Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH AGAMA ISLAM

Nama : Ratna Sugihartatik


NPM : 202012009
Kelas : 1A Pagi

SEMESTER 1
TAHUN AJAR 2020/2021
Dr. Ali Uraidi, S.H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat, dan
hidayahNya, kami  dapat menyelesaikan Makalah Pendidikan Agama Islam. Semoga dengan
membaca makalah  ini,  para pembaca akan lebih memahami Konsep Manusia Menurut Islam.
Kritik dan saran demi kemajuan makalah ini sangat diharapkan.  Semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Hakikat manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah semata-mata untuk ta’abbudi  yaitu
penghambaan yang penuh dengan cara beribadah hanya karena Allah SWT. Beribadah tanpa
ilmu tiada guna dan akan sia-sia. Ada tiga komponen yang saling berkaitan satu sama lain dan
sangat urgen untuk dijaga dan diamalkan oleh seorang hamba. Tiga komponen dasar yang
menjadikan sempurnanya predikat hamba disisi tuhannya. Tiga komponen tersebut adalah Iman,
Islam, dan Ihsan.

1.2    Rumusan Masalah
1.        Apa itu iman, ihsan, dan islam?
2.        Bagaimana proses terbentuknya iman dan upaya meningkatkannya?
3.        Bagaimana manifestasi iman dan islam?

1.3     Tujuan
1.        Memahami iman, ihsan, dan islam.
2.        Mengerti proses terbentuknya iman dan upaya meningkatnya.
3.        Memahami manifetasi iman dan islam.
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Iman, Islam dan Ihsan

1.    IMAN
Iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian
iman  adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan
tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan
dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan
kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan
amal perbuatan secara nyata.
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila
memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang
keberadaan Allah, kemudian diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan.
Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat
dipisahkan.

Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Allah
memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang
artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya
(Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang
diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-
Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat
jauh.”  (Q.S. An Nisa : 136)

Rukun Iman ada enam, yaitu:


1.      Iman kepada Allah.
2.      Iman kepada Malaikat-Malaikat-Nya.
3.      Iman kepada Kitab-Kitab-Nya.
4.      Iman kepada Rasul-Rasul-Nya.
5.      Iman kepada hari Akhir.
6.      Iman kepada takdir yang baik dan buruk.
2.      ISLAM

Islam secara etimologi (bahasa) berarti tunduk, patuh, atau berserah diri. Adapun menurut
syari’at (terminologi), apabila dimutlakkan berada pada dua pengertian:
Pertama: Apabila disebutkan sendiri tanpa diiringi dengan kata iman, maka pengertian Islam
mencakup seluruh agama, baik ushul (pokok) maupun furu’ (cabang), juga seluruh masalah
‘aqidah, ibadah,  perkataan dan perbuatan.

Islam memiliki lima rukun, yaitu:


1.    Bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya
Allah, dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah utusan Allah.
2.    Menegakkan shalat.
3.    Membayar zakat.
4.    Puasa di bulan Ramadhan
5.    Menunaikan haji ke Baitullah bagi yang mampu menuju ke sana.

3.      IHSAN
Ihsan berasal dari bahasa yang artinya berbuat baik/ kebaikan. Sedangkan menurut istilah
yaitu perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang dengan niat hati beribadah kepada Allah
SWT.

Para ulama menggolongkan Ihsan menjadi 4 bagian yaitu:


1.      Ihsan kepada Allah
2.      Ihsan kepada diri sendiri
3.      Ihsan kepada sesama manusia
4.      Ihsan bagi sesama makhluk

Ihsan memiliki satu rukun yaitu engkau beribadah kepada Allah Azza wa Jalla seakan-
akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.
Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu
dalam kisah jawaban Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Jibril Alaihissallam ketika ia
bertanya tentang ihsan, maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:
BAB III

PENUTUP

  Kesimpulan

Iman  adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan


tindakan (perbuatan). Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman)
sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas.

            Islam secara etimologi (bahasa) berarti tunduk, patuh, atau berserah diri. Secara istilah
apabila kata Islam disebutkan bersamaan dengan kata iman, maka yang dimaksud Islam adalah
perkataan dan amal-amal lahiriyah yang dengannya terjaga diri dan hartanya , baik dia meyakini
Islam atau tidak. Sedangkan kata iman berkaitan dengan amal hati. Apabila disebutkan sendiri
tanpa diiringi dengan kata iman, maka pengertian Islam mencakup seluruh agama, baik ushul
(pokok) maupun furu’ (cabang), juga seluruh masalah ‘aqidah, ibadah,  perkataan dan perbuatan.

Ihsan yaitu perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang dengan niat hati beribadah
kepada Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

Dani, Abang. “Syarat Diterimanya Ibadah [dan Perusak-perusaknya]”.

https://abangdani.wordpress.com/2010/07/07/syarat-diterimanya-ibadah-dan-perusak-
perusaknya/. 9-feb-2017
Hidayah.”Pengertian dan Macam-Macam Hidayah Secara Umum”.

https://onlinehidayah.wordpress.com/2011/10/12/pengertian-dan-macam-macam-hidayah-secara-
umum/.9-feb-2017

Trirnawati, Amalia.“macam-macam hidayah”.


http://amaliatrisnawati.blogspot.co.id/2009/05/macam-macam-hidayah.html.9-feb-2017.
DOKTRIN AGAMA ISLAM

A. Definisi Doktrin
Kata doktrin berarti dalil-dalil dari suatu ajaran. Kesesuaian pengertian ini dapat
kita temukan di lapangan bahwa suatu ajaran dalam agama maupun yang lainya pasti
mempunyai dasar atau dalil-dalil. Pengertian yang sama juga dapat ditemukan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu “doktrin adalah ajaran atau asas suatu aliran
politik, keagamaan; pendirian segolongan ahli ilmu pengetahuan, keagamaan,
ketatanegaraan secara bersistem, khususnya dalam penyusunan kebijakan negara”.1 Dari
penjelasan yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa doktrin adalah ajaran-
ajaran atau pendirian suatu agama atau aliran atau segolongan ahli yang tersusun dalam
sebuah sistem yang tidak bisa terpisahkan antara yanga satu dengan yang lainnya.
B. Doktrin dalam agama Islam
Islam merupakan agama yang sangat multidimensi yang dapat dikaji dari berbagai
aspek baik dari tinjauan budaya-sosial maupun dari aspek doktrin sebagaimana yang
kami akan jelaskan berikut ini. Agama Islam apabila ditelaah dari aspek doktrin maka
yang akan muncul adalah ajaran-ajaran yang ada dalam agama Islam itu sendiri yang bisa
saja ajaran tersebut tidak dapat diganggu gugat keberadaannya. Dalam Islam, trilogi
doktrin (ajaran) Islam biasa dikenal dengan trilogi ajaran Ilahi, yakni: Iman, Islam dan
Ihsan. Dalam sebuah hadits dikatakan :
Dari Umar bin Al-Khathab radhiallahu’anh, dia berkata: ketika kami tengah
berada di majelis bersama Rasulullah pada suatu hari, tiba-tiba tampak dihadapan kami
seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat
padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tidak seorangpun diantara kami yang
mengenalnya. Lalu ia duduk di hadapan Rasulullah dan menyandarkan lututnya pada
lutut Rasulullah dan meletakkan tangannya diatas paha Rasulullah, selanjutnya ia berkata,
“Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam” Rasulullah menjawab, “Islam itu
engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya
Muhammad itu utusan Alloh, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa
pada bulan Romadhon dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu
melakukannya.” Orang itu berkata,”Engkau benar,” kami pun heran, ia bertanya lalu
membenarkannya Orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang Iman”
Rasulullah menjawab, “Engkau beriman kepada Alloh, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-
kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik
maupun yang buruk” Orang tadi berkata, “Engkau benar” Orang itu berkata lagi,
“Beritahukan kepadaku tentang Ihsan” Rasulullah menjawab, “Engkau beribadah kepada
Alloh seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia
pasti melihatmu.” Orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang kiamat”
Rasulullah menjawab, “Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari yang bertanya.”
selanjutnya orang itu berkata lagi, “beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya”
Rasulullah menjawab, “Jika hamba perempuan telah melahirkan tuan puterinya, jika
engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan
penggembala kambing, berlomba-lomba mendirikan bangunan.” Kemudian pergilah ia,
aku tetap tinggal beberapa lama kemudian Rasulullah berkata kepadaku, “Wahai Umar,
tahukah engkau siapa yang bertanya itu?” Saya menjawab, “Allah dan Rosul-Nya lebih
mengetahui" Rasulullah berkata,” Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan
kepadamu tentang agama kepadamu”. (HR.Muslim)
Keimanan merupakan keyakinan secara mutlak kepada Allah SWT. Elaborasi
aspek keimanan dijabarkan oleh para ulama dalam diskursus akidah atau tauhid.
Keyakinan seorang muwahhid dan mukmin membuahkan sikap penyerahan diri secara
total kepada Allah SWT. untuk melaksanakan semua perintah-Nya dan meninggalkan
semua larangan-Nya. Sikap semacam ini merupakan hakikat dari Islam yang kemudian
termaktub dalam bingkai syari'ah dan siyasah yang tercakup dalam fiqih. Sikap ber-Islam
seperti ini tentu tak cukup sekedar di bibir, tetapi perlu direalisasikan dalam amal
(tindakan) yang benar dan luhur sebagai hakikat aspek ihsan. Pengembangan aspek ihsan
tercakup dalam bidang akhlak dan tasawuf.. Keimanan merupakan Tasawuf Sebagai
Kritik sentral bagi seorang muslim. Dengan keimanan itulah Islam akan teruji. Dengan
keimanan itu pula, ia akan mampu menjadi orang yang baik (ihsan). Antara iman, Islam
dan ihsan merupakan konsep yang saling berhubungan dan kesatuan yang utuh, tidak bisa
dipisah. Pada hakikatnya, iman tetapi belum Islam atau Islam tetapi belum iman. Atau
sudah iman dan Islam tetapi belum menjadi ihsan, hanyalah predikat yang dikenakan
kepada hamba Allah yang belum mampu mengamalkan konsep keimanan.

Anda mungkin juga menyukai