Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AGAMA

ISLAM IMAN DAN TAQWA

Di susun oleh:

Asyifa Zul Zahra (2112101010120)


Intan Putri Munawarah (2112101010113)

Zahratul Syifa (2112101010130)

Dosen pembimbing:

Hasanah,S. Pd. I., MA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil’alamin, puji syukur penyusun panjatkan kehadirat


Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada
penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
pada waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada Nabi besar Muhammad SAW, yang membimbing umatnya dari zaman
jahiliyah menuju zaman Islamiyah yakni ajaran agama Islam.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah umum Agama.
Penyusun berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca tentang
konsep didalamnya.

Tim penyusun tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Ibu


Hasanah,S.Pd.I.,MA sebagai dosen mata kuliah Agama yang telah menyempatkan
waktunya untuk membaca makalah ini, serta semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini. Tim penyusun berharap semoga semua yang telah
berjasa dalam penyusunan makalah ini mendapat balasan yang sebaik-baiknya
dari Allah SWT.

Akhirnya tim penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna.
Untuk itu tim penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca, sehingga makalah ini bisa mencapai kesempurnaan.

Banda Aceh, 18 November 2022

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………...…1
1.1. Latar Belakang Masalah................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................1
1.3. Tujuan...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Pengertian Iman Dan Taqwa
1. Pengertian Iman
2. Pengertian Taqwa
B. Ruang Lingkup Taqwa
1. Hubungan Manusia Dengan Allah (Hablumminallah)
2. Hubungan Manusia Dengan Hati Nurani Atau Dirinya Sendiri
3. Hubungan Manusia Dengan Manusia Lain
4. Hubungan Manusia Dengan Lingkungan Hidup
C. Wujud Iman Dan Taqwa
D. Tanda-Tanda Orang Beriman Dan Bertaqwa
E. Keterkaitan Iman Dan Taqwa
F. Implementasi Konsep Iman Dan Taqwa Dalam Kehidupan

BAB III PENUTUP.................................................................................................8


Kesimpulan..........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perintah untuk bertakwa kepada Allah SWT senantiasa relevan dengan waktu dan tempat,
kapanpun dan dimanapun. Mengingat, ragam fitnah yang mengancam hati seorang hamba,
lingkungan yang tidak kondusif ataupun lantaran hati manusia yang rentan mengalami perubahan
dan sebab-sebab lainnya yang berpotensi menimbulkan pengaruh negatif dan turunnya tingkat
keimanan dan ketakwaan seseorang.
Pentingnya berwasiat kepada sesama muslim agar selalu bertakwa kepada Allah ini dapat
disaksikan dari kenyataan bahwa Allah menjadikannya wasiat bagi orang-orang terdahulu dan
yang akan datang. Sesuai dengan firman Allah dalam Surah An-Nisaa 4:131.
“…dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab
sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir maka
(ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang dibumi hanyalah kepunyaan Allah
dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. [Q.S An-Nisaa 4:131]
Ketakwaan juga merupakan wasiat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada
umatnya. Pada haji wada’, beliau bersabda : “Bertakwalah kepada Allah, kerjakan sholat lima
waktu, berpuasalah di bulan (Ramadhan), tunaikan zakat harta kalian, taati para penguasa,
niscaya kalian masuk syurga Allah”. [HR. at-Tirmidzi].
Hal ini membuktikan bahwa Taqwa merupakan aspek yang sangat penting dan
dibutuhkan dalam setiap kehidupan seorang muslim. Namun masih banyak yang belum
mengetahui hakekatnya. Setiap khutbah jumat ataupun pengajian para khatib dan ulama selalu
menyerukan setiap muslim untuk bertaqwa dan para makmumpun mendengarnya berulang-ulang
kali. Namun yang mereka dengar terkadang tidak difahami dengan baik dan benar

Ketika seseorang telah bisa memahami dan menerapkan konsep dari iman dan taqwa
tersebut kedalam kehidupannya maka ia dapat mengatasi permasalahan hidupnya. Jadi iman dan
taqwa itu sangat penting bagi manusia khususnya bagi kita pemeluk agama islam, agar
mendekatkan kita kepada Allah SWT. Dan menjadi hamba yang beriman dan bertaqwa. Dengan
begitu konsep iman dan taqwa itu perlu untuk dikaji.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan
permasalahan dari judul makalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Iman dan Taqwa ?
2. Bagaimana Ruang Lingkup Takwa ?
3. Bagaimana Hubungan manusia dengan Allah?
4. Bagaimana Hubungan manusia dengan manusia dan dirinya sendiri ?
5. Bagaimana Hubungan Manusia Dengan Lingkungan Hidup?
6. Bagaiman Wujud Iman Dan Taqwa?
7. Bagaimana Tanda-Tanda Orang Beriman Dan Bertaqwa?
8. Bagaimana Keterkaitan Iman Dan Taqwa?
9. Bagaimana Implementasi Konsep Iman Dan Taqwa Dalam Kehidupan?

1.2 Tujuan

1. Memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam


2. Untuk mengetahui Pengertian Iman dan Taqwa dan ruang lingkup takwa.
3. Untuk memahami hubungan manusia dengan Allah
4. Untuk memahami hubungan manusia dengan manusia dan dirinya sendiri
5. Untuk memahami Hubungan Manusia Dengan Lingkungan Hidup
6. Untuk memahami Wujud Iman Dan Taqwa
7. Untuk memahami Tanda-Tanda Orang Beriman Dan Bertaqwa
8. Untuk memahami Keterkaitan Iman Dan Taqwa
9. Untuk memahami Implementasi Konsep Iman Dan Taqwa Dalam Kehidupan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Iman dan Taqwa


1. Pengertian Iman
Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yu'manu – amanan yang berarti percaya. Oleh
karena itu iman berarti percaya menunju sikap batin yang terletak dalam hati. Iman menurut
bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan berarti kepercayaan atau keyakinan. Dengan
demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang harus diyakini
oleh setiap pemeluk agama Islam.
Secara sempurna pengertiannya adalah membenarkan (mempercayai) Allah dan segala apa
yang  datang dari pada-Nya sebagai wahyu melalui rasul-rasul-Nya dengan kalbu, mengikrarkan
dengan lisan dan mengerjakan dengan perbuatan.
Dalam surat al-Baqarah 165, dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang amat
sangat cinta kepada Allah (asyadduhubbanlillah). Oleh Karena itu, beriman kepada Allah berarti
sangat rindu terhadap ajaran Allah. Oleh karena itu beriman kepada Allah berarti amat sangat
menaati ajaran Allah yaitu Al-Quran dan sunnah rasul.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan
keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan (al-
Imaanu’aqdun bilqalbi waiqraarun billisaani wa'amalun bilarkaan). Keimanan adalah
perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai pokok dan cabang. Bukankah sering kita
baca atau dengar sabda Rasullah saw. Yang kita jadikan kata-kata mutiara, misalnya malu adalah
sebagian dari iman, kebersihan sebagian dari iman, cinta bangsa dan Negara sebagian dari iman,
bersikap ramah sebagian dari iman, menyingkirkan duri atau yang lainnya yang dapat membuat
orang sengsara dan menderita, itu juga sebagian dari iman. Diantara cabang – cabang keimanan
yang paling pokok adalah keimanan kepada Allah SWT.
Terdapat 6 wujud dari iman yang biasa disebut sebagai rukun iman, yaitu iman kepada Allah
SWT, iman kepada malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul Allah,
iman kepada hari akhir, dan iman kepada takdir baik maupun takdir buruk. Keenam hal
tersebut harus dapat diimplementasikan ke dalam kehidupan setiap umat muslim.

2. Pengertian Taqwa
Secara etimologis, kata “taqwa” berasal dari bahasa arab taqwa. Kata taqwa memiliki
kata dasar waqa yang berarti menjaga, melindungi, hati-hati, waspada, memperhatikan, dan
menjauhi. Adapun secara terminologis, kata “taqwa” berarti menjalankan apa yang diperintahkan
oleh Allah dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya.

Para penerjemah Al-Qur’an mengartikan “taqwa” sebagai kepatuhan, kesalihan,


kelurusan, perilaku baik, teguh melawan kejahatan, dan takut kepada Tuhan. Allah swt
berfirman:

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa
kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim”. (Q.S.Ali Imran [3]:102)

Berdasarkan penelitian Al- Muqaddasi (Beieut, 1323), didalam al-qur’an terdapat 256
kata taqwa pada 251 ayat dengan berbagai variasi makna. Dasar katanya adalah w.q.y yang
berarti takut, menjaga diri, memelihara, tanggung jawab dan memenuhi kewajiban. Oleh karena
itu, orang yang bertaqwa adalah orang yang merasa takut kepada Allah berdasarkan kesadaran
hatinya untuk mengerjakan seluruh perintah-Nya, tidak melanggar larangan-Nya, takut akan
terjerumus pada perbuatan dosa. Mereka adalah orang yang menjaga dirinya dari kejahatan,
senantiasa memelihara diri agar tidak melakukan perbuatan yang tidak diridhai Alloh,
bertanggung jawab mengenai sikap, tingkah laku dan perbuatannya dan mematuhi kewajibannya.

Di dalam Surat Al-Hujurat (49) ayat 13, takwa dijadikan dasar untuk saling mengenal
antar bangsa, yaitu yang artinya : (13). “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui Maha Mengenal”.

B. Ruang Lingkup Taqwa


Hasan Langgulung dalam (Ahmad Taufik, 2011 : 99) berpendapat bahwa ruang lingkup
takwa dalam rangka memelihara meliputi empat jalur hubungan manusia yaitu hubungan
manusia dengan Allah, manusia dengan hati nurani atau dirinya sendiri, hubungan manusia
dengan sesama manusia, serta hubungan manusia dengan lingkungan hidup.
1. Hubungan manusia dengan Allah (Hablumminallah)
Hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa sebagai dimensi takwa yang
pertama, sebagai prima causa hubungan-hubungan yang lain. Karena itu seharusnya
hubungan ini diutamakan, diatur dan dipelihara.
Inti takwa kepada Allah adalah melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala
larangan-Nya. Segala perintah dan semua larangan Allah ditetapkanNya bukan untuk
kepentingan Allah sendiri, tetapi untuk keselamatan manusia. Manusialah yang akan
mendapatkan manfaat pelaksanaan semua perintah Allah dan penjauhan diri dari segala
larangan-Nya.
Perintah Allah itu bermula dari pelaksanaan tugas manusia untuk mengabdi hanya
kepada Allah semata-mata. Larangan Allah ditetapkan-Nya agar manusia dapat
menyelenggarakan fungsinya sebagai khalifah (“pengganti” Ilahi di bumi ini), manusia harus
senantiasa memperhatikan dan mengindahkan larangan-larangan-Nya. Larangan itu tidak
banyak, tetapi sangat asasi dalam memelihara kelangsungan hidup dan kehidupan manusia di
dunia yang fana ini.
Sekelompok orang-orang yang mampu memfokuskan diri beribadah secara
menyeluruh dengan batin yang bersih untuk meraih dzat Allah dinamakan kelompok
tassawuf. Untuk menjadi sufi mereka harus benar-benar bertaubat (taubatan nashuha) dengan
menjaga ketaqwaannya.
Ketakwaaan atau pemeliharaan hubungan dengan Allah dapat dilakukan antara lain
sebagai berikut :
a. Beriman kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa menurut cara-cara yang diajarkan-
Nya melalui wahyu yang sengaja diturunkan-Nya untuk menjadi petunjuk dan
pedoman hidup manusia.
b. Beribadah kepada-Nya dengan jalan melaksanakan salat lima kali sehari semalam,
menunaikan zakat apabila telah sampai nisab dan haulnya, berpuasa selama sebulan
dalam setahun, melakukan ibadah haji sekali seumur hidup, menurut cara-cara yang
ditetapkan-Nya.
c. Mensyukuri nikmat-Nya dengan jalan menerima, mengurus, memanfaatkan semua
pemberian Allah kepada manusia.
d. Allah dalam makna tabah, tidak putus asa ketika mendapat musibah atau menerima
bencana,
e. Memohon ampun atas segala dosa dan segala perbuatan jahat atau tercela.

2. Hubungan Manusia dengan Hati Nurani atau Dirinya Sendiri


Hubungan manusia dengan hati nurani atau diri sendiri sebagai dimensi takwa yang
kedua dapat dipelihara dengan jalan menghayati benar patokan-patokan akhlak, yang
disebutkan Tuhan dalam berbagai ayat Al- Qur’an.
Hubungan manusia dengan dirinya sendiri disebutkan cara-caranya di dalam ayat-ayat
takwa dan dicontohkan dengan keteladanan Nabi Muhammad. Diantaranya dengan
senantiasa berlaku: sabar, pemaaf, adil, ikhlas, berani, memegang amanah, mawas diri,
mengembangkan semua sikap yang terkandung dalam akhlak atau budi pekerti yang baik.
Selain memelihara komunikasi dan hubungan tetap dengan Allah dan diri sendiri, dimensi
takwa yang ketiga adalah memelihara dan membina hubungan baik dengan sesama manusia.
Hubungan antar manusia ini dapat dibina dan dipelihara antara lain dengan mengembangkan
cara dan gaya hidup yang selaras dengan nilai dan norma yang disepakati bersama dalam
masyarakat dan Negara yang sesuai dengan nilai norma agama.

3. Hubungan Manusia dengan Manusia Lain


Allah mengatur masalah hubungan yang baik sesama manusia antara lain tentang :
a. Mendahulukan kepentingan orang lain (QS. Al-Baqoroh:177)
b. Berbuat baik adalah merupakan sebaik-baik amalan (QS. Ali’Imron:92)
c. Menyempurnakan takaran dan timbangan, serta tidak merugikan orang lain–mengurangi
takaran termasuk korupsi kecil-kecilan (QS. Al-A’rof:85)
d. Berinfak atau memberikan sebagian rizki kepada orang lain (QS.Al-Baqoroh:254)
e. Tolong menolong dan kasih sayang (QS. Al-Maidah:2)

4. Hubungan Manusia dengan Lingkungan Hidup


Hubungan manusia dengan lingkungan dapat dikembangkan antara lain dengan
menyayangi binatang dan tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan udara serta semua alam semesta
yang sengaja diciptakan Allah untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya.
Melihat pola takwa yang dilukiskan dengan mengikuti empat jalur komunikasi manusia
tersebut diatas, jelas kiranya bahwa ruang lingkup takwa kepada Allah menyangkut seluruh
jalur dan aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah, dengan diri
sendiri, dengan manusia lain maupun dengan alam dan lingkungan hidup.
Konsekuensi dari empat pemeliharaan hubungan dalam rangka ketakwaan tersebut adalah
bahwa manusia harus selalu menumbuhkan dan mengembangkan dalam dirinya empat,
yakni (1) tanggung jawab kepada Allah SWT; (2) tanggung jawab kepada hati nurani
sendiri; (3) tanggung jawab kepada manusia lain; (4) tanggung jawab untuk memelihara
flora dan fauna, udara, air, dan tanah serta kekayaan alam ciptaan Allah. Keempat tanggung
jawab itu harus dikembangkan sebaik-baiknya.

C. Wujud Iman dan Taqwa


Akidah Islam dalam al-Quran disebut iman. Seseorang dinyatakan beriman bukan hanya
percaya terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu
sesuai keyakinannya.Oleh karena itu lapangan iman sangat luas.

Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan aturan
hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan
melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam.

Menjaga mata, telinga, pikiran, hati dan perbuatan dari hal-hal yang dilarang agama,
merupakan salah satu bentuk wujud seorang muslim yang bertaqwa. Karena taqwa adalah
sebaik–baik bekal yang harus kita peroleh dalam mengarungi kehidupan dunia

D. Tanda-Tanda Orang yang Beriman dan Bertaqwa

Al-Qur'an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut :

1. Jika disebut nama Allah, hatinya akan bergetar dan berusaha ilmu Allah tidak lepas dari
syaraf memorinya (al-anfal : 2)
2. Senantiasa tawakal, yaitu bekeja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah. (Ali imran :
120, Al maidah: 12, al-anfal : 2, at-taubah: 52, Ibrahim:11)
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakn perintah-Nya. (al-anfal: 3, Al-
mu'minun: 2, 7)
4. Menafkahkan rizki yang diterima dijalan Allah. (al-anfal: 3, Al-mukminun: 2, 7)
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan. (Al-mukminun:
3, 5)
6. Memelihara amanah dan menepati janji. (Al-mukminun: 6)
7. Berjihad di jalan Allah dan Suka menolong. (al-Anfal : 74)
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin. (an-nur: 62)

E. Keterkaitan Iman dan Taqwa


Pada prinsipnya, iman adalah syarat sedangkan taqwa adalah tujuan. Kedudukan iman
sebagai syarat menunjukkan bahwa kewajiban melaksanakan ibadah puasa hanya dapat disahuti
melalui wadah keimanan ini. Mengingat bahwa nilai-nilai iman berfluktuasi maka sudah pasti
nilai-nilai puasa juga demikian. Oleh karena itu, melalui wadah iman ini pulalah maka tujuan
dari puasa yaitu menuju jenjang taqwa sangat mudah direalisasikan.

Perpaduan antara iman dan taqwa ini adalah kemuliaan sebagaimana yang telah
dijelaskan dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu, Al-Qur'an dengan tegas menyebutkan bahwa
manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah orang-orang yang paling taqwa. Prediket
kemuliaan ini sangat ditentukan oleh kualitas taqwa, semakin tinggi tingkat ketaqwaan seseorang
maka semakin mulia pula kedudukannya pada pandangan Allah.

Perpaduan antara iman dan taqwa ini tidak akan terjadi secara otomatis karena iman
memiliki persyaratan untuk menuju nilai kesempurnaannya. Persyaratan ini dapat dilihat melalui
aturan-aturan yang diberlakukan kepada iman yaitu memadukan keyakinan dengan perbuatan.
Tanpa melakukan perpaduan ini maka iman akan selalu bersifat statis karena berada pada tataran
ikrar tidak pada tataran aplikasi. Oleh karena itu, maka kata 'iman' selalu digandeng dalam Al-
Qur'an dengan amal shaleh (amanu wa 'amilu alshalihat) supaya keberadaan iman terkesan lebih
energik.

Penggandengan kata 'iman' dengan perbuatan baik ini menunjukkan adanya upaya-upaya
khusus yang harus dilakukan untuk menjaga keeksisan iman itu sendiri. Perlunya upaya khusus
ini karena posisi manusia masih sangat labil jika masih berada pada level iman. Untuk
menguatkan posisi ini maka orang-orang yang beriman diperintahkan untuk melakukan
perbuatan-perbuatan baik untuk menuju kestabilan. Adapun yang dimaksud dengan taqwa ialah
kemampuan diri menjaga perpaduan ini secara kontiniu sesuai makna dasar dari kata taqwa itu
sendiri yaitu 'menjaga'.

Dengan demikian, maka sifat taqwa merupakan benteng untuk menjaga aturan-aturan
Allah supaya posisi iman tidak lagi berada dalam kelabilan. Kunci sukses yang ditawarkan Al-
Qur'an untuk menghindari kelabilan ini ialah dengan melakukan perbuatan baik.
F. Implementasi Konsep Iman Dan Takwa Dalam Kehidupan

Iman sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa iman, ibadah yang dilakukanakan
sia-sia, bahkan amal yang dilakukan tidak akan sampai kepada Allah SWT, sepertiyang dijelaskan
dalam Al-Qur'an surat An-Nabia ayat 94, yang artinya

  "Barang siapa yang megerjakan amal sholeh, sedang ia beriman, maka usahanya tak akan terabaikan. Dan
sesungguhnya Kami menuliskan amalan itu untuknya"

Keimanan dan ketaqwaan yang dianugerahkan Allah SWT untuk kaumnya haruslah
disyukuri dan diperkuat dengan cara meningkatkan ibadah amal, misalnya disamping
menjalankan ibadah wajib (sholat, zakat, puasa), juga menjalankan ibadah sunnah,misalnya
dengan membayar infaq dan sedekah.

Berikut penerapan iman dan taqwa dalam kehidupan sehari-hari, sebagai berikut :

A. Menjalankan keenam rukun iman. 


B. Menaati perintah Allah dan beramal sholeh untuk mendapatkan ridhlo Allah
C. Membersihkan diri dari hal-hal yang diharamkan (menghindari keharaman)
D. Ringan tangan atau saling membantu sesama manusia.
E. Menjaga aurat pada dirinya sesuai dengan ajaran agama.Ada sebuah hadist yang
menyatakan,bahwa Rosulullah SAW bersabda:
"Barang siapa bisa menjamin diantara kedua mulut (bibir)nya (bibir atas dan bawah),niscaya aku
akan menjadi surganya".
F. Menjaga amanah dan menepati janji. Sebagai orang yang beriman dan bertaqwa haruslah bisa
menjaga amanah yang diberikan kepada dirinya dan berusahalah untuk selalu menepati
janji selagi masih mampu.
G. Menjaga sholat wajib. Menjaga sholat dalam kehidupan sehari-hari bukan persoalan yang
mudah. Menjaga sholat ini berarti orang tersebut bisa menjaga waktunya, dia selalu
sholat tepat waktu dan tidak menunda-nunda sholatnya. Disamping sholat tepat waktu
orang tersebut juga menjaga cara dan bacaannya dengan benar sesuai dengan tuntunan
yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Disamping itu juga harus bisa menjaga efek positif
dari sholat, yaitu dengan benar-benar menghayati dan melaksanakan apa yang telah
dibaca dalam melaksanakan sholat.
H.  Selalu siap untuk menghadapi kematian sebagaimana dari rukun iman.

BAB III
KESIMPULAN

Iman kepada Allah adalah kebutuhan dasar manusia untuk merasakan kebahagiaan dalam
hidup. Seseorang dikatakan beriman kepada Allah ketika ia memenuhi tiga unsur keyakinan
dalam Islam. Yaitu: isi hati, ucapan dan tingkah laku. Terdapat 6 Rukun Iman, yakni iman adalah
percaya kepada Allah, kepada malaikat-malaikat-Nya,kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya dan
percaya pada hari akhir serta percaya kepada qadar(ketentuan) yang baik maupun yang buruk.

Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dari diri
manusia. Iman dan taqwa diibaratkan seperti dua sisi mata uang yang sangat sulit untuk
dipisahkan dan bahkan kedua-duanya saling membutuhkan. Dengan kata lain, jenjang taqwa
tidak akan pernah terwujud bila tidak diawali dengan keimanan dan keimanan itu sendiri tidak
akan memiliki nilai apa-apa bila tidak sampai ke derjat ketaqwaan. Oleh karenanya orang yang
bertakwa adalah orang yang berpandangan hidup dengan ajaran-ajaran Allah menurut sunnah
rasul.
DAFTAR PUSTAKA

Tim dosen PAI UB. 2010. Pendidikan Agama islam. Percetakan Citra Mentari : Malang

Ali, Muhammad Daud. 2006. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Ramayulis..Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2004

AH kuning. (2018). Takwa dalam Islam. istiqra: Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam vol 6 (1)

Maisyanah Maisyanah;Lilis Inayati, Edukasia:Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, Vol 13, Iss
2 (2019), STAIN Kudus, 2019

Anda mungkin juga menyukai