A. Anti Korupsi
Perilaku korupsi merupakan suatu sikap dan perilaku yang
dilakukan oleh individu baik secara sadar maupun tidak sadar yang
merugikan orang lain dan negara. Korupsi merupakan perbuatan
melawan aturan umum dalam masyarakat, yang diperlakukan sebagai
kejahatan luar biasa. Perilaku korupsi tidak lepas dari birokrasi,
kekuasaan, dan pemerintahan. Secara linguistik, kata korupsi berasal
dari bahasa Latin yaitu Corruptio atau Corruptus, dimana kata ini
mempunyai arti jahat, busuk, merusak, ketidak jujuran, pemutarbalikan,
penyuapan dan tidak bermoral (Badjuri, 2011). Istilah korupsi dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti penyalahgunaan uang
negara (perusahaan dan sebagainya) untuk kepentingan pribadi atau
orang lain. Di beberapa negara, korupsi disebut yum Cha (China),
bakhes (India), legay (Filipina), dan gin moung (Thailand). Menurut
Konvensi PBB menentang Korupsi (UNCAC), yang merupakan
konvensi PBB melawan korupsi. Kejahatan korupsi meliputi penyuapan,
penggelapan dana publik, penyalahgunaan kekuasaan, korupsi,
pencucian uang dan penyembunyian uang dan pendapatan ilegal.
pengayaan diri (Badjuri, 2011). Menurut Political Economic and Risk
Advisory, korupsi adalah tindakan menerima, menawarkan atau
menawarkan gratifikasi untuk membujuk seseorang melakukan korupsi
(Singapore Government Agency, 2020). Pengertian korupsi yang
digunakan Oxford Unlimited Dictionary adalah penyimpangan
penyuapan atau penyuapan atau penyuapan dalam pelaksanaan tugas
publik (Asian Development Bank, 2010). Menurut Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001, pengertian korupsi dari segi hukum adalah
perbuatan melawan hukum yang memperkaya diri sendiri atau orang
lain dalam usaha yang dapat merugikan perekonomian nasional atau
perekonomian nasional. Korupsi juga dapat diartikan sebagai setiap
tindakan siapa pun yang tujuannya, baik langsung maupun tidak
langsung, untuk menghambat, merintangi, atau merintangi suatu
penyidikan. Penuntutan dan penyidikan di pengadilan (Komisi
Pemberantasan Korupsi, 1999).
Korupsi merupakan kejahatan yang sulit diberantas selama masih
ada manusia. Korupsi merupakan masalah besar sekaligus tantangan
bagi masyarakat internasional. Pengertian korupsi mencakup domain
politik, hukum, ekonomi, sosial dan kebijakan lainnya. Dari segi hukum,
korupsi merupakan suatu kejahatan, oleh karena itu perlu dilakukan
penindakan terhadap pelaku korupsi (pelaku korupsi) dengan
memperkuat hukum dan undang-undang. Dari sudut pandang politik,
korupsi di masyarakat juga dipandang sebagai penyalahgunaan
kekuasaan dalam urusan birokrasi, dari sudut pandang sosial korupsi
dipandang sebagai masalah sosial atau penyakit sosial yang terjadi pada
masyarakat. Dari sudut pandang agama, korupsi dipandang sebagai
akibat lemahnya nilai-nilai individu, antara lain nilai agama, nilai etika,
nilai karakter, dan nilai moral, sehingga menimbulkan tindakan yang
tidak sesuai dengan norma agama, dan mengorbankan kepentingan
hidup orang lain.
a. Menyuap Pejabat
• Setiap orang yang memberi atau menjanjikan sesuatu pegawai
negeri atau pegawai negeri yang tujuannya melakukan atau
mengabaikan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan
dengan tugasnya.
• Pemberian kepada pejabat publik atau pegawai negeri karena
alasan atau sehubungan dengan suatu tugas, baik yang
dilakukan dalam jabatannya maupun tidak.
b. Pemberian Hadiah Kepada Pejabat Karena Jabatannya
Barang siapa memberikan hadiah atau janji kepada pejabat publik
karena jabatan atau jabatannya, atau kuasa atau wewenang yang
diberikan oleh orang yang memberi hadiah/janji itu, dianggap
menduduki jabatan itu.
f. Menyuap Pengacara
Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang
ditunjuk oleh hukum sebagai pengacara. Ikut serta dalam sidang
pengadilan dengan tujuan mempengaruhi pendapat yang
diberikan sehubungan dengan suatu perkara di hadapan
pengadilan.
1
Hengki Mangiring Parulian Simarmata, Sahri, Subagio Syafrizal, Bona Purba, Pratiwi Bernadetta
Purba Sardjana Orba Manullang, Bonaraja Purba, Nurhilmiyah, Pengantar Pendidikan Anti Korupsi
(Yayasan Kita menulis, 2020), Hlm.1-6.
d. Pengawasan Mitra TNI/Polri memungkinkan terjadinya
penipuan
Setiap orang yang bertugas mengendalikan penyerahan barang
yang diperlukan oleh Tentara Republik Indonesia dan/atau
Kepolisian Negara Republik Indonesia bersalah melakukan
penipuan.
Kejaksaan Agung
Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang
menjalankan kekuasaan negara di bidang penuntutan, dan
Kejaksaan Republik Indonesia dipimpin oleh Menteri Kehakiman.
yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Kantor pusat
Kejaksaan Agung adalah ibu kota Negara Republik Indonesia, dan
menurut peraturan perundang-undangan daerah, wilayah
hukumnya meliputi wilayah Negara Indonesia.4
Mahkamah Agung
Mahkamah Agung adalah otoritas hukum tertinggi suatu negara
atau sistem hukum tertentu. Istilah ini sering digunakan dalam
sistem hukum yang mengadopsi model pengadilan hierarkis di
mana terdapat beberapa pengadilan dengan yurisdiksi berbeda
pada tingkat berbeda.
Komisi Yudisial
Indonesia mempunyai sistem hukum (KY). Badan pemerintah ini
bertugas melakukan pengawasan dan pemberian nasihat kepada
presiden mengenai pengangkatan, pemberhentian, dan kenaikan
pangkat hakim di seluruh Indonesia.
Ombudsman RI
Ombudsman Indonesia merupakan lembaga pemerintah yang
diberi wewenang untuk memantau penyelenggaraan pelayanan
publik. Pelayanan publik tersebut dibiayai oleh APBN atau APBD.
Biasanya diselenggarakan oleh negara, badan usaha milik negara,
badan usaha daerah, dan negara. Akuisisi badan hukum, dan juga
orang pribadi atau perorangan, yang tugasnya menyediakan
pelayanan publik tertentu.
2. Good Governance
Konsep good governance sering dikaitkan dengan Asas-Asas
Umum Penyelenggaran Pemerintah yang Baik (AAUPB). Tata kelola
pemerintahan yang baik sebagai standar pemerintahan merupakan
tujuan penyelenggaraan pemerintahan yang baik, dan AAUPB
sebagai standar wajib merupakan pedoman menuju pemerintahan
yang baik. Sinergi good governance dan AAUPB mewujudkan
pemerintahan yang bersih dan berwibawa. S.F. Marbun (2014:85)
mengutip pendapat Robert Hass dan menyebutkan 5 indikator yang
dapat disebut good governance, yaitu:
1. Menerapkan hak asasi manusia.
2. Masyarakat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan politik;
3. Hukum harus ditegakkan untuk melindungi kepentingan
masyarakat.
4. Pengembangan ekonomi pasar berbasis tanggung jawab sosial;
Dan
5. Orientasi politik pemerintah terhadap pembangunan.
7
s.f. marbun, Asas-asas umum pemerintahan yang layak (yogyakarta: FH UII, 2014), hm.13-14.
d. Sumber daya manusia yang berkualitas untuk wali tugas
pengurus. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan
salah satu faktor terpenting dalam penerapan tata kelola
pemerintahan yang baik.
b. Aspek organisasi
yaitu kurang adanya keteladanan dari pimpinan, kultur organisasi
yang tidak benar, sistem akuntabilitas yang tidak memadai,
kelemahan sistem pengendalian manajemen, manajemen
cenderung menutupi perbuatan korupsi yang terjadi dalam
organisasi.
c. Aspek masyarakat
yakni terkait dengan lingkungan sosial dimana individu dan
organisasi berada, seperti nilai-nilai yang berlaku yang mendorong
terjadinya korupsi, ketidaktahuan bahwa terjadinya tindak pidana
korupsi mempunyai dampak yang paling besar terhadap
masyarakat dan pelaku korupsi, serta pencegahan dan
pemberantasan korupsi. korupsi. korupsi hanya bisa berhasil jika
masyarakat mengambil peran aktif. Selain itu, juga terdapat
kesalah pahaman dalam budaya Indonesia.
8
Tim Kajian SPKN Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, “Penganggulangan Korupsi pada
Pengelolaan Pelayanan Masyarakat,” 2002, hlm.16-17.
tanggung jawab yang jelas dalam pengawasan dan akuntabilitas,
maka potensi korupsi semakin meningkat, birokrasi yang panjang
dan rumit, standar pelayanan (SOP) yang tidak jelas, dan tidak
adanya sistem pengaduan masyarakat (Robert Kligoar, 2005: 3).
9
nur basuki minarno, Penyalahgunaan wewenang dalam Pengelolaan Keuangan Daerah yang
Berimplikasi Tindak Pidana Korupsi (surabaya: laksbang mediatama, 2011), hlm.18.
pejabat publik yang awalnya dianggap korup. Korupsi terjadi di hampir
semua negara, meskipun intensitasnya berbeda-beda, sehingga ada yang
berpendapat bahwa pemerintahan akan jatuh jika korupsi tidak
diberantas.
Korupsi tidak hanya terjadi di negara-negara demokratis, tetapi
korupsi juga terjadi di negara-negara dengan pemerintahan militer. Pada
setiap tahap perkembangan sistem perekonomian, mulai dari negara-
negara kapitalis terbuka seperti Amerika Serikat hingga negara-negara
dengan perekonomian terpusat seperti bekas Uni Soviet, bahkan di
Indonesia, korupsi kini telah menjadi gurita pemerintahan. contoh
betapa korupnya pemerintahan di Indonesia. Fenomena ini
menyebabkan kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan dan
kesehatan, serta buruknya pelayanan publik. Dan karena korupsi,
masyarakatlah yang selalu menderita, terutama masyarakat kecil yang
berada di bawah garis kemiskinan. Sudah bisa kita baca dan lihat di
berita-berita media cetak dan elektronik dari berbagai bidang bahwa
banjir, tanah longsor, rusaknya infrastruktur, gangguan lalu lintas,
kesulitan distribusi barang, buruknya kesehatan masyarakat dan semua
itu adalah akibat dari korupsi yang tidak dapat dielakkan. melakukan
ingin masyarakat kecil dan tidak bersalah merasakan dampaknya.
10
jimly Asshiddiqie, Majalah Hukum dan HAM (tanggerang, 2006), hlm.21-22.
masyarakat pada umumnya. Misalnya saja: gizi, pendidikan, kesehatan,
perumahan dan lapangan kerja yang memungkinkan setiap masyarakat
di wilayah ini setidaknya memiliki kehidupan yang layak, baik di
tingkat pusat maupun daerah. Tanggung jawab atas pelaksanaan hak-
hak tersebut tentu saja diikuti dengan mekanisme tanggung jawab
negara atas pelaksanaan dan perlindungan hak-hak yang termasuk
dalam hak ekonomi, sosial, dan budaya.
Pemenuhan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya harus menjadi
tanggung jawab negara. Namun ketika uang yang seharusnya
digunakan untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa dikorupsi, maka
akan menimbulkan banyak penderitaan bagi masyarakat kecil. Jadi kita
lihat dampaknya banyak sekali kejahatan seperti pencurian, penculikan,
pencurian bahkan pembunuhan, semua itu merupakan awal dari
kebutuhan hidup. Selain itu, terjadi kemiskinan, kekurangan pangan,
anak-anak putus sekolah, berkurangnya kesempatan kerja, dan lain-lain.
Penyebabnya, dana APBN dan APBD digelapkan oleh
pelaksana/instansi yang bekerja sama dengan kontraktor.
Kegagalan untuk menaati hak-hak ekonomi, sosial dan budaya
menyebabkan pelanggaran terhadap isi Konvensi Hak Ekonomi, Sosial
dan Budaya serta Hak Asasi Manusia. Umumnya pelanggaran kontrak
ini menurut Allan McChesnay[16]
b. Nilai Kepedulian
Kita mahasiswa sebagai jembatan komunikasi dengan masyarakat
dan pemerintah. Mahasiswa harus memiliki rasa peduli pada negeri
ini. Sebagai calon pemimpin masa depan, mahasiswa perlu memiliki
nilai kepedulian untuk memperhatikan lingkungan kampus dan
lingkungan sekitarnya.
c. Nilai Kedisiplinan
Kedisiplinan sebagai sikap yang harus dimiliki setiap manusia, agar
dapat menumbuhkan ketaatan, tanggung jawab dan konsisten
terhadap peraturan yang sudah diperlakukan oleh instansi perguruan
tinggi.
d. Tanggung Jawab
Tanggung jawab merupakan karakter yang dimiliki seseorang atau
kewajiban untuk menangung dan memikul tanggung jawab. Jika kita
tidak memiliki rasa tanggung jawab maka akan lalai untuk
mengerjakan tugas dan tanggun jawabnya. Tetapi ketika kita
memiliki rasa tanggung jawab akan lebih cenderung untuk
menyelesaikan tugas secara maksimal.
e. Kesederhanaan
Kesederhanaan sebagai perilaku dan gaya hidup sebagai landasan
kita untuk hidup sederhana. Kita diberikan asumsi untuk dapat
meminimalisir tidak royal serta bertindak sesuai dengan kuadrat
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
f. Kemandirian
Pembentukan kemandirian perlu dimiliki sebagai landasan dalam
memperkokoh tanggung jawab dan usahanya mengemban
keinginannya sendiri tanpa bantuan orang lain.
g. Kerja Keras
Pada dasarnya kerja keras dimiliki dengan timbulnya keinginan,
Usaha untuk mendapatkan sesuatu diperlukan kerja keras dan
kemauan yang matang dengan diikutserta ketekadan, ketekunan,
pendirian, pengendalian diri, keberanian, ketabahan, dan kekuatan.
h. Keadilan
Keadilan dijadikan tolak ukur untuk memutuskan suatu tindakan
yang bijaksana, kata adil dijadikan putusan yang sama rata, tidak
berat sebelah, dan tidak berpihak terhadap siapa pun.
i. Keberanian
Keberanian harus ditanamkan pada jiwa mahasiswa, untuk menjadi
seseorang yang tanggung dalam menjalankan roda kehidupan.
Sebagai mahasiswa harus memiliki tekad dalam menanamkan
komitmen, agar tujuan yang diinginkan tercapai.11
11
n kristono, penanaman Karakter Anti Korupsi Melalui Mata Kuliah Pendidikan Anti Korupsi Bagi
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial (semarang: universitas negeri semarang, 2018), hlm.23-25.
G. Peran Masyarakat Dalam Mencega Korupsi
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 71
Tahun 2000 peran serta masyarakat dalam memberikan informasi, saran
dan pendapat dapat dilakukan oleh setiap orang, organisasi masyarakat
atau lembaga swadaya masyarakat. Peran serta masyarakat seara
indifidual (orang pribadi) ini merupakan hak dari setiap orang yang
ingin memberikan informasi terhadap adanya dugaan telah terjadi
tindak pidana korupsi, misalnya dengan memberikan informasi
mengenai telah terjadinya korupsi dengan memanfaatkan media massa
atau kotaksurat pembaca yang ada dikoran-koran atau langsung kepada
pihak kepolisian.
Peran serta asyarakat dalam pemberantasan tindak pidana korupsi
secara implisit diatur dalam Pasal 41 Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001, dimana setiap orang dapa berperan dan membatu dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi
Pasal 41 yakni :
Pasal 42 yakni :
12
farahwati, “Peran Aktif Masyarakat Dalam Upaya Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Yang
Merupakan Kejahatan Luar Biasa,” jurnal legalitas, 6 (2021): hlm.21-22.
Undang- undang No. 31 Tahun 1999 Undang-Undang No. 20 Tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pada pasal 41 ayat
2 disebutkan bahwa peran serta masyarakat dalam pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi dapat diwujudkan dalam bentuk:
Nama Kelompok:
1. Desta Hendrawan
2. Dina Aprilia
3. Rizka Nahdirotul Hikmah
4. Rahma Arum Saharani
5. Rohman
6. Rendy Putra Kusuma
DAFTAR PUSTAKA
Immanuel Patiro, Yopie Morya. Diskresi Pejabat Publik dan Tindak Pidana
Korupsi. bandun: CV. Keni Media., 2011.