Disusun oleh:
1. Wulan Ratna Kusuma (1911060008)
2. Herni Apriani Amelia (1911060017)
PENYUSUN
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dewasa ini banyak sekali orang yang merasa diri-nya beriman, mereka
juga hafal benar arti dari kata iman. Namun, sesungguhnya mereka belum
mengerti apa makna dari iman itu, serta tingkahlaku dan perbuatan mereka tidak
mencerminkan diri-nya beriman.
2. Rumusan masalah
Kedudukan Iman lebih tinggi dari pada Islam, Iman memiliki cakupan
yang lebih umum dari pada cakupan Islam, karena ia mencakup Islam, maka
seorang hamba tidaklah mencapai keimanan kecuali jika seorang hamba telah
mamapu mewujudka keislamannya. Iman juga lebih khusus dipandang dari segi
pelakunya, karena pelaku keimanan adalah kelompok dari pelaku keIslaman dan
tidak semua pelaku keIslaman menjadi pelaku keImanan, jelaslah setiap
mukmin adalah muslim dan tidak setiap muslim adalah mukmin.
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang
beriman itu adalah mereka yang jika disebut nama Allah gemetarlah hati
mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah
iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu)
orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki
yang kami berikan kepada me-reka. Itulah orang-orang yang beriman dengan
sebenar-benar-nya." (Al-Anfal: 2-4)
Dalam islam, antara iman, ilmu dan amal terdapat hubungan yang terintegrasi
kedalam agama islam. Islam adalah agama wahyu yang mengatur sistem
kehidupan. Dalam agama islam terkandung tiga ruang lingkup, yaitu akidah, syari’ah
dan akhlak. Iman berorientasi terhadap rukun iman yang enam, sedangkan ilmu dan
amal berorientasi pada rukun islam yaitu tentang tata cara ibadah dan
pengamalanya.
Akidah merupakan landasan pokok dari setiap amal seorang muslim dan sangat
menentukan sekali terhadap nilai amal, karena akidah itu berurusan dengan hati.
Akidah sebagai kepercayaan yang melahirkan bentuk keimanan terhadap rukun
iman, yaitu iman kepada Allah, Malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab Allah, Rosul-rosul
Allah, hari qiamat, dan takdir.
Meskipun hal yang paling menentukan adalah akidah/iman, tetapi tanpa
integritas ilmu dan amal dalam perilaku kehidupan muslim, maka keislaman seorang
muslim menjadi kurang utuh, bahkan akan mengakibatkan penurunan keimanan
pada diri muslim, sebab eksistensi prilaku lahiriyah seseorang muslim
melambangkan batinnya.
Hubungan Iman dan Ilmu
Beriman berarti meyakini kebenaran ajaran Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Serta dengan penuh ketaatan menjalankan ajaran tersebut. Untuk dapat
menjalankan perintah Allah SWT dan Rasul kita harus memahaminya terlebih
dahulu sehingga tidak menyimpang dari yang dikehendaki Allah dan Rasulnya. Cara
memahaminya adalah dengan selalu mempelajari agama (Islam).
Iman dan Ilmu merupakan dua hal yang saling berkaitan dan mutlak adanya.
Dengan ilmu keimanan kita akan lebih mantap. Sebaliknya dengan iman orang yang
berilmu dapat terkontrol dari sifat sombong dan menggunakan ilmunya untuk
kepentingan pribadi bahkan untuk membuat kerusakan.
Hubungan Iman Dan Amal
Amal Sholeh merupakan wujud dari keimanan seseorang. Artinya orang yang
beriman kepada Allah SWT harus menampakan keimanannya dalam bentuk amal
sholeh. Iman dan Amal Sholeh ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat
dipisahkan. Mereka bersatu padu dalam suatu bentuk yang menyebabkan ia disebut
mata uang. Iman tanpa Amal Sholeh juga dapat diibaratkan pohon tanpa buah.
Dengan demikian seseorang yang mengaku beriman harus menjalankan
amalan keislaman, begitu pula orang yang mengaku islam harus menyatakan
keislamannya. Iman dan Islam seperti bangunan yang kokoh didalam jiwa karena
diwujudkan dalam bentuk amal sholeh yang menunjukkan nilai nilai keislaman.
Hubungan Amal Dan Ilmu
Hubungan ilmu dan amal dapat difokuskan pada dua hal. Pertama, ilmu
adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal boleh lurus dan
berkembang bila didasari dengan ilmu. Dalam semua aspek kegiatan manusia harus
disertai dengan ilmu baik itu yang berupa amal ibadah atau amal perbuatan lainnya.
Kedua jika orang itu berilmu maka ia harus diiringi dengan amal. Amal ini akan
mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu. Begitu juga dengan ilmu akan
mempunyai nilai atau makna jika diiringi dengan amal. Keduanya tidak dapat
dipisahkan dalam perilaku manusia. Sebuah perpaduan yang saling melengkapi
dalam kehidupan manusia yaitu setelah berilmu lalu beramal.
Tentang hubungan antara iman dan amal, demikian sabdanya,
“Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal
perbuatan tanpa iman” [HR. Ath-Thabrani] .
Kemudian dijelaskannya pula bahwa, “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap
muslim” [HR. Ibnu Majah dari Anas, HR. Al Baihaqi] . Selanjutnya, suatu ketika
seorang sahabatnya, Imran, berkata bahwasanya ia pernah bertanya, "Wahai
Rasulullah, amalan-amalan apakah yang seharusnya dilakukan orang-orang?".
Beliau Saw. menjawab: "Masing-masing dimudahkan kepada suatu yang diciptakan
untuknya" [HR. Bukhari] “Barangsiapa mengamalkan apa yang diketahuinya,
niscaya Allah mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.” [HR. Abu
Na’im] . ”Ilmu itu ada dua, yaitu ilmu lisan, itulah hujjah Allah Ta’ala atas
makhlukNya, dan ilmu yang di dalam qalb, itulah ilmu yang bermanfaat.” [HR. At
Tirmidzi] . ”Seseorang itu tidak menjadi ‘alim (ber-ilmu) sehingga ia mengamalkan
ilmunya.” [HR. Ibnu Hibban].
Suatu ketika datanglah seorang sahabat kepada Nabi Saw. dengan
mengajukan pertanyaan: ”Wahai Rasulullah, apakah amalan yang lebih utama ?”
Jawab Rasulullah Saw : “Ilmu Pengetahuan tentang Allah ! ” Sahabat itu bertanya
pula “Ilmu apa yang Nabi maksudkan ?”. Jawab Nabi Saw : ”Ilmu Pengetahuan
tentang Allah Subhanaahu wa Ta’ala ! ” Sahabat itu rupanya menyangka Rasulullah
Saw salah tangkap, ditegaskan lagi “Wahai Rasulullah, kami bertanya tentang
amalan, sedang Engkau menjawab tentang Ilmu !” Jawab Nabi Saw. pula
“Sesungguhnya sedikit amalan akan berfaedah (berguna) bila disertai dengan ilmu
tentang Allah, dan banyak amalan tidak akan bermanfaat bila disertai kejahilan
tentang Allah”[HR.Ibnu Abdil Birrdari Anas]. Kejahilan adalah kebodohan yang terjadi
karena ketiadaan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, banyak amal setiap orang
menjadi sangat berkaitan dengan keimanan dan ilmu pengetahuan karena
”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh,
mereka diberi petunjuk oleh Rabb mereka kerana keimanannya … QS.[10]:9.
Ilmu pengetahuan tentang Allah Subhanaahu wa Ta’ala adalah penyambung
antara keimanannya dengan amalan-amalan manusia di muka bumi ini.
Sebagaimana kaedah pengaliran iman yang diajarkan oleh Rasulullah Saw.
bahwasanya iman adalah sebuah tashdiq bi-l-qalbi yang di ikrarkan bi-l-lisan dan di
amalkan bilarkan Dengan itu di simpulkan bahawa kita jangan memisah ketiga
komponen yang telah kita perhatikan tadi (iman,ilmu dan amal) karena pemisahan
setiap komponen menjadikan islam itu janggal.
Kaitan antara iman, ilmu dan amal
Dalam sejarah kehidupan manusia, Allah swt memberikan kehidupan yang
sejahtera, bahagia, dan damai kepada semua orang yang mau melakukan amal
kebaikan yang diiringi dengan iman, dengan yakin dan ikhlas karena Allah swt
semata (QS. At – Thalaq : ayat 2 – 3 ).Perbuatan baik seseorang tidak akan dinilai
sebagai suatu perbuatan amal sholeh jika perbuatan tersebut tidak dibangun diatas
nilai iman dan takwa, sehingga dalam pemikiran Islam perbuatan manusia harus
berlandaskan iman dan pengetahuan tentang pelaksanaan perbuatan.
Sumber ilmu menurut ajaran Islam :
Wahyu , yaitu sesuatu yang dibisikkan dan diilhamkan ke dalam sukma serta
isyarat cepat yang lebih cenderung dalam bentuk rahasia yang disebut ayat Allah
swt “Qur’aniyah”
Akal , yaitu suatu kesempurnaan manusia yang diberikan oleh Allah swt untuk
berpikir dan menganalisa semua yang ada dan wujud diatas dunia yang disebut ayat
Allah “Kauniyah”.
2. Orang yang beriman tidak akan izin untuk tidak ikut berjihad. Orang-orang
yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin
kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah
mengetahui orang-orang yang bertakwa.Sesungguhnya yang akan meminta izin
kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari
kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam
keraguannya.
(QS.9:44-45)
3. Mereka selalu mendengar dan taat jika Allah dan rasul-Nya memanggil
mereka untuk melaksanakan suatu perbuatan. “Sesungguhnya jawaban orang-
orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul
menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan
kami patuh”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
”(QS.24:51)
7. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah kepada mereka maka hatinya bergetar,
imannya bertambah, tetap menjalankan shalat,berzakat. “Sesungguhnya orang-
orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati
mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Allah lah mereka bertawakkal.(yaitu) orang-
orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang
Kami berikan kepada mereka.Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-
benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi
Rabbnya dan ampunan serta rezki(nikmat) yang mulia. (QS.8:2-4)
8. Cinta kepada Allah, bersikap lemah lembut terhadap sesama muslim dan
tegas kepada kaum kafir. “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara
kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu
kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang
bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras
terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya
kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya),
lagi Maha Mengetahui. “(QS.5:54)
9. Mereka tidak mempunyai pilihan lain terhadap apa yang telah ditetapkan
oleh Allah dan rasul-Nya, kecuali hanya taat,tunduk dan berserah diri kepada-
Nya “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu
ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan
barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah
sesat, sesat yang nyata. “(QS.33:36)
1. Orang yang beriman itu harus kuat memegang teguh pendiriannya, kuat
memegang teguh keyakinan agamanya, tidak mudah terpengaruh keadaan, tidak
lemah karena cobaan.
2. Orang yang beriman itu harus mampu membuat penilaian yang benar, tegas
dalam mengambil sikap, tetapi berlapang dada mudah menerima nasehat,
pitutur pengarahan-pengarahan, tidak membela diri karena kawatir jatuh mental,
sak dermo, hatinya gampangan untuk diajak maju, breprestasi yang lebih baik
dan menuju kearah kesempurnaan.
4. Selalu kawatir dan takut jangan-jangan usaha amal sholih yang dikerjakan itu
belum cukup untuk bekal menghadap kehadirat Alloh, sehingga mempunyai
semangat yang tinggi untuk beramal lebih banyak, tetapi juga merasa bahagia,
tentram dan tenang, karena semua usahanya itu pasti berakhir dengan
kemenangan menerima keridhoan Alloh, selamat dari neraka Alloh.
5. Tekun, telaten, tidak gampang putus asa dalam mencari ilmu sabar dan haris
hatinya menerima ilmu Qur’an Hadist sebagai satu-satunya kebenaran.
6. Sederhana dalam hidup walaupun kaya raya, mengerti haknya harta sehingga
berani ngebosi (mendanai) kelancaran agamanya Alloh.
12. Dapat mengendalikan diri, tidak selalu mengikuti syahwat dan keinginan.
1. Syirik
Syirik adalah segala keyakinan dan amalan yang semestinya hanya untuk
Allah tetapi dilakukan untuk selain Allah.
2. Melakukan sihir
Sihir yang dimaksud dalam bahasan ini adalah tata cara yang bertujuan
merusak rumah tangga orang lain atau menghancurkan orang lain dengan jalan
meminta bantuan kepada setanSihir dikatakan merusak, sebab sasaran sihir
antara lain :
3. Memakan harta riba
Anak yatim adalah anak yang ditinggal mati oleh ayahnya atau ia masih kecil
atau dengan kata lain ditingggal mati oleh orang yang menanggung nafkahnya.
Memakan harta anak yatim dilarang apabila dilakukan secara dzalim.
Kata al-jihad secara bahasa berasal dari kata jahadtu jihadan, artinya saya
telah berjuang keras. Adapun secara istilah jihad adalah berjuang dengan
mengeluarkan seluruh daya dan upaya memerangi kaum kafir dan pemberontak.