Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH IMAN DAN PENGARUHNYA DALAM

KEHIDUPAN

Disusun Oleh :
SHAFIRA RAMADHANY
201810110311522

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018/2019
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya
dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang.
Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah.

Malang, 21 Mei 2019

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tak diragukan lagi bahwa siapapun ingin hidup bahagia. Masing-masing dalam hidup ini
mendambakan ketenangan kedamaian kerukunan dan kesejahteraan. Namun di manakah
sebenarnya dapat kita peroleh hal itu semua? Sesungguhnya menurut ajaran Islam hanya
iman yg disertai dgn amal shaleh yg dapat menghantarkan kita baik sebagai individu maupun
masyarakat ke arah itu.“Barangsiapa yg mengerjakan amal shaleh baik laki-laki-laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yg baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dgn
pahala yg lbh baik dari apa yg telah mereka kerjakan.”

Dengan iman umat Islam generasi pendahulu mencapai kejayaan berhasil merubah keadaan
duni dari kegelapan menjadi terang benderang. Dengan iman masyarakat mereka menjadi
masyarakat adil dan makmur. Para umara’ melaksanakan perintah Allah para ulama beramar
ma’ruf dan nahi mungkar dan rakyat saling tolong-menolong atas kebajikan dan kebaikan.
Kalimatul Haq mereka junjung tinggi tiada yg mengikat antar mereka selain tali persaudaraan
iman.

1.2 Rumusan Masalah

1. Hakikat Iman

2. Hubungan imal,ilmu dan amal

3. Karakteristik dan sifat orang Beriman

4. Hal-hal yang dapat merusak dan meniadakan iman


BAB 2
PEMBAHASAN

1. Hakikat Iman

Iman adalah keyakinan yang menghujam dalam hati, kokoh penuh keyakinan tanpa
dicampuri keraguan sedikitpun. Sedangkan keimanan dalam Islam itu sendiri adalah percaya
kepada Alloh, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rosul-rosulNya, hari akhir dan
berIman kepada takdir baik dan buruk. Iman mencakup perbuatan, ucapan hati dan lisan,
amal hati dan amal lisan serta amal anggota tubuh. Iman bertambah dengan ketaatan dan
berkurang karena kemaksiatan.

Kedudukan Iman lebih tinggi dari pada Islam, Iman memiliki cakupan yang lebih umum dari
pada cakupan Islam, karena ia mencakup Islam, maka seorang hamba tidaklah mencapai
keImanan kecuali jika seorang hamba telah mamapu mewujudka keislamannya. Iman juga
lebih khusus dipandang dari segi pelakunya, karena pelaku keimanan adalah kelompok dari
pelaku keIslaman dan tidak semua pelaku keIslaman menjadi pelaku keImanan, jelaslah
setiap mukmin adalah muslim dan tidak setiap muslim adalah mukmin

Keimanan tidak terpisah dari amal, karena amal merupakan buah keImanan dan salah satu
indikasi yang terlihat oleh manusia. Karena itu Alloh menyebut Iman dan amal soleh secara
beriringan dalam Qur’an surat Al Anfal ayat 2-4 yang artinya:

Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu


adalah mereka yang jika disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan
kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah
mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan
sebagian dari rizki yang kami berikan kepada me-reka. Itulah orang-orang yang beriman
dengan sebenar-benar-nya.” (Al-Anfal: 2-4)

Keimanan memiliki satu ciri yang sangat khas, yaitu dinamis. Yang mayoritas ulama
memandang keImanan beriringan dengan amal soleh, sehinga mereka menganggap keImanan
akan bertambah dengan bertambahnya amal soleh. Akan tetapi ada sebagaian ulama yang
melihat Iman berdasarkan sudut pandang bahwa ia merupakan aqidah yang tidak menerima
pemilahan (dikotomi). Maka seseorang hanya memiliki dua kemungkinan saja: mukmin atau
kafir, tidak ada kedudukan lain diantara keduanya. Karena itu mereka berpendapat Iman tidak
bertambah dan tidak berkurang.

Iman adakalanya bertambah dan adakalanya berkurang, maka perlu diketahui kriteria
bertambahnya Iman hingga sempurnanya Iman, yaitu:

1) Diyakini dalam hati

2) Diucapkan dengan lisan

3) Diamalkan dengan anggota tubuh.


Sedangkan dalam Islam sendiri jika membahas mengenai Iman tidak akan terlepas dari
adanya rukun Iman yang enam, yaitu:

1) Iman kepada Alloh

2) Iman kepada malaikatNya

3) Iman kepada kitabNya

4) Iman kepada rosulNya

5) Iman kepada Qodho dan Qodar

6) Iman kepada hari akhir

Demikianlah kriteria amalan hati dari pribadi yang berIman, yang jika telah tertanam dalam
hati seorang mukmin enam keImanan itu maka akan secara otomatis tercermin dalam
prilakunya sehari-hari yang sinergi dengan kriteria keImanan terhadap enam poin di atas.

Jika Iman adalah suatu keadaan yang bersifat dinamis, maka sesekali didapati kelemahan
Iman, maka yang harus kita lakukan adalah memperkuat segala lini dari hal-hal yang dapat
memperkuat Iman kembali. Hal-hal yang dapat dilakukan bisa kita mulai dengan memperkuat
aqidah, serta ibadah kita karena Iman bertambah karena taat dan berkurang karena maksiat.

Ketika Iman telah mencapai taraf yang diinginkan maka akan dirasakan oleh pemiliknya
suatu manisnya Iman, sebagaImana hadits Nabi Muhammad saw. yang artinya:

“Tiga perkara yang apabila terdapat dalam diri seseorang, maka ia akan merasakan
manisnya Iman: Menjadikan Alloh dan RosulNya lebih dicintainya melebihi dari selain
keduanya, mencintai seseorang yang tidak dicintainya melainkan karena Alloh, membenci
dirinya kembali kepada kekufuran sebagaImana bencinya ia kembali dilemparkan ke dalam
api neraka.” (HR.Bukhori Muslim).

2. Hubungan Iman, Ilmu dan Amal

 Kaitan antara iman, ilmu dan amal

Dalam sejarah kehidupan manusia, Allah swt memberikan kehidupan yang sejahtera,
bahagia, dan damai kepada semua orang yang mau melakukan amal kebaikan yang diiringi
dengan iman, dengan yakin dan ikhlas karena Allah swt semata (QS. At – Thalaq : ayat 2 – 3
).Perbuatan baik seseorang tidak akan dinilai sebagai suatu perbuatan amal sholeh jika
perbuatan tersebut tidak dibangun diatas nilai iman dan takwa,
sehingga dalam pemikiran Islam perbuatan manusia harus berlandaskan iman dan
pengetahuan tentang pelaksanaan perbuatan.

Sumber ilmu menurut ajaran Islam :

 Wahyu , yaitu sesuatu yang dibisikkan dan diilhamkan ke dalam sukma serta isyarat
cepat yang lebih cenderung dalam bentuk rahasia yang disebut ayat Allah swt
“Qur’aniyah”
 Akal , yaitu suatu kesempurnaan manusia yang diberikan oleh Allah swt untuk
berpikir dan menganalisa semua yang ada dan wujud diatas dunia yang disebut ayat
Allah “Kauniyah”

Allah swt akan mengangkat harkat dan martabat manusia yang beriman kepada Allah
swt dan berilmu pengetahuan luas, yang diterangkan dalam Q.S. Al Mujadalah : 11. Yang
isinya bahwa Allah akan mengangkat tinggi-tinggi kedudukan orang yang berilmu
pengetahuan dan beriman kepada Allah swt , orang yang beriman diangkat kedudukannya
karena selalu taat melaksanakan perintah Allah swt dan rasulnya, sedangkan orang yang
berilmu diangkat kedudukannya karena dapat memberi banyak manfaat kepada orang lain.

Islam tidak menghendaki orang alim yang digambarkan seperti lilin, mampu menerangi
orang lain sedang dirinya sendiri hancur, dan ini besar sekali dosanya, karena dapat
memberitahu orang lain dan dirinya sendiri tidak mau tau lagi juga tidak mengerjakan seperti
dalam Q.S. Ash – Shaf : 3 yang menerangkan bahwa orang alim dan pandai hendaknya
menjadi contoh dan teladan bagi orang lain. Dibawah naungan dan lindungan Allah swt.

Iman, ilmu dan amal merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak dapat dipisahkan antara
satu dengan lainnya.

3. Karakteristik dan sifat orang beriman


1. Orang yang beriman itu harus kuat memegang teguh pendiriannya, kuat memegang
teguh keyakinan agamanya, tidak mudah terpengaruh keadaan, tidak lemah karena
cobaan.

2. Orang yang beriman itu harus mampu membuat penilaian yang benar, tegas dalam
mengambil sikap, tetapi berlapang dada mudah menerima nasehat, pitutur pengarahan-
pengarahan, tidak membela diri karena kawatir jatuh mental, sak dermo, hatinya
gampangan untuk diajak maju, breprestasi yang lebih baik dan menuju kearah
kesempurnaan.

3. Imannya mantap yakin terhadap kebenaran yang diperjuangkan tidak ragu-ragu


dalam mewujudkan kebenaran, rela berkorban demi suksesnya cita-cita kebenaran.

4. Selalu mengharapkan bertambahnya ilmu sebagai modal pengetahuan kebenaran.


Tidak kenyang-kenyangnya mencari ilmu selama hayat masih di kandung badan.

5. Selalu kawatir dan takut jangan-jangan usaha amal sholih yang dikerjakan itu belum
cukup untuk bekal menghadap kehadirat Alloh, sehingga mempunyai semangat yang
tinggi untuk beramal lebih banyak, tetapi juga merasa bahagia, tentram dan tenang,
karena semua usahanya itu pasti berakhir dengan kemenangan menerima keridhoan
Alloh, selamat dari neraka Alloh.

4. Hal-Hal yang dapat merusak Keimanan

1. Syirik

Syirik adalah segala keyakinan dan amalan yang semestinya hanya untuk
Allah tetapi dilakukan untuk selain Allah. Syirik akbar (syirik besar) yaitu
menyekutukan Allah dengan mahluknya seperti keyakinan adanya kekuatan selain
Allah. Misalnya menyembah berhala.Syirik yang seperti ini disebut dengan syirik
I’tiqody, artinya syirik karena keyakinan yang salah, dan juga disebut syirik jali
artinya syirik yang nyata dan dikategorikan sebagai dosa besar. Tidak ada yang bisa
menghapus dosa ini selain bertaubat selagi masih hidup dan menggantinya dengan
bertauhid kepada Allah SWT. Di dalam surat Al-Maidah ayat 72 dijelaskan bahaya
syirik I’tiqodi: “sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata
“sesungguhnya Allah ialah masih putra Maryam” padahal Al-Masih sendiri berkata “
hai bani isra’il sembahlah Allah tuhanku dan tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan
kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang- orang yang
dzalim itu seorang penolongpun “ (QS Al-Maidah ayat 72). Syirik asghor (syirik
kecil), syirik kecil juga disebut syirik amali karena perbuatan-perbuatan yang
mempunyai tendensi selain Allah atau disebut juga syirik khofi artinya syirik yang
tersembunyi.

2. Melakukan sihir

Sihir yang dimaksud dalam bahasan ini adalah tata cara yang bertujuan
merusak rumah tangga orang lain atau menghancurkan orang lain dengan jalan
meminta bantuan kepada setan. Hal ini termasuk perbuatan terlarang dan dosa besar.
Tidak diragukan lagi bahwa sihir termasuk dosa besar dan hukumnyapun sangat berat,
yakni dipenggal dengan pedang. Sebagaiman sabda Rosulullah SAW yang
diriwayatkan oleh turmudzi :
“hukuman bagi tukang sihir itu adalah dipenggal dengan pedang” (HR Turmudzi)

Menurut hadits yang diriwayatkan secara marfu’ oleh ibnu mas’ud, perbuatan yang
temasuk sihir adalah memohon kekuatan pada alam, mempercayai bahwa benda-
benda tertentu dapat menolak dari gangguan pada diri, dan juga memalingkan hati
perempuan agar menyukainya.

3. Memakan harta riba

Riba menurut bahasa berasal dari kata “rabaa- yarbuu” yang artinya
tambahan, sedangkan mengenai definisi riba menurut syara’ para ulama berbeda
pendapat. Akan tetapi secara umum riba diartikan sebagai utang piuitang atau pinjam
meminjam atau barang yang disertai dengan tambahan bunga. Agama islam dengan
tegas melarang umatnya memakan riba, sebagaimana firman Allah SWT: Hai orang-
orang yang beriman janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan Peliharalah
dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir (QS Al-Imran :
130)

Hal itu dikarenakan merugikan dan mencekik pihak yang berhutang. Ia


diharuskan membayar dengan bunga yang berlipat. Seandainya terlambat membayar,
bunganya pun akan terus berlipat. Perbuatan seperti itu banyak dilakukan di zaman
jahiliyah dan para ulama menyebutnya istilah riba nasi’ah. Adapun bentuk riba
lainnya adalah riba fadhal yaitu menukar barang dengan barang sejenis, namun salah
satunya
lebih banyak atau lebih sedikit dari pada yang lainnya.

4. Membunuh jiwa manusia

Maksud membunuh dalam pembahasan ini adalah membunuh jiwa yang


diharamkan tanpa hak dengan sengaja (QS. 25 :68-70). Orang yang berbuat seperti itu
akan dimasukkan keneraka jahannam dan kekal didalamnya sebagaimana firman
Allah SWT:

Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka
balasannya adalah jahannam, kekal ia didalamnya dan Allah murka kepadanya, dan
mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya (QS An-Nisa :93)

Sebagaimana halnya perbuatan musyrik membunuh orang mukmin tanpa


sengaja juga termasuk dosa yang kemungkinan besar tidak akan dapat ampunan Nya,
Rasulullah SAW bersabda :

Telah menceritakan kepada kami Shafwan bin Isa berkata; telah Mengabarkan
kepada kami Tsaur bin Yazid dari Abu Aun dari Abu Idris berkata; saya mendengar
Mu’awiyah -dan dia jarang menyampaikan hadis dari Rasulullah
Shallallahu’alaihiwasallam berkata–, saya mendengar Rasulullah
Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Semua dosa akan diampuni oleh Allah kecuali
seorang laki-laki yang meninggal dalam keadaan kafir atau seorang laki-laki yang
membunuh mukmin lainnya dengan sengaja.” (Ahmad - 16302)
5. Memakan harta anak yatim

Anak yatim adalah anak yang ditinggal mati oleh ayahnya atau ia masih kecil
atau dengan kata lain ditingggal mati oleh orang yang menanggung nafkahnya.
Memakan harta anak yatim dilarang apabila dilakukan secara dzalim. Sepeti firman
Allah SWT :

Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anaka yatim secara zalim,


sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk
kedalam api yang menyala-nyala (neraka) (QS An-Nisa: 10)

Dengan demikian apabila dilakukan dengan cara yang patut (baik) orang yang
memelihara anak yatim boleh mengambil sedikit harta anak tersebut (QS. 6: 512)
yaitu menambil sebatas biaya pemeliharaanya. Itupun kalau sinak sudah beranjak
dewasa. Akan tetapi, apabila mampu, sebaiknya dia tidak mengambil harta anak yatim
tersebut (QS. 4: 6)

6. Melarikan diri dari perang (jihad)

Kata al-jihad secara bahasa berasal dari kata jahadtu jihadan, artinya saya telah
berjuang keras. Adapun secara istilah jihad adalah berjuang dengan mengeluarkan
seluruh daya dan upaya memerangi kaum kafir dan pemberontak.

Islam mewajibkan kepada umatnya untuk memelihara, menjaga, membela


agamanya, serta mempertahankan agamanya. Jika islam diperangi musuh, umat islam
wajib berperang

Orang yang lari dari perang atau jihad telah menipu dirinya sendiri dan telah
berkhianat kepada Allah SWT dan dia dianggap tidak meyakini kemahakuasaan Allah
SWT yang senantiasa menolong setiap hambaNYA yang berjuang menegakkan
agama Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT :

Barang siapa yang membelakangi mereka (mundur) diwaktu itu, kecuali


berbelok untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang
lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah,
dan tempatnya ialah neraka jahannam dan amat buruklah tempat kembalinya” (QS
Al- Anfal : 16)

7. Menuduh wanita mukminat yang baik-baik berzina (qadzaf)

Al-qadzaf secara bahasa artinya menuduh, sedangkan menurut istilah adalah


menuduh seseorang berzina sehingga ia harus dijatuhi hukuman had.

Perempuan baik-baik dalam islam ialah seorang mukminat yang senantiasa


taat kepada Allah SWT dan menjaga kehormatannya dari perbuatan keji (zina).apabila
wanita seperti itu dituduh berzina tanpa disertai syarat yang telah ditetapkan syara’
seperti mendatangkan empat saksi dan menyaksikan dengan mata kepala sendiri,
maka penuduhnya wajib didera delapan puluh kali dan kesaksiannya tidak boleh
diterima selama-lamanya.

Anda mungkin juga menyukai