Dosen Pengampu :
Sukahar, M.P.I
Disusun Oleh :
BAB II
PEMBAHASAN
“Agar bertambah keimanan mereka di atas keimanan mereka yang sudah ada.”
QS. Al Fath [48] : 4
Imam Syafi’i berkata, “Iman itu meliputi perkataan dan perbuatan. Dia bisa
bertambah dan bisa berkurang. Bertambah dengan sebab ketaatan dan berkurang dengan
sebab kemaksiatan.” Imam Ahmad berkata, “Iman bisa bertambah dan bisa berkurang. Ia
bertambah dengan melakukan amal, dan ia berkurang dengan sebab meninggalkan amal.”
Imam Bukhari mengatakan, “Aku telah bertemu dengan lebih dari seribu orang ulama dari
berbagai penjuru negeri, aku tidak pernah melihat mereka berselisih bahwasanya iman
adalah perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan berkurang.”
Perkataan iman yang berarti 'membenarkan' itu disebutkan dalam al-Quran, di
antaranya dalam Surah At-Taubah ayat 62 yang bermaksud: "Dia (Muhammad) itu
membenarkan (mempercayai) kepada Allah dan membenarkan kepada para orang yang
beriman." Iman itu ditujukan kepada Allah , kitab kitab dan Rasul. Iman itu ada dua Iman Hak
dan Iman Batil.
Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang diucapkan dan
dilakukan merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan
perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka orang - orang beriman adalah mereka yang di
dalam hatinya, disetiap ucapannya dan segala tindakanya sama, maka orang beriman dapat
juga disebut dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip. atau juga pandangan
dan sikap hidup.
Para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman ini, antara lain, seperti
diucapkan oleh Imam Ali bin Abi Talib: "Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang
benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota." Aisyah r.a. berkata: "Iman kepada Allah
itu mengakui dengan lisan dan membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan
anggota." Imam al-Ghazali menguraikan makna iman: "Pengakuan dengan lidah (lisan)
membenarkan pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-rukun
(anggota-anggota)."
Jadi, dapat di simpulkan bahwa seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang
yang beriman) sempurna apabila memenuhi unsur unsur keimanan di atas. Apabila
seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan
lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan
sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, unsur unsur keimanan tersebut merupakan satu
kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Keimanan adalah hal yang paling mendasar yang harus dimiliki seseorang. Allah
memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang
artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya
(Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab
yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat
sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136)
2.2 ILMU
Kata ilmu berasal dari kata kerja ‘alima, yang berarti memperoleh hakikat ilmu,
mengetahui, dan yakin. Ilmu, yang dalam bentuk jamaknya adalah ‘ulum, artinya ialah
memahami sesuatu dengan hakikatnya, dan itu berarti keyakinan dan pengetahuan. Jadi
ilmu merupakan aspek teoritis dari pengetahuan. Dengan pengetahuan inilah manusia
melakukan perbuatan amalnya. Jika manusia mempunyai ilmu tapi miskin amalnya maka
ilmu tersebut menjadi sia-sia.
Keutamaan orang-orang yang berilmu dan beriman sekaligus, diungkapkan Allah dalam
ayat-ayat berikut:
“Katakanlah: ‘Adakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang yang tidak
berilmu?’ Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.” (QS. Az-Zumar [39] : 9).
“Allah berikan al-Hikmah (Ilmu pengetahuan, hukum, filsafat dan kearifan) kepada siapa
saja yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al-Hikmah itu, benar-benar ia
telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang berakallah yang dapat
mengambil pelajaran (berdzikir) dari firman-firman Allah.” (QS. Al-Baqoroh [2] : 269).
Rasulullah saw pun memerintahkan para orang tua agar mendidik anak-anaknya dengan
sebaik mungkin. “Didiklah anak-anakmu, karena mereka itu diciptakan buat menghadapi
zaman yang sama sekali lain dari zamanmu kini.” (Al-Hadits Nabi saw). “Menuntut ilmu itu
diwajibkan bagi setiap Muslimin, Sesungguhnya Allah mencintai para penuntut ilmu.” (Hadis
Nabi saw).
2.3 AMAL
Secara bahasa "amal" berasal dari bahasa Arab yang berarti perbuatan atau tindakan,
sedangkan saleh berarti yang baik atau yang patut. Menurut istilah, amal saleh ialah
perbuatan baik yang memberikan manfaat kepada pelakunya di dunia dan balasan pahala
yang berlipat di akhirat.
Pengertian amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal saleh, atau setiap
perbuatan kebajikan yang diridhai oleh Allah SWT. Dengan demikian, amal dalam Islam tidak
hanya terbatas pada ibadah, sebagaimana ilmu dalam Islam tidak hanya terbatas pada ilmu
fikih dan hukum-hukum agama. Ilmu dalam dalam ini mencakup semua yang bermanfaat
bagi manusia seperti meliputi ilmu agama, ilmu alam, ilmu sosial dan lain-lain. Ilmu-ilmu ini
jika dikembangkan dengan benar dan baik maka memberikan dampak yang positif bagi
peradaban manusia. Misalnya pengembangan sains akan memberikan kemudahan dalam
lapangan praktis manusia. Demikian juga pengembangan ilmu-ilmu sosial akan memberikan
solusi untuk pemecahan masalah-masalah di masyarakat.
Kata amal artinya pekerjaan. Dalam bahasa Arab kata amal dipakai untuk semua
bentuk pekerjaan. Tidak seperti anggapan sebagian masyarakat Muslim, yang
mengembalikan kata amal dengan kata ibadah dan memahaminya sebatas kegiatan ritual
seperti pergi ke masjid, membaca Alquran, shalat, puasa, haji, zakat, sedekah, dan
sebagainya.
Dalam Al-Quran, kata amal terbagi kepada 'amalus-shalih (pekerjaan baik) dan
'amalun ghairus-shalih (pekerjaan yang tidak baik). 'Amalun ghairus-shalih disebut pula
dengan 'amalus-sayyi-ah (amal salah), termasuk pula ke dalam kategori ini 'amalus-syaithan
(pekerjaan setan) dan 'amalus-mufsidin (pekerjaan pelaku kebinasaan). Umat Islam
diperintah melakukan 'amalus-shalih dan wajib menjauhi 'amalus-sayyi-ah.
Ada firman Allah SWT, ''Siapa yang mengerjakan kebaikan dia mendapat pahala dari
perbuatannya itu dan siapa yang mengerjakan kejahatan maka orang yang melakukan
kejahatan itu tidak dibalas kecuali menurut apa yang dikerjakannya.'' (Al-Qasas: 84).
“Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan
tanpa iman” [HR. Ath-Thabrani] . Kemudian dijelaskannya pula bahwa, “Menuntut ilmu itu
wajib atas setiap muslim” [HR. Ibnu Majah dari Anas, HR. Al Baihaqi] . Selanjutnya, suatu
ketika seorang sahabatnya, Imran, berkata bahwasanya ia pernah bertanya, "Wahai
Rasulullah, amalan-amalan apakah yang seharusnya dilakukan orang-orang?". Beliau Saw.
menjawab: "Masing-masing dimudahkan kepada suatu yang diciptakan untuknya" [HR.
Bukhari] “Barangsiapa mengamalkan apa yang diketahuinya, niscaya Allah mewariskan
kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.” [HR. Abu Na’im] . ”Ilmu itu ada dua, yaitu ilmu
lisan, itulah hujjah Allah Ta’ala atas makhlukNya, dan ilmu yang di dalam qalb, itulah ilmu
yang bermanfaat.” [HR. At Tirmidzi] . ”Seseorang itu tidak menjadi ‘alim (ber-ilmu) sehingga
ia mengamalkan ilmunya.” [HR. Ibnu Hibban].
Suatu ketika datanglah seorang sahabat kepada Nabi Saw. dengan mengajukan
pertanyaan: ”Wahai Rasulullah, apakah amalan yang lebih utama ?” Jawab Rasulullah Saw :
“Ilmu Pengetahuan tentang Allah ! ” Sahabat itu bertanya pula “Ilmu apa yang Nabi
maksudkan ?”. Jawab Nabi Saw : ”Ilmu Pengetahuan tentang Allah Subhanaahu wa Ta’ala !
” Sahabat itu rupanya menyangka Rasulullah Saw salah tangkap, ditegaskan lagi “Wahai
Rasulullah, kami bertanya tentang amalan, sedang Engkau menjawab tentang Ilmu !” Jawab
Nabi Saw. pula “Sesungguhnya sedikit amalan akan berfaedah (berguna) bila disertai
dengan ilmu tentang Allah, dan banyak amalan tidak akan bermanfaat bila disertai kejahilan
tentang Allah”[HR.Ibnu Abdil Birrdari Anas]. Kejahilan adalah kebodohan yang terjadi karena
ketiadaan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, banyak amal setiap orang menjadi sangat
berkaitan dengan keimanan dan ilmu pengetahuan karena ”Sesungguhnya orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Rabb mereka
kerana keimanannya … QS.[10]:9.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam sejarah kehidupan manusia, Allah swt memberikan kehidupan yang sejahtera,
bahagia, dan damai kepada semua orang yang mau melakukan amal kebaikan yang diiringi
dengan iman, dengan yakin dan ikhlas karena Allah swt semata (QS. At – Thalaq : ayat 2 –
3 ).
Perbuatan baik seseorang tidak akan dinilai sebagai suatu perbuatan amal sholeh
jika perbuatan tersebut tidak dibangun diatas nilai iman dan takwa, sehingga dalam
pemikiran Islam perbuatan manusia harus berlandaskan iman dan pengetahuan tentang
pelaksanaan perbuatan.
Iman, ilmu dan amal merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan lainnya. Sumber pokok ilmu pengetahuan menurut Islam adalah wahyu
dan akal yang keduanya tidak boleh dipertentangkan karena manusia diberi kebebasan
dengan mengembangkan akalnya dengan catatan dalam pengembangan tersebut tetap,
terikat dengan wahyu dan tidak akan bertentangan dengan syariat Islam. Sehingga ilmu
pengetahuan dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu ilmu yang bersifat abadi yang tingkat
kebenarannya bersifat mutlak dan ilmu yang bersifat perolehan yang tingkat kebenarannya
bersifat nisbi. Menuntut ilmu pengetahuan mendalami ilmu agama bertujuan untuk
mencerdaskan umat dan mengembangkan agama islam agar dapat disebarluaskan dan
dipahami oleh masyarakat.
Sumber pokok ilmu pengetahuan menurut Islam adalah wahyu dan akal yang
keduanya tidak boleh dipertentangkan karena manusia diberi kebebasan dengan
mengembangkan akalnya dengan catatan dalam pengembangan tersebut tetap, terikat
dengan wahyu dan tidak akan bertentangan dengan syariat Islam. Sehingga ilmu
pengetahuan dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu ilmu yang bersifat abadi yang tingkat
kebenarannya bersifat mutlak dan ilmu yang bersifat perolehan yang tingkat kebenarannya
bersifat nisbi. Menuntut ilmu pengetahuan mendalami ilmu agama bertujuan untuk
mencerdaskan umat dan mengembangkan agama islam agar dapat disebarluaskan dan
dipahami oleh masyarakat.Tiga macam kewajiban ilmu pengetahuan bagi orang mukmin:
1. Menuntut ilmu merupakan kewajiban setiap muslim
2. Mengamalkannya.
3. Mengajarkan kepada orang lain tanpa pilih-pilih.
Kewajiban menuntut ilmu pengetahuan yanbg ditekankan adalah dalam bidang
agama,karena agama merupakan sistem hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia.Allah juga memberikan tuntunan agar motifasi dan niat belajar serta menuntut ilmu
itu hanya sematamata karena Allah SWT.Seperti di QS Al-Alaq:1-5. Alasan mencari ilmu
yang motifasinya harus wajib karena Allah SWT :
Karena ilmu yang dicari itu bermanfaat baik di dunia maupun di akherat.
Ada kesungguhan bagi yang menuntutnya karena dorongannya hanya satu
yaituperintah Allah SWT.
Tidak akan kecewa berat apabila tujuannya tidak tercapai karena semuanya
telahdiatur oleh Allah yang maha bijaksana.
Menurut HR.Al-Baihaqi,”Betapa wajib dan pentingnya hubungan sinerki antara iman,
ilmu,dan amal perbuatan, sehingga mencari ilmu dalam kondisi apapun dalam orang
mukmin merupakan suatu kewajiban yang tidak bisa diabaikan serta dalam
mengamalkannya yang dilandasi iman karena Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad bin Said al Qahthani (2005). Al Wala’ wal Bara’. Solo: Era Intermedia.