1. Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari Bahasa latin yaitu Corruptus dan Corruption, artinya buruk, bejad,
menyimpang dari kesucian, perkataan menghina, atau memfitnah.
Dalam Black Law Dictionary di modul Tindak Pidana Korupsi KPK, Korupsi adalah suatu
perbuatan yang dilakukan dengan sebuah maksud untuk mendapatkan beberapa keuntungan
yang bertentangan dengan tugas resmi dan kebenaran-kebenaran lainnya "sesuatu perbuatan
dari suatu yang resmi atau kepercayaan seseorang yang mana dengan melanggar hukum dan
penuh kesalahan memakai sejumlah keuntungan untuk dirinya sendiri atau orang lain yang
bertentangan dengan tugas dan kebenarankebenaran lainnya.
Tindak pidana korupsi adalah suatu tindakan penyalahgunaan kewenangan dengan maksud
untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi yang dapat merugikan
keuangan dan perekonomian negara ataupun sektor swasta secara melawan hukum.
Jenis Delik
Pasal 2 UU 31/1999 jo. Putusan MK No. Pasal 3 UU 31/1999 jo. Putusan MK No.
25/PUU-XIV/2016 25/PUU-XIV/2016
Setiap orang; Setiap orang;
Memperkaya diri sendiri, orang lain atau Dengan tujuan menguntungkan diri
suatu korporasi; sendiri atau orang lain atau suatu
Dengan cara melawan hukum; korporasi;
Merugikan keuangan negara atau Menyalahgunakan kewenangan,
perekonomian negara. kesempatan atau sarana;
Yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan;
Merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara
2. Suap-menyuap
Suap-menyuap adalah tindakan yang dilakukan pengguna jasa secara aktif memberi atau
menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud agar
urusannya lebih cepat, walau melanggar prosedur. Suap-menyuap terjadi terjadi jika terjadi
transaksi atau kesepakatan antara kedua belah pihak.
Suap menyuap dapat terjadi kepada PNS, hakim maupun advokat, dan dapat dilakukan antar
pegawai ataupun pegawai dengan pihak luar. Suap antar pegawai dilakukan guna
memudahkan kenaikan pangkat atau jabatan. Sementara suap dengan pihak luar dilakukan
ketika pihak swasta memberikan suap kepada pegawai pemerintah agar dimenangkan dalam
proses tender.
Korupsi yang terkait dengan suap menyuap diatur di dalam beberapa pasal UU 31/1999 dan
perubahannya, yaitu:
a. Pasal 5 UU 20/2021;
b. Pasal 6 UU 20/2021;
c. Pasal 11 UU 20/2021;
d. Pasal 12 huruf a, b, c, dan d UU 20/2021;
e. Pasal 13 UU 31/1999.
Contohnya Pasal 5 ayat (1) huruf a dan b UU 20/2001 dan Pasal 13 UU 31/1999 yang
unsur-unsur pasalnya adalah sebagai berikut.
Pasal 5 ayat (1) huruf a UU Pasal 5 ayat (1) huruf b UU Pasal 13 UU 31/1999
20/2001 20/2001
Setiap orang; Setiap orang; Setiap orang;
Memberi sesuatu atau Memberi sesuatu; Memberi hadiah atau
menjanjikan sesuatu; Kepada pegawai negeri janji;
Kepada pegawai negeri atau atau penyelenggara Kepada pegawai negeri;
penyelenggara negara; negara; Dengan mengingat
Dengan maksud supaya Karena atau kekuasaan atau
berbuat atau berhubungan dengan wewenang yang
tidak berbuat sesuatu dala sesuatu yang melekat pada jabatan
m jabatannya sehingga bertentangan dengan atau kedudukannya atau
bertentangan dengan kewajiban, dilakukan oleh pemberi
kewajibannya. atau tidak dilakukan hadiah/janji dianggap,
dalam jabatannya melekat pada jabatan
atau kedudukan
tersebut.
3. Penggelapan dalam Jabatan
Penggelapan dalam jabatan adalah tindakan dengan sengaja menggelapkan uang atau surat
berharga, melakukan pemalsuan buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk
pemeriksaan administrasi, merobek dan menghancurkan barang bukti suap untuk melindungi
pemberi suap, dan lain-lain.
Adapun, ketentuan terkait penggelapan dalam jabatan diatur di dalam Pasal 8 UU
20/2001, Pasal 9 UU 20/2001 serta Pasal 10 huruf a, b dan c UU 20/2001.
Contoh penggelapan dalam jabatan yang diatur dalam Pasal 8 UU 20/2001 memiliki unsur-
unsur sebagai berikut.[9]
a. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan dalam menjalankan
suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu;
b. Dengan sengaja;
c. Menggelapkan atau membiarkan orang lain mengambil atau membiarkan orang lain
menggelapkan atau membantu dalam melakukan perbuatan itu;
d. Uang atau surat berharga;
e. Yang disimpan karena jabatannya.
Menurut R. Soesilo, penggelapan memiliki kemiripan dengan arti pencurian. Bedanya dalam
pencurian, barang yang dimiliki belum ada di tangan pencuri. Sedangkan dalam penggelapan,
barang sudah berada di tangan pencuri waktu dimilikinya barang tersebut.
4. Pemerasan
Pemerasan adalah perbuatan dimana petugas layanan yang secara aktif menawarkan jasa atau
meminta imbalan kepada pengguna jasa untuk mempercepat layanannya, walau melanggar
prosedur. Pemerasan memiliki unsur janji atau bertujuan menginginkan sesuatu dari
pemberian tersebut.
Pemerasan diatur dalam Pasal 12 huruf (e), (g), dan (h) UU 20/2001 memiliki unsur-unsur
sebagai berikut.
a.
i. Konversi atau transfer properti, mengetahui bahwa
properti tersebut adalah hasil kejahatan, untuk tujuan
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul
properti yang tidak sah atau untuk membantu setiap
orang yang terlibat dalam melakukan tindak pidana
asal untuk menghindari konsekuensi hukum dari
tindakannya;
ii. Penyembunyian atau penyamaran tentang sifat,
sumber, tempat, letak, perpindahan atau pemilikan
yang sebenarnya dari atau hak-hak yang berkenaan
dengan harta benda, padahal diketahui bahwa harta
itu hasil kejahatan;
b. Tunduk pada konsep dasar sistem hukumnya:
i. Perolehan, pemilikan atau penggunaan harta,
mengetahui, pada waktu penerimaan, bahwa harta itu
adalah hasil kejahatan;
ii. Turut serta dalam, bersekutu dengan atau bermufakat
untuk melakukan, mencoba melakukan dan
membantu, bersekongkol, memfasilitasi dan
menasihati pelaksanaan salah satu tindak pidana
yang ditetapkan sesuai dengan pasal ini.
2. Untuk tujuan melaksanakan atau menerapkan ayat 1 pasal ini:
a. Setiap Negara Pihak harus berusaha untuk menerapkan ayat 1
pasal ini pada tindak pidana asal yang seluas-luasnya;
b. (Setiap Negara Pihak wajib memasukkan sebagai tindak pidana
asal sekurang-kurangnya serangkaian tindak pidana komprehensif
yang ditetapkan sesuai dengan Konvensi ini;
c. Untuk tujuan sub-ayat (b) di atas, tindak pidana asal mencakup
tindak pidana yang dilakukan baik di dalam maupun di luar
yurisdiksi Negara Pihak yang bersangkutan. Namun, tindak pidana
yang dilakukan di luar yurisdiksi suatu Negara Pihak akan menjadi
tindak pidana asal hanya jika perbuatan yang bersangkutan
merupakan tindak pidana menurut hukum domestik Negara tempat
perbuatan itu dilakukan dan akan menjadi tindak pidana menurut
hukum domestik Negara Pihak yang menerapkannya. atau
menerapkan pasal ini seandainya itu dilakukan di sana;
d. Setiap Negara Pihak harus memberikan salinan undang-
undangnya yang memberlakukan pasal ini dan setiap perubahan
selanjutnya atas undang-undang tersebut atau uraiannya kepada
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa;
e. Jika disyaratkan oleh prinsip-prinsip dasar hukum nasional suatu
Negara Pihak, dapat ditetapkan bahwa kejahatan yang diatur
dalam ayat 1 pasal ini tidak berlaku bagi orang-orang yang
melakukan tindak pidana asal.