Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TAUHID DAN URGENSINYA BAGI KEHIDUPAN MUSLIM


DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS PENDIDIKAN AGAMA

DISUSUN OLEH :
1. NURUL FITRIYA (210701031)
2. FADZILA NUR LAILI (210701037)
3. MARIYATUL QIBTIYAH (210701068)
4. ANDHIKA RAYHAN SAVERO (210701069)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK


FAKULTAS PSIKOLOGI
2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya dan tidak lupa pula sholawat serta salam kami panjatkan kepada Nabi Besar kita
Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang
terang benderang seperti saat ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama
serta teman-teman yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “TAUHID DAN URGENSINYA BAGI
KEHIDUPAN MUSLIM” kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah
ini, sehingga kami senantiasa terbuka untuk menerima saran dan kritik pembaca demi
penyempurnaan makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Gersik, 25 September 2021

Penyusun, Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

1. KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
2. DAFTAR ISI ..................................................................................................................ii
3. BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................1
4. BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................2
2.1 Pengertian Tauhid ......................................................................................................2
2.2 Makna Kalimat “laa illa ha illa Allah” Dan Konsekuensi Dalam Kehidupan ...........3
2.3 Tauhid Sebagai Landasan Bagi Semua Aspek Kehidupan ........................................6
2.4 Jaminan Allah Bagi Orang Yang Bertauhid Mutlak ..................................................7
5. BAB III KESIMPULAN ................................................................................................12
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................12
6. DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................13

ii
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Pembahasan mengenai Tauhid merupakan hal yang paling urgen dalam Agama
Islam, dimana Tauhid mengambil peranan penting dalam membentuk pribadi-pribadi
yang tangguh, selain juga sebagai inti atau akar daripada ‘Aqidah Islamiyah. Kalimat
Tauhid atau lebih dikenal dengan kalimat Syahadat atau juga disebut Kalimah
Thayyibah (Laailaahaillallah) begitu masyhur di kalangan umat Islam. Dalam
kesehariannya, seorang muslim melafalkan kalimat tersebut dalam setiap shalat
wajibnya yang lima waktu.
Namun rupanya saat ini pembahasan masalah 'Aqidah menjadi sesuatu yang
terkesampingkan dalam kehidupan, kencenderungan masyarakat yang hedonis
dengan persaingan hidup yang begitu ketat, sehingga urusan-urusan dunia menjadi
suatu hal yang menyita perhatian manusia daripada hal-hal lainnya, termasuk
masalah keberagamaan, sehingga kita dapatkan banyak sekali penyimpangan demi
penyimpangan yang terjadi di tengah-tengah umat Islam, dengan keadaan yang
semakin hari semakin buruk ini rupanya lambat laun akan menyadarkan kita semua
akan pentingnya peran agama Islam sebagai agama paripurna yang tidak mengatur
urusan ukhrawi saja, namun juga dalam mengatur urusan-urusan duniawi, yang
menjadikan 'aqidah sebagai landasan berfikirnya. Diharapkan dari penulisan makalah
ini, selain pengetahuan yang lebih luas tentang Tauhid sebagai intisari peradaban
yang telah mengantarkan umat Islam menuju kejayaan demi kejayaan yang tidak
pernah tertandingi.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini rumusan makalah yang dapat kami paparkan adalah sbb:
1. Apa pengertian tauhid ?
2. Apa makna dari kalimat Laa Ilaaha Illa-Allah?
3. Bagaimana peran tauhid sebagai landasan bagi semua aspek kehidupan?
4. Apa jaminan Allah SWT bagi ahli tauhid?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas maka tujuan dari
penulisan makalah ini antara lain:
1. Memahami dan mempelajari pengertian tauhid.
2. Memahami dan mempelajari makna Laa Ilaaha Illa-Allah dan konsekuensinya
dalam kehidupan.
3. Memahami dan mempelajari tauhid sebagai landasan hidup
4. Memahami dan mempelajari jaminan Allah SWT bagi ahli tauhid

1
BAB II
Pembahasan

2.1 Pengertian Tauhid


Pengertian Tauhid Tauhid berasal dari akar kata ahad atau wahid yang artinya satu.
Dalam Islam, ia adalah asas keyakinan (akidah) bahwa Tuhan itu hanya satu, yakni Allah
swt dan tidak ada yang setara juga sekutu dengan‐Nya. Dia yang wajib disembah dan
dimintai pertolongan. Hanya Dia yang ditaati dan ditakuti. Hanya Dia yang menentukan
segala sesuatu di dunia dan akhirat nanti. Tauhid dirangkum dalam kalimat tahlil, Laa ilaaha
illallaah (tidak ada Tuhan selain Allah). Tapi bukan berarti semua orang yang mengucapkan
kalimat “Laa ilaaha illa Allah”, serta merta menjadi orang yang sudah bertauhid
(merealisasikannya). Akan tetapi, menurut para ulama, agar menjadi seorang yang bertauhid
(muwahhid) mesti memenuhi tujuh syarat berikut ini :
1. Ilmu, yaitu mengetahui makna dan maksud dari kalimat tauhid itu
2. Yakin, yaitu meyakini dengan seyakin‐yakinnya akan komitmen (dari kalimat tauhid itu)
3. Menerima dengan hati dan lisan (perkataan) segala konsekwensinya.
4. Tunduk dan patuh akan apa yang diperintahkan‐Nya dan apa yang dilarang‐Nya
5. Benar dalam mengatakannya. Artinya, apa yang dikatakannya dengan lidah mesti sesuai
dengan apa yang diyakininya dalam hati.
6. Ikhlas dalam melakukan, tanpa dicampurinya.
7. Mencintai kalimat tauhid ini dengan segala konskwensinya.
Didalam surat Al‐Ikhlash sudah di jelaskan dengan tegas akan keesaan Allah SWT, dan
salah seorang Ulama Besar pernah menyebutkan “satu alasan lain kenapa al‐Ikhlash di
turunkan adalah untuk menjawab pertanyaan‐pertanyaan di masa depan tentang Tuhan, dari
sebagian kamu yang meraguinya”. "Qul huwallahu ahad" Katakanlah, Dialah Allah Yang
Maha Esa. selain menyebutkan keesaan Allah SWT. Di ayat ini juga tersirat makna bahwa
Allah itu satu dan tunggal, di ayat ini Allah juga memerintahkan hamba‐Nya untuk
mengesakan‐Nya
"Allahu as‐samadu" Allah adalah tuhan yang bergantung kepada‐Nya segala sesuatu.
Allah sebaik"nya Maha Pencipta dan yang Maha mengatur serta Maha perencana atas apa
yang sudah dan akan terjadi kepada makhluk ciptaan‐Nya jadi sudah semestinya Kita hanya
Bergantung kepada Allah. " Lam yalid wa lam yulad" Dia tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan. Allah SWT Tunggal dan berdiri sendiri, karna jika tidak, maka Allah adalah
sama seperti kita makhluk hidup, sungguh sesuatu hal yang mustahil karna bagaimana
mungkin seorang mkhluk hidup dapat membuat keturunan yang beragam dan berbeda", dan
bagaimana mungkin makhluk hidup dapat menciptakan Langit yang secara ilmiah sampai
saat ini tidak diketahui ujungnya dan tidak dapat digapai oleh satupun makhluk hidup. “Wa
lam yakun lahu kufwan ahad" Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia. Di ayat ini
juga memiliki maksud bahwa pencipta tak sama dengan yang diciptakan.
2
2.2 Makna Kalimat “Laa illaa ha illa allah” dan Konsekuensi Dalam Kehidupan
Kalimat Laa Ilaaha IlIa-Allah mengandung dua makna, yaitu makna penolakan segala
bentuk sesembahan selain Allah SWT, dan makna menetapkan bahwa satu-satunya
sesembahan yang benar hanyalah Dia semata. Berkaitan dengan kalimat ini Allah SWT
berfirman :

ٰ
ُ ‫فَا ْعلَ ْم َأنَّهُ اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا‬

Artinya :"Maka ketahuilah (ilmuilah) bahwasannya tidak ada sesembahan yang benar
selain Allah". (Qs. Muhammad : 19)
      Berdasarkan ayat di atas, bahwa memahami makna syahadat adalah wajib hukumnya dan
mesti didahulukan dari pada rukun-rukun Islam yang lain. Rasulullah SAW juga
menegaskan "Barang siapa yang mengucapkan laa ilaaha illa-Allah dengan ikhlas maka
akan masuk ke datang surga."(HR. Ahmacl). Yang dimaksud dengan ikhlas di sini adalah
memahami, mengamalkan dan mendakwahkan kalimat tersebut sebelum yang lainnya.
      Rasulullah sendiri mengajak paman beliau Abu Thalib menjelang detik-detik
kematiannya dengan ajakan :"Wahai pamanku, ucapkanlah laa ilaaha illa-Allah, sebuah
kalimat yang aku akan jadikan ia sebagai nutfah di hadapan Allah". Akan tetapi, Abu Thalib
enggan untuk mengucapkan dan meninggal datam keadaan musyrik. Selama 13 tahun di
Makkah. Nabi Muhammad SAW mengaiak orang-orang dengan perkataan beliau :"Katakan
laa ilaaha illa-Allah”.Kemudian orang-orang kafir menjawab :"Beribadah kepada
sesembahan yang satu. Tidak pernah kami dengar dari orang tua kami". Orang Quraisy di
zaman Rasulullah sangat paham makna kalimat tersebut, dan barang siapa yang
mengucapkannya tidak akan menyeru/berdoa kepada selain Allah.
1. Syarat-syarat Laa Ilaaha IlIa-Allah (‫)آلِإلَهَ ِإالَّ هللا‬
      Bersaksi dengan laa ilaaha illa-Allah harus dengan tujuh syarat. Tanpa syarat-syarat
itu kesaksian tersebut tidak akan bermanfaat bagi yang mengikrarkannya. Secara singkat
tujuh syarat itu ialah :
a. ‘Ilmu (mengetahui), yang menafikan jahl (Kebodohan)
b. Yaqin (yakin), yang menafikan syak (keraguan)
c. Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan)
d. Inqiyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan)
e. Ikhlash, yang menafikan syirik
f. Shidq (jujur), yang menafikan kidzb (dusta)

3
g. Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdha’ (kebencian).

Adapun rinciannya:
a. Syarat pertama : 'llmu (Mengetahui)
      Artinya memahami makna dan maksudnya. Mengetahui apa yang ditiadakan dan apa
yang ditetapkan serta menafikan ketidaktahuannya tentang hal tersebut.

َ‫ق َو ُه ْم يَ ْعلَ ُمون‬ َ ْ‫شفَا َعةَ ِإال َمن‬


ِّ ‫ش ِه َد ِبا ْل َح‬ َّ ‫َوال يَ ْملِ ُك الَّ ِذينَ يَ ْدعُونَ ِمنْ دُونِ ِه ال‬

Artinya :"Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat
memberi syafaat ; akan tetapi (orang yang dapat nemberi syafaat ialah) orang yang
mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini (nya)”. (QS. Az-Zukhruf : 86)
      Maksudnya orang yang bersaksi dengan laa ilaaha illa Allah dan memahami dengan
hatinya apa yang diikrarkan oleh lisannya seandainya ia mengucapkannya, tetapi tidak
mengerti apa maknanya, maka persaksiaan itu tidak sah dan tidak berguna.

b. Syarat kedua: Yaqin (yakin)


      Orang yang mengingkarkannya harus meyakini kandungan kalimat laa ilaaha illa-
Allah itu. Manakala ia meragukannya maka sia-sia belaka persaksian itu. Allah SWT
berfirman:

َّ ‫يل هَّللا ِ ۚ ُأو ٰلَِئكَ ُه ُم ال‬


َ‫صا ِدقُون‬ ِ ِ ‫سب‬ ِ ُ‫سولِ ِه ثُ َّم لَ ْم يَ ْرتَابُوا َو َجا َهدُوا بَِأ ْم َوالِ ِه ْم َوَأ ْنف‬
َ ‫س ِه ْم فِي‬ ُ ‫ِإنَّ َما ا ْل ُمْؤ ِمنُونَ الَّ ِذينَ آ َمنُوا بِاهَّلل ِ َو َر‬

Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang beriman


kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu", (Qs. Al-Hujurat : 15)
      Kalau ia ragu maka ia menjadi munafik. Nabi Muhammad Saw besabda:”Siapa yang
engkau temui di balik tembok (kebun) ini, yang menyaksikan bahwa tiada ilah selain
Allah dengan hati yang menyakininya, maka berilah kabar gembira dengan (balasan)
surga” (HR. Al-Bukhari). Maka siapa yang tidak meyakininya, ia tidak berhak masuk
surga.

c. Syarat ketiga: Qabul (Menerima)


      Menerima kandungan dan konsekuensi dari laa ilaaha illa-Allah, menyembah Allah
semata dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya. Siapa yang mengucapkannya, tetapi
tidak menerima dan mentaati, maka ia germasuk orang-orang yang difirmankan Allah:

ٍ ُ‫ستَ ْكبِرُونَ َويَقُولُونَ َأِئنَّا لَتَا ِر ُكو آلِ َهتِنَا لِشَا ِع ٍر َم ْجن‬
‫ون‬ ْ َ‫ِإنَّ ُه ْم َكانُوا ِإ َذا قِي َل لَ ُه ْم اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا ُ ي‬

4
Artinya :  “Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha
illa-Allah”(Tiada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka
menyombongkan diri. Dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami harus
meninggalkan sembah-sembahan kami karena seorang penyair gila?”.(QS. Ash-Shafat:
35-36)

d. Syarat keempat: Inqiyaad (Tunduk dan Patuh)


      Allah SWT berfirman:

۞ ‫س َك ِبا ْل ُع ْر َو ِة ا ْل ُو ْثقَ ٰى ۗ َوِإلَى هَّللا ِ عَاقِبَةُ اُأْل ُمو ِر‬ ْ ‫سنٌ فَقَ ِد ا‬
َ ‫ستَ ْم‬ ِ ‫سلِ ْم َو ْج َههُ ِإلَى هَّللا ِ َوه َُو ُم ْح‬
ْ ُ‫َو َمنْ ي‬

Artinya :  “Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang
yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang
kokoh”.(QS. Luqman : 22).

e. Syarat kelima: Shidq (Jujur)


      Yaitu mengucapakan kalimat laa ilaaha illa-Allah dan hatinya juga membenarkannya.
Manakala lisannya mengucapkan, tetapi hatinya mendustakan, maka ia adalah munafik
dan pendusta. Allah SWT berfirman:

‫ ُه ْم‬Š‫س‬َ ُ‫ َدع ُْونَ ِإآل َأ ْنف‬Š‫وا َو َمايَ ْخ‬Š ْ ُ‫خ ِدع ُْونَ ٱهللَ َوٱلَّ ِذيْنَ ٰأ َمن‬Šٰ ُ‫س َمنْ يَّقُ ْو ُل ٰأ َمنَّابِٱهللِ َوبِٱ ْليَ ْو ِم ٱٰأل ِخ ِر َو َما ُه ْم بِ ُمْؤ ِمنِيْنَ ۝ي‬
ِ ‫َو ِمنَ ٱلنَّا‬
‫َأ‬
َ‫اب ڶِ ْي ٌم ِب َما َكنُ ْو يَ ْك ِذبُ ْون‬ َ َ
ٌ ‫ضا ۖ َوڶ ُه ْم َعذ‬ ً ‫ض فَ َزا َد ُه ُم ٱڶڶهُ َم َر‬ ُ
ٌ ‫ش ُع ُر ْونَ ۝فِى قُڶوبِ ِه ْم َّم َر‬ ْ َ‫َو َماي‬

Artinya : “Di antara manusia ada yang mengatakan:”Kami beriman kepada Allah dan
Hari kemudian”. Padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya
menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu
ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siska yang pedih, disebabkan mereka
berdusta”.(QS. Al-Baqarah: 8-10)

f. Syarat keenam : Ikhlas


      Yaitu membersihkan amal dari segala debu-debu syrik, dengan jalan tidak
mengucapkannya karena mengingkari isi dunia, riya’ atau sum’ah. Dalam hadis
Rasulullah dikatakan:

ِ ‫ يَ ْبتَ ِغى ِب َذلِكَ َو ْجهَ هَّللا‬. ُ ‫فَِإنَّ هَّللا َ َح َّر َم َعلَى النَّا ِر َمنْ قَا َل الَ ِإلَهَ ِإالَّ هَّللا‬

5
”Sesungguhnya Allah mengharamkan atas neraka orang yang mengucapkan laa ilaaha
illa-Allah karena mengiginkan ridha Allah”.(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

g. Syarat ketujuh : Mahabbah (Kecintaan)


      Maksudnya mencintai kalimat laa ilaaha illa-Allah, juga mencintai orang-orang yang
mengamalkan konsekuensinya. Allah SWT berfirman:

َ‫ر ْون‬Šَ َ‫ش ُّد ُحبًّا هَّلِل ِ ۗ َولَ ْو يَ َرى الَّ ِذينَ ظَلَ ُموا ِإ ْذ ي‬َ ‫س َمنْ يَت َِّخ ُذ ِمنْ دُو ِن هَّللا ِ َأ ْندَادًا يُ ِحبُّونَ ُه ْم َك ُح ِّب هَّللا ِ ۖ َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا َأ‬
ِ ‫َو ِمنَ النَّا‬
‫ب‬ َ ْ
ِ ‫ش ِدي ُد ال َعذا‬ ‫هَّللا‬ ‫َأ‬ ‫هَّلِل‬ َ
َ َ َّ‫اب نَّ الق َّوة ِ َج ِمي ًعا َو ن‬ ُ ْ ‫َأ‬ َ ْ
َ ‫ال َعذ‬

Artinya :  “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tanding-tandingan


selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-
orang yang beriman sangat cinta kepada Allah”.(QS. Al-Baqarah: 165)
      Maka ahli tauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih sedangkan ahli syrik
mencintai Allah dan mencintai yang lain. Hal ini sangat bertentangan dengan isi
kandungan laa ilaaha illa-Allah.

2. Konsekuensi laa ilaaha illa-Allah


      Yaitu meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari segala macam yang
dipertuhankan sebagai keharusan dari peniadaan laa ilaaha illa-Allah. Dan beribadah
kepada Allah semata tanpa unsur kesyirikan sedikit pun, sebagai keharusan dari
penetapan ilaa-Allah.
Banyak orang yang mengikrarkan tetapi melanggar konsekuensinya. Sehungga mereka
menetapkan ketuhanan yang sudah dinafikan, baik berupa makhluk, kuburan, pepohonan,
bebatuan serta para thaghut lainnya. Dengan kata lain, orang tersebut mengamalkan apa
yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya.

2.3 Tauhid Sebagai Landasan Bagi Semua Aspek Kehidupan


      Tauhid dalam pandangan islam merupakan akar yang melandasi setiap aktivitas
manusia. Kekokohan dan tegaknya tauhid mencerminkan luasnya pandangan, timbulnya
semangat beramal dan lahirnya sikap optimistik. Sehingga tauhid dapat digambarkan
sebagai sumber segala perbuatan (amal shalih) manusia.
Sebetulnya formulasi tauhid terletak pada realitas sosial. Adapun bentuknya, tauhid
menjadi titik sentral dalam melandasi dan mendasari aktivitas. Tauhid harus diterjemahkan
ke dalam realitas historis-empiris. Tauhid harusnya dapat menjawab semua problematika
kehidupan modernitas, dan merupakan senjata pamungkas yang mampu memberikan
alternatif yang lebih anggun dan segar.

6
Tujuan tauhid adalah memanusiakan manusia. Itu sebabnya, dehumanisasi merupakan
tantangan tauhid yang harus dikembalikan kepada tujuan tauhid, yaitu memberikan
perubahan terhadap masyarakat. Perubahan itu didasarkan pada cita-cita profetik yang
diderivasikan dari misi historis sebagaimana tertera dalam firman Allah:

ِ ‫س تَْأ ُمرُونَ بِا ْل َم ْع ُر‬


ِ ‫وف َوتَ ْن َه ْونَ َع ِن ا ْل ُم ْن َك ِر َوتُْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل‬ ِ ‫ُك ْنتُ ْم َخ ْي َر ُأ َّم ٍة ُأ ْخ ِر َجتْ لِلنَّا‬

Artinya :“Engkau adalah umat terbaik yang diturunkan di tengah manusia untuk
menegakkan kebaikan, mencegah kemungkaran dan beriman kepada Allah”.(QS. Ali’Imran:
110).
      Kuntowijoyo memberikan tiga muatan dalam ayat di atas sebagai karakteristik ilmu
sosial profetik, yakni kandungan nilai humanisasi, liberasi dan transendensi. Tujuannya
supaya diarahkan untuk merekayasa masyarakat menuju cita-cita sosial-etiknya di masa
depan.

2.4 Jaminan Allah Bagi Orang Yang Bertauhid Mutlak


Tidak diragukan lagi bawa tauhid memiliki kedudukan yang sangat agung dalamIslam.
Oleh karena itu, bagi siapa yang mampumerealisasikan tauhid dengan benar akan mendapat
beberapa keistimewaan. Bagi orang-orang yang termasuk ahli tauhid, Allah janjikan banyak
sekali kebahagian,baik di dunia, lebih-lebih di akhirat. Itu semua hanya khusus diberikan
bagi ahli tauhid.
1. Ahli Tauhid Mendapatkan Keamanan dan Petunjuk
Seorang yang bertauhid dengan benar akan mendapatkan rasa aman dan petunjuk.
Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya :

َ‫سوا ِإي َمانَ ُه ْم بِظُ ْل ٍم ُأولَِئ َك لَ ُه ُم األ ْمنُ َو ُه ْم ُم ْهتَدُون‬


ُ ِ‫الَّ ِذينَ آ َمنُوا َولَ ْم يَ ْلب‬

Artinya : “ Orang-orang yang beriman dantidak mencampuradukaniman meraka


dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah yang mendapa keamanan danmereka itu
adalah –orang-orang yang mendapatkan petunjuk’. (QS. Al-An’am: 82).
      Kezhaliman meliputi tiga perkara, yaitu kezhaliman terhadap hak Allah yaitu dengan
berbuat syirik, kezhaliman seseorang terhadap dirinya sendiri yaitu dengan berbuat
maksiat, dan kezhaliman seseorang terhadap orang lain yaitu dengan menganiaya orang
lain.
Kezhaliman adalah menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Kesyirikan disebut
kezhaliman karna menunjukan ibadah kepada yang tidak berhak menerimanya. Ini

7
merupakan kezhaliman yang paling zhalim. Hal ini karena pelaku syirik menunjukan
ibadah kepada yang tidak berhak menerimanya, mereka menyamakan Al-Khaliq (Sang
Pencipta) dengan makhluk, menyamakan yang lemah dengan Maha Perkasa.
      Yang dimaksud dengan kezhaliman dalam ayat di atas adalah syirik, sebagaimana
dijelaskan oleh Rasulallah SAW ketika menafsirkan ayat ini. Ibnu Mas’ud
radhiyallahu’anhu mengatakan, “ Ketika ayat ini turun,terasa beratlah di hati para
sahabat, mereka mengatakan siapakah di antara kita yang tidak pernah menzhalimi dri
sendiri (berbuat maksiat), maka rasulallah SAW bersabda :

ْ ُ‫َوِإ ْذ قَا َل لُ ْق َمانُ اِل ْبنِ ِه َو ُه َو يَ ِعظُهُ يَا بُنَ َّي اَل ت‬
‫ش ِركْ بِاهَّلل ِ ۖ ِإنَّ الش ِّْر َك لَظُ ْل ٌم َع ِظي ٌم‬

 “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: “ Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya ,
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.(QS. Lukman :
13)”
      Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukan keimanan mereka dengan
kezhaliman (kesyirikan). Mereka akan mendapatkan rasa aman di dunia dan di akhirat
serta mendapatkan keamanan di dunia berupa ketenangan hati, dan keamanan di akhirat
dari hal-hal yang ditakti yang akan terjadi di Hari Akhir. Petunjuk yang mereka dapatkan
di dunia berupa ilmu yang bermanfaat dan amal shalih, sedangkan petunjuk diakhirat
berupa petunjuk yang mereka dapatkan sesuai dengan kadar tauhidnya. Semakin
sempurna Tauhid seseorang, semakin besar keamanan dan petunjuk yang akan diperoleh.
2. Ahli Tauhid Djamin Masuk Surga.
      Rasulullah SAW bersabda :

‫سولُهُ َو َكلِ َمتُهُ َأ ْلقَاهَا‬ َ ‫سولُهُ َوَأنَّ ِعي‬


ُ ‫سى َع ْب ُد هَّللا ِ َو َر‬ ُ ‫ش ِري َك لَهُ َوَأنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر‬
َ ‫ش ِه َد َأنْ اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا ُ َو ْح َدهُ اَل‬
َ ْ‫َمن‬

‫ق َأد َْخلَهُ هَّللا ُ ا ْل َجنَّةَ َعلَى َما َكانَ ِمنْ ا ْل َع َم ِل‬ ٌّ ‫وح ِم ْنهُ َوا ْل َجنَّةُ َح‬
ٌّ ‫ق َوالنَّا ُر َح‬ ٌ ‫ِإلَى َم ْريَ َم َو ُر‬

Artinya :” Barangsiapa yang bersyahadat (bersaksi) bahwa tidak ada ilah (sesembah)
yang berhak disembah selain allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan saksi bahwa
Muhammadadalahhamba dan rosul-Nya, dan ‘Isa adalahhamba dan rasul-Nya, dan
kalimat yang disampaikan-Nya kepada Maryamserta ruh dari-Nya dan bersaksi bawha
surga dan neraka benar adanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga,
sesuai amal yang telah dikerjakannya”.
      Ini merupakan janji dari Allah SAW untuk ahli Tauhid bawha mereka akan
dimasukkan ke dalam surga. Ahli Tauhid adalah mereka yang bersyahadat (bersaksi)
dengan persaksianyang disebut dalamhadis diatas. Maksud syahadat yang benar harus
terkandung tiga hal, yaitu mengucapkannya dengan lisan, memahami maknanya, dan
mengamalkan segala konsekuensinya. Tidak cukup hanya sekedar mengucapkan saja.

8
Sesuai amal yang telah dikerjakannya ada dua tafsiran :
a. Pertama, mereka akan masuk surga walaupun memiliki dosa-dosa selain syirik karena
dosa-dosa selain syirik tersebut tidak menghalanginya untuk masuk ke dalam surga, baik
masuk surga secara langsung maupun sempat diazab di neraka lalu akhirnya masuk surga.
Ini merupakan keutamaan tauhid yang dapat menghapuskan dosa-dosa dengan izin Allah
dang mnghalangi seseorang dengan amal shalihnya.
b. Kedua, Mereka akan masuk surga, namun kedudukan mereka dalam surga sesuai
dengan amalan merka, karena kedudukan seseorang di surga bertingkat-tingkat sesuai
amal shalihanya.

3. Ahli Tauhid Diharamkan dari Neraka


      Sungguh, neraka adalah seburuk-buruk tempat kembali. Betapa bahagianya seseorang
yang tidak mnjadi penghuni neraka. Hal ini akan didapatkan oleh sesorang yang
bertauhid dengan benar. Sabda Rasullalah SAW:

ِ ‫فَِإنَّ هَّللا َ قَ ْد َح َّر َم َعلَى النَّا ِر َمنْ قَا َل الَ ِإلَهَ ِإالَّ هَّللا ُ يَ ْبتَ ِغ ْي بِ َذلِ َك َو ْجهَ هَّللا‬.

Artinya : “ Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang menatakan La
ilaaha illa-Allah, yang di ucapkan ikhlas mengharapkan wajah Allah. (HR. Al-Bukhari
dan Muslim)
      Pengharaman dari neraka ada dua bentuk. Pertama, diharamkan masuk neraka secara
mutlak dalam arti dia tidak akan pernah masuk neraka sama sekali. Boleh jadi dia
mempunyai dosa, lalu Allah SWT mengampuninnya ataudia termasuk golongan orang-
orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab. Kedua, diharamkan kekal masuk
neraka dalam arti dikeluarkan dari neraka setelah sempat dimasukkan ke dalamnya
selama beberapa waktu.
4. Ahli Tauhid Diampuni Dosa-dosanya.
      Hidup kita tidak luput dari gelimbang dosa dan maksiat. Karena itu pengampunan
dosa adaalah sesuatu yang sangat kita harapkan. Dengan melaksanakan tauhid swcara
benar, menjadi sebab terbesar dapat menghapus dosa-dosa kita. Rasulallah SAW
bersabda :
Yang Artinya : “Allah berfirman : ‘ Wahai anak adam, sesungguhnya sekiranya kamu
kamu datang pada-Ku dengan kesalahan sepenuh bumi, keumdian kamu datang kepada-
Ku tanpa menyrkutukan sesuatu pun dengan-Ku, maka aku akan mendtangimu dengan
ampun sepenuh bumi pula”. (HR. Tirmidzi)
      Dalam hadist ini Rasulallah mengabarkan tentang luasnya keutamaan dan rahmat
Allah. Allah akan menghapus dosa-dosa yang besar sekalipun selama itu bukan dosa
syirik. Semakna dengan hadist ini seperti difirmankan Allah :

9
‫ش ِركْ بِاهَّلل ِ فَقَ ِد ا ْفتَ َرى ِإ ْث ًما ع َِظي ًما‬ ْ ُ‫ِإنَّ هَّللا َ اَل يَ ْغفِ ُر َأنْ ي‬
ْ ُ‫ش َر َك بِ ِه َويَ ْغفِ ُر َما دُونَ َذلِ َك لِ َمنْ َيشَا ُء َو َمنْ ي‬

Artinya :’ Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang lain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya,
Barangsiapa siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa
yang besar”. (QS. An-Nisaa’:48).
5. Jaminan Bagi Masyarakan yang Bertauhid
      Kebaikan tauhid ternyata tidak hanya bermanfaat bagi individu. Jika sesuatu
masyarakat benar-benar merealisasikan tauhid dalam kehidupan mereka, Allah SWT akan
memberikan jaminan bagi mereka
Sebagaimana friman-Nya :

‫ست َْخلَفَ الَّ ِذينَ ِمنْ قَ ْبلِ ِه ْم َولَيُ َم ِّكنَنَّ لَ ُه ْم‬


ْ ‫ض َك َما ا‬ ِ ‫ست َْخلِفَنَّ ُه ْم ِفي اَأْل ْر‬
ْ َ‫ت لَي‬ َّ ‫َو َع َد هَّللا ُ الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َو َع ِملُوا ال‬
ِ ‫صالِ َحا‬
ٰ ‫َُأ‬ َ ٰ َ ‫َأ‬
َ
‫ش ْيًئا ۚ َو َمنْ َكف َر بَ ْع َد ذلِكَ ف ولِئكَ ُه ُم‬ َ ‫ش ِر ُكونَ بِي‬ ْ ُ‫َض ٰى لَ ُه ْم َولَيُبَ ِّدلَنَّ ُه ْم ِمنْ بَ ْع ِد خ ْوفِ ِه ْم ْمنا ۚ يَ ْعبُدُوننِي اَل ي‬
َ ً َ ْ ‫ِدينَ ُه ُم الَّ ِذي‬
َ ‫ارت‬
َ‫اسقُون‬ ِ َ‫ا ْلف‬

 “ Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
merka berkuasa di muka bumi, sebagaimanan Dia telah menjadikan orang-orang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang
telah dirikhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar(keadaan) mereka,
sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku
dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang
(tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka merka itulah orang-orang yang fasik”.(QS. An-
Nur:55)
      Dalam ayat di atas Allah SWT memberikan bebrapa jaminan bagi sesuatu masyarakat
yang mau mengimplementasikan nilai-nilai ketauhidan dalam kehidupan, yaitu mendapat
kekuasaan di muka bumi, mendapat kemantapan dan keteguhan dalam beragama, serta
mndapat keamanan dan dijauhkan rasa takut. Dalam ayat di atas Allah SWT memberikan
beberapa jaminan bagi suatu masyarakat yang mau mengimplementasikan nila-nilai
ketauhidan dalam kehidupan, yaitu mendapat kekuasaan di muka bumi, mendapat
kemantapan dan keteguhan dalam beragama, serta mndapat keamanan dan dijaukan dari
rasa takut.
      Demikian sebagian di antara jaminan yang akan didapatkan oleh ahli tauhid.
Mengutip Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di, termasuk keutamaan Tauhid adalah :
a. Dapat menghapus dosa-dosa.
b. Merupakan faktor terbesar dalam melapangkan berbagai kesusuhan serta bisa menjadi
penangkal dari berbagai akibat buruk dalam kehidupan dunia dan akhirat.

10
c. Mencegah kekekalan dalam api neraka meskipun dalam hati hanya tertanam keimanan
sebesar biji sawi. Juga mencegah masuk neraka secara mutlak bila dia
menyempurnakan dalam hati. Ini termasuk keutamaan tauhid yang paling mulia.
d. Merupakan sebab satu-satunya untuk menggapai ridha Allah SWT dan pahala-Nya.
Orang yang paling bahagia dalam memperoleh syafaat Rasulallah adalah
mengucapkan laa ilaaha illa-Allah dengan ikhlas dari hatinya.
e. Penerimaan seluruh amalan dan ucapan baik yang tampak dan yang
tersembunyitergantung kepada tauhid seseorang. Demikian pula penyempurnaan dan
pemberian ganjarannya. Perkara-perkara ini menjadi sempurna dan lengkap tatkala
tauhid dan keikhlasan kepada Allah SWT menguat. Ini termasuk keutamaan tauhid
yang paling besar.
f. Memudahkan seorang hamba untuk melakukan kebaikan-kebaikan dan meninggalkan
kemungkaran-kemungkaran serta menghibur tatkala menghadapi berbagai musibah.
Sesorang yang ikhlas kepada Allah SWT dalam beriman dan bertauhid akan merasa
ringan untuk melakukan ketaatan-ketaatan karena dia menghadapkan pahala dan
keridhaan Rabb-Nya.
g. Bila tauhid sempurna dalam hati seseorang, Allah menjadikannya mencintai keimanan.
Kemudian Allah menjadikan orang tersebut membenci kekafiran,kefasikan, dan
kemaksiatan. Juga Allah akan menggolongkan ke dalam orang-orang yang terbimbing.
h. Meringankan segala kesulitan dan rasa sakit. Semua itu sesuai dengan
menyempurnakan tauhid dan iman yang dilakukan oleh seorang hamba. Sesuai pula
dengan sikap seseorang hamba saat menerima segala kesulitan dan rasa sakit dengan
hati yang lapang, jiwa yang tenang, dan ridha terhadap ketentuan-ketentuan-Nya.
i. Melepaskan seorang hamba dari ketergantungan dan pengharapan kepada makhluk.
Inilah keagungan dan kemuliaan yang hakiki. Bersamaan dengan itu dia hanya
beribadah dan menghambakan diri kepada Allah, dengan mengharap hanya
kepadaAllah.
j. Bila tauhid sempurna dalam hati seseorang dan terealisasi lengkap dengankeikhlasan,
amal yang sedikit akan berubah menjadi banyak. Segenap amal dan ucapan berlipat
ganda tanpa batas dan hitungan. Kalimat ikhlas menjadi berat dalam timbangan amal
sehingga tidak terimbangi oleh langit dan bumi beserta seluruhpenghuninya.
k. Allah SWT menjamin kemenangan, pertolonga, kemuliaan, kemudahan danpetunjuk d
dunia bagi pemilik tauhid, Cukup banyak dalil yang menguatkan keterangan ini baik
dari Al- Qur’an maupun As-Sunnah.
l. Dengan demikian cukup besar dan banyak keutamaan yang Allah limpahkanbagi para
hamba-Nya yang bertauhid, Sangat beruntung orang yang bisa menggapai seluruh
keutamaannya. Namun keberhasilan total hanya milik orang-orang yang mampu
menyempurnakan tauhid sepenuhnya. Tentu manusia bertingkat-tingkat dalam wujud

11
tauhid kepada Allah SWT. Mereka tidak berada pada satu tingkatan. Masing-masing
menggapai keutamaan tauhid sesuai dengan prestasi dalam menerapkan tauhid.

BAB III
Kesimpulan
3.1 Kesimpulan
Setiap muslim hendak meyakini bahwa tauhid adalah dasart Islam yang paling agung dan
istimewa. Jika tauhid yang murni terealisasikan dalam hidup seseorang, baik pribadi maupun
jama’ah, akan memetik buah yang amat manis. Di antara buah yang didapat adalah
memerdekakan manusia dari perbudakan serta tunduk kepada selain Allah, baik benda-benda
atau makhluk lainnya, juka akan memebentuk keperibadian yang kokoh. Karena itu, siapa pun
yang mampu mengamalkan nilai-nilai ketauhidan dengan benar dalam segala aktivitasnya,
niscaya mendapat ketauhidan dengan benar dalam segala aktivitasnya, niscaya mendapat banyak

12
keistimewaan. Allah SWT menjanjikan bagi para ahli Tauhid aneka kebahagiaan, baik di dunia,
lebih-lebih di akhirat kelak

Daftar Pustaka
http://pandidikan.blogspot.com/2011/04/pengertian-tauhid.html
http://murtadinkafirun.forumotion.net/t11927-makalah-lengkap-tauhid
http://syiahali.wordpress.com/2010/12/26/tauhidsyiah‐imamiyah‐tauhid‐yang‐murni
www.perpustakaan‐islam.com.
Aziz.Abdul, Pelajaran Tauhid Untuk Pemula, Terj. Ainul Haris Umar Arifin Thayib, Jakarta:
Yayasan Al-sofwa, 2000
Abdul Rahim, Imaddudin. 1987. Tauhid. Bandung: Mizan.
Bachtiar, Surin. 1979. Terjemah & Tafsir Al-Qur'an. Bandung: Penerbit Fa. Sumatra.

13
Tim Penyusun Kamus. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Fauzan, Abd. Fauzan. 1998 at-Ta’liq al-mukhtashar al-Mufid 'ala kitabi at-Tauhid lissyaikh
muhammad ibn 'abdul Wahhab. Ponorogo : Darussalam Press
Musa, Prof. Dr. M. Yusuf. 1961 Islam suatu kajian komprehensif (Terj.). Jakarta: Rajawali Press.
2002 Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi
Abdul Latief, M. Alu, DR. Abdul Aziz. 1998 Pelajaran Tauhid Untuk Tingkat Lanjutan, Jakarta:
Darul Haq.
Taimiyah, Ibnu. 2004 Menghindari Pertentangan Akal dan Wahyu. Malang: Pustaka Zamzami.
Al-Faruqi, Ismail R dan Lois Lamiyah. 1998. Atlas Budaya Islam, Menjelajah Khazanah
Peradaban Gemilang (terjemahan). Bandung: MizanHarian Surya, edisi 21 September 2002.
Surabaya: Jawa Pos Group
MATAN, edisi 22 Agustus 2008. Surabaya: PWM Jawa Timur
Majalah Pemikiran dan Peradaban Islam. ISLAMIA. Thn. I, no. 6, 2005. Jakarta:
Khairul Bayan.
https://purwanto-laftifa.blogspot.com/2008/05/ayat-ayat-semesta-sisi-sisi-al
quran_19.html

14

Anda mungkin juga menyukai