TAUHID
Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Makalah Mata Kuliah Ilmu Tauhid
Disususn Oleh :
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Makalah ini kami tujukan khususnya untuk kalangan pelajar, kalangan remaja dan
generasi muda yang tidak lain sebagai generasi penerus bangsa agar kita semua mengenal
pengertian, dan ruang lingkup ilmu tauhid secara luas. Saat ini, banyak orang yang
menganggap bahwa ilmu tauhid itu kurang diperhatikan di kalangan masyarakat. Sehingga
banyak masyarakat yang kurang memahami arti dari ilmu tauhid itu sendiri.
Dalam Islam kita mengenal istilah tauhid, Tauhid adalah mengesakan Allah. Jika
dilihat, banyak sekali hadits yang menunjukkan betapa pentingnya mempelajari ilmu Tauhid.
Pengertian Tauhid secara bahasa berarti mengesakan Tuhan, keesaan. Mengesakan Tuhan
berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa Tuhan itu Maha Esa.
BAB II
PEMBAHASAN
Ilmu tauhid adalah sumber semua ilmu-ilmu keislaman, sekaligus yang terpenting dan
paling utama. Allah SWT berfirman:
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah.”
(Q.S. Muhammad: 19)
Seandainya ada orang tidak mempercayai keesaan Allah atau mengingkari perkara-
perkara yang menjadi dasar ilmu tauhid, maka orang itu dikatagorikan bukan muslim dan
digelari kafir. Begitu pula halnya, seandainya seorang muslim menukar kepercayaannya dari
mempercayai keesaan Allah, maka kedudukannya juga sama adalah kafir.
Perkara dasar yang wajib dipercayai dalam ilmu tauhid ialah perkara yang dalilnya atau
buktinya cukup terang dan kuat yang terdapat di dalam Al Quran atau Hadis yang shahih.
Perkara ini tidak boleh dita’wil atau ditukar maknanya yang asli dengan makna yang lain.
1. Ilmu ‘Aqa’id: ‘Aqdun artinya tali atau pengikat. ‘Aqa’id adalah bentuk jama’ dari ‘Aqdun.
Disebut ‘Aqa’id, karena didalamnya mempelajari tentang keimanan yang mengikat hati
seseorang dengan Allah, baik meyakini wujud-Nya, ke-Esaan-Nya atau kekuasaan-Nya.
2. Ilmu Kalam: kalam artinya pembicaraan. Disebut ilmu kalam, karena dalam ilmu ini
banyak membutuhkan diskusi, pembahasan, keterangan-keterangan dan hujjah (alasan)
yang lebih banyak dari ilmu lain.
4. Ilmu Ma’rifat: ma’rifat artinya pengetahuan. Disebut ilmu ma’rifat, karena didalamnya
mengandung bimbingan dan arahan kepada kepada umat manusia untuk mengenal
khaliqnya. (Zakaria, 2008:1)
Seluruh manusia terlahir ke dunia ini dalam keadaan fitrahnya, yakni bertauhid.
Sebagaimana yang di terangkan dalam ayat Q. S. Ar-Rum: 30 yang Artinya: “Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Islam; sesuai fitrah Allah disebabkan Dia
telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah.
(Itulah) Agama yang lurus, tetapi kebanyakan menusia tidak mengetahui.” (Q.S. ar-Rum:30)
Manusia pada dasarnya memerlukan suatu bentuk kepercayaan kepada sesuatu yang
gaib, sebab itulah ia disebut makhluk religius, yaitu makhluk yang memiliki bawaaan
primordial (azali) untuk beragama dan percaya kepada Tuhan. Inilah fitrah manusia yang
secara otomatis memiliki potensi bertuhan sejak kelahirannya. Rasulullah saw. Bersabda:
Artinya: “setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (bertauhid). Kedua oangtua
nyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (H.R. Bukhari dan
Muslim).
Untaian kata-kata tauhid dalam Islam dinyatakan dalam kalimat “laa ilaaha ilallaah”,
Allah sebagai satu-satunya Tuhan.
Tauhid dalam Islam yang diekspresikan dengan kalimat “laa ilaaha ilallah” merupakan
titik tolak untuk membebaskan belenggu. Tauhid ini pula yang membebaskan manusia dari
belenggu manusia lainnya, dari penyembahan terhadap rasio dan mental, serta dari sikap
hidup materialistis.
Tauhid juga membebaskan manusia dari kependetaan dan hiruk pikuk dunia. Jadi, tauhid
mengandung pengertian bahwa manusia tidak membutuhkan apa-apa selain Allah, sehingga
seseorang yang beriman diberi kemulyaan dan kepuasan sebagai hamba yang bebas dan
benar-benar terhormat.
Sudah jelaslah bahwa konsep tauhid “laa ilaaha ilallaah” mempunyai implikasi begitu
revolusioner berupa pembebasan. Ia meniadakan otoritas, apapun bentuknya, untuk
berhubungan dengan Allah swt. Sehingga manusia terbebas dari perbudakan mental dan
penyembahan sesama makhluk. Allah swt., sudah jelas dekat dengan siapapun. Firman Allah
swt. yang artinya : “dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang
Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila
dia berdosa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi perintah-Ku, agar mereka
memperoleh kebenaran. (Q.S. al-Baqarah: 186)
Inilah diantara hakikat tauhid “laa ilaaha ilallaah”. Apabila setiap orang mempunyai
tauhid yang benar dan memahami tentang dirinya yang bebas dari belenggu apapun selain
Allah swt., maka seharusnya ia dapat bekerja dan berkarya lebih baik tanpa gangguan
pemikiran-pemikiran khurafat dan takhayul yang justru menghalangi etos kerja dan karya
bagi kehidupan manusia. (Ismail, 2008: 10-23).
1. Iman kepada Allah, tauhid kepada-Nya, dan ikhlash beribadah hanya untuk-Nya tanpa
sekutu apapun bentuknya.
2. Iman kepada rasul-rasul Allah para pembawa petunjuk ilahi, mengetahui sifat-sifat yang
wajib dan pasti ada pada mereka seperti jujur dan amanah, mengetahui sifat-sifat yang
mustahil ada pada mereka seperti dusta dan khianat, mengetahui mu’jizat dan bukti-bukti
kerasulan mereka, khususnya mu’jizat dan bukti-bukti kerasulan Nabi Muhammad saw.
3. Iman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para nabi dan rasul sebagai
petunjuk bagi hamba-hamba-Nya sepanjang sejarah manusia yang panjang.
4. Iman kepada malaikat, tugas-tugas yang mereka laksanakan, dan hubungan mereka
dengan manusia di dunia dan akhirat.
5. Iman kepada hari akhir, apa saja yang dipersiapkan Allah sebagai balasan bagi orang-
orang mukmin (surga) maupun orang-orang kafir (neraka).
6. Iman kepada takdir Allah yang Maha Bijaksana yang mengatur dengan takdir-Nya semua
yang ada di alam semesta ini.Allah swt berfirman:
“نز َل ِإلَ ْي ِه ِمن َّربِّ ِه َو ْال ُمْؤ ِمنُونَ ُك ٌّل آ َمنَ بِاهّلل ِ َو َمآلِئ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِهُأ
ِ آ َمنَ ال َّرسُو ُل بِ َما
Artinya: “Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya.” (QS: Al-Baqarah: 285)
ْ .
ِ أن تُْؤ ِمنَ بِاهللِ َو َمالَِئ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه َواليَوْ ِم اآل ِخ ِر َوتُْؤ ِمنَ بِالقَد
َر َخي ِْر ِه َو َشرِّ ِه
Artinya: “Iman adalah engkau membenarkan dan meyakini Allah, para malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan taqdir baik maupun buruk.” (HR. Muslim).
1. Ma’rifatul Mabda’
Ruang pembahasan ilmu tauhid yang pertama yaitu Ma’rifatul mabda’. Yaitu suatu
ilmu membahas tentang keberadaan dzat Allah dan hal-hal yang berhubungan dengan Allah
serta qadla’ dan qadar-Nya, yang terangkum dalam pembahasan rukun iman, yakni iman
kepada Allah dan iman kepada qadla’ dan qadar.
Iman kepada Allah SWT adalah percaya sepenuhnya akan kebenaran keberadaan Allah
SWT tanpa keraguan sedikitpun. Serta, mentaati dan menjalankan segala perintah-Nya serta
menjauhi segala larangan-Nya dengan sepenuh hati dengan penuh rasa rendah diri, cinta,
harap dan takut kepada-Nya. iman kepada Allah SWT meliputi tiga hal, yaitu:
Allah adalah wajibul wujud dan tak ada batasan bagi kesempurnaan-Nya. tidak ada
manusia yang sanggup mengetahui dzat Alla SWT karena dzat Allah swt tidak lah tersusun
dari unsur, tidak terbatas. Karena itu mustahil bagi manusia mengetahui dzat Allah SWT,
akal manusia tidak akan sanggup mencapai hakekat Allah SWT.
“Pikirkanlah tentang keadaan makhluk Allah dan janganlah kamu memikirkan tentang dzat-
Nya yang menyebabkan kamu binasa.” (H.R. Abu Nu’aim)
Allah berfirman:
ِ َت ُأِّل ۟ولِى ٱَأْل ْل ٰب
َ﴾ ٱلَّ ِذين۱۹ب ﴿ە ِ َٱختِ ٰل
ِ َف ٱلَّي ِْل َوٱلنَّه
ٍ ۢ َار َل َءا ٰي ْ ض َو ِ ْت َوٱَأْلر ِ ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو
ِ خَل ْ ِإ َّن فِى
ِ ْت َوٱَأْلر
َض َربَّنَا َما خَ لَ ْقت ِ ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َوِ يَ ْذ ُكرُونَ ٱهَّلل َ قِ ٰيَ ًۭما َوقُعُو ۭ ًدا َو َعلَ ٰى ُجنُوبِ ِه ْم َويَتَفَ َّكرُونَ فِى خ َْل
۱۹۱﴿ار َ ﴾ ٰهَ َذا ٰبَ ِطاًۭل ُسب ٰ َْحنَكَ فَقِنَا َع َذ
ِ َّاب ٱلن
Artinya :
” Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka
“.(Q.S. Ali Imran : 190-191)
2. Sifat
Allah SWT memiliki sifat yang terdiri dari 3 kelompok sifat yaitu:
2.1. Sifat wajib
1. Wujud,
2. Qidam,
3. Baqa’
4. Mukhalafatu lilhawadits,
5. Qiyamuhu binafsih
6. Wahdaniyyah
7. Qudrah
8. Iradah,
9. Ilmu,
10. Hayat
11. Sama’
12. Bashar
13. Kalam
14. Kaunuhu Qadiran
15. Kaunuhu Muridan
16. Kaunuhu Aliman
17. Kaunuhu Hayyan
18. Kaunuhu Sami’an
19. Kaunuhu Basiran
20. Kaunuhu Mutakalliman.
2.2. Sifat mustahil
Sifat mustahil adalah berkebalikan dengan sifat wajib yang juga terdiri dari 20 sifat
mustahil, yaitu:
1. Adam
2. Huduts
3. Fana’
4. Mumatsalah;
5. Al ihtiyaju bighairih;
6. Ta’addud;
7. Ajzu;
8. Karahah;
9. Jahlu;
10. Mautu;
11. Shammu;
12. A’ma;
13. Bukmu;
14. Kaunuhu Ajizan;
15. Kaunuhu Karih
16. Kaunuhu Jahilan;
17. Kaunuhu Mayyitan;
18. Kaunuhu Ashamm;
19. Kaunuhu A’ma;
20. Kaunuhu Abkam.
2.3. Sifat jaiz
Adapun sifat jaiz bagi Allah itu ada satu sifat, yaitu Allah bebas berbuat, artinya
perbuatan Allah terhadap makhluk-Nya untuk boleh diperbuat-Nya dan boleh pula tidak.
Maksudnya, Allah tidak wajib membuatnya dan pula tidak mustahil kalau tidak membuatnya.
3. Af’al
Af’al adalah perbuatan Allah SWT. Segala yang ada di dunia ini adalah perbuatan
Allah SWT. Untuk mengetaui tentang af’al Allah adalah dengan melakukan Syuhud
(memandang/menyaksikan) dan meyakini bahwa segala perbuatan kita baik perbuatan yang
baik maupun perbuatan yang buruk adalah berasal dari Allah SWT.
Qadar ialah masdar dari kata qadarat is-sya’u artinya kepastian sesuatu. Aqdarahu
qadran artinya, kepastian itu berhasil dengan pemastiannya. Iman kepada qadla dan qadar
berarti bahwa seseorang mempercayai dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah telah
mentakdirkan segala makhluk baik takdir yang baik maupun takdir yang buruk.
2. Ma’rifatul Wasithah
ب الَّ ِذي َأ ْنزَ َل ِم ْنِ ب الَّ ِذي نَ َّز َل َعلَ ٰى َرسُولِ ِه َو ْال ِكتَا ِ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا آ ِمنُوا بِاهَّلل ِ َو َرسُولِ ِه َو ْال ِكتَا
ضاَل اًل بَ ِعيدًا
َ ض َّل َ قَ ْب ُل ۚ َو َم ْن يَ ْكفُرْ بِاهَّلل ِ َو َماَل ِئ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر فَقَ ْد
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-
jauhnya.”(Q.S. An-Nisa : 136)
1. Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah SWT
Secara umum pengertian iman kepada malaikat-malaikat Allah SWT adalah percaya
akan adanya malaikat. Malaikat adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dari
cahaya. Malaikat adalah makhluk yang tunduk dan patuh atas tugas dan perintah Allah SWT
yaitu untuk mengurus alam semesta ini.
ُ آ َمنَ ال َّرسُو ُل بِ َما ُأ ْن ِز َل ِإلَ ْي ِه ِم ْن َربِّ ِه َو ْال ُمْؤ ِمنُونَ ُكلٌّ آ َمنَ بِاهَّلل ِ َو َمالِئ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه ال نُفَ ِّر
ق
صي ُر ِ ك َربَّنَا َوِإلَ ْيكَ ْال َم َ َبَ ْينَ َأ َح ٍد ِم ْن ُر ُسلِ ِه َوقَالُوا َس ِم ْعنَا َوَأطَ ْعنَا ُغ ْف َران
Artinya :
"Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya (demikian
pula) orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, mailakat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya (Q.S. Al-Baqarah: 285).
"Iman itu percaya kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan para rasul-Nya,
serta kepada hari akhir dan kepastian yang baik dan buruk daripada-Nya. (Bukhari Muslim).
Adapun 10 malaikat yang wajib diketahui adalah Jibril, Mikail, Izro’il, Munkar,
Nakir, Roqib, Atid, Isrofil, Ridwan, dan Malik
Iman kepada kitab-kitab Allah SWT adalah percaya bahwa Allah telah meurunkan
kitab-kitab Nya kepada para Nabi dan Rasul Nya yang berisi tentang wahyu Allah SWT
unutk disampaikan kepada seluruh umat manusia didunia sebagai pedoman hidup agar
manusia tetap pada jalan yang benar dan diridloi oleh Allah SWT. Kitab-kitab Allah tersebut
diantaranya adalah : Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur’an.
Beriman kepada rasul-rasul Allah merupakan rukun iman keempat. Maksudnya ialah
mempercayai bahwa Allah SWT telah mengutus para Rasul-Nya untuk membawa syiar
agama dan membimbing umat pada jalan lurus dan diridhoi Allah. Rasul-rasul ini
mempunyai sifat diantaranya adalah sifat siddiq (jujur), amanah (terpercaya), tabligh
menyampaikan, fathonah (cerdas).
3. Ma’rifatul Ma’ad
Ma’rifatul Ma’admerupakan bagian dari ruang lingkup ilmu tauhid yang membahas
tentang hari kiamat, tanda-tanda hari kiamat serta hikmah beriman kepada hari kiamat. Yang
dimaksud hari kiamat adalah hancurnya seluruh dunia beserta alam semesta ini dan seluruh
makhluk hidup yang ada didalamnya. Yang selanjutnya akan berganti kepada alam yang baru
yaitu akhirat.
Beriman kepada hari kiamat adalah percaya dengan sepenuhya bahwa alam dan segala
isinya akan dihancurkan oleh Allah SWT, dan semua makhluk yang ada didunia akan mati,
kemudian dibangkitkan dari alam kuburnya untuk diperhitungkan segala amal kebaikan dan
kejahatannya dan hidup kekal di alam akhirat.
C. Aspek-Aspek Ketauhidan
Tauhid Rububiyah
Tauhid rububiyah ialah mengesakan dalam pengaturan kerajaan. Itu adalah pernyataan
bahwa sesunggguhnya Allah ialah tuhan pengatur segala sesuatu, Dia pemiliknya, Dia
pencipta aturannya dan pemberi rezekinya[4].
“Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah
yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan
yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang
mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah
"Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?"( Q.S. Yunus : 31)
Tauhid Uluhiyah
Tauhid uluhiyah adalah peng-Esaan Allah SWT dalam ketuhanan. Ketauhidan dibina
atas dasar ikhlas karena Allah SWT semata, yang mempunyai kebulatan cinta,takut,
mengharap, tawakal gemar, hormat, dan doa hanya karena Allah SWT sendiriNya[5].
Artinya :
“Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada
Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki
'Arsy yang agung". (Q.S. At Taubah : 129)
Tauhid asma dan sifat adalah penyataan ikrar bahwa sesungguhnya Allah SWT Maha
Tahu kepada segala sesuatu, Maha Kuasa terhadap segala sesuatu, dan sesungguhnya Dia
Maha Hidup dan Maha Tegak, tiada alpa dan tiada tertidur lena, bagiNya segala kehendak
terlaksana, hikmah yang tandas dan tuntas[6]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA