Secara bahasa, kata korupsi tidak ada dalam al-Qur’an atau bahasa Arab. Kata korupsi
berasal dari bahasa Latin “corrumpere”, “corruptio”, “corruptus”. Kata tersebut kemudian
diadopsi oleh beberapa bangsa di dunia. Dalam bahasa Inggris, kata tersebut diserap menjadi
corruption dari kata kerja corrupt yang berarti “jahat”, “rusak”, “curang”. Dalam bahasa
Perancis dikenal kata corruption yang juga berarti “rusak”.
Bentuk-bentuk Korupsi
a. Ghulul (penggelapan)
Kata ghulul secara bahasa adalah “akhdzu syai wa dassuhu fi mata’ihi” (mengambil
sesuatu dan menyembunyikannya dalam hartanya).
Larangan penggelapan ini tertera dalam Q.S. Ali Imran:161.
b. Risywah (suap)
Istilah lain yang juga merupakan salah satu bentuk korupsi adalah risywah. Istilah ini
berasal dari kata rasyā, yarsyū, risywah yang berarti “menyuap” atau “meyogok”. Orang yang
menyuap disebut al-rāsyī sedangkan orang yang mengambil atau menerima suap disebut al-
murtasyī.
c. Hadiyyah (gratifikasi)
Hadiyyah (hadiah) dalam fikih Islam juga disebut hibah, yaitu pemberian sesuatu kepada
orang lain atas dasar kerelaan dan tanpa mengharap sesuatu apapun selain ridha Allah.
Pemberian hadiah menjadi haram hukumnya jika untuk kepentingan tertentu, seperti member
hadiah kepada pejabat, atasan, atau penguasa untuk mendapatkan keuntungan. Hadiah seperti ini
disebut juga dengan gratifikasi, yaitu uang hadiah kepada pegawai atau pejabat di luar gaji yang
telah ditentukan untuk memuluskan proyek dan sebagainya. Rasulullah SAW melarang jenis
hadiah (gratifikasi) seperti ini dengan menyatakan,
“Hadiah bagi para pekerja adalah ghulul (korupsi)” (HR. Ahmad).
d. Sariqah (pencurian)
Sariqah berasal dari bahasa Arab saqara-yasriqu yang berarti “mencuri”. Termasuk dalam
kategori mencuri adalah merampok, merampas, mencopet, dan memalak.
e. Khiyanah (khianat/kecurangan)
Khiyanah (khianat) adalah perbuatan tidak jujur, melanggar janji, melanggar sumpah atau
melanggar kesepakatan.
Khianat adalah tidak menepati amanah. Allah SWT sangat membenci dan melarang
perbuatan khianat. Allah berfirman:
(Q.S. al-Anfal:27-28)
Hukum Korupsi dalam Pandang Islam
Korupsi dengan modus mencuri atau menggelapkan dan negara, maka baginya itu senilai
94 gram emas. berlaku hukum potong tangan jika barang/uang yang digelapkan sudah mencapai
satu nisab pencurian, yaitu senilai 94 gram emas.
1. Pengertian Politik Dalam Perspektif Islam
Kata “politik” berasal dari bahasa Yunani, polis yang berarti “kota”. Pada era modern,
istilah politik berarti “segala aktivitas atau sikap yang bermaksud mengatur kehidupan
masyarakat. Didalamnya, terkandung unsur kekuasaan untuk membuat aturan hukum dan
menegakkannya dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan”. (Salim 1994: 291)
Politik sebagai kata benda mencakup 3 pemahaman yaitu: pengetahuan mengenai
kenegaraan, segala urusan dan tindakan mengenai pemerintahan, dan kebijakan atau cara
bertindak dalam menangani suatu masalah.
2. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Presiden dilantik oleh MPR, DPR, dan DPD.
Alghazali (1988;147) al-Iqtishaq’ fil ‘Itiqad menyatakan “dengan demikian tidak bisa
dipungkiri kewajiban mengangkat seorang pemimpin (Presiden) karena mempunyai manfaat dan
menjauhkan mudharat di dunia ini”
Empat pilar kebangsaan yang terdiri atas pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka
Tunggal Ika. Ahlusunnah Wal Jama’ah adalah sebuah system pemerintahan yang demokratis,
maslahah, ‘rahmatal lil alamin” (Azza;2011)
Prinsip-prinsip dasar dalam politik Islam meliputi (1) prinsip amanah, (2) prinsip
keadilan, (3) prinsip ketaatan,dan (4) prinsip musyawarah (Salim, 1994)
3. Institusi Khilafah Dalam Tradisi Politik Islam
Khilafah dalam bahasa Arab berarti penggantian.Kata ini mengingatkan orang pada kata
khalifah (pengganti, pengatur, wakil) yang ada dalam Q.S. al-Baqarah:30
Asas-Asas Dalam Politik Islam
a. Hakimiyyah Ilahiyyah
Hakimiyyah atau memberikan kuasa pengadilan dan kedaulatan hukum
tertinggi dalam sistem politik Islam hanyalah hak mutlak Allah.
1. Prinsip Politik dalam Islam
a. Musyawarah
b. Keadilan
c. Kebebasan
d. Persamaan
e. Hak Mengawasi Pihak Pemerintah
2. Jihad (Perang
Pengertian Sistem Ekonomi Islam
Dalam buku Teori dan Praktik Ekonomi Islam, M.A. Manan (1993:19) menyatakan
bahwa ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah ekonomi
rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai islam.
Pendekatan Islam dan ekonomi, antara lain:
a. Konsumsi manusia dibatasi sampai pada tingkat yang perlu dan bermanfaat bagi
kehidupan manusia
b. Alat pemuas dan kebutuhan manusia harus seimbang
c. Dalam pengaturan distribusi dan sirkulasi barang dan jasa, nilai-nilai moral harus
ditegakkan
d. Pemerataan pendapatan harus dilakukan dengan mengingat bahwa sumber kekayaan
seseorang yang diperoleh berasal dari usaha yang halal
e. Zakat sebagai sarana distribusi pendapatan dan peningkatan taraf hidup golongan
miskin merupakan alat yang ampuh (Ali, 1986: 5).
Nilai Dasar dan Instrumental Ekonomi Islam
a. Kepemilikan
Kepemilikan oleh manusia bukanlah penguasaaan mutlak terhadap sumber-sumber
ekonomi, sebab sesungguhnya segala sesuatu yang ada di dunia adalah milik Allah.
b. Keseimbangan
Keseimbangan merupakan nilai dasar yang mempengaruhi berbagai aspek tingkah
laku ekonomi seorang muslim, dalam surat (Q.S. Al-Furqan: 67).
Keseimbangan yang dimaksud adalah keseimbangan antara kepentingan dunia dan akhirat,
keseimbangan antara kepentingan individu dengan kepentingan umum, dan keseimbangan
antara hak dan kewajiban.
c. Keadilan
Keadilan harus diterapkan di semua bidang ekonomi dalam proses produksi,
konsumsi maupun distribusi. Selain itu, keadilan juga harus menjadi alat pengatur efisiensi
dan pemberantasan pemborosan, dalam surat (Q.S. Al-Isra’: 16).
Keadilan juga berarti kebijaksanaan dalam mengalokasikan sejumlah kecil kegiatan
ekonomi tertentu bagi orang yang tidak mampu memasuki pasar, yaitu melalui zakat, infak, dan
sedekah kepada orang miskin, yang tidak ditentukan jenis, jumlah maupun waktunya.
Ketiga nilai dasar ekonomi Islam itu, menurut Saefuddin (dalam Ali, 1988:17), merupakan
pangkal nilai-nilai instrumental dari sistem ekonomi islam yang berjumlah lima, yaitu zakat,
larangan riba, kerjasama, jaminan sosial, dan peranan Negara. Kelima nilai instrumental strategis
ini mempengaruhi tingkah-laku ekonomi seorang Muslim, masyarakat, dan pembangunan
ekonomi pada umumnya (Ali, 1998:9).
Perbedaan Sistem Ekonomi Islam dngan Sistem Ekonomi Kapitalis dan Sistem Ekonomi
Sosialis
Daud Ali, semua sistem ekonomi, termasuk sistem ekonomi Islam, memiliki tujuan yang sama,
yaitu mengupayakan pemuasan atas berbagai keperluan hidup masyarakat secara keseluruhan.