Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

NAMA KELOMPOK 2:
1.TATANG MAHENDRA
2.TEGAR RAHMAT TULLAH
3.ARIEF
PRODI:TEKNIK INFORMATIKA

DOSEN PENGAMPU:
SUDARTO,S.Pd.I.M.Pd
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani
sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita baginda nami agung
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran
agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
pendidikan agama dengan judul Iman,Ibadah,dan Sumber Hukum Islam. Disamping itu,
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
hingga terselesaikannya makalah ini.

Akhir kata, penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka
kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di waktu-
waktu mendatang.

                                                                            BATURAJA, September 2021


DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Pada dasarnya setiap manusia mempunyai fitrah berupa kepercayaan tentang
adanya dzat yang Maha Kuasa, yang dalam istilah agama disebut Tuhan. Fitrah manusia
tersebut adalah fitrah beragama tauhid yang dijadikan oleh Allah swt pada saat manusia
itu diciptakan.Tidak bisa disangkal lagi, bahwa keimanan merupakan inti agama,
terlebih agama islam. Persoalan iman ini sangat penting, bukan hanya karena masalah
tersebut berkaitan dengan esensi dan eksistensi islam sebagai agama, tetapi juga
karena perbincangan mengenai konsep ini menandai titik awal dari semua pemikiran
teologi di antara orang-orang Islam masa awal.

Dengan memperhatikan aspek sejarah keimanan, bahwa perselisihan atas makna kata
tersebut (iman) merupakan perselisihan intern pertama yang terjadi di antara orang-
orang islam, yang mengakibatkan masyarakat muslim terpecah menjadi beberapa
sekte, dan aliran yang berbeda-beda dalam menafsirkan term iman dalam al-Qur’an dan
Sunnah, sehingga satu sama lain saling mengkafirkan.

Ibadah merupakan rangkaian ritual yang dilakukan manusia dalam rangka pengabdian
atau kepatuhan kepada sang Pencipta. Ibadah dalam Islam tidak hanya terbatas pada
hubungan manusia dengan Allah semata, melainkan juga terdapat hubungan antara
manusia dengan manusia lainnya serta antara manusia dengan alam.

Sumber ajaran Islam yang pokok adalah al-Qur’an dan hadis. Keduanya memiliki
peranan yang sangat penting dalam kehidupan umat Islam. Walaupun terdapat
perbedaan dari segi penafsiran dan aplikasi, namun setidaknya ulama sepakat bahwa
keduanya harus dijadikan rujukan. Dari keduanya ajaran Islam diambil dan dijadikan
pedoman utama. Oleh karena itu, kajian-kajian terhadapnya tidak pernah keruh bahkan
terus berjalan dan berkembang seiring dengan kebutuhan umat Islam.

Akan tetapi terdapat perbedaan yang mendasar antara alQur’an dan Hadis. Untuk al-
Qur’an, semua periwayatan ayatayatnya berlangsung secara mutawatir, sedangkan
untuk Hadis sebagian periwayatannya berlangsung secara mutawatir dan sebagian
berlangsung secara ahad.

B.RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas dapat di peroleh beberapa rumusan masalahnya yaitu antara
lain:

1.Apa yang di maksud dengan iman?


2.Apa saja rukum iman yang harus diyakini oleh seorang muslim?

3.Apa yang dimaksud dengan ibadah?

4.Apa syarat di terima nya ibadah?

5.Apa pengertian dari hukum islam?

6.Apa saja sumber hukum islam yang digunakan?

7.Sebutkan beberapa pembagian hukum islam?

C.TUJUAN
Dari rumusan masalah di atas dapat di ambil beberapa tujuan,antaranya:

1.Untuk mengetahui apa itu iman.

2.Untuk mengetahui apa saja rukun iman yang harus di yakini seorang muslim.

3.untuk mengetahui apa itu ibadah.

4.Untuk mengetahui apa saja syarat yang di terima nya ibadah.

5.Untuk mengetahui apa itu hukum islam.

6.Untuk mengetahui apa saja sumber hukum islam yang di gunakan.

7.Untuk mengetahui apa saja pembagian hukum islam.

PEMBAHASAN/ISI

IMAN
 Pengertian iman adalah kepercayaan (yang berkenan dengan agama), keyakinan dan
kepercayaan kepada Allah, nabi, kitab, dan sebagainya. Iman diyakini dalam hati, yaitu
dengan mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati adanya alam semesta dan
segala isinya.

Secara etimologi, pengertian iman diambil dari kata kerja aamana' dan yukminu' yang
artinya ialah 'percaya' atau 'membenarkan'. Dalam Alquran surat At Taubah ayat 62
menyebutkan bahwa pengertian iman ialah membenarkan, sementara dalam hadis
disebutkan bahwa pengertian iman ialah "Ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang
benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota (tubuh)."
Iman seseorang dapat bertambah jika senantiasa bersikap taat kepada segala perintah
Allah SWT ataupun berkurang karena melakukan perbuatan maksiat. Untuk
memperkuat sebuah iman dalam diri seseorang, maka pengertian iman tersebut harus
diwujudkan dalam rukun iman.

Berdasarkan hadist yang diriwayatkan Umar bin Khattab RA, ketika malaikat Jibril
menyaru menjadi seorang laki-laki, ia bertanya kepada Nabi Muhammad SAW:

'Beritahukan kepadaku tentang Iman' Rasulullah SAW menjawab 'Engkau beriman


kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya,
kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.' Orang tadi
[Jibril] berkata, 'Engkau benar'.(H.R. Muslim).

Hadis di atas menjelaskan enam rukun Iman yang mesti diyakini seorang muslim,
sebagai berikut:

1.    Iman pada adanya Tuhan Allah Yang Maha Esa.

2.    Iman pada adanya malaikat Allah SWT.

3.    Iman pada adanya kitab-kitab Allah SWT.

4.    Iman pada adanya rasul-rasul Allah SWT.

5.    Iman pada adanya hari kiamat.

6.    Iman pada qada dan qadar, adanya takdir baik dan buruk ciptaan Allah SWT.

1. Iman Kepada Allah SWT

Seseorang tidak dikatakan beriman kepada Allah SWT hingga dia mengimani 4 hal:

a.  Mengimani adanya Allah SWT.

b.  Mengimani Rububiyyah Allah SWT, bahwa tidak ada yang mencipta, menguasai, dan
mengatur alam semesta kecuali Allah.

c.   Mengimani Uluhiyyah Allah SWT, bahwa tidak ada sembahan yang berhak disembah
selain Allah dan mengingkari semua sembahan selain Allah Ta’ala.

d.  Mengimani semua asma dan sifat Allah SWT (al-Asma'ul Husna) yang Allah SWT
telah tetapkan untuk diri-Nya dan yang nabi-Nya tetapkan untuk Allah SWT, serta
menjauhi sikap menghilangkan makna, memalingkan makna, mempertanyakan, dan
menyerupakan-Nya.

2. Iman Kepada Para Malaikat Allah SWT

Ada beberapa hal yang perlu diketahui, diantaranya :


a.  Mengimani adanya malaikat sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, beserta amalan dan
tugas yang diberikan Allah SWT kepada para malaikat.

 b.Jumlah malaikat tidak ada seorangpun yang tahu dan hanya Allah SWT yang
mengetahuinya.

c.Malaikat diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya.

3. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT

Ada hal yang perlu diketahui, diantaranya :

a. Mengimani bahwa seluruh kitab Allah SWT adalah Kalam (ucapan) yang merupakan


sifat Allah SWT.

b. Mengimani bahwa kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT.

4. Iman Kepada Para Rasul Allah SWT

Mengimani bahwa ada di antara laki-laki dari kalangan manusia yang Allah Ta’ala pilih
sebagai perantara antara diri-Nya dengan para makhluk-Nya. Akan tetapi mereka
semua tetaplah merupakan manusia biasa yang sama sekali tidak mempunyai sifat-sifat
dan hak-hak ketuhanan, karenanya menyembah para Nabi dan Rasul adalah kebatilan
yang nyata. Wajib mengimani bahwa semua wahyu kepada Nabi dan Rasul itu adalah
benar dan bersumber dari Allah Ta’ala, dan juga wajib mengakui setiap Nabi dan Rasul
yang kita ketahui namanya dan yang tidak kita ketahui namanya.

5. Iman Kepada Hari Akhir

Mengimani tanda-tanda hari kiamat artinya harus mengimani hari kebangkitan di


Padang Mahsyar hingga berakhir di surga atau neraka.

6. Iman Kepada Qada Dan Qadar, Yaitu Takdir Yang Baik Dan Buruk

Mengimani kejadian yang baik maupun yang buruk, semua itu atas izin dari Allah SWT.
Sebab seluruh makhluk tanpa terkecuali, zat, dan sifat mereka demikian pula perbuatan
mereka melalui kehendak ilahi.

IBADAH
A. Definisi Ibadah

Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan
menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan
maksudnya satu.Definisi itu antara lain adalah:
1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan
para Rasul-Nya.

2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk
yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.

3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah
Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.
Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.

Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’
(mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan
rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih,
tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah
(lisan dan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah
qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan
dengan amalan hati, lisan dan badan.

B. Pilar-Pilar Ubudiyyah Yang Benar

Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar pokok, yaitu: hubb (cinta), khauf
(takut), raja’ (harapan).

Rasa cinta harus disertai dengan rasa rendah diri, sedangkan khauf harus dibarengi
dengan raja’. Dalam setiap ibadah harus terkumpul unsur-unsur ini.

C. Syarat Diterimanya Ibadah

Ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah yang disyari’atkan
kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Apa yang tidak disyari’atkan berarti
bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak) sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam :

“Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan tersebut
tertolak.”

Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak bisa
dikatakan benar kecuali dengan adanya dua syarat: a. Ikhlas karena Allah semata,
bebas dari syirik besar dan kecil. b. Ittiba’, sesuai dengan tuntunan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

SUMBER HUKUM ISLAM


Pengertian hukum islam menurut beberapa tokoh, dapat diartikan sebagai berikut.  

1. Abdul Ghani Abdullah 


Menurut Abdul Ghani Abdullah dalam bukunya yang diterbitkan di Gema Insani Press
mengungkapkan bahwa hukum islam sebagai hukum yang bersumber dan menjadi
bagian dari agama islam. Ia pun juga menyebutkan bahwa konsepsi hukum islam
sebagai dasar dan kerangka hukum yang ditetapkan oleh Allah. 

Hukum islam menurut Abdul Ghani Abdullah, tidak hanya mengatur antara manusia
dengan Tuhannya saja. tetapi juga mengatur hubungan antara manusia dengan
manusia. Juga mengatur antara hubungan manusia dengan alam semesta. 
2. Amir Syarifuddin 

Beda lagi dengan pendapat Amir Syarifuddin, hukum islam menurutnya sebagai
perangkat peraturan wahyu Allah dan Sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia
mukalaf yang diakui dan diyakini. 

3. Eva Iryani 

Hukum islam menurut Eva Iryani adalah syariat islam yang berisi sistem kaidah-kaidah
yang didasarkan pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rosul mengenai tingkah laku orang
yang sudah dapat dibebani kewajiban, yang diakui dan diyakini, yang mengikat semua
pemeluknya. 

Eva Iryani menjelaskan bahwa tingkah laku yang dimaksud adalah mengacu pada
segala perilaku dan sikap Rasulullah. Disebutkan pula syariat diambil berdasarkan pada
istilah yang merunut pada hukum-hukum yang diperintahkan Allah Swt untuk umat-Nya
dengan amaliyah. 

Dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian hukum


islam dapat diartikan sebagai kerangka dasar aturan islam yang merujuk pada Al-Quran
dan Hadis.

Adapun sumber hukum islam yang digunakan, mengacu sebagai berikut.

1. Al-Qur’an 

Sumber hukum islam yang paling dasar adalah Al Qur’an. Sebagai kitab suci umat
muslim, tentu saja Al Qur’an sebagai tiang dan penegak. DImana Al Qur’an pesan
langsung Dari Allah SWT yang diturunkan lewat Malaikat Jibril. Kemudian Jibril
menyampaikan langsung kepada Nabi Muhammad. 

Muatan Al Qur’an berisi tentang anjuran, ketentuan, larangan, perintah, hikmah dan
masih banyak lagi. Bahkan, di dalam Al Quran juga disampaikan bagaimana masyarakat
yang berakhlak, dan bagaimana seharusnya manusia yang berakhlak. 

2. Hadits 
Hadits sabagai sumber islam yang tidak kalah penting. Kenapa hadis digunakan untuk
hukum islam? Karena Hadis merupakan pesan, nasihat, perilaku atau perkatan
Rasulullah SAW. segala sabda, perbuatan, persetujuan dan ketetapan dari Rasulullah
SAW, akan dijadikan sebagai ketetapan hukum islam.

Hadits mengandung aturan-aturan yang terperinci dan segala aturan secara umum.
Muatan hadits masih penjelasan dari Al-Qur’an.  Perluasan atau makna di dalam
masyarakat umum, hadits yang mengalami perluasan makna lebih akrab disebut
dengan sunnah. 

3. Ijma’ 

Mungkin ada yang asing dengan sumber hukum islam yang ketiga, iaitu ijma’. Ijma’
dibentuk berdasarkan pada kesepakatan seluruh ulama mujtahid. Ulama yang di
maksud di sini adalah ulama setelah sepeninggalan Rasulullah SAW. 

Kesepakatan dari para ulama, Ijma’ tetap dapat dipertanggungjawabkan di masa


sahabat, tabiin dan tabi’ut tabiin. Kesepakatan para ulama ini dibuat karena penyebaran
Islam sudah semakin meluas tersebar kesegala penjuru. 

Tersebarnya ajaran islam inilah pasti ada perbedaan antara penyebar satu dengan yang
lainnya. nah, kehadiran ijma’ diharapkan menjadi pemersatu perbedaan yang ada. 

4. Qiyas 

Qiyas sepertinya tidak banyak orang yang tahu. Sekalipun ada yang tahu, masih ada
perbedaan keyakinan, bahwa qiyas ini tidak termasuk dalam sumber hukum islam.
Meskipun demikian, para ulama sudah sepakat Qiyas sebagai sumber hukum islam. 

Qiyas adalah sumber hukum yang menjadi penengah apabila ada suatu permasalahan.
Apabila ditemukan permasalahan yang tidak ditemukan solusi di Al-Quran, Hadits, Ijma’
maka dapat ditemukan dalam qiyas. 

Qiyas adalah menjelaskan sesuatu yang tidak disebutkan dalam tiga hal tadi (Al-quran,
hadits dan Ijma’) dengan cara membandingkan atau menganalogikan menggunakan
nalar dan logika.

Pembagian Hukum Islam 


Jika dilihat dari pembagian hukum islam, memiliki beberapa bagian. Ada yang
hukumnya wajib, ada yang hukumnya sunnah, haram, makruh dan mubah. Berikut
ulasannya. 

1. Wajib 
Saya yakin, banyak yang menyadari betul kata wajib satu ini. Dikatakan wajib apabila
mengerjakan perbuatan akan mendapatkan pahala. Apabila meninggalkan kewajiban,
akan mendapatkan siksa atau dosa. Kecuali bagi orang yang tidak mengetahui
ilmu/aturan. 

2. Sunnah 

Dikatakan sunnah apabila seseorang yang  mengerjakan perintah akan mendapatkan


pahala. Jika tidak mengerjakannya pun tidak dosa atau tidak disiksa. Hanya saja,
banyak orang yang menyarankan untuk mengerjakan sunnah, karena sayang jika ada
kesempatan mengumpulkan amal, tidak dimanfaatkan. 

3. Haram 

Dalam kehidupan sehari-hari, umat muslim memiliki banyak aturan yang menyangkut
tentang ke-halal-lan dan mana yang haram. Dikatakan haram apabila hal-hal yang
dilarang tetap dilanggar, akan dicatat sebagai dosa. Jika meninggalkan hal-hal yang
haram, maka akan dicatat mendapatkan pahala. 

4. Makruh 

Dikatakan makruh apabila aturan yang dimakruhkan di tinggalkan, maka jauh lebih
baik. sedangkan jika yang dimakruhkan tetap dilakukan, maka kurang elok atau kurang
baik. Baik itu kurang baik untuk diri sendiri atau orang lain. Misalnya, merokok, bagi diri
sendiri tidak baik untuk kesehatan. Bagi orang pun juga kurang baik. 

5. Mubah 

Dikatakan mubah hal-hal yang dibolehkan dalam agama dibolehkan di kerjakan atau
yang seharusnya di tinggalkan tidak di kerjakan. 

penutup

Anda mungkin juga menyukai