Anda di halaman 1dari 13

PENEMUAN HUKUM ADALAH :  Penafsiran yang resmi atau pasti terhdap arti

kata-kata sebagaimana dalam peraturan tersebut.


 Akibat dari Kodifikasi dan aliran Positivisme Hukum
maka Hakim harus dapat melakukan penemuan hukum.  Banyak terdapat dalam Ketentuan Umum pada
suatu produk hukum.
 Penemuan hukum berkaitan dengan upaya untuk
mencari dan menemukan norma hukum yang tepat dan c. Historis
relevan untuk kemudian diterapkan terhadap suatu
peristiwa, perbuatan, atau hubungan hukum yang  Penafsiran berdasarkan sejarah hukumnya
bersifat kongkrit tertentu. dengan menyelidiki sejarah terjadinya hukum
tersebut. Dapat dipelajari pada Risalah
 Penemuan hukum sebagai konkretisasi/ individualisasi Persidangan di Lembaga Pembentuk UU.
peraturan perundang-undangan yang rumusannya
bersifat umum terhadap suatu peristiwa, perbuatan, atau  Penafsiran berdasarkan Sejarah UU dengan
hubungan hukum yang bersifat kongkrit tertentu. menyelidiki maksud pembentuk undang-
undang, misalnya denda Rp. 250,- dapat
MACAM2 METODE PENEMUAN HUKUM ditafsirkan sesuai dengan nilai sekarang.
A. Penafsiran Hukum (Interpretasi hukum) d. Sistematis
 Penafsiran hukum adalah mencari dan menetapkan  Penafsiran dengan menilik susunan yang
pengertian atas dalil-dalil yang tercantum dalam UU berhubungan dengan bunyi pasal2 lainnya baik
sesuai dengan yang dimaksud oleh pembuatnya. dalam UU itu maupun dengan UU lainnya.
 Macam-macam Penafsiran Hukum  Contoh Istilah Pencurian dalam Pasal 363
KUHP harus diartikan sama dengan Istilah
a. Gramatikal Pencurian dalam Pasal 362 KUHP.
 Memberikan arti kepada suatu istilah atau e. Teleologis (Sosiologis)
perkataan sesuai dengan tata bahasa.
 Penafsiran dengan mempelajari tujuan dari pada
 Misal : “Pegawai Negeri menerima suap”, maka dibentuknya suatu produk hukum.
pelaku di sini adalah Pegawai Negeri, bukan
barang siapa atau nakhoda.  Misalnya tujuan dibentuknya UU KPK atau UU
Pengadilan Niaga.
b. Authentik
f. Ekstensif
 Penafsiran dengan memperluas pengertian dari B. Penalaran atau Konstruksi Hukum
pada suatu istilah berbeda dengan pengertian
yang digunakan sehari-hari. a. Analogi Hukum

 Misal kasus pencurian listrik (Arrest HR 23 Mei Misal Istilah menjual dalam pasal 1576 KUHPer
1921) dan kasus pembobolan dana BNI 1946 dianggap sama dengan memberikan, mewariskan, dan
New York Agency melalui komputer (dengan mengalihkan hak pada orang lain.
“transfer electronic payment system”) yang b. Argumentum a Contrario
dinyatakan oleh Mahkamah Agung RI sebagai
“pencurian” (Putusan MA-RI No. 1852 Penafsiran kebalikan dari suatu istilah. Contoh
K./Pid/1988 tgl. 21 Desember 1988). tidak dipidana tanpa kesalahan.

g. Restriktif c. Penghalusan/penyempitan hukum


(rechtvervijning)
 Penafsiran dengan mempersempit pengertian
dari istilah. Contoh : Konsep keluarga dipersempit
pengertiannya menjadi Kepala Keluarga.
 Misalnya kerugian ditafsirkan tidak termasuk
kerugian yang tidak berwujud seperti sakit,
cacat dan sebagainya.
h. Komparatif
 Penafsiran dengan cara membandingkan dengan
penjelasan berdasarkan perbandingan hukum,
agar dapat ditemukan kejelasan suatu ketentuan
UU.

i. Futuristik
 Penafsiran dengan penjelasan UU dengan
perpedoman pada UU yang belum disahkan.
 Misalnya penafsiran melalui RUU KUHP.
B. BENTUK-BENTUK KORUPSI tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya,
yang bertentangan dengan kewajibannya;
1. Kerugian Keuangan Negara
• Bagi Pegawai Negeri atau penyelenggara
• Secara melawan hukum melakukan perbuatan negara yang menerima hadiah, padahal
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau diketahui atau patut diduga bahwa hadiah
korporasi; tersebut diberikan sebagai akibat atau
• Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri disebabkan karena telah melakukan sesuatu
atau orang lain atau korporasi, atau tidak melakukan sesuatu dalam
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan jabatannya, yang bertentangan dengan
atau sarana yang ada. kewajibannya;

2. Suap Menyuap • Bagi Pegawai Negeri atau penyelenggara


negara yang menerima hadiah atau janji,
• Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada padahal diketahui atau patut diduga bahwa
Pegawai Negeri atau penyelenggara negara .... hadiah atau janji tersebut diberikan karena
dengan maksud supaya berbuat sesuatu atau kekuasaan atau kewenangan yang
tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya; berhubung-an dengan jabatannya, atau yang
• Memberi sesuatu kepada Pegawai Negeri atau menurut pikiran orang yang memberikan
penyelenggara negara .... karena atau hadiah atau janji tersebut ada hubungan
berhubungan dengan kewajiban, dilakukan atau dengan jabatannya;
tidak dilakukan dalam jabatannya; • Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
• Memberi hadiah atau janji kepada Pegawai hakim dengan maksud untuk mempengaruhi
Negeri dengan mengingat kekuasaan atau putusan perkara;
wewenang yang melekat pada jabatan atau • Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
kedudukannya atau oleh pemberi hadiah/janji advokat untuk menghadiri sidang pengadilan
dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat
tersebut; atau pendapat yang akan diberikan, berhubung
• Bagi Pegawai Negeri atau penyelenggara dengan perkara;
negara yang menerima hadiah atau janji, • Hakim yang menerima hadiah atau janji,
padahal diketahui atau patut diduga bahwa padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan untuk hadiah atau janji tersebut diberikan untuk
menggerakan agar melakukan sesuatu atau memepengaruhi putusan perkara.
3. Penggelapan dalam Jabatan dipakai barang, akta, surat, atau daftar
tersebut;
• Pegawai negeri atau orang selain pegawai
negeri yang ditugaskan menjalankan suatu • Pegawai negeri atau orang selain pegawai
jabatan umum secara terus menerus atau untuk negeri yang ditugaskan menjalankan suatu
sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan jabatan umum secara terus menerus atau untuk
uang atau surat berharga yang disimpan karena sementara waktu, dengan sengaja membantu
jabatannya, atau uang/surat berharga tersebut orang lain menghilangkan, menghancurkan,
diambil atau digelapkan oleh orang lain atau merusakkan, atau membuat tidak dapat
membantu dalam melakukan perbuatan tersebut; dipakai barang, akta, surat, atau daftar
tersebut;
• Pegawai negeri atau orang selain pegawai
negeri yang ditugaskan menjalankan suatu 4. Pemerasan
jabatan umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu, dengan sengaja memalsu • Pegawai negeri atau penyelenggara negara
buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk yang dengan maksud menguntungkan diri
pemeriksaan adminstrasi; sendiri atau orang lain secara melawan hukum,
atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya
• Pegawai negeri atau orang selain pegawai memaksa seseorang memberikan sesuatu,
negeri yang ditugaskan menjalankan suatu membayar, atau menerima pembayaran dengan
jabatan umum secara terus menerus atau untuk potongan atau untuk mengerjakan sesuatu bagi
sementara waktu, dengan sengaja dirinya sendiri;
menggelapkan, merusakkan atau membuat
tidak dapat dipakai barang, akta, surat atau • Pegawai negeri atau penyelenggara negara
daftar yang digunakan untuk meyakinkan yang pada waktu menjalankan tugas, meminta
atau membuktikan di muka pejabat yang atau menerima pekerjaan atau penyerahan
berwenang, yang dikuasai karena barang, seolah-olah merupakan utang kepada
jabatannya; dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut
bukan merupakan utang;
• Pegawai negeri atau orang selain pegawai
negeri yang ditugaskan menjalankan suatu • Pegawai negeri atau penyelenggara negara
jabatan umum secara terus menerus atau untuk yang pada waktu menjalankan tugas, meminta
sementara waktu, dengan sengaja membiarkan atau menerima atau memotong pembayaran
orang lain menghilangkan, menghancurkan, kepada Pegawai negeri atau penyelenggara
merusakkan, atau membuat tidak dapat negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-
olah Pegawai negeri atau penyelenggara negara
yang lain atau kas umum tersebut mempunyai pengadaan atau persewaan yang pada saat
utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau
tersebut bukan merupakan utang. sebagian ditugaskan untuk mengurus atau
mengawasinya.
5. Perbuatan Curang
7. Gratifikasi
• Pemborong, ahli bangunan yang pada waktu
membuat bangunan, atau penjual bahan • Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau
bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan penyelenggara dianggap pemberian suap,
bangunan, melakukan perbuatan curang yang apabila berhubungan dengan jabatannya dan
dapat membahayakan keamanan orang atau yang berlawanan dengan kewajiban tugasnya.
barang, atau keselamatan negara dalam keadaan
perang;
• Setiap orang yang bertugas mengawasi
pembangunan atau menyerahkan bahan Bentuk/jenis tindak pidana korupsi dan tindak pidana
bangunan, sengaja membiarkan perbuatan yang berkaitan dengan korupsi berdasarkan UU Tindak
curang; Pidana Korupsi :
• Setiap orang yang pada waktu menyerahkan 1. Melawan hukum untuk memperkaya diri, orang lain atau
barang keperluan TNI atau Kepolisian Negara korporasi dan dapat merugikan keuangan Negara
RI melakukan perbuatan curang yang dapat
membahayakan keselamatan negara dalam 2. Menyalahgunakan kewenangan untuk kepentingan diri
keadaan perang; sendiri dan dapat merugikan keuangan Negara

• Setiap orang yang bertugas mengawasi 3. Menyuap pegawai negeri


penyerahan barang keperluan TNI atau 4. Memberi hadiah kepada pegawai negeri karena jabatannya
Kepolisian Negara RI melakukan perbuatan
curang dengan sengaja membiarkan perbuatan 5. Pegawai negeri menerima suap
curang.
6. Pegawai negeri menerima hadiah yang berhubungan dengan
6. Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan jabatannya
• Pegawai negeri atau penyelenggara negara 7. Menyuap hakim
baik langsung maupun tidak langsung dengan
8. Menyuap advokat
sengaja turut serta dalam pemborongan,
9. Hakim dan advokat menerima suap 27. Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau
memberi keterangan palsu
10. Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan
penggelapan 28. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan
keterangan atau memberi keterangan palsu
11. Pegawai negeri merusakkan bukti
29. Saksi yang membuka identitas pelapor
12. Pegawai negeri membiarkan orang lain merusakkan bukti
GRATIFIKASI
13. Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan bukti
 Gratifikasi adalah sebuah pemberian yang diberikan
14. Pegawai negeri memeras
atas diperolehnya suatu bantuan atau keuntungan
15. Pegawai negeri memeras pegawai yang lain
16. Pemborong berbuat curang
Bentuk Gratifikasi :
17. Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang
a. Gratifikasi positif adalah pemberian hadiah dilakukan
18. Rekanan TNI/Polri berbuat curang dengan niat yang tulus dari seseorang kepada orang lain tanpa
pamrih artinya pemberian dalam bentuk “tanda kasih” tanpa
19. Pengawas rekanan TNI/Polri membiarkan perbuatan curang mengharapkan balasan apapun.
20. Penerima barang TNI/Polri membiarkan perbuatan curang b. Gratifikasi negatif adalah pemberian hadiah dilakukan
21. Pegawai negeri menyerobot tanah negara sehingga dengan tujuan pamrih, pemberian jenis ini yang telah
merugikan orang lain membudaya dikalangan birokrat maupun pengusaha karena
adanya interaksi kepentingan.
22. Pegawai negeri turut serta dalam pengadaan yang
diurusnya Contoh pemberian yang dapat digolongkan sebagai gratifikasi,
antara lain :
23. Pegawai negeri menerima gratifikasi dan tidak lapor KPK
a. Pemberian hadiah atau uang sebagai ucapan terima kasih
24. Merintangi proses pemeriksaan (obstraction justice) karena telah dibantu;
25. Tersangka tidak memberikan keterangan mengenai b. Hadiah atau sumbangan dari rekanan yang diterima pejabat
kekayaannya pada saat perkawinan anaknya;
26. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening c. Pemberian tiket perjalanan kepada pejabat/pegawai negeri
tersangka atau keluarganya untuk keperluan pribadi secara cuma-cuma;
d. Pemberian potongan harga khusus bagi pejabat/pegawai n. Parsel ponsel canggih keluaran terbaru dari pengusaha ke
negeri untuk pembelian barang atau jasa dari rekanan; pejabat;
e. Pemberian biaya atau ongkos naik haji dari rekanan kepada o. Perjalanan wisata bagi bupati menjelang akhir jabatan;
pejabat/pegawai negeri;
p. Pembangunan tempat ibadah di kantor pemerintah (karena
f. Pemberian hadiah ulang tahun atau pada acara-acara pribadi biasanya sudah tersedia anggaran untuk pembangunan tempat
lainnya dari rekanan; ibadah dimana anggaran tersebut harus dipergunakan sesuai
dengan pos anggaran dan keperluan tambahan dana dapat
g. Pemberian hadiah atau souvenir kepada pejabat/pegawai menggunakan kotak amal);
negeri pada saat kunjungan kerja;
h. Pemberian hadiah atau parsel kepada pejabat/pegawai negeri
pada saat hari raya keagamaan, oleh rekanan atau bawahannya;
i. Pembiayaan kunjungan kerja lembaga legislatif, karena hal
ini dapat memengaruhi legislasi dan implementasinya oleh
eksekutif;
j. Cideramata bagi guru (PNS) setelah pembagian
rapor/kelulusan;
k. Pungutan liar di jalan raya dan tidak disertai tanda bukti
dengan tujuan sumbangan tidak jelas, oknum yang terlibat bisa
jadi dari petugas kepolisian (polisi lalu lintas), retribusi (dinas
pendapatan daerah), LLAJR dan masyarakat (preman). Apabila
kasus ini terjadi KPK menyarankan agar laporan
dipublikasikan oleh media massa dan dilakukan penindakan
tegas terhadap pelaku;
l. Penyediaan biaya tambahan (fee) 10-20 persen dari nilai
proyek.
m. Uang retribusi untuk masuk pelabuhan tanpa tiket yang
dilakukan oleh Instansi Pelabuhan, Dinas Perhubungan, dan
Dinas Pendapatan Daerah;
MAZHAB ILMU HUKUM pikiran alam untuk membedakan
yang baik dan yang buruk.
Beberapa Mazhab Ilmu Hukum
Empat Macam Hukum Menurut Aquinas
a. Hukum Alam Sejak 2.500-an lalu. Hukum
yang berlaku Universal dan abadi. Hukum alam a. Lex Aeterna Hukum rasio Tuhan yang tidak
dianggap lebih tinggi dari hukum yang dibentuk dapat ditangkap oleh pancaindera manusia.
oleh Manusia.
b. Lex Divina Hukum rasio Tuhan yang dapat
Sumber Hukum Alam ditangkap oleh pancaindera manusia.
a. Irasional Hukum yang universal dan abadi c. Lex Naturalis Hukum alam, yaitu
itu bersumber dari Tuhan sacara Langsung penjelmaan lex Eaterna ke dalam rasio manusia.
b. Rasional Hukum yang universal dan abadi d. Lex Positivis penerapan lex naturalis dalam
itu bersumber dari rasio manusia. kehidupan manusia di Dunia.
a. Tokoh Hukum Alam Irasional b. Tokoh Hukum Alam Rasional
Thomas Aquinas (1225-1274 M) Hugo de Groot alias Grotius (1583-1645)
 Terdapat kebenaran akal disamping  Bapak Hukum Internasional karena dialah
kebenaran wahyu dan terdapat yang mempopulerkan konsep hukum dalam
pengetahuan yang tidak diketahui hubungan antar negara, seperti hukum
akal, untuk itulah diperlukan Iman. perang dan hukum damai, hukum laut.
 Terdapat dua pengetahuan :  Sumber Hukum adalah Rasio Manusia.
a. Pengetahuan Alamiah  Hukum alam adalah hukum yang muncul
sesuai kodrat manusia.
b. Pengetahuan Iman
 Hukum alam tidak mungkin dapat dirubah,
 Pembedaan ini digunakan untuk bahkan oleh Tuhan Sekalipun.
menjelaskan antara Filsafat dan
teologi.  Hukum alam ini diperoleh oleh manusia
melalui akalnya, tetapi Tuhanlah yang
 Hukum alam bagian dari hukum memberikan kekuatan mengikat.
Tuhan yang diungkapkan dalam
B. Positivisme Hukum
 Menghendaki agar setiap metodelogi dalam
menemukan kebenaran menggunakan
realitas yang eksis, terlepas dari prapersepsi
yang subjektif.
 Ajaran ini masuk ke Ilmu Hukum dengan
menghilangkan pemikiran2 meta yuridis
(moral). Muncul Positivisasi Hukum.
 Norma hukum harus eksis dalam alamnya
yang eksis sebagai norma positif.  Reine Rechtslehre
 Aliran hukum positif memisahkan antara Disebut Juga Teori Hukum Murni dari
hukum dan moral (antara das sein dan das Hans Kelsen. Hukum harus dibersihkan
sollen). dari anasir-anasir yang non yuridis,
seperti unsur sosiologis, politis, historis,
 Legisme berpendapat bahwa hukum indentik bahkan etis.
dengan UU.
Kelsen mendasarkan pada Neo
Dua Macam Positivisme Hukum Kantianisme karena menggunakan
 Analytical jurisprudence pemikiran Kant tentang pemisahan
antara isi dan bentuk. Bagi Kelsen,
Aliran hukum positif analitis oleh John hukum berhubungan dengan bentuk
Austin (1790-1859).Hukum adalah (form), bukan isi (materia). Jadi keadilan
perintah penguasa. Law is a command sebagai isi hukum berada di luar hukum.
which obliges a person or persons…
laws and others commands are said to Hukum dikeluarkan oleh Penguasa
proceed from superiors, and to bind
or oblige inferiors
C. Utilitarianisme
Utilisme adalah melatakkan kemanfaatan
sebagai tujuan utama hukum. Kemanfaatan itu
diartikan kebahagiaan (happiness).The greatest
happiness for the greatest number of people.
Aliran ini dapat dimasukkan pula dalam Positivisme c. Larangan hakim menafsirkan hukum
Hukum karena akhirnya berkesimpulan hukum karena
bertujuan menciptakan ketertiban masyarakat. UU dianggap sempurna.
Timbul sejalan dengan gerakan Nasionalisme di
Hukum merupakan perintah penguasa dan Eropa. Jika ahli hukum sebelumnya
pencerminan dari rasio semata. memfokuskan pada individu, Mazhab sejarah
Tokoh Utilitarianisme pada jiwa bangsa (volksgeist).
Tokoh Mazhab Sejarah
 JEREMY BENTHAM (1748-1832) Friederich Karl von Savigny (1770-1861)
Keseimbangan antara kepentingan - Menganalogikan timbulnya hukum dengan
individu dan masyarakat. Walaupun bahasa
demikian titik berat perhatian harus tetap - Menolak cara berfikir penganut Aliran Hukum
pada individu, dikenal dengan Alam
Utilitarianisme Individual. - Hukum timbul dari jiwa bangsa (volksgeist)
- Hukum tidak dibuat tetapi tumbuh dan
 JOHN STUART MILL (1806-1873) berkembang
bersama masyarakat.
Kebahagian yang ingin dicapai oleh
Puchta (1798-1846)
manusia bukanlah benda atau sesuatu hal
- Hukum dapat berupa Adat istiadat, UU, Ilmu
tertentu, melainkan kebahagian psikologi.
Hukum dari ahli hukum.
 RUDOLF VON JHERING (1818-1892) - Bangsa dalam arti etnis dan nasional.
- Keyakinan hukum yang hidup dalam jiwa
Mengembangkan ajaran sosial yang bangsa harus
merupakan gabungan dari teori Bentham, disahkan melalui kehendak umum masyarakat
Stuart Mill, dan Austin. Tujuan hukum oleh negara.
untuk melindungi kepentingan2.
d. Mazhab Sejarah (Historical Rechtsschule) e. Sociological Jurisprudence
Mazhab sejarah merupakan reaksi terhadap : Istilah lain : Metode fungsional dan Functional
a. Rasionalisme abat ke-18 – Anthropological.
Universalisme.
b. Revolusi Perancis – misi Lahir dari dialektika antara Positivisme Hukum
kosmopolitan. dan Mazhab Sejarah.
Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai 3. Private interest
dengan hukum yang hidup dalam masyarakat.
Perbedaan
Memisahkan The Positive Law dan The Living
Law.  Sociological Jurisprudence

Fokus pada problem kesenjangan antara Law in - Nama aliran dalam filsafat hukum
Book dan Law in Action. - Pendekatan hukum ke masyarakat
Tokoh Sociological Jurisprudence - Menitikberatkan pada hukum, dan
Eugen Ehrlich (1862-1922) memandang
 Dari Austria sebagai pelopor aliran - masyarakat dalam hubungannya
Sosiological jurisprudence khususnya di dgn hukum.
Eropa.
 Sosiologi Hukum (Sosiological of
 Melihat ada perbedaan antara The Law)
Positive Law dan The Living Law.
- Cabang dari ilmu hukum dan
 The Positive Law akan efektif jika sosiologi
selaras dengan The Living Law.
- Pendekatan dari masyarakat ke
 Sumber dan bentuk hukum yang hukum
sempurna adalah kebiasaan.
- Titik berat penyelidikannya pada
Ketertiban dalam masyarakat didasarkan masyarakat,
pada pengakuan terhadap hukum, bukan oleh
negara dan hukum sebagai manifestasi
semata.
Roscoe Pound (1870-1964)
 Law as a tool of social engineering
 Beberapa kepentingan yang harus
dilindungi hukum :
1. Public interest
2. social interest
 Realisme adalah konsepsi hukum yang terus
berubah dan alat untuk tujuan2 sosial.
 Pemisahan sementara antara hukum yang
ada dan yang seharusnya ada untuk tujuan2
studi.
 Realisme menerima definisi peraturan2
sebagai ramalan2 umum tentang apa yang
akan dilakukan oleh pengadilan.
 Evaluasi tiap bagian dari hukum dengan
mengingatkan akibatnya.

Kelompok Realisme Hukum


 REALISME AMERIKA
f. Realisme Hukum
Ada yang menyebutnya sebagai positivisme - Berasal dari parktik dan pengajaran
hukum dan Neopositivisme dan bahkan sebagai
- Dikembangkan dari ciri khas Anglo
aliran baru sebagai Pragmatic Legal Realism.
Saxon
Akar realisme hukum adalah empirisme,
khususnya pengalaman2 yang dapat ditimba - Untuk memperbaiki positivisme
dari pengadilan. analitis pada abad ke-19 dalam praktik
Hukum adalah hasil dari kekuatan2 sosial dan peradilan.
alat kontrol sosial dan terbentuk dalam
kehidupan dari berbagai aspek. - Fakus pada prilaku/putusanhakim di
Realisme berpendapat bahwa tidak ada hukum pengadilan.
yang mengatur suatu perkara sampai pada  REALISME SKANDINAVIA
putusan. Apa yang dianggap law in book baru
taksiran tentang bagaimana hakim memutuskan. - Pendekatan secara lebih abstrak,
dengan dasar pendidikan sebagai filsuf.
Karl N. Llewellyn - Kritik atas falsafiah atas dasar-sadar
Beberata Ciri Realisme metafisis dari hukum.
 “Realism is not philosophy, but a
technology…what realism was, and is, is a - Bercorak kontinental dalam
method nothing more…”. pembahasan yg kritis
PROSES HUKUM suatu proses pada hakikatnya
merupakan penerapan diskresi.
1. Proses Pembentukan Hukum  Diskresi harus menyerasikan
a. Bahan Hukum antara penerapan hukum dengan
1. Gagasan atau ide hukum dalam faktor manusiawi.
masyarakat (tahap sosio politis). a. (Diskresi = Kebijakan
2. Perumusan norma hukum (tahap mengambil keptusan sendiri
yuridis). dlm setiap situasi yg dihadapi)
b. Struktur Pembentukan Hukum
1. Pengorganisasian & mekanisme Lembaga Penegakan Hukum
kerja
2. Melalui pembagian kekuasaan a. Lembaga Penyidikan
antara b. Lembaga Penuntutan
Legislatif, Yudikatif dan eksekutif.
c. Lembaga Pengadilan
a. Civil Law System d. Lembaga Pelaksanaan (Eksekusi)
1. Kekuasaan Legislatif
2. bersumber dari konstruksi sosial Soerjono Soekanto
3. Menggunakan metode Deduktif
Faktor yang memperngaruhi Penegakan
b. Common Law System
Hukum :
1. kekuasaan yudisial - Putusan
Pengadilan  Hukumnya sendiri;
2. Melalui kasus-kasus kongkrit
3. Menggunakan metode induktif  Penegak hukum;
 Sarana dan Fasilitas;
2. Proses Penegakan Hukum
 Pelaksanaan dari hasil  Masyarakat; dan kebudayaan
pembentukan hukum.
 Soerjono Soekanto mengatakan
bahwa penegakan hukum sebagai

Anda mungkin juga menyukai