Anda di halaman 1dari 2

1.

Sumber – sumber potensi terjadinya korupsi adalah Mantan ketua


OPSTIB Laksamana Soedomo menyatakan :
“sumber – sumber potensial terjadinya korupsi dan penyelewengan :
 Proyek pembangun fisik
 Proyek pengadaan barang.
 Bea dan Cukai.
 Perpajakan.
 Pemberi ijin usaha dan kredit perbankan.
 Korupsi terjadi pada kegiatan yang berkisar pada kualitas, harga dan
komis.

2. Dasar hukum yang mengatur tindak pidana korupsi diatur di dalam 12


pasal di dalam UU No. 31 tahun 1999 jo. UU No.20 tahun 2001 :
 Terdiri atas 7 macam perbuatan utama
 Apabila dijabarkan lebih rinci menjadi 30 bentuk perbuatan
 Hanya 2 dari 12 pasal dalam UU tersebut yang berkaitan dengan
kerugian keuangan negara dan/atau kerugian perekonomian negara.

3. Subyek hukum tindak pidana korupsi dan dasar hukumnya adalah UU No.
31 tahun 1999 Tentang Pemberatasan Tindak Pidana Korupsi. UU
1. Setiap Orang (Pasal 1 angka 3) yang meliputi:
a) Orang perseorangan: siapa saja, setiap orang pribadi kodrat;
b) Korporasi (Pasal 1 angka 1): kumpulan orang atau kekayaan
yang terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan
badan hukum;
2. Pegawai Negeri:
 Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam UU tentang
kepegawaian (sekarang UU ASN):
 Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam KUHP.
 Orang yang menerima gaji/upah dari keuangan
negara/daerah:
 orang yang menerima gaji/upah dari suatu korporasi yang
menerima bantuan dari keuangan negara/daerah:
 orang yang menerima gaji/upah dari korporasi yang
mempergunakan modal atau fasilitas dari negara/masyarakat
3. Penyelenggara Negara.
Menurut UU No. 28 Tahun 1999, penyelenggara negara meliputi :
 Pejabat negara pada Lembaga tertinggi negara.
 Pejabat negara pada Lembaga tinggi negara
 Menteri
 Gubernur
 Hakim
 Pejabat negara lainnya dengan ketentuan peraturan
perundangan – undangan yang berlaku, dan
 Pejabat lain yang memiliki fungsi strategi dalam kaitannya
dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan
perundangan – undangan yang berlaku.

4. Pemahaman saya mengenai unsur melawan hukum adalah Sampai saat


ini masih ditemukan adanya perbedaan pendapat mengenai ajaran sifat
melawan hukum dalam kajian hukum pidana. Perbedaan pendapat
tersebut telah melahirkan adanya dua pengertian tentang ajaran sifat
melawan hukum, yaitu sifat melawan hukum dalam pengertian formil
(formielewederrechtelijkheid) dan melawan hukum dalam pengertian
materil ("materielewederrechtelijkheid). Suatu perbuatan dikatakan
melawan hukum secara formil adalah apabila perbuatan itu bertentangan
dengan ketentuan Undang-Undang (hukum tertulis). Berdasarkan
pengertian ini, maka suatu perbuatan bersifat melawan hukum adalah
apabila telah dipenuhi semua unsur yang disebut di dalam rumusan delik.
Dengan demikian, jika semua unsur tersebut telah terpenuhi, maka tidak
perlu lagi diselidiki apakah perbuatan itu menurut masyarakat dirasakan
sebagai perbuatan yang tidak patut dilakukan. Parameter untuk
mengatakan suatu perbuatan telah melawan hukum secara materil,
bukan didasarkan pada ada atau tidaknya ketentuan dalam suatu
perundang-undangan, melainkan ditinjau dari rasa kepantasan di dalam
masyarakat. Ajaran melawan hukum secara materil hanya mempunyai
arti dalam mengecualikan perbuatan-perbuatan yang meskipun termasuk
dalam rumusan Undang-Undang dan karenanya dianggap sebagai tindak
pidana. Dengan kata lain, suatu perbuatan yang dilarang oleh Undang-
Undang dapat dikecualikan oleh aturan hukum tidak tertulis sehingga
tidak menjadi tindak pidana.

5. Dalam kondisi tertentu dapat dijatuhi hukuman mati, Apabila pelanggaran


melakukan tindakah korupsi terhadap ayat 1 yaitu :
 Dana penanggulangan keadaan bencana alam nasional
 Dana penanggulangan keadaan darurat/bahaya militer
 Dana penanggulangan kerusuhan sosial yang meluas
 Dana penanggulangan Krisis monoter
 Atau mengulangin kejahatan korupsi/residivis (pasal 2 ayat 2 UU No.
20 tahun 2001)

Anda mungkin juga menyukai