Anda di halaman 1dari 8

STUDI KOMPARASI

ANTI PENCUCIAN UANG (APU)


DI INDONESIA DAN SINGAPURA

Oleh
Sandi Januar Pribadi
202200070003

Ujian Tengah Semester

Magister Ilmu Hukum

SEKOLAH PASCASARJANA ILMU HUKUM


UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMAJAYA
JAKARTA
2022
STUDI KOMPARASI ANTI PENCUCIAN UANG (APU)

DI INDONESIA DAN SINGAPURA

A. Pendahuluan

Dalam amandemen UUD 1945, “Indonesia adalah negara yang berdasar atas
negara hukum”, setelah dilakukannya amandemen UUD 1945 “Negara Indonesia
adalah negara hukum”, oleh karena itu semua aspek dalam pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara diatur dalam suatu system peraturan perundang-
undangan. (Aswandi & Roisah, 2019). Konsekuansi logis predikat negara hukum
yang dilekatkan pada negara Indonesia telah menjadikan setiap penyelenggaraan
negara harus didasarkan pada hukum yang berlaku (Simamora, 2014). Dalam
pengertian inilah maka negara dilaksanakan berdasarkan pada suatu konstitusi atau
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan peraturan
hukum lainnya. Pertaturan hukum lainnya dapat berupa Undang-Undang (UU)
atau Peraturan Presiden Pengganti Undang-Undang (Perpu), Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden
(Perpres), dan Peraturan Daerah (Perda) (Riza,2018)

Menurut pasal 1 ayat 3 UUD 1945, Indonesia merupakan negara yang


berlandaskan hukum dalam mencari keputusan objektif dari pihak pemerintah dan
rakyatnya. Berikut ini bunyi pasalnya: “Negara Indonesia adalah negara hukum”.
Negara hukum adalah negara yang melakukan penegakan hukum dengan optimal,
menjunjung tinggi hak asasi manusia, serta menjamin warga negara mempunyai
kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan wajib menjungjung tinggi
hukum tak kecuali. Penegakan hukum menjadi salah satu parameter dalam
keberhasilan negara hukum (Wangga, Kardono, & Wirawan 2019). Salah satu
penegakan hukum yang menjadi concern di Indonesia saat ini adalah penegakan
hukum terhadap tindak pidana pencucian uang, atau yang selanjutnya dalam
penelitian ini disebut TPPU.

Secara umum, tindakan pencucian uang bertujuan untuk memperkaya diri


dengan menyamarkan asal usul uang tersebut berasal. Di Indonesia, tindak
pencucian uang ini sudah diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Tindah pidana pencucian uang atau yang dikenal dengan sebutan money laundry
merupakan tindak pidana yang ditujukan untuk menjadikan seolah-olah uang hasil
tidak pidana pokok menjadi uag “halal” karena digunakan untuk investasi atau
usaha tertentu sehingga seolah-olah menjadi penghasilan yang sah (Safitri, 2020).
Berdasarkan pengertian tersebut maka tindak pidana pencucian uang merupakan
tindak pidana turunan dari suatu tindak pidana pokok.

Tindak pidana adalah pelanggaran norma-norma dalam tiga bidang yaitu


hukum perdata, hukum ketatanegaraan, dan hukum tata usaha pemerintah yang
oleh pembentuk undang- undang ditanggapi dengan suatu hukuman pidana
(Wirjono Prodjodikoro, 1994). Tindak pidana pencucian uang semakin marak
karena berbagai semakin meningkatnya juga tindak pidana pokok yaitu seperti
kejahatan tindak Pidana Narkotika, Pedagangan Orang, Terorisme, Cukai,
Penipuan, Korupsi, dan lainnya. Tindak Pidana Pencucian Uang yang merupakan
tindak asal dari Tindak Pidana Korupsi (Fitriyana, 2019).

Negara Indonesia dan Negara Singapura adalah merupakan Negara tetangga


yang jaraknya saling berdekatan, dengan demikian maka bedampak terhadap
pengaruh aspek ekonomi, social, politik, dan hukum yang saling berpengaruh
antara kedua negara tersebut. Kejahatan internasional seperti pencucian uang,
dapat berkembanga di kedua Negara tersebut.
B. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Tindak Pidana
Kata “Tindak” mengandung arti “Perbuatan” sedangkan “Pidana”
mengandung arti “Penderitaan” yang sengaja dibebankan kepada orang yang
melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarattertentu.Dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dikenal dengan istilah Strafbare feit
dan dalam kepustakaan tentang hukum pidana sering mempergunakan istilah
delik, sedangkan pembuat undang-undang merumuskan suatu undang-undang
mempergunakan istilah peristiwa pidana atau perbuatan pidana atau tindak
pidana.Tindak pidana merupakan suatu istilah yang mengandung suatu
pengertian dasar dalam ilmu hukum, sebagai istilah yang dibentuk dengan
kesadaran dalam memberikan ciri tertentu pada peristiwa hukum pidana.
Tindak pidana mempunyai pengertian yang abstrak dari peristiwa-
peristiwa yang kongkrit dalam lapangan hukum pidana, sehingga tindak pidana
haruslah diberikan arti yang bersifat ilmiah dan ditentukan dengan jelas untuk
dapat memisahkan dengan istilah yang dipakai sehari-hari dalam kehidupan
masyarakat.
Menurut Simons menyatakan bahwa tindak pidana adalah suatu perbuatan
manusia yang bertentangan dengan hukum, diancam dengan pidana oleh
undang- undang perbuatan mana dilakukan oleh orang yang dapat
dipertanggung- jawabkan dan dapat dipersalahkan pada sipembuat.
Memperhatikan definisi di atas, maka ada beberapa syarat untuk
menentukan perbuatan itu sebagai tindak pidana, syarat tersebut adalahsebagai
berikut:
a. Harus ada perbuatan manusia;
b. Perbuatan manusia itu betentangan dengan hukum;
c. Perbuatan itu dilarang oleh Undang-undang dan diancam dengan pidana;
d. Perbuatan itu dilakukan oleh orang yang dapat dipertanggungjawabkan;
e. Perbuatan itu harus dapat dipertanggung jawabkan kepada sipembuat.
2. Unsur-unsur Tindak Pidana
Dalam menjabarkan suatu rumusan delik kedalam unsurunsurnya maka
yang mula-mula dapat kita jumpai adalah disebutkan suatu tindakan
manusia,dengan tindakan itu seseorang telah melakukan suatu tindakan yang
terlarang oleh undangundang. Setiap tindak pidana yang terdapat di dalam
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) pada unsur-unsur yang terdiri
dari unsur subjektif dan unsur objektif.
a. Unsur Objektif
Unsur yang terdapat di luar si pelaku. Unsur-unsur yang ada hubungannya
dengan keadaan, yaitu dalam keadaan di mana tindakan-tindakan si pelaku
itu hanya dilakukan terdiri dari:
1. Sifat melanggar hukum
2. Kualitas dari si pelaku
3. Kasualitas
b. Unsur Subjektif
Unsur yang terdapat atau melekat pada diri si pelaku, atau yang
dihubungkan dengan diri si pelaku dan termasuk didalamnya segala
sesuatu yang tetkandung di dalam hatinya. Unsur terdiri dari:
1. Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus atau culpa)
2. Maksud pada suatu percobaan, seperti ditentukan dalam pasal 53 ayat
(1) KUHP.
3. Macam-macam maksud seperti terdapat dalam kejahatankejahatan
pencurian, penipuan, pemerasan, dan sebagainya.
4. Merencanakan terlebih dahulu, seperti tecantum dakam pasal 340
KUHP, yaitu pembunuhan yang direncanakan terlebih dahulu.
5. Perasaan takut seperti terdapat di dalam pasal 308 KUHP.

3. Pengertian Tindak Pidana Pencucian Uang


Pencucian uang atau money laundering adalah serangkaian kegiatan
yang merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi terhadap
uang haram, yaitu uang yang berasal dari tindak pidana dengan maksud untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul tersebut dari pemerintah atau
otoritas yang berwenang melakukan penindakan terhadap tindak pidana dengan
cara lain dan terutama memasukan uang tersebut kemudian dapat dikeluarkan
dari sistem keuangan itu sebagai uang yang halal.
Menurut Black Law Dictionary pencucian uang atau money
laundering diartikan sebagai istilah yang digunakan untuk menjelaskan
investasi atau transfer uang hasil dari korupsi, transaksi obat bius, dan sumber-
sumber ilegal lainnya ke dalam saluran yang legal atau sah sehingga sumber
yang aslinya tidak dapat ditelusuri.
Dana-dana yang berasal dari kejahatan pencucian uang pada umumnya
tidak langsung dibelanjakan atau digunakan oleh para pelaku kejahatan. Sebab
konsekuensinya akan mudah dilacak oleh aparat penegak hukum mengenai
sumber memperolehnya. Biasanya dana yang terbilang besar dari hasil
kejahatan dimasukkan terlebih dahulu ke dalam sistem keuangan terutama
dalam sistem perbankan. Model perbankan inilah yang sangat menyulitkan
untuk dilacak oleh penegak hukum, para pelaku kejahatan tersebut seringkali
menanamkan uang hasil kejahatannya ke dalam berbagai macam bisnis legal,
seperti cara-cara membeli saham perusahaan-perusahaan besar di bursa efek
yang tentu memiliki keabsahan yuridis dalam operasionalnya seolah-olah
terlihat bahwa kekayaan para penjahat yang di putar melalui proses-proses
sepertinya menjadi sah adanya.
4. Kebijakan Tindak Pidana Pencucian Uang di Indonesia
Diundangkan Undang Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pencucian Uang tidak lepas dari
pengaruh dinamika kehidupan yang dinamis, Tindah pidana pencucian uang
tidak hanya mengancam stabilitas perekonomian dan integritas system
keuangan, tetapi juga dapat membahayakan sendi-sendi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pencegahan dan pemberantasn tindak pidana pencucian uang
memerlukan landasan hukum yang kuat untuk menjamin kepastian hukum,
serta penelusuran dan pengembalian harta kekayaan hasil tindak pidana
(Wiyondo,2014).
Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, dijelaskan mengenai subyek
dan obyek dari tindak pidanan pencucian uang. Sumber dari tindak pidana
pencucian uang adalah orang perorangan dan korporasi.

5. Kebijakan Tindak Pidana Pencucian Uang di Singapura

Di Singapura Pencucian uang adalah suatu proses yang dimaksudkan


untuk menutupi manfaat yang diperoleh dari tindak pidana sehingga seolah-
olah berasal dari sumber yang sah. Secara umum, proses pencucian uang
terdiri dari tiga tahap, di mana mungkin ada banyak transaksi yang dapat
mengingatkan terhadap aktivitas pencucian uang:

1. Placement - Pembuangan fisik manfaat dari tindakan kriminal;


2. Layering - Pemisahan manfaat dari tindakan kriminal dari sumbernya
dengan membuat lapisan transaksi keuangan dirancang untuk
menyamarkan jejak audit.
3. Integrasi - Penyediaan legitimasi yang jelas untuk manfaat dari tindakan
kriminal. Jika proses layering berhasil, skema integrasi menempatkan
dana yang dicuci kembali ke ekonomi.

Karena pasar modal tidak lagi didominasi uang tunai, mereka lebih
cenderung digunakan pada tahap layering daripada tahap penempatan dari
pencucian uang. Namun, jika transaksi dilakukan secara tunai, masih ada
risiko pasar modal yang digunakan pada penempatan panggung.sehingga
mereka masuk kembali ke sistem keuangan yang tampak menjadi dana bisnis
yang sah.

Pasar modal menawarkan beragam peluang untuk bertransformasi


uang menjadi berbagai aset. Untuk aset likuid, mereka mengizinkan a
frekuensi tinggi transaksi yang membantu proses layering. Karenanya, pasar
modal sangat menarik bagi para pencuci uang untuk melapisi hasil gelap
mereka untuk integrasi akhirnya ke dalam umum ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai