Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEIMANAN DAN KEMANUSIAAN

ILMU, IMAN DAN AMAL

Dosen Pengampu :

Sukahar, M.P.I

Disusun Oleh :

ABDUL WAKHID 82022050258

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia dalam kehidupannya perlu akan konsep hidup, yang akan memberikan
gambaran secara jelas tentang bagaimana manusia dalam berkehidupan yang harmonis
dengan Tuhan dan Manusia serta alam sekitarnya. Konsep hidup ini bekerja secara
berkesinambungan dan mengalami pembaharuan dalam implikasinya sesuai dengan
tuntutan zamannya.
Sebagai dasar kebenaran, maka konsepsi Iman menjadi landasan kebenaran pada
kebenaran mutlak. Kebenaran menjadi titik ideal yang manusia perlu mengindahkannya, titik
ideal ini menjadi dasar konsepsi atau sumber nilai yang menentukan kerja amal manusia
sesuai dengan kebenaran.
Kebenaran yang menjadi dasar tidak serta-merta "ada", namun ikhtiar manusia sebagai
subjek kehidupan yang memiliki kehendak bebas serta berpikir bebas selalu mencoba
mendekatkan diri pada kebenaran melalui ilmu. Sebagai sarana pendekatan diri pada
kebenaran, ilmu pengetahuan sebagai pangkal bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan
secara masif mendekatkan dirinya melalui pencarian kebenaran atau pembelajaran.
Ilmu sebagai cahaya pencerah akal manusia pada kebenaran, maka ilmu akan
senantiasa membawa manusia pada pribadi yang bernilai. Manusia yang bernilai adalah
manusia yang melakukan kerja kemanusiaan atau amal. Ilmu akan menjadi hidup dengan
membumikan ilmu dalam pola pikir dan pola tindak manusia.
Konsepsi yang menjadi dasar perencanaan manusia secara hirarki dan simultan
memberikan kesinambungan gerak pikir dan gerak tindak perlu dibumikan dalam diri
manusia itu sendiri. Seperti konsepsi Marx, tentang pertentangan klas, bahwa manusia yang
berada dalam klas-klas tertentu berubah dengan manusia yang tanpa klas. Konsepsi Marx
dapat dikatakan sosialis. Seperti itu halnya, manusia yang beragama (Berkebenaran) harus
memiliki konsep hidup yang mencerminkan suatu karakter manusia yang cenderung pada
kebenaran.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan definisi iman?
2. Apa pengertian dan definisi ilmu?
3. Apa pengertian dan definisi amal?
4. Bagaimana hubungan iman dan ilmu?
5. Bagaimana hubungan ilmu dan amal?
6. Bagaimana hubungan iman dan amal?
7. Bagaimana kaitan dan hubungan antara iman, ilmu dan amal?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dan definisi iman.
2. Mengetahui pengertian dan definisi ilmu.
3. Mengetahui pengertian dan definisi amal.
4. Mengetahui hubungan antara iman dan ilmu.
5. Mengetahui hubungan antara ilmu dan amal.
6. Mengetahui hubunganantara iman dan amal.
7. Mengetahui kaitan dan hubungan antara iman, ilmu dan amal.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN IMAN


Pengertian Iman dalam Agama Islam - Iman secara etimologis berarti 'percaya' atau
'membenarkan'. Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara
istilah syar’i, iman adalah "Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan
anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat".
Para ulama salaf menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa
bertambah dan berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang". Ini adalah
definisi menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin Rahawaih,
madzhab Zhahiriyah dan segenap ulama selainnya.
Dengan demikian definisi iman memiliki 5 karakter: keyakinan hati, perkataan lisan,
dan amal perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang.

“Agar bertambah keimanan mereka di atas keimanan mereka yang sudah ada.”
QS. Al Fath [48] : 4

Imam Syafi’i berkata, “Iman itu meliputi perkataan dan perbuatan. Dia bisa
bertambah dan bisa berkurang. Bertambah dengan sebab ketaatan dan berkurang dengan
sebab kemaksiatan.” Imam Ahmad berkata, “Iman bisa bertambah dan bisa berkurang. Ia
bertambah dengan melakukan amal, dan ia berkurang dengan sebab meninggalkan amal.”
Imam Bukhari mengatakan, “Aku telah bertemu dengan lebih dari seribu orang ulama dari
berbagai penjuru negeri, aku tidak pernah melihat mereka berselisih bahwasanya iman
adalah perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan berkurang.”
Perkataan iman yang berarti 'membenarkan' itu disebutkan dalam al-Quran, di
antaranya dalam Surah At-Taubah ayat 62 yang bermaksud: "Dia (Muhammad) itu
membenarkan (mempercayai) kepada Allah dan membenarkan kepada para orang yang
beriman." Iman itu ditujukan kepada Allah , kitab kitab dan Rasul. Iman itu ada dua Iman Hak
dan Iman Batil.
Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang diucapkan dan
dilakukan merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan
perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka orang - orang beriman adalah mereka yang di
dalam hatinya, disetiap ucapannya dan segala tindakanya sama, maka orang beriman dapat
juga disebut dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip. atau juga pandangan
dan sikap hidup.
Para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman ini, antara lain, seperti
diucapkan oleh Imam Ali bin Abi Talib: "Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang
benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota." Aisyah r.a. berkata: "Iman kepada Allah
itu mengakui dengan lisan dan membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan
anggota." Imam al-Ghazali menguraikan makna iman: "Pengakuan dengan lidah (lisan)
membenarkan pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-rukun
(anggota-anggota)."
Jadi, dapat di simpulkan bahwa seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang
yang beriman) sempurna apabila memenuhi unsur unsur keimanan di atas. Apabila
seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan
lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan
sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, unsur unsur keimanan tersebut merupakan satu
kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Keimanan adalah hal yang paling mendasar yang harus dimiliki seseorang. Allah
memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang
artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya
(Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab
yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat
sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136)

2.2 ILMU
Kata ilmu berasal dari kata kerja ‘alima, yang berarti memperoleh hakikat ilmu,
mengetahui, dan yakin. Ilmu, yang dalam bentuk jamaknya adalah ‘ulum, artinya ialah
memahami sesuatu dengan hakikatnya, dan itu berarti keyakinan dan pengetahuan. Jadi
ilmu merupakan aspek teoritis dari pengetahuan. Dengan pengetahuan inilah manusia
melakukan perbuatan amalnya. Jika manusia mempunyai ilmu tapi miskin amalnya maka
ilmu tersebut menjadi sia-sia.
Keutamaan orang-orang yang berilmu dan beriman sekaligus, diungkapkan Allah dalam
ayat-ayat berikut:

“Katakanlah: ‘Adakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang yang tidak
berilmu?’ Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.” (QS. Az-Zumar [39] : 9).

“Allah berikan al-Hikmah (Ilmu pengetahuan, hukum, filsafat dan kearifan) kepada siapa
saja yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al-Hikmah itu, benar-benar ia
telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang berakallah yang dapat
mengambil pelajaran (berdzikir) dari firman-firman Allah.” (QS. Al-Baqoroh [2] : 269).

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan


orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan”. (QS Mujaadilah [58] :11)

Rasulullah saw pun memerintahkan para orang tua agar mendidik anak-anaknya dengan
sebaik mungkin. “Didiklah anak-anakmu, karena mereka itu diciptakan buat menghadapi
zaman yang sama sekali lain dari zamanmu kini.” (Al-Hadits Nabi saw). “Menuntut ilmu itu
diwajibkan bagi setiap Muslimin, Sesungguhnya Allah mencintai para penuntut ilmu.” (Hadis
Nabi saw).
2.3 AMAL
Secara bahasa "amal" berasal dari bahasa Arab yang berarti perbuatan atau tindakan,
sedangkan saleh berarti yang baik atau yang patut. Menurut istilah, amal saleh ialah
perbuatan baik yang memberikan manfaat kepada pelakunya di dunia dan balasan pahala
yang berlipat di akhirat.
Pengertian amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal saleh, atau setiap
perbuatan kebajikan yang diridhai oleh Allah SWT. Dengan demikian, amal dalam Islam tidak
hanya terbatas pada ibadah, sebagaimana ilmu dalam Islam tidak hanya terbatas pada ilmu
fikih dan hukum-hukum agama. Ilmu dalam dalam ini mencakup semua yang bermanfaat
bagi manusia seperti meliputi ilmu agama, ilmu alam, ilmu sosial dan lain-lain. Ilmu-ilmu ini
jika dikembangkan dengan benar dan baik maka memberikan dampak yang positif bagi
peradaban manusia. Misalnya pengembangan sains akan memberikan kemudahan dalam
lapangan praktis manusia. Demikian juga pengembangan ilmu-ilmu sosial akan memberikan
solusi untuk pemecahan masalah-masalah di masyarakat.
Kata amal artinya pekerjaan. Dalam bahasa Arab kata amal dipakai untuk semua
bentuk pekerjaan. Tidak seperti anggapan sebagian masyarakat Muslim, yang
mengembalikan kata amal dengan kata ibadah dan memahaminya sebatas kegiatan ritual
seperti pergi ke masjid, membaca Alquran, shalat, puasa, haji, zakat, sedekah, dan
sebagainya.
Dalam Al-Quran, kata amal terbagi kepada 'amalus-shalih (pekerjaan baik) dan
'amalun ghairus-shalih (pekerjaan yang tidak baik). 'Amalun ghairus-shalih disebut pula
dengan 'amalus-sayyi-ah (amal salah), termasuk pula ke dalam kategori ini 'amalus-syaithan
(pekerjaan setan) dan 'amalus-mufsidin (pekerjaan pelaku kebinasaan). Umat Islam
diperintah melakukan 'amalus-shalih dan wajib menjauhi 'amalus-sayyi-ah.
Ada firman Allah SWT, ''Siapa yang mengerjakan kebaikan dia mendapat pahala dari
perbuatannya itu dan siapa yang mengerjakan kejahatan maka orang yang melakukan
kejahatan itu tidak dibalas kecuali menurut apa yang dikerjakannya.'' (Al-Qasas: 84).

2.4 Hubungan Iman dan Ilmu


Beriman berarti meyakini kebenaran ajaran Allah SWT dan Rasulullah SAW. Serta
dengan penuh ketaatan menjalankan ajaran tersebut. Untuk dapat menjalankan perintah
Allah SWT dan Rasul kita harus memahaminya terlebih dahulu sehingga tidak menyimpang
dari yang dikehendaki Allah dan Rasulnya. Cara memahaminya adalah dengan selalu
mempelajari agama (Islam).
Iman dan Ilmu merupakan dua hal yang saling berkaitan dan mutlak adanya. Dengan
ilmu keimanan kita akan lebih mantap. Sebaliknya dengan iman orang yang berilmu dapat
terkontrol dari sifat sombong dan menggunakan ilmunya untuk kepentingan pribadi bahkan
untuk membuat kerusakan.

2.5 Hubungan Iman Dan Amal


Amal Sholeh merupakan wujud dari keimanan seseorana. Artinya orang yang
beriman kepada Allah SWT harus menampakan keimanannya dalam bentuk amal sholeh.
Iman dan Amal Sholeh ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Mereka
bersatu padu dalam suatu bentuk yang menyebabkan ia disebut mata uang. Iman tanpa
Amal Sholeh juga dapat diibaratkan pohon tanpa buah.
Dengan demikian seseorang yang mengaku beriman harus menjalankan amalan
keislaman, begitu pula orang yang mengaku islam harus menyatakan keislamannya. Iman
dan Islam seperti bangunan yang kokoh didalam jiwa karena diwujudkan dalam bentuk amal
sholeh yang menunjukkan nilai nilai keislaman.
2.6 Hubungan Amal Dan Ilmu
Hubungan ilmu dan amal dapat difokuskan pada dua hal. Pertama, ilmu adalah
pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal boleh lurus dan berkembang bila didasari
dengan ilmu. Dalam semua aspek kegiatan manusia harus disertai dengan ilmu baik itu
yang berupa amal ibadah atau amal perbuatan lainnya. Kedua jika orang itu berilmu maka ia
harus diiringi dengan amal. Amal ini akan mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu. Begitu
juga dengan ilmu akan mempunyai nilai atau makna jika diiringi dengan amal. Keduanya
tidak dapat dipisahkan dalam perilaku manusia. Sebuah perpaduan yang saling melengkapi
dalam kehidupan manusia yaitu setelah berilmu lalu beramal.
Ajaran Islam sebagai mana tercermin dari Al-qur'an sangat kental dengan nuansa–
nuansa yang berkaitan dengan ilmu, ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam
ajaran islam. Keimanan yang dimiliki oleh seseorang akan jadi pendorong untuk menuntut
ilmu, sehingga posisi orang yang beriman dan berilmu berada pada posisi yang tinggi
dihadapan Allah yang berarti juga rasa takut kepada Allah akan menjiwai seluruh aktivitas
kehidupan manusia untuk beramal shaleh. Dengan demikian nampak jelas bahwa keimanan
yang dibarengi dengan ilmu akan membuahkan amal–amal shaleh. Maka dapat disimpulkan
bahwa keimanan dan amal perbuatan beserta ilmu membentuk segi tiga pola hidup yang
kokoh. Ilmu, iman dan amal shaleh merupakan faktor menggapai kehidupan bahagia.
Tentang hubungan antara iman dan amal, demikian sabdanya:

“Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan
tanpa iman” [HR. Ath-Thabrani] . Kemudian dijelaskannya pula bahwa, “Menuntut ilmu itu
wajib atas setiap muslim” [HR. Ibnu Majah dari Anas, HR. Al Baihaqi] . Selanjutnya, suatu
ketika seorang sahabatnya, Imran, berkata bahwasanya ia pernah bertanya, "Wahai
Rasulullah, amalan-amalan apakah yang seharusnya dilakukan orang-orang?". Beliau Saw.
menjawab: "Masing-masing dimudahkan kepada suatu yang diciptakan untuknya" [HR.
Bukhari] “Barangsiapa mengamalkan apa yang diketahuinya, niscaya Allah mewariskan
kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.” [HR. Abu Na’im] . ”Ilmu itu ada dua, yaitu ilmu
lisan, itulah hujjah Allah Ta’ala atas makhlukNya, dan ilmu yang di dalam qalb, itulah ilmu
yang bermanfaat.” [HR. At Tirmidzi] . ”Seseorang itu tidak menjadi ‘alim (ber-ilmu) sehingga
ia mengamalkan ilmunya.” [HR. Ibnu Hibban].
Suatu ketika datanglah seorang sahabat kepada Nabi Saw. dengan mengajukan
pertanyaan: ”Wahai Rasulullah, apakah amalan yang lebih utama ?” Jawab Rasulullah Saw :
“Ilmu Pengetahuan tentang Allah ! ” Sahabat itu bertanya pula “Ilmu apa yang Nabi
maksudkan ?”. Jawab Nabi Saw : ”Ilmu Pengetahuan tentang Allah Subhanaahu wa Ta’ala !
” Sahabat itu rupanya menyangka Rasulullah Saw salah tangkap, ditegaskan lagi “Wahai
Rasulullah, kami bertanya tentang amalan, sedang Engkau menjawab tentang Ilmu !” Jawab
Nabi Saw. pula “Sesungguhnya sedikit amalan akan berfaedah (berguna) bila disertai
dengan ilmu tentang Allah, dan banyak amalan tidak akan bermanfaat bila disertai kejahilan
tentang Allah”[HR.Ibnu Abdil Birrdari Anas]. Kejahilan adalah kebodohan yang terjadi karena
ketiadaan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, banyak amal setiap orang menjadi sangat
berkaitan dengan keimanan dan ilmu pengetahuan karena ”Sesungguhnya orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Rabb mereka
kerana keimanannya … QS.[10]:9.

Ilmu pengetahuan tentang Allah Subhanaahu wa Ta’ala adalah penyambung antara


keimanannya dengan amalan-amalan manusia di muka bumi ini. Sebagaimana kaedah
pengaliran iman yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. bahwasanya iman adalah sebuah
tashdiq bi-l-qalbi yang di ikrarkan bi-l-lisan dan di amalkan bilarkan Dengan itu di simpulkan
bahawa kita jangan memisah ketiga komponen yang telah kita perhatikan tadi (iman,ilmu
dan amal) karena pemisahan setiap komponen menjadikan islam itu janggal.

2.7 Hubungan Antara Iman, Ilmu, dan Amal


Dalam islam, antara iman, ilmu dan amal terdapat hubungan yang terintegrasi kedalam
agama islam. Islam adalah agama wahyu yang mengatur sistem kehidupan. Dalam agama
islam terkandung tiga ruang lingkup, yaitu akidah, syari’ah dan akhlak. Sedangkan iman,
ilmu dan amal barada didalam ruang lingkup tersebut. Iman berorientasi terhadap rukun
iman yang enam, sedangkan ilmu dan amal berorientasi pada rukun islam yaitu tentang tata
cara ibadah dan pengamalanya.
Akidah merupakan landasan pokok dari setiap amal seorang muslim dan sangat
menentukan sekali terhadap nilai amal, karena akidah itu berurusan dengan hati. Akidah
sebagai kepercayaan yang melahirkan bentuk keimanan terhadap rukun iman, yaitu iman
kepada Allah, Malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab Allah, Rosul-rosul Allah, hari qiamat, dan
takdir.
Meskipun hal yang paling menentukan adalah akidah/iman, tetapi tanpa integritas ilmu
dan amal dalam perilaku kehidupan muslim, maka keislaman seorang muslim menjadi
kurang utuh, bahkan akan mengakibatkan penurunan keimanan pada diri muslim, sebab
eksistensi prilaku lahiriyah seseorang muslim melambangkan batinnya.
Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Allah
memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang
artinya:
“ Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya
(Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab
yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat
sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136)
9
Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah, maka akan
mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan
dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan
manusia Secara umunya ilmu pengetahuan adalah diperolehi melalui wahyu, pancaindera,
akal dan intuisi atau ilham.
• Wahyu
Wahyu adalah pemberitahuan daripada Allah swt kepada seorang hambanya
yang dipilih di kalangan hambanya dengan secara sulit dan rahsia. Tidak dapat
dinafikan bahawa wahyu adalah sumber pengetahuan yang penting yang telah
disampaikan Allah kepada manusia sama ianya disampaikan melalui Nabi
Muhammad saw atau para nabi terdahulu. Wahyu juga teras kepada segala ilmu
kerana didalam al Quran terkandung pelbagai jenis ilmu pengetahuan yang amat
diperlukan oleh manusia.
• Pancaindera
Semua pancaindera seperti sentuhan, ciuman, penglihatan, pendengaran dan
deria rasa juga merupakan ilmu pengetahuan yang utamadan amat berguna bagi
manusia untuk berinteraksi sesama manusia dan alam sekelilingnya dengan
mudah dan betul . Kesemua pancaindera ini merupakan satu cara untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan melalui beberapa percubaan dan pengalaman
yang berulang-ulang.
• Akal
Beza antara manusia dengan haiwan adalah akal yang mana Allah berikan
hanya kepada manusia untuk berfikir secara kreatif. Akal merupakan sumber
utama pengetahuan manusia, dengan akal juga manusia dapat membezakan
antara baik dan buruk. Firman Allah dalam kitab yang paling suci dan dalil dalil
hadith banyak mencerita kepentingan mencari ilmu supaya manusia sentiasa
berfikir kearah kebaikan dan tidak terpesong dari akidah islam. Sabda Rasulullah
“Selagi mana kamu berpegang pada Al-Quran dan hadith, maka kamu tidak akan
sesat”.
Islam memandang bahwa amal saleh merupakan manifestasi keimanan kepada
Allah SWT. Islam bukan sekadar keyakinan, melainkan amalan saleh yang
mengejawantahkan keyakinan tersebut.
Amal saleh menegaskan prinsip-prinsip keimanan dalam serangkaian
aturanaturan Allah SWT. Sedangkan amal saleh yang tanpa keimanan akan
menjadi perbuatan yang tidak ada nilainya di hadapan Allah. Sebagai contoh
orang yang dalam kesehariannya suka memberi bantuan kepada siapa saja yang
membutuhkan tetapi tidak dilandasi dengan keimanan kepada Allah, maka
perbuatan tersebut tidak mendapat nilai atau balasan dari Allah. Syarat sahnya
sebuah perbuatan kebaikan seseorang antara lain :
a. Amal saleh harus dilandasi niat karena Allah semata
b. Amal saleh hendaknya dikerjakan sesuai dengan Qur'an dan Hadits
c. Amal saleh juga harus dilakukan dengan mengetahui ilmunya

BAB III
KESIMPULAN

Dalam sejarah kehidupan manusia, Allah swt memberikan kehidupan yang sejahtera,
bahagia, dan damai kepada semua orang yang mau melakukan amal kebaikan yang diiringi
dengan iman, dengan yakin dan ikhlas karena Allah swt semata (QS. At – Thalaq : ayat 2 –
3 ).
Perbuatan baik seseorang tidak akan dinilai sebagai suatu perbuatan amal sholeh
jika perbuatan tersebut tidak dibangun diatas nilai iman dan takwa, sehingga dalam
pemikiran Islam perbuatan manusia harus berlandaskan iman dan pengetahuan tentang
pelaksanaan perbuatan.
Iman, ilmu dan amal merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan lainnya. Sumber pokok ilmu pengetahuan menurut Islam adalah wahyu
dan akal yang keduanya tidak boleh dipertentangkan karena manusia diberi kebebasan
dengan mengembangkan akalnya dengan catatan dalam pengembangan tersebut tetap,
terikat dengan wahyu dan tidak akan bertentangan dengan syariat Islam. Sehingga ilmu
pengetahuan dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu ilmu yang bersifat abadi yang tingkat
kebenarannya bersifat mutlak dan ilmu yang bersifat perolehan yang tingkat kebenarannya
bersifat nisbi. Menuntut ilmu pengetahuan mendalami ilmu agama bertujuan untuk
mencerdaskan umat dan mengembangkan agama islam agar dapat disebarluaskan dan
dipahami oleh masyarakat.
Sumber pokok ilmu pengetahuan menurut Islam adalah wahyu dan akal yang
keduanya tidak boleh dipertentangkan karena manusia diberi kebebasan dengan
mengembangkan akalnya dengan catatan dalam pengembangan tersebut tetap, terikat
dengan wahyu dan tidak akan bertentangan dengan syariat Islam. Sehingga ilmu
pengetahuan dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu ilmu yang bersifat abadi yang tingkat
kebenarannya bersifat mutlak dan ilmu yang bersifat perolehan yang tingkat kebenarannya
bersifat nisbi. Menuntut ilmu pengetahuan mendalami ilmu agama bertujuan untuk
mencerdaskan umat dan mengembangkan agama islam agar dapat disebarluaskan dan
dipahami oleh masyarakat.Tiga macam kewajiban ilmu pengetahuan bagi orang mukmin:
1. Menuntut ilmu merupakan kewajiban setiap muslim
2. Mengamalkannya.
3. Mengajarkan kepada orang lain tanpa pilih-pilih.
Kewajiban menuntut ilmu pengetahuan yanbg ditekankan adalah dalam bidang
agama,karena agama merupakan sistem hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia.Allah juga memberikan tuntunan agar motifasi dan niat belajar serta menuntut ilmu
itu hanya sematamata karena Allah SWT.Seperti di QS Al-Alaq:1-5. Alasan mencari ilmu
yang motifasinya harus wajib karena Allah SWT :
 Karena ilmu yang dicari itu bermanfaat baik di dunia maupun di akherat.
 Ada kesungguhan bagi yang menuntutnya karena dorongannya hanya satu
yaituperintah Allah SWT.
 Tidak akan kecewa berat apabila tujuannya tidak tercapai karena semuanya
telahdiatur oleh Allah yang maha bijaksana.
Menurut HR.Al-Baihaqi,”Betapa wajib dan pentingnya hubungan sinerki antara iman,
ilmu,dan amal perbuatan, sehingga mencari ilmu dalam kondisi apapun dalam orang
mukmin merupakan suatu kewajiban yang tidak bisa diabaikan serta dalam
mengamalkannya yang dilandasi iman karena Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad bin Said al Qahthani (2005). Al Wala’ wal Bara’. Solo: Era Intermedia.

Sayyid Quthb (2010). Ma’alim Fi Ath Thariq. Yogyakarta: Uswah.


Budianto, Elham dan H.P, Franciscus Anggara Pradana. 2013. Iman, Ilmu dan Amal.

Syauqi, Fian. 2012. Integrasi Iman, Ilmu dan Amal.

Anda mungkin juga menyukai