Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

IMAN DAN IHSAN


Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama Islam 1

Dosen Pengampu :
Arifannisa, S.PdI. M.Pd

Disusun Oleh :
Tia Mutiara 20218300012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
KUSUMA NEGARA JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “IMAN dan
IHSAN” dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Agama Islam 1.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang nifaq dan riddah
bagi para pembaca dan penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Arifannisa S.PdI. M.Pd
selaku dosen mata kuliah Agama Islam 1. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan Makalah
ini.

Depok, November 2021

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................................ii
Daftar Isi..................................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................ 4
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 4
BAB II
PEMBAHASAN..................................................................................................................... 5
2.1 Pengertian dalil, dan aspek-aspek Iman........................................................................ 5
2.2 Pengertian dalil, dan aspek-aspek Ihsan....................................................................... 8
2.3 Hubungan antara iman dan ihsan................................................................................. 10
BAB III
PENUTUP.............................................................................................................................. 11
A. Kesimpulan.................................................................................................................... 11
B. Saran.............................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia pada hakikatnya diciptakan oleh Allah SWT pasti memiliki tujuan dalam
hidup. Dalam mencapai suatu tujuan tersebut diperlukan proses seperti beribadah. Ada tiga
komponen dasar yang berkaitan satu sama lain untuk dijadikan dasar sempurnanya ibadah
seseorang. Tiga komponen tersebut yaitu iman, islam dan ihsan. Ketiga aspek tersebut
merupakan satu kesatuan yg saling berhubungan.
Selain itu iman, islam, dan ihsan sering juga diibaratkan hubungan diantara ketiganya
adalah seperti segitiga sama sisi yang sisi satu dan sisi lainya berkaitan erat. Segitiga
tersebut tidak akan terbentuk kalau ketiga sisinya tidak saling mengait. Jadi manusia yang
bertaqwa harus bisa meraih dan menyeimbangkan antara iman, islam dan ihsan. Dalam
agama Islam memiliki tiga tingkatan yaitu Islam, Iman, Ihsan. Tiap-tiap tingkatan memiliki
rukun-rukun yang membangunnya. Jika Islam dan Iman disebut secara bersamaan, maka
yang dimaksud Islam adalah amalan-amalan yang tampak dan mempunyai lima rukun.
Sedangkan yang dimaksud Iman adalah amal-amal batin yang memiliki enam rukun. Dan
jika keduanya berdiri sendiri-sendiri, maka masing-masing menyandang makna dan
hukumnya tersendiri.
Terdapat perbedaan antara iman, islam dan ihsan. Kita sebagai seorang muslim wajib
mengetahui apa saja perbedaannya dan bagaimana ketiga komponen tersebut dapat
tertanam dalam hati bahkan diri kita. Dalam ilmu tauhid, seorang muslim dapat dikatakan
sebagai muslim yang baik jika memiliki ketiga komponen ini. Oleh karena itu, makalah ini
akan membahas lebih dalam mengenai iman, islam dan ihsan. Dan diharapkan, kita sebagai
muslim yang baik dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja pengertian mengenai iman, islam dan ihsan?
2. Apa hubungan iman, islam dan ihsan?
3. Dalil apa saja mengenai iman, islam dan ihsan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian mengenai iman, islam dan ihsan.
2. Untuk mengetahui hubungan iman, islam dan ihsan.
3. Untuk mengetahui dalil apa saja yang berkaitan dengan iman islam dan ihsan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Iman


Iman berasal dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah,
pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan
dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah
membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan
dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan
dengan amal perbuatan secara nyata.
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna
apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam
hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan
dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang
sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan
tidak dapat dipisahkan. Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar
bagi seseorang.
Allah memerintahkan agar umat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman
Allah yang artinya:“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan
RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya,
serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang
itu telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. An Nisa: 136). Ayat tersebut memberikan penjelasan
bahwa bila kita ingkar kepada Allah, maka akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang
yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu, beriman
kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia.
1. Pengertian Iman Dalam Al-Qur’an dan Hadits
Arti iman dalam Al-Qur’an maksudnya membenarkan dengan penuh Keyakinan bahwa
Allah SWT. mempunyai kitab-kitab yang diturunkan kepada hamba-hambaNya dengan
kebenaran yang nyata dan petunjuk yang jelas. Dan bahwasanNya Al-Qur’an adalah
kalam Allah yang Ia firmankan dengan sebenarnya.
Arti Iman dalam Hadits maksudnya iman yang merupakan pembenaran batin.
Rasullallah menyebutkan hal-hal lain sebagai iman, seperti akhlak yang baik, bermurah
hati, sabar, cinta Rasul, cinta sahabat, rasa malu dan sebagainya.
Iman hendaknya berwujud pernyataan dengan lidah, dilandasi keyakinan dalam
hati dan disertai perbuatan dengan ikhlas dan jujur dalam menjalankan perintah Allah
SWT dan putusan Rasul-Nya. Rukun iman yang harus diyakini oleh para mukmin ada
enam yaitu, iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab Allah,
iman kepada rasul, iman kepada hari akhir, dan iman kepada takdir. Penjelasannya
sebagai berikut:
1. Iman Kepada Allah
Mengenal Allah SWT dapat ditempuh melalui dua jalur. Pertama, dengan
menggunakan akal pikiran untuk memeriksa dan memikirkan secara teliti apa yang
diciptakan Allah. Kedua, dengan mengerti nama-nama dan sifat-sifat Allah dalam Al-
Qur’an.Al-Qur’an medorong akal pikiran manusia untuk mengenal Allah dengan
mengemukakan ayat-ayat tentang alam yang menjelaskan isi dunia. Dengan mengenal
ciptaan-Nya, manusia akan mengenal kesempurnaan-Nya.
Allah SWT sudah tentu Maha Agung, Dia berkuasa melebihi apa yang
dibayangkan manusia tentang arti kekuasaan. Dia hidup dengan pengertian hidup yang
sempurna. Dia Maha Mengetahui melampaui batas-batas ilmu pengetahuan. Dia berada
di atas ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan alam ini, karena Allah SWT yang
membuat peraturan itu. Dia lebih dahulu daripada semua wujud ini karena Dia yang
menciptakan wujud itu. Dia kekal abadi sesudah hancurnya semua yang ada ini, karena
Dia yang menetapkan kebinasaannya.

Cara lain untuk mencapai pengetahuan kepada Allah ialah dengan memahami nama-
nama-Nya yang baik dan sifat-sifat-Nya yang luhur. Menghafal nama-nama yang baik
adalah mengingat-Nya, menghadirkan maknanya dalam hati serta merasakan bekasnya
dalam jiwa (Sayyid Sabiq, 1978 : 39).

2. Iman Kepada Malaikat


Rukun iman yang kedua yaitu iman kepada malaikat. Para malaikat berada di
alam ghaib. Tidak bersifat materi, tetapi sebagai tabiatnya ia dapat menjelma kea lam
materi. Pengetahuan kita tentang malaikat semata-mata berdasarkan Al-Qur’an dan
keterangan-keterangan Nabi.
Allah SWT menciptakan Malaikat lebih dahulu daripada manusia. Al-Qur’an
tidak menyebutkan dari apa Malaikat diciptakan, namun sebuah hadis Nabi
menyebutkan sebagai berikut:
Malaikat itu diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api dan Adam
diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepadamu semua (HR. Muslim).
Pembawaan Malaikat secara sempurna berbakti kepada Allah, tunduk dan patuh
kepada kekuasaan dan keagungan-Nya serta melaksanakan semua perintah-Nya.
Menurut Al-Qur’an, para malaikat mempunyai sayap, jumlahnya berbeda-beda
sebagaimana perbedaan tugas dan kedudukannya.

3. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah


Allah SWT menurunkan ajaran-ajaran kepada para rasul untuk setiap bangsa
dan umat manusia sepanjang sejarah. Di antara ajaran-ajaran-Nya itu ada yang dicatat
dalam kitab dan ada yang tidak dapat diketahui sama sekali. Setiap Rasul menerima
risalah atau pelajaran yang disampaikan kepada umatnya.
Kitab-Kitab Allah
a. Kitab Zabur kepada Nabi Daud
b. Kitab Taurat kepada Nabi Musa
c. Kitab Injil kepada Nabi Isa
d. Kitab Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW.
Di samping kitab-kitab tersebut, Allah menurunkan ajaran-ajaran yang tercatat
dalam shahifah[3], lembaran-lembaran suci, yang antara lain ditutunkan kepada Nabi
Ibrahim dan Nabi Musa.
4. Iman Kepada Rasul-Rasul Allah
Rasul adalah utusan Allah yang menerima wahyu untuk disampaikan kepada
umatnya. Semua Rasul Allah, sepanjang sejarah manusia, adalah manusia biasa juga.
Mereka makan, minum, tidur, kawin, berkeluarga, hidup bergaul dalam masyarakat,
kemudian mati (Al Furqan 25 : 20). Para rasul memiliki kesamaan tugas; memipmpin
manusia untuk mengenal Tuhan dan beribadah kepada-Nya berdasarkan pengetahuan
yang benar; menuntun hidup menjadi manusia berakhlak mulia.
Allah memilih para rasul dan mengaruniai keutamaan agar mereka kuat
mengemban risalah dan menjadi teladan bagi umatnya.
5. Iman Kepada Hari Akhir
Beriman kepada hari akhir berarti percaya akan terjadi hari kiamat dan apa saja
yang berhubungan dengannya. Akhir kehidupan di dunia bukanlah akhir kehidupan
manusia. Hari terakhir kehidupan dunia mengubah perjalanan hidup manusia. Tak ada
lagi matahari terbit dan tenggelam silih berganti. Sehari semalam tak ada lagi 24 jam.
Saat kiamat itu dirahasiakan oleh Allah SWT. Tak ada satu makhluk pun tahu,
baik Malaikat, rasul, apalagi manusia biasa seperti kita.
6. Iman Kepada Takdir
Beriman kepada takdir adalah satu dari pokok-pokok keyakinan yang
ditanamkan dalam hati setiap muslim. Takdir atau qadar menurut arti bahasa
maksudnya ukuran, batasan atau ketentuan.
Takdir menurut istilah ialah peraturan yang dibuat Tuhan untuk segala yang
maujud[5] di alam semesta, yang merupakan undang-undang umum atau kepastian-
kepastian yang berkaitan di dalamnya antara sebab dengan musababnya atau antara
sebab dan akibatnya (Sayyid Sabiq, 1978: 149).
Iman kepada takdir ialah percaya bahwa Allah membuat ketentuan-ketentuan,
peraturan-peraturan dan undang-undang yang diterapkan untuk segala yang maujud ini.
Ada ketentuan tentang dunia tumbuh-tumbuhan, ketentuan tentang gerak planet-planet
dalam orbitnya mengelilingi matahari (QS 36: 36-40, 21: 30-33), ketentuan bahwa
bumi berputar pada porosnya (QS 27: 88) dan sebagainya. Semua berjalan tepat dan
sesuai dengan ketentuan Tuhan. Allah SWT mengatur jagat raya dan segalanya menurut
kehendak-Nya sendiri sesuai dengan kebijaksanaan dan kerahmatan-Nya.
Menurut Syekh Nawawi Al-Bantani Iman dibagi kedalam 3 macam :
1. Iman Taqlidy
Seseorang ber-i'tiqad (berkeyakinan) terhadap ke-esa-an Allah dengan cara
mengikuti perkataan ulama tanpa mengetahui dalilnya. Iman seperti ini tidak akan
terbebas dari keterombang-ambingan yang disebabkan oleh adanya sesuatu yang
mendatangkan keraguan.
2. Iman Tahqiqy
Sebuah bisikan atau kata hati seseorang terhadap ke-esa-an Allah, dengan
sekiranya seandainya penduduk bumi berbeda dengannya dalam apa yang telah
dibisikan hatinya, niscaya tidak akan terdapat kegoyahan di hatinya.
3. Iman Istidlaly
Seseorang menjadikan dalil atau petunjuk dari sesuatu yang diciptakan terhadap
yang menciptakan, dari suatu bekas terhadap yang menjadikan bekas. Misalnya, adanya
bekas pasti menunjukkan terhadap adanya yang membekaskan. Adanya bangunan tentu
menunjukkan adanya yang membangun. Adanya suatu yang diciptakan pasti
menandakan terhadap adanya yang menciptakan. Dan adanya ba'roh (kotoran unta)
tentu menunjukkan tehadap adanya unta, karena adanya bekas tanpa adanya yang
membekaskan adalah mustahil.

2.2 Pengertian Ihsan


Ihsan menurut kamus berasal dari kata : ‫ احسن‬-‫ اخسن –ىحسن‬berarti, baik, bagus, kebajikan
atau saleh. Menurut arti istilah dikemukakan hadis nabi dipermulaan tulisan ialah : “Engkau
menyembah Allah seperti engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak dapat melihat-Nya,
Sesungguhnya ia melihatmu.” Ihsan yaituhendaknya kamu beribadah kepada Allah seolah olah
kamu melihat Dia.
Kita dapat mengutip hadits riwayat dari Bukhari : Apakah ihsan itu?” Berkata
Rasulullah : Kamu beribadah kepada Allah seperti engkau melihat-Nya. Jika kamu tidak
melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia (Allah) melihatmu. HR. Bukhori
Juga sebuah hadits yang artinya : Barangsiapa yang memusuhi kekasih-Ku, maka Aku
menyatakan perang terhadapnya. Tidak seorang hamba pun mendekatkan diri kepada-Ku
dengan sesuatu yang paling Aku cintai, melainkan dengan apa yang telah Aku wajibkan
kepadanya. Hamba-Ku tidak akan berhenti mendekati-Ku dengan perbuatan-perbuatan sunnah
hingga Aku mencintainya. Ketika Aku telah mencintainya, maka Aku yang akan menjadi
telinganya yang digunakannya untuk mendengar, Aku akan menjadi matanya yang
digunakannya untuk melihat, Aku akan menjadi tangannya yang digunakannya untuk
memukul, Aku akan menjadi kakinya yang digunakannya untuk berjalan. Jika dia meminta
kepada-Ku, sungguh Aku akan mengabulkannya dan jika meminta perlindungan-Ku maka
sungguh Aku akan melindunginya.”(HR. Bukhari)

1. Ihsan di dalam beribadah kepada Al-khaliq memiliki dua tingkatan :


Kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, ini adalah ibadah dari
seseorang yang mengharapkan rahmat dan ampunan-Nya. Nama lain dari perbuatan ini disebut
Maqam al-Musyahadah ]3).[‫ (مقام المشاهدة‬Dan keadaan ini merupakan tingkatan ihsan yang
paling tinggi, karena dia berangkat dari sikap membutuhkan, harapan dan kerinduan. Dia
menuju dan berupaya mendekatkan diri kepada-Nya. Sikap seperti ini membuat hatinya terang-
benderang dengan cahaya iman dan merefleksikan pengetahuan hati menjadi ilmu
pengetahuan, sehingga yang abstrak menjadi nyata.
Jika kamu tidak mampu beribadah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia melihatmu, dan ini ibadah dari seseorang yang lari dari adzab dan siksanya.
Dan hal ini lebih rendah tingkatannya daripada tingkatan yang pertama, karena sikap ihsannya
didorong dari rasa diawasi, takut akan hukuman. Sehingga, dari sini, ulama salaf berpendapat
bahwa, "Barangsiaa yang beramal atas dasar melihat Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka dia
seorang yang arif, sedang siapapun yang bermal karena merasa diawasi Allah Subhanahu wa
Ta'ala, maka dia seorang yang ikhlas (mukhlis).
Maka suatu ibadah dibangun atas dua hal ini, puncak kecintaan dan kerendahan, maka
pelakunya akan menjadi orang yang ikhlas kepada Allah. Dengan ibadah yang seperti itu
seseorang tidak akan bermaksud supaya di lihat orang (riya'), di dengar orang (sum'ah) maupun
menginginkan pujian dari orang atas ibadahnya tersebut. Tidak peduli ibadahnya itu tampak
oleh orang maupun tidak diketahui orang, sama saja kualitas kebagusan ibadahnya. Muhsinin
(seseorang yang berbuat ihsan) akan selalu membaguskan ibadahnya disetiap keadaan.

2. Ihsan kepada makhluk ciptaan Allah


Berbuat ihsan kepada makhluk ciptaan Allah dalam empat hal, yaitu :
a. Harta
Yaitu dengan cara berinfak, bersedekah dan mengeluarkan zakat. Jenis
perbuatan ihsan dengan harta yang paling mulia adalah mengeluarkan zakat karena
dia termasuk di dalam Rukun Islam. Kemudian juga nafkah yang wajib diberikan
kepada orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya seperti istri, anak, orang-tua,
dll. Kemudian sedekah bagi orang miskin dan orang yang membutuhkan lainnya.
b. Kedudukan
Manusia itu bertingkat-tingkat jabatannya. Sehingga apabila dia memiliki
kedudukan yang berwenang maka digunakannya untuk membantu orang lain dalam
hal menolak bahaya ataupun memberikan manfaat kepada orang lain dengan
kekusaannya tersebut.
c. Ilmu
Yakni menerapkan ilmu yang diketahuinya untuk kebaikan orang banyak atau
orang-orang di sekelilingnya, memberikan ilmu bermanfaat yang diketahuinya
kepada orang lain, dengan cara mengajarkannya.
d. Badan
Yakni menolong seseorang dengan tenaganya. membawakan barang-barang
orang yang keberatan, mengantarkan orang untuk menunjukan jalan, dan ini
termasuk bentuk sedekah dan bentuk ihsan kepada makhluk Tuhan.

Perbuatan-perbuatan yang yang merusak Ihsan


Berikut ini adalah sikap dan perbuatan yang dapat merusak ihsan dalam diri, antara lain :
- Sikap dan perbuatan sombong. Dalam sebuah hadits diterangkan : sombong adalah
menolak kebenaran dan suka meremehkan orang lain. (HR. Muslim)
- Sikap serakah dan egois. Mengenai serakah dan egois Nabi Muhammad saw, bersabda
: seandainya seorang anak Adam sudah mempunyai dua lembah harta, maka ia akan
mencari lembah yang ketiganya. Dan tidak akan merasa puas perutnya, melainkan
dengan dimasukkan ke dalam tanah. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Sikap iri dengki. Nabi saw. bersabda : Sesungguhnya dengki itu akan memakan habis
kebaikan, seperti api yang melalap habis kayu bakar. (HR. At-Tirmidzi). Sikap iri
Dengki akan menjadi penghambat dalam kesuksesan, menyia-nyiakan energy,
menghilangnya kesempatan untuk kerja sama dan akan menghilangkan kesempatan
belajar.
Firman Allah SWT :
‫ع ۡينَ ۡيكَ ِإلَى َما َمتَّعۡ نَا ِب ِهۦ أَ ۡز َو ٗجا ِم ۡن ُهمۡ زَ ۡه َرةَ ٱ ۡل َح َيو ِة ٱلدُّ ۡن َيا ِلنَ ۡف ِتنَ ُهمۡ فِي ِه َو ِر ۡز ُق َر ِبكَ خ َۡير َوأَ ۡبقَى‬
َ ‫َو َل تَ ُمدَّ َّن‬
Artinya : Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan
kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai
mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS. Thaha
[20]: 131).
- Ghibah atau menggunjing
- Sikap berburuk Sangka
- Sikap Dendam
- Sikap Kikir atau pelit

2.3 Hubungan Antara Iman dan Ihsan


Iman dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya.
Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan tersebut kemudian
diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam
dilakukan dengan cara ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah.
Untuk mempelajari ketiga pokok ajaran agama tersebut, para ulama
mengelompokkannya lewat tiga cabang ilmu pengetahuan. Rukun Islam berupa praktek
amal lahiriah disusun dalam ilmu Fiqh, yaitu ilmu mengenai perbuatan amal lahiriah
manusia sebagai hamba Allah. Iman dipelajari melalui ilmu Tauhid (teologi) yang
menjelaskan tentang pokok-pokok keyakinan. Sedangkan untuk mempelajari ihsan sebagai
tata cara beribadah adalah bagian dari ilmu Tasawuf.
QS Ali-Imran ayat 19 :
Artinya:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih
orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada
mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap
ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.”
Di dalam ayat tersebut dijelaskan kata Islam dan selalu diikuti dengan kata addin yang
artinya agama. Addin terdiri atas 3 unsur yaitu, iman, Islam, dan ihsan. Dengan kata lain
dapat dinyatakan bahwa iman merupakan keyakinan yang membuat seseorang ber-Islam
dan menyerahkan sepenuh hati kepada Allah dengan menjalankan syareatnya dan
meninggalkan segala yang dilarang oleh syariat Islam.
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan mengenai “iman, dan ihsan”
dapatlah diketahui bahwa islamlah yang mewajibkan seorang hamba (untuk
menjalankankan) hukum-hukum syariat islam, iman adalah pengetahuan tentang
makrifat kepada Allah SWT, yakni makrifat terhadap zat, sifat, dan perbuatan-Nya
serta meyakininya dengan sepenuh hati tanpa keraguan. Sedangkan ihsan adalah
pengetahuan tentang hal hal yang diwajibkan hamba dari sudut batinnya, dalam
bentuk akhlak kalbu.
Iman adalah ucapan yang disertai dengan perbuatan diiringi dengan ketulusan
niat dan dilandasi dengan Sunnah. Ihsan adalah cara bagaimana seharusnya kita
beribadah kepada Allah. Islam, Iman dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan satu dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar aqidah.
Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam.
Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara ihsan, sebagai upaya
pendekatan diri kepada Allah.

B. SARAN
Dalam makalah ini sudah dijelaskan tentang penjabaran dari iman dan
ihsan. Maka dari itu makalah ini masih banyak kekurangan dan perlu
perbaikan terutama dari dosen pengampu mata kuliah Agama Islam 1
untuk memberikan arahan sehingga permasalahan yang dibahas dalam
makalah ini bisa tercapai dan dapat dipahami, serta kepada teman-teman
mohon saran dan kritikannya sehingga apa yang kurang bisa menjadi
bahan evaluasi bagi penyusun makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://rojabhafidzuddin.blogspot.com/2017/10/iman-islam-ihsan.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Ihsan
https://kalam.sindonews.com/read/318422/69/3-jenis-iman-menurut-syekh-
nawawi-al-bantani-1611921660
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-iman/

Anda mungkin juga menyukai