Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“KONSEP TAUHID”

Dosen Pengampu:

Khairul Saleh, M.Pd

Kelompok 4:

Yuliensie Adellia Anantha (221186206097)

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah dengan berjudul " KONSEP TAUHID ".

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dari Bapak Khairul Saleh,
M.Pd , pada program studi PGSD. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah
wawasan kepada pembaca tentang Konsep Tauhid itu seperti apa.

Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Khoirul Saleh, M.Pd
selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Berkat tugas yang diberikan
ini, dapat menambah wawasan kami berkaitan dengan topik yang diberikan. Kami juga
mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan


banyak kesalahan. Oleh karena itu, kami mohon maaf atas kesalahan dan kekurangan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Kami juga mengharapkan adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini

Muara Bungo, 19 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….i

DAFTARISI…………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….1

1.1 Latar Betaking………………………………………………………………..1


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………2
1.3 Tujuan………………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………3

2.1 Pengertian Tauhid………………………………...………………………………3

2.2 Makna Kalimat Laailaahailla Allah Dan Konsekuensi Tauhid Dalam Kehidupan.4

2.3 Macam-Macam Tauhid…………………………………………………………16

2.4 Perusak Dan Pembatan Kalimat Tauhid………………………………………..17

2.5 Tauhid Sebagai Landasan Bagi Semua Aspek Kehidupan…………………......23

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………..….....24

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………….24

3.2 Saran……………………………………………………………………………...24

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tauhid merupakan landasan Islam yang paling penting. Seseorang yang
benar tauhidnya, maka dia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Tauhid
yang tidak benar, akan menjatuhkan seseorang ke dalam kesyirikan. Kesyirikan
merupakan dosa yang akan membawa kecelakaan di dunia serta kekekalan di dalam azab
neraka. Allah SWT berfirman dalam Al Qur‟an surah An-Nisa‟ ayat 48, “Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan mengampuni yang lebih ringan daripada
itu bagi orang-orang yang Allah kehendaki”.
Mengajarkan tauhid kepada anak, mengesakan Allah dalam hal beribadah
kepada-Nya, menjadikannya lebih mencintai Allah daripada selain-Nya, tidak ada yang
ditakutinya kecuali Allah merupakan hal pokok yang harus dilakukan seorang pendidik.
Seorang pendidik harus menekankan bahwa setiap langkah manusia selalu dalam
pengawasan Allah SWT. Penerapan konsep tersebut adalah dengan berusaha menaati
peraturan dan menjauhi larangan-Nya. Seorang pendidik harus mampu menyesuaikan
tingkah lakunya dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam Islam. Pendidikan tauhid ini
adalah pendidikan yang paling pokok di atas hal-hal penting lainnya
Allah memerintahkan hal ini secara jelas di dalam Al Qur‟an melalui
kisah Luqman dengan anaknya yang tertuang dalam QS. Luqman ayat 13, “Dan (ingatlah)
ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberikan pelajaran kepadnya:
“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang amat besar”
Panggilan “anakku” merupakan kalimat singkat untuk menunjukan kasih
sayang. Nasehat ini tidak diawali dengan perintah ibadah. Allah tidak mengawali firman-
Nya dengan “beribadahlah kepada Allah”, akan tetapi dengan “janganlah menyekutukan
Allah”. Kalimat tersebut menyimpulkan bahwa ibadah tidak akan bisa diterima selama
masih dalam keadaan musyrik.

1
Rasulullah SAW memberikan contoh penanaman aqidah yang kokoh
ketika beliau mengajari anak paman beliau, Abdullah bin Abbas ra. Hadits yang
diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi dengan sanad yang hasan, Ibnu Abbas bercerita
“Pada suatu hari aku pernah berboncengan di belakang Nabi (di atas kendaraan), beliau
berkata kepadaku: “Wahai anak, aku akan mengajari engkau beberapa kalimat: Jagalah
Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan dapati Allah
di hadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah. Jika engkau meminta
tolong, minta tolonglah kepada Allah”. Demikian perhatian Rasulullah terhadap aqidah
anak-anak, menyebutkan saat mayoritas kita telah melupakan masalah aqidah ketauhidan
terhadap Allah.
Uraian diatas menjelaskan pentingnya perkara tauhid. Tauhid diperuntukan
bagi anak-anak dan dewasa, sementara dasar-dasarnya diajarkan pada masa anak-anak.
Menjelaskan bahwa pembelajaran diwaktu kecil akan sulit dilupakan, bahkan tidak akan
ditinggalkan sampai menjadi guru besar di universitas yang paling terkemuka sekalipun.
1.2 Rumusan Masalah
• Apa itu tauhid?
• Apa makna kalimat laailaahailla allah (tauhid)?
• Apasaja macam-macam tauhid?
• Bagaimana tauhid sebagai landasan bagi semua aspek kehidupan?
1.3 Tujuan
Tujuan mempelajari tauhid tidak lain adalah sebagai upaya mengenal Allah dan
Rasul-Nya yang dilakukan melalui dalil-dalil yang pasti. Dalam hal ini, mempelajari ilmu
tauhid juga memiliki arti meyakini segala sifat kesempurnaan yang telah dimiliki Allah
serta membenarkan setiap risalah ataupun ajaran Rasul-Nya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tauhid
Tauhid berasal dari bahasa Arab yang merupakan Wahhada Yuwahhidu
Tauhidan yang berarti mengesakan Allah SWT. Secara bahasa, tauhid berarti
menyatukan, menjadikan satu, atau menyifati dengan kesatuan.
Menurut KBBI, pengertian Tauhid adalah keesaan Allah SWT. Ini
merujuk pada kuatnya kepercayaan bahwa Allah SWT hanya satu. Pengertian Tauhid
berarti mengakui keesaan Allah SWT.
Ilmu tauhid juga disebut sebagai ilmu ushul (dasar agama) atau ilmu
aqidah. Artinya, ilmu ini menjadi bekal pedoman bagi seluruh umat Islam dalam
melakukan kewajibannya sebagai umat beragama.
Pengertian Tauhid secara umum
Pengertian Tauhid adalah dasar agama Islam yang menjadikan Allah
SWT adalah satu. Tauhid adalah konsep yang menyatakan keesaan Allah SWT. Ilmu
Tauhid adalah ilmu yang mempelajari keesaan Allah, rasul, dan nabi-nabi dalam
Islam. Pengertian Tauhid juga dipahami sebagai sikap meyakini bahwa Allah Maha
Suci yang tidak memiliki kekurangan sedikit pun
Dalam Islam, keesaan Tuhan berarti Allah adalah satu dan tidak ada Tuhan
selain Allah. Pengertian Tauhid bisa dilihat dari kalimat Syahadat. Kalimat Syahadat
berbunyi: "ašhadu ʾan lā ʾilāha ʾillā -llāh, wa ʾašhadu ʾanna muḥammadan rasūlu -
llāh" Artinya Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan aku bersaksi
bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Dari kalimat Syahadat ini menunjukkan
bahwa Tauhid adalah inti dan landasan seluruh ajaran Islam. Dengan mengikrarkan
kalimat pertama, seorang muslim memantapkan diri untuk menjadikan hanya Allah
sebagai tujuan, motivasi, dan jalan hidup.

3
Pengertian Tauhid menurut Ahli
Syeikh Muhammad Abduh
Pengertian Tauhid menurut Syeikh Muhammad Abduh adalah
ilmu yang membahas wujud Allah, sifat-sifat yang wajib
disifatkan kepada-Nya, sifat-sifat yang sama sekali wajib
dilenyapkan dari-Nya. Ilmu Tauhid juga membahas tentang rasul-
rasul-Nya, meyakinkan kerasulan mereka, sifat-sifat yang boleh
ditetapkan pada mereka dan apa yang terlarang dinisbatkan
kepada mereka.
Ibnu Khaldun
Menurut Ibnu Khaldun, ilmu Tauhid berisi alasan-alasan dari
akidah keimanan dengan dalil-dalil aqliyah dan alasan-alasan
yang merupakan penolakan terhadap golongan bidah yang dalam
bidan akidah telah menyimpang dari mazhab salaf dan Ahlus
sunnah.
Husain Affandi al-Hisr
Pengertian Tauhid menurut Husain Affandi al-Hisr adalah ilmu
yang membahas tentang hal-hal yang menetapkan akidah agama
dengan dalil-dalil yang meyakinkan.

2.2 Makna Kalimat Laailaahailla Allah Dan Konsekuensi dalam kehidupan


Menjelang kematian Abu Thalib, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
yang sangat menginginkan kebaikan bagi pamannya itu mengatakan, “Wahai
pamanku, ucapkanlah, ‘lailahaillallah.’ Sebuah kalimat yang akan kujadikan pembela
bagimu di sisi Allah.” (HR. Bukhari). Namun, ternyata pamannya enggan dan tetap
memilih agama Abdul Muthallib, yaitu memuja berhala. Sehingga pupuslah sudah
harapan Nabi untuk menyelamatkan pamannya dari siksa neraka.
Saudaraku, kalimat syahadat ini sudah sangat kita kenal. Setiap hari kita
mendengar panggilan azan dan kalimat ini selalu diulang-ulang. Namun sayang,
masih banyak saudara kita yang belum memahami makna kalimat ini dengan benar.
Contohnya, mereka memaknai bahwa lailahaillallah artinya tidak ada pencipta selain
Allah.
4
Pada hakikatnya, pernyataan tidak ada pencipta selain Allah adalah sesuatu
yang benar. Kita tidak memungkirinya sama sekali. Namun, itu bukanlah makna dari
lailahaillallah. Kok bisa demikian? Coba perhatikan bagaimana jawaban orang-orang
musyrik dahulu ketika ditanya tentang pencipta mereka, pencipta langit dan bumi,
pemberi rezeki kepada mereka dari langit dan bumi, mereka menjawab, “Allah”.
Allah Ta’ala berfirman,
‫س َو ۡٱلقَ َم َر لَ َیقُولُ َّن َّ ه‬
َ‫ٱللُ فَأَنَّ ٰى ی ُۡؤفَ ُكون‬ َّ ‫س َّخ َر ٱل‬
َ ‫ش ۡم‬ َ ‫ض َو‬ َّ ‫سأ َ ۡلت َ ُهم َّم ۡن َخلَقَ ٱل‬
َ ‫س َم ٰـ َو ٰ⁠ت َو ۡٱۡل َ ۡر‬ َ ‫َولَ ِٕىن‬
Artinya:“Sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka, ‘Siapakah yang

menciptakan langit dan bumi serta yang menundukkan matahari dan bulan?’ Pasti
mereka menjawab, ‘Allah’. Maka, mengapa mereka bisa dipalingkan (dari
kebenaran).” (QS. Al-Ankabut: 61)
Allah Ta’ala berfirman,
‫ج‬ُ ‫ت َویُخ ِّر‬ِّ ِّ‫َی مِّ نَ ٱل َمی‬
َّ ‫ج ٱلح‬ َ ‫سم َع َوٱۡلَب‬
ُ ‫صـ َٰر َو َمن یُخ ِّر‬ ِّ ‫س َم ۤاءِّ َوٱۡلَر‬
َّ ‫ض أَ َّمن یَم ِّلكُ ٱل‬ َّ ‫قُل َمن یَر ُزقُكُم ِّمنَ ٱل‬
ُ‫ٱلل‬ َ ‫َی َو َمن یُدَبِّ ُر ٱۡلَم َر َف‬
َّ َ‫سیَقُولُون‬ ِّ ‫ٱل َمیِّتَ مِّ نَ ٱلح‬
Arinya: ”Katakanlah, ‘Siapakah yang memberikan rezeki kepada kalian dari

langit dan bumi? Atau siapakah yang kuasa menciptakan pendengaran dan
penglihatan? Dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan
mengeluarkan yang mati dari yang hidup? Dan siapakah yang mengatur segala
urusan?’ Maka, niscaya mereka akan menjawab, ‘Allah.‘” (QS. Yunus: 31)
Hal itu menunjukkan bahwa sekedar mengakui pencipta alam ini hanya Allah
belumlah memasukkan seseorang ke dalam Islam. Padahal, kita mengetahui bersama
bahwa yang menjadi kunci masuk ke dalam Islam adalah kalimat syahadat ini.
Kalaulah makna syahadat hanya semacam itu saja, niscaya orang-orang kafir dahulu
tidak perlu diperangi oleh Nabi. Kita juga ingat, dahulu ketika mengutus sahabatnya
Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ’anhu ke Yaman untuk berdakwah, beliau berpesan,
“Jadikanlah seruan yang pertama kali kamu sampaikan syahadat lailahaillallah dan
Muhammad rasulullah …” (HR. Bukhari dan Muslim)

5
Maknanya sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama yaitu la
ma’buda bihaqqin illallah (tidak ada sesembahan yang benar selain Allah). Allah
Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
‫ٱلل ه َُو ٱلحَق َوأَنَّ َما یَدعُونَ مِّ ن دُونِّ ِّۦه ه َُو ٱلبَـٰطِّ ُل‬
َ َّ َّ‫ذَ ٰ⁠ ِّلكَ بِّأَن‬
Artinya:“Demikian itulah, karena hanya Allahlah (sesembahan) yang hak,

sedangkan segala sesuatu yang disembah selain-Nya adalah batil.” (QS. Al-Hajj: 62)
Sehingga, kalimat ini menuntut kita untuk menyembah hanya kepada
Allah Ta’ala dan mengingkari segala sesembahan selain-Nya. Entah itu malaikat,
nabi, orang saleh, jin, matahari, pohon, apalagi batu.Oleh sebab itu, orang yang
mengucapkan lailahaillallah harus meyakini bahwa segala bentuk ibadah, entah itu
salat, puasa, nazar, sembelihan, meminta perlindungan dan keselamatan, dan lain
sebagainya, hanya boleh ditujukan kepada Allah Ta’ala. Hal ini sebagaimana Allah
Ta’ala perintahkan di dalam ayat,
ٔ
‫ٱلل َو َل ت ُش ِّركُوا بِّ ِّۦه شَیـا‬
َ َّ ‫َوٱعبُدُوا‬
Artinya:“Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya

dengan sesuatu apapun.” (QS. An-Nisaa’: 36)


Orang yang beribadah kepada selain Allah, pada hakikatnya dia telah
melanggar larangan Allah yang paling besar ini. Akibat dari melanggar larangan ini,
Allah akan menghukumnya di dalam neraka selama-lamanya. Allah Ta’ala berfirman,
‫علَی ِّه ٱل َجنَّ َة َو َمأ َو ٰىهُ ٱلنَّا ُر‬ َّ ‫ٱلل َفقَد ح ََّر َم‬
َ ُ‫ٱلل‬ ِّ َّ ‫ِّإنَّ ۥهُ َمن یُش ِّرك ِّب‬
Artinya:“Barangsiapa yang mempersekutukan Allah dengan sesembahan lain,

maka sungguh Allah haramkan surga baginya. Dan tempat kembalinya adalah
neraka…” (QS. Al-Maa’idah: 72)

Dengan demikian, sudah semestinya seorang muslim yang mengikrarkan syahadat ini
memahami bahwa kunci keselamatan dan kebahagiaan hidupnya adalah dengan
melaksanakan kandungan kalimat ini dengan sungguh-sungguh. Yaitu mempersembahkan
segala bentuk ibadah, penghinaan diri, ketundukan, serta pengagungan yang dilandasi
kecintaan yang paling dalam kepada Rabb alam semesta saja.
6
Bukan kepada makhluk yang memang tidak menguasai kemanfaatan dan
kemudharatan walaupun setipis kulit ari, apalagi menghidupkan dan mematikan. Alangkah
malang dan mengenaskan, nasib para pemuja selain-Nya. Allahu waliyyut taufiq.
Konsekuensi dalam kehidupan
Syaikh Abdul Aziz bin Baz
Tak diragukan lagi bahwa kalimat laa ilaaha illallah merupakan pondasi
agama Islam. Kalimat ini pula, bersama dengan kalimat syadahat muhammadur
rasulullah, merupakan rukun yang pertama dari kelima rukun Islam. Hal ini
sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadits yang shahih bahwa Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
،‫ وإیتاء الزكاة‬،‫ وإقام الصالة‬،‫شهادة أن ل إله إل هللا وأن محمدا رسول هللا‬: ‫بني اإلسالم على خمس‬
‫ وحج البیت‬،‫وصوم رمضان‬
“Islam dibangun di atas lima perkara: (1) Syahadat bahwa tiada tuhan yang

berhak disembah dengan benar selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan
Allah; (2) Menegakkan shalat; (3) Menunaikan zakat; (4) Puasa di bulan Ramadhan;
dan (5) Berhaji ke Baitullah.” (HR. Al-Bukhari no.8 dan Muslim no. 16).Dalam kitab
Shahihain, disebutkan sebuah riwayat yang bersumber dari Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhu, bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’adz
radhiyallahu ‘anhu berdakwah ke Yaman, beliau mewasiatkan,
‫ فإن أطاعوك‬،‫إنك تأتي قوما من أهل الكتاب فادعهم إلى أن یشهدوا أن ل إله إل هللا وأني رسول هللا‬
‫ فإن أطاعوك لذلك فأعلمهم أن هللا افترض‬،‫لذلك فأعلمهم أن هللا افترض علیهم خمس صلوات في الیوم واللیلة‬
‫علیهم صدقة تؤخذ من أغنیائهم فترد في فقرائهم‬
“Sesungguhnya engkau akan menghadapi kaum Ahli Kitab maka ajaklah

mereka untuk bersyahadat bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan
bahwa diriku adalah utusan Allah.

Jika mereka pun patuh untuk itu, ajari pula mereka bahwa Allah mewajibkan
mereka menunaikan zakat yang ditarik dari orang-orang kaya mereka lalu diserahkan
pada para fakir miskin dari kalangan mereka.” (HR. Al-Bukhari no. 1395 dan Muslim
no. 19)

7
Hadits-hadits dalam masalah ini pun banyak sekali.
Makna syahadat laa ilaaha illallaah adalah tidak ada sesembahan yang berhak
disembah kecuali Allah. Kalimat ini menihilkan hak peribadahan yang sejati dari
selain Allah dan menetapkannya hanya untuk Allah semata sebagaimana firman Allah
dalam surat Al-Hajj:
ٰ
َ َّ َّ‫ّللا ه َُو ا ْلحَق َوأَنَّ َما یَ ْدعُونَ مِّ ن دُونِّ ِّه ه َُو ا ْلبَاطِّ ُل َوأَن‬
‫ّللا ه َُو ا ْلعَلِّي ا ْل َك ِّبی ُر‬ َ َّ َّ‫ذَ ِّلكَ ِّبأَن‬
“Demikianlah (kebesaran Allah) karena Allah, Dialah (Tuhan) Yang Hak. Dan

apa saja yang mereka seru selain Dia, itulah yang batil, dan sungguh Allah Dialah
Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.” (QS. Al-Hajj: 62)
Dan firman Allah dalam surat Al-Mu’minun:
َ ِّ‫ّللا ِّإ ٰلَ ًها آ َخ َر َل بُ ْرهَانَ لَهُ ِّب ِّه َف ِّإنَّ َما ح‬
َ‫سابُهُ عِّن َد َر ِّب ِّه ِّإنَّهُ َل یُ ْف ِّل ُح ا ْلكَا ِّف ُرون‬ ُ ‫َو َمن َی ْد‬
ِّ َّ ‫ع َم َع‬
“Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain selain Allah, padahal tidak ada

suatu bukti pun baginya tentang itu, maka perhitungannya hanya pada Tuhannya.
Sungguh orang-orang kafir itu tidak akan beruntung.” (QS. Al-Mu’minun: 117)
Firman pula Allah dalam surat Al-Baqarah:
َّ ‫َوإِّ ٰلَ ُه ُك ْم إِّ ٰلَه َواحِّ د َّل إِّ ٰلَهَ إِّ َّل ه َُو‬
َّ ‫الر ْح ٰ َم ُن‬
‫الرحِّ ی ُم‬
“Dan Tuhanmu ialah Tuhan Yang Mahaesa, tiada tuhan (yang berhak

disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.Allah juga
berfirman dalam surat Al-Bayyinah:
َ َّ ‫َو َما أُمِّ ُروا إِّ َّل ِّلیَ ْعبُدُوا‬
ِّ ُ‫ّللا ُم ْخل ِِّّصینَ لَه‬
‫الدینَ ُحنَفَا َء‬
“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas

memurnikan ketaatan kepadaNya semata dalam menjalankan agama yang lurus.” (QS.
Al-Bayyinah: 5).Ayat-ayat lain yang semakna sangat banyak terdapat dalam Al-
Qur’an Ikhlas, yaitu dengan seorang hamba memurnikan semua ibadahnya hanya
kepada Tuhannya, Allah subhanahu wa ta’ala. Jika satu ibadah saja ia tujukan kepada
selain Allah, baik kepada nabi, wali, raja, berhala, maupun jin dan selainnya maka ia
telah menyekutukan Allah subhanahu wa ta’ala dan membatalkan syarat ikhlas ini.
8
Jujur. Maknanya ialah orang yang mengucapkan kalimat syahadat haruslah
mengucapkannya tulus dari dalam hatinya, hatinya sesuai dengan lisannya dan
lisannya sesuai dengan hatinya. Jika ia mengucapkan dengan lisan saja sedangkan
hatinya tidak mengimani maknanya maka kalimat ini tidak bermanfaat baginya dan
dengan demikian ia tetap berstatus kafir seperti seluruh orang munafik.
Cinta. Maknanya ia harus mencintai Allah ‘azza wa jalla. Jika ia mengucapkan
kalimat ini namun tidak mencintai Allah, ia tetap menjadi kafir, tidak masuk ke dalam
Islam sebagaimana orang-orang munafik. Dalilnya ialah firman Allah:
َّ ‫ّللا َفاتَّبِّعُونِّي یُ ْحبِّ ْب ُك ُم‬
ُ‫ّللا‬ َ َّ َ‫قُ ْل إِّن كُنت ُ ْم تُحِّ بون‬
“Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya

Allah mencintaimu.’” (QS. Ali Imran: 31).


Dan firmanNya:
ِّ‫ّللاِّ َوالَّ ِّذینَ آ َمنُوا أَشَد ُحبًّا ِّ َّلل‬
َّ ‫ب‬ِّ ‫ّللا أَندَادًا یُحِّ بونَ ُه ْم َك ُح‬ ِّ ‫اس َمن یَتَّخِّ ذُ مِّ ن د‬
ِّ َّ ‫ُون‬ ِّ َّ‫َومِّ نَ الن‬
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah

sebagai tandingan yang mereka cintai seperti mereka mencintai Allah.” (QS. Al-
Baqarah: 165).
Ayat-ayat yang lain yang semakna amat banyak dalam Al-Qur’an
Patuh pada konsekuensi yang dikandung oleh makna kalimat tauhid, yaitu
dengan hanya menyembah Allah semata, mematuhi syariatNya, mengimani dan
meyakini bahwa syariatNya adalah benar. Jika dia mengucapkan kalimat tauhid
namun enggan menyembah Allah semata, tidak mematuhi syariatNya bahkan
menyombongkan diri, maka ia tidaklah teranggap sebagai muslim. Ia seperti Iblis dan
yang semisal dengannya.
Menerima kandungan makna kalimat tauhid, yaitu dengan menerima bahwa ia
harus mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah dan meninggalkan segala bentuk
peribadahan kepada selain Dia, dia berkomitmen dan ridha dengan hal demikian.
Kufur terhadap semua yang disembah selain Allah. Maknanya, ia harus
melepaskan dirinya dari semua bentuk peribadahan kepada selain Allah dan meyakini
bahwa peribadahan tersebut batil.

9
Hal ini sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:Dan di dalam sebuah
hadits shahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫من قال ل إله إل هللا وكفر بما یعبد من دون هللا حرم ماله ودمه وحسابه على هللا‬
Artinya:“Barangsiapa mengucapkan laa ilaaha illallah dan mengingkari semua

yang disembah selain Allah, haramlah harta dan darahnya dan hisabnya tergantung
kepada Allah.” (HR. Muslim no. 23).
Dalam riwayat lain, beliau bersabda:
‫من وحد هللا وكفر بما یعبد من دون هللا حرم ماله ودمه‬
“Barangsiapa mentauhidkan Allah dan mengingkari semua yang disembah

selain Allah maka haramlah harta dan darahnya.” (HR. Muslim no. 23)
Maka wajiblah atas setiap muslim untuk mewujudkan kalimat tauhid dengan
memperhatikan syarat-syaratnya. Siapa saja yang merealisasikan makna kalimat
tauhid dan istiqamah di atasnya maka ia adalah seorang muslim yang haram darah dan
hartanya. Sekalipun ia tidak mengetahui rincian dari masing-masing syarat. Yang
menjadi tujuan pokok ialah seorang mukmin memahami maknanya dengan benar dan
mengamalkannya walaupun ia tidak mengetahui rincian masing-masing syarat kalimat
tauhid.
Yang dimaksud dengan thaghut ialah segala sesuatu yang disembah selain
Allah, sebagaimana firmanNya:
‫سكَ ِّبا ْلعُ ْر َو ِّة‬ ْ ‫الل َفقَ ِّد ا‬
َ ‫ست َ ْم‬ ِّ َّ ‫ت َویُؤْ مِّ ن ِّب‬ َّ ‫ش ُد مِّ نَ ا ْلغَي ِّ َف َمن یَ ْكفُ ْر ِّبال‬
ُ ‫طا‬
ِّ ‫غو‬ ْ ‫ِّین َقد ت َّبَیَّنَ الر‬
ِّ ‫َل ِّإك َْراهَ فِّي الد‬
‫علِّیم‬
َ ‫ّللاُ سَمِّ یع‬ َّ ‫ا ْل ُوثْقَ ٰى َل ان ِّفصَا َم لَهَا َو‬
“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah

jelas perbedaan antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barangsiapa ingkar
kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sungguh dia telah berpegang pada
tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 256)
Dan Allah juga berfirman:
ُ ‫طا‬
َ‫غوت‬ َ َّ ‫ول أ َ ِّن ا ْعبُدُوا‬
َّ ‫ّللا َواجْ تَنِّبُوا ال‬ ً ‫س‬ُ ‫َولَقَ ْد بَعَثْنَا فِّي ك ُِّل أ ُ َّمة َّر‬

10
“Dan sungguh Kami telah mengutus seorang rasul untuk tiap-tiao umat (untuk

menyerukan): Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (QS. An-Nahl: 36)


Barangsiapa yang disembah oleh orang lain namun ia tidak ridha maka dia
tidaklah termasuk thaghut, misalnya para nabi, orang-orang shaleh, dan para malaikat.
Sejatinya thaghut itu ialah setan yang menyeru manusia untuk menyembah dirinya
dan dia jadikan peribadahan pada dirinya itu suatu hal yang indah di mata manusia.
Kita memohon pada Allah perlindungan untuk diri kita dan seluruh kaum muslimin
dari segala bentuk kejelekan.
Kemudian terdapat perbedaan antara perbuatan yang membatalkan kalimat
tauhid laa ilaaha illallah dengan perbuatan yang hanya membatalkan bagian
penyempurna iman yang wajib, yaitu bahwa setiap amalan, perkataan, atau keyakinan
yang menjerumuskan pelakunya pada syirik akbar itulah yang membatalkan iman
secara keseluruhan. Misalnya, berdoa meminta sesuatu kepada orang yang sudah
meninggal, malaikat, berhala, pepohonan, bebatuan, bintang-bintang, atau kepada
yang lain semisal itu, atau menyembelih dan bernadzar untuk mereka, sujud kepada
mereka, dan lain-lain. Maka ini semua membatalkan tauhid secara keseluruhan serta
berlawanan dengan kalimat tauhid laa ilaaha illallah bahkan menihilkannya.
Contoh yang lain lagi ialah menghalalkan perkara-perkara yang telah Allah
haramkan dan diketahui keharamannya secara dharuri dan ijma’, semisal zina,
meminum khamr, mendurhakai orang tua, riba, dan lain-lain. Contoh lain ialah
menyangsikan perkataan atau perbuatan yang Allah wajibkan yang diketahui secara
dharuri atau lewat ijma’ merupakan bagian dari agama, missal shalat wajib yag lima,
zakat, puasa Ramadhan, berbakti pada orang tua, mengucapkan dua kalimat syahadat,
dan lain-lain.
Syarat Kalimat La Ilaha Illa Allah
Syaikh Shalih Fauzan dalam kitab Tauhid menegaskan bahwa seseorang yang
berikrar dengan kalimat La Ilaha Illa Allah harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:

1. Al-Ilmu (Mengetahui) lawannya al-Jahlu (Tidak Mengetahui)

Yakni memahami makna dan maksud yang dikandung oleh kalimah La Ilaha
Illa Allah. Mengetahui apa yang dinafikan (al-nafy, yakni La Ilaha) dan mengetahui
apa yang ditetapkan (al-itsbat, yaitu Illa Allah).

11
Artinya tidak selayaknya orang yang mengucapkan lafazh La Ila Illa
Allah tidak memahami makna yang terkandung. Ucapan yang disertai kebodohan
adalah ucapan yang sia-sia.

)٨٦:‫َق َوهُ ْم یَ ْعلَ ُمونَ (الزخرف‬ َ ‫شفَاعَةَ إِّل َم ْن‬


ِّ ‫ش ِّه َد بِّا ْلح‬ َّ ‫َول یَ ْم ِّلكُ الَّ ِّذینَ یَ ْدعُونَ مِّ ْن دُونِّ ِّه ال‬

Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat


memberi syafa’at; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa’at ialah) orang yang
mengakui yang hak (tauhid) dan mereka mengetahui dan meyakini(nya) (Q.s. al-
Zukhruf: 86)

Ayat di atas memiliki maksud bahwa orang yang bersaksi atas nama La Ilaha
Illa Allah harus memahami makna dan konsekwensi yang dikandungnya, dan apabila
ia tidak memahami kandungannya maka persaksiannya tidak sah.

2. Al-Yakin (Keyakinan) lawannya al-Syakk (Keraguan)

Orang yang telah mengikrarkan kalimat tauhid La Ilaha Illa Allah harus
meyakini apapun yang terkandung dalam kalimat tersebut. Apabila seseorang
meragukan apa yang diucapkannya tersebut maka ucapannya itu akan sia-sia dan
tidak bermakna. Walaupun ia telah bersaksi dan berikrar dengan kalimat tersebut tetap
tidak diperhitungkan sebagai orang yang beriman atau bertauhid. Justru yang
demikian dikelompokkan sebagai kaum munafiqun.Allah berfirman:

ِّ‫ّللا‬
َّ ‫س ِّبی ِّل‬ ِّ ُ‫سو ِّل ِّه ث ُ َّم لَ ْم یَ ْرتَابُوا َوجَا َهدُوا ِّبأ َ ْم َوا ِّل ِّه ْم َوأَ ْنف‬
َ ‫س ِّه ْم فِّي‬ ِّ َّ ‫ِّإنَّ َما ا ْل ُمؤْ مِّ نُونَ الَّ ِّذینَ آ َمنُوا ِّب‬
ُ ‫الل َو َر‬
)١٥ :‫أُولَئِّكَ هُ ُم الصَّا ِّد ُقونَ (الحجرات‬

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang


percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu
dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah.
mereka Itulah orang-orang yang benar.

َّ َّ‫ َیقُو ُل « َم ْن َقا َل لَ ِّإلَهَ ِّإل‬-‫صلى هللا علیه وسلم‬- ‫ّللا‬


ُ‫ّللا‬ ِّ َّ ‫سو َل‬ُ ‫ع َْن أ َ ِّبى َمالِّك ع َْن أ َ ِّبی ِّه َقا َل سَمِّ عْتُ َر‬
ِّ َّ ‫علَى‬
‫ّللا‬ َ ِّ‫ّللا ح َُر َم َمالُهُ َو َد ُمهُ َوح‬
َ ُ‫سابُه‬ ِّ ‫« َو َكفَ َر بِّ َما یُ ْعبَ ُد مِّ ْن د‬
ِّ َّ ‫ُون‬
Dari Abi Malik dari Ayahnya berkata: “aku mendengar Rasulullah bersabda
barangsiapa mengatakan La Ilaha Illa Allah, dan mengingkari sesembahan selain
Allah maka diharamkan harta dan darahnya, dan hisab-Nya oleh Allah sendiri. (HR.
Muslim).

3. Al-Qabul (Menerima) lawannya Al-Radd (Menolak)

Yaitu menerima semua konsekuensi kalimat ini dengan hati dan lisannya,
membenarkan dan mempercayai segala berita yang datang dari Rasulillah saw serta
menerimanya tanpa penolakan sedikit pun.

Allah berfirman : ‫الل َو َمالئِّ َكتِّ ِّه َو ُكتُبِّ ِّه‬ ِّ َّ ِّ‫سو ُل بِّ َما أ ُ ْن ِّز َل إِّلَ ْی ِّه مِّ ْن َربِّ ِّه َوا ْل ُمؤْ مِّ نُونَ ُك ٌّل آ َمنَ ب‬ َّ َ‫آ َمن‬
ُ ‫الر‬
)٢٨٥ :‫یر (البقرة‬‫ص‬ ‫م‬
ُ ِّ َ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ َ‫ك‬ ‫ی‬ َ ‫ل‬‫إ‬ ‫و‬ ‫ا‬َ
ْ ِّ َ َّ َ ‫ن‬‫ب‬‫ر‬ َ‫ك‬َ ‫ن‬‫ا‬ ‫ر‬
َ ْ
‫ف‬ ُ
‫غ‬ ‫ا‬ َ ‫ن‬‫ع‬ َ
‫ط‬ َ ‫أ‬ ‫و‬
ْ َ ْ ِّ‫َم‬ ‫ا‬َ ‫ن‬‫ع‬ ‫س‬ ‫وا‬ ُ ‫ل‬‫ا‬َ
‫ق‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫س‬ ‫ر‬ ‫ن‬
َ ِّ ِّ ُ ُ ِّ‫م‬ْ ‫َد‬ ‫ح‬ َ ‫أ‬ َ‫ن‬‫ی‬ ‫ب‬ ‫ق‬
ْ َ ُ ِّ ‫ر‬ َ ‫ف‬ُ ‫ن‬ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫س‬ ‫ر‬
ِّ ِّ ُ ُ َ‫و‬

12
“Rasul telah beriman kepada al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari
Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka
mengatakan):”Kami tidak membeda-bedakan antara seserangpun (dengan yang lain)
dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan:”Kami dengar dan kami ta’at”.
(Mereka berdoa):”Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat
kembali“. (Q.s. al-Baqarah 2:285).

Termasuk ke dalam kategori menolak dan tidak menerima, jika seseorang


menentang atau menolak sebagian hukum syar’i atau hudud, seperti orang-orang yang
menentang hukum pencuri, zina, bolehnya berpolygami, hukum waris dan lainnya.

Allah berfirman:

ِّ ‫سولُهُ ۥۤ أَم ًرا أَن یَكُونَ لَ ُه ُم ٱلخِّ یَ َرةُ مِّ ن أَم ِّرهِّم َو َمن یَع‬
‫ص‬ ُ ‫ٱللُ َو َر‬َّ ‫َو َما كَانَ ِّل ُمؤمِّ ٍ۬ن َو َل ُمؤمِّ نَة إِّذَا َقضَى‬
‫ضلَ ٰـ ٍ۬الً مبِّی ٍ۬نًا‬ َ ‫سولَهُۥ َفقَد‬
َ ‫ض َّل‬ ُ ‫ٱللَ َو َر‬
َّ
“Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetappkan suatu
ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka”. (Q.s.
33:36).

4. Al-Inqiyad (Tunduk) al-Nabdzu (Mengingkari)

Yaitu pasrah dan tunduk terhadap apa yang terkandung dalam kalimat ikhlas
ini. Perbedaan antara inqiyad (tunduk) dan qabul (penerimaan) yaitu
bahwa qabul adalah menyatakan kebenaran maka kalimat ini dengan perkataan
dan inqiyad adalah mengikutinya dengan tindakan. Jika seseorang telah mengetahui
makna la ilaha illallah, meyakini dan menerimanya, namun ia tidak tunduk, pasrah
dan mengamalkan konsekuensi pengetahuannya itu, maka hal ini tidak ada berguna
baginya. Allah berfirman:

ُ َ‫س ِّل ُموا لَهُ مِّ ْن َق ْب ِّل أَ ْن یَأْتِّیَ ُك ُم ا ْلعَذ‬


َ ‫اب ث ُ َّم ل ت ُ ْن‬
)٥٤( َ‫ص ُرون‬ ْ َ ‫َوأَنِّیبُوا إِّلَى َربِّ ُك ْم َوأ‬
“Dan kembalilah kamu kepada Rabbmu, dan berserah dirilah kepada-Nya”
(Q.s. 39:54)

Dan firmanNya:

ِّ ُ‫شج ََر بَ ْینَ ُه ْم ث ُ َّم ل یَ ِّجدُوا فِّي أ َ ْنف‬


َ ‫س ِّه ْم ح ََر ًجا مِّ َّما َق‬
َ‫ضیْت‬ َ ‫َفال َو َربِّكَ ل یُؤْ مِّ نُونَ َحتَّى یُ َح ِّك ُموكَ فِّی َما‬
ْ َ‫س ِّل ُموا ت‬
)٦٥( ‫سلِّی ًما‬ َ ُ‫َوی‬
Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka
tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya. (Q.s. 4:65).

Siapa yang menolak dan mengingkari makna La Ilaha Illa Allah meskipun ia
telah mengucapkannya, maka ucapan juga tidak bermakna,

13
5. Al-Shidq (Jujur) Lawannya al-Kidzbu (Kedustaan)

Yaitu jujur kepada Allah, maksudnya jujur dalam keimanan dan aqidahnya.
Allah berfirman:

َ ‫ش ْی‬
َ‫طان‬ ِّ َّ َ‫ۡلضلَّنَّ ُه ْم َوۡل َم ِّن َینَّ ُه ْم َوآل ُم َرنَّ ُه ْم َفلَیُ َب ِّتكُنَّ آذَانَ اۡل ْن َع ِّام َوآل ُم َرنَّ ُه ْم َفلَیُغَ ِّی ُرنَّ َخ ْلق‬
َّ ‫ّللا َو َم ْن َیتَّخِّ ِّذ ال‬ ِّ ‫َو‬
)١١٩ :‫س َرانًا ُمبِّینًا (التوبة‬ ْ ‫ّللا َفقَ ْد َخس َِّر ُخ‬ ِّ ‫َو ِّلیًّا مِّ ْن د‬
ِّ َّ ‫ُون‬
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah
kamu bersama orang-orang yang benar. (Q.s. 9:119).

Rasulullah saw. bersabda:

َّ َّ‫عتِّي یَ ْو َم ا ْل ِّقیَا َم ِّة َم ْن َقا َل لَ إِّلَهَ إِّل‬


ً ‫ّللاُ َخا ِّل‬
‫صا مِّ ْن ِّقبَ ِّل‬ َ ‫شفَا‬ ْ ‫عن أبى هریرةَ قال رسول هللا أ‬
ِّ َّ‫سعَ ُد الن‬
َ ِّ‫اس ب‬
ِّ ‫نَ ْف‬
)‫ (رواه البخارى‬.ِّ‫سه‬

Dari Abu Hurairah bersabda Rasulullah: “Manusia yang paling berbahagia


dengan syafaatku pada hari qiyamat adalah orang yang mengucapkan La Ilaha Illa
Allah dengan ikhlas dan bersih dari lubuk hatinya” (HR. Bukhari)

Bila ia mengucapkan syahadat dengan lisannya tapi hatinya mengingkarinya,


maka hal ini tidak dapat menyelamatkannya, bahkan ia termasuk ke dalam golongan
orang-orang munafik. Termasuk tidak jujur jika seseorang mendustakan ajaran yang
dibawa oleh Rasulullah saw. atau sebagiannya, karena Allah telah memerintahka kita
untuk mentaatinya dan membenarkannya dan menyertainya dengan ketaatan kepada-
Nya.Allah berfirman:

‫علَ ْی ُك ْم َما حُمِّ ْلت ُ ْم َوإِّ ْن تُطِّ یعُوهُ ت َ ْهتَدُوا‬ َ ‫سو َل َف ِّإ ْن ت َ َولَّ ْوا َف ِّإنَّ َما‬
َ ‫علَ ْی ِّه َما حُمِّ َل َو‬ ُ ‫الر‬ َ َّ ‫قُ ْل أَطِّ یعُوا‬
َّ ‫ّللا َوأَطِّ یعُوا‬
ُ ‫سو ِّل إِّل ا ْلبَال‬
)٥٤ :‫غ ا ْل ُم ِّبینُ (النور‬ َّ ‫علَى‬
ُ ‫الر‬ َ ‫َو َما‬

Katakanlah: “Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu
berpaling Maka Sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang dibebankan
kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan
kepadamu. dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. dan tidak
lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan
terang”. (Qs. An-Nuur: 53)

6. Al-Ikhlash (Ikhlas) lawannya al-Syirk (kemusyrikan)

Yaitu pensucian perbuatan manusia dengan niat yang baik dari segala noda
syirik dengan cara mengikhlaskan semua perkataan dan perbuatannya hanya untuk
Allah dan mencari ridhaNya. Di dalamnya tidak ada noda riya, sum’ah, mengambil
keuntungan, kepentingan pribadi, nafsu zahir dan batin ataupun terdorong untuk
beramal karena kecintaan terhadap seseorang, mazhab, atau golongan yang ia pasrah
padanya tanpa adanya petunjuk dari Allah. Ia berdakwah hanyalah karena mencari
ridha Allah dan negeri akhirat. Hatinya tidak menoleh kepada seorang makhlukpun
untuk mendapatkan balasan ataupun rasa terima kasih darinya. Allah berfirman :

14
ِّ َّ ‫ِّص َوالَّ ِّذینَ ات َّ َخذُوا مِّ ْن دُونِّ ِّه أ َ ْو ِّلیَا َء َما نَ ْعبُ ُدهُ ْم إِّل ِّلیُقَ ِّربُونَا إِّلَى‬
َ َّ َّ‫ّللا ُز ْلفَى إِّن‬
‫ّللا یَحْ ُك ُم‬ ِّ َّ ِّ ‫أَل‬
ُ ‫لل ال ِّدی ُن ا ْل َخال‬
)٣ :‫ّللا ل یَ ْهدِّي َم ْن ه َُو كَاذِّب َك َّفار (الزمر‬ َ َّ َّ‫بَ ْینَ ُه ْم فِّي َما هُ ْم فِّی ِّه یَ ْخت َ ِّلفُونَ إِّن‬
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan
orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak
menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah
dengan sedekat- dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka
tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki
orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (Qs. az-Zumar: 3)

Diriwayatkan dalam kitab shahih Bukhari dan Muslim dari hadits ‘Utban
bahwa Rasulullah saw. bersabda:

‫فقال رسول هللا {صلى هللا علیه وسلم} فإن هللا قد حرم على النار من قال ل إله إل هللا یبتغي بذلك‬
)‫وجه هللا (رواه البخارى ومسلم‬

Sesugguhnya Allah telah megharamkan neraka bagi orang yang


mengucapkan kalimat la ilaha illallah karena mencari ridha Allah.

7. Al-Mahabbah (kecintaan) lawannya Al-Bughd (Kebencian)

Maksudnya mencintai kalimat ini beserta isi kandungannya, juga mencintai


orang-orang yang mengamalkan dan konsekwen terhadap segala tuntutan dari kalimat
tersebut.

Allah berfirman:

ِّ َّ ِّ ‫ّللا َوالَّ ِّذینَ آ َمنُوا أَشَد ُحبًّا‬


َ‫لل َولَ ْو یَ َرى الَّ ِّذین‬ ِّ ‫ّللا أ َ ْندَادًا یُحِّ بونَ ُه ْم َك ُح‬
ِّ َّ ‫ب‬ ِّ ‫اس َم ْن یَتَّخِّ ذُ مِّ ْن د‬
ِّ َّ ‫ُون‬ ِّ َّ‫َومِّ نَ الن‬
ِّ ‫شدِّی ُد ا ْلعَذَا‬
)١٦٥ :‫ب (البقرة‬ َ َّ َّ‫لل جَمِّ یعًا َوأَن‬
َ ‫ّللا‬ ِّ َّ ِّ َ‫اب أَنَّ ا ْلقُ َّوة‬
َ َ‫ظلَ ُموا إِّ ْذ یَ َر ْونَ ا ْلعَذ‬
َ

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-


tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.
Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika
seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat
siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa
Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (Q.s.al-Baqarah: 165)

Orang yang mengucapkan kalimat tauhid dengan kesungguhan hati akan


menumbuhkan rasa cinta yang mendalam kepada Allah. Cinta kepada Allah di atas
segala-galanya. Sebaliknya ahlus syirk mencintai selain Allah menandingi cintanya
kepada Allah. Yang demikian ini sama saja dengan membenci Allah, karena Allah
sangat membeci orang-orang yang menduakannya dengan selain Allah. Hal ini sangat
bertentangan dengan makna dan kandungan La Ilaha Illa Allah.

15
2.3 Macam-Macam Tauhid
Tauhid terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah,
dan tauhid asma wa sifat. Pembagian ketiganya mengacu pada Al-Qur'an surah An
Nas.Mengutip buku Al-Quran dan Hadis yang disusun oleh Muhaemin, berikut
penjelasan dari setiap jenis tauhid.
1. Tauhid Rububiyah
Tauhid rububiyah adalah meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya
pencipta, pemilik, dan pengendali alam raya. Dia dapat menghidupkan dan
mematikan dengan takdir-Nya serta dapat mengendalikan seluruh alam
semesta dengan sunah-sunah-Nya.
Memahami tauhid rububiyah bertujuan agar manusia mengakui
tentang keagungan Allah SWT atas semua makhluk yang diciptakan-Nya.
Allah SWT berfirman dalam surah Al Mu'minun ayat 86-87:
٨٧ - َ‫لل قُ ْل ا َ َف َال تَتَّقُ ْون‬ َ ٨٦ - ‫سبْعِّ َو َرب ا ْلعَ ْر ِّش ا ْلعَظِّ ی ِّْم‬
ِّ ٰ ِّ َ‫سیَقُ ْولُ ْون‬ َّ ‫قُ ْل َم ْن َّرب ال‬
ِّ ‫سمٰ ٰو‬
َّ ‫ت ال‬
Artinya: "Katakanlah, "Siapakah Tuhan yang memiliki langit yang
tujuh dan yang memiliki 'Arsy yang agung?" Mereka akan menjawab,
"(Milik) Allah." Katakanlah, "Maka mengapa kamu tidak bertakwa?"
2. Tauhid Uluhiyah
Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah SWT dalam mengerjakan
ibadah, seperti salat, puasa, zakat, berkurban, berserah diri, dan berharap
pada-Nya.
Tauhid jenis ini bertujuan agar manusia mengetahui bahwa hanya
Allah SWT semata yang berhak disembah dengan benar. Sehingga, hal ini
menjadikan manusia tunduk, taat, dan mengikuti perintah-Nya.
Ayat Al-Qur'an yang menerangkan tentang tauhid uluhiyah termaktub
dalam surah An Nahl ayat 36.
‫ّللاُ َومِّ ْن ُه ْم‬ ٰ ‫غ ْوتَ َفمِّ ْن ُه ْم َّم ْن َهدَى‬
ُ ‫طا‬ َّ ‫ّللا َوا ْجتَنِّبُوا ال‬
َ ٰ ‫س ْو ًل ا َ ِّن ا ْعبُدُوا‬ُ ‫َولَقَ ْد بَعَثْنَا ف ِّْي ك ُِّل ا ُ َّمة َّر‬
٣٦ - َ‫ْف كَانَ عَا ِّقبَةُ ا ْل ُمك َِّذ ِّب ْین‬
َ ‫ظ ُر ْوا َكی‬ُ ‫ض َفا ْن‬ ِّ ‫علَ ْی ِّه الض َّٰللَةُ َف‬
َ ْ ‫س ْی ُر ْوا فِّى‬
ِّ ‫ال ْر‬ َ ْ‫َّم ْن َحقَّت‬
Artinya: "Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk
setiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah, dan jauhilah tagut",
kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada
pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul).
16
3. Tauhid Asma wa Sifat
Tauhid asma wa sifat adalah beriman kepada nama-nama Allah
SWT dan sifat-Nya, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur'an dan
sunnah rasul-Nya.
Mempelajari tauhid yang artinya beriman kepada nama Allah dan
sifat-Nya ini bertujuan untuk mengetahui bahwa apa yang Allah SWT
sifatkan untuk dirinya adalah benar (haq) dan mutlak. Allah SWT
berfirman:
٨ - ‫س ٰنى‬
ْ ‫س َم ۤا ُء ا ْل ُح‬ َ ْ ُ‫ّللاُ َ ٓل ا ِّٰلهَ ا َِّّل ه َُو لَه‬
ْ ‫ال‬ ٰ َ
Artinya: "(Dialah) Allah, tidak ada tuhan selain Dia, yang
mempunyai nama-nama yang terbaik." (QS. Taha: 8).
Peranan Tauhid dalam Kehidupan
Untuk memberikan pemahaman lebih jauh mengenai tauhid,
berikut fungsi dan peranan tauhid atau akidah sebagaimana dijelaskan
Zainul Bahri dalam buku Pendidikan Tauhid dalam Perspektif
Konstitusi.
1. Menuntun dan mengemban dasar ketuhanan yang dimiliki
manusia sejak lahir.
2. Memberi ketenangan dan ketentraman jiwa. Dalam hal ini,
agama sebagai kebutuhan fitrah akan menuntut dan mendorong
manusia untuk terus mencari atau mendalaminya.
3. Menjadi pedoman hidup yang pasti. Meyakini Tuhan akan
memberikan arahan dan pedoman yang pasti dalam kehidupan
manusia.
2.4 Perusak Dan Pembatalan Kalimat Tauhid
Perkara - Perkara Tersebut Adalah:
1) Memakai segala bentuk cincin atau benang-benang buhul baik terbuat
dari kuningan atau tembaga atau terbuat dari besi atau kulit untuk menolak atau
menghilangkan bala. Ini adalah perbuatan syirik.
2) Jampi-jampi atau mantera-mantera bid'ah yang tidak ada tuntunan dari
Rasulullah SAW. , gendam dan segala bentuk Tamimah serta azimat-azimat dan
kata-kata yang tidak dapat dimengerti dari jampi-jampi,
17
meminta tolong kepada jin dalam mengungkap bentuk penyakit atau
mengobati sihir ataupun dengan mengalungkan tamimah pada leher-leher manusia
atau binatang baik berbentuk benang atau ikatan-ikatan yang tertulis dengan
kalimat-kalimat bid'ah yang tidak terdapat dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah atau
bahkan tertulis dengan al-Qur'an serta As-Sunnah, karena menurut pendapat yang
benar hal ini tidak dibolehkan, karena perbuatan ini sebagai perantara terjadinya
perbuatan syirik. Rasulullah SAW. bersabda : (( “ Sesungguhnya Ruqyah - yang
berbau syirik - , serta Tamimah dan Tiwalah adalah syririk " )) HR. Ahmad & Abu
Dawud. Perlu kita perhatikan, perbuatan seperti menggantungkan kertas, tembaga
ataupun besi yang ditulisi ayat-ayat kursi atau perbuatan meletakkan mushaf / Al
Qur'an disertai dengan keyakinan bahwasanya semuanya itu bisa menyelamatkan
atau menolak dari kecelakaan atau keburukan-keburukan lain. Sebagian kertas-
kertas tadi dibentuk menyerupai telapak tangan atau dalam bentuk menyerupai
mata, maka hal ini tidak dibolehkan selama disertai dengan keyakinan menolak
'Ain. Rasulullah SAW. bersabda : (( “ Barang siapa yang bergantung pada sesuatu
maka ia akan diserahkan kepadanya - sesuatu tersebut, maksudnya Allah akan
berlepas diri darinya” ). HR. Ahmad, Tirmidzi & Al-Hakim.
3) Termasuk yang merusak tauhid adalah meminta keberkahan kepada
seseorang dan mengusap-usapkan tangan padanya dan meminta berkahnya atau
meminta keberkahan kepada pohon-pohonan, batu-batuan atau benda lainnya.
Bahkan Ka'bah tidak boleh mengusap-usap dindingnya dengan niat mengambil
berkah dari materinya. Umar bin Khaththab R.A. berkata ketika akan mencium
hajar aswad : (( " Sesungguhnya aku mengetahui bahwasannya engkau hanyalah
sebuah batu yang tidak dapat mendatangkan bahaya dan tidak pula mendatangkan
manfa’at, kalau saja aku tidak melihat Rasulullah SAW. mencium-mu maka aku
tidak akan mencium-mu” .

18
4) Termasuk perkara-perkara yang merusak tauhid adalah berkorban
dengan menyembelih untuk selain Allah Ta'ala seperti untuk para wali, syetan-
syetan dari jin dan manusia dengan maksud untuk mendapatkan manfaat
dan atau menolak bahaya dari mereka, perbuatan inilah yang disebut syirik besar.
Sebagaimana tidak diperbolehkan menyembelih untuk selain Allah Ta'ala,
tidak diperbolehkan pula menyembelih ditempat yang dilakukan penyembelihan
untuk selain Allah Ta'ala walaupun dia bermaksud menyembelih untuk Allah Ta'ala
( seperti di tempat peribadatan orang-orang musyrik, dsb ) yang demikian ini untuk
menutup jalan menuju kesyirikan.
5) Bernadzar kepada selain Allah Ta'ala, karena nadzar adalah ibadah
yang tidak boleh ditujukan kepada selain Allah Ta'ala.
6) Meminta pertolongan serta perlindungan kepada selain Allah Ta'ala.
Rasulullah SAW. bersabda kepada Ibnu Abbas R.A. : (( “ Jika engkau meminta
pertolongan, maka mintalah kepada Allah Ta'ala, dan jika engkau berlindung,
berlindunglah kepada Allah Ta'ala “ )) dari sabda Rosul SAW. diatas kita bisa
mengetahui bahwa meminta pertolongan kepada jin adalah terlarang.
7) Termasuk perkara yang merusak tauhid adalah berlebih-lebihan dalam
mengkultuskan para wali dan orang-orang saleh, yaitu dengan menyamakan derajat
mereka dengan Rasulullah SAW. atau menyangka bahwasannya diantara mereka
ada yang mencapai derajat ma’sum ( tidak pernah salah ).
8) Perkara lain yang membatalkan tauhid seseorang adalah thowaf
dikuburan. Ini adalah perbuatan syirik. Dan tidak dibolehkan bagi seorang muslim
melakukan sholat dikuburan karena ditakutkan akan dijadikan sarana untuk berbuat
syirik, maka bagaimanakah hukumnya terhadap mereka yang dengan sengaja sholat
dikuburan yang memperuntukkan (sholatnya) untuk si mayit yang ada dikuburan
atau dengan menjadikan kuburan sebagai tempat untuk melakukan acara ritual
ibadah lainnya ..?! Naudzubillah.
9) Terdapat larangan untuk mendirikan bangunan diatas kuburan, atau
dengan membangun kubah-kubah serta masjid-masjid diatasnya dan atau dengan
mengkapurnya, hal ini dalam rangka melindungi tauhid sesorang.

19
10) membatalkan tauhid adalah melakukan perbuatan sihir,mendatangi
tukang sihir, dan para dukun serta para peramalatau orang-orang yang sejenis
dengan mereka.
Karena sesungguhnya para tukang sihir adalah kafir, maka tidak boleh
mendatangi mereka, menanyakan sesuatu kepadanya (yang tidak diketahui dari
perkara ghaib), ataupun mempercayai ucapan mereka walaupun mereka disebut
(oleh masyarakat) sebagai para wali atau syaikh- syaikh, dan atau yang sejenisnya.
11) Termasuk yang merusak tauhid adalah “ Tathayyur « yaitu
persangkaan buruk atau rasa pesimis dengan mendasarkan kepada hal-hal yang
bukan sebab syar'i baik melalui burung-burung, menghitung hari-hari, nama-nama
bulan, atau dengan pribadi seseorang, semua itu tidak boleh. Karena perbuatan
diatas adalah syirik sebagaimana hadits diatas yang menerangkan tentang hal ini.
12) Termasuk yang merusak tauhid adalah bergantung kepada sebab
musabab semata, seperti bergantungnya seseorang kepada dokter, proses
penyembuhan dari suatu penyakit, atau mendapatkan jenis pekerjaan dengan
mengesampingkan sisi tawakal kepada Allah Ta'ala. Seharusnya ketika seseorang
pergi ke dokter untuk berobat , atau dalam mencari rezki, hatinya senantiasa
bergantung kepada Allah semata-mata dan bukan dengan bergantung kepada sebab.
13) Di antara yang dapat merusak tauhid adalah meramal dengan
menggunakan bintang-bintang atau menggunakannya bukang dalam hal yang
semestinya, maka tidak diperbolehkan untuk menyingkap tabir terhadap perkara
yang akan terjadi dimasa datang atau perkara-perkara ghaib lainnya yang tentunya
semua ini terlarang.
14) Termasuk dalam hal ini adalah meminta hujan dengan perantara
bintang-bintang dan atau musim-musim dengan satu keyakinan bahwasannya
turunnya hujan atau tidak, itu disebabkan oleh bintang-bintang, Tetapi semestinya
sesorang harus berkeyakinan bahwasannya turunnya hujan atau tidak adanya hujan
merupakan kehendak Allah semata, sehingga kalaupun turun hujan dia akan berkata
: ( Sesunggunya hujan ini turun karena rahmat serta karunia Allah ) .

20
15) Termasuk perkara yang membatalkan tauhid adalah memalingkan
suatu bentuk amalan ibadah hati kepada selain Allah, seperti kecintaan yang mutlak
atau takut, yang ditujukan kepada mahkluq.
16) Di antara yang bisa merusak tauhid adalah merasa aman dari makar
Allah atau adzab-Nya dan putus asa terhadap rahmat-Nya, akan tetapi hendaklah
seseorang takut dari makar Allah dan tidaklah putus asa terhadap rahmat Allah.
Maka jadilah orang yang senantiasa takut dan berharap kepada Allah Ta'ala.
17) Termasuk perkara yang bisa merusak tauhid adalah tidak sabar
terhadap taqdir Allah dan berkeluh kesah serta menolak takdir dengan perkataan-
perkataan : ( Ya Allah… kenapa Engkau timpakan hal ini kepadaku ?…atau kenapa
Engkau timpakan kepada si fulan ..ini dan ini, atau : Ya Allah…kenapa semuanya
jadi begini ?. ) Atau yang lainnya seperti ratapan-ratapan tangisan yang berlebih-
lebihan, dan mengoyak-ngoyak baju, serta mengacak-acak rambut.
18) Berbuat riya' dan sum'ah ( berharap agar supaya orang lain mendengar
apa yang diperbuatnya ) , serta tidaklah dia beramal melainkan semata-mata dia
hanya mengharap untuk mendapatkan imbalan di dunia ini.
19) Termasuk perkara yang membatalkan tauhid adalah taat kepada ulama
dan pemimpin, serta yang lainnya dalam menghalalkan perkara yang telah
diharamkan oleh syari’at atau mengharamkan perkara yang telah halalkan oleh
syari’at, karena ketaatan yang demikian adalah merupakan jenis perbuatan syirik.
20) Di antara perkara yang bisa merusak tauhid seseorang adalah ucapan
(‫ “ ) مــاشـاء هللا و شئت‬ini merupakan kehendak Allah dan kehendak mu “, dan ucapan
(‫ “ ) لوال هللا وفـالن‬kalau tidak karena Allah dan karena mu “, atau ucapan ( ‫توكلت على‬
‫“ ) هللا وفـالن‬aku bertawakkal kepada Allah dan kepada si fulan “ , seharusnya
memakai kalimat ( ‫ ) ثــم‬yang artinya “kemudian “ bukan ( ‫ ) و‬yang artinya “ dan “
dalam kalimat-kalimat diatas. Karena Rasulullah SAW. memerintahkan kepada
para sahabatnya (( Apabila hendak bersumpah, hendaklah mereka mengucap : ( ‫ورب‬
‫ " ) الكعبة‬Demi Tuhan ka'bah " , atau mengucap : (‫ " ) مــاشاء هللا ثم شئت‬Ini merupakan
kehendak Allah, kemudian kehendakmu " )) Hadits riwayat An-Nasa’i.
21) Termasuk perkara yang merusak tauhid adalah mencela masa, zaman,
hari, atau bulan.
21
22) i antara perkara yang membatalkan tauhid adalah menghina serta
mempermainkan agama atau para Rosul, Al-Qur'an, dan Sunnah, atau menghina
para ulama serta orang-orang sholeh dengan sebab mereka menerapkan serta
menampakkan sunnah-sunnah seperti memelihara jenggot, memakai siwak,
memendekkan celana sampai mata kaki dan sebagainya.
23) Menamai seseorang dengan nama ( ‫ “ ) عبد النبى‬Hamba nabi “ atau ( ‫عبد‬
‫ “ ) الكعبة‬Hamba ka’bah “ atau (‫ “ ) عبد الحسین‬Hamba husein “ semuanya tidak boleh,
karena penghambaan hanya diperuntukkan bagi Allah semata, seperti : ( ‫“ ) عبد هللا‬
Hamba Allah “ atau ( ‫ “ ) عبد الرحمن‬Hamba – Dzat – yang Maha Pengasih “ .
24) Termasuk perbuatan yang merusak tauhid adalah menggambar
sesuatu yang bernyawa (manusia & hewan) kemudian mengagungkannya dan
menempelkannya di dinding, majlis-majlis, dan atau tempat-tempat lain.
25) Di antara perkara yang meniadakan tauhid adalah meletakkan, atau
menggambar, atau membiarkan salib ada pada pakaian (dengan penuh kesadaran
akan hukumnya), padahal semestinya salib-salib itu harus dipecahkan serta
diratakan dengan tanah.
26) Termasuk yang membatalkan tauhid adalah memberikan wala’
(loyalitas) terhadap orang-orang kafir dan orang-orang munafik serta mengagukan
dan menghormati mereka, atau memanggil mereka dengan panggilan " Ya..sayyid
(tuan)" .
27) Termasuk perkara yang meniadakan tauhid serta membatalkannya
adalah berhukum kepada selain hukum Allah dan menyamakan perundang-
undangan yang dibuat oleh manusia dengan syari’at yang hakim ini, dengan satu
keyakinan bahwasannya perundang-undangan yang dibuat oleh manusia sama
kedudukannya dengan syari’at ini atau dia lebih baik serta lebih layak dan cocok
untuk segala zaman. Termasuk dalam hal ini adalah mereka yang rela dengan
pemberlakuan perundang-undangan diatas.

22
28) Di antara perkara yang merusak tauhid adalah bersumpah dengan
selain Allah, seperti bersumpah dengan “ Nama seorang Nabi “ atau dengan kalimat
“Amanah“ atau sejenisnya, Rasulullah SAW. bersabda : (( “ Barang siapa yang
bersumpah kepada selain Allah, maka dia telah kafir atau telah syirik “ )) . Hadits
Riwayat Tirmidzi dan dihasankannya.

2.5 Tauhid Sebagai Landasan Bagi Semua Aspek Kehidupan


Tauhid, secara bahasa berasal dari kata “wahhada – yuwahhidu” yang artinya
menjadikan sesuatu satu/tunggal/esa (menganggap sesuatu esa). Secara istilah syar’i
tauhid berarti mengesakan Allahdalam hal Mencipta, Menguasai, Mengatur dan
mengikhlaskan(memurnikan) peribadahanhanya kepada-Nya, meninggalkan
penyembahan kepada selain- Nya serta menetapkan Asma’ul Husna (Nama-nama yang
Bagus) dan Shifat Al-Ulya(sifat-sifat yang Tinggi) bagi-Nya dan mensucikan-Nya dari
kekurangan dan cacat.Adapun dalam pengamalannya tauhid harus ditanamkan dalam hati
setiap manusiaagar setiap langkah di dalam hidupnya tak pernah luput dari tauhid. Karena
segala aspekkehidupan akan terarah dengan adanya landasan tauhid didalamnya.
Contohnya yaitu ketikakita berangkat menuntut ilmu ke kampus kita akan senantiasa
melakukannya karena Allah ta’ala bukan untuk hal-hal yang lain yang tidak bermanfaat.
Maka jika kita menerapkan perilaku tauhid dalam segala hal, Allah akan menjaminnya
bagi orang-orang yang berperilakutauhid secara mutlak.

23

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tauhid dari segi bahasa‘mentauhidkan sesuatu’ berarti ‘menjadikan sesuatu itu esa’.
Dari segi syari’tauhid ialah ‘mengesakan Allah didalam segala segi aspek kehidupan
kita.Aplikasi Tauhid bahwasanya berilmu dan mengetahui serta mengenal at tauhid
ituadalah kewajiban yang paling pokok & utama sebelum mengenal yang lainya serta
beramalkarena suatu amalan itu akan di terima jika tauhidnya benar .

3.2 Saran
Dengan penulisan makalah ini diharapkan pembaca
Memperoleh pengetahuan yang lebih luas tentang tauhid
Lebih mendekatkan diri kepada Allah
Meningkatkan ketauhidan kita terhadap Allah swt

24

DAFTAR PUSTAKA
Wahyudi, Ari. 2022. “Makna Kalimat Tauhid “Lailahaillallah”, https://muslim.or.id/78344-
makna-kalimat tauhid.html, diakses pada 18 Oktober 2022 pukul 20:00.
https://tuntunanislam.id/category/aqidah/, diakses pada 18 Oktober 2022
https://id.berita.yahoo.com/pengertian-tauhid-dalam-ajaran-islam-104522128.html, diakses
pada 18 0ktober 2022.
AlMaidani, Mifta Hadi. 2021. “Konsekuensi Kalimat Tauhid Laa Ilaaha Illallah”,
https://muslim.or.id/29558-konsekuensi-kalimat-tauhid-laa-ilaaha-
illallah.html, diakses pada 18 Oktober 2022.
Pustaka Imam AS-Syafi’i/Darsyafi’I, 2013. “ Perkara-Perkara yang merusak tauhid”,
http://www.aldakwah.org/index.php/ct-menu-item-3/ct-menu-item-5/28-
perkara-perkara-yang-merusak-tauhid, diakses pada 18 Oktober 2022.
Seta, Sekar.’ Tauhid Sebagai Landasan Bagi Semua Aspek Kehidupan”
https://www.academia.edu/41978309/Tauhid_Sebagai_Landasan_Bagi_Semu
a_Aspek_Kehidupan20200214_26170_8loxhx. diakses pada tanggal 18
Oktober 2022.

25

Anda mungkin juga menyukai