Hukum pidana khusus merupakan ketentuan hukum pidana diluar KUHP. Hukum pidana khusus dikonsepkan sebagai keseluruhan kaidah atau norma hukum yang mengkaji dan menganalisis tentang pelaku, jenis pidana, dan sanksi pidana yang tersebar diluar peraturan perundang-undangan, baik yang disebutkan Namanya secara khusus maupun tidak namun tercantum sanksi pidananya. Hukum pidana yang berlaku bagi perbuatan tertentu atau golongan tertentu yang pengaturannya diletakan di luar KUHP Adapun terdapat 3 unsur hukum pidana khusus : 1. Adanya kaidah atau norma hukum 2. Focus kajian pada pelaku yang khusus, jenis pidana dan sanksi pidananya Yang dimaksud pelaku yg khusus adalah pelaku yg terdapat dalam suatu Tindakan khusus contoh pkdrt yang mana pelakunya dari salah satu pihak keluarga yang terdapat dalam satu rumah. 3. Tersebar diluar KUHP 2) Jelaskan hubungan hukum pidana dan hukum pidana khusus Hukum pidana merupakan hukum yang bersifat umum, sedangkan hukum pidana khusus merupakan ketentuan yang bersifat khusus. Sehingga berlaku asas lex specialis derogat lex generale (undang-undang yang khusus mengesampingkan undang-undang yang bersifat umum) 3) Sebut dan uraikan pasal dalam KUHP yang menjelaskan pertalian antara KUHP dengan UU di luar KUHP Pasal 103 KUHP dianggap sebagai penghubung antara KUHP dan UU diluar KUHP. Karena Pasal tersebut menyatakan UU pidana khusus dapat mengabaikan ketentuan umum dalam KUHP. Pasal tersebut menyatakan UU pidana khusus dapat mengabaikan ketentuan umum dalam KUHP. Pengabaian itu terjadi karena adanya irisan dari ruang lingkup yang sama antara KUHP dan ketentuan khusus yang berada diluar KUHP. Konsep dalam pasal 103 KUHP mengungkapkan lex specialist derogate lex generali. UU diluar KUHP harus memiliki ruang lingkup ketentuan yang lebih khusus dari KUHP. Ketentuan dalam Bab I s/d Bab VIII buku ini juga berlaku bagi perbuatan-perbuatan yang oleh ketentuan perundang-undangan Lainnya diancam dengan pidana, kecuali ditentukan lain Fungsi Pasal 103 KUHP - Sebagai dasar hukum berkembangnya UU di luar KUHP (Dimungkinkannya muncul ketentuan lain di luar KUHP) - Sebagai pasal jembatan/penghubung ketentuan bab I s/d Bab VIII Buku I KUHP dg ketentuan pidana di Luar KUHP - Boleh disimpanginya KUHP 4) Terkait dengan UU no 35 Tahun 2009, jelaskan perbedaan narkotika golongan 1,2dan 3 Perbedaan Narkotika sesuai dengan UU No. 35 Tahun 2009: Narkotika Golongan I Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Narkotika Golongan II Adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan dan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Narkotika Golongan III Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. 5) Tindak pidana korupsi dikategorikan dalam beberapa jenis, sebut dan jelaskan Uu no 31 tahun 1999 jo uu no 20 tahun 2001. Yang mana berdasarkan uu tersebut korupsi dibagi menjadi 7 jenis yakni: Suap menyuap dalam pasal 5-13 (5 pasal) Dimana dalam pasal 5 menjelaskan tentang pidana yang dijatuhkan untuk pelaku yang memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri sipil, sedangkan dalam pasal 6 penjatuhan hukuman untuk pelaku yang memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim. Contoh perbuatan suap dalam UU Tipikor dan perubahannya di antaranya diatur dalam Pasal 5 UU 20/2001. Penyuapan adlh tindakan memberikan uang, barang atau bentuk lain dari pembalasan dari pemberi suap kpd penerima suap yg dilakukan untuk mengubah sikap penerima atas kepentingan/minat si pemberi, walaupun sikap tsb berlawanan dg penerima. Penggelapan dalam jabatan pasal 8 9 10abc Penggelapan adlh dg sengaja atau melawan hukum memiliki barang sesuatu yg seluruhnya atau sebagian adah kepunyaan orang lain, tetapi yg ada dlm kekuasaannya bukan krn jabatan. Menurut R. Soesilo dalam bukunya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal (hal. 258), penggelapan adalah kejahatan yang hampir sama dengan pencurian. Bedanya ialah pada pencurian, barang yang dimiliki itu belum berada di tangan pencuri dan masih harus ‘diambilnya’.Sedangkan pada penggelapan, waktu dimilikinya barang itu sudah ada di tangan si pembuat, tidak dengan jalan kejahatan. Perbuatan curang pasal 7 ayat 1 huruf abcd pasal 7 ayat 2 pasal 12 b (6 pasal) Perbuatan curang yg dimaksud dlm jenis korupsi ini biasanya dilakukan oleh pemborong, pengawas proyek, rekanan TNI/Polri, pengawas rekanan TNI/Polri, yg melakukan kecurangan dlm pengadaan atau pemberian barang yg mengakibatkan kerugian bagi orang lain atau thdp keuangan neg atau yg dpt membahayakan . Perbuatan curang dalam UU Tipikor dan perubahannya di antaranya berbentuk: - Pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau keselamatan negara dalam keadaan perang. - Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan bangunan, - sengaja membiarkan perbuatan curang di atas. Benturan Kepentingan dalam Pengadaan Gratifikasi pasal 12b Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan: - Yang nilainya Rp10 juta atau lebih, pembuktiannya bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi. - Yang nilainya kurang dari Rp10 juta, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dibuktikan oleh penuntut umum. Benturan kepentingan dalam pengadaan pasal 12i Benturan kepentingan dlm pengadaan barang/jasa pemerintah adlh situasi di mana seorang pegawai negeri atau penyelenggara negara, baik langsung maupun tdk langsung, dg sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yg pd saat dilakukan perbuatan, utk seluruh atau sebagian ditugaskan utk mengurus atau mengawasinya . situasi di mana seorang pegawai negeri atau penyelenggara negara, baik langsung maupun tidak langsung, dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya. Pemerasan 12e,g f Pemerasan yaitu usaha pemaksaan dg kekerasan atau ancaman kekerasan, shg orang itu menyerahkan sesuatu atau mengadakan utang atau menghapus piutang. Adapun pada delik penipuan, korban tergerak untuk menyerahkan sesuatu dan seterusnya, rayuan memakai nama palsu, martabat palsu, tipu muslihat, rangkaian kata-kata bohong. Pemerasan dalam UU Tipikor berbentuk tindakan: pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri. Kerugian uang negara pasal 2 dan 3 yang mana keseluruhan menjadi 30 pasal. merugikan negara dalam arti langsung maupun tidak langsung. Artinya, suatu tindakan otomatis dapat dianggap merugikan keuangan negara apabila tindakan tersebut berpotensi menimbulkan kerugian negara. 6) Terkait dengan tipikor dan 3 faktor penegak hukum (komponen) struktur, substansi, budaya Budaya hukum dimaknai sebagai suasana pikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari, atau disalahgunakan. Menurut Friedman budaya hukum sebagai sikap-sikap dan nilai-nilai yang ada hubungan dengan hukum dan sistem hukum, Adapun sikap-sikap dan nilai-nilai yang memberikan pengaruh baik positif maupun negatif kepada tingkah laku yang berkaitan dengan hukum. Kesenangan atau ketidak senangan untuk berperkara adalah bagian dari budaya hukum. Oleh karena itu, apa yang disebut dengan budaya hukum itu tidak lain dari keseluruhan faktor yang menentukan bagaimana sistem hukum memperoleh tempatnya yang logis dalam kerangka budaya milik masyarakat umum. Maka dapat disimpulkan bahwa yang disebut budaya hukum adalah keseluruhan sikap dari warga masyarakat dan sistem nilai yang ada dalam masyarakat yang akan menentukan bagaimana seharusnya hukum itu berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. 7) Sebut dan jelaskan tahap pencucian uang (proses) Placement, langkah pertama, dana yang diperoleh kejahatan diubah ke dalam bentuk yang tidak menimbulkan kecurigaan, melalui penempatan dengan sistem keuangan dengan berbagai cara (tahap penempatan/placement); Layering, langkah kedua adalah melakukan transaksi keuangan yang kompleks, berlapis dan anonim dengan tujuan memisahkan hasil tindak pidana dari sumbernya ke berbagai rekening sehingga sulit untuk dilacak asal usul dana tersebut, dengan kata lain menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan hasil kejahatan tersebut (tahap pelapisan/layering); Integration, langkah ketiga (final) tahap di mana pelaku memasukkan kembali dana yang sudah kabur asal usulnya ke dalam harta kekayaan yang telah tampak sah baik untuk dinikmati langsung, diinvestasikan ke dalam berbagai bentuk kekayaan material maupun keuangan, dipergunakan untuk membiayai kegaiatan bisnis yang sah ataupun untuk membiayai kejahatan (tahap integrasi) Tindak pidana pencucian uang dikelompokkan kedalam kelompok penempatan, transfer, dan menggunakan harta kekayaan. 8) Sebutkan 5 tindak pidana asal dalam tindak pidana pencucian uang - Korupsi - Narkotika - Terorisme - Perbankan - Pasar modal - Penipuan - Perdagangan orang - Perjudian - Prostitusi - Pencurian 9) Jelaskan pengertian KDRT dan siapa saja yang termasuk dalam lingkup rumah tangga Pengertian KDRT Menurut pasal 1 uu no 23 th 2004 tentang PKDRT. Kdrt adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. - Adapun kekerasan fisik diatur dalam pasal 44 dengan jenisnya yakni kekerasan fisik yang menimbulkan rasa sakit, menyebabkan korban jatuh sakit atau luka berat, kematian, dan kekerasan suami terhadap istri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan. Yang mana akibatnya bisa cedera berat, tidak mampu menjalankan tugas sehari-hari, pingsan, kehilangan panca indeta, cacat dll - Kekerasan seksual setiap perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar dan atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain dengan tujuan komersil atau tujuan tertentu yang mana hal ini diatur dalam pasal 46 dan 47. - Kekerasan psikis diatur dalam pasal 45, yang mana kekerasan psikis sulit untuk diliat bahkan korban cenderung tidak menyadarinya. Secara umum dapat disebut kekerasan psikis apabila : 1. Ada pernyataan yang dilakukan dengan umpatan, amarah, penghinaan, merendahkan 2. Tindakan tersebut menekan, mencemooh, membatasi atau mengontrol korban agar memenuhi tuntutan pelaku 3. Tindakan tersebut menimbulkan ketakutan, hilangnya percaya diri, kemampuan untuk bertindak dan rasa tidak berdaya Hal ini dapat dibuktikan melalui visum et psikiatrum, hal ini mengenai kondisi psikologis seseorang dan kemungkinan sebab-sebabnya. Ruang lingkup rumah tangga - Sumi, istri dan anak - Orang” yang mempunyai hubungan keluarga dengan suami, istri dan anak karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, perwalian, yang menetap dalam rumah tangga - Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut. 10) Di dalam PKDRT terdapat delik aduan dan delik biasa. Sebutkan delik dalam PKDRT yang termasuk delik aduan dan sebutkan. Tindak pidana kekerasan fisik sebagaimana diatur dalam pasal 44 ayat 4 merupakan delik aduan Tindak pidana kekerasan psikis sebagaimana diatur dalam pasal 45 juga merupakan delik aduan Tindak pidana kekerasan seksual yang dilakukan suami atau istri dan sebaliknya dalam pasal 46 juga merupakan delik aduan