Anda di halaman 1dari 22

DELIK-DELIK KHUSUS DIDALAM DAN DILUAR

KUHP

BAB I PENDAHULUAN

A. Perbedaan Hukum Pidana Umum dan Hukum Pidana Khusus


serta Tindak Pidana Umum dan Tindak Pidana Khusus

Menurut Wirjono Projodikoro, tindak pidana adalah pelanggaran norma-


norma dalam tindak hukum lain, yaitu hukum perdata, hukum
ketatanegaraan, dan hukum tata usaha pemerintah, yang oleh
pembentuk undang-undang ditanggapi dengan suatu hukum
pidana.1terdapat kesamaan dari setiap tindak pidana, yakni Tindak
Pidana memiliki sifat melanggar hukum.Menurut Pompe, Hukum pidana
khusus mempunyai tujuan dan fungsi tersendiri undang-undang pidana
yang dikualifikasikan sebagai hukum tindak pidana khusus ada yang
berhubungan dengan ketentuan hukum administrasi negara terutama
mengenai penyalahgunaan kewenangan. Tindak pidana yang menyangkut
penyalahgunaan kewenangan ini terdapat dalam perumusan tindak
pidana korupsi.2

Hukum Pidana umum : Hukum Pidana yang mengatur perbuatan


tertentu dan yang berlaku secara umum yakni KUHP.

Hukum Pidana Khusus : Hukum Pidana yang mengatur perbuatan


tertentu dan hanya berlaku secara khusus terhadap orang tertentu saja
seperti KUHP Militer, Fiskal, Bersenjata. Atau Dikhususkan terhadap
orang yang memiliki keahlian khusus. Hukum pidana khusus dapat
dilihat dilihat dari substandi dan berlaku kepada siapa

1
Wirjono Prodjodikuro, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia, (Bandung: Pt. Eresco, 1989) hlm. 1
2
Nandang Alamsah Deliarnoor & Sigid Suseno, Pengertian Dan Ruang Lingkup Tindak Pidana Khusus,
(Tangerang : Universitas Terbuka, 2015) hlm.19
Tindak Pidana umum : Tindak pidana yang mengandung sifat umum.
Sumber utamanya adalah KUHP (tidak menghalangi yang diluar KUHP /
delik yang masih berhubungan dengan KUHP tetap disebut TPU).
Contoh : Percobaan adalah Tindak Pidana Umum, maka Percobaan
Korupsi adalah TPU

Tindak pidana khusus : Tindak pidana yang mengandung sifat melawan


hukum secara khusus. Sumber utamanya adalah UU diluar KUHP (tidak
menghalangi yang di dalam KUHP juga disebut TPK). Contoh :
Pembunuhan adalah TPU. Akan tetapi, pembunuhan janin adalah TPK
karena mengandung sifat melawan hukum secara khusus.

B. Ruang Lingkup Tindak Pidana Khusus

Ruang lingkup TPK tidak bersifat tetap, akan tetapi dapat berbah
tergantung penyimpangan atau menetapkan sendiri ketentuan khusus
dari UU Pidana yang mengatur substansi tertentu.

Jenis Tindak Pidana dalam KUHP :

1) Mengenai Kekayaan Orang / Harta Kekayaan,


2) Mengenai Nyawa dan Tubuh Orang,
3) Mengenai kehormatan / kesusilaan,
4) Mengenai kesopanan,
5) Mengenai membahayakan keadaan,
6) Mengenai pemalsuan,
7) Mengenai Kedudukan Negara,
8) Mengenai Tindakan-Tindakan Alat Negara.

Tindak Pidana di luar KUHP :

1) Tindak Pidana Psikotropika (Undang – Undang No. 5 tahun 1997


tentang Psikotropika),
2) Tindak Pidana Korupsi (Undang-Undang No 20 tahun 2002 tentang
Tindak Pidana Korupsi),
3) Tindak Pidana Pencucian Uang (Undang – Undang No. 8 tahun
2010),
4) Tindak Pidana Terorisme,
5) Tindak Pidana Ekonomi (Undang – Undang No. 7 (Darurat) tahun
1955 tentang Pengusutan, Penuntutan, dan Peradilan Tindak Pidana
Ekonomi),
6) Tindak Pidana Informasi dan Transaksi Elektronik (Undang –
Undang No. 11 tahun 2004 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik),
7) Tindak Pidana Perpajakan,
8) Tindak Pidana Kepabeanan dan Cukai,
9) Tindak Pidana Anak

C. Dasar Hukum Tindak Pidana Khusus

1. UU Darurat No. 7 Tahun 1955

2. UU Pornografi

3. UU Tipikor

4. Dll

D.Kekhususan TPK

TPK mempunyai ketentuan khusus dan penyimpangan terhadap Hukum


Pidana Umum baik dibidang pidana materiil ataupun pidana formil.
Adapun pengertian dari keduanya, yaitu :

 Khusus : berlaku pada perbuatan tertentu dan atau untuk


golongan/orang tertentu.
 Menyimpang : penyimpangan dari hukum pidana umum.
 Ketentuan khusus : tidak ada di hukum pidana umum.
1. Pidana Materil
Contoh Kekhususan dalam hal ini antara lain adalah:
a) Hukum pidana bersifat elastis (Khusus)
b) Percobaan dan pembantuan tindak pidana diancam dengan hukuman
(menyimpang)
c) Pengaturan tersendiri tindak pidana kejahatan dan pelanggaran
(Khusus)
d) Perluasan berlakunya asas territorial (ektrateritorial)
(menyimpang/ketentuan khusus).
e) Hukum berhubungan/ditentukan berdasarkan kerugian keuangan dan
perekonomian negara (ketentuan khusus).
f) Pegawai Negeri merupakan sub. Hukum tersendiri (ketentuan khusus).
g) Mempunyai sifat terbuka, maksudnya adanya ketentuan untuk
memasukkan tindak pidana yang berada dalam UU lain asalkan UU
lain menentukan menjadi tindak pidana (ketentuan khusus).
h) Pidana denda + 1/3 terhadap korporasi (menyimpang).
i) Perampasan barang bergerak, tidak bergerak (ketentuan khusus). j.
Adanya pengaturan tindak pidana selain yang diatur dalam UU itu
(ketentuan khusus).
j) Tindak Pidana bersifat transnasional (ketentuan khusus).
k) Adanya ketentuan yurisdiksi dari negara lain terhadap tindak pidana
yang terjadi (ketentuan khusus).
l) Tidak dipidananya dapat bersifat politik
m) Dapat pula berlaku asas retroactive

2. Pidana Formil
Contoh Kekhususan dalam hal ini antara lain adalah:
a) Penyidikan dapat dilakukan oleh Jaksa, Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
b) Perkara pidana khusus harus didahulukan dari perkara pidana lain.
c) Adanya gugatan perdata terhadap tersangka/terdakwa Tindak Pidana
Korupsi.
d) Penuntutan kembali terhadap pidana bebas atas dasar kerugian
negara.
e) Perkara pidana khusus diadili di Pengadilan Khusus (HPE).
f) Dianutnya peradilan in absentia.
g) Diakuinya terobosan terhadap rahasia bank.
h) Dianut pembuktian terbalik.
i) Larangan menyebutkan identitas pelapor.
j) Perlunya pegawai penghubung.

BAB II KEJAHATAN TERHADAP HARTA KEKAYAAN

1. PEMERASAN

Pemerasan berasal dari terminologiafpersing. Adapun pengaturannya


diatur dalam Pasal 368 KUHP yang bunyinya:

“Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau


orang lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu,
yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang
lain, atau supaya membuat hutang maupun menghapuskan piutang,
diancam karena pemerasan dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan.”

Sebagaimana disebutkan ketentuan pasal diatas, maka unsur yang


dibedakan menjadi 2, yaitu :

a) Unsur Subjektif :
 Dilakukan dengan maksud
Adapun yang diartikan “dilakukan dengan maksud”, dalam hal ini adalah
maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, ialah si
petindak sebelum melakukan perbuatan memaksa dalam dirinya telah
ada suatu kesadaran atau suatu kehendak yang telah direncanakan
olehnya untuk melakukan perbuatan tersebut.
 Untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
Adapun yang dimaksud dengan “menguntungkan diri sendiri atau orang
lain” adalah menambah baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain
dari kekayaan semula. Menambah kekayaan disini tidak perlu 43 benar-
benar telah terjadi, tetapi cukup apabila dapat dibuktikan, bahwa
maksud pelaku adalah menguntungkan diri sendiri atau orang lain.
Adapun yang menjadi syarat bagi telah terjadinya atau selesainya
pemerasan bukan pada terwujudnya penambahan kekayaan itu,
melainkan pada apakah dari perbuatan memaksa itu telah terjadi
penyerahan barang oleh seseorang ataukah belum. Menguntungkan diri
adalah maksud dari petindak saja, dan tidak harus telah terwujud,
maksud mana sudah ada dalam dirinya sebelum melakukan perbuatan
memaksa.
 Secara melawan hukum.
Melawan hukum artinya melakukan suatu perbuatan yang bukan
merupakan haknya, atau bertentangan dengan hukum.

b) Unsur Objektif :
 Memaksa

Istilah “memaksa” dimaksudkan melakukan tekanan pada orang,


sehingga orang itu melakukan sesuatu yang berlawanan dengan
kehendaknya sendiri. Atau dapat pula diartikan sebagai perbuatan (aktif
dan dalam hal ini menggunakan cara kekerasan atau ancaman
kekerasan) yang sifatnya menekan (kehendak atau kemauan) pada
orang, agar orang itu melakukan sesuatu yang bertentangan dengan
kehendak orang itu sediri. Perbuatan memaksa ditujukan pada orang,
baik pemilik benda maupun bukan, juga tidak harus orang yang
menyerahkan benda, yang memberikan hutang maupun yang
menghapuskan hutang. Orang yang menerima paksaan, tidak harus
sama dengan orang yang menyerahkan benda, yang memeberikan
hutang maupun yang menghapuskan piutang.

 Dilakukan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan

Kekerasan atau ancaman kekerasan adalah melakukan tekanan kepada


orang lain baik secara verbal atau secara fisik, sehingga orang itu
melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kehendaknya sendiri.
Kekerasan berarti melawan hak, maka sama halnya dengan melawan
hukum.

 Untuk memberikan atau menyerahkan sesuatu barang (yang


seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain)

Berkaitan dengan unsur ini, penyerahan suatu barang dianggap telah


ada apabila barang yang diminta oleh pemeras tersebut telah dilepaskan
dari kekuasaan orang yang diancam tanpa melihat apakah barang
tersebut sudah benar-benar dikuasai oleh orang yang mengancam atau
belum. Pemerasan dianggap telah terjadi, apabila orang yang diperas itu
telah menyerahkan barang/benda yang dimaksud kepada si pemeras
sebagai akibat pemerasan terhadap dirinya. Penyerahan barang tersebut
tidak harus dilakukan sendiri oleh orang yang diperas kepada pemeras,
penyerahan barang tersebut dapat saja terjadi dan dilakukan oleh orang
lain selain dari orang yang diperas.

 Supaya memberi hutang

Berkaitan dengan pengertian “memberi hutang” dalam rumusan pasal


ini perlu kiranya mendapatkan pemahaman yang benar. Memberi
hutang disini mempunyai pengertian bahwa si pemeras memaksa orang
yang diperas untuk membuat suatu perikatan atau suatu perjanjian,
yang menyebabkan orang yang diperas harus membayar sejumlah uang
tertentu. Jadi, yang dimaksud memberi hutang dalam hal ini bukanlah
berarti dimaksudkan untuk mendapatkan uang (pinjaman) dari orang
yang diperas, tetapi untuk membuat suatu perikatan yang berakibat
timbulnya kewajiban bagi orang yang diperas untuk membayar
sejumlah uang kepada pemeras atau orang lain yang dikehendaki.

 Untuk menghapus hutang

Dilakukan dengan menghapusnya piutang yang dimaksudkan adalah


menghapus atau meniadakan perikatan yang sudah ada dari orang yang
diperas kepada pemeras atau orang tertentu yang dikehendaki oleh
pemeras, dengan kata lain menghapuskan piutang tidak semata-mata
berarti meniadakan pembayaran dari yang berhutang sejumlah uang
dari pinjam meminjam uang kepada yang berpiutang, melainkan
mempunyai arti yang lebih luas, yakni menghapuskan perikatan hukum
yang sudah ada yang berakibat (dianggap) hapusnya kewajiban hukum
untuk menyerahkan sejumlah uang kepada pihak korban.

 Jenis Sanksi Tindak Pidana Pemerasan

Tindak pidana ini terjadi apabila telah ada penyerahan suatu barang
dari korban terhadap pelaku. Penyerahan suatu barang merupakan
unsur dari kejahatan ini, yang baru terjadi apabila orang terhadap siapa
kekerasan dilakukan telah kehilangan atas penguasaannya atas barang
itu. Sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,
Pasal 368 ayat (1), bahwa ancaman hukuman tindak pidana pemerasan
adalah pidana penjara paling lama 9 tahun. Tindak pidana pemerasan
juga dapat diperberat hukumannya sebagaimana telah diatur dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Pasal 368 ayat (2) yang
menyatakan bahwa ketentuan pasal 365 ayat kedua, ketiga, dan
keempat berlaku bagi kejahatan ini. Berdasarkan ketentuan Pasal 365
ayat (2) KUHP, tindak pidana pemerasan diperberat ancaman pidananya
apabila:

a) Jika perbuatan itu dilakukan pada waktu malam hari dalam sebuah
rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya atau apabila
pengancaman dilakukan dijalan umum atau diatas kereta api atau truk
yang sedang berjalan, maka diancam dengan pidana penjara paling lama
dua belas tahun.

b) Jika perbuatan itu dilakukan oleh dua orang atau lebih secara
bersama-sama, maka diancam dengan pidana penjara paling lama dua
belas tahun.

c) Jika masuknya ke tempat melakukan kejahatan dilakukan dengan


cara, merusak atau memanjat, memakai anak kunci palsu, perintah
palsu atau jabatan palsu, maka diancam dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun.

d) Jika perbuatan itu mengakibatkan terjadinya luka berat, maka


diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

e) Jika perbuatan itu mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang, maka


diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

f) Jika perbuatan tersebut telah menimbulkan luka berat atau hilangnya


nyawa seseorang serta dilakukan oleh dua orang atau lebih secara
bersama-sama dengan disertai hal-hal yang memberatkan sebagaimana
yang diatur dalam 45 Pasal 365 ayat (2) butir 1 dan 3 KUHP, maka
diancam dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup atau pidana
pejara selama waktu tertentu paling lama 20 tahun penjara.

 Contoh Kasus :

Sesuai putusan direktori 1112/Pid.B/2017/PN Kis, bahwa terdakwa


bernama Tanjo Siregar melakukan tindakan pemerasan yakni meminta
uang tebusan kepada saksi (korban) sebesar 30 jt rupiah dengan alasan
saksi dituduh sebagai bandar sabu dan telah menjadi target. Tidak
hanya pemerasan atau tekanan secara verbal namun juga mengancam
fisik dimana menodong dengan pistol ke bagian paha dan perut dari
korban.

2. PENGANCAMAN
Berasal dari terminologi afdreiging/chantagel/black mail.
Pengaturannya terdapat dalam pasal 369 KUHP, yang isinya :

“Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau


orang lain secara melawan hukum, dengan ancaman pencemaran baik
dengan lisan maupun tulisan, atau dengan ancaman akan membuka
rahasia, memaksa seorang supaya memberikan barang sesuatu yang
seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang itu atau orang lain, atau
supaya membuat hutang atau menghapuskan piutang, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun.”

Unsur Subjektif :

 Dengan Maksud untuk Menguntungkan Diri Sendiri atau Orang Lain


dengan Secara Melawan Hukum.

Perbuatan memaksa ini hampir sama dengan perbuatan memaksa pada


pemerasan yaitu, seseorang memperoleh suatu barang dan barang itu
didapat karna suatu perbuatan memaksa dengan ancaman
dibandingkan dengan memperoleh suatu barang dengan kekerasan.
Perbedaanya cara memperoleh barang terletak pada “alat yang dipakai
memaksa”. Jika pada pengancaman digunakan dengan ancaman
menista, menista dengan surat dan membuka rahasia, sedangkan dalam
Pasal 368 menggunakan kekerasan atau ancama kekerasan.3

Unsur Objektif :

 Memaksa Orang dengan Ancaman

Hal itu dilakukan dengan cara menista dengan surat atau membuka
rahasia. Agar orang itu dapat memberikan kepadanya suatu barang
miliknya atau milik orang lain, menghapuskan utang serta membuat
utang.4

3
Nuraedah, Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Pengancaman,( Fakultas Syariah Dan Hukum :
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar,2018) hlm.28
4
Ibid
Pembuktian agar pelaku dapat dinyatakan terbukti memenuhi unsur
kesengajaan terhadap delik pengancaman, maka harus dibuktikan : 5

 Telah mempunyai kehendak / maksud untuk melakukan perbuatan


pengancaman
 Memang mengetahui bahwa ancamannya itu telah ditujukan pada
orang lain
 Memang mengetahui bahwa ancaman itu merupakan ancaman (1).
akan menista dengan tulisan atau akan mengumumkan suatu
rahasia,
 Telah mempunyai kehendak / maksud untuk melakukan perbuatan
memaksa orang lain
 Memang mengetahui bahwa pemaksaan yang ia lakukan itu
bertujuan untuk memaksa orang lain
 Menyerahkan sesuatu benda yang sebagian atau seluruhnya
merupakan benda kepunyaan orang tersebut atau kepunyaan pihak
ketiga dan mengadakan perikatan utang atau meniadakan suatu
piutang
 Telah mempunyai kehendak / maksud untuk menguntungkan dir
sendiri atau orang lain secara melawan hukum

Contoh Kasus :

Sesuai dengan putusan direktori nomor 74/Pid.B/2011/PN.Mdl,


Terdakwa DANI HARIADI telah terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana ”melakukan pengancaman terhadap
petugas yang sedang menjalankan tugas karena terdakwa
mengacungkan parang kepada pihak polisi dan 2 orang lainnya di
kantor polisi terhadap motor yang ia curi.

3. PENGGELAPAN

Pasal dari pasal ini tertera dalam pasal 372 KUHP yang berisi :

5
P.A.F. Lumintang, Delik-Delik Khusus, Kejahatan-Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan (Bandung : Sinar
Baru,1989) hlm.84-85
“ Barang siapa dengan sengaja melawan hukum memiliki barang
sesuatu atau seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain,
tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam
karena penggelapan, dengan pidana paling lama empat tahun atau
pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.”

Unsur Subjektif :

 Unsur Kesengajaan

Unsur ini adalah merupakan unsur kesalahan dalam penggelapan.


Sebagaimana dalam doktrin, kesalahan (schuld) terdiri dari 2 bentuk,
yakni kesengajaan (opzettelijk atau dolus) dan kelalaian (culpos). UU
sendiri tidak memberikan keterangan mengenai arti dari kesengajaan.
Bila dihubungkan dengan kesengajaan yang terdapatdalam suatu
rumusan tindak pidana seperti pada penggelapan, maka kesengajaan
dikatakan ada apabila adanya suatu kehendak atau adanya suatu
pengetahuan atas suatu perbuatan atau hal-hal/unsur-unsur tertentu
serta menghendaki dan atau mengetahui atau menyadari akan akibat
yang timbul dari perbuatan. Bahwa setiap unsur kesengajaan dalam
rumusan suatu tindak pidana selalu ditujukan pada semua unsur yang
ada di belakang perkataan sengaja selalu diliputi oleh unsur kesengajaan
itu.

 Unsur melawan hukum

a. Tentang perbuatan materiilnya

Penggelapan adalah mengenai perbuatan memiliki, sedangkan pada


pencurian adalah perbuatan mengambil. Pada penggelapan unsur
memiliki adalah unsur tingkah laku, berupa unsur objektif. Untuk
selesainya penggelapan disyaratkan pada selesai atau terwujudnya
perbuatan memiliki.

b. Tentang beradanya benda objek kejahatan ditangan pelaku


Tindak pidana Penggelapan dimana keberadaan objek benda tersebut
berada dalam kekuasaannya karena perbuatan-perbuatan yang sesuai
dengan hukum.

Unsur Objektif :

 Mengaku Sebagai Milik Sendiri

Menurut pendapat dari Adami Chazawi menerangkan bahwa perbuatan


memiliki adalah berupa perbuatan menguasai suatu benda seolah-olah ia
pemilik benda itu. Dengan pengertian ini dapat diterangkan demikian,
bahwa pelaku dengan melakukan perbuatan memiliki atas suatu benda
yang berada dalam kekuasaannya, adalah ia melakukan suatu perbuatan
sebagaimana pemilik melakukan perbuatan terhadap benda itu. Oleh
karena sebagai unsur tindak pidana “penggelapan” unsur ini mempunyai
kedudukan yang berbeda dengan unsur yang sama dalam tindak pidana
“pencurian” sekalipun dengan pengertian yang sama. 6 Dengan demikian
dapat disimpulkan, bahwa dalam tindak pidana penggelapan
dipersyaratkan, bahwa perbuatan “menguasai” itu harus sudah
terlaksana atau selesai. Misalnya, barang tersebut telah dijual, dipakai
sendiri, ditukar, dan sebagainya.

 Sesuatu Barang

Perbuatan menguasai suatu barang yang berada dalam kekuasaannya


sebagaimana yang telah diterangkan diatas, tidak mungkin dapat
dilakukan pada barang-barang yang sifat kebendaannya tidak berwujud.
Karena objek penggelapan hanya dapat ditafsirkan sebagai barang yang
sifat kebendaannya berwujud, dan atau bergerak.

 Seluruhnya atau sebagian milik orang lain

Unsur ini mengandung pengertian bahwa benda yang diambil haruslah


barang atau benda yang dimiliki baik seluruhnya ataupun sebagian milik
orang lain. Jadi harus ada pemiliknya sebagaimana dijelaskan diatas,
6
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Harta Benda. (Jakarta : Bayu Media,2006) hlm.72
barang atau benda yang tidak bertuan atau tidak ada pemiliknya tidak
apat menjadi objek penggelapan. Dengan demikian dalam tindak pidana
penggelapan, tidak dipersyaratkan barang yang dicuri itu milik orang lain
secara keseluruhan. Penggelapan tetap ada meskipun itu hanya sebagian
yang dimiliki oleh orang lain.

 Berada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan

Tujuan perbuatan penggelapan sendiri bukan niat mengambil seperti


mencuri namun tujuan pelaku sehingga perbuatan menguasai dalam
penggelapan harus ada pada pelaku.

 Jenis Tindak Pidana Penggelapan


a) Penggelapan Biasa = Tindakan sesuai dengan unsur baik subjektif
maupun objektif dan sesuai penjelasan harafiah dari penggelapan
sendiri dari pasal 372 KUHP.
b) Penggelapan Ringan (geepriviligeerde verduistering ) = Terdapat
dalam pasal 373 KUHP dengan terminology ternak dimana jika
dikonversikan harganya tidak melebihi dari Rp.2500,- yang artinya
bahwa nilai kerugian tidak terlalu tinggi.
c) Penggelapan Dengan Pemberatan (geequalificeerde verduistering) =
Dimana perbuatannya tersebut dimana mereka melakukan tindak
kejahatan dengan otoritas jabatan/kewenangan yang mereka miliki.
Hal tersebut terdapat dalam pasal 374 dan 375 KUHP.
d) Penggelapan Dalam Keluarga = Jenis tindak pidana penggelapan ini
diatur dalam ketentuan Pasal 376 KUHPidana. yang secara tegas
dinyatakan : “Ketentuan dalam pasal ini”. Pada intinya adalah
memberlakukan ketentuan Pasal 367 KUHPidana (tentang pencurian
dalam keluarga) ke dalam tindak pidana penggelapan, yaitu tindak
pidana penggelapan yang pelakunya atau pembantu tindak pidana
tersebut masih dalam lingkungan keluarga.

Contoh Kasus :
Dari putusan direktori Mahkamah Agung Nomor 183/Pid.B/2019/PN
Smg, bahwa para terdakwa yaitu DEASY FAIZATI, ERLIE
SUSILOWATI,SUWARDI ARYANTO,ARBAINI YUSUF melakukan
penggelapan dengan meyakinkan korban bernama DEWI GUNAWAN
dimana dengan cara meyakinkan dan membujuk korban dengan
menyetorkan sejumlah dana untuk dana talangan take over kredit dari
bank lain ke bank Panin Dubai Syariah dengan dijanjikan adanya
pengembalian dalam waktu seminggu ditambah sukses fee juga.
Namun setelah korban melakukan hal tersebbut tidak ada
pengembalian dana dari para terdakwa.

4. PENCURIAN

Sesuai dengan ketentuan pasal ini yakni dalam pasal 362 KUHP yakni :

“Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau


sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara
melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara
paling lama lima Tahun atau pidana denda paling banyak sembilan
ratus rupiah.”

Pasal ini merupakan bentuk pokok dari pada tindak pidana pencurian,
yang untuk dapat memasukan atau mengatakan perbuatan seseorang
kedalam rumusan Pasal ini, harus melihat unsur-unsur yang
terkandung didalam rumusan Pasal itu sendiri. Adapun unsur-unsur
nya adalah sebagai berikut :7

 Unsur Objektif :

Terlihat dari kalimat mengambil, barang, yang seluruhnya atau


sebagian kepunyaan orang lain.

 Unsur Subjektif :

7
Anwar. H.A.K. Moch, Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP-Buku II) (Bandung : Alumni, 1982) hlm. 72
Terlihat dari kalimat dengan maksud, untuk memiliki, secara melawan
hukum.

 Jenis Tindak Pidana Pencurian


a) Pencurian Biasa = Sesuai dengan apa yang dinyatakan dalam unsur
subjektif dan unsur objektif.
b) Pencurian Gequalificeerde Diefstal = Menurut P.A.F. Lamintang,
bahwa tindak pidana pencurian dengan pemberatan (gequalificeerde
deifstal) adalah pencurian yang mempunyai unsur-unsur dari
perbuatan pencurian di dalam bentuknya yang pokok, yang karena
ditambah dengan lain-lain unsur, sehingga ancaman hukumannya
menjadi diperberat. M. Sudradjat Bassar mengatakan, bahwa
pencurian yang diatur dalam Pasal 363 KUHP termasuk “pencurian
istimewa” maksudnya suatu pencurian dengan cara tertentu atau
dalam keadaan tertentu, sehingga bersifat lebih berat.8 Tindak
pidana pencurian ini juga dibagi ke beberapa macam perbuatan,
yakni :
 Pencurian ternak dalam ayat (1) ke 1 dengan ancaman pidana
maksimal 7 tahun

Hal ini terbentuk karena KUHP di negara Belanda, ternak ini dianggap
oleh bangsa Belanda memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan dapat
membantu pekerjaan manusia, sehingga dianggap sebagai hal yang
memberatkan sanksi pidananya.9

 Dalam ayat (1) ke 2 : “ Pencurian pada waktu ada kebakaran,


letusan, banjir, gempa bumi atau gempa laut, gunung meletus,
kapal karam, kapal terdampat, kecelakaan kereta api, huru-
hara, pemberontakan atau bahaya perang.”

Terdapat keadaan yang memberatkan lainnya, yaitu berbagai keadaan


atau kejadian yang membuat setiap orang yang tertimpa peristiwa

8
P.A.F. Lumintang & Theo Lumintang, Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan (Jakarta :
Sinar Grafika, 2009) hlm.56
9
Sianturi. SR, Tindak Pidana Di KUHP Berikut Uraiannya (Jakarta : AHMPTHM, 1983) hlm.601
sebagaimana rumusan kalimat dalam pasal, maka orang-orang
tersebut tidak akan pernah memikirkan tentang harta bendanya,
karena lebih mengutamakan keselamatan jiwa dan keluarganya.

 Dalam ayat (1) ke 3 : “ Pencurian diwaktu malam dalam


sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya,
yang dilakukan oleh orang yang adanya disitu tidak diketahui
atau tidak dikehendaki oleh orang yang berhak.”

Pengertian malam hari itu adalah waktu diantara matahari terbenam


dan matahari terbit sebagaimana dirumuskan oleh Pasal 98 KUHP.
Sedangkan pengertian rumah adalah suatu bangunan sebagai tempat
tinggal tetap atau sementara bagi manusia dan pekarangan tertutup
adalah sebidang tanah yang memiliki batas-batas / tanda-tanda
tertentu untuk membedakan dengan sebidang tanah lainnya yang ada
disekelilingnya. Dimana batas-batas / tanda-tanda itu tidak perlu
harus dibuat permanen, yang penting ada suatu tanda-tanda tertentu
yang dapat menunjukan batas luas dan lebar sebidang tanah tersebut.

 Dalam ayat (1) ke 4 : “ Pencurian yang dilakukan oleh dua


orang atau lebih dengan berseku disebutkan bahwa perbuatan
itu dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu.”

Keadaan yang demikian ini tidak dipersyaratkan harus telah ada


pembicaraan terlebih dahulu sebagai suatu rencana diantara mereka
sebelum perbuatan itu dilakukan. Yang terpenting disini adalah pada
saat perbuatan itu dilakukan terdapat saling pengertian secara
phsikis / kejiwaan dan secara pisik / jasmani diantara mereka,
meskipun pengertian itu tidak secara detail atau terperinci, dianggap
telah terjadi suatu kerjasama.

 Sedangkan didalam ayat (1) ke 5 : “Pencurian yang untuk


masuk ketempat melakukan kejahatan atau sampai pada
barang yang diambilnya, dilakukan dengan merusak,
memotong atau memanjat atau dengan memakai anak kunci
palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.”

Hal ini juga merupakan suatu keadaan memberatkan, dimana hal ini
mengenai cara-cara perbuatan / tindak pidana itu dilakukan yang
dapat menimbulkan suatu akibat lain. Dimana perbuatan yang
dilakukan dapat berupa pembongkaran, pengerusakan, memanjat
( Pasal 99 KUHP ), menggunakan kunci palsu ( Pasal 100 KUHP ) dan
perintah palsu serta pakaian palsu. Ancaman sanksi pidana dapat
diperberat lagi, apabila perbuatan/tindak pidana itu sebagaimana
diterangkan dalam ke 3, yang disertai dengan salah satu hal tersebut
pada ke 4 dan ke 5, dimana ancaman sanksi pidananya menjadi 9
(sembilan) tahun (Pasal 363 ayat (2) KUHP).

c) Pencurian Ringan/Geprivilegeerd

Perbuatan ini adalah merupakan pencurian ringan, oleh karena objek


atau nilai benda / barang yang dicuri tidak lebih dari Rp.25,- (Dua
Puluh Lima Rupiah), demikian juga terhadap ancaman pidana penjara
hanya 3 (tiga) bulan dan pidana denda hanya Rp. 250,- (Dua Ratus
Lima Puluh Rupiah).

d) Pencurian Dengan Kekerasan

Pasal 365 ayat (1) KUHP ini, yang dinyatakan dapat dipidana adalah
suatu kejahatan yang berdiri sendiri, yaitu pencurian yang dilakukan
dalam suatu keadaan yang memberatkan, oleh karena pelaksanaan
perbuatan / tindakan itu telah dilakukan dengan kekerasan /
ancaman kekerasan terhadap orang. Didahului dengan kekerasan /
ancaman kekerasan berarti sebelum perbuatan pencurian itu
dilakukan, dengan maksud adalah untuk mempersiapkan segala
sesuatu tentang / mengenai perbuatan-perbuatan yang akan
dilaksanakan / dilakukan.
Disertai dengan kekerasan / ancaman kekerasan berarti
penggunaan perbuatan ini dilakukan, dengan maksud dan tujuan
untuk mempermudah dilaksanakannya perbuatan pencurian itu,
misalnya dengan mengikat mulut dan tangan pemilik rumah /
penghuni rumah / orang lain yang ada dalam rumuh itu, dimana
perbuatan itu dilakukan. Sedangkan diikuti dengan kekerasan /
ancaman kekerasan berarti perbuatan itu dilakukan segera setelah
perbuatan pencurian selesai dilakukan, dengan maksud dan tujuan
untuk memberi kesempatan bagi diri sendiri untuk melarikan diri, atau
peserta lainnya juga untuk melarikan diri atau menjamin barang-
barang yang telah dicuri itu tetap berada dalam penguasaan si pelaku
atau bila tertangkap tangan.

 Contoh Kasus :

Dari putusan direktori nomor 166/Pid.B/2010/PN.Pwk dimana


terdakwa yakni UJANG SOLEH dan 2 temannya yang belum tertangkap
melakukan pencurian dengan kekerasan dengan cara berpura-pura
sebagai Anggota Polisi bagian Narkoba dan mencuri 1 handphone dan 1
dompet menggunakan mobil Avanza dan dilakukan dengan cara
kekerasan dimana menodong korban dengan pistol. Sehingga pelaku
tersebut dihukum 2 tahun dengan melanggar pasal 365 ayat 3 karena
melakukan pencurian disertai kekerasan.

5. PENADAHAN

Pasal ketentuan mengenai penadahan terdapat dalam pasal 480 ayat 1


KUHP, yaitu :

“Barangsiapa membeli, menyewa, menukar, menerima gadai, menerima


hadiah atau untuk menarik keuntungan, menjual, menyewakan,
menukarkan, menggadaikan, mengangkut, menyimpan atau
menyembunyikan sesuatu benda yang diketahui atau sepatutnya harus
diduga bahwa diperoleh dari kejahatan.”
Unsur Subjektif :

(a) yang ia ketahui (waarvan hij weet)

(b) yang secara patut harus dapat ia duga (waarvan hij redelijkerwijs
moet vermoeden).

Unsur Objekif :

Membeli (kopen), menyewa (huren), menukar (inruilen), menggadai (in


pand nemen), menerima sebagai hadiah/sebagai pemberian (als
geschenk aannemen), didorong oleh maksud untuk memperoleh
keuntungan (uit winstbejag), menjual (verkopen), menyewakan
(verhuren), menggadaikan (in pand geven), mengangkut (vervoeren),
menyimpan (bevaren), menyembunyikan (verbergen)

Oleh karena itu, aparat penegak hukum bila memeriksa atau mengadili
masalah penadahan untuk membuktikan bahwa tersangka / terdakwa
memiliki unsur “ yang ia ketahui “ adalah :10

1) Bahwa terdakwa mengetahui yakni bahwa benda itu telah diperoleh


karena kejahatan

2) Bahwa terddakwa menghendaki atau mempunyai maksud untuk


melakukan perbuatan yang didakwakan oleh Penuntut Umum, seperti
membeli, menyewa, menukar, menggadai atau menerima sebagai
hadiah atau pemberian

3) Bahwa terdakwa menghendaki atau mempunyai maksud untuk


melakukan perbuatan yang didakwakan oleh Penuntut Umum, seperti
menjual, menyewakan, menukarkan, menggadaikan, mengangkut,
menyimpan / menyembunyikan karena didorong oleh maksud untuk
memperoleh keuntungan atau setidak-tidaknya mengetahui
perbuatannya itu telah ia lakukan karena terdorong oleh maksud atau
hasrat untuk memperoleh keuntungan.

10
P.A.F. Lumintang, Op.Cit, hlm.341
Contoh Kasus :

Menurut putusan direktori nomor 123/Pid.B/2017/PN.Mlg, dimana


terdakwa TONI SUDARSONO melakukan tindakan penadahan
melanggar pasal 480 ayat (1) dimana terdakwa membeli dari NUR
ROCHMAN penjual motor Yamaha Vega hasil dari kejahatan melalui
sarana media social yakni Facebook dimana kedua pihak sudah saling
mengetahui barang tersebut dan menjual tanpa BPKB dan STNK yang
jelas. Akhirnya terdakwa divonis hakim dengan pidana penjara 4 bulan.

DAFTAR PUSTAKA

 Wirjono Prodjodikuro. 1989. Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia.


Bandung: Pt. Eresco.
 Nandang Alamsah Deliarnoor & Sigid Suseno. 2015. Pengertian
Dan Ruang Lingkup Tindak Pidana Khusus. Tangerang :
Universitas Terbuka.
 Nuraedah. 2018. Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana
Pengancaman. Fakultas Syariah Dan Hukum : Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.
 P.A.F. Lumintang.1989. Delik-Delik Khusus, Kejahatan-Kejahatan
Terhadap Harta Kekayaan. Bandung : Sinar Baru.
 Adami Chazawi. 2006. Kejahatan Terhadap Harta Benda. Jakarta :
Bayu Media.
 Anwar. H.A.K. Moch. 1982. Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP-
Buku II). Bandung : Alumni.

 P.A.F. Lumintang & Theo Lumintang. 2009. Delik-Delik Khusus


Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan. Jakarta : Sinar Grafika.
 Sianturi. SR. 1983. Tindak Pidana Di KUHP Berikut Uraiannya.
Jakarta : AHMPTHM.

Anda mungkin juga menyukai