Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH DEFENISI DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN ILMU

TAUHID
Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Makalah Mata Kuliah Ilmu Tauhid

Dosen Penganmpu : YUDARWIN,S.H.I.,M.H.I.

Disususn Oleh :

1. AZLI AZUMAR NASUTION ( 0501223131 )


2. RAIHAN HIDAN BUGIS ( 0501221026 )

PROGRAM STUDI S1 EKONOMI ISLAM FAKULTAS


EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb Puji syukur kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat,inayah,taufiq,dan hidayahnya sehingga
kami dapat menyelesaikan  penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan,petunjuk maupun pedoman
bagi pembaca. Harapan kami semoga makalah ini menambah
pengetahuan dan  pengalaman bagi para pembaca,sehingga kami
dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini kami akui masih banyak
kekurangan baik dalam tulisan maupun tata bahasa karena
pengalaman yang kami miliki masih sangat kurang. Oleh karena
itu,kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum wr. wb.

Medan, 19 September 2022

Penyusun

 
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Makalah

Makalah ini kami tujukan khususnya untuk kalangan  pelajar, kalangan remaja dan
generasi muda yang tidak lain sebagai generasi penerus bangsa agar kita semua mengenal
pengertian, dan ruang lingkup ilmu tauhid secara luas. Saat ini, banyak orang yang
menganggap bahwa ilmu tauhid itu kurang diperhatikan di kalangan masyarakat. Sehingga
banyak masyarakat yang kurang memahami arti dari ilmu tauhid itu sendiri.

 Dalam Islam kita mengenal istilah tauhid, Tauhid adalah mengesakan Allah. Jika
dilihat, banyak sekali hadits yang menunjukkan betapa pentingnya mempelajari ilmu Tauhid.
Pengertian Tauhid secara bahasa berarti mengesakan Tuhan, keesaan. Mengesakan Tuhan
berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa Tuhan itu Maha Esa.

Adapun beberapa manfaat untuk kita  mempelajari ilmu tauhid diantaranya yakni


membuat seseorang menjalankan tujuan hidup yang sebenarnya yakni untuk beribadah
kepada allah swt. mendapatkan jaminan surga karna beriman kepada allah serta menjalankan
perintah dan menjauhi laranganya.

 
BAB II

PEMBAHASAN

1.1. Pengertian Ilmu Tauhid


Tauhid merupakan masdar/kata benda dari kata yang berasal dari bahasa arab yaitu
“wahhada-yuwahhidu-tauhiidan” yang artinya menunggalkan sesuatu atau keesaan. Yang
dimaksud disini adalah mempercayai bahwa Allah itu esa. Sedangkan secara istilah ilmu
Tauhid ialah ilmu yang membahas segala kepercayaan-kepercayaan yang diambil dari dalil
dalil keyakinan dan hukum-hukum di dalam Islam termasuk hukum mempercayakan Allah
itu esa.
Menurut Syeh M, Abduh, ilmu tauhid (ilmu kalam) ialah ilmu yang membicarakan
tentang wujud Tuhan, sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang boleh ada pada-
Nya; membicarakan tentang Rosul, untuk menetapkan keutusan mereka, sifat-sifat yang
boleh dipertautkan kepada mereka, dan sifat-sifat yang tidak mungkin terdapat pada mereka.
(Hanafi, 2003: 2).
Pengertian Tauhid menurut Husain Affandi al-Hisr adalah ilmu yang membahas
tentang hal-hal yang menetapkan akidah agama dengan dalil-dalil yang meyakinkan.
Sedangkan menurut Ibnu Khaldun, ilmu Tauhid berisi alasan-alasan dari akidah keimanan
dengan dalil-dalil aqliyah dan alasan-alasan yang merupakan penolakan terhadap golongan
bidah yang dalam bidan akidah telah menyimpang dari mazhab salaf dan Ahlus sunnah.

Ilmu tauhid adalah sumber semua ilmu-ilmu keislaman, sekaligus yang terpenting dan
paling utama. Allah SWT berfirman:

ُ ‫فَا ْعلَ ْم َأنَّهُ اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا‬

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah.”
(Q.S. Muhammad: 19)

Seandainya ada orang tidak mempercayai keesaan Allah atau mengingkari perkara-
perkara yang menjadi dasar ilmu tauhid, maka orang itu dikatagorikan bukan muslim dan
digelari kafir. Begitu pula halnya, seandainya seorang muslim menukar kepercayaannya dari
mempercayai keesaan Allah, maka kedudukannya juga sama adalah kafir.
Perkara dasar yang wajib dipercayai dalam ilmu tauhid ialah perkara yang dalilnya atau
buktinya cukup terang dan kuat yang terdapat di dalam Al Quran atau Hadis yang shahih.
Perkara ini tidak boleh dita’wil atau ditukar maknanya yang asli dengan makna yang lain.

1.1.1. Penamaan Ilmu Tauhid

Ilmu Tauhid juga disebut;

1. Ilmu ‘Aqa’id: ‘Aqdun artinya tali atau pengikat. ‘Aqa’id adalah bentuk jama’ dari ‘Aqdun.
Disebut ‘Aqa’id, karena didalamnya mempelajari tentang keimanan yang mengikat hati
seseorang dengan Allah, baik meyakini wujud-Nya, ke-Esaan-Nya atau kekuasaan-Nya.

2. Ilmu Kalam: kalam artinya pembicaraan. Disebut ilmu kalam, karena dalam ilmu ini
banyak membutuhkan diskusi, pembahasan, keterangan-keterangan dan hujjah (alasan)
yang lebih banyak dari ilmu lain.

3. Ilmu Ushuluddin: Ushuluddin artinya pokok-pokok agama. Disebut Ilmu Ushuluddin,


karena didalamnya membahas prinsip-prinsip ajaran agama, sedang ilmu yang lainnya
disebut furu’ad-Din (cabang-cabang agama), yang harus berpijak diatas ushuluddin.

4. Ilmu Ma’rifat: ma’rifat artinya pengetahuan. Disebut ilmu ma’rifat, karena didalamnya
mengandung bimbingan dan arahan kepada kepada umat manusia untuk mengenal
khaliqnya. (Zakaria, 2008:1)

2.1.2. Sebab-sebab dinamakan ilmu kalam ialah karena:

1. Persoalan yang terpenting diantara pembicaraan-pembicaran masa-masa pertama Islam


ialah Firman Tuhan (Kalam Allah), yaitu Qur’an apakah azali atau non-azali. Karena itu
keseluruhan isi Ilmu kalam dinamai dengan salah satu bagian yang terpenting.
2. Dalam Ilmu Kalam ialah dalil-dalil akal pikiran di mana pengaruhnya tampak jelas pada
pembicaraan ulama-ulama kalam, sehingga mereka kelihatan sebagai ahli bicara. Dalil
Naqli (Qur’an dan Hadits) baru dipakai sesudah mereka menetapkan kebenaran persoalan
dari segi akal pikir.
3. Pembuktian kepercayaan-kepercayaan agama menyerupai logika dalam filsafat. Untuk
dibedakan dengan logika, maka pembuktian-pembuktian tersebut dinamai “Ilmu Kalam”.
(Hanafi, 2003: 5)
2.1.3. Hakikat Tauhid

Seluruh manusia terlahir ke dunia ini dalam keadaan fitrahnya, yakni bertauhid.
Sebagaimana yang di terangkan dalam ayat Q. S. Ar-Rum: 30 yang Artinya: “Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Islam; sesuai fitrah Allah disebabkan Dia
telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah.
(Itulah) Agama yang lurus, tetapi kebanyakan menusia tidak mengetahui.” (Q.S. ar-Rum:30)

Manusia pada dasarnya memerlukan suatu bentuk kepercayaan kepada sesuatu yang
gaib, sebab itulah ia disebut makhluk religius, yaitu makhluk yang memiliki bawaaan
primordial (azali) untuk beragama dan percaya kepada Tuhan. Inilah fitrah manusia yang
secara otomatis memiliki potensi bertuhan sejak kelahirannya. Rasulullah saw. Bersabda:

Artinya: “setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (bertauhid). Kedua oangtua
nyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (H.R. Bukhari dan
Muslim).

Untaian kata-kata tauhid dalam Islam dinyatakan dalam kalimat “laa ilaaha ilallaah”,
Allah sebagai satu-satunya Tuhan.

2.1.4. Implikas Tauhid

Tauhid dalam Islam yang diekspresikan dengan kalimat “laa ilaaha ilallah” merupakan
titik tolak untuk membebaskan belenggu. Tauhid ini pula yang membebaskan manusia dari
belenggu manusia lainnya, dari penyembahan terhadap rasio dan mental, serta dari sikap
hidup materialistis.

Tauhid juga membebaskan manusia dari kependetaan dan hiruk pikuk dunia. Jadi, tauhid
mengandung pengertian bahwa manusia tidak membutuhkan apa-apa selain Allah, sehingga
seseorang yang beriman diberi kemulyaan dan kepuasan sebagai hamba yang bebas dan
benar-benar terhormat.

Sudah jelaslah bahwa konsep tauhid “laa ilaaha ilallaah” mempunyai implikasi begitu
revolusioner berupa pembebasan. Ia meniadakan otoritas, apapun bentuknya, untuk
berhubungan dengan Allah swt. Sehingga manusia terbebas dari perbudakan mental dan
penyembahan sesama makhluk. Allah swt., sudah jelas dekat dengan siapapun. Firman Allah
swt. yang artinya : “dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang
Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila
dia berdosa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi perintah-Ku, agar mereka
memperoleh kebenaran. (Q.S. al-Baqarah: 186)

Inilah diantara hakikat tauhid “laa ilaaha ilallaah”. Apabila setiap orang mempunyai
tauhid yang benar dan memahami tentang dirinya yang bebas dari belenggu apapun selain
Allah swt., maka seharusnya ia dapat bekerja dan berkarya lebih baik tanpa gangguan
pemikiran-pemikiran khurafat dan takhayul yang justru menghalangi etos kerja dan karya
bagi kehidupan manusia. (Ismail, 2008: 10-23).

2.1.5. Bidang Pembahasan Ilmu Tauhid

Tauhid mempunyai beberapa pembahasan diantaranya ada 6 yakni:

1. Iman kepada Allah, tauhid kepada-Nya, dan ikhlash beribadah hanya untuk-Nya tanpa
sekutu apapun bentuknya.
2. Iman kepada rasul-rasul Allah para pembawa petunjuk ilahi, mengetahui sifat-sifat yang
wajib dan pasti ada pada mereka seperti jujur dan amanah, mengetahui sifat-sifat yang
mustahil ada pada mereka seperti dusta dan khianat, mengetahui mu’jizat dan bukti-bukti
kerasulan mereka, khususnya mu’jizat dan bukti-bukti kerasulan Nabi Muhammad saw.
3. Iman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para nabi dan rasul sebagai
petunjuk bagi hamba-hamba-Nya sepanjang sejarah manusia yang panjang.
4. Iman kepada malaikat, tugas-tugas yang mereka laksanakan, dan hubungan mereka
dengan manusia di dunia dan akhirat.
5. Iman kepada hari akhir, apa saja yang dipersiapkan Allah sebagai balasan bagi orang-
orang mukmin (surga) maupun orang-orang kafir (neraka).
6. Iman kepada takdir Allah yang Maha Bijaksana yang mengatur dengan takdir-Nya semua
yang ada di alam semesta ini.Allah swt berfirman:
“‫نز َل ِإلَ ْي ِه ِمن َّربِّ ِه َو ْال ُمْؤ ِمنُونَ ُك ٌّل آ َمنَ بِاهّلل ِ َو َمآلِئ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه‬‫ُأ‬
ِ ‫آ َمنَ ال َّرسُو ُل بِ َما‬
Artinya: “Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya.” (QS: Al-Baqarah: 285)

Rasulullah saw. ditanya tentang iman, lalu beliau pun menjawab;

ْ .
ِ ‫أن تُْؤ ِمنَ بِاهللِ َو َمالَِئ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه َواليَوْ ِم اآل ِخ ِر َوتُْؤ ِمنَ بِالقَد‬
‫َر َخي ِْر ِه َو َشرِّ ِه‬

Artinya: “Iman adalah engkau membenarkan dan meyakini Allah, para malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan taqdir baik maupun buruk.” (HR. Muslim).

2.2. Ruang Lingkup ilmu Tauhid

1.      Ma’rifatul Mabda’

Ruang pembahasan ilmu tauhid yang pertama yaitu Ma’rifatul mabda’. Yaitu suatu
ilmu membahas tentang  keberadaan dzat Allah dan hal-hal yang berhubungan dengan Allah
serta qadla’ dan qadar-Nya, yang terangkum dalam pembahasan rukun iman, yakni iman
kepada Allah dan iman kepada qadla’ dan qadar.

a.       Iman Kepada Allah SWT

Iman kepada Allah SWT adalah percaya sepenuhnya akan kebenaran keberadaan Allah
SWT tanpa keraguan sedikitpun. Serta, mentaati dan menjalankan segala perintah-Nya serta
menjauhi segala larangan-Nya dengan sepenuh hati dengan penuh rasa rendah diri, cinta,
harap dan takut kepada-Nya. iman kepada Allah SWT meliputi tiga hal, yaitu:

1.      Dzat Allah SWT

Allah adalah wajibul wujud dan tak ada batasan bagi kesempurnaan-Nya. tidak ada
manusia yang sanggup mengetahui dzat Alla SWT karena dzat Allah swt tidak lah tersusun
dari unsur, tidak terbatas. Karena itu mustahil bagi manusia mengetahui dzat Allah SWT,
akal manusia tidak akan sanggup mencapai hakekat Allah SWT.

Nabi Muhammad SAW bersabda :

“Pikirkanlah tentang keadaan makhluk Allah dan janganlah kamu memikirkan tentang dzat-
Nya yang menyebabkan kamu binasa.” (H.R. Abu Nu’aim)

Allah berfirman:
ِ َ‫ت ُأِّل ۟ولِى ٱَأْل ْل ٰب‬
َ‫﴾ ٱلَّ ِذين‬۱۹‫ب ﴿ە‬ ِ َ‫ٱختِ ٰل‬
ِ َ‫ف ٱلَّي ِْل َوٱلنَّه‬
ٍ ۢ َ‫ار َل َءا ٰي‬ ْ ‫ض َو‬ ِ ْ‫ت َوٱَأْلر‬ ِ ‫ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
ِ ‫خَل‬ ْ ‫ِإ َّن فِى‬
ِ ْ‫ت َوٱَأْلر‬
َ‫ض َربَّنَا َما خَ لَ ْقت‬ ِ ‫ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬ِ ‫يَ ْذ ُكرُونَ ٱهَّلل َ قِ ٰيَ ًۭما َوقُعُو ۭ ًدا َو َعلَ ٰى ُجنُوبِ ِه ْم َويَتَفَ َّكرُونَ فِى خ َْل‬
۱۹۱﴿‫ار‬ َ ‫﴾ ٰهَ َذا ٰبَ ِطاًۭل ُسب ٰ َْحنَكَ فَقِنَا َع َذ‬
ِ َّ‫اب ٱلن‬
Artinya :

” Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka
“.(Q.S. Ali Imran : 190-191)

2. Sifat

Allah SWT memiliki sifat yang terdiri dari 3 kelompok sifat yaitu:

2.1.  Sifat wajib

Sifat wajib Allah ada 20 yaitu:

1. Wujud,
2.  Qidam,

3. Baqa’
4. Mukhalafatu lilhawadits,
5. Qiyamuhu binafsih
6.  Wahdaniyyah

7. Qudrah
8. Iradah,
9. Ilmu,
10. Hayat
11. Sama’
12. Bashar
13. Kalam
14. Kaunuhu Qadiran
15. Kaunuhu Muridan
16. Kaunuhu Aliman
17. Kaunuhu Hayyan
18. Kaunuhu Sami’an
19. Kaunuhu Basiran
20. Kaunuhu Mutakalliman.
2.2.   Sifat mustahil

Sifat mustahil adalah berkebalikan dengan sifat wajib yang juga terdiri dari 20 sifat
mustahil, yaitu:

1. Adam
2. Huduts
3. Fana’
4. Mumatsalah;
5. Al ihtiyaju bighairih;
6. Ta’addud;
7. Ajzu;
8. Karahah;
9. Jahlu;
10. Mautu;
11. Shammu;
12. A’ma;
13. Bukmu;
14. Kaunuhu Ajizan;
15. Kaunuhu Karih
16. Kaunuhu Jahilan;
17. Kaunuhu Mayyitan;
18. Kaunuhu Ashamm;
19. Kaunuhu A’ma;
20. Kaunuhu Abkam.

2.3.      Sifat jaiz

Adapun sifat jaiz bagi Allah itu ada satu sifat, yaitu Allah bebas berbuat, artinya
perbuatan Allah terhadap makhluk-Nya untuk boleh diperbuat-Nya dan boleh pula tidak.
Maksudnya, Allah tidak wajib membuatnya dan pula tidak mustahil kalau tidak membuatnya.

3.      Af’al
Af’al adalah perbuatan Allah SWT. Segala yang ada di dunia ini adalah perbuatan
Allah SWT. Untuk mengetaui tentang af’al Allah adalah dengan melakukan Syuhud
(memandang/menyaksikan) dan meyakini bahwa segala perbuatan kita baik perbuatan yang
baik maupun perbuatan yang buruk adalah berasal dari Allah SWT.

b.      Iman Kepada Qadla’ dan Qadar.

Qadar ialah masdar dari kata qadarat is-sya’u artinya kepastian sesuatu. Aqdarahu
qadran artinya, kepastian itu berhasil dengan pemastiannya. Iman kepada qadla dan qadar
berarti bahwa seseorang mempercayai dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah telah
mentakdirkan segala makhluk baik takdir yang baik maupun takdir yang buruk.

Allah SWT berfirman :

٣﴿ ‫﴾ َوالَّ ِذي قَ َّد َر فَهَدَى‬٢﴿ ‫ق فَ َس َّوى‬


َ َ‫﴾الَّ ِذي َخل‬
Artinya :

“Yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-Nya){2} dan yang menentukan kadar


(masing-masing) dan memberi petunjuk,{3} (Q.S. Al –A’la : 2-3)

2.      Ma’rifatul Wasithah

Ruang pembahasan ilmu yang selanjutnya adalah Ma’rifatul Wasithah. Yaitu 


membahas tentang utusan Allah seperti Malaikat, Nabi/Rasul, dan Kitab Suci, yang
terangkum dalam rukun iman, yaitu iman kepada malaikat-malaikat Allah SWT, iman kepada
kitab-kitab Allah SWT, dan iman kepada Rasul-rasul Allah SWT.

Allah SWT berfirman:

‫ب الَّ ِذي َأ ْنزَ َل ِم ْن‬ِ ‫ب الَّ ِذي نَ َّز َل َعلَ ٰى َرسُولِ ِه َو ْال ِكتَا‬ ِ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا آ ِمنُوا بِاهَّلل ِ َو َرسُولِ ِه َو ْال ِكتَا‬
‫ضاَل اًل بَ ِعيدًا‬
َ ‫ض َّل‬ َ ‫قَ ْب ُل ۚ َو َم ْن يَ ْكفُرْ بِاهَّلل ِ َو َماَل ِئ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر فَقَ ْد‬
Artinya :

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-
jauhnya.”(Q.S. An-Nisa : 136)
1.      Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah SWT

Secara umum pengertian iman kepada malaikat-malaikat Allah SWT adalah percaya
akan adanya malaikat. Malaikat adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dari
cahaya. Malaikat adalah makhluk yang tunduk dan patuh atas tugas dan perintah Allah SWT
yaitu untuk mengurus alam semesta ini.

Allah SWT berfirman :

ُ ‫آ َمنَ ال َّرسُو ُل بِ َما ُأ ْن ِز َل ِإلَ ْي ِه ِم ْن َربِّ ِه َو ْال ُمْؤ ِمنُونَ ُكلٌّ آ َمنَ بِاهَّلل ِ َو َمالِئ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه ال نُفَ ِّر‬
‫ق‬
‫صي ُر‬ ِ ‫ك َربَّنَا َوِإلَ ْيكَ ْال َم‬ َ َ‫بَ ْينَ َأ َح ٍد ِم ْن ُر ُسلِ ِه َوقَالُوا َس ِم ْعنَا َوَأطَ ْعنَا ُغ ْف َران‬
Artinya :

"Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya (demikian
pula) orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, mailakat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya (Q.S. Al-Baqarah: 285).

Nabi Muhammad SAW bersabda :

"Iman itu percaya kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan para rasul-Nya,
serta kepada hari akhir dan kepastian yang baik dan buruk daripada-Nya. (Bukhari Muslim).

Adapun 10 malaikat yang wajib diketahui adalah Jibril, Mikail, Izro’il, Munkar,
Nakir, Roqib, Atid, Isrofil, Ridwan, dan Malik

2.      Iman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT

Iman kepada kitab-kitab Allah SWT adalah percaya bahwa Allah telah meurunkan
kitab-kitab Nya kepada para Nabi dan Rasul Nya yang berisi tentang wahyu Allah SWT
unutk disampaikan kepada seluruh umat manusia didunia sebagai pedoman hidup agar
manusia tetap pada jalan yang benar dan diridloi oleh Allah SWT. Kitab-kitab Allah tersebut
diantaranya adalah : Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur’an.

3.      Iman Kepada Rasul Allah SWT

Beriman kepada rasul-rasul Allah merupakan rukun iman keempat. Maksudnya ialah
mempercayai bahwa Allah SWT telah mengutus para Rasul-Nya untuk membawa syiar
agama dan membimbing umat pada jalan lurus dan diridhoi Allah. Rasul-rasul ini
mempunyai sifat diantaranya adalah sifat siddiq (jujur), amanah (terpercaya), tabligh
menyampaikan, fathonah (cerdas).

3.      Ma’rifatul Ma’ad
Ma’rifatul Ma’admerupakan bagian dari ruang lingkup ilmu tauhid yang membahas
tentang hari kiamat, tanda-tanda hari kiamat serta hikmah beriman kepada hari kiamat. Yang
dimaksud hari kiamat adalah hancurnya seluruh dunia beserta alam semesta ini dan seluruh
makhluk hidup yang ada didalamnya. Yang selanjutnya akan berganti kepada alam yang baru
yaitu akhirat.

Beriman kepada hari kiamat adalah percaya dengan sepenuhya bahwa alam dan segala
isinya akan dihancurkan oleh Allah SWT, dan semua makhluk yang ada didunia akan mati,
kemudian dibangkitkan dari alam kuburnya  untuk diperhitungkan segala amal kebaikan dan
kejahatannya dan hidup kekal di alam akhirat.

Allah SWT berfirman :

َ ‫صا َرى َوالصَّابِِئينَ َم ْن آ َمنَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر َو َع ِم َل‬


‫صالِحًا‬ َ َّ‫ِإ َّن الَّ ِذينَ آ َمنُوا َوالَّ ِذينَ هَا ُدوا َوالن‬
َ‫ف َعلَ ْي ِه ْم َواَل هُ ْم يَحْ زَ نُون‬ ٌ ْ‫فَلَهُ ْم َأجْ ُرهُ ْم ِع ْن َد َربِّ ِه ْم َواَل َخو‬
Artinya :

“Sesungguhnya orang-orang mukmin , orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-


orang Shabiin, siapa sja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari akhir
dan beramal shalih, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati (Q.S. Al Baqarah : 62)

C. Aspek-Aspek Ketauhidan

Tauhid Rububiyah

Tauhid rububiyah ialah mengesakan dalam pengaturan kerajaan. Itu adalah pernyataan
bahwa sesunggguhnya Allah ialah tuhan pengatur segala sesuatu, Dia pemiliknya, Dia
pencipta aturannya dan pemberi rezekinya[4].

Allah SWT berfirman :

ِ ِّ‫ي ِمنَ ْال َمي‬


‫ت‬ َّ ‫صا َر َو َم ْن ي ُْخ ِر ُج ْال َح‬ َ ‫ك ال َّس ْم َع َواَأْل ْب‬ ُ ِ‫ض َأ َّم ْن يَ ْمل‬
ِ ْ‫قُلْ َم ْن يَرْ ُزقُ ُك ْم ِمنَ ال َّس َما ِء َواَأْلر‬
َ‫َوي ُْخ ِر ُج ْال َميِّتَ ِمنَ ْال َح ِّي َو َم ْن يُ َدبِّ ُر اَأْل ْم َر ۚ فَ َسيَقُولُونَ هَّللا ُ ۚ فَقُلْ َأفَاَل تَتَّقُون‬
Artinya :

“Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah
yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan
yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang
mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah
"Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?"( Q.S. Yunus : 31)

Tauhid Uluhiyah

Tauhid uluhiyah adalah peng-Esaan Allah SWT dalam ketuhanan. Ketauhidan dibina
atas dasar ikhlas karena Allah SWT semata, yang mempunyai kebulatan cinta,takut,
mengharap, tawakal gemar, hormat, dan doa hanya karena Allah SWT sendiriNya[5].

Allah SWT berfirman :

١٢٩﴿ ‫ش ْال َع ِظ ِيم‬


ِ ْ‫ت َوهُ َو َربُّ ْال َعر‬
ُ ‫﴾فَِإن ت ََولَّوْ ْا فَقُلْ َح ْسبِ َي هّللا ُ ال ِإلَهَ ِإالَّ هُ َو َعلَ ْي ِه تَ َو َّك ْل‬

Artinya :

“Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada
Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki
'Arsy yang agung". (Q.S. At Taubah : 129)

Tauhid Asma dan Sifat

Tauhid asma dan sifat adalah penyataan ikrar bahwa sesungguhnya Allah SWT Maha
Tahu kepada segala sesuatu, Maha Kuasa terhadap segala sesuatu, dan sesungguhnya Dia
Maha Hidup dan Maha Tegak, tiada alpa dan tiada tertidur lena, bagiNya segala kehendak
terlaksana, hikmah yang tandas dan tuntas[6]
BAB III

PENUTUP

A.     Kesimpulan

Dari pembahasan di atas yang membahas mengenai tauhid yaitu sebuah ilmu yang


mempelajari bagaimana beriman kepada sang pencipta dengan baik dan benar.
Tauhid dari segi bahasa mentauhidkan sesuatu berarti menjadikan sesuatu itu esa. Dari segi
syari  tauhid ialah mengesakan Allah didalam perkara-perkara yang Allah sendiri tetapkan
melalui Nabi-Nabi Nya yaitu dari segi Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma Was Sifat.

Ilmu tauhid tidak bisa di


pisahkan dengan iman.dengan
demikian,
membahas ilmu tauhid bearti
juga menerangkan segala
sesuatu tentang
keimanan serta rukun-rukunya
sebab yang di isaratkan
dengan tauhid
ialah Al-iman
Ilmu tauhid tidak bisa di
pisahkan dengan iman.dengan
demikian,
membahas ilmu tauhid bearti
juga menerangkan segala
sesuatu tentang
keimanan serta rukun-rukunya
sebab yang di isaratkan
dengan tauhid
ialah Al-iman
Ilmu tauhid tidak bisa di
pisahkan dengan iman.dengan
demikian,
membahas ilmu tauhid bearti
juga menerangkan segala
sesuatu tentang
keimanan serta rukun-rukunya
sebab yang di isaratkan
dengan tauhid
ialah Al-iman
Seseungguhnya tauhid tertanam pada jiwa manusia secara fitroh, namun asal fitroh ini
dirusak oleh bujuk rayu setan yang memalingkan dari tauhid dan menjerumuskan ke dalam
SYIRIK, sehingga dari hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa makna tauhid adalah
asal yang terdapat pada fitroh manusia sejak Ia di lahirkan ke dunia. aplikasi tauhid
bahwasannya ialah berilmu dan mengetahui . sedangkan mengenal ilmu tauhid ialah
kewajiban yang paling pokok dan utama sebelum mengenal yang lainnya, serta beramal .
karena suatu amalan itu akan di terima jika tauhidnya benar .

DAFTAR PUSTAKA

‘Abduh, Syeh Muhammad. Risalah Tauhid. Cetakan Ketujuh.Jakarta: Bulan


Bintang.1979
Wahab, Muhammad Bin Abdul. Kitab Tauhid. Islamhouse. 2007
Soedjarwo, Dja’fa. Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut Islam. Surabaya : Al-Ikhlas.
1989
Soedjarwo, Dja’far. Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut Islam. Surabaya : Al-
Ikhlas.1989
Soedjarwo, Dja’far. Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut Islam. Surabaya : Al-Ikhlas.
1989

Anda mungkin juga menyukai