Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Disusun oleh:
1. Wulan Ratna Kusuma (1911060008)
2. Herni Apriani Amelia (1911060017)

Dosen pengampu: firdaus

Program Study Kebidanan S1


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Tahun akademik 2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, rasa syukur kami panjatkan ke hadirat


Tuhan yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat-Nya berupa
kesehatan, kesempatan serta pengetahuan sehingga makalah bahasa Indonesia
tentang “Iman dan pengaruhnya dalam kehidupan” ini bisa selesai sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.

Kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah


pengetahuan rekan-rekan pada khususnya dan para pembaca umumnya tentang
materi ini yang merupakan salah satu bagian dari mata kuliah pendidikan agama
islam.

Mudah-mudahan makalah sederhana yang telah berhasil kami susun ini


bisa dengan mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya
kami meminta maaf bilamana terdapat kesalahan kata atau kalimat yang kurang
berkenan. Serta tak lupa kami juga berharap adanya masukan serta kritikan yang
membangun dari Anda demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

PURWOKERTO, 10 OKTOBER 2019

PENYUSUN

BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dewasa ini banyak sekali orang yang merasa diri-nya beriman, mereka
juga hafal benar arti dari kata iman. Namun, sesungguhnya mereka belum
mengerti apa makna dari iman itu, serta tingkahlaku dan perbuatan mereka tidak
mencerminkan diri-nya beriman.

Kami mengambil materi pembahasan “ Iman dan pengaruhnya dalam


kehidupan”, selain sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam adalah
untuk meluruskan dan memperbaiki konsep iman yang belum sempurna.

2. Rumusan masalah

Iman dan Pengaruhnya dalam


Kehidupan
A. Hakikat Iman

Iman adalah keyakinan yang menghujam dalam hati, kokoh penuh


keyakinan tanpa dicampuri keraguan sedikitpun. Sedangkan keimanan dalam
Islam itu sendiri adalah percaya kepada Alloh, malaikat-malaikatNya, kitab-
kitabNya, Rosul-rosulNya, hari akhir dan berIman kepada takdir baik dan
buruk. Iman mencakup perbuatan, ucapan hati dan lisan, amal hati dan amal
lisan serta amal anggota tubuh. Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang
karena kemaksiatan.

Kedudukan Iman lebih tinggi dari pada Islam, Iman memiliki cakupan
yang lebih umum dari pada cakupan Islam, karena ia mencakup Islam, maka
seorang hamba tidaklah mencapai keimanan kecuali jika seorang hamba telah
mamapu mewujudka keislamannya. Iman juga lebih khusus dipandang dari segi
pelakunya, karena pelaku keimanan adalah kelompok dari pelaku keIslaman dan
tidak semua pelaku keIslaman menjadi pelaku keImanan, jelaslah setiap
mukmin adalah muslim dan tidak setiap muslim adalah mukmin.
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang
beriman itu adalah mereka yang jika disebut nama Allah gemetarlah hati
mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah
iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu)
orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki
yang kami berikan kepada me-reka. Itulah orang-orang yang beriman dengan
sebenar-benar-nya." (Al-Anfal: 2-4)

B. Hubungan antara Iman, Ilmu dan Amal

Dalam islam, antara iman, ilmu dan amal terdapat hubungan yang terintegrasi
kedalam agama islam. Islam adalah agama wahyu yang mengatur sistem
kehidupan. Dalam agama islam terkandung tiga ruang lingkup, yaitu akidah, syari’ah
dan akhlak. Iman berorientasi terhadap rukun iman yang enam, sedangkan ilmu dan
amal berorientasi pada rukun islam yaitu tentang tata cara ibadah dan
pengamalanya.

Akidah merupakan landasan pokok dari setiap amal seorang muslim dan sangat
menentukan sekali terhadap nilai amal, karena akidah itu berurusan dengan hati.
Akidah sebagai kepercayaan yang melahirkan bentuk keimanan terhadap rukun
iman, yaitu iman kepada Allah, Malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab Allah, Rosul-rosul
Allah, hari qiamat, dan takdir.
Meskipun hal yang paling menentukan adalah akidah/iman, tetapi tanpa
integritas ilmu dan amal dalam perilaku kehidupan muslim, maka keislaman seorang
muslim  menjadi kurang utuh, bahkan akan mengakibatkan penurunan keimanan
pada diri muslim, sebab eksistensi prilaku lahiriyah seseorang muslim
melambangkan batinnya.
 Hubungan Iman dan Ilmu
Beriman berarti meyakini kebenaran ajaran Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Serta dengan penuh ketaatan menjalankan ajaran tersebut. Untuk dapat
menjalankan perintah Allah SWT dan Rasul kita harus memahaminya terlebih
dahulu sehingga tidak menyimpang dari yang dikehendaki Allah dan Rasulnya. Cara
memahaminya adalah dengan selalu mempelajari agama (Islam).
Iman dan Ilmu merupakan dua hal yang saling berkaitan dan mutlak adanya.
Dengan ilmu keimanan kita akan lebih mantap. Sebaliknya dengan iman orang yang
berilmu dapat terkontrol dari sifat sombong dan menggunakan ilmunya untuk
kepentingan pribadi bahkan untuk membuat kerusakan.
 Hubungan Iman Dan Amal
Amal Sholeh merupakan wujud dari keimanan seseorang. Artinya orang yang
beriman kepada Allah SWT harus menampakan keimanannya dalam bentuk amal
sholeh. Iman dan Amal Sholeh ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat
dipisahkan. Mereka bersatu padu dalam suatu bentuk yang menyebabkan ia disebut
mata uang. Iman tanpa Amal Sholeh juga dapat diibaratkan pohon tanpa buah.
Dengan demikian seseorang yang mengaku beriman harus menjalankan
amalan keislaman, begitu pula orang yang mengaku islam harus menyatakan
keislamannya. Iman dan Islam seperti bangunan yang kokoh didalam jiwa karena
diwujudkan dalam bentuk amal sholeh yang menunjukkan nilai nilai keislaman.
 Hubungan Amal Dan Ilmu
Hubungan ilmu dan amal dapat difokuskan pada dua hal. Pertama, ilmu
adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal boleh lurus dan
berkembang bila didasari dengan ilmu. Dalam semua aspek kegiatan manusia harus
disertai dengan ilmu baik itu yang berupa amal ibadah atau amal perbuatan lainnya.
Kedua jika orang itu berilmu maka ia harus diiringi dengan amal. Amal ini akan
mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu. Begitu juga dengan ilmu akan
mempunyai nilai atau makna jika diiringi dengan amal. Keduanya tidak dapat
dipisahkan dalam perilaku manusia. Sebuah perpaduan yang saling melengkapi
dalam kehidupan manusia yaitu setelah berilmu lalu beramal.
Tentang hubungan antara iman dan amal, demikian sabdanya,
“Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal
perbuatan tanpa iman” [HR. Ath-Thabrani] .
Kemudian dijelaskannya pula bahwa, “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap
muslim” [HR. Ibnu Majah dari Anas, HR. Al Baihaqi] . Selanjutnya, suatu ketika
seorang sahabatnya, Imran, berkata bahwasanya ia pernah bertanya, "Wahai
Rasulullah, amalan-amalan apakah yang seharusnya dilakukan orang-orang?".
Beliau Saw. menjawab: "Masing-masing dimudahkan kepada suatu yang diciptakan
untuknya" [HR. Bukhari] “Barangsiapa mengamalkan apa yang diketahuinya,
niscaya Allah mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.” [HR. Abu
Na’im] . ”Ilmu itu ada dua, yaitu ilmu lisan, itulah hujjah Allah Ta’ala atas
makhlukNya, dan ilmu yang di dalam qalb, itulah ilmu yang bermanfaat.” [HR. At
Tirmidzi] . ”Seseorang itu tidak menjadi ‘alim (ber-ilmu) sehingga ia mengamalkan
ilmunya.” [HR. Ibnu Hibban].
Suatu ketika datanglah seorang sahabat kepada Nabi Saw. dengan
mengajukan pertanyaan: ”Wahai Rasulullah, apakah amalan yang lebih utama ?”
Jawab Rasulullah Saw : “Ilmu Pengetahuan tentang Allah ! ” Sahabat itu bertanya
pula “Ilmu apa yang Nabi maksudkan ?”. Jawab Nabi Saw : ”Ilmu Pengetahuan
tentang Allah Subhanaahu wa Ta’ala ! ” Sahabat itu rupanya menyangka Rasulullah
Saw salah tangkap, ditegaskan lagi “Wahai Rasulullah, kami bertanya tentang
amalan, sedang Engkau menjawab tentang Ilmu !” Jawab Nabi Saw. pula
“Sesungguhnya sedikit amalan akan berfaedah (berguna) bila disertai dengan ilmu
tentang Allah, dan banyak amalan tidak akan bermanfaat bila disertai kejahilan
tentang Allah”[HR.Ibnu Abdil Birrdari Anas]. Kejahilan adalah kebodohan yang terjadi
karena ketiadaan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, banyak amal setiap orang
menjadi sangat berkaitan dengan keimanan dan ilmu pengetahuan karena
”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh,
mereka diberi petunjuk oleh Rabb mereka kerana keimanannya … QS.[10]:9.
Ilmu pengetahuan tentang Allah Subhanaahu wa Ta’ala adalah penyambung
antara keimanannya dengan amalan-amalan manusia di muka bumi ini.
Sebagaimana kaedah pengaliran iman yang diajarkan oleh Rasulullah Saw.
bahwasanya iman adalah sebuah tashdiq bi-l-qalbi yang di ikrarkan bi-l-lisan dan di
amalkan bilarkan Dengan itu di simpulkan bahawa kita jangan memisah ketiga
komponen yang telah kita perhatikan tadi (iman,ilmu dan amal) karena pemisahan
setiap komponen menjadikan islam itu janggal.
 Kaitan antara iman, ilmu dan amal
Dalam sejarah kehidupan manusia, Allah swt memberikan kehidupan yang
sejahtera, bahagia, dan damai kepada semua orang yang mau melakukan amal
kebaikan yang diiringi dengan iman, dengan yakin dan ikhlas karena Allah swt
semata (QS. At – Thalaq : ayat 2 – 3 ).Perbuatan baik seseorang tidak akan dinilai
sebagai suatu perbuatan amal sholeh jika perbuatan tersebut tidak dibangun diatas
nilai iman dan takwa, sehingga dalam pemikiran Islam perbuatan manusia harus
berlandaskan iman dan pengetahuan tentang pelaksanaan perbuatan.
Sumber ilmu menurut ajaran Islam :
 Wahyu , yaitu sesuatu yang dibisikkan dan diilhamkan ke dalam sukma serta
isyarat cepat yang lebih cenderung dalam bentuk rahasia yang disebut ayat Allah
swt “Qur’aniyah”
 Akal , yaitu suatu kesempurnaan manusia yang diberikan oleh Allah swt untuk
berpikir dan menganalisa semua yang ada dan wujud diatas dunia yang disebut ayat
Allah “Kauniyah”.

C. Karakteristik dan sifat orang beriman


Karakteristik orang beriman diantaranya adalah:
1. Mereka menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih mereka cintai daripada
anak,isteri,harta benda dan segalanya. “Katakanlah: “jika bapa-bapa , anak-anak
, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal
yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari
berjihad di jalan Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan
Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
fasik.”(QS.9:24) 

 2. Orang yang beriman tidak akan izin untuk tidak ikut berjihad. Orang-orang
yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin
kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah
mengetahui orang-orang yang bertakwa.Sesungguhnya yang akan meminta izin
kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari
kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam
keraguannya.
 (QS.9:44-45) 

 3. Mereka selalu mendengar dan taat jika Allah dan rasul-Nya memanggil
mereka untuk melaksanakan suatu perbuatan. “Sesungguhnya jawaban orang-
orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul
menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan
kami patuh”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
”(QS.24:51)

 4. Mereka menjadikan Rasul sebagai hakim dlm setiap persoalan/


permasalahannya. “Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak
beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu
keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya.”(QS.4:65) 

 5. Mereka memiliki iman yg mantap, tidak dicampuri dgn keragu-raguan


sedikitpun dan keimanannya dibuktikan dengan berjihad di jalan Allah dgn
harta & jiwanya. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-
orang yang yakin(beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka
tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka
pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS.49:15) 

6. Mereka taat kepada Allah,rasul-Nya, dan ulil amri serta mengembalikan


seluruh persoalan yg mereka perselisihkan kepada Al-Qur’an dan Sunnah
rasulullah. “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-
Nya,dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah(Al-Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama(bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS.4;59) 

 7. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah kepada mereka maka hatinya bergetar,
imannya bertambah, tetap menjalankan shalat,berzakat. “Sesungguhnya orang-
orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati
mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Allah lah mereka bertawakkal.(yaitu) orang-
orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang
Kami berikan kepada mereka.Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-
benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi
Rabbnya dan ampunan serta rezki(nikmat) yang mulia. (QS.8:2-4) 

8. Cinta kepada Allah, bersikap lemah lembut terhadap sesama muslim dan
tegas kepada kaum kafir. “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara
kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu
kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang
bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras
terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya
kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya),
lagi Maha Mengetahui. “(QS.5:54) 

 9. Mereka tidak mempunyai pilihan lain terhadap apa yang telah ditetapkan
oleh Allah dan rasul-Nya, kecuali hanya taat,tunduk dan berserah diri kepada-
Nya “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu
ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan
barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah
sesat, sesat yang nyata. “(QS.33:36) 

Sifat Orang yang Beriman diantaranya adalah:

1. Orang yang beriman itu harus kuat memegang teguh pendiriannya, kuat
memegang teguh keyakinan agamanya, tidak mudah terpengaruh keadaan, tidak
lemah karena cobaan. 

2. Orang yang beriman itu harus mampu membuat penilaian yang benar, tegas
dalam mengambil sikap, tetapi berlapang dada mudah menerima nasehat,
pitutur pengarahan-pengarahan, tidak membela diri karena kawatir jatuh mental,
sak dermo, hatinya gampangan untuk diajak maju, breprestasi yang lebih baik
dan menuju kearah kesempurnaan. 

3. Imannya mantap yakin terhadap kebenaran yang diperjuangkan tidak ragu-


ragu dalam mewujudkan kebenaran, rela berkorban demi suksesnya cita-cita
kebenaran.  

4. Selalu kawatir dan takut jangan-jangan usaha amal sholih yang dikerjakan itu
belum cukup untuk bekal menghadap kehadirat Alloh, sehingga mempunyai
semangat yang tinggi untuk beramal lebih banyak, tetapi juga merasa bahagia,
tentram dan tenang, karena semua usahanya itu pasti berakhir dengan
kemenangan menerima keridhoan Alloh, selamat dari neraka Alloh. 

5. Tekun, telaten, tidak gampang putus asa dalam mencari ilmu sabar dan haris
hatinya menerima ilmu Qur’an Hadist sebagai satu-satunya kebenaran. 

6. Sederhana dalam hidup walaupun kaya raya, mengerti haknya harta sehingga
berani ngebosi (mendanai) kelancaran agamanya Alloh. 

7. Merias diri menjaga kebersihan walaupun papa sengsaran, selalu menjaga


harga diri sebagai orang iman. 
8. Hatinya tidak tamak, ngerangsang, ngoyo, bisa menerima pembagian Alloh
tetapi tidak menimbulkan malas usaha karena menyadari bahwa suksesnya
perjuangan agamanya Alloh itu ditunjang oleh harta kekayaan. 

9. Usahanya dari usahan yang halal. 

10. Tetap istiqomah dalam melakukan kebajikan. 

11. Terampil, trengginas dalam menangani perjuangan fi sabililah. 

12. Dapat mengendalikan diri, tidak selalu mengikuti syahwat dan keinginan. 

D. Hal-hal yang dapat merusak dan meniadakan iman


Adapun hal-hal yang dapat merusak iman ialah:

1. Syirik

Syirik adalah segala keyakinan dan amalan yang semestinya hanya untuk
Allah tetapi dilakukan untuk selain Allah.

Syirik dibagi menjadi 2:

1). Syirik akbar (syirik besar) yaitu menyekutukan Allah dengan mahluknya


seperti keyakinan adanya kekuatan selain Allah. Misalnya menyembah berhala.
Syirik yang sepert ini disebut syirik I’tiqody, artinya syirik karena keyakinan
yang salah, dan juga disebut syirik jali artinya syirik yang nyata dan
dikategorikan sebagai dosa besar. Tidak ada yang bisa menghapus dosa ini
selain bertaubat selagi masih hidup dan menggantinya dengan bertauhid kepada
Allah SWT.

2). Syirik asghor (syirik kecil), syirik kecil juga disebut syirik amali karena


perbuatan-perbuatan yang mempunyai tendensi selain Allah atau disebut juga
syirik khofi artinya syirik yang tersembunyi.

2. Melakukan sihir

Sihir yang dimaksud dalam bahasan ini adalah tata cara yang bertujuan
merusak rumah tangga orang lain atau menghancurkan orang lain dengan jalan
meminta bantuan kepada setanSihir dikatakan merusak, sebab sasaran sihir
antara lain :

 Mempengaruhi hati dan badan seseorang, untuk di sakiti atau di bunuh.


 Memusnahkan harta benda seseorang.
 Memutuskan ikatan kasih sayang seseorang dengan suami istri atau anak atau
dengan anggota keluarga lainnya.

3. Memakan harta riba

Riba menurut bahasa berasal dari kata “rabaa- yarbuu” yang artinya


tambahan, sedangkan mengenai definisi riba menurut syara’ para ulama berbeda
pendapat. Akan tetapi secara umum riba diartikan sebagai utang piuitang atau
pinjam meminjam atau barang yang disertai dengan tambahan bunga. Agama
islam dengan tegas melarang umatnya memakan riba.

4. Membunuh jiwa manusia

Maksud membunuh dalam pembahasan ini adalah membunuh jiwa yang


diharamkan tanpa hak dengan sengaja (QS. 25 :68-70). Orang yang berbuat
seperti itu akan dimasukkan keneraka jahannam dan kekal didalamnya.

5. Memakan harta anak yatim

Anak yatim adalah anak yang ditinggal mati oleh ayahnya atau ia masih kecil
atau dengan kata lain ditingggal mati oleh orang yang menanggung nafkahnya.
Memakan harta anak yatim dilarang apabila dilakukan secara dzalim. 

6. Melarikan diri dari perang (jihad)

Kata al-jihad secara bahasa berasal dari kata jahadtu jihadan, artinya saya
telah berjuang keras. Adapun secara istilah jihad adalah berjuang dengan
mengeluarkan seluruh daya dan upaya memerangi kaum kafir dan pemberontak.

Islam mewajibkan kepada umatnya untuk memelihara, menjaga, membela


agamanya, serta mempertahankan agamanya. Jika islam diperangi musuh, umat
islam wajib berperang

7. Menuduh wanita mukminat yang baik-baik berzina (qadzaf)

Al-qadzaf secara bahasa artinya menuduh, sedangkan menurut istilah adalah


menuduh seseorang berzina sehingga ia harus dijatuhi hukuman had.

Perempuan baik-baik dalam islam ialah seorang mukminat yang senantiasa


taat kepada Allah SWT dan menjaga kehormatannya dari perbuatan keji
(zina).apabila wanita seperti itu dituduh berzina tanpa disertai syarat yang telah
ditetapkan syara’ seperti mendatangkan empat saksi dan menyaksikan dengan
mata kepala sendiri, maka penuduhnya wajib didera delapan puluh kali dan
kesaksiannya tidak boleh diterima selama-lamanya. 

Anda mungkin juga menyukai