Oleh :
Ray Dharma Zal : 233140069
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul”iman akhlak
dan ibadah”
Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada bapak
Drs.H.Abdulmanan Syafi’i,M.A.,Ph.d selaku dosen mata kuliah ILMU TAUHID
yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan makalah
ini
Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu penuliss mengharapkan
adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan penulis buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dandipahami oleh semua
orang khususnya bagi para pembaca. Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya
jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I.........................................................................................................................
PENDAHULUAN.....................................................................................................
RUMUSAN MASALAH..........................................................................................
BAB II.......................................................................................................................
PEMBAHASAN.......................................................................................................
IMAN.........................................................................................................................
AKHLAK..................................................................................................................
IBADAH....................................................................................................................
BAB III......................................................................................................................
KESIMPULAN.........................................................................................................
DAFTAR PUSAKA..................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini, pemahaman terhadap iman sering disalah artikan, mengucapkan dua
kalimat sahadat lalu menjalankan rukun islam itu sudah lebih dari cukup, meskipun
dalam kehidupan sehari-hari ia masih menjalankan perbuatan-perbuatan yang tidak
dibenarkan oleh sari’at dan memiliki sifat yang-sifat yang tercela, baginya yang
terpenting dia tidak pernah berpindah keagama lain
Seseorang yang mengaku dirinya beriman, tapi dalam kehidupan sehari-hari ia tidak bisa
mengamalkan apa-apa yang diperintahkan oleh Tuhannya apakah bisa dikatakan
beriman? Oleh karena itu, pemahaman akan keimanan dan kosekuensi dari keimanan
berupa ibadah-ibadah bagi seorang mulim itu sangat diperlukan. Disamping itu seorang
mulsim juga harus mengetahui bagaimana hasil terhadap kehidupan sehari-hari yang
diakibatkan dari keimanan yang diyakininya itu.
RUMUSAN MASALAH
Dari pendahuluan yang telah dikemukakan diatas, maka dapat ditarik beberapa rumusan
masalah, yaitu:
A. Iman
1. Pengertian iman
Menurut bahasa, iman berasal dari kata aamana-yu’minu-iimaanan yang memiliki arti
kepercayaan, keyakinan.
Menurut istilah iman tidak hanya sekedar kepercayaan dan pengakuan, tetapi mencakup
dimensi pengucapan dan perbuatan. Keyakinan dan pengakuan merupakan gerbang
pertama keimanan. Keyakinan ini merupakan bentuk pengakuan sungguh-sungguh
tentang kebenaran tentang adanya allah swt, selanjutnya diikuti oleh suatu pernyataan
lisan dalam bentuk melafadzskan dua kalimat sahadat. Dua unsure keimanan ini lalu
disempurnakan oleh yang ketiga, yaitu perbuatan(amal).
2. Rukun Iman
Dalil beriman dengan wujud allah ini ada empat, yaitu fitrah, akal, syara’ dan hisyi atau
kenyataan.
Beriman secara fitrah dengan wujud Allah, yaitu bahwa setiap makhluk secara langsung
berhubungan dengan adanya Allah tanpa didahului pemikiran dan pengajaran.
Beriman dengan dalil akal adalah mengakui adanya Allah melalui pemikiran terlebih
dahulu. Dalam hal ini manusia(insan) memikirkan bahwa makhluk itu berawal dan
berakhir, lahir dan mati, atau dengan kata lain bahwa sagala yang ada di alam ini, pasti
ada yang menciptakannya, karena akal tidak dapat menerima bahwa makhluk tercipta
dengan sendirinya atau secara kebetulan saja.
Beriman tentang adanya Allah melalui dalil-dalil syara’, yaitu mengakui atau percaya
adanya Allah dengan perantaraan wahyu-wahyu yang telah disampaikan oleh para rasul
kepada manusia.
Sedangkan bukti beriman kepada Allah secara hissy atau disebabkan karena kenyataan,
dapat dibagi menjadi dua, yaitu, Pertama, dikabulkannya doa orang-orang yang berdoa.
Kedua, mukjizat para nabi dan rasul.
2) Iman dengan Rububiyyah
Yaitu mengakui dengan sepenuh hati bahwa hanya Allah satu-satunya pencipta,
pengatur dan pemelihara ala mini tidak ada serikat bagi-Nya.
Yaitu mengakui bahwa Allah satu-satunya tuhan Tuhan yang berhak disembah, tak ada
Tuhan selain-Nya.
Yaitu meyakini bahwa Allah mempunyai sifat-sifat yang wajib, mustahil, dan harus,
serta Allah memiliki nama-nama yang baik dan maha tinggi.
Salah satu diantara ayat-ayat al-quran yang menjadi dalil tentang iman kepada
malikat adalah dalam ayat 177 surat al-baqarah, yang artinya sebagai berikut:
”kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu kea rah timur dan ke barat, tetapi
kebajikan itu ialah(kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-
malaikat, kitab-kitab, dan nabi”
Malaikat yang wajib diimani jumlahnya banyak sekali, mereka ada dimana-mana
sesuai dengan tugasnya masing-masing. Namun demikian hanya sepuluh malaikat saja
yang wajib diketahui, yaitu:
2) Malaikat Mikail
3) Malaikat Israfil
4) Malaikat Izrail
5) Malaikat Raqib
6) Malaikat Atid
7) Malaikat Munkar
8) Malaikat Nakir
9) Malaikat Malik
Kitab-kitab Allah adalah kitab suci yang berisikan firman-firman Allah yang
diberikan kepada umat manusia. Firman-firman Allah tersebut merupakan petunjuk
Allah kepada manusia yang harus dijadikan pedoman, agar mereka dapat selamat hidup
dunia dan akhirat. Oleh karena itu, kita diwajibkan mengimani seluruh kitab Allah yang
diturunkan kepada para rasul sebagaimana firman Allah swt dalam surat Al-Baqarah
ayat 285 yang artinya:
“Rasul( Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Quran) dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya..”
Beriman kepada rasul Allah adalah mempercayai bahwa Allah telah memilih di
antara manusia beberapa orang sebagai manusia pilihan untuk menjadi utusan dan
wakilnya serta menjadi perantara antara Allah dengan hamba-Nya
“Didirikan islam(Iman) atas lima sendi, mengakui keesaan Allah dan mengakui
Muhammad pesuruh(utusan) Allah, mendirikan Shalat, mengeluarkan zakat,
melaksanakan haji, dan puasa pada bulan ramadhan”(HR.Bukhari)
Hari akhir adalah adanya hidup sesudah mati, ini sesuai dengan tujuan agama
adalah satu yaitu mempercayai Allah dan mempercayai hari akhirat. oleh karena itu mati
hanyalah pergantian sifat hidup dari fana kepada baqa atau dari dunia kepada akhirat,
artinya setelah nyawa meninggalkan badan, ia tidak mati lagi tetapi telah mulai
menginjak alam lain, yang lebih kekal yakni alam akhirat, diawali dengan kiamat,
kemudian hari kebangkitan, padang mahsyar(timbangan), surge dan neraka.
Iman kepada hari akhir adalah mempercayai bahwa sesudah adanya alam dunia ini
masih ada alam yang kedua yaitu alam akhirat yang termasukdi dalamnya adanya hari
pembalasan yang baik kepada orang yang beriman, dan memberikan siksaan kepada
orang-orang yang berbuat berbuat dosa.
Iman kepada qadha dan qadar merupakan hal pokok dalam akidah islam,
sebaigaimana hadits-hadits rosullah berikut:
“iman itu ialah engkau beriman kepada Allah, kepada maikat,kitab-kitab-Nya, rasul-
rasul-Nya dan kepada hari akhir, dan beriman kepada qadar baik maupun buruk”
(HR.Muslim, Abu Daud at-turmudzi, dan an-Nasa’i)
3. Konsep Iman
Konsep iman yang dikemukakan oleh aliran-aliran yang ada dalam teologi islam
kesemuanya memiliki perbedaan, meskipun terdapat sedikit persamaan. Berikut akan di
jelaskan konsep iman pada tiap aliran-aliran tersebut
Akhlak
1. Pengertian akhlak
Secara etimologi, akhlak berasal dari bahasa arab, jama dari khuluqun artinya
perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mempunyai persamaan dengan
khalqun yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan khaliq yang artinya
pencipta, makhluk yang artinya yang diciptakan.
a. Menurut prof. Dr. Muhammad Amin, akhlak adalah segla sesuatu kehendak yang
terbiasa dilakukan.
b. Menurut ibnu maskawih, akhlak adalah perilaku jiwa seseorang yang mendorong
untuk melakukan kegiatan-kegiatan tanpa melalui pertimbangan.
c. Menurut al-Gazali, akhlak adalah segala sifat yang tertanam dalam hati yang
menimbulkan kegiatan-kegiatan dengan ringan dan tanpa memerlukan pemikiran
sebagai pertimbangan
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian akhlak adalah suatu perbuatan sebagai
sebuah kebiasaan yang berpangkal dari dalam hati, jiwa dan kehendak yang timbul
secara spontan.
2. Unsur-unsur akhlak
Dari pemaknaan kata akhlak, paling tidak ditemukan dua unsur utama di dalamnya
yakni keadaan jiwa di satu sisi dan perilaku nyata yang lahir dari keadaan jiwa ini pada
sisi lain, yang keduanya saling berkaitan dan tak terpisahkan. Tegasnya antara keadaan
jiwa dan perilaku nyata tidak dapat dipisahkan, bahkan, bahkan keadaan jiwa ini dapat
pula untuk nama perbuatan tersebut, sehingga perbuatan itu sendiri pada prinsipnya
merupakan keadaan jiwa sebagai sumber perbuatan tersebut.
Setiap manusia telah dianugrahkan oleh Allah akhlak potensial agar dikembangkan
dalam kehidupan sehari-hari melalui usaha-usaha sesuai dengan syariat islam.
Jadi, akhlak atau perilaku dalam perspektif islam tidak lain adalah perilaku akhlak actual
yang hidup dalam diri seseorang setelah adanya upaya terus menerus menumbuh
kembangkan perilaku akhlak potensial yang telah Allah Swt anugrahkan kepadanya,
sehingga ia hadir dalam bentuk tindakan-tindakan nyata.
Ibadah
1. Pengertian Ibadah
a. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan
para Rasul-Nya.
b. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk
yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.
c. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah
Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.
Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.
2. Pembagian Ibadah
a. Ibadah hati
b. Ibadah lisan
Seperti tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah
lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati).
Dalam hal ini seperti shalat, zakat, haji, dan jihad ini disebut ibadah badaniyah
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak
menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah
Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi
Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia adalah
agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Dan Allah
Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang
membutuhkan-Nya, karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka barangsiapa
yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang beribadah
kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mubtadi’
(pelaku bid’ah).
Pada sisi lain, antara iman dan ibadah terdapat hubungan timbal balik, yakni makin
kuat iman seseorang semakin kuat dan tinggi frekuensi ibadahnya. Demikian pula
sebaliknya apabila semakin baik dan sempurna ibadah yang dilakukan seseorang, maka
semakinmantap keimanan didalam dirinya.
Keterkaitan iman dan akhlak dapat diliha melalui beberapa analsis sebagai berikut:
Sebagaimana diuraikan sebelumnya, iman membahas masalah tuhan, baik dari Zat,
sifat dan perbuatan-Nya. Kepercayaan yang mantap kepada Tuhan yang demikian itu,
akan menjadi landasan untuk mengarahkan amal perbuatan yang dilakukan oleh
manusia, sehingga perbuatan manusia menjadi ikhlas dan keikhlasan ini merupakan slah
satu akhlak yang mulia
Artinya: “Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas mentaati-
Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan
menunaikan zakat dan yang itulah agama yang lurus”(QS.Al-Bayyinah:5)
Iman menghendaki seseorang tidak hanya cukup dengan menghafal rukun iman
dan dalil-dalinya saja, tetapi yang terpenting adalah agar orang yang bertauhid itu
meniru dan menyontoh tehadap subjek yang ada dalam rukun iman itu. jika kita
memiliki sifat-sifat mulia, maka sebaiknya manusia yang bertauhid meniru sifat-sifat
tuhan itu. Misalnya meniru sifat Ar-Rahman, Ar-Rahim.
3. Hubungan Iman Ibadah dan Akhlak
Iman ibadah dan akhlak juga memiliki hubungan kausalitas (sebab akibat). Kualitas
iman seseorang ditentukan oleh kualitas dan kuantitas ibadah orang tersebut. Makin
tinggi kualitas ibadah seseoarang (misal shalat makin khusu’, mengurangi atau
menghilangkan syirik kepada Allah). Dan kuantitasnya ( misal menambah shalat wajib
dengan shalat sunnah, banyak bershadaqah) akan menambah dan mempertebal iman
seseorang, makin mngurangi dan mempertipis, bahkan dapat menghilangkan kualitas
iman seseorang kepada Allah SWT.
Pelaksanaan ibadah yang dilandasi iman yang kuat memberikan dampak positif terhadap
sikap dan perilaku atau akhlak seorang muslim
Allah berfirman :
Artinya : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji
dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (Al-Ankabut 45)
Shalat itu mengandung dua hikmah, yaitu dapat menjadi pencegah diri dari
perbuatan keji dan perbuatan munkar. Maksudnya dapat menjadi pengekang diri dari
kebiasaan melakukan kedua perbuatan tersebut dan mendorong pelakunya dapat
menghindarinya. sehingga seeorang akan tunduk dan patuh kepada aturan-aturan Allah.
Dengan demikianlah sangat erat hubungan dan saling mempengaruhi antara iman
dengan ibadah kepada Allah SWT dalam mempengaruhi akhlak seseorang.
BAB III
KESIMPULAN
Menurut bahasa, iman berasal dari kata aamana-yu’minu-iimaanan yang memiliki arti
kepercayaan, keyakinan.
Iman ibadah dan akhlak juga memiliki hubungan kausalitas (sebab akibat).[19]
Kualitas iman seseorang ditentukan oleh kualitas dan kuantitas ibadah orang tersebut.
Makin tinggi kualitas ibadah seseoarang (misal shalat makin khusu’, mengurangi atau
menghilangkan syirik kepada Allah). Dan kuantitasnya ( misal menambah shalat wajib
dengan shalat sunnah, banyak bershadaqah) akan menambah dan mempertebal iman
seseorang, makin mngurangi dan mempertipis, bahkan dapat menghilangkan kualitas
iman seseorang kepada Allah SWT.
Pelaksanaan ibadah yang dilandasi iman yang kuat memberikan dampak positif
terhadap sikap dan perilaku atau akhlak seorang muslim
DAFTAR PUSTAKA
Amril.M, 2007, Akhlak Tasawuf, Pekanbaru:Program Pascasarjana UIN Suska Riau dan
LSFK2P
Saputra, Thoyid sah dan Wahyudin, 2007, Akidah Akhlak madrasah aliyah,
Semarang:Karya Toha Putra
Rusli,Nasrun, dkk, 1997, Aqidah Akhlak I, Pekanbaru:Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam