauhid Untuk Tingkat Lanjutan, Jakarta:
Darul Haq.
Taimiyah, Ibnu. 2004 Menghindari Pertentangan Akal dan Wahyu. Malang: Pustaka Zamzami.
Al-Faruqi, Ismail R dan Lois Lamiyah. 1998. Atlas Budaya Islam, Menjelajah Khazanah
Peradaban Gemilang (terjemahan). Bandung: MizanHarian Surya, edisi 21 September 2002.
Surabaya: Jawa Pos Group
MATAN, edisi 22 Agustus 2008. Surabaya: PWM Jawa Timur
Majalah Pemikiran dan Peradaban Islam. ISLAMIA. Thn. I, no. 6, 2005. Jakarta:
Khairul Bayan.
https://purwanto-laftifa.blogspot.com/2008/05/ayat-ayat-semesta-sisi-sisi-al
quran_19.html
14